DAKWAH DAN KEKERABATAN KAJIAN TENTANG STRATEGI PENGORGANISASIAN ANGGOTA PENGAJIAN MAJELIS TA’LIM AL-AHADI DI PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG PAJARAKAN KAB. PROBOLINGGO.

ABSTRAKSI
Nama Penyusun : Saiful Islam
NIM

: F0.5.4.10.241

Judul Tesisi

: Dakwah Dan Kekerabatan (Strategi Pengorganisasi Anggota
Majlis Ta’lim al-Hadi Pesantren Zainul Hasan Genggong Di
Pajarakan Kabupaten Probolinggo).

Penyebaran agama Islam ke Nusantara pertama kalinya dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam cara dan saluran, perdagangan, politik
kekuasaan dan sebagainya. Pelopor dakwah di Jawa, yang terkenal dengan
sebutan wali songo, memilih memanfaatkan medium jalinan kekerabatan
yang menghubungkan secara geneologis, baik antara mereka sesama pelaku
dakwah (da>‘i>) maupun dengan masyarakat strategis yang menjadi objek
pengislaman (mad‘u>). Dalam kenyataanya, model komunikasi dakwah
semacam itu terbukti sangat efektif meningkatkan keberhasilan dakwah
Islam.

Dakwah Islam dengan kekerabatan memperoleh banyak keuntungan
berkat jalinan kekerabatan. Seperti, hubungan kekerabatan yang mengacu
pada skema anggota-anggota keluarga, baik yang bertalian darah segaris
keturunan (lineage) atau nasab-atas (nenek moyang), ke bawah (anak cucu),
serta samping kanan dan kiri (semendo), mampun yang diakibatkan oleh oleh
suatu kontrak perkawinan. Dakwah dengan kekerabatan tidak hanya
ditemukan pada massa wali songo yang sangat sukses mengislamkan tanah
Jawa, hal itu juga ditemukan di media dakwah Majlis Ta’lim al-Ahadi Di
Pesantren Zainul Hasan Genggong Kabupaten Probolinggo. Dakwah dengan
kekerabatan yang pereankan oleh Kyai (da>‘i>) dan anggota pengajian Majelis
Ta’lim al-Ahadi di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, merupakan
fenomina dakwah yang menarik untuk diteliti, melihat dakwah dengan
kekerabatan sangat sulit ditemukan pada saat sekarang apalagi dengan
usianya Majlis Taklim ini sudah hampir satu abad. Karena itu peneliti
menganggkat judul; Dakwah dan Kekerabatan, Kajian tentang Strategi
Pengorganisasian Anggota Pengajian Majelis Ta’lim al-Ahadi di pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Kab. Probolinggo.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode
penelitian kualitatif dengan tujuaan untuk mendiskripsikan anggota
pengajian dan pelaku dakwah di Majlis Ta’lim al-Ahadi. Sedangkan teori

yang digunakan untuk membedah jamaah dan pelaku dakwah, penulis
menggunakan teori Cliford Greertz tentang agama dan kebudayaan, dan teori
James W. Zanden tentang terbentuknya kelompok.
Dari hasil penelitian ini penulis menemukan beberapa temuan, salah
satunya adalah Majlis Ta’lim al-Ahadi bertahan sampai sekarang disebakan
oleh unsur barokah dan karomah yang dimiliki oleh KH. Mohamad Hasan
Sepuh. Faktor yang lain adanya kaderisasi yang jelas kepada putra-putranya
di saat masih muda untuk melanjutkan dakwah islamnya di media dakwah
xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

itu sendiri, adapun anggota penggajian membentuk kekerabatan yaitu alumni
santri yang dulu menjadi santri di pesantren mengikuti pengajian dan
mengajak saudara-saudaranya di Majlis Ta’lim al-Ahadi.
Keunikan dari media dakwah ini adalah masih bisa mempertahankan
nilai nilai lama, meskipun media dakwah yang lain sudah menggunkan media
elektronik seperti televisi untuk mempublikasin dan mensosialisasikan
dakwah islam kepada masyarakat. Hal inilah yang membuat Majlis Ta’lim
sangat menarik untuk diteliti.


xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAKWAH DAN KEKERABATAN
Kajian Tentang Strategi Pengorganisasian Anggota Pengajian Majelis Ta’lim alAhadi di Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Kab. Probolinggo

TESIS
Diajukan Untuk memenuhi sebagian syarat
Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Studi Ilmu Keislaman
Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh
SAIFUL ISLAM
N I M : F0.5.4.10.241

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA

2015

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .....................................................................................

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
ABSTRAKSI ................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ............................................... 6

C. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
E. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 8
F. Penelitian terdahulu ........................................................................... 8
G. Sistematika pembahasan ................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORITIK METODE DAKWAH
A. Kajian Pustaka ................................................................................... 16
B. Teori Penelitian ................................................................................. 25
1. Cliford Greetz Tentang Agama Dan Kebudayaan ...................... 32
2. James W. Zanden Teori tentang terbentuknya kelompok .......... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jeinis Penelitian ...................................................... 36
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................. 40

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Sumber Data Dan Lokasi Penelitian ................................................. 41
D. Tahap-Tahap Penelitian ..................................................................... 42

E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 49
F. Teknik Keabsahan Data .................................................................... 51
G. Jadwal Penelitian ............................................................................... 54
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
A. Latar Belakang Berdirinya Majlis Ta’lim al-Ahadi .......................... 56
1. Majlis Ta’lim al-Ahadi Pada Masa KH. Moh. Hasan ................. 57
2. Majlis Ta’lim al-Ahadi Masa KH.Moh. Hasan Saifurrizdal ........ 61
3. Majlis Ta’lim al-Ahadi Masa KH. Moh. Hasan Saiful Islam ...... 64
B. Visi Dan Misi Majlis Ta’lim Al-Ahadi .............................................. 66
C. Perkembangan Majlis Ta’lim al-Ahadi .............................................. 67
D. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN .................................................. 70
1. Pola Kekerabatan Majlis Ta’lim al-Ahad .................................... 70
2. Hubungan (interrelationship) Kekerabatan Anggota Majelis
Ta’lim al-Ahadi ........................................................................... 75
3. Strategi Majlis Ta’lim al-Ahadi Pesantren Zainul Hasan ........... 77
a. Barokah dan Karomah Kyai Pesantren, Akan Dari Staregi
Dakwah Majlis ta’lim al-Ahadi ............................................. 77
b. Santri Sebagai Modal Stragi Dakwah Majlis Ta’lim
al-Ahadi .................................................................................. 81
E. ANALIS DATA

1. Pola Kekerabatan Pimpinan Majlis Ta’lim al-Ahadi .................. 83
2. Pola Kekerabatan Anggota Pengajian Majlis Ta’lim al-Ahadi .... 85
3. Strategi Majelis Ta’lim al-Ahadi Bisa Bertahan Sampai
Sekarang....................................................................................... 86
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 88
B. Saran .................................................................................................. 91

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyebaran agama Islam ke Nusantara pertama kalinya dilakukan
dengan menggunakan berbagai macam cara dan saluran, perdagangan,
politik kekuasaan dan sebagainya. Pelopor dakwah di Jawa, yang terkenal
dengan sebutan wali songo,1 memilih memanfaatkan medium jalinan
kekerabatan yang menghubungkan secara geneologis, baik antara mereka
sesama pelaku dakwah (da>‘i>) maupun dengan masyarakat strategis yang
menjadi

objek

pengislaman

(mad‘u>).

Dalam


kenyataanya,

model

komunikasi dakwah semacam itu terbukti sangat efektif meningkatkan
keberhasilan dakwah Islam.2
Wali-wali pun, pada waktu itu, diakui peranannya dalam struktur
komunitas

penduduk

pribumi

bahkan

melalui

isyarat-isyarat

kesinambungan keturunan antarsesama wali sebagai da>‘i>, seperti wali

songo. Kekerabatan para wali songo ini dapat diterangkan dengan teori
ujung timur pulau Jawa, yang menyebutkan empat orang suci agama Islam
pada zaman kuno diperkirakan masih satu saudara. Mereka ialah Jumadil

1
Wali songo adalah wali yang berjumlah sembilan yang terdiri dari Malik Ibrahim (Gresik),
Sunan Ampel (Surabaya), Sunan Giri (Gresik), Sunan Bonang (Tuban), Sunan Drajat
(Lamongan), Sunan Kudus (Kudus), Sunan Kali Jaga (Kadilangu Demak), Sunan Muria
(Kudus), dan Sunan Gunung Jati (Cirebon). Lihat Sukarma, “Kekerabatan: Akar Keunggulan
Strategi Dakwah Wali Songo”, Ilmu Dakwah, Vol. 10, No. 2 (April, 2005), 3.
2
Ibid., 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Kubra di mantingan,3 dan Nyampok di suku Dhomas, Dada Pethak di
Gunung Bromo dan Maulana Ishak dari blangbangan.
Pada paruh pertama abad ke-15, saat Islam memperoleh momentum

di istana dan wilayah kekuasaan majapahit, sebelumya prabu Kertawijaya
dan Brawijaya 1 yang masih menganut agama Hindu support kepada
pribadi dan aktifitas muslim, dalam hal ini adalah Santri Gresik, Raden
‘Alim atau Sunan Mejagung dan Raden Rahmat (Sunan Ampel), semantara
itu perkawinan raja legendaris Majapahit Brawijaya V dengan wanita
kebangsaan Tionghoa. Dara Pethak melahirkan Raden Fatah, jadi secara
geneologis raja Demak yaitu Raden Fatah, yang di kemudian hari menjadi
penguasa Muslim pertama di tanah Jawa. Jadi secara geonologis, raja
Demak itu masih tergolong kerabat dekat Sunan Ampel dari lingkungan
keraton Majapahit.
Raden Sahid atau Sunan Kalijaga adalah kerabat dari Sunan
Bonang bila dilihat dari ibunya yang berasal dari kedaton tua Tuban, dan
juga Sunan Kalijaga mempunyai hubungan dekat dengan Sunan Gunung
Jati karena menikahi saudara perempuanya yaitu Ratna Sitti Jainab, adapun
Sunan Sarif Hidayatullah mempunyai kekerabatan dengan Sultan
Tranggana Demak karena menikahi saudara perempuanya. Sunan Kudus
nama aslinya Jaf’ar Sodik di ketahui putra dari Sunan Maulana Ishak,
3
Mantingan atau pemantingan adalah suatu tempat di dekat Jepara. Sebelum zaman Islam,
tempat ini merupakan salah satu dari delapan tempat keramat yang dipercaya sebagai kediaman
yang terpenting bagi roh di Jawa (lelembut, makhluk berbadan halus). Di samping merupakan
tempat tinggal pertapa wanita dari Cemara Tunggal, yang kabarnya juga menjadi ratu Segara
Kidul, yakni Dewi Laut Selatan atau Nyai Lora Kidul. Pemantingan itu telah dikunjungi Sunan
Kalijaga, dan Ratu Kalinyamat yang tersohor. Lihat ibid., 7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

saudara sekandung dari lain ibu, sementara Umar Sahid yang bergelar
Suna Muria adalah putra Sunan Kalijaga.
Penyebaran

Islam

dengan

kekerabatan

memperoleh

banyak

keuntungan berkat jalinan kekerabata. Seperti, hubungan kekerabatan yang
mengacu pada skema anggota-anggota keluarga, baik yang bertalian darah
segaris keturunan (lineage) atau nasab-atas (nenek moyang), ke bawah
(anak cucu), serta samping kanan dan kiri (semendo), mampun yang
diakibatkan oleh oleh suatu kontrak perkawinan.4
Dakwah Islam mengalami akselerasi setalah para penyebar Islam
memanfaatkan kualitas-kualitas kenisbatan (ascriptive), seperti faktor
kekeluargaan di atas, dalam fungsi kolegial antar mereka selaku pembawa
risalah (pesan da‘wah) di bumi Indonesai. Selanjutnya, mereka menjalin
suatu pathnership dengan masyarakat pribumi, khususnya penguasapenguasa setempat. Sejarawan Tunisia Ibnu Khaldun (W. 808 H./322-1406
M) mengatakan, da‘wah agama sesungguhnya tidak akan berhasil tanpa
dukungan solidaritas keturunan. Para nabi sendiri selaku pelaku dakwah
dan diyakini paling mampu melakukan hal-hal laur biasa sekalipun, masih
memerlukan perlindungan dari anak kerabatnya.
Untuk menegakkan suatu agama, memang motivasi keagamaan saja
tidak cukup bila tidak ditunjang oleh adanya kekuatan solidaritas sosial
yang bertumpu, pada ikatan darah atau persamaan keturunan. Misalnya,
usaha-usaha Muhammad b. Abd al-Wahab memperbaharui agama Islam
4

Sartono Kartodirdja, Elit dalam Prespektif Sejarah (Jakarta: UIP, 1993), 106.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

(gerakan wahabi) baru berhasil menuai hasil yang lebih luas setelah sang
pelopor menjalin “aliansi genealogis” dengan keluarga penguasa Saudi.
Dakwah dengan kekerabatan tidak hanya di temukan pada masa
para wali songo, yang menuai keberhasilan menanamkan Islam pada
masyarakat Jawa dan pemabaharuan Islam (gerakan wahabi) yang
dilakukan oleh Muhammad B. Abd al-Wahab di Arab Saudi. Dakwah
dengan kekerabatan, juga ditemukan di Majelis Ta’lim al-Ahadi di
Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Dakwah dengan kekerabatan di Majelis Ta’lim al-Ahad di perankan
oleh Kyai dan anggota pengajian.5 Pola kekerabatan yang dilakukan oleh
Kyai-santri dan simpatisan (masyarakat) sebagai anggota dakwah. Pertama,
Kyai

mewariskan

kepada

potranah

(putra)

untuk

menggantikan

kepemimpinan Majelis Ta’lim al-Ahadi. Kedua, anggota pengajian yang
terdiri dari alumni santri dan non-alumni (simpatisan) mewariskan tradisi
pengajian kepada saudaranya.
Dakwah dengan kekerabatan yang dilakukan oleh Kyai pesantren
dan anggota pengajian, memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi
keberlangungan dakwah Majelis Ta’lim al-Ahadi. Strategi yang masih
konvensional masih di pertahankan dan nyaris tidak ada perubahan dalam
strateginya.
5

Kyai Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, meliputi. KH. Moh. Hasan Sepuh, KH. Moh.
Hasan Saifurrizdhal, KH. Moh. Hasan Saiful Islam, KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, KH.
Moh. Hasan Abdil Bar. Beliau sebagai pimpinan Majelis Ta’lim al-Ahadi, sedangakan anggota
pengajian adalah santri yang sudah lulus mondok di Pondok Pesamtren Zainul Hasan
Genggong, non alumni anggota yang bukan santri pesantren tetapi menjadi anggota penagajian
dan Kyai menyebut sebagai simpatisan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Di lihat dari usianya media dakwah Majelis Ta’lim al-Ahadi sudah
lebih dari 80 tahun, keunikan tersendiri bagi Majelis Ta’lim al-Ahadi
sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat
sebagai sasaran dakwah (mad’u>), melihat perkembangan media dakwah
yang digunakan oleh para pelaku dakwah (da>’i) sekarang dengan
menggunakan media dakwah modern, seperti. Televisi, Hanphond, Koran,
Majalah, Tabloid, Internet.6
Tujuan didirikanya Majelis Ta’lim al-Ahadi sebagai media dakwah
untuk menamkan imam dan takwah kepada masyarakat, dari lahirnya
sampai sekarang Majelis Ta’lim al-Ahadi sudah memilki 5000 lebih
anggota pengajian.7 Untuk memperluas tujuan didirikanya Majelis Ta’lim
al-Ahadi, pelau dakwah (Kyai) mereformasi tujuan pengajian, dari imamtakwah kepada penyuluhan dan penerangan yang dikenal dengan sebutan
(P2), dengan memberi pemahaman kepada anggota pengajian tentang
penyuluhan-penerangan, supaya masyarakata khususnya anggota pengajian
lebih memahami pentinganya penyuluhan-penerangan di kehidupan seharihari.
Dakwah dengan kekerabatan yang pereankan oleh Kyai (da>‘i>) dan
anggota pengajian Majelis Ta’lim al-Ahadi di Pondok Pesantren Zainul
Hasan Genggong, merupakan fenomina dakwah yang menarik untuk
diteliti, melihat dakwah dengan kekerabatan sangat sulit ditemukan pada

Hasan Malik, Wawancara, Probolinggo, 20 Maret, 2012.
Arief Umar, 150.Tahun Menebar Ilmu di Jalan Allah, Sejarah Perjalanan dan Perkembanganya
(Penerbit: Rahmad Abadi, Leces Probolinggo, 1985), 108.
6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

saat sekarang apalagi dengan usianya Majlis Taklim ini sudah hampir satu
abad.
Karena itu peneliti menganggkat judul; Dakwah dan Kekerabatan,
Kajian tentang Strategi Pengorganisasian Anggota Pengajian Majelis
Ta’lim al-Ahadi di pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan
Kab. Probolinggo.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dalam berdakwah, da>‘i> merupakan seorang komunikator yang
menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui berbagai cara dalam berdakwah, dengan tujuan supanya mad’u> menerima pesan dari da>‘i> dan mad’u>
bisa memahami sekaligus mengamalkan.
Seorang da>‘i> tidak bisa efektif menyampaikan pesanya apabila tidak
mempunyai metode dan strategi dalam berdakwah dengan katagori
efektifitas materi yang di sampaikan, bertahan atau tidaknya media dakwah
yang dilakukan oleh da>‘i> karena petimbangan peminat dari pengajian
tersbut, bukan hanya melulu di dasarkan pada pesan atau materi yang di
sampaikan oleh para da>‘i> dengan alasan kurang sesuai dengan harapan

mad‘u> .
Tetapi pengusaan strategi dakwah yang juga harus di teliti oleh para

da>‘i> demi keberlangsungan dari media dakwah yang menjadi tempat Kyai
untuk

menyampaikan

pesan-pesanya

kepada

masyarakat.

Strategi

kekerabatan menjadi starategi yang mapan bagi eksisnya media dakwah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Kesuksesan para wali songo menyebarkan ajaran-ajaran agama
Islam di Jawa faktor yang sangat menentukan adalah jalinan kekerabatan
yang di perankan oleh para wali songo. Wali satu dengan wali yang lainya
mempunya hubungan kekerabatan.8
Setelah abad 13 M, saat da>‘i> profisional mengantikan kedudukan
pedagang dalam proses islamisasi Nusantara, jaringan kekerabatan melalui
perkawinan ini tetap merupakan salah satu media dakwah yang efektif.
Senada dengan A.H. Jhones, suksesnya guru-guru sufi yang mengislamkan
Nusantara adalah juga dengan mengawini puteri-puteri bangsawan lokal.
Praktek perkawinan tersebut justru merupakan faktor strategis
penyebaran agama Islam yang paling mudah, dimana individu-individu
terlibat, suami istri membangun keluarga inti (nuclear family), kemudian
menghimpun pertalian kekerabatan lebih besar antara trah (keluarga besar)
samapai membentuk emberio masyarakat muslim.
Karena itu peneliti ingin membatasi pada persoalan Dakwah dan
Kekerabatan,

Kajian

Tentang

Strategi

Pengorganisasian

Anggota

Pengajian Majelis Ta’lim al-Ahadi di Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong Pajarakan Kabupaten Probolinggo.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan
masalah, maka dapat rumusan masalah sebagai berikut:

8

Sukarma. Jalinan Kekerabatan Antar Wali, Ilmu Dakwah, Vol. 10, No.2. (April, 2005), 19.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Bagaiman Pola Kekerabatan Anggta dan Pimpinan Pengajian Majelis
Ta’lim al-Ahadi di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan
Kab. Probolinggo?
2. Bagaimana Strategi Pengajian Majelis Ta’lim al-Ahadi di Pondok
pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Kab. Probolinggo bisa
bertahan.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola kekerabatan anggota pengajian Majelis T>a’lim
al-Ahadi di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Kab.
Probolinggo.
2. Untuk mengetahui strategi pengajian Majelis Ta’lim al-Ahadi di Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Kab. Probolinggo bisa
bertahan sampai sekarang.
E. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memiliki arti akademis
menambah data informasi dan dipertimbangkan dalam memperkaya
tentang strategi dakwah ksusunya dakwah dengan kekeratabatan,.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
pertimbangan oleh para tokoh dakwah dalam proses dakwahnya, untuk
selalu mempertimbangkan sebaik mungkin strategi dakwah yang
digunakan.
F. Penelitian Terdahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Beberapa karya tulis ilmiah yang membahas dakwah. dalam

searching yang dilakukan peneliti, sangat jarang sekali di temukan
penelitian yang meneliti dakwah dengan kekerabatan. Hanya saja, ada
penelitian dalam jurnal ilmu Dakwah. Yang bisa dijadikan peneliti sebagai
bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian ini.
Tulisan Sukarma Dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel
Surabaya dalam jurnal ilmu dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, dengan
judul Kekerabatan: Akar Keunggulan Strategi Dakwah wali songo. Di
terbitkan tahun 2004.
Artikel tersebut membahas tentang gerakan dakwah wali songo
yang membuai kesuksesan mengislamkan masyarakat pada waktu. Generasi
pelopor dakwah di Jawa, yang terkenal disebut wali songo dalam tulisan
Sukarma di sebabkan dengan keunggulan strategi kekerabatannya yang di
pakai oleh para wali songo. Dalam kenyataannya, model komunikasi
dakwah seperti sangat efektif mengislamkan masyarakat non muslim pada
waktu itu.
Wali songo sangat di akui keberhasilannya oleh para peneliti dan
masyarakat umum tentang jasanya mengislamkan masyarakat Jawa pada
khusunya, wali-wali secara umum semakin di akui peranannya dalam
struktur komunitas penduduk pribumi. Bahkan kemudian, melalui isyaratisyarat kesinambungan keturunan, dakwah dengan personal beralih pada
dakwah yang sifatnya kesinambungan keturunan, sebagaimana yang kita
lihat dalam lembaga-lembaga pesantren.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Penelitian Agus Sunyoto.9 Sebuah tulisan dalam jurnal yang
membahas tentang Sunan Ampel sebagai raja Surabaya dan dakwah
kekerabatan menjadi suksesnya islam di tanah Jawa.
Berdakwah adalah tugas setiap muslim sesuai sabda Nabi
Muhammad Saw: sampaikan apa yang dari aku sekalipun satu ayat. Itu
sebabnya, tidak perduli apakah seorang muslim berkedudukan sebagai
pedagang, tukang, petani, nelayan, pejabat, atau raja sekali pun memiliki
kewajiban utama menyampaikan kebenaran Islam kepada siapa saja dan di
mana saja. Sunan Ampel, raja Surabaya, sebagaimana para penyebar agama
Islam lainnya terbukti menjalankan amanat agama itu dengan sangat baik
melalui prinsip dakwah, maw’iz}atul hasanah wa muja>dalah billati> hiya

ahsan. Malahan, sejak sebelum menjadi raja Surabaya, Sunan Ampel sudah
menyampaikan dakwah kepada Arya Damar Adipati Palembang dan kepada
Prabhu Brawijaya sebagaimana dituturkan Serat Walisongo.
Sunan Ampel berdakwah juga melalui ikatan-ikatan kekerabatan
lewat jalan pernikahan dengan keluarga para tokoh. Usaha-usaha dakwah
Sunan Ampel lewat jalinan kekerabatan dengan keluarga para tokoh, dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Penelitian menggunakan metode penilitian historiografi lokal yang
menuturkan bahwa Raden Rahmat kelak termashur dengan gelar Sunan
Ampel

adalah

orang

asing.

Ibunya

yang

bernama

Candrawati,

Agus Sunyoto, Membaca Kembali Dinamika Perjuangan Dakwah Islam di Jawa Abad XIVXV M (Surabaya: PT. Diantama, 2004), 23.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

berkebangsaan Campa. Ayahnya yang bernama Ibrahim as-Samarqandi,
berasal dari Samarkand. Kemudian melalui bibinya, Darawati, yang
dinikahi Maharaja Majapahit Prabhu Kertawijaya (Brawijaya V), Raden
Rahmat masuk ke dalam ikatan kekerabatan dengan penguasa di Majapahit.
Menurut Serat Kandha, atas keinginan Prabhu Kertawijaya, suami bibinya,
Raden Rahmat dinikahkan dengan Nyi Ageng Manila, puteri Arya Teja,
adipati Tuban.
Menikahi puteri Arya Teja, Raden Rahmat telah masuk ke dalam
lingkungan keluarga raja Surabaya, Arya Lembu Sura. Sebab ibu Nyi
Ageng Manila, adalah puteri Arya Lembu Sura. Atas kehendak Prabhu
Kertawijaya pula, kakak Raden Rahmat, Ali Murtadho, dinikahkan dengan
puteri Arya Baribin di Pamekasan. Tokoh Arya Baribin ini juga putera
Arya Lembu Sura.
Masuknya Raden Rahmat ke dalam lingkungan keluarga Arya
Lembu Sura, dapat dilihat sebagai titik tolak bagi menguatnya kedudukan
tokoh asal Campa itu di Surabaya. Sebab dengan menjadi keluarga Arya
Lembu Sura, berarti Raden Rahmat telah menjadi bagian dari keluarga
besar Maharaja Majapahit. Dengan kedudukannya sebagai pangeran
Majapahit pertama yang beragama Islam, Arya Lembu Sura dihormati
tidak saja oleh keluarga Maharaja Majapahit tetapi juga oleh umat Islam
yang mulai tumbuh di kawasan pesisir. Dan sebagai cucu menantu raja
Surabaya yang dihormati itu, tentu saja Raden Rahmat ikut dihormati
apalagi bibi Raden Rahmat adalah isteri Maharaja Majapahit.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Sekalipun keberadaan Arya Lembu Sura sebagai raja Surabaya
banyak diabaikan oleh cerita tutur maupun historiografi lokal, tampaknya
tokoh tersebut memiliki peran yang tidak kecil dalam usaha pengembangan
Islam di Surabaya. Salah satu bukti tak terbantah tentang kedudukan Arya
Lembu Sura, adalah keberadaannya sebagai tonggak yang menjalin
hubungan genealogi antara para penyebar agama Islam dengan keluarga
penguasa-penguasa Majapahit. Setelah Raden Rahmat dan Ali Murtadho
masuk ke dalam lingkaran keluarga Arya Lembu Sura, misalnya, masuk
pula seorang penyebar Islam bernama Khalifah Husein yang menikahi cucu
Arya Lembu Sura, puteri Arya Baribin, Raja Pamekasan
Serat Kandha menuturkan, bahwa Khalifah Husein adalah kerabat
Sunan Ampel. Jadi wajar jika Sunan Ampel memerintahkan Khalifah
Husein untuk mengislamkan Madura, Sumenep, Balega, dan Surabaya,
karena penguasa-penguasa di Madura dewasa itu adalah kerabat dan
keturunan Arya Lembu Sura. Arya Baribin, raja Pamekasan, adalah putera
Arya Lembu Sura.
Lembu Peteng, Raja Gili Mandangin pulau kecil di Sampang, adalah
kemenakan Arya Lembu Sura. Arya Menak Sunaya, raja Pamadegan
berpusat di pesisir laut sampai saat ini menjadi pelabuhan yang
menghubungkan antara Sampang dan pulau Gili Mandangin, putera Arya
Damar Adipati Palembang, adalah cucu kemenakan Arya Lembu Sura.
Jaran Panoleh, raja Sumenep, adalah kemenakan Arya Lembu Sura juga.
Meskipun serat kenda juga menuturkan bahwa suadara Khalifah Husein,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Syeikh Waliy al-Islam telah menikah dengan Retna Sambodhi puteri
penguasa Pasuruaan.
Dari jalinan kekerabatan yang dilakukan oleh Sunan Ampel sebagai
raja Surabaya dalam catatan Agus Suyonto sangat ampuh mengislamkan
masyarakat Jawa, pada waktu itu nusantara khususnya Jawa beragama
Hindu.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian ini, maka
dipandang perlu adanya sistematika pembahasanya sebagai berikut:
BAB I : Yaitu bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah
yang dijadikan pijakan awal untuk merumuskan masalah,
sehingga bisa menentukan penelitian dan kegunaan hasil
penelitian. Difenisi operasional merupakan penjelasan variabelvariabel yang diteliti yang bersifat operasional. Penelitian yang
dilakukan mempunyai metode penelitian yang dalam penulisanya
menggunakan sistematika pembahasan yang merupakan alur
logis dari bangunan bahasan sekripsi.
BAB II : Landasan teori yang memuat deskripsi tentang Dakwah dan
Kekerabatan Majelis Ta’lim al-Ahadi Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo dengan sub bab sebagai berikut: Konsep
Kekeraban dan Konsep Dakwah Majelis Ta’lim al-Ahadi dengan
pokok bahasan teori Zanden teori tentang terbentuknya
kelompok kekerabatan, sedangkan teori kedua adalah teori

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

kebudayaan yaitu model of

dan model for

teori ini di

perkenalkan oleh Cliforrd Greert.
BAB III : Pokok pembahasan mengenai sejarah kekerabatan media dakwah
Majelis Ta’lim al-Ahadi Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo yang di dalamnya sejarah media dakwah
Majelis Ta’lim al-Ahadi Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo, pemimpin atau pengasuh media dakwah
Majelis Ta’lim al-Ahadi dari KH. Moh. Hasan Sepuh, KH. Moh.
Hasan Saifurrizdhal, KH. Moh. Hasan Saiful Islam. Visi Majelis
Ta’lim al-Ahadi Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong
Probolinggo serta perkembangan media dakwah Majelis Ta’lim
al-Ahadi Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
BAB IV : Analisa, yaitu setelah mengumpulkan dan mendiskripsikan data
yang kemudian di analisa dengan teknik analisa yang telah
ditentukan

untuk

menjawab

untuk

mengkategorikan

pola

Kekerabatan dan strategi kekerabatan Majelis Ta’lim al-Ahadi di
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, pola
kekerabatan media dakwah Majelis Ta’lim al-Ahadi terbagi dalam
3 katagori yaitu, pola kekerabatan pemimpin Majelis Ta’lim alAhadi Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo,
pola kekerabatan alumni Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo yang aktif menjadi anggota dakwah
Majelis Ta’lim al-Ahadi Pesantren Zainul Hasan Genggong

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Probolinggo, pola kekerabatan non alumni atau masyarakat umum
yang menjadi anggota dakwah Majelis Ta’lim al-Ahadi Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
BAB V: Merupakan bagian penutup antara lain berisi kesimpulan dari hasil
kajian terhadap permasalahan yang ada, yang kemudian diakhiri
dengan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan
rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Kajian Pustaka
1. Dakwah
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab da‘wah yang berarti:
panggilan, ajakan, atau seruan, sebagai bentuk mas}dar dari kata kerja

da‘a>, yadau>, yang artinya: memanggil, mengajak, atau menyeru.10 Arti
kata dakwah seperti ini sering dipergunakan dalam ayat-ayat al-Qur’an,
antara lain:
a.

Mengharap dan berdoa kepada Allah swt., seperti terdapat dalam
surah al-Baqarah ayat 186.

‫ف ْيسْتجي و لي‬

‫ع‬

ّ ‫عنّي فإنّي قريب جيب ْعو ل‬

‫سألك ع‬

‫ْلي ْ منو بي لع ّ ْم يرْ ش‬

11

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan
dalam kebenaran.12
b.

Memanggil dengan suara lantang, seperti terdapat dalam surah alRum ayat 25.

‫ع ك ْم ْعو من‬

‫م ْن آي ت ے ْ ت و ل ّس ء أ ْ ض بأ ْمرهے ث ّم‬
13

‫ْنت ْم ت ْ رجو‬

‫أ ْض‬

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983)., 17-18.
Ibid., 2: 186.
12
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 1993)., 45.
13
Ibid., 30: 25.
10

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit
dan bumi dengan iradah-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil
kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari
kubur).14
c.

Mendorong seseorang untuk memeluk suatu keyakinan tertentu,
seperti terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 221.15

‫لوْ ْعج ْتك ْم‬
‫لوْ ْعج ك ْم‬

‫حتّ ي ْ م ّن أم م ْ من خيْر م ْن م ْشرك‬

‫ا ت ْنكحو ْل ْشرك‬

‫ا ت ْنكحو ْل ْشركين حتّ ي ْ منو لع ْ م ْ من خيْر م ْن م ْشر‬

‫ْل ْغفر بإ ْ ن ے ي يّن آي ته‬

ّ ‫ْلجن‬

ّ
‫َ ي ْ عو ل‬

ّ ‫لن‬

‫ل ك ي ْ عو ل‬
‫ل نّ س لع ّ ْم يت ّكر‬

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin)
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih
baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka
mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintahperintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.16
Dari segi istilah, banyak pendapat tetang definisi dakwah.
Diantaranya pendapat itu adalah sebagai berikut:
a. Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul “Fungsi
Dakwah Islam Dalam Rangka Perjuangan” mendefinisikan bahwa
sebagai: “Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat konsepsi amal ma’ruf nahi>

mun\kar dengan berbagai macam media cara yang diperbolehkan
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 644.
Ibid., 2: 221.
16
Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 53.
14

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

akhlaq dan membimbing pengalamannya dalam peri kehidupan
berumah tangga (usrah), peri kehidupan bermasyarakat dan peri
kehidupan bernegara.
b. Dalam bukunya “Teori Dan Praktek Dakwah Islamiyah”, HSM
Nasaruddin Latif mendefinisikan Dakwah:
Setiap usaha atau aktivitas dengan lisan, tulisan dan lainnya yang
bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk
beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis Aqidah
dan syariat serta akhlaq islamiyah.
c. Dalam bukunya “Sosiologi Dakwah” Prof. Shonhadji Sholeh, Dip.Is
mendifinisikan Dakwah dalam pandangan sosiologi”,.
Dakwah sebagai upaya mengubah masyarakat dari satu tingkat
keberagamaan tertentu ke tingkat yang lebih tegas tinggi, merupakan
aktivitas untuk menggerakan proses perubahan, dan dakwah juga
sebagai aktivitas keagamaan, memang terbukti mampu menpengaruhi
perubahan masyarakat. Perubahan masyarakat biasanya, dimulai dari
perubahan wacana, yakni gagasan, pemikiran, sikap dan perilaku. Dalam
masyarakat tradisional, khususnya di Indonesia, perubahan wacana
menggunakan pola tersendiri dan mereka masih berpegang teguh pada
tradisi, dan ada kalanganya tradisi tersebut direkontruksi.17

Shonhaji Sholeh, Dakwah dan Perubahan Masyarakat. Ilmu Dakwah , Vol. 10, No.2. Oktober,
2004), 75
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Dari definisi diatas, meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan,
tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Dakwah itu adalah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha
atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.
b. Usaha yang diselenggarakan itu adalah, mengajak orang untuk
beriman dan mentaati Allah swt atau memeluk agama Islam dan

Amar Ma’ruf Nahi> Mungkar, perbaikan dan pembangunan
masyarakat (Islah).
Berdakwah, melaksanakan amar-ma'ruf dan nahi mungkar adalah
salah satu kewajiban setiap muslim di manapun mereka berada menurut
kemampuannya. Juga merupakan kewajiban umat secara keseluruhan.18
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, surat al-nahl
ayat 104.19

‫ليم‬

ّ
ّ ‫َاي ْ ي م‬
‫َ ل ْم ع‬

‫ّ لّ ين ا ي ْ منو ب ي‬

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat
Allah (al-Qur'an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada
mereka dan bagi mereka azab yang pedih.20
Dalam perkembanganya pengertian dakwah banyak dijelaskan oleh
para pelaku dakwah dan para akademisi untuk memperjelas disiplin ilmu
pengetahuan baru tentang dakwah, dan berkembang kepada tujuan,

18
Hamzah Ya'qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership (Bandung: Diponegoro,
1986), 21.
19
Ibid., 16: 104.
20
Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 418.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

sasaran, metode, dan medium dakwah yang di gunakan oleh pelaku
dakwah (da>‘i>) dalam menjalankan aktivitas dakwanya.
a. Orentasi Dakwah
Menurut A. Rasyad Saleh, tujuan dakwah terbagi dalam dua
katagori.21 Pertama. terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan hidup
manusia di dunia dan di akhirat yang diridai Allah Swt, Kedua.
tujuan departemental yang merupakan tujuan perantara demi tujuan
utama, yaitu kebagian dan kesejahteraan di berbagai bidang, antara
lain sperti, bidang pendidikan, bidang sosial ekonomi, bidang sosial
politik, bidang sosial kebudayaan.
Dari paparan di atas, jelaslah betapa luasnya permasalahan yang
harus dimiliki dan dikuasai oleh para para pelaku dakwah (da>‘i>).
secara tersurat, dakwah dapat diartikan sekedar penyampaian pesanpesan nilai-nilai agama Islam. Namun secara tersirat, sebagai
seseorang pelaku dakwah (da>‘i>) harus merasa dituntut kemampuan

problem solving atas masalah-masalah ummat manusia sesuai dengan
kebutuhan objek dakwah (mad‘u>)
b. Metode Dakwah
Menurut KH. A. Syamsuri Siddiq, Khafiyat Dakwah, atau yang
lazim disebut metode dakwah, meliputi:
a. Hikmah (kebijaksanaan)
b. Mauizah Hasanah (nasehat yang baik)
21

Rasyad Saleh, Menegement Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), 9-11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

c. Mujadalah bi al-lati hiya ahsan (bertukar pikiran)
Rumusan pembagian diatas mengacu pada firman Allah dalam
surah al-Nahl ayat 125.22

ّ ‫ج ْل ْم ب لّتي هي حْ سن‬

‫ْلحسن‬

‫ْل وْ ع‬

‫ل س يل بّك ب ْلح ْك‬
ْ

ْ ‫بّك هو ْع م ب ْن ض ّل‬
‫عن س ي ے هو ْع م ب ْل ْت ين‬
Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.23
Adapun yang termasuk dalam hikmah kebijaksanaan adalah,
(a) Uswah Hasanah (suri taulada). (b) percontohan. (c)
pelaksanaan sosial. (d) seni budaya yang bernafaskan Islam. (e)
pameran pembangunan. (f) bantuan sosial Islam. (g) pelayanan
kesehatan. Dakwah yang dapat dikatagorikan kedalam bagian
maw’idah hasanah adalah meliputi. (a) kunjungan keluarga. (b)
Sarasehan/obrolan. (c) penantara atau kursus. (d) pengajian berkala
di Majelis Ta’lim. (e) ceramah umum, (f) tabling. (g) penyuluhan.
Sedangkan yang temasuk dalam katagori muja>dalah bi allati>

hiya ahsan (bertukar pikiran) meliputi, (a) dialog, (b) debat, (c)
diskusi, (d) lokarkarya, (e) polemik. Lebih lanjut Syamsuri Siddiq
menjelaskan, untuk menerapkan hal-hal di atas, menekankan agar

da>‘i> berpegang pada lima prinsip dalam berdakwah, yaitu. (a)
22
23

Ibid., 16: 125.
Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, 421.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

bijaksana, (b) mudah dan bulat, (c)

Jelas, (d) sopan, (e)

bertanggung jawab.24
Dalam perkembanganya metode dakwah tidak terlepas dari
kualitas dari seorang pelaku dakwah (da>‘i>) dalam melakukan
dakwah. Sebagaimana kualitas dakwah wali songo, dengan
mendirikan masjid, (a) dakwah dengan kesenian, wayang kulit,
seni

suara/tembang,

seni

ukir,

(b)

mencetak

kader,

menyelenggarakan pendidikan, (c) dakwah dengan kekerabatan,
sebagaiman

penjelasan

dalam

latar

belakang

diatas

dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana objek dakwah
berada.25
c. Media dakwah
Media dan dakwah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
pisahkan, dakwah membutuhkan media sebagai penunjang untuk
menyampai pesan-pesan (materi) dakwahya oleh pelaku dakwah
(da>‘i>), sedangkan media sebagai alat dari dakwah itu sendiri.
Dalam pengertianya media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. Dalam
bahasa inggris media merupakan bentuk jamak dari medium yang
berarti

tengah,

antara,

rata-rata.

Dari

pengertian

ini

ahli

komunikasikan pengartikan media sebagai alat yang menghubungkan

Syamsuri Siddinq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah (Bandung, Al-Ma’arif, 1982), 20
M. Ridwan Nasir, Dinamikan Sistem Pendidikan, Baca Nur Fattah, Methode Dakwah
Walisongo (Pekalongan, PT. Bahagia, 1984), 41-67
24

25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

pesan komunikasi yang di sampaikan oleh komunikator (da>‘i>) kepada
komunikan (mad‘u)> dalam pengertian komunikasinya orang yang
menerima pesan. Dalam bahasa Arab media sama dengan wasi>lah
atau dalam bentuk jamak, wasa>il yang berarti alat atau perantara.26
Seorang pelaku dakwah (da>‘i>) dalam menyampaikan ajaran
agama Islam kepada umat manusia tidak akan terlepas dari sarana
atau media (wasi>lah) dakwah itu sendiri. Kepandaian untuk memilih
media dakwah yang tepat merupakan unsur keberhasilan dakwah.
Media apa saja yang dapat memperjelaskan dari pengertianpengertian media dakwah diatas, dalam hal ini Hamzah Ya’qub
sebagai tokoh media modern dan A. Hasymy mewakili media dakwah
tradisional. Membagi media dakwah sebagai berikut.
a. Lisan adalah media dakwah yang sederhana yang menggunakan
lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato,
ceramah, kuliah, penyuluhan.
b. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan buku, majalah,
tabloid, jurnal, koran, surat menyurat, spanduk, dan sebagainya.
c. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan
sebagainya.

26

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), 403.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

d. Audiovisual

adalah media

yang

dapat

merangsang

indra

pengindraan, penglihatan atau kedua-keduanya, seperti televise,
film, slide, ohp, internet dan sebagainya.27
Menurut A. Hasymy menyebutkan media yang digunakan dalam
pelaksanaan proses dakwah adalah selain dayah-dayah (surau) atau
pesantren-pesantren dan mimbar-mimbar masjid, Majelis Ta’lim, juga
para ulama dan juru dakwah Indonesia menggunakan pena atau qalam
sebagai media dakwah.28
2. Kekerabatan
Untuk memahami pengertian kekerabatan lebih mendalam penulis
menggunakan dua pengertian, Pertama. Menurut Dawan Rahardjo,

ummah dalam hal ini adalah organisasi tapi penulis lebih memfokuskan
pada mengartikan kekerabatan pengertian lain dari ummah, dalam alQur’an di sebut sebanyak 64 kali dalam surat.29dalam frekwensi
sebanyakm itu, ummah mengandung banyak arti seperti, marga (clan,

bangsa (nation), masyarakat atau kelompok masyarakat (community),
agama (religion), atau kelompok keagamaan (religious community).
Semestara tribe atau suku disebut dalam al-Qur’an dengan istilah-istilah

‘asyirah, qabil, raht, dan asbath.
Levi-Strauss dalam strukturalisme adalam hubungan kekerabatan
atau kekeluargaan merupakan hubungan antara tiap entitas yang
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Menejemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), 32.
A. Hasymy, Dustur Dakwah Menurut Al-Quran (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 390.
29
Dawan Raharjdjo, Eksiklopedia Al-Qur’an, Tafsir Social Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci,
482
27
28

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

memiliki asal-usul silsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis,
asumsi adasarnya adalah bahwa aturan-aturan yang diikuti oleh sukusuku primitive di bidang kekerabatan dan perkawinan merupakan sebuah
sistem yang terdiri dari relasi-relasi dan oposi-oposi seperti suami istri,
bapak anak, saudara lelaki saudara perempuan,saudara jauh][saudara
dekat, dan sebagainya.30
Jalinan kekerabatan sebagaimana dalam pranata keluarga, menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi keberlangsungan komunitas tertentu.
Seperti, lembaga-lembaga dakwah, lembaga pendidikan dan seterusnya.
Sehingga keberadaan dari comuniti, perkumpulan, atau lembaga yang di
bentuknya bisa eksis dan bermanfaat kepada masyarakat yang lain.
Sebagaimana lembaga Majelis Ta’lim al-Ahadi Pondok Pesantren Zainul
Hasan Genggong dan anggota pengajian membentuk pola kekerabatan
sangat solid, sehingga Majelis Ta’lim al-Ahadi bisa bertahan sampai
sekarang.
B. Teori Penelitian
Penjelasan

dalam

bab

sebelumnya

pola

kekerabatan

yang

diperankan oleh pelaku dakwah (da>‘i>) dalam hal ini adalah Kyai dan
sasaran dakwahnya anggota Majelis Ta’lim al-Ahadi, terdiri dari alumni
santri dan non alumni (simpatisan) membentuk hubungan kekerabatan
diantarasa sesama anggota. Hubungan persaudaraan pelaku dakwah dan

30

Levi-Strauss, Strukturalisme (Yogyakarta: LKIS: 2006), 27-29.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

anggota pengajian mempunyai motivasi tersediri bagi pelaku dakwah dan
anggota pengajian.
Pola yang ada dalam Majelis Ta’lim al-Ahadi penneliti,
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan Clifford Greertz tentang
agama dan budaya, serta. pendekatan W Teor James W. Vander Zanden
Theory, tentang terbentuknya kelompok sosial.
1. Cliford Greertz, Tentang Agama dan Kebudanyaan
Agama di lihat sebagai pola bagi tindakan (pattern for behavior).
agama

merupakan

pedoman

yang

dijadikan

sebagai

kerangka

interpretasi dari tindakan manusia dan Agama juga merupakan pola dari
tindakan, yaitu sesuatu yang hidup dalam diri manusia yang tampak
dalam kehidupan keseharianya, sekaligus agama dianggap sebagai
bagian dari sistem kebudayaan.31 Karena dalam agama terdepat
seperangkat nilai yang menghubungan manusia dengan identitas nilai,
tidak menutup kemungkinan para individu dalam anggota Majelis
Ta’lim al-Ahadi menginterpretasi nilai dengan alasan apa yang
dilakukan mendapat sesuatu yang bermanfa’at bagi dirinya.
Bisa juga dengan mengikuti pengajian dirinya bermotif untuk
mendapatkan nilai-nilai yang berbeda dengan apa yang di dapatkan
dalam kehidupannya-barokah. Kepercanyaan terhadap barokah Kyai
didasarkan pada karakter masyarakat Jawa yang masih mempercanyai
31
Clifford Geertz, Kebudayaan dan Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 8-9, juga diedit oleh
Michael Banton dalam Antropologi Approaches To The Study Of Religion (London: Tavistock
Publications, 1985),1-40. Baca, As A Cultural Sistem, yang merupakan penjelasan secara rinci
tentang definisi agama sebagai sistem kebudayaan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

bahwa Kyai yang sudah meninggal masih memiliki kekuatan sama
halnya dengan Kyai masih hidup.32
Disisi lain dimungkinkan motifnya juga dilatar belakangi oleh
sesuatu yang berbeda, sebelum dirinya tidak mendapatkan apa-apa,
tetapi ketika mengikuti aktifitas keagamaan mendapatkan sesuatu yang
beda, seperti, ketenangan karena sudah mendapatkan barokah Kyai
pesantren. Keamanan bisa juga diartikan dirinya merasa nyaman karena
menjadi anggota dalam media dakwah Majelis Ta’lim al-Ahadi, disisi
lain bertambahnya ilmu agama Islam yang tidak pernah di dapatkan
pada hari-hari sebelumnya ketika mengikuti pengajian-pengajian di
comunitas yang lain.
Adapun pola bagi (model for) tindakan terkait dengan sistem nilai
(barokah, ilmu,) dan pola dari (model of) tindakan terkait dengan sistem
kognitif yaitu terbentu