Teror Bukan Bagian Dari Islam

Teror Bukan Bagian Dari Islam*
Alhamdu lillah, was sholatu was salamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa sohbihi wa man
waalah wa man ittaba’a hudaah. Amma ba’du,
Beberapa tahun belakangan ini terjadi peristiwa-peristiwa yang memperburuk imej Islam. Mulai
dari bom Bali hingga yang terakhir bom dan penembakan di jalan MH Thamrin Jakarta. Aktivitas
gerakan garis keras tersebut telah banyak merubah pandangan masyarakat, baik terhadap Islam itu
sendiri maupun terhadap pemeluknya. Islam dicap sebagai ajaran bar bar, agama teroris atau sebutan
lainnya. Padahal aksi mereka sama sekali tidak mencerminkan agama yang dibawa oleh Rasulullah
SAW sebagai rahmat , tidak hanya untuk pemeluknya tapi untuk seluruh alam semesta.
Sesungguhnya benih gerakan ini telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Usai menang
dalam perang Hunain, Rasulullah SAW membagi harta rampasan perang kepada orang-orang yang baru
masuk islam dan tidak memberi kaum muhajirin maupun anshor bagian, hingga datanglah seorang lakilaki bernama Dzul Khuwaisiroh secara tiba-tiba menarik kain di leher Nabi, lalu berkata: “wahai
Muhammad, berlaku adil lah !”. rasulullah menjawab : “ celakalah kamu, jika aku tidak adil, maka
siapa yang adil?!”. Kisah ini memberi gambaran kepada kita bagaimana sifat orang yang tidak bisa
mencerna perilaku nabi sebagai syari’(sumber hukum), laki-laki ini tidak mengerti hikmah dari cara
pembagian Nabi. Hingga akhirnya dengan pemahamannya yang ia anggap benar, ia berani
menyalahkan dan berlaku kasar kepada Nabi SAW.
Di zaman Khalifah Ali Bin Abi Thalib Ra, muncul golongan Khowarij yang memvonis fasiq,
murtad, kafir terhadap orang2 yang yang tidak sependapat dengan mereka, tidak hanya itu, bahkan
mereka tega membunuh saudara seiman mereka yang mereka anggap salah. Para sahabat seperti Ali,
Muawiyah pun tidak lepas dari tuduhan mereka. Khawarij menuduh kafir orang-orang yang tidak mau

mengamalkan hukum Allah (menurut pemahaman mereka). Lalu dengan alasan kafir, mereka merasa
berhak merampas hak-hak orang lain, mereka membunuh jiwa, menjarah harta dan menodai
kehormatan manusia banyak.
Meskipun Khawarij sudah tidak pada saat ini, akan tetapi pemikiran mereka masih berkembang
hingga saat ini. Untuk itu diperlukan peringatan tentang bahayanya pemikiran tersebut agar tidak
banyak kaum muslimin yang terhasud dan ikut dalam fitnah ini.
Faktor Aksi Kekerasan Atas Nama Agama
Motivasi gerakan keras melakukan aksinya antara lain keuntungan finansial, kesempatan
mendapatkan kekuasaan, dan lemahnya pemahaman atas ajaran agama, terutama dalam hal
spiritualitas.1
Faktor finansial adalah bisnis terselubung gerakan garis keras. Ditengah krisis ekonomi yang
berkepanjangan, godaan materi ini sangat berpengaruh pada orang yang masih lemah imannya.
Kelompok garis keras dengan sokongan dana yang melimpah dengan mudah menarik simpatisan untuk
bergabung dengan mereka.

1 ) lebih lengkapnya baca “Ilusi Negara Islam : Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia”, KH Abdurrahman
Wahid, Wahid Institute, Cet I 2009

*disampaikan oleh: Muhammad Arif , pada Dauroh Ilmiyah Mingguan, Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar
Medan, 13 Februari 2016


Namun faktor terpenting dan barangkali yang menjadi alasan kebanyakan orang terpesona
dengan kelompok ini adalah lemahnya pemahaman mereka tentang ajaran islam. Jargon jargon garis
keras seperti membela islam, penerapan syari’ah, penegakan Khilafah Islamiyah bisa menjadi jurus
yang ampuh dan mempesona. Pada saat yang sama, pihak-pihak yang menolak jargon jargon itu akan
dituduh menolak syari’ah bahkan menolak islam.
Gerakan garis keras seringkali menggunakan ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadist Nabawi yang
berhubungan dengan jihad untuk membenarkan aksi mereka. Pemahaman mereka sangat berbeda
dengan pemahaman Ulama tentangnya. Sebab menganggap diri mereka yang paling benar, mereka pun
enggan menerima pemikiran lain atas dalil-dalil tersebut. Hasilnya banyak yang menganggap islam
adalah agama yang keras,kaku anti perbedaan dan sebagainya.
Sebenarnya jika melihat sejarah dakwah Rasulullah SAW, maka akan kita dapati bahwa apa
yang dilakukan oleh para teroris atau gerakan garis keras sangat bertentangan cara Nabi berdakwah
kepada orang2 kafir.
Setelah wafatnya sang paman, Abu Thalib, gangguan dan siksaan orang-orang kafir Quraisy
kepada Nabi SAW semakin berat, beliau pun pergi menuju Thaif dengan harapan akan mendapat
sambutan yang baik dari penduduknya dan mereka mau menerima agama yang Ia bawa. Akan tetapi
kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Perlakuan mereka kepada Nabi lebih parah dibandingkan
perlakuan orang-orang
Quraisy. Mereka mengusirnya dan menipu orang-orang termasuk anakanak untuk melempari Rasulullah SAW dengan batu, hingga kedua kakinya berdarah. Rasulullah pun

sedih atas perlakuan mereka. Kemudian datanglah Jibril dan berkata: “Allah beri salam untukmu, dan
mengutus bersamaku malaikat gunung yang siap menerima segala perintahmu”. Malaikat gunung
berkata : “ jika engkau berkehendak, dan perintahkan ku untuk menimpa gunung akhsyabin atas
mereka , niscaya akan ku lakukan”. Nabi SAW menolak tawaran malaikat, beliau justru menjawab:
“tidak, sungguh aku berharap lahir dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan
tidak menyekutukanNya”. Jika ini yang Nabi SAW ajrkan kepada kita dalam menyikapi orang-orang
kafir yang berbeda keyakinan dengan kita, lalu bagaimana sikap kita kepada saudara kita yang
notabene muslim?.
Ketika Nabi SAW tiba di Madinah, beliau tidak memaksa kaum Yahudi Madinah untuk masuk
Islam, Nabi SAW membuat kesepakatan damai dengan mereka untuk mewujudkan kedamaian antara
muslim dan non-muslim. Saat Fathu Makkah, dan semua penduduknya berada dalam kekuasaannya,
sikap Nabi SAW juga demikian, bahkan ketika salah seorang Anshor berkata: hadza yaumul malhamah
“ hari ini adalah hari pembalasan”, Nabi SAW justru menyanggahnya dan berkata hadza yaumul
marhamah “ justru ini adalah hari kasih sayang”.
Begitu juga ketika Nabi SAW marah kepada Khalid Bin Walid Ra yang membunuh orang yang
telah bersyahadat sebab ia mengira bahwa orang tersebut mengucapkan syahadat karena takut dibunuh.
Semua itu menunjukkan bahwa membunuh muslim bukan perkara sepele yang bisa dilakukan orang
dengan sekehendaknya sendiri. Dan masih banyak contoh dari siroh Nabi SAW yang menunjukkan
pada kita bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan cinta kasih pada sesama manusia, apapun
agamanya, terlebih kepada sesama umat islam.2

2) Baca “At Ta’ayyusy Al Insani Wat Tasamuh Ad Diini fil Islam” , dan “ Fit Thoriq Ilal Ulfah Al Islamiyah”, Abdul Fatah Soleh
Qodisy Al Yafi’i

*disampaikan oleh: Muhammad Arif , pada Dauroh Ilmiyah Mingguan, Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar
Medan, 13 Februari 2016

Strategi Gerakan Teroris
Kelompok garis keras memiliki banyak tipu muslihat dalam menyebarkan pemikiran dan
melakukan aksi mereka. Banyak kaum muslimin yang secara sadar atau tidak sadar ikut terjerumus
kedalamnya.
1. Menyebarkan paham paham radikal melalui da’i-da’i, buku dan media massa
2. Mengucurkan dana berjumlah fantastis untuk mendukung aksi teror mereka
3. Memvonis sesat, murtad atau kafir kepada golongan yang berbeda pendapat dengan mereka.
Tidak hanya itu bahkan mereka tega membunuh muslim yang yang tidak sependapat dengan
mereka
Ikhtiyar Berlindung Dari Fitnah
Setiap muslim seyogyanya selalu mawas diri terhadap setiap peristiwa yang terjadi di
sekitarnya, terlebih di zaman yang penuh fitnah ini. Berlindung dari pemikiran dan perbuatan yang
menyimpang dari tuntunan Rasulullah menjadi wajib hukumnya, agar setiap muslim mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk selamat dari gerakan garis keras ada banyak langkah yang bisa

dilakukan, antara lain :
1. Belajar dan terus belajar ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan para ulama
rahimahumullah dan mengamalkannya. Ilmu adalah modal terpenting bagi manusia untuk
menjalani kehidupannya. Seorang muslim harus mempelajari agama nya dari ulama yang
mengajarkan Islam yang indah dan penuh kasih sayang sebagaimana diturunkan Allah pada
RasulNya, Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamiin.
2. Membentengi diri dengan selalu menghayati setiap ibadah yang ia kerjakan. Dan berusaha
selalu dekat dengan ulama. Kepada merekalah kita mencari jawaban atas setiap hal-hal atau
masalah yang tidak kita mengerti, fas’alu ahladz dzikri in kuntum laa ta’lamuun.
3. Bersikap selektif terhadap segala pemberitaan media tentang aksi kekerasan yang mengatas
namakan islam
4. Tidak terpengaruh pada dakwah/ajakan golongan radikalis ekstrimis
5. Selalu menjaga ukhuwah/persaudaraan, baik itu sesama pemeluk Islam maupun persaudaraan
sebangsa setanah air
6. Menumbuhkan dan mempertahankan rasa cinta tanah air, sebab diantara agenda utama gerakan
garis keras adalah menghapus sistem pemerintahan dan menggantinya dengan Khilafah
Islamiyah. Hal ini bertentangan dengan kesepakatan para pendiri dan ulama negeri ini bahwa
NKRI adalah harga mati yang tak boleh ditawar lagi
Demikian tulisan ini dibuat, semoga bermanfaat. Wa ma taufiqi illa billah, wa la haula wa la quwwata
illa billahil ‘aliyyil ‘adzhim.


*disampaikan oleh: Muhammad Arif , pada Dauroh Ilmiyah Mingguan, Pondok Pesantren Al Kautsar Al Akbar
Medan, 13 Februari 2016