Konsep distribusi menurut Muhammad Baqir As-Shadr

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

RIAN MAULANA NIM : 103046128351

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI SYARIAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Jumadil Akhir 1431 H

19 Mei 2010 M

RIAN MAULANA NIM : 103046128351


(3)

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr

1

1

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.13


(4)

SHADR

(B)x + 157 halaman

(C) Muhammad Baqir Sadr merupakan tokoh cendikiawan muslim terkemuka, fakih (yuris) Pembaru dan Pemikir genius dan tak sedikit berbicara masalah ekonomi. Dalam bidang ekonomi, Baqir Sadr membahas masalah hubungan milik, peranan negara dan pengalokasian sumber daya dan kesejahteraan publik, larangan terhadap Riba dan pelaksanaan zakat, pandangan terhadap kapitalisme demokrat, pandangan terhadap kapitalisme sosialis. Pembahasan pada skripsi ini hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep distribusi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena prosedur penelitian ini menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari seseorang atau perilaku yang diamati tanpa menggunakan penghitungan dan bertujuan menemukan teori dari data.

Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research) dengan data dan cara analisa kualitatif dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis obyek penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan topik, untuk kemudian dilakukan analisis dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

Sistem ekonomi Islam memiliki tujuan utama untuk menciptakan sumber-sumber produksi demi memenuhi al-hajat ad-dharuriyyah (kebutuhan pokok) yang meliputi : kebebasan beragama, penyediaan lapangan kerja, sandang, pangan, papan, bahan pangan, dan pendidikan yang memadai. Al-hajat


(5)

kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat dipastikan akan muncul permasalahan yang dapat membahayakan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.

Fakta di lapangan membuktikan, kemiskinan terjadi bukan karena tidak ada uang, tetapi karena uang yang ada tidak merata. Kemiskinan juga bukan karena kelangkaan SDA, tetapi karena distribusinya yang tidak merata. Tidak benarnya pendistribusian inilah yang menyebabkan kesenjangan yang luar biasa antara Negara Maju dan Negara Berkembang, ironisnya Negara-Negara yang berpenduduk mayoritas Muslim.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa konsep Distribusi yang coba dirumuskan Sadr terasa Relevan dengan Ekonomi Islam dan Masa Kini, Manifestasinya seperti Pelaksanaan Zakat. Perlu diketahui, Zakat, disebutkan Sadr, adalah suatu kewajiban yang dilaksanakan dibawah Pengawasan Pemerintah. Artinya menurut Penulis, dengan di kelola Pemerintah, zakat menjadi kewajiban yang mengandung sanksi bagi pelanggarnya dan ini dapat menjadi solusi alternatif atas krisis yang tengah menimpa Negeri tercinta kita ini, Bangsa Indonesia.

(G) Daftar Bacaan 48 (1971 – 2009)


(6)

yang ummi untuk merubah tatanan hidup jahili kedalam tatanan hidup yang

Islami. Shalawat serta Salam semoga senantiasa tercurah kepada pembawa Risalah suci, sebagai petunjuk abadi bagi insani, baik di zaman bahari, zaman kiwari maupun di kemudian hari.

Harus ada semacam keyakinan dalam diri kita bahwa Allah tidak pernah pilih kasih kepada hambanya. Jangankan mereka yang beragama samawy,

sedangkan kepada para penyembah berhala sekalipun, Allah tetap memberikan curahan kasih-Nya. Sebagaimana Dia mencurahkan Kasih-Nya kepada seluruh makhluk-Nya di muka bumi ini.

Tiada kata yang lebih manis dan lebih patut untuk diucapkan selain kata

Al-Hamdulillaahi Rabbil ‘Alamien. Akhirnya skripsi ini rampung juga. Pada awalnya penulis sempat pesimis untuk merampungkan skripsi ini karena berbagai hal dan Faktor X. Tetapi dengan motivasi teman-teman serta dengan kebulatan tekad dan ketawakkalan penulis, akhirnya Allah pun mau mengulurkan tangan-Nya untuk membantu dan memudahkan segala kesulitan yang ada.

Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini pula, tidaklah semudah membalikan tangan dan ucapan ‘simsalabim. Penulis Al-hamdulillah dibantu oleh pihak-pihak yang dengan suka-rela membantu dan mendukung, baik moril maupun materil. Untuk itu Izinkan penulis menyampaikan do’a, cinta, dan ucapan terima kasih yang teristimewa kepada :


(7)

segudang keilmuannya yang brillian kepada penulis, pandangannya yang luas, nasehatnya yang berharga dan pengarahannya yang bijak.

2. Dr. Euis Amalia M.Ag, selaku Kajur Muamalat Perbankan Syariah sekaligus Penguji I, yang telah mendewasakan ilmu dan akhlak penulis serta telah memberikan motivasi dan kelancaran kepada penulis untuk merampungkan skripsi ini.

3. Ah. Azharudin Latif M.Ag, MH, selaku Sekjur Muamalat Perbankan Syariah yang telah banyak memberikan masukan dan saran terhadap skripsi ini.

4. Dr. Abdurahman Dahlan MA, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. M. Riza Afwi MA, selaku Pembimbing II, yang telah banyak memberikan saran dan koreksi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Syahrul A’dam, MA, selaku Penguji II, yang telah memberikan waktu dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Mamah dan Papah tercinta, yang senantiasa berdo’a untuk keberhasilan putranya, dan rela mengorbankan tenaga, fikiran demi membeli bakti dan keshalehan putranya. Sungguh ! Pengorbanan kalian tiada tergantikan oleh apa pun di dunia ini.


(8)

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia meminjamkan buku-buku yang menjadi Referensi bagi Penulis dalam Penyelesaian tugas akhir ini.

9. Jajaran Dosen, yang telah memberikan bekal ilmu pada penulis untuk menghadapi kehidupan yang semakin menggila ini.

10.Para Cendikiawan Muslim, Penulis Buku dari berbagai Generasi, dan

semua pihak yang tulisan serta buah fikirannya menjadi acuan penulis. 11.Keluarga Besar Pesantren Persatuan Islam 99 Rancabango Tarogong

Garut, yang telah membina dan membekali penulis dengan segudang keilmuannya selama nyantri disana.

12.Rekan-rekanita Se-Perjuangan, Para Aktivis Dakwah Kampus (ADK) “KAMMI”, “LDK”, bareng ”Kongres Mahasiswa Universitas (KMU),”

BEM Perbankan Syariah Plus Crew Redaksi Bulletin

Iqtishaduna

dan “Partai Intelektual Muslim (PIM)” Periode 2004 – 2006 serta

FOSSEI (Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam) dan FORMATUR NASIONAL yang ikut mendukung memberi semangat hidup dan selalu bersama-sama dalam suka maupun duka. Teruslah Bergerak Kawan, karena Diam, Mundur dan Menyerah adalah sebuah Pengkhianatan.

13.Gin-Gin (FORMACI), Uun (LSI), Asep (LIPIA), Yandi (Universitas Paramadina), Surya (BTN Syariah), Yusuf, Arman, Cepi, Ridho


(9)

selalu menemani Penulis baik ketika sakit dan sehat, yang selalu memotivasi Penulis untuk berusaha menyelesaikan skripsi ini.

14. Adik-adik kelasku Se-Perjuangan yang selalu berharap dan berdo’a agar kelak kakaknya menjadi orang shaleh dan sukses serta tauladan mereka. Teruskan Perjuangan kalian ! Umat Islam Menanti kalian.

15.Bidadari Surgaku yang hadir ke dunia, kaulah Anugerah yang terindah yang pernah terjadi dalam hidupku.

16.Semua pihak yang telah ikut membantu melancarkan penulisan skripsi ini dengan segenap tenaga maupun fikirannya.

Penulis tidak tahu, kado apa yang harus penulis berikan atas jasa-jasa mereka. Barang kali hanya seuntai do’a terucap, “ Semoga Allah Swt menerima dan membalas segala kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya. Amiiin….!!!

Akhirnya, Penulis haturkan skripsi ini kepada pembaca, semoga bermanfaat bagi dunia ekonomi Islam dan ada kebaikan bagi kita semua.

Jakarta, 05 Jumadil Akhir 1431 H

19 Mei 2010 M

cxÇâÄ|á


(10)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ILUSTRASI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metode Penelitian ... 9

1. Jenis Penelitian ... 9

2. Tingkat Penelitian ... 10

3. Pendekatan Penelitian ... 10

4. Jenis Data dan Sumber Data ... 11

5. Teknik Pengumpulan Data ... 12

6. Teknik Pengolahan Data ... 12

7. Teknik Analisis Data ... 12

8. Teknik Penarikan Kesimpulan ... 14

9. Teknik Penulisan Laporan ... 14

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ... 15

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ... 16

G. Sistematika Penelitian ... 20


(11)

A. Riwayat Hidup ... 23

B. Karir Intelektual dan Politik ... 30

C. Latarbelakang Pemikiran ... 37

D. Posisi Muhammad Baqir As-Shadr diantara Para Pemikir Ekonomi Islam Lainnya ... 41

BAB III : TINJAUAN TEORITIS TENTANG DISTRIBUSI A. Pengertian Distribusi ... 48

B. Prinsip – Prinsip dan Tujuan Distribusi ... 50

C. Mekanisme Distribusi ... 55

D. Nilai dan Moral di bidang Distribusi ... 71

BAB IV : TINJAUAN TERHADAP KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS-SHADR A. Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Shadr .... 78

B. Relevansi Pemikiran Muhammad Baqir As-Shadr ... 111

1. Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Ekonomi Islam ... 111

2. Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Perekonomian Masa Kini ... 117

C. Analisa Penulis ... 127


(12)

B. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 154

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN


(13)

x

1. Ilustrasi 1 Mekanisme Distribusi ... 56

2. Ilustrasi 3 Metodologi dan Ruang Lingkup Sadr ... 127

3. Ilustrasi 4 Asumsi Dasar Sadr ... 128

4. Ilustrasi 5 Keutamaan Sistem Ekonomi Islam Sadr ... 129

5. Ilustrasi 6 Distribusi Menurut Sadr ... 129


(14)

A. Latar Belakang Masalah

Krisis Ekonomi Global yang terjadi di Indonesia pada periode 1997 disusul pada periode 2008, sebenarnya di awali dari krisis di bidang distribusi. Jika kita amati secara seksama bahwa krisis tersebut adalah ’buah’ dari kebijakan ekonomi yang keliru. Beberapa indikatornya adalah sebagai berikut:

Sektor riil tidak bergerak, di mana dana masyarakat yang berjumlah lebih dari Rp.639 triliun ternyata oleh bank-bank yang ada hanya di letakkan di BI melalui instrument SBI. Dapat di lihat pada tabel sebagai berikut : 1

Tanggal Lelang Jumlah Penawaran yang Masuk

Kisaran Bid Rate

Jumlah Penawaran yang Diserap SOR RRT SBI Hasil Lelang Tanggal Setelmen Tanggal Jatuh Waktu Frekuensi Penawaran Lelang

6/9/2010 21.2111 6.15% - 6.45% 8 6.29% (propo 49.14%) 6.26221 6/10/2010 7/8/2010 121

5/26/2010 4.778 6.00% - 6.50% 3.9982 6.37% (full amount) 6.30206 5/27/2010 7/8/2010 56

26.1815 6.10% - 6.50% 25 6.35% (proporsional

28.45%) 6.28197 5/14/2010 7/8/2010 104

5/12/2010

11.2588 6.10% - 6.30% 10 6.25% (proporsional

55,75) 6.19877 4/29/2010 5/27/2010 79

4/28/2010

4/14/2010 4.7462 6.12% - 6.40% 4.6762 6.35% (full amount) 6.25054 4/15/2010 6/10/2010 60 18.9489 6.15% - 6.50% 15.000001 6.25% (proporsional

58,81) 6.21091 4/8/2010 5/14/2010 125

4/7/2010

30.1165 6.10% - 6.35% 15 6.28% (proporsional

89,72) 6.27162 4/1/2010 5/14/2010 147

3/31/2010

25.93 6.20% - 6.50% 11 6.35% (proporsional

56.70) 6.32334 3/25/2010 5/14/2010 153

3/24/2010

27.2929 6.30% - 6.55% 13.5 6.40% (proporsional

29,50) 6.35218 3/18/2010 5/14/2010 138

3/17/2010

21.4432 6.10% - 6.60% 21 6,41% (proporsional

27.64) 6.34657 3/11/2010 4/8/2010 163

3/10/2010

42.7207 6.30% - 6.43% 33.44999 6.41% (proporsional

74.09) 6.39696 3/4/2010 4/1/2010 176

3/4/2010

2/24/2010 39.7315 6.33% - 6.43% 39.7315 6.43% (full amount) 6.407 2/25/2010 3/25/2010 164

1

di akses pada 15 Juni 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/


(15)

2/17/2010 49.9408 6.34% - 6.45% 38.1 6.43% (Prop 19.37) 6.41525 2/18/2010 3/18/2010 182

2/10/2010 55.2575 6.35% - 6.46% 47.2 6.44% (Prop 78.02) 6.4305 2/11/2010 3/11/2010 189

2/4/2010 46.7454 6.36% - 6.46% 36.1 6.45% (Prop 71.39) 6.43688 2/4/2010 3/4/2010 167

1/27/2010 35.6006 6.36% - 6.46% 35.6006 6.46% (full amount) 6.44788 1/28/2010 1/27/2010 160

1/20/2010 45.7997 6.37% - 6.50% 43 6.46% (propo 95,27) 6.45259 1/21/2010 2/18/2010 165

1/13/2010 66.3437 6.38% - 6.48% 61.40001 6.47% (propo 88,26) 6.45819 1/14/2010 2/11/2010 213

1/6/2010 59.0298 6.35% - 6.48% 46.8 6.48% (propo 24.18) 6.45311 1/7/2010 2/4/2010 214

Krisis mengajarkan beberapa hal. Bank Syariah ternyata lebih tahan dari krisis dan tidak menyulitkan Negara2. Karena Perbankan syariah bisa berperan sebagai Lembaga intermediasi (penengah) yang berfungsi bahwa dana pihak ketiga yang ada di Perbankan syariah hampir 100 % di distribusikan kembali kepada masyarakat. Sementara bank konvensional hanya mendekati 70 %3, dan membebani Negara karena meniscayakan bunga bagi Pemerintah untuk dana bank di SBI.4

Fakta ini menunjukan bahwa bank syariah lebih berpihak kepada sektor riil daripada bank konvensional. Perlu di kemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesungguhnya terjadi di sektor moneter, bukan di sektor riil yang bisa dirasakan langsung oleh rakyat banyak.

Kemudian Faktor Utang. Dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :5

2

Muhammad Syakir Sula, ”Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia,” artikel di akses pada 04 Mei 2006 dari republikaonline

3

” Perbankan Syariah Tidak akan Membiayai Rokok, Miras dan Hiburan Malam, ”

WARTA Media Informasi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 03 Desember 2009, h.6

4

Muhammad Syakir Sula, ”Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia,” artikel di akses pada 04 Mei 2006 dari Republika online

5


(16)

Ini mencerminkan bahwa jumlah hutang lebih besar dari pada anggaran untuk pendidikan, kesehatan dan pertahanan secara bersama-sama.

Jelasnya, jika sektor riil tidak bergerak, maka akan menyebabkan seperti praktik judi dan ekonomi ribawi. Dalam konteks ekonomi, pelarangan bunga bank dan judi dipastikan akan meningkatkan distribusi kekayaan. karena penyimpangan distribusi yang secara akumulatif


(17)

Sementara itu, Dari sisi penerimaan, Pemerintah menjadikan pajak sebagai sumber utama penerimaan Negara, sebagaimana dapat di lihat pula pada tabel berikut :6

Ini berarti dapatlah dikatakan bahwa menurunnya penerimaan Negara dari sumber bukan pajak merupakan dampak dari kebijakan Pemerintah yang menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada swasta, khususnya asing. Dengan payung liberalisasi dalam investasi dan privatisasi sektor publik, Perusahaan Multinasional asing seperti Exxon Mobil oil, Caltex, Newmount, Freeport, dan lainnya dengan mudah mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia dan semua potensi ekonomi yang ada. Sehingga pemasukan APBN dari sektor SDA migas dan non-migas makin lama makin kecil. Di samping itu, privatisasi sektor publik mengakibatkan kenaikan TDL, Telepon, dan BBM.

Kemudian Dari sisi pengeluaran, terdapat alokasi belanja yang sangat bertolak belakang. Menurut data tabel diatas dalam APBN-P 2007, anggaran

6


(18)

belanja subsidi BBM dan lainnya sebesar Rp.105 triliun, sedangkan pembayaran utang bunga Rp.83,5 triliun dan cicilan pokok Rp.54,7 triliun atau total sebesar Rp.138,2 triliun, yang kemudian dana pajak yang dipungut dari masyarakat sebagian besar adalah untuk membayar hutang yang rata-rata tiap tahun sebesar 25-30 % dari total anggaran.7

Ini artinya yang perlu kita garis bawahi bahwa penyebab defisit APBN bukanlah besarnya subsidi, melainkan hutang yang sebagian besar hanya di nikmati oleh sekelompok kecil, yaitu konglomerat, untuk kepentingan Restrukturisasi Perbankan.

Maka jelaslah bahwa indikator terjadinya krisis ekonomi adalah krisis di sektor distribusi. Kekacauan di sektor ini mengakibatkan kekacauan di sektor riil (produksi, perdagangan dan jasa).

Pada krisis tersebut terlihat bahwa fakta di lapangan membuktikan, kemiskinan terjadi bukan karena tidak ada uang, tetapi karena uang yang ada tidak merata. Kemiskinan juga bukan karena kelangkaan SDA, tetapi karena distribusinya yang tidak merata. Tidak benarnya pendistribusian inilah yang menyebabkan kesenjangan yang luar biasa antara Negara Maju dan Negara Berkembang, ironisnya Negara-Negara yang berpenduduk mayoritas Muslim

Islami (Islamic set of values) yang dimiliki oleh mayoritas penduduk suatu

8 .

Dalam hal ini sudah selayaknyalah kita menunjukkan, perlunya kita kembali kepada sistem perekonomian yang sesuai dengan seperangkat nilai

7

Ibid., h.3

8

Muhammad Arif Adiningrat dan Farid wadjdi, “ Kebijakan yang bertolak belakang,” artikel diakses pada sabtu, 21 Mei 2005 dari www.hizbut-tahrir.or.id


(19)

bangsa. Penyimpangan terhadap Islamic set of values secara universal telah menimbulkan kemunduran dan kemiskinan.9

Adiwarman Karim10 menjelaskan bahwa respons terhadap maraknya

praktik Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia, menyusul terjadinya krisis ekonomi dan moneter dan pemberlakuan UU Perbankan No 10 tahun 1998, serta fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, telah membangkitkan kesadaran bahwa kehadiran LKS harus di iringi dengan pemahaman yang lebih komprehensif tentang ekonomi Islam. Menurutnya ” ... Pemahaman sistem ekonomi Islam tidak cukup hanya melalui sosialisasi teknis semata, tetapi juga latar belakang dan sejarah perkembangan pemikiran ekonomi para cendikiawan muslim hingga terwujudnya konsep mekanisme operasional LKS...”

Sementara itu, Euis Amalia menyatakan bahwa di Indonesia pengembangan ekonomi Islam di mulai melalui pola kedua sehingga tidak heran jika pengembangan industri keuangan syariah tumbuh lebih cepat dibandingkan pengkajian teoritis dan konseptual dalam pembentukan sistem yang lebih komprehensif.11

9

Karnaen Perwataatmadja, ”Kebutuhan dan Strategi Pengembangan Kurikulum untuk membangun SDI Syariah,” pada acara seminar ”Peran Perguruan Tinggi dalam membangun SDI Syariah Profesional,” dalam Indonesia Syariah Expo, 27 Oktober 2007, (Jakarta Convention Centre : MES, 2007), h.5

10

Adiwarman Azwar Karim, “Pengantar” , Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cet.III, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006). h.vii

11

Euis Amalia. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia ,(Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009). h.114


(20)

Dalam upaya untuk mengatasi krisis ekonomi, tidak hanya membenahi sektor riil dan moneter, tetapi juga harus membenahi persepsi tentang distribusi, fungsi, konsep dan kedudukannya.

Lantas, bagaimanakah konsep distribusi dalam Islam. Ekonomi Islam sebagai sebuah sistem yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam, menjelaskan sejelas-jelasnya bagaimana seharusnya konsep distribusi yang ideal. Para ulama Islam telah mengembangkan gagasan-gagasannya tentang ekonomi. Di antara sekian banyak ulama yang banyak berbicara tentang distribusi adalah Muhammad Baqir As – Shadr.

Dalam skripsi ini penulis ingin mendeskripsikan persoalan ekonomi tentang distribusi dengan penekanan pada pemikiran sosok Muhammad Baqir As – Shadr, seorang pemikir terkemuka yang melambangkan kebangkitan Intelektual dan sering kali melakukan gerakan-gerakan perlawanan konstruktif dalam hal kebijakan penguasa setempat.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Perjalanan dan Perkembangan ekonomi Islam tengah mengalami

booming (ledakan pertumbuhan besar-besaran) atau quantum growing

(loncatan pertumbuhan cepat) dan menunjukan peningkatan yang sangat

signifikan. Mulai dari era Nabi Muhammad Saw, Khulafaur Rasyidin, Dinasti Islam, tabi’in, tabi’ut tabi’in hingga kepada era kontemporer dewasa ini, pada tiap-tiap masa terdapat pemikir dan ekonom Muslim yang terlibat dalam mengembangkan konsep ekonomi Islam.


(21)

Pada masa kontemporer, tak sedikit para pemikir Muslim yang mengkhususkan diri dalam menekuni bidang ekonomi Islam yang lebih sistematis dan dengan mengikuti perkembangan ilmu ekonomi modern. Pemikir Muslim memang melakukan klasifikasi terhadap berbagai macam ilmu, khususnya ekonomi Islam. tetapi yang dilakukan oleh mereka adalah pembedaan, bukan pemisahan. Mereka mencoba merekontruksi teori-teori ekonomi Islam sehingga menjadi sebuah subjek materi, sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Dalam Pembahasan pada skripsi ini hanya dibatasi pada pemikiran ekonomi Baqir Sadr mengenai konsep distribusi.

Dari uraian latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, maka yang dikaji penulis dalam skripsi ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Shadr ? 2. Bagaimana Relevansi Konsep tersebut dengan Ekonomi Islam dan dengan

Perekonomian Masa Kini ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dibahas oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tentang Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As – Shadr.

2. Untuk mengetahui Relevansi Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As – Shadr terhadap Ekonomi Islam dan kondisi Perekonomian Masa Kini.


(22)

Dari tujuan penelitian tersebut diharapkan akan memberikan kontribusi positif bagi umat Islam, setidaknya dalam dua hal :

1. Membantu menemukan berbagai sumber pemikiran ekonomi islam kontemporer.

2. Memberikan kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan holistik komprehensif mengenai perjalanan pemikiran ekonomi Islam yang utuh serta obyektif.

Kedua hal tersebut akan memperkaya ekonomi islam kontemporer dan membuka jangkauan yang lebih luas dalam upaya konseptualisasi dan aplikasi pada perekonomian kita dewasa ini.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini pada akhirnya diharapkan dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi krisis ekonomi indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama islam. Selain itu sebagai sarana sosialisasi dan edukasi sistem ekonomi Islam kepada masyarakat luas.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena prosedur penelitian ini menghasilkan data desktiptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari seseorang atau perilaku yang diamati tanpa menggunakan penghitungan dan bertujuan menemukan teori dari data.


(23)

Skripsi ini berupa penelitian kepustakaan (library research) dengan data dan cara analisa kualitatif12 dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis obyek penelitian yaitu membaca dan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan topik, untuk kemudian dilakukan analisa dan akhirnya mengambil kesimpulan yang akan dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

2. Tingkat Penelitian

Tingkat penelitian mengarah pada deskriptif (Taksonomik) dan eksploratif, yaitu ingin menggambarkan sekaligus menggali secara luas tentang sebab atau hal-hal yang mempengaruhi latar belakang pemikiran tokoh ini.

3. Pendekatan Penelitian

Sebagai suatu studi terhadap pemikiran tokoh dalam suatu kurun waktu tertentu, secara metodologis penulis ini sudah tentu menggunakan pendekatan Historis (sejarah),13 yaitu kajian sejarah terhadap pemikiran tokoh tentang Konsep Distribusi, dengan mengambil referensi pemikiran Muhammad Baqir Sadr. Dalam telaah nanti penulis dengan sendirinya akan mengikuti cara dan arah pemikiran tokoh tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan historis. Data kualitatif didasarkan pada isi atau mutu suatu fakta, karena dalam penelitian ini akan menemukan sebuah konsep yaitu bagaimana konsep distribusi menurut Baqir Sadr. sedangkan data historis

12

Lexy J. Meloeng. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosda Karya,2002), Cet. Ke-10.

13


(24)

didasarkan pada pengalaman masa lalu yang menggambarkan secara seluruh kebenaran kejadian atau fakta yang bertumpu pada kegiatan mengevaluasi suatu objek seperti peristiwa atau tokoh masa lampau dipandang dari sudut standar dan kebudayaan dewasa ini.14

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder. Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku yang ditulis oleh Muhammad Baqir As-Shadr yang berjudul Iqtishaduna diterbitkan oleh Daar al-Fikr tahun 1973.

Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan adalah berbagai tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini, baik langsung maupun tidak langsung, seperti buku Induk Ekonomi Islam Iqtishaduna karya M. Baqir Sadr diterbitkan oleh Pustaka Az-Zahra, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir As-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia

karya M. Baqir Sadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Menguji sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Sistem Ekonomi Islam karya M. Baqir Sadr, Sistem Politik Islam karya M. Baqir Sadr, Contemporary Islamic Thought : A Selected Compararative Analysis karya Aslam Hanef,

Ekonomi Mikro Islam karya Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer karya Euis Amalia,

Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan

14

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003). h. 18


(25)

UKM di Indonesia karya Euis Amalia dan lain-lain yang dapat menopang penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (Library Research) dengan membaca, memahami dan menganalisa buku-buku serta menelusuri berbagai literatur yang ada relevansinya dengan pembahasan ini, serta literatur lain sebagai penunjang untuk dikaji lebih jauh guna mencari landasan pemikiran dalam upaya pemecahan masalah.

6. Teknik Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini, di mulai dengan melakukan pengkodean data, untuk selanjutnya dilakukan kategorisasi melalui lembar kertas bantu (short card).

7. Tehnik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang terkumpul pemikiran tokoh Muhammad Baqir Sadr yang menjadi obyek penulisan ini penulis memakai metode, yakni :

a. Analisis wacana (Discourse), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan pengujian arsip dan data dokumen, naskah atau literatur lainnya yang tidak mengadakan penghitungan melainkan penekanan ilmiah, dengan mengikuti alur pemikiran Baqir Sadr. Adapun Penelitian ini merupakan rumpun penelitian ekonomi normatif.


(26)

b. Metode interpretasi merupakan upaya untuk mengungkapkan atau membuka suatu pesan yang terkandung dalam teks yang dikaji, menerangkan atau membuat terang pemikiran tokoh tersebut dengan memasukkan faktor luar, seperti menunjukan hal-hal yang mengelilingi atau melatarbelakanginya, meskipun data luar itu hanya relevan sejauh pengaruhnya dikenali terhadap pemikiran Konsep Distribusi, dalam hal ini terutama adalah premis yang berasal dari teologi, dan menerjemahkannya, yaitu memindahkan arti dari pemikiran klasik ke dalam bahasa dan kehidupan masa kini.15 Maksud lain dari metode interpretasi adalah untuk mencapai pemahaman yang benar mengenai ekspresi pemikiran tokoh yang dikaji dan aktualisasinya dengan kehidupan yang sekarang sedang berlangsung.16

c. Khusus mengenai pemikiran Muhammad Baqir Sadr ini juga dilihat dalam konteks yang lebih luas baik secara vertikal maupun horizontal.

Perluasan vertikal artinya melihatnya dalam kerangka pandangan mengenai Tuhan, manusia dan alam. Sedangkan secara horizontal

pandangan diperluas secara kronologis ke masa lalu dan ke masa depan, artinya melihat pengaruh pendahulu tokoh tersebut dan pengaruhnya kemudian terhadap pemikir berikutnya. Prosedur inilah yang dimaksud dengan metode holistika.17

15

Poepoprodjo, Interpretasi : Beberapa Catatan Pendekatan Falsafatinya, (Bandung : Remadja Karya, 1987), h. 192-198.

16

Anthon Baker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), h. 42

17

Anthon Baker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta : Kanisius, 1990), h. 64.


(27)

Penelusuran terhadap hidup seorang tokoh sejarah memerlukan perhatian lebih, terutama untuk tokoh yang hidup di masa lampau. Karena menulis pemikiran tokoh yang telah tiada ada beberapa

problem, terutama banyaknya kemungkinan terhadap sejarah yang ditulis oleh subjek dalam motif yang berbeda-beda dan juga keterbatasan referensi.18

8. Teknik Penarikan Kesimpulan

Metode induksi-deduksi dilakukan untuk menelaah pemikiran sang tokoh yang daripadanya dapat diambil kesimpulan umum mengenai konsep distribusi untuk kemudian diambil kembali dengan menerapkannya kepada pemikiran-pemikiran lain dari tokoh ini demi melihat sejauhmana ketepatan kesimpulan yang diambil pertama.

9. Teknik Penulisan Laporan

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007.“

18

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. V, h. 332. lihat juga. A. Ilham Aufa, “ Hijaz 1800-1925 : Periode Penuh Intrik Politik dan Benturan Pemikiran “ dalam Dialogia, no1/vol.I/Mei 2000, h. 83. GJ Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997), h. 33. Sejarah adalah objektif sementara yang menuangkan sejarah dalam konteks bahasa, entah itu lisan maupun tulisan, lebih banyak bersifat subyektif. Penulis menyamakan analisa ini dengan tulisan Komaruddin yang menjelaskan pemaknaan agama pada konteks yang obyektif , sementara pemahaman yang tertuang dalam bahasa yang dikemukakan lebih banyak dikarenakan cermin jiwa dari si empu cerita. Karena merupakan cermin jiwa, ia lebih banyak berkutat pada unsur subyektifitas. Komaruddin Hidayat,


(28)

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat judul dengan metode yang sama, yakni dua diantaranya adalah :

1. “Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-Sadr”, oleh Danial Firman, Mahasiswa Jurusan Mu’amalat – Perbankan Syariah tahun 1427 H / 2006 M.

2. “Konsep Ekonomi Islam Baqir Ash-Sadr dan Monzer Kahf : Sebuah Studi Komparatif“, oleh Djaka Heru Priono, Mahasiswa Jurusan Mu’amalat Perbankan Syariah tahun 1427 H / 2006 M.

Skripsi-skripsi diatas adalah berhubungan dengan sistem ekonomi yang dibangun atas landasan prinsip-prinsip Islam. Dalam penelitian skripsi kedua tersebut konsep ekonomi Islam Baqir Sadr dan Monzer Kahf secara umum karena itu masih banyak faktor-faktor yang belum terungkap dalam pembahasannya, terutama yang berhubungan dengan tantangan perekonomian di masa mendatang, khususnya di bidang distribusi.19 Namun yang menjadi objek penelitian pun berbeda, untuk itu apa yang dianalisa jelas berbeda sesuai dengan penelitian dan perkembangan yang akan penulis teliti.

Kesalahan menjalankan kebijakan sistem ekonomi termasuk mekanisme distribusi inilah yang menyebabkan munculnya praktik monopoli dan individualis, sekaligus rusaknya pengelolaan hak milik pribadi, umum dan negara. Pada saat itulah akan terjadi kerusakan dalam distribusi kekayaan.20

19

Heru Priono, Djaka. “ Konsep Ekonomi Islam Baqir As-Shadr dan Monzer Kahf : Sebuah Studi Komparatif. “ Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.) h.90

20


(29)

Karena itu, dalam konteks inilah pengkajian atas fokus permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini menjadi bahasan cukup menarik bagi penulis untuk mengetahui sudut pandang tokoh besar tersebut dalam mencermati konsep distribusi secara lebih mendalam.

F. Kerangka Teori

Dalam pemikiran ekonominya, Sadr21 memisahkan produksi dan distribusi. Tetapi beliau tetap melihat hubungan antar produksi dan distribusi sebagai pusat di dalam ekonomi. Menurut Sadr, produksi adalah suatu proses dinamis, mengubah dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan distribusi sebagai bagian dari sistem sosial, yaitu total hubungan antar sistem sosial yang memancar dari kebutuhan orang dan bukan dari gaya produksi.

Oleh karena itu, Sadr22 percaya untuk mempertahankan satu sistem sosial tunggal (mencakup distribusi) bermacam-macam alat atau format produksi. Tetapi beliau menolak pandangan Marxis, bahwa masyarakat terdiri dari potensi yang berlawanan dalam bentuk kelas.

Negara akan turut campur dalam perekonomian untuk menjamin arah produksi sosial yang cepat, untuk menjalankan distribusi dengan kesetaraan dan untuk mengambil industri-industri ekstraktif serta produk bahan-bahan

21

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 258

22


(30)

mentah, peranan Negara dalam masalah perekonomian merupakan wilayah bebas bagi aktivitas pemerintah.23

Imam selaku wali (Amr) akan mengambil langkah-langkah ekonomi yang diperlukan untuk memenuhi tunjangan sosial dan keseimbangan sosial. Tunjangan sosial terdiri dari solidaritas publik yang beroperasi di dalam batas-batas kebutuhan asasi dan hak kelompok dalam sumber-sumber kekayaan. Keseimbangan sosial menghasilkan tindakan-tindakan Negara dalam hal ini pajak dan menciptakan sektor-sektor publik24

Kasus mazhab ekonomi sangat berbeda. Tidaklah mungkin baginya untuk mengkaji subjeknya menurut standar ilmiah, karena ia mengkajinya dari titik pandang keadilan yang pada basisnya ia hendak menyusun suatu sistem, dan jelaslah bahwa masalah keadilan jauh berbeda dengan masalah panas atau krisis ekonomi. Keadilan bukanlah suatu fenomena fisik atau sosial. Untuk menemukan keadilan hukum, tidak cukup bagi suatu mazhab ekonomi untuk memperhatikan realitas eksternal atau mengamati fenomena eksternal.25

Jika diperhatikan, mengapa yang dua ini (kapitalis dan sosialis) diakui sebagai mazhab ekonomi, sedang Islam tidak. Padahal Islam telah mengungkapkan pendapat-pendapat mengenai semua pertanyaan yang diurusi kapitalisme. Mungkin saja titik pandang keduanya berbeda, namun tidak

23

Ibid., h. 211

24

Ibid., h.211-212

25

Syahid Muhammad Baqir Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam. (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), Cet. Kedua, h. 157-158.


(31)

berarti bahwa kapitalisme adalah suatu mazhab, sedang Islam hanya harus dipandang sebagai kumpulan khotbah dan nasehat moral.26

Sebagai contoh, ambillah masalah keadilan dalam distribusi. Sebagian orang, seperti kaum komunis, mengatakan bahwa dalam distribusi, keadilan hanya dapat dicapai jika kekayaan dan nafkah hidup terjamin bagi semua anggota masyarakat secara merata.27

Segolongan lain, seperti kaum kapitalis, mengatakan bahwa persamaan hanya diperlukan dalam hal kemerdekaan, bukan dalam nafkah, karena basis keadilan dalam distribusi adalah persamaan dalam kebebasan, sekalipun persamaan ini menyebabkan perbedaan diantara para individu dari titik pandang nafkah hidup.28

Golongan ketiga mempertahankan bahwa distribusi keadilan terletak dalam jaminan standar kehidupan tertentu bagi semua anggota masyarakat dan memberikan kepada mereka kemerdekaan untuk mendapatkan lebih banyak. Ini pandangan Islam.29

Sadr berpendapat manakah dari ketiga cara ini yang paling baik menjamin keadilan dalam distribusi, tidaklah mungkin kita menggunakan metode kajian ilmiah, karena keadilan bukanlah fenomena alam seperti panas dan air mendidih yang dapat kita lihat dengan mata atau kita raba dengan

26

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 254

27

Baqir Sadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), Cet. Kedua, h. 157

28

Ibid., h. 157

29


(32)

tangan kita. Itu pun bukanlah fenomena sosial seperti krisis ekonomi yang dapat di kaji melalui pengamatan dan di ukur dengan standar ilmiah.30

Menurut kapitalisme keadilan akan terwujud jika semua orang mendapat kebebasan (kesempatan ekonomi) yang sama. Sedangkan dalam perspektif Marxis keadilan hanya akan diperoleh jika seluruh anggota masyarakat memiliki pendapatan dan kekayaan yang sama. Berbeda dengan keduanya, keadilan menurut pendapat Sadr dapat ditegakkan jika semua orang dijamin dengan pendapatan tetap dengan memungkinkan mendapat lebih banyak.31

Tawaran sistem Marxis berupa pendistribusian sama rata. Menurut Sadr akan menambah persoalan karena menyalahi watak alamiah sosial. Sehingga pemecahan yang harus dilakukan adalah dengan prinsip keadilan yang berlandaskan pada dua hal : solidaritas publik (takaful ‘am) serta keseimbangan sosial (tawazun ijtima’). Kedua konsep tersebut bagian dari jaminan sosial yang disiapkan oleh Islam.32

Sadr menyadari, bahwa dalam realitas sosial terdapat masyarakat yang tidak mampu terlibat dalam proses produksi. Sedangkan disisi lain, kebutuhan dasar mereka harus tetap terpenuhi. Disinilah nilai keadilan ditegakkan untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi melalui jaminan sosial.33

30

Ibid., h. 158.

31

Baqir Sadr, Islam and School Economics, Terjemahan : Muslim Arbi Bandar, (Lampung : YAPI, 1989). H.125

32

Chibli Mallat, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti (Bandung : Mizan, 2001). h.172

33

Baqir Sadr, Manusia Masa kini dan Problema Sosial, (Bandung : Pustaka Salman ITB, 1984). h.156


(33)

Studi yang ada ini adalah sebagian dari yang utama dalam pembahasan judul skripsi yang penulis buat sebagai kerangka teori, tidak menutup kemungkinan juga bahwa ada studi-studi lain mengenai hal ini yang nantinya akan penulis pergunakan sebagai penambah khazanah ilmu bagi skripsi ini.

G. Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini dirancang secara sederhana dengan mengacu pada buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007. Adapun terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an merujuk kepada Al-Qur’an dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, tahun 1971, dengan pengecualian sebagai berikut :

1. Dalam daftar kepustakaan, Al-Qur’an dicantumkan dalam urutan paling atas, hal ini untuk menghormati bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang harus dimuliakan.

2. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits beserta terjemahnya diketik dalam satu spasi, baik yang kurang maupun yang lebih dari enam baris, serta disebutkan surat dan nomor ayatnya pada akhir ayat dengan jelas tanpa mencantumkan footnote.

Untuk menjembatani keutuhan tulisan dan memperoleh suatu pemahaman dari suatu karya tulis secara total, salah satu diantaranya terletak pada penyajiannya, sistematiskah atau tidak. Disini penulis menyajikan sistematika penelitiannya terdiri dari lima Bab untuk mengalirkan gagasan yang sebenarnya dalam bingkai yang memudahkan para pembaca, yaitu :


(34)

BAB I : Diawali dengan Pendahuluan, yang terdiri dari beberapa pointer, yaitu Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian yang terbagi dari beberapa hal yang harus disinggung, diantaranya Jenis Penelitian, Tingkat Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisa Data, Teknik Penarikan Kesimpulan, Pedoman Penulisan Laporan, Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, dan Sistematika Penelitian.

BAB II : Menjelaskan Riwayat Hidup dan Sejarah Hidup Muhammad Baqir As-Shadr. Dalam bab ini penulis menjabarkan sekilas Riwayat Hidup dengan mencoba membangkitkan kembali sejarah politik, Karir Intelektual, Latar belakang Pemikiran dan kehidupan ekonomi pada masa sang tokoh ada. Berpijak dari sini penulis mencoba mengkaitkannya dengan sejarah singkat tokoh dalam aktivitasnya sehingga eksist dalam buku-buku sejarah dan pemikiran.

BAB III : Membahas mengenai Tinjauan Teoritis Tentang Distribusi, pada bab ini menguraikan tentang Pengertian Distribusi, Prinsip-Prinsip dan Tujuan Distribusi, Mekanisme Distribusi, serta Nilai dan Moral di bidang Distribusi.

BAB IV : Sebagai jantungnya skripsi ini, dengan sub judul Tinjauan TerhadapKonsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir Ash-Shadr , bab ini merupakan inti pembahasan dalam skripsi ini. Dalam bab ini dijelaskan Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Shadr, Relevansi Pemikiran Muhammad Baqir As-Shadr yang terdiri dari dua pointer, pertama,


(35)

Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Ekonomi Islam. Kedua, Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Masa Kini. Kemudian sebagai pelengkap ditambah dengan Analisa Penulis.

BAB V : Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri atas kesimpulan yang merupakan jawaban dari perumusan masalah, saran-saran dan selanjutnya disebutkan daftar pustaka. Itulah Sistematika Penelitian yang penulis sajikan, semoga dapat mempermudah pembaca budiman dalam memahami skripsi ini.


(36)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Tahun Akademik : 2008 M / 1429 H

Nama : Rian Maulana

NIM : 103046128351

Fakultas/Jurusan : Fakultas Syariah & Hukum / Mu’amalat Perbankan Syariah Semester XI Judul Skripsi yang diajukan : “ KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS – SHADR “

NO JENIS AKTIVITAS PENERIMA CATATAN PARAF

PENERIMA

1 Konsultasi Judul / Tema Instruktur (Prodi)

2 Konfirmasi / Seleksi Judul Sekretariat Judul tersebut sudah ada / belum ada

3 Konsultasi / Persetujuan Penasehat Akademik

4 ACC / Persetujuan Judul Tim Pertimbangan Proposal Skripsi 5 Pengambilan SK. Bimbingan Skripsi Kajur / Sekjur (Prodi)

BIRO KARYA TULIS

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kajur Perbankan Syariah, Penasehat Akademik, Pengaju,


(37)

(38)

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk membedah pemikiran seorang tokoh, perlu telusuri perjalanan hidupnya untuk selanjutnya ditemukan relasi-relasinya dengan pemikiran ekonomi yang menjadi fokus penelitian ini. Berikut penelusurannya :

A. Riwayat Hidup

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr dilahirkan pada tanggal 25 Dzulqa’dah 1353 H / 1 Maret 1935 M di Kadzimiah, Irak. Beliau berasal dari suatu keluarga yang sejak satu abad sekarang berada dipusat keilmuan, dan telah menyumbangkan berbagai pelayanan kepada Islam dan kaum Muslim di Irak, Iran, dan Lebanon. Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr yang berasal dari keluarga tersebut bangkit melawan kolonialisme Inggris dan mengambil bagian dalam revolusi yang terjadi di Irak pada abad ke-20.1

Kakek buyutnya, Sayyid Shadruddin ash-Shadr dari Qum dan Sayyid Musa ash-Shadr dari Lebanon juga termasyhur karena aktivitas keagamaan dan politik mereka. Salah seorang leluhur beliau, Sayyid Abdul Husain Syarafuddin al-Musawi (pengarang kitab terkenal al-Muraja’at (Dialog Sunnah-Syiah) Mengambil bagian dari Perang Kemerdekaan di Jabal Amil

melawan Perancis.2

1

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, (Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001), h. 150

2

Ibid., h.150


(39)

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Seorang cendekiawan Muslim terkemuka, fakih (yuris) dan pemikir genius, karena karya-karya yang telah beliau wariskan kepada kaum Muslim, baik dari kalangan awam maupun kalangan terpelajar, dan karena kehidupan beliau yang penuh dengan usaha dan perjuangan, dan yang dipendekkan oleh tangan-tangan kriminalis (beliau syahid dibunuh oleh orang-orang Saddam Husein), beliau sudah terlalu terkenal dan masyhur sehingga rasanya tidak perlu mencantumkan biografi beliau dari terjemahan bahasa inggris buku beliau yang sangat terkenal ‘Iqtishaduna’3.

Ayatullah Muhammad Baqir As-Shadr datang dari satu keluarga cendikiawan dan Intelektual Islam terpandang, Sadr menyadari secara alami mengikuti jejak mereka (leluhurnya). Beliau pilih untuk mengikuti studi Islam tradisional di Hauzas atau sekolah tradisional di Irak, di mana beliau belajar

Fiqh (hukum), ushul (sumber hukum) dan teologi4.

Sadr berhasil menyelesaikan belajarnya dengan hasil yang baik, dan pada usia 20 tahun, sudah dipertimbangkan sebagai ‘Mujtahid Absolut’ (Mujtahid Mutlaq), dan kemudian, naik ke tingkatan otoritas tertinggi dari

marja (hakim otoritas). Otoritas cendikiawan dan spiritual ini dalam tradisi Islam juga tertuang dalam karya Sadr, dan dalam Iqtishaduna (Ekonomi Kita)nya, beliau mendemonstrasikan metodologi independentnya (tradisi hukum Islam), dengan pernyataan Intelektual yang tegas5.

3

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. (Jakarta : Penerbit Zahra, 2008). h.29

4

M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis, (Kuala Lumpur, 1995). h.110

5


(40)

Muhammad Baqir As-Sayyid Haidar Ibn Ismail Ash-Shadr, seorang sarjana, ulama, guru dan tokoh politik, lahir dari keluarga religius termasyhur yang telah melahirkan sejumlah tokoh kenamaan di Irak, Iran dan Lebanon6, seperti :

1. Sayyid Shadr ad-Din Ash-Shadr, seorang marja’ (otoritas rujukan tertinggi dalam mazhab Syi’ah) di Qum.

2. Muhammad Ash-Shadr, salah seorang pemimpin religius yang memainkan peran penting dalam revolusi Irak melawan Inggris yang sebagian besar diorganisasikan dan dilancarkan oleh pemimpin-pemimpin religius yang berhasil menumbangkan Inggris. Dia juga mendirikan Haras Al-Istiqlal

(Pengawal Kemerdekaan).

3. Musa Ash-Shadr, Pemimpin Syi’ah di Lebanon.

Muhammad Baqir Ash-Shadr, lahir dalam keluarga alim yang termasyhur di golongan Syi’ah. Kakeknya, Sadruddin Al-‘Amili (w.1264/1847), dibesarkan di dusun Lebanon Selatan, Ma’rakah, hijrah untuk belajar di Isfahan dan Najaf. Hingga wafat dan dimakamkan di sana. Kakeknya, Isma’il, lahir di Isfahan pada 1258 H/ 1842 M, pada 1280 H / 1863 M pindah ke Najaf, kemudian ke Samarra’7.

Di Samarra’ inilah, konon, dia menggantikan Al-Mujaddid Asy-Syirazi di Hauzah (lingkungan alim Syi’ah) lokal. Putranya, Haidar, ayah Muhammad Baqir Ash-Shadr, lahir di Samarra’ pada 1309 H / 1891 M, dan belajar pada ayahnya dan Ayatullah Al-Hai’ri Al-Yazdi di Karbala. Dia

6

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.11

7


(41)

meninggal di Kazimiah pada 1356 H / 1937 M, meninggalkan seorang istri, dua putra dan seorang putri8.

Kendatipun marja’ yang cukup terpandang, tampaknya dia meninggal dalam keadaan tak punya uang sepeser pun. Konon, sampai lebih dari sebulan setelah meninggalnya keluarga ini, masih tidak dapat menyediakan roti sehari-hari, ‘kanuha’irin fi luqmat al-‘aysy’9.

Pada usia empat tahun, Muhammad Baqir Ash-Shadr menjadi yatim, kemudian diasuh oleh ibunya yang religius dan kakak laki-lakinya, Isma’il, yang juga seorang Mujtahid kenamaan di Irak (Mujtahid adalah seorang yang sangat alim yang telah mencapai tingkat tertinggi dikalangan teolog muslim). Muhammad Baqir Ash-Shadr menunjukan tanda-tanda kejeniusan sejak usia kanak-kanak10.

Ketika berusia sepuluh tahun, beliau berceramah tentang sejarah Islam, dan juga tentang beberapa aspek lain mengenai kultur Islam. Beliau mampu menangkap isu-isu teologis yang sulit dan bahkan tanpa bantuan seorang guru pun. Pada usia sebelas tahun, beliau mengambil studi logika, dan menulis sebuah buku yang mengkritik para Filosof11.

Falsafatuna begitu tergoda kategori Marxis, sehingga bahasa Islamnya jadi terpengaruh. Tentu saja, dengan melihat ke belakang, mengkritiknya gampang, argumen Stalin, Politzer dan bahkan Engels sudah lama kadaluarsa dilingkungan filsafat. Dan kenyataan ini tidak mempengaruhi risalah filosofis

8

Ibid., h.253

9

Ibid., h.253 / lihat juga Ha’iri, ‘Tarjamat’. h.28

10

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.11

11


(42)

Sadr tapi justru membuat mereka memiliki arti penting yang tidak pantas mereka terima.12

Pada usia tiga belas tahun, kakaknya mengajarkan kepadanya ‘Ushul ‘ilm al-Fiqh (asas-asas ilmu tentang prinsip-prinsip hukum islam – yang terdiri atas Al-Qur’an, Hadist, ijma’, dan qiyas). Pada usia sekitar enam belas tahun, beliau pergi ke Najaf untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi dalam berbagai cabang ilmu-ilmu islami13.

Sekitar empat tahun kemudian, beliau menulis sebuah ensiklopedi

tentang ‘Ushul, Ghayat Al-Fikr fi Al-‘Ushul (Pemikiran Puncak dalam

‘Ushul). Mengenai karya ini, hanya satu volume yang diterbitkan14.

Ketika usia dua puluh lima tahun, beliau mengajar Bahts Kharij (tahap akhir ‘Ushul). Saat itu Sadr lebih muda daripada banyak muridnya. Disamping itu, Sadr juga mengajar Fiqh. Patut disebutkan juga bahwa pada usia tiga puluh tahun Sadr telah menjadi mujtahid15.

Muhammad Baqir al – Sadr berasal dari keluarga Syiah dan menjadi salah seorang pemikir terkemuka yang melambangkan kebangkitan Intelektual di Najaf antara 1950 M dan 1980 M. Kebangkitan ini sangat berpengaruh dalam aspek politik di kawasan Najaf Timur Tengah pada umumnya16.

Dalam karya-karyanya, beliau kerap menyerang dialektika-materialistik, dan menganjurkan, sebagai gantinya, konsep Islam dalam

12

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.258

13

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.11

14

Ibid., h.12

15

Ibid., h.12

16

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontempore,. ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005). h. 251


(43)

membedakan antara kebenaran dan kesalahan. Beliau banyak menulis tentang ekonomi Islam, dan menjadi konsultan dari berbagai organisasi Islam, seperti Bank Pembangunan Islam17.

Dalam berbagai ceramahnya beliau kadang menganjurkan suatu gerakan Islam yang terorganisasikan sebuah partai sentral yang dapat bekerjasama dengan berbagai unit dalam naungan kaum Muslim untuk melahirkan perubahan sosial yang diinginkan. beliau adalah “BapakHizb Al-Da’wah Al-Islamiyyah (Partai Dakwah Islam)18.

Sadr mengajarkan bahwa politik adalah bagian dari Islam. Beliau menyerukan kepada kaum Muslim supaya mengenali kekayaan khazanah asli Islam dan melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh eksternal apapun, khususnya pengaruh-pengaruh kapitalisme dan Marxisme19.

Sadr mendorong kaum Muslim supaya bangun dari tidur dan menyadari bahwa kaum imperialis sedang berupaya membunuh ideologi Islam dengan cara menyebarkan ideologi mereka di dunia Muslim. Kaum Muslim harus bersatu padu dalam melawan intervensi semacam itu dalam sistem sosial, ekonomi dan politik mereka20.

Muhammad Baqir Ash-Shadr banyak menuangkan fikirannya ke surat-surat kabar dan jurnal-jurnal. Banyak juga dalam bentuk buku, terutama tentang ekonomi, sosiologi, teologi, dan filsafat. Diantaranya yang terpopuler adalah (1) Al-Fatwa Al-Wadhihah (Fatwa yang jelas), (2) Manhaj

17

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.12-15

18

Ibid., h.13

19

Ibid., h.13

20


(44)

Shalihin (Jalan orang-orang Saleh) – buku ini mencerminkan suatu pandangan modern tentang masa’il, (3) Iqishaduna (Ekonomi Kita) – buku ini terdiri atas dua volume dan merupakan suatu diskusi terlengkap tentang ekonomi Islam dan tanggapan terhadap kapitalisme dan komunisme, (4) Madrasah Al-Islamiyyah (Mazhab Islam), (5) Ghayat Al-Fikr fi Al-‘Ushul (Pemikiran Puncak dalam ‘Ushul), (6) Ta’liqat ‘ala Al-Asfar (Ulasan tentang empat kitab perjalanan Mulla Sadhra), (7) Manabi’ Al-Qudrah fi Dawlat Al-Islam

(Sumber-sumber kekuasaan dalam Negara Islam), penulis dalam buku ini menyatakan bahwa suatu Negara Islam harus didirikan menurut Syari’ah, sebab hal ini adalah satu-satunya jalan untuk menjamin hukum Allah di bumi, (8) Al-Insan Al-Mu’ashir wa Al-Musykilah Al-Ijtima’iyyah (Manusia Modern dan Problem Sosial), (9) Al-Bank Al-Islamiyyah (Bank Islam), (10) Durus fi ‘Ilm Al-‘Ushul (Kuliah tentang Ilmu Prinsip Hukum Islam), (11) Al-Mursil wa Al-Rasul wa Al-Risalah (yang mengutus, Rasul dan Risalah), (12) Ahkam Al-Hajj (Hukum-Hukum Haji), (13) Al-‘Ushul al-Manthiqiyyah li Al-Istiqra

(Asas-asas Logika dalam Induksi), dan (14) Falsafatuna (Filsafat Kita)21. Seyyed Husein Nashr22 dalam pengantar buku Falsafatuna Muhammad Baqir Ash-Shadr mengatakan :

“ Tulisan-tulisan Allamah Muhammad Baqir Ash-Shadr mengandung makna teologis dan filosofis, sebab beliau adalah intelektual penting dalam

21

Ibid., h.14

22

Seyyed Husein Nasr adalah Intelektual garda terdepan yang sangat disegani disegenap penjuru dunia. Beliau menjadi Guru Besar di berbagai Perguruan Tinggi bergengsi di Eropa, Amerika, Timur Tengah. Beliau di lahirkan di Teheran, dari keluarga tradisional Syi’ah Ortodoks. Masa kelahirannya merupakan masa ketegangan politis antara kelompok ulama dengan Dinasti Pahlevi. Seyyed Husein Nasr, “Antara Tuhan, Manusia dan Alam : Jembatan Filosofis dan Religius Menuju puncak spiritual” (Yogyakarta : IRCISOD, 2003). h.171. diterjemahkan juga oleh penyunting dari “pengantar” untuk Our Philosophy, The Muhammad Trust, London, 1987.


(45)

kehidupan Islam kontemporer, satu figur yang karya-karyanya melampaui sekadar mata-mata polemik dan retorik23.”

Buku Falsafatuna dan Iqtishaduna telah mencuatkan Muhammad Baqir Ash-Shadr sebagai teoritis kebangkitan Islam terkemuka. Sistem Filsafat dan ekonomi alternatif ini di sempurnakan melalui masyarakat dan Lembaga. Dalam kedua buku ini, beliau menjanjikan jilid ketiganya dengan pola yang sama yang diberi judul, Mujtama’una (Masyarakat Kita).24

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Iqtishaduna merupakan satu karya pionir yang cukup komprehensif dalam literatur ekonomi Islam modern

mengupas masalah produksi, distribusi, konsumsi dan pertukaran. Termasuk masalah fiskal dan moneter serta strategi pengelolaan aset produktif dan peranan pemerintah di dalamnya.25

B. Karir Intelektual dan Politik

Di Kadzimiah, Muhammad Baqir Ash-Shadr masuk sekolah dasar

Muntada An-Nasyr. Menurut keterangan teman sekolahnya, beliau sejak awal menjadi sasaran perhatian dan keingintahuan guru-gurunya, sedemikian rupa, sehingga beberapa murid meniru cara jalannya, cara bicaranya, dan cara duduknya di kelas.26

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr kehilangan ayahnya ketika beliau baru berusia empat tahun, kemudian dibesarkan oleh ibu dan kakak

23

Ibid., h.15

24

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 252

25

Muhammad Syafii Antonio “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, ( Jakarta : Penerbit Zahra, 2008), h.17

26

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998), h.254 / Hairi, ‘Tarjamat’.h.44. menyebutkan tuturan teman sekelas Sadr, Muhammad ‘Ali Al-Khalili


(46)

tertuanya, Ismail ash-Shadr. Sejak kanak-kanak ia memperlihatkan tanda-tanda kecerdasan dan bakat keilmuan yang luar biasa.27

Ketika berusia sepuluh tahun, beliau sudah membahas persoalan-persoalan doktrinal dan sejarah Islam dengan suatu kepercayaan seakan-akan ia telah melewati dekade-dekade dalam menguasai topik tersebut. Di usia sebelas tahun, ia telah menulis buku tentang logika, dan juga mulai menyampaikan kuliah-kuliah tentang topik tersebut.28

Pada tahun 1365 M ia menetap di Najaf al-Asyraf, dan mulai mempelajari sekaligus mengajar prinsip-prinsip yurisprudensi (ushul al-fiqh) Islam dan cabang-cabang ilmu Islam lainnya. Beliau mempunyai suatu wawasan yang luar biasa, dimana beliau dapat memahami sepenuhnya pelajaran-pelajaran dengan autodidak29

Akhirnya beliau diposisikan sebagai Mujtahid, dan mulai menyampaikan fatwa-fatwa dalam ijtihad serta mulai menulis banyak buku. Sebanyak dua puluh enam buku dengan berbagai topik yang mencakup ushul fiqh, fiqih, ekonomi, filsafat, logika induktif, problem-problem sosial, dan administrasi publik.30

Sebahagian bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Inggris, Urdu, Turki, yang merupakan masterpiece dalam bidangnya masing-masing.31

27

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, (Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001), h. 150

28

Ibid., h.150

29

Ibid., h.150

30

Ibid., h.151

31


(47)

Uraian pasca kematian sering kali memuji, dan harus disikapi dengan hati-hati. Karena Pemerintah Irak tidak mengakui eksistensi Shadr, apalagi pencapaian intelektual atau politiknya. Karena itu, kita hanya terbatas pada teks itu saja, ingatan murid dan simpatisan almarhum.32

Kalau ini pun tidak mungkin, beberapa cerita menyebutkan, misalnya, bahwa Shadr menulis Risalah pertamanya pada usia sebelas tahun. ‘Abdul Ghani Al-Ardabili, yang dikutip dalam biografi Ha’iri, menyebut buku tersebut sebagai Risalah Logika. Karya paling awal terbit yang dapat dilacak, berasal dari 1955.33

Studi ini, berupa analisis episode Fadak yang artinya dalam sejarah Syi’ah memperlihatkan kematangan pemikiran alim muda, dilihat dari segi metode dan substansi. Namun isinya tidak memperlihatkan noda sektarian

Syi’ah yang segera lenyap dari bahasa Shadr, sampai masa konfrontasi dengan Ba’ath pada akhir 1970-an.34

Ciri lain yang mencolok dari kebangkitan itu adalah dimensi politiknya, dan saling berpengaruh antara apa yang terjadi di lorong gelap dan sekolah tinggi berdebu Najaf, dan Timur Tengah pada umumnya.35

Singkatnya, ini merupakan latar belakang politik kebangkitan di Najaf. Namun, tantangan politik Islam yang bermula di Najaf tak akan bersifat universal tanpa adanya dimensi intelektual dan kulturalnya yang khas.36

32

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.254

33

Ibid. h.254 / Muhammad Baqir Sadr, Fadak fi At-Tarikh (Fadak dalam Sejarah), edisi I, Najaf.1955

34

Ibid., h.254

35

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.246

36


(48)

Di tengah berbagai peristiwa yang dramatis, yang kian global jangkauannya, penting untuk dicamkan bahwa kebangkitan Najaf merupakan gejala intelektual yang terutama melibatkan faqih dan keputusan hukum. Inilah dimensi Timur Tengah bergolak yang kurang diketahui, dan merupakan dimensi yang lebih langgeng.37

Di tengah pembaruan budaya dan pembentukan sistem, ada’ internasional Syi’ah’ yang merupakan produk jaringan Najaf. Di Najaf, Muhammad Baqir Ash – Shadr tampil sebagai pendiri suatu sistem konstitusi dan ekonomi baru.38

Kendatipun banyak sumbangsih luar biasa Shadr untuk tema-tema historis Islam, Ushul, dan filsafat, namun karya-karya Shadr di bidang hukum konstitusi dan ekonomi Islamlah yang paling inovatif.39

Dalam ekonomi Islam, Shadr menulis beberapa risalah. Dua yang paling penting adalah Iqtishaduna, yang merupakan teori umum ekonomi Islam, dan Al-Bank Al-ala Ribawi fi Al-Islam, yang merupakan teks terinci soal operasi bank Islam dalam konteks lawannya, yaitu ‘Kapitalisme’.40

Dua unsur membeakan Iqtishaduna dari literatur umum ekonomi Islam. Dari segi struktur dan metodologi, tak diragukan lagi inilah sumbangsih paling serius dan paling banyak disaluti dibidang ini.41 Ada dua alasan untuk keseriusan ini :

37

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998)Ibid., h.252

38

Ibid., h.252

39

Ibid.,h.260

40

Ibid., h.260

41


(49)

Pertama, Shadr jelas ingin menyajikan berbagai ideologi rival, khususnya Marxisme, secara serius. Kritiknya atas Marxisme mungkin tidak memadai, meski ini merupakan upaya Intelektual yang serius. Adapun mengenai teori kapitalis, riset yang dilakukannya lebih terbatas. Ini akibat pengaruh Marxisme yang dominan.

Pada masa Iqtishaduna, hingga akhir 1970-an, bidang Intelektual ‘ilmu sosial’ didominasi oleh kaum kiri. Dalam Iqtishaduna, hanya tiga puluh halaman yang diperuntukkan untuk kritik struktural atas kapitalisme, yang jauh kurang tuntas dibanding tigaratus halaman yang diperuntukkan untuk membantah teori Marxisme.42

Dalam Iqtishaduna, Shadr mencoba menjawab himbauan komunis untuk mengubah ‘keseimbangan sosial’ dengan teori hukum terinci soal hak milik dan distribusi. Dalam tulisannya soal perbankan, Shadr dapat menawarkan cetak biru ‘bank Islam’ yang kini lagi mode.43

Dalam tulisannya soal konstitusi, dikemukakan tatanan terinci di jantung Republik Islam Iran. Dalam hal ini pemikiran Shadr adalah penting bagi pembaruan hukum Islam. Karena kedalaman tulisannya dibidang ‘baru’ tak dapat tertandingi oleh masyarakat Muslim modern, maka di dunia Syi’ah, dan lebih umum lagi di Dunia Islam, Shadr tetap merupakan sumber inspirasi dan kekaguman yang unik.44

Disebabkan oleh ajaran-ajaran dan keyakinan-keyakinan politiknya, yang menyebabkannya mengutuk rezim Bha’at di Irak sebagai melanggar hak-hak asasi manusia dan Islam, Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr di tahan

42

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998)h.261

43

Ibid.,h.264

44


(50)

dan di pindahkan dari Najaf ke Baghdad. Beliau kemudian di bebaskan dan ditahan lagi di Najaf pada 1979.45

Saudara perempuannya, Bint Al-Huda, yang juga seorang sarjana dalam teologi Islam, mengorganisasikan suatu protes menentang penahanan atas seorang marja’. Sejumlah protes lain, menentang pemenjaraan atas diri Ash-Shadr, juga diorganisasikan di dalam dan di luar Irak. Kesemuanya ini membuat Ash-Shadr dibebaskan dari penjara.46

Namun, beliau tetap dikenai tahanan rumah selama sembilan bulan. Ketegangan antara beliau dan Partai Bha’ath terus tumbuh. Beliau mengeluarkan fatwa bahwa haram bagi seorang Muslim bergabung dengan Partai Bha’ats yang tak Islami itu. Pada 5 April 1980 beliau ditahan lagi dan dipindahkan ke Baghdad.47

Beliau dan saudara perempuannya, Bint Al-Huda, dipenjarakan dan dieksekusi tiga hari kemudian. Jasad mereka dibawa dan dimakamkan di An-Najaf. Misteri menyelimuti kematian mereka. Muncul banyak pertanyaan, misalnya, tentang maksud di balik eksekusi itu dan identitas mereka yang mengatur eksekusi ini.48

Sejak 1970, pemerintah di Najaf kembali mendapat tekanan sekali setahun. Sadr, di tahan beberapa kali, di interogasi, dan di perlakukan dengan kejam. Pada juni 1979, ketika Sadr sedang bersiap memimpin delegasi untuk memberi salam kepada Ayatullah Khomeini di Teheran, beliau di kenai

45

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), h.12

46

Ibid., h.12

47

Ibid., h.12

48


(51)

tahanan rumah. Setelah itu beliau di pindahkan ke Baghdad pada 5 April 1980. Tanggal ini bertepatan dengan serangan kedua terhadap pejabat pemerintah dalam seminggu.49

Bagi pemerintah, ini merupakan isyarat di mulainya konfrontasi final dengan apa yang di anggap pemerintah sebagai akar masalahnya. Najaf di serbu pada malam hari. Sadr dipindahkan ke Baghdad. Najaf ingat bahwa Sadr lolos dari upaya penculikan, dan ditahan kembali pada juni karena Bint Al – Huda mengerahkan orang yang sedang berbelasungkawa di Sahn (Masjid ‘Ali di Najaf) dengan pekikan ‘Imam kalian mau di culik.’ Kali ini, pemerintah membungkam saudara perempuan Shadr ini dengan membawanya ke Baghdad, dan dengan mengeksekusi Shadr.50

Pada dekade terakhir dari hidupnya adalah masa penyiksaan oleh Rezim Ba’ath di Irak. Pengaruhnya yang menakutkan terhadap media massa, dan setelah hukuman penjara dan siksaan, Rezim Ba’ath menghukum mati atasnya pada tanggal 8 April 1980.51

Menurut laporan, tubuh Muhammad Baqir Ash-Shadr dimakamkan diwaktu fajar pada 9 April dihadiri keluarga dari Najaf. Ini berarti dia meninggal sehari sebelumnya. Namun banyak pertanyaan masih belum terjawab.52

Peristiwa pengeksekusian Shadr bersama saudara perempuannya yang bernama Bint Al-Huda, pada 8 April 1980, merupakan titik puncak tantangan

49

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998) h.251

50

Ibid., h.251

51

M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis,

(Kuala Lumpur, 1995), h.111

52


(52)

terhadap Islam di Irak. Dengan meninggalnya Shadr, Irak kehilangan aktivis Islamnya yang paling penting.53 Semoga Allah merahmati Ruh sucinya.

C. Latar Belakang Pemikiran

Latar belakang alim ‘internasional’, dan relatif miskinnya keluarga Shadr, merupakan dua unsur penting yang menentukan konteks pendidikan Shadr. Kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga pada awal meninggalnya Haidar Ash-Shadr, juga dialami bayi Muhammad Baqir Ash-Shadr. Anggota keluarga lainnya mengurusi pendidikan Ash-Shadr. Dia tumbuh besar di bawah pengawasan pamannya dari pihak ibu, Murthada Al-Yasin,54 dan di bawah pengawasan kakaknya, Isma’il (1340 / 1921-1388 / 1968).55

Meskipun latar belakang yang tradisional, Sadr tidak pernah lepas dari isu-isu masa kini. Intelektualnya yang tajam mengilhami beliau untuk belajar filsafat modern, ekonomi, sosiologi, sejarah dan hukum secara kritis.56

Sadr seperti Taleghani, seorang alim yang aktif. Beliau terus-menerus menyuarakan pandangannya bagi kondisi orang-orang Muslim dan keinginannya untuk bebas, bukan hanya dari kolonialisme ekonomi dan politik, tetapi juga dari dominasi pemikiran.57

53

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, ( Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), h. 251

54

Murthada Al-Yasin adalah alim yang kuat kedudukannya. Ketika beliau mengeluarkan fatwa termasyhur menentang komunis pada 3 April 1960.

55

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998), h.253

56

M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis, ( Kuala Lumpur, 1995), h.110

57


(53)

Masalah pemerintah di Irak mendesaknya untuk menetapkan Hizb ad-Da’wah al-Islamiyyah (Partai Suara Islam), sebuah partai yang membawa para pemimpin agama secara bersama-sama dengan kaum muda, bertujuan menghadapi gelombang dari sosialisme Ba’ath memegang kendali politik pada tahun 1958.58

Falsafatunanya (Filsafat kita) dan selanjutnya Iqtishaduna, menuai kritik komparatif dari keduanya mengenai kapitalisme dan sosialisme, dan pada saat yang bersamaan, pandangan dunia Islam serentak menggambarkan dengan garis sistem ekonomi Islam.59

Pada 1365-1945, keluarga ini pindah ke Najaf. Di Najaf inilah Shadr menghabiskan sisa hayatnya. Nilai penting Najaf sudah mapan sejak 1920-an, ketika kota dan ulamanya tampil sebagai sentral perlawanan terhadap invasi

Inggris.60

Najaf agak tenang setelah kekalahan relatif terhadap Raja Faisal pada 1924 M, ketika para faqih besar mengambil jalan ke pengasingan. Namun kebanyakan kembali beberapa tahun kemudian untuk melanjutkan studi dan mengajar, menjauh dari huru-hara politik.61

Pada 1950-an, panorama Najaf mengalami perubahan Radikal. Sikap diam mujtahid, akibat tidak mampu berkonfrontasi dengan baghdad,

58

Ibid., h.110

59

Ibid. h.,110

60

Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Bandung : Mizan, 1998), h.254 / Banyak literatur tentang pemberontakan 1920 dan peran kepemimpinan ulama. Lihat R. Al-Khattab. Al-‘Iraq bayna 1921 wa 1927 (Irak antara 1920 dan 1927), Najaf. 1976. dan A. Al-Fayyad, Ats-Tsawrah Al-‘Iraqiyyah Al-Kubra (Pemberontakan Besar Irak), Baghdad, 1963.

61


(54)

menerima tantangan serius pada tahun-tahun sebelum revolusi 1958 dari pihak yang tak disangka-sangka, yaitu kaum komunis.62

Shadr menyadari dirinya berada ditengah konfrontasi intelektual sengit antara Najaf tradisional dan kaum komunis. Dan pandangan dunianya terbentuk dengan latar belakang intelektual ini : seruan sosialis-komunis yang dominan di seluruh Timur Tengah, yang mewarnai tulisan-tulisannya dengan ‘persoalan sosial’, dan pendidikan tradisional ulama, termasuk struktur

hierarkinya yang relatif ketat.63

Dimensi yang lebih tradisional dan ketat diri karya-karya Shadr, terlihat pada beberapa publikasi disepanjang hayatnya. Yang paling mencolok adalah adalah buku-buku ushul al-fiqh-nya. Ada dua contoh yang bisa dipertimbangkan64:

Yang pertama adalah dari tahun-tahun pertama di Najaf, di mana Shadr menulis Muqaddimah untuk sejarah dan ciri pokok disiplin ini, Al- Ma’alim Al-Jadidah fi Al-Ushul. Buku ini yang banyak dipakai sebagai pengajaran Mukadimah di Najaf, dan terbit pada 1385-1965, masih merupakan salah satu buku menarik di bidang ini.

Shadr sendiri menulis karya-karya Ushul yang lebih pelik. Pada 1397-1977, yang pertama dari seri empat jilid mengenai ‘ilm al-ushul, yang dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa ke derajat lebih tinggi, yaitu bahts al-kharij (riset tingkat sarjana), terbit di Beirut dan Kairo.

62

Ibid., h.254

63

Ibid., h.255

64


(55)

Menurut Shadr, karya-karya ini dipersiapkan untuk meringankan tugas siswa, yang ‘terhambat masalah bahasa’65 dari empat karya pokok yang dipakai selama lebih setengah abad di Najaf66 , Al’Ma’alim Al-Jadidah dan

Durus menunjukan sisi didaktis minat Shadr pada Ushul al-Fiqh.

Keduanya dimaksudkan hendak mencari pendekatan langsung terhadap persyaratan yang diperlukan sebelum bahts al-kharij yang terlalu sulit, dan untuk orang awam yang berminat pada gambaran ikhtishar disiplin ini.

Shadr juga menulis karya ushul yang lebih tinggi. Kebanyakannya berbentuk catatan dari muridnya. Kazim Al-Husaini Al-Ha’iri menyusun jilid pertama Mabahits Al-Ushul pada 1407-1987.67 Mahmud Al-Hasyimi, juga murid kesayangan Shadr, menyusun seksi kuliah Ta’arud Al-Adilla Asy-Syar’iyyah-nya Shadr dalam sebuah buku yang terbit pada 1977.68

Beliau sangat menaruh perhatian terhadap hak-hak dunia Muslim, dari mulai Maroko sampai Indonesia. Beliau merupakan salah seorang pembela bentuk pemerintahan Islam yang paling gigih. Pemerintahan Partai Ba’ath Irak sangat gusar terhadap laporan ini. Oleh karenanya, mereka memenjarakan

65

Shadr , Daght fi Al- ‘Ibara’, Durus I, h.9

66

Empat buku Syiah tersebut adalah Ma’alim Asy-Syahid Ats-Tsani (w.966/1559),

Qawaninnya Qummi (w.1231/1816), Kifayah-nya Al-Khurasani (w.1328/1910), dan Rasail-nya Anshari (w.1329/1911)

67

Shadr, Mabahist Al-Ushul. Menurut Ha’iri, buku ini hanyalah kompilasi Jilid pertama Bagian 2 dalam seri kuliah Shadr

68

Ibid., h.256 / Mahmud Hasyimi, Ta’arud Al-Adilla Asy-Syar’iyyah Taqriran li-Abhats As-Sayyid Muhammad Baqir As-Shadr (Kontradiksi Bukti Hukum, Laporan Riset Muhammad Baqir As-Shadr, Beirut, EdisiII, 1980. Mukaddimah oleh Shadr, 1994 / 1974.


(56)

beliau di Najaf pada pertengahan tahun 1979 dan memindahkannya ke penjara Baghdad pada 3 April 1980.69

D. Posisi Muhammad Baqir As-Shadr diantara para Pemikir Ekonomi Islam Lain

Pemikiran ekonomi Islam bisa dikatakan seusia dengan Islam itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dari berbagai praktik dan kebijakan ekonomi pada masa Rasulullah SAW dan al – Khulafa al – Rasyidin merupakan contoh

empiris yang dapat dijadikan pijakan bagi para pemikir, praktisi dan cendikiawan Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya. Konsep ekonomi pada waktu itu berdasarkan pada hukum Islam yang bersumber dari Al – Qur’an dan Sunnah Nabi. Kendatipun belum tersusun secara teoritis, praktik ekonomi pada masa-masa awal Islam memfokuskan perhatiannya pada pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan. Sebagian besar pembahasan isu-isu tersebut terkubur dalam berbagai khazanah hukum Islam yang tentu saja tidak memberikan perhatian khusus terhadap analisis ekonomi.70

Ilmu ekonomi Islam berkembang secara bertahap sebagai suatu bidang ilmu interdisiplin yang menjadi bahan kajian para fuqaha, Mufassir, Filosof, Sosiolog, dan Politikus. Dalam masa-masa perkembangan ekonomi yang sangat panjang itu lahirlah ekonom-ekonom Muslim terkemuka, sebut,

69

Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, (Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001), h. 151

70

M. Nejatullah Siddiqi, Recent Works on History of Economic Thought in Islam : A Survey, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazali (Ed.) Readings in Islamic Economic Thought (Selangor Darul Ehsan : Longman Malaysia, 1992), h.33


(57)

misalnya, Abu Yusuf (182/798 ), Al – Syaibani (189/804), Abu Ubaid (224/838), Yahya bin Umar (289/902), Al – Mawardi ( 450/1058), Ibnu Hazm (456/1064), dan lainnya. Para ekonom muslim ini diikuti oleh tokoh intelektual terkenal lainnya. Seperti, Al-Ghazali (451-505/1055-1111), Ibnu Taimiyah (661-728/1263-1328), Al – Syatibi (790 H), Ibnu Khaldun (732-808/1332-1404), dan Al – Maqrizi (845 H). Jejak sejarah pemikiran mereka berlanjut pada masa Shah Wali Allah (1114-1176/1703-1762), Muhammad Ibn ‘Abd al-Wahhab (1206/1787), Muhammad Abduh (1230/1905), Muhammad Iqbal (1356/1932) dan masih banyak pemikir ekonomi islam lainnya,71 telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kelangsungan dan perkembangan peradaban dunia, khususnya pemikiran ekonomi, melalui sebuah proses evolusi yang terjadi selama berabad-abad.

Masa berikutnya adalah masa dimana lahir banyak tokoh pemikir kontemporer yang mengkhususkan diri dalam menekuni bidang ekonomi Islam yang lebih sistematis dan dengan mengikuti perkembangan ilmu ekonomi modern, diantaranya adalah Khursyid Ahmad, Nejatullah Siddiqi, Umer Chapra, Afzalurrahman, M.A Mannan, Monzer Kahf dan lain-lain.

Dalam tataran paradigma seperti ini, ekonom-ekonom muslim tidak menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun, ketika mereka diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi islam itu, mulai muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini, pemikiran ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga

71

Azyumardi Azra, “Pengantar”, dalam Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Asatrus, 2005), h. xii


(58)

mazhab, yakni : Mazhab Baqir Sadr, Mazhab Mainstream, dan Mazhab Alternatif-Kritis.72

Mazhab Baqir as-Sadr73 berpendapat bahwa sumber daya pada hakikatnya melimpah dan tidak terbatas. Pendapat ini didasari oleh dalil QS. Al-Qomar (54) : 49 yang menyatakan bahwa :

” Sesungguhnya telah Kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya.”

Dengan demikian, karena segala sesuatu sudah terukur dengan sempurna, maka pasti Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi seluruh manusia.

Baqir Sadr juga menolak pendapat yang menyatakan bahwa keinginan manusia tidak terbatas. Ia berpendapat bahwa manusia akan berhenti mengonsumsi suatu barang atau jasa apabila tingkat kepuasan terhadap barang atau jasa tersebut menurun atau nol. Karena itu, mazhab ini berkesimpulan bahwa keinginan yang tidak terbatas itu benar adanya, sebab pada kenyataannya keinginan manusia itu terbatas. (Bandingkan pendapat ini dengan teori Marginal Utility, Law of Diminishing Returns, dan Hukum

Gossen dalam ilmu ekonomi).74

72

Adiwarman Karim. Ekonomi Mikro Islami. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Edisi Ketiga, h.30

73

Baqir al-Hasani, The Concept of Iqtisad, dalam Baqir al-Hasani dan Abbas Mirakhor, Essays on Iqtishad : The Islamic Approach to Economic Problems, (Silver Spring : NUR, 1989), h.21

74


(1)

Dalam hal pendistribusian, jika pemerintah membiarkan terjadinya penyimpangan dalam distribusi, maka akan meningkatkan jumlah orang miskin, sehingga mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan yang berkepanjangan. Dan yang terpenting, pemerintah harus menjamin distribusi yang merata dan adil dengan jaminan yang riil.

B. Saran – Saran

Sebagai akhir dari skripsi ini, penulis ingin memberikan saran sebagai berikut :

1. Hendaklah para pelaku ekonomi, pemerintah dan masyarakat luas, segera melaksanakan konsep distribusi yang sesuai dengan syari’at. Penyalahgunaan konsep distribusi, mengakibatkan dampak negatif pada perekonomian global.

2. Penulis melihat, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keislaman dan keekonomian, selayaknya para pemerhati dan pelaksana ekonomi perlu untuk mencermati dan menelaah lebih jauh pemikiran tokoh ini. Setidaknya menurut penulis, banyak melahirkan teori yang diawali dari kondisi sosial-politik dimana tokoh berada. Seperti yang disinggung Vilfredo Pareto, kesadaran di mulai dari kondisi,1 sang tokoh ini berjuang mengembalikan masyarakat dunia ke peradabannya, yakni manusia yang sadar lingkungan baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal frontal.

1

Richard Bellamy, Teori Sosial Modern Perspektif Itali, (Jakarta : LP3ES), diterjemahkan oleh Verdi R Hadiz, 1987.


(2)

Atau seperti kata Dawam Rahardjo,2 mengembalikan manusia ke awal kelahirannya sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi (Homo Social Homo Economics).

Ajaran tokoh ini telah membentuk sebuah pandangan yang baru dan berbeda dengan masa yang sedang berlaku. Untuk kasus Indonesia, mengacu pada krisis yang pernah menimpa di tahun 1998 dan krisis global yang tengah terjadi dewasa ini serta kasus bank century, kiranya pemikiran dari tokoh ini perlu mendapat tempat. Jika tidak, maka perbaikan disektor moneter (makro) yang di mulai kita rasakan sejak era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dalam jilid kedua ini, hanya bersifat temporer. Kekhawatiran akan terjadinya krisis yang lebih dahsyat, bisa saja terjadi jika penyelewengan terhadap distribusi terus dilakukan. Atau setidaknya, wacana yang di gulirkan dapat di jadikan landasan dalam membentuk karakter ekonomi Indonesia dalam menghadapi serangan pasar bebas dunia beberapa tahun mendatang.

2


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Pentafsir Al-Qur’an, 1971.

A. Djazuli dan Yadi Janwari, H.A. Lembaga-lembaga perekonomian umat sebuah pengenalan. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2002.

Adiningrat, Muhammad Arif dan Wadjdi, Farid. “ Kebijakan yang bertolak belakang “. Artikel diakses pada sabtu, 21 Mei 2005 dari Hizbut Tahrir Indonesia (www.hizbut-tahrir.or.id).

Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam Jakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995. Ali, Muhammad. Kamus bahasa indonesia modern, Jakarta : Pustaka AMANI. Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM

dan UKM di Indonesia, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009.

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer. Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005.

Amien Rais, Muhammad, Agenda Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia, Yogyakarta : PPSK Press, 2008.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

Ash-Shadr, Muhammad Baqir. Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : Pustaka Zahra, 2002.

Aufa, Ilham“ Hijaz 1800-1925 : Periode Penuh Intrik Politik dan Benturan Pemikiran “ dalam Dialogia, no1/vol.I/Mei 2000.

Baker, Anthon dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius, 1990.

Baqir Ash-Shadr , Muhammad. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. Jakarta : Penerbit Zahra, 2008.

Baqir Shadr, Muhammad. Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia. Bandung : Penerbit Mizan, 1995.

Baqir Ash-Shadr, Muhammad. Sistem Politik Islam. Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001.


(4)

Baqir Sadr, Muhammad, Islam and School Economics, Terjemahan : Muslim Arbi Bandar, Lampung : YAPI, 1989.

Baqir Sadr, Muhammad, Manusia Masa kini dan Problema Sosial, Bandung : Pustaka Salman ITB, 1984.

Bukhari, Shahih Bukhari, cet. II. Riyadh : Daarus Salam, 1997.

Chapra, M. Umar. Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter Yang Adil, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.

Chapra, M. Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi.Jakarta : Gema Insani Press, 2000.

Chapra. Islam dan tantangan ekonomi, Islamisasi ekonomi kontemporer, Surabaya : Risalah Gusti, 1999.

Daud, Abu. Sunan Abu Daud, Jilid.II. Beirut : Daarul Fikr, 1994.

di akses pada 15 Juni 2010 dari http//.badankebijakanfiskalkemenkeu.htm di akses pada 15 Juni 2010 dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/ di akses pada 15 Juni 2010 dari http://www.depkeu.go.id

Edwin Nasution, Mustafa. Pengenalan Eksklusif : Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana, 2007. Ed. I. Cet. 2.

Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005.

Fakultas Syariah dan Hukum, Tim Penulis. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Haneef, M. Aslam, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative

Analysis, Kuala Lumpur, 1995.

Heru Priono, Djaka. “ Konsep Ekonomi Islam Baqir As-Shadr dan Monzer Kahf : Sebuah Studi Komparatif. “ Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama : Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta : Paramadina, 1996.

Karim, Adiwarman, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.


(5)

Mallat, Chibli, Menyegarkan Islam, Bandung : Mizan, 2001.

Mallat, Chibli, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti Bandung : Mizan, 2001.

Mallat, Chibli. Para Perintis Zaman Baru. Bandung : Mizan, 1998.

Mengatasi Kemiskinan. Buletin Dakwah AL-ISLAM Hizbut Tahrir Indonesia, Edisi 385 / Tahun XIV.

Moloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, Yogyakarta : BPFE, 2004. Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.

Perbankan Syariah Tidak akan Membiayai Rokok, Miras dan Hiburan Malam, WARTA Media Informasi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 03 Desember 2009.

Perwataatmadja, Karnaen, ”Kebutuhan dan Strategi Pengembangan Kurikulum untuk membangun SDI Syariah,” pada acara seminar ”Peran Perguruan Tinggi dalam membangun SDI Syariah Profesional,” dalam Indonesia Syariah Expo, 27 Oktober 2007, Jakarta Convention Centre : MES, 2007. Poepoprodjo, Interpretasi : Beberapa Catatan Pendekatan Falsafatinya, Bandung

: Remadja Karya, 1987.

Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta : Gema Insani Press, 1997.

Qardhawy, Yusuf, Peran Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta : Robbani Press, 2001.

Renier, GJ, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997.

Sholahuddin, M. Asas-asas ekonomi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Yogyakarta : EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, 2007.

Suradjiman, Ekonomi 1 untuk Sekolah Menengah Umum, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.


(6)

Surur, Miftakhus. “Indonesia dan Ekonomi Syariah”, Gontor, No.11 Th.VI (Maret 2009) : h.58.

Syakir Sula, Muhammad, ”Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia,” artikel di akses pada 04 Mei 2006 dari Republika online.

Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003.