T1 462009038 BAB III

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.

Metode Penelitian
Untuk mendapatkan ulasan yang mendalam, studi kualitatif

dengan pendekatan fenomenologi diharapkan tepat dalam studi ini.
Dalam konsepnya fenomenologi yang dikembangkan oleh Edmund
Husserl melakukan pendekatan dengan pemikiran tentang “makna
dari pengalaman masyarakat dalam kaitannya dengan fenomena
yang dialami” (Polit & Beck, 2004).
3.2. Riset Partisipan
Empat ibu yang memiliki anak dengan retardasi mental ringan
dan sedang serta anak tersebut sedang bersekolah di Sekolah Luar
Biasa Ngadirojo, Wonogiri menjadi partisipan dalam studi ini.
Berbeda dengan studi nonkualitatif dalam studi ini prinsip dasar
dalam pengambilan sampling tidak dengan cara acak namun
menggunakan purposive sample. Dalam hal ini dapat diartikan
bahwa


sampel

diambil

berdasarkan

kriteria

inklusi

yang

bersangkutan dengan penelitian ini yaitu keluarga yang memiliki
pengalaman langsung merawat anak dengan retardasi mental
ringan dan sedang. Jumlah partisipan dalam penilitan dalam studi
ini dititik beratkan pada “informasi jenuh” atau tidak adanya
informasi baru yang dapat diperoleh melalui wawancara kepada
narasumber berikutnya (Polit & Beck, 2004 dan Moleong, 2012).
23


3.3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam (indepth interview). Alat pengumpul
data

adalah

berupa

satu

pertanyaan,

yaitu

“Bagaimana

pengalaman mendukung anak retardasi mental selama ini?” namun
demikian peneliti melemparkan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
untuk memperdalam apa yang telah disampaikan oleh partisipan.

Wawancara direkam dengan recorder. Ekspresi dan bahasa tubuh
partisipan dicatat pada lembar catatan lapangan.
3.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 April 2013 hingga 21
Mei 2013 yang dilakukan di Kecamatan Ngadirojo Wonogiri yang
merupakan kecamatan dengan data penyebaran anak retardasi
mental terbanyak.
3.5. Pertimbangan Etik
Peneliti menyadari bahwa partisipan dari peneliti ini adalah
manusia dan dalam metodepun peneliti harus melihat manusia
secara utuh. Ada beberapa prinsip etik dalam penelitian ini
diantaranya adalah (Polit & Beck, 2004):
3.1.1. Beneficence Salah satu prinsip etika yang paling
mendasar didalamnya ada beberapa pokok pemikiran
seperti dijaminnya keselamatan partisipan yang ada,
kemudian

tidak

adanya

24

eksplorasi-eksplorasi

yang

partisipan

anggap

tidak

siap,

penjelasan

kepada

partisipan akan manfaat dan risiko yang diperkirakan
muncul dalam penelitian ini.

3.1.2. Prinsip menghormati martabat manusia dalam kaitannya
dengan martabat manusia partisipan memiliki hak untuk
menentukan

nasibnya

mengungkapkan

dan

secara

penuh

juga

hak

akan


apa

untuk
yang

dilontarkan kepadanya. Maka dalam hal ini peneliti
memberikan inform consent kepada partisipan terlebih
dahulu.
3.1.3. Prinsip keadilan ditijau dari artinya keadilan berarti tidak
ada pembedaan. Dalam hal ini peneliti tidak akan
memberikan
partisipan

perbedaan-perbedaan
dan

partisipan

lain.


antara

satu

Kemudian

untuk

melindungi privacy partisipan, peneliti menyediakan
fasilitas anonymity dalam setiap data yang di dapatkan,
sehingga semua data yang diberikan oleh partisipan
akan dapat terjaga privacy dan kerahasiaannya.

25

3.6. Teknik Analisis Data
Sebuah

prosedur


yang

dikembangkan

oleh

Colaizzi

menawarkan sebuah bentuk analisa yang dapat diikuti melalui tujuh
tahapan yang ada. Sebagai peneliti kita diwajibkan menganalisa
setiap wawancara secara terpisah dari setiap individu yang menjadi
partisipan, kemudian kita gabungkan semua analisa yang ada.
Secara garis besar kita akan membawa pembaca kedalam konsep
yang menyeluruh dari semua hasil penelitian yang akan kita capai.
Tahapan analisa dari Colaizzi adalah sebagai berikut (Polit & Beck,
2004; Daymon & Holloway, 2012):
3.6.1 Membaca hasil wawancara yang telah

dirangkai


menjadi manuskrip secara berulang-ulang lalu kita
harus membiasakan diri dengan kata-kata mereka yang
unik dan kaya, serta menyadari apa makna yang
tersirat dari kata-kata tersebut . Kemudian barulah kita
akan mendapatkan apa yang dsebut dengan “perasaan
holistik dari partisipan”. (lihat di Lampiran 1)
3.6.2 Meninjau

kembali

hasil

wawancara

kemudian

menfokuskan diri terhadap frase dan kalimat yang
memiliki hubungan yang signifikan dengan konteks
penelitian


(lihat di Lampiran 1 dan Lampiran 2).

Beberapa barometer keberhasilan dalam mengambil

26

pernyataan

yang

signifikan

dalam

wawancara

mencakup hal-hal berikut :
3.6.1.1.

Mereka mendengarkan sudut pandang kita


3.6.1.2.

Mereka mengerti tujuan dari penelitian kita

3.6.1.3.

Adanya unpan balik dari partisipan selama
kita lakukan wawancara.

3.6.3. Mencari kata atau arti lain dari manusrip yang dapat di
terima publik atau dengan kata lain proses ini dapat
disebut “perumusan makna” (lihat di Lampiran 2). Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk perumusan
makna ini :
3.6.3.1.

Peneliti mencoba mendengarkan apa yang
partisipan ingin katakan dan juga menghargai
pendapatnya

tanpa

adanya

pembatasan

dalam diri partisipan.
3.6.3.2.

Setelah peneliti mendapatkan pernyataan
yang signifikan yang ingin di perolah, peneliti
harus terus menerus berkomunikasi dengan
partisipan

tidak

mengabaikan

partisipan

sehingga proses ini akan terus berlangsung
3.6.3.3.

Kemudian peneliti memaparkan hasil dari
wawancaranya kepada partisipan setelah
menemukan hasil yang peneliti inginkan
27

3.6.4. Membaca ulang transkrip dan kemudian meyusun
makna-makna yang signifikan yang telah ditemukan
dalam proses sebelumnya kedalam sebuah kelompok
tema (lihat di Lampiran 2).
3.6.5. Memberikan

gambaran

analisa

yang

terinci

dari

perasaan dan perpektif yang terkandung dalam tematema yang di dapatkan. Hal ini oleh Colaizzi disebut
dengan “deskripsi lengkap”. Atau dalam arti lain kita
dapat Mengintegrasikan hasil yang telah kita dapat
menjadi deskripsi fenomena yang lengkap (lihat pada
deskripsi fenomena Bab IV).
3.6.6. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang
diteliti dan kemudian mengidentifikasi struktur dasar
atau bisa disebut sebagai esensi dari manuskrip
tersebut (lihat pada bagian pembahasan Bab IV).
3.6.7. Memperlihatkan manuskrip yang sudah ada kemudian
meminta partisipan tersebut memvalidasi dari beberapa
tema yang ada apakah ada pengubahan dari hasil-hasil
ide yang sudah muncul atau dapat disebut dengan
“member check”.

28

3.7. Uji Keabsahan Data
Dalam

menetapkan

(trustworthiness)

keabsahan

diperlukan

teknik

dari

sebuah

pemeriksaan.

data
Dalam

pelaksanaannya uji keabsahan data ini dilakukan dengan sejumlah
kriteria. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu credibility,
transferability, dependability, dan confirmability. (Polit & Beck,
2004; Moleong, 2012)
3.7.1.

Credibility: Dalam praktiknya hal ini menggantikan
konsep validitas internal pada studi nonkualitatif. Dari
paparan yang dikemukakan oleh lincoln dan Guba
ada ketelibatan dua aspek utama dalam Credibility,
yaitu melaksanakan penelitian sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan dapat dicapai dan
kemudian mendemonstrasikan tingkat kepercayaan
kepada publik. Hal ini secara konkret dilakukan
dengan memberikan hasil dari manuskrip yang
sudah ada kepada partisipan dan meminta partisipan
mengoreksi

transkrip.

Pengecekan

dilakukan

menyeluruh dari hasil wawancara tema-tema yang
sudah muncul dengan memberikan tanda centang
(√).

29

3.7.2.

Transferability: Konsep ini mengacu pada aspek
generalisasi data. Namun karena pada penelitian
kualitatif, generalisasi tidak dapat dilakukan, para
peneliti kualitatif membuat hasil penelitian ini absah
dengan memampukan hasil penelitiannya dapat
diterapkan di tempat lain dengan latar belakang yang
hampir sama atau sama dengan penelitian ini.

3.7.3.

Dependability:
“reabilitas”

merupakan

dalam

substitusi

studi

dari

nonkualitatif.

kata
Dalam

pengertiannya konsep validitas ini digunakan untuk
memantapkan data dari waktu ke waktu dan
berbagai

kondisi.

Dalam

praktiknya

peneliti

menggunakan proses inquiry audit yaitu sebuah
proses yang mana memerlukan Penelaah External
untuk meneliti dengan cermat dan detil data-data
dan manuskrip yang mendukung selama proses
penelitian secara bersama.
3.7.4.

Confirmability:

hal

ini

berasal

dari

konsep

“obyektivitas” dalam studi diluar kualitatif. Dalam
terminologi

kualitatif

dapat

di

artikan

sebagai

kenetralan dari sebuah data. Dalam konsep validitas
ini pemastian bahwa suatu data itu obyektif atau
tidak bergantung pada persetujuan antara beberapa
30

orang tentang revalensi dan arti data.

Dalam

praktinya pembaca dapat menelusuri apakah catatan
data lapangan dan manuskrip koheren dengan data
yang disajikan, interpretasi dan kesimpulan hasil
penelitian.

31