KITA LEMAH SEGALANYA

KITA LEMAH SEGALANYA
DR. Jamaludin Ancok, dosen Fakultas Psikologi UGM
Syarat untuk menjadi bangsa pemenang adalah konsep khoiru ummah. Kuntum khoiro
ummatin ukhrijat linnaas, kamu adalah sebaik-baik umat yang diturunkan kepada manusia.
Otaknya
paling cerdas, akhlaknya juga santun. Model sosial seperti ini yang memungkinkan suatu bangsa
menjadi bangsa pemenang. Tapi yang terjadi sekarang adalah tawuran pelajar, murid tidak
menghargai
gurunya sendiri, pelajar malas dsb. Seharusnya kita maju secara iptek dan menumbuhkan mental
kebersamaan yang tinggi. Untuk mencari iptek yang unggul kita bisa mencari dari Barat. Tapi
untuk
mencontoh bangsa yang kasih sayang, bukan dari Barat. Barat bukan contoh yang baik untuk
soal
sosial. Konsep sebaik-baik umat adalah menjadi umat teladan. Kita harus bisa dicontoh oleh
bangsa
lain. Unggul di bidang iptek namun tetap memiliki karakter yang baik agar bisa ditiru.
Prof. DR. Hj. Janius Djamin, SH
Rektor Universitas Negeri Medan
Bagi bangsa Indonesia, persaingan global yang ada saat ini agak sukar diikuti kalau tidak
dilandasi dari perbaikan dunia pendidikan. Harus ada kemauan dari para elit negara ini untuk
melakukan reformasi di bidang pendidikan. Seperti perbaikan kurikulum dan pendanaan yang

lebih
dari pos-pos lain. Saat ini anggaran biaya bidang pendidikan kita cukup rendah. Bagaimana bisa
menciptakan SDM berkualitas, kalau anggaran rendah. Selain itu, mutu kurikulum harus
dirombak.
Selama ini anak didik dijejal hafalan dan mengkhayal. Tidak diajak kritis analitik. Selanjutnya
perlu
ada rangsangan-rangsangan yang berharga bagi anak didik yang berprestasi. Kalaupun saat ini
ada
beasiswa belum mencukupi, perlu ada penghargaan yang tinggi. Di negara kita, itu yang kurang.
Mereka yang berprestasi kurang mendapat perhatian.
Model pendidikan yang ada saat ini, seperti SMU unggulan dan sebagainya cukup
memadai
untuk menghasilkan anak didik yang benar-benar berkualitas. Seperti SMU Plus Matauli, Sibolga
cukup menggembirakan. Nilai mereka secara nasional sangat tinggi. Juga SMU Plus
Muhammadiyah
yang sudah pandai berbahasa Inggris, Arab dan Mandarin dengan nilai anak didik juga sangat
fantastis.
Ini bisa terjawab dari menejemen sekolah dan anggaran yang cukup. Negara harus mengeluarkan
APBN yang tinggi di bidang ini, kalau bangsa ini mau maju.
Bahdin Nur Tanjung, SE, MM

Pembantu Rektor I UMSU Medan

Dengan sumber daya alam yang cukup tidak akan bisa bersaing di pasar global tanpa
diikuti
SDM yang kuat. Bangsa kita kaya raya SDA tapi miskin SDM. Yang paling utama adalah
peningkatan
SDM dapat dicapai dengan jalur pendidikan. Dunia pendidikan sesuatu yang seharusnya
diprioritaskan
oleh negara kita. Tapi, kenyataannya negara sibuk dengan masalah politik, ekonomi dan masalah
lainnya dengan mengabaikan sektor pendidikan. Sebenarnya bangsa kita semuanya cukup. SDA
kita
membanggakan, cuma SDM kita yang rapuh. Dunia pendidikan kita secara internasional sangat
rendah,
anak didik kita seperti tidak diperhitungkan lagi di luar. Negara tetangga seperti Malaysia,
Singapura,
Vietnam dan Laos yang baru merdeka lebih maju SDMnya dari kita. Maka sewajarnya dunia
pendidikan kita ditingkatkan. Caranya pendidikan negeri dan swasta diinjeksi secara baik oleh
negara.
Artinya jangan terlalu jauh ikut campur. Pendidikan alternatif semisal SMU Plus cukup baik
dengan

pola menejerial sekolah yang modern. Lembaga-lembaga pendidikan yang lain pun perlu
suntikan
menejemen dan anggaran yang cukup.
DR. Ki Supriyoko
Majelis Luhur Taman Siswa
Daya kompetisi pendidikan kita masih rendah. Kita berada pada posisi 49 dari 49 negara.
Hal
ini diukur oleh IIMD (International Institute Management Development). Materi pendidikan kita
harus
merupakan kombinasi resep tentang hal-hal yang baik, local content yang baik, sopan santun,
gotong
royong dan kompetisi yang baik. Hal ini dimulai dari pendidikan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Terutama dalam keluarga harus diperhatikan. Ketiga tempat pendidikan itu, harus saling
sinambung
untuk membentuk manusia yang terdidik. Pendidikan alternatif diperlukan dalam upaya untuk
mengatasi kelangkaan pendidikan. Namun kenyataannya salam situasi di lapangan, pendidikan
alternatif ini belum banyak membantu pendidikan formal. Kalau perlu pengajian-pengajian perlu
dikembangkan lebih lanjut. Seperti pengajian dengan dibekali ketrampilan tertentu, misalnya
komputer.

Dalam pengajian, selain ditanamkan nilai-nilai agama, perlu juga diberikan pengetahuan tentang
komputer. Sehingga peserta pengajian bertambah ketrampilannya. Pertemuan-pertemuan yang
ada di
masyarakat juga perlu diberikan paket ketrampilan semacam ini.
DR. Shodiq A. Kuntoro, M.Ed
Dosen Pasca Sarjana UNY

Syarat menjadi bangsa pemenang yaitu dengan memiliki karakter yang kuat. Karakter
bangsa
yang kuta diperlukan untuk pengokohan bangsa. Kemudian percaya diri, konsep diri yang positif
serta
memiliki spirit. Hal ini perlu dimiliki dan dibentuk sejak dini, sejak dalam keluarga. Keluarga
banyak
membantu untuk membentuk kedisiplinan, serta belajar membantu berprestasi. Kemudian
sekolah
memainkan peranan penting untuk membentuk mental berprestasi dan bekerja keras.
Selain itu diperlukan visi baru dan paradigma baru pendidikan nasional. Visi yang baru
adalah
visi untuk melakukan pembangunan karakter. Sekolah tidak harus membangun keunggulan,
melainkan

membangun karakter manusianya. Jadi yang penting dan pokok adalah pembangunan karakter,
sedangkan tambahannya adalah pengetahuan dan ketrampilan. Sekarang yang utama adalah
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan saja, sedangkan karakter dinomor duakan. Akan
terjadi
paradoks pada sekolah unggulan. Di satu sisi akan menggenjot pengetahuan, tapi minim dari segi
penanaman karakter. Jadi yang penting adalah membangun karakter dan menumbuhkan mental
bekerja
sama. (im, nafi, hos).
Sumber: SM-09-2002