TEROR AS TERHADAP INDONESIA

TEROR AS TERHADAP INDONESIA
Rakyat dan bangsa Indoensia sungguh merasa diteror oleh Amerika Serikat, karena
Amerika Serikat sepertinya memang tengah menjalankan langkah-langkah teror itu.
Betapa tidak, mula-mula tanpa pemberitahuan dan pemberitaan (diduga agar
efek terornya kuat) tiba-tiba Kedutaan Besar AS dan Konsulatnya di Surabaya ditutup.
Lalu muncul pengakuan sepihak tentang adanya orang yang ditangkap dan mengaku
bahwa dia pernah menjalankan aktivitas terorisme di Indonesia.
Kemudian ditambah dengan pengakuan adanya jaringan teroris di Indonesia,
dengan menyebut-nyebut nama seorang ulama dari Jawa Tengah. Yang mengagetkan,
orang yang disebut sebagai Umar al Faruk mengaku merencanakan pembunuhan
terhadap presiden Indonesia segala. Banyak pihak menilai, ini semua merupakan
propaganda hitam dari pihak sana.
Yang mengherankan, semua ini terjadi ketika AS bersama Inggris sedang
bersiap-siap melakukan penyerangan yang tidak sah secara hukum internasional
terhadap negara dan bangsa Irak. Sebab tujuannya adalah untuk menjatuhkan Presiden
Saddam Husein. Sejak kapan sebuah negara asing berhak memaksakan kehendaknya
atas sebuah bangsa dan negara berdaulat? Tetapi ada yang menduga ini semua
dilakukan untuk konsumsi politik domestik AS sendiri yang akan mengadakan
pemilihan presiden beberapa waktu mendatang. Jadi negara lain dan bangsa lain itu
tengah dikorbankan untuk kepentingan para politisi itu.
Diduga teror terhadap bangsa dan negara Indonesia ini ada hubungannya

dengan rencana penyerangan ke Irak itu. Diduga, dengan teror itu bangsa dan negara
Indonesia mau tunduk untuk menyetujui atau merestui penyerangan dan pembantaian
terhadap rakyat Irak yang tidak berdosa itu.
Sayang sekali, pemerintah Indonesia sepertinya diam-diam saja, tidak
berbicara atau kurang jelas sikapnya menghadapi makin tertekannya rakyat dan
bangsa Indonesia atas teror psikologis yang dilancarkan pihak asing itu. Yang justru
bergerak untuk menyelamatkan muka dan citra Indonesia adalah masyarakat
Indonesia, bukan pemerintah.
Maka berkumpullah para tokoh masyarakat untuk menyelamatkan
kemerdekaan dan keberdaulatan Indonesia dari campur tangan asing dan upaya obokobok berupa operasi intelijen asing itu. Para tokoh masyarakat yang mewakili delapan
elemen bangsa itu berkumpul di Jakarta untuk menyatakan sikap.,
Pernyataan sikap yang ditandatangani oleh Presiden Partai Keadilan, Hidayat
Nur Wahid, Ketua DPP KNPI, Adhyaksa Dault, Ketua PP Pemuda Katolik, Nico
Uskono, Sekjen Presidium GMNI Viktus Murin, Ketua Gema MKGR Ariza Patria,
Sekjen DPP GMMP Irvin Roesjdi, Wasekjen PP GP Ansor Mukhtar Hardjo dan Ketua
Betawi Mampang Utbah R.
Pernyataan sikap itu mengandung 9 butir hasil renungan yang jernih. Yaitu,
pertama, menolak segala bentuk terorisme, provokasi, dan black propaganda yang
bertujuan memecah belah bangsa. Kedua, menyerukan kepada pemerintah agar
mewaspadai upaya-upaya asing menjadikan Indonesia sebagai kaki tangan mereka.

Ketiga, menyerukan kepada seluruh unsur bangsa Indonesia, khususnya kalangan
muda, untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan. Keempat, menghargai sikap kritis
dan hati-hati TNI dan Polri, khususnya terhadap manuver politik AS di Indonesia.

Dalam butir kelima, pernyataan itu menyebutkan mengecam keras negara
manapun di dunia yang menggunakan isu terorisme untuk konsumsi kepentingan
politik dalam negerinya, sehingga mengakibatkan dizaliminya orang-orang yang tidak
bersalah. Keenam, menuntut AS menaati hukum internasional dan tata krama
pergaulan dunia bila sungguh-sungguh jujur dalam memerangi terorisme. Ketujuh,
menolak rencana tindakan sepihak terhadap Irak tanpa terlebih dahulu mendengar
pertimbangan PBB. Kedelapan, menyerukan kepada Irak untuk bersikap terbuka
terhadap kritik serta saran-saran yang terkait dengan upaya penciptaan perdamaian,
khususnya di Timur Tengah. Kesembilan, mengingatkan kepada PBB dan negaranegara di dunia bahwa sesungguhnya sekarang ini terjadi ketidakadilan global
terhadap bangsa Palestina.
Sikap tegas dan kritis juga disampaikan oleh Ketua PBNU, KH Hasyim
Muzadi. Dia meminta Amerika Serikat untuk tidak merecoki Indonesia dengan
melontarkan berbagai propaganda yang sulit dibuktikan kebenarannya. Menurut dia,
bila Indonesia terus direcoki, nanti ada perlawanan terhadap AS. Bisa jadi yang
selama ini moderat pun akan melawan.
Hasyim ketika di Lampung menilai, AS telah berperilaku tidak etis terhadap

Indonesia dengan manuver-manuver politiknya yang menyudutkan Indonesia. Ia
menyesalkan hal itu dan menilai itu sebagai tanda-tanda bahwa AS telah melakukan
intervensi.
Opini yang kemudian berkembang adalah, ketika kemudian muncul ledakan di
berbagai tempat maka yang terjadi semua itu hanya rekayasa intelijen. Publik menjadi
tidak percaya, muak, dan tertekan karena dikecoh dan diteror oleh orang asing.
(Bahan dan tulisan: man)

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 20-02