KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA
LINK DOWNLOAD [1.55 MB]
BAB I
KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. MODEL PSIKO ANALISA
1. Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia
dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus
dicapai. Gejala yang Nampak merupakan simbul dari konflik.
2. Proses terapi
a. Memakan waktu yang lama
b. Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisis mimpi : menginterprestasikan perilaku, menggunakan transferens untuk
memperbaiki masa lalu, mengidentifikasi area masalah.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
b. Terapis : mengupayakan perkembangan trasferens, menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan
konflik.
B. MODEL INTERPERSONAL

1. Konsep
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan paplau mengembangkan teori interpersonal keperawatan.
Teori ini meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.
Menurut Sulivan individu memandang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, maksudnya kemampuan dalam
memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal
perawat klien dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Dalam proses interpersonal perawat klien memiki 4 tahap :
a. Orientasi
Perawat klien melakukan kontrak awal untuk bhsp dan terjadi proses pengumpulan data
b. Identifikasi
Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep
c. Eksplorasi
Perawat memberi gambaran kondisi klien
d. Resolusi
Perawat memandirikan klien
2. Proses terapi
a. Mengeksplorasi proses perkembangan
b. Mengoreksi pengalaman interpersonal
c. Redukasi
d. Mengembangkan hubungan saling percaya

3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
b. Terapis : menjalin hubungan akrap dengan psaien dengan menggunakan empati dan menggunakan hubungan sebagai suatu
pengalaman interpersonal korektif.
C. MODEL SOCIAL
1. Konsep
Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan pandangan sosial terhadap perilaku
bahwa factor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan gejala perilaku
menyimpang.
2. Proses terapi
a. Pencegahan primer

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

b. Manipulasi lingkungan

c. Intervensi krisis
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerjasama dengan terapis untuk menyelesaikan masalahnya.
b. Terapis :
1) Menggali sistem sosial pasien
2) Membantu pasien menggali sumber yang tersedia
3) Menciptakan sumber baru
D. MODEL EKSISTENSI
1. Konsep
Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya.
Keasingan diri dari lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya
kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak
mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya
2. Proses terapi
a. Rational emotive therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong menerima dirinya sebagai mana adanya
bukan karena apa yang dilakukan.
b. Terapi logo
Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti eksis. Tujuannya agar individu sadar
akan tanggung jawabnya.

c. Terapi realitas
Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya, dan cara untuk mencapainya. Klien disadarkan akan alternatif yang tersedia.
3. Peran pasien perawat
a. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang
diri yang sebenarnya.
b. Terapis :
1) Membantu pasien untuk mengenali diri
2) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
3) Mengenali pasien tentang perasaan tulus
4) Memperluas kesadaran diri pasien
E. MODEL KOMUNIKASI
1. Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan
merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras.
Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi, orientasi, kerja, terminasi.
2. Proses terapi
a. Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
b. Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
c. Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif
d. Melakukan analisa proses interaksi

3. Peran pasien terapis
a. Pasien : memperhatikan pola komunikasi, bermain peran, bekerja untuk mengklarifikasi komunikasinya sendiri, memvalidasi
peran dari orang lain.
b. Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarkan prinsip komunikasi yang baik.
F. MODEL PERILAKU
1. Konsep
Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif
dan afektif
2. Proses terapi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

a. Desenlisasi/pengalihan
b. Teknik relaksasi
c. Asertif training

d. Reforcemen/memberikan penghargaan
e. Self regulation/mengamati perilaku klien: set standar ketrampilan, self observasi, self evaluasi, self, reiforcemen.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien :
1) Mempraktikkan tehnik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah
2) Penggalakan latihan.
b. Terapis
1) Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku
2) Membantu mengembangkan hirarki perilaku
3) Menguatkan perilaku yang diinginkan.
G. MODEL MEDICAL
1. Konsep
Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh transmisi
impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia. Factor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagai factor pencetus.
2. Proses terapi
a. Pengobatan : jangka panjang, jangka pendek
b. Terapi supportif
c. Insight oriented terapy yaitu belajar metode mengatasi stressor.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi

b. Terapis :
1) Menggunakan kombinasi terapi somatic dan interpersonal
2) Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ
3) Menentukan pendekatan terapeutik
Inti Model Medical
H. MODEL KEPERAWATAN
1. Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial
dengan model pendekatan berdasarkan teori system, teori perkembangan, teori interaksi, pendekatan holistic, teori keperawatan.
Fokus pada :
a. Rentang sehat sakit
b. Teori dasar keperawatan
c. Tindakan keperawatan
d. Hasil tindakan
2. Proses terapi
a. Proses keperawatan
b. Terapi keperawatan : terapi modalitas.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mengemukakan masalah
b. Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan

Inti Model Medical
(Individu yang mudah mengalami gg)
EVALUASI
1. Model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa
berhubungan pada perkembangan pada masa anak adalah model keperawatan jiwa??????
2. Menurut konsep keperawatan jiwa interpersonal, dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap yaitu ?????????..
3. Model keperawatan jiwa sosial dalam proses terapinya melalui cara????.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

4. Peran perawat dalam model keperawatan jiwa eksistensi adalah??????
5. Peran pasien dalam model keperawatan jiwa komunikasi adalah?????...
6. Perbedaan model konsep keperawatan jiwa keperawatan dan medical adalah????????..
7. Model konsep keperawatan jiwa perilaku mempunyai konsep tentang perilaku yaitu ?????????
BAB II

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN
A. PENDAHULUAN
Komunikasi sangat bermakna pada profesi keperawatan yang mana merupakan metode utama dalam memberikan asuhan
keperawatan. Komunikasi terapeutik sebagai komunikasi professional.
B. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk
menyembuhkan klien.
Komter merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komter berlangsung secara verbal dan
non verbal
Dalam komter ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama, timbal
balik, berorientasi pada masa sekarang, saling berbagi perasaan.
C. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk perkembangan klien (Stuart dan Sundeen):
1. Kesadaran diri, penerimaan diri, penghargaan diri yang meningkat
2. Identitas diri jelas, peningkatan integritas diri
3. Membina hubungan interpersonal yang intim, interdependen, memberi dan menerima dengan kasih sayang.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang realistic
D. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat menggunakan tehnik komunikasi
terapeutik.

1. LISTENING (Mendengarkan)
Definisi : menerima informasi secara aktif dan memperhatikan respon klien.
a. Sebagai dasar utama komunikasi
b. Sehingga perawat tahu perasaan klien
c. Beri waktu yang banyak untuk bicara.
d. Jadilah pendengar yang aktif
e. Sikap/nonverbal: kontak mata, tidak menyilangkan tangan/kaki, hindari gerak tubuh yang tidak perlu, anggukkan kepala, tubuh
condong
f. Nilai : anda bernilai untuk saya, saya tertarik pada anda
g. Listening secara aktif dan pasif (mendengar dengan kegiatan nonverbal)
h. Misal : oo?. oo?. oo ?., mhmmm?., ya saya dengan kamu?.
i. Cara jadi pendengar yang efektif :
1) Fokus pada pemahaman apa yang dikatakan seseorang
2) Pelihara kontak mata
3) Melihat sekitar, sering berubah posisi menunjukkan tidak mendengarkan
4) Posisi pada level yang sama
5) Duduk bila mungkin
6) Berdiri menandakan diangapa akan pergi, tidak punya waktu cukup untuk komunikasi
7) Sikap kalem saat klien berfikir untuk menjawab, jangan bicara sebelum orang lain bicara.
8) Respon baik (verbal, nonverbal).

2. BROAD OPENING (Pertanyaan terbuka)
a. Yaitu suatu teknik untuk membuka pembicaraan
Misal : kamu memikirkan tentang apa? Bagaimana perasaanmu hari ini?
b. Memberi kesempatan untuk memilih
3. RESTATING (Mengulang)

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

a. Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien
b. Guna : menguatkan ungkapan klien, mengindikasikan perawat mengikuti pembicaraan klien
c. Misal : kamu mengatakan bahwa ibumu meninggalkan waktu usiamu 5 tahun ?
4. CLARIFICATION (Klarifikasi)
a. Dilakukan jika perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar/klien malu mengemukakan informasi, informasi yang di dapat tidak
lengkap/mengemukakan berpindah-pindah. Misal : dapatkah anda jelaskan kembali tentang?.? Apa yang bapak maksud dengan?.?
b. Perawat berusaha menjelaskan kembali kata ide yang tidak jelas dikatakan klien.
c. Guna : untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi.
5. THEMA IDENTIFICATION (Identifikasi Tema)
Definisi : pokok yang mendasari persoalan/masalah yang sering muncul
a. Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan
b. Guna : meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting
c. Misal : saya lihat dari semua keterangan yang anda jelskan anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?
6. SILINECE (Diam)
a. Biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan
b. Tujuan : memberi kesempatan berfikir dan memotivasi klien bicara.
c. Perlu ketrampilan dan ketepatan waktu
1) Bermanfaat saat klien harus mengambil keputusan
2) Pada klien menarik diri, diam berarti perawat menerima klien.
7. REFLECTION (Refleksi)
a. Definisi : mengembalikan kepada klien segala ide pasien, perasaan, pertanyaanya, dan isinya, agar pasien menyadari dan dapat
mengambil keputusan.
b. Klien punya hak mengemukakan pendapat, membuat keputusan, memikirkan diri sendiri.
c. Refleksi:
1) Refleksi isi, memvalidasi yang didengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat
2) Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien tahu dan menerima perasaannya.
d. Guna : Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan yang jelas
e. Rugi :
1) Mengulang terlalu sering dan sama
2) Dapat menimbulkan marah, iritasi, frustasi
Misal :
Klien : Apakah menurut anda saya harus mengatakan pada dokter?
Perawat : Apakah menurut bapak sendiri bapak harus mengatakan pada dokter
Missal : Anda merasa tegang dan khawatir, apa ada hubungannya dengan?.?
8. FOCUSING (Memfokuskan)
Membantu klien bicara sesuai topik yang dipilih, sesuai tujuan spesifik, lebih jelas, berfokus pada realitas.
Misal : wanita sering menjadi bulan-bulanan. Coba anda ceritakan perasaan anda sebagai wanita?
9. MEMBAGI PERSEPSI
a. Definsi : menanyakan pada klien untuk menguji pengertian perawat tentang yang ia fikir dan rasakan
b. Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan difikirkan, sehingga perawat dapat meminta umpan balik dan
memberi informasi
Misal : anda tertawa, tapi saya rasa anda marah pada saya.
10. INFORMING
a. Memberi informasi dan fakta untuk penkesh
b. Tidak dibenarkan memberi nasehat saat memberi informasi.
Misal :
Apakah saya perlu menerangkan tentang kerja obat yang bapak makan?
11. SUGESSTING (Saran)

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

a. Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah
b. Tepat digunakan pada fase kerja dan tidak pada fase awal hubungan.
12. HUMOR
a. Lawakan yang menyenangkan, diungkapkan dengan bermain-main.
b. Guna : Meningkatkan kesadaran, menyegarkan suasana, menurunkan agresi
c. Jangan sembarangan dan terkesan meremehkan, misal : berikan arti kata baru dari nervous
13. MENYATAKAN HASIL OBSERVASI
a. Perawat menguraikan kesan nonverbal klien
b. Misal : Anda kelihatan tampak tegang?.
14. MERINGKAS
a. Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat
b. Tujuan : membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan
c. Dapat mengulang aspek penting untuk interaksi berikutnya.
Misal : Selama 10 menit ini bapak dan saya telah membicarakannya?.
15. MEMBERI PENGHARGAAN
a. Jangan malah membebani. Misal : Bapak Nampak cocok pakai baju biru
b. Yang membebani: Wah?. Bapak seperti Brad Pitt cakepnya.
16. MENGANJURKAN MENERUSKAN PEMBICARAAN
a. Memberi kesempatan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
b. Tidak terkesan mengarahkan pembicaraan
c. Misal : lanjutkan?.
Dan kemudian?. Coba ceritakan hal tersebut pada saya.
E. FASE-FASE HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN
Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan (Orientasi), Fase kerja dan fase
terminasi..
1. FASE PRAINTERAKSI
Prakinteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga
kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah pengamannya berguna agar lebih efektif dalam
memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang kuat, mempunyai hubungan
yang konstruktif dengan orang lain, dan berpegang pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart & Sundeen, 1987).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien. Tugas tambahan dalam fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan
menentukan kontak pertama.
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu
mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi
dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan klien.
a. Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak, marah, inkohern?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan?
Bagaimana tingkat kecemasan saya?
b. Penetapan tahapan hubungan
Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :
Apakah kontrak pertama?
Apakah kontrak lanjutan?
Apa tujuan pertemuan?
Apa tindakan yang akan saya lakukan?

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

Bagaimana cara melakukan?
c. Rencana interaksi
Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan!
Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai!
Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!
Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!
2. FASE PERKENALAN (ORIENTASI)
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan
mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.
Dalam membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka
dan perumusan KONTRAK dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat klien dapat optimal. Diharapkan klien
berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak
dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai
pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar menerima dan terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan
rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik atau dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan
bersama klien.
Elemen kontrak perawat-klien :
a. Nama individu (perawat dank lien)
b. Peran perawat dan klien
c. Tanggung jawab perawat dan klien
d. Harapan perawat dan klien
e. Tujuan hubungan
f. Tempat pertemuan
g. Waktu pertemuan
h. Situasi terminasi
i. Kerahasiaan
Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :
Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama
a. Memberi salam
Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan mengulurkan tangan untuk jabat
tangan.
b. Memperkenalkan diri perawat
?Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.?
c. Menanyakan nama pasien
?Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya??
d. Menyepakati pertemuan/kontrak
?Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.?
?Dimana kita duduk?
Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya)
Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk
Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien.
e. Menhadapi kontrak
?saya perawat yang bekerja di??, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.?
?dimuai saai ini S/D???, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.?
?Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.?
?kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)?
f. Memulai percakapan awal

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang
terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses keperawatan.
Contoh komunikasi menkaji keluhan utama
?Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari??
?Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari??
?Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan??
Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan keluhan utama.
Jika tidak menjawab ?Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan nama pasien) tidak mau
menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.? (10 menit).
g. Menyepakati masalah klien
Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :
?Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ??., (sesuaikan dengan kesimpulan masalah), ?Misal :
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) sungkan berhubungan dengan orang lain, sering marah tak terkendali dirumah.
h. Mengakhiri perkenalan
Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara)
Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :
Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya.
a. Memberi salam
Sama pada perkenalan
b. Memvalidasi keadaan klien
?Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini??
?Coba ceritakan perasaannya hari ini??
c. Mengingatkan kontrak
?Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji).
Jika klien ingat janjinya berikan pujian.
?Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara berkenalan dengan orang lain,
mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)
3. FASE KERJA
Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan
kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku
maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.
Contoh :
?Apa yang menyebabkan ibu marah??
Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut??
?Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.?
4. FASE TERMINASI
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan
berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit
tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan perawat
bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan
perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman
positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam
cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan
tidak menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali pada

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.
a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
?Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.?
2) Tindak lanjut
?Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan??
3) Kontrak yang akan datang
?Kapan kita bertemu lagi??
Apa yang akan kita bicarakan??
b. Terminasi akhir
c. Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit.
d. Isi percakapan :
1) Evaluasi
?Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini??
2) Tindak lanjut
?Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah??
3) Kontrak yang akan dating
?Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit??
4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.
F. TUGAS PERAWAT DALAM TIAP FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK.
FASE TUGAS PERAWAT
Prainteraksi
Orientasi
Kerja
Terminasi 1. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
2. Analisa kekuatan kelemahan professional
3. Dapatkan data tentang klien jika mungkin
4. Rencanakan pertemuan pertama.
1. Tentukan alasan masuk klien minta pertolongan
2. Bina rasa saling percaya (trust), penerimaan dan
3. Komunikasi terbuka
4. Rumuskan kontrak pertama
5. Eksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien
6. Identifikasi masalah klien
7. Rumuskan tujuan bersama klien
1. Eksplorasi stressor yang tepat
2. Dorong perkembangan kesadaran diri klien & pemakaian mekanisme koping konstruktif
3. Atasi penolakan perilaku adaftif.
1. Ciptakan realitas perpisahan
2. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
3. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan&kehilangan, sedih, marah dam perilaku lain.
4. Rencana tindak lanjut (untuk terminasi sementara)
G. ANALISA DIRI
Agar seorang perawat mampu berkomunikasi terapeutik dan mejadi perawat yang terapeutik maka sebelum melakukan interaksi
dengan pasien harus melakukan ANALISA DIRI, agar dapat menggunakan diri secara terapeutik, dan dengan menggunakan teknik
komunikasi yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan emosi klien yang maladaftif.
Analisa diri meliputi :
1. KESADARAN DIRI SIAPA SAYA ? Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi, perilaku secara pribadi atau sebagai

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

pemberi perawatan, sehingga bisa menerima perbedaan dan keunikan klien.
JOHARI WINDOW menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang.
Kuadran I
Diketahui diri & orang lain Kuadran II
Hanya diketahui orang
Kuadran III
Hanya diketahui oleh diri
(Rahasia) Kuadran IV
Tidak diketahui oleh siapapun
Prinsip :
a. Perubahan satu kuadran mempengaruhi kuadran lain.
b. Kuadran satu paling kecil : komunikasi buruk/kesadaran diri kurang.
c. Kuadran I paling besar : Kesadaran diri tinggi/komunikasi baik.
CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI
a. Mempelajari diri sendiri
Melalui eksplorasi diri tentang fikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal dan
kebutuhan pribadi.
b. Belajar dengan orang lain
Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri. Aspek negatif akan
memberi kesadaran individu untuk memperbaikinya.
c. Membuka diri
Pribadi yang sehat berarti memiliki keterbukaan, maka perlu adanya sahabat yang dapat dipercaya sebagai tempat bercerita/curhat.
2. KLARIFIKASI NILAI
Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan
dam keamanannya.
Jika ada konflik, ketidakpuasan dapat disadari dan diklarifikasi agar tidak mempengaruhi hubungan komter.
Perawat sadar sistem nilai yang dimiliki, misal : keyakinan, sehingga siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem
nilai yang dimiliki.
3. EKSPLORASI PERASAAN
Terbuka, sadar terhadap persaannya, dan mengontrolnya sehingga bisa membawa diri secara terapeutik, sehingga tahu bagaimana
berespon dan bersikap dengan klien.
4. KEMAMPUAN JADI MODEL
Kemampuan untuk jadi suri tauladan.
a) Perawat yang bermasalah, misalnya ketergantungan obat, gangguan interpersonal, dan lain-lain akan mempengaruhi hubungan
dengan klien. Jadi perawat haruslah bergaya hidup sehat.
b) Dalam keperawatan jiwa, perawat tidak mungkin memisahkan hubungan professional dengan kehidupan pribadi, karena perawat
menggunakan dirinya untuk menolong klien.
c) Perawat efektif bila mampu memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi tidak didominasi konflik, stress, mampu beradaptasi
sehat.
5. BERTANGGUNG JAWAB
Perawat bertanggung jawab terhadap tindakannya, sadar akan kelebihan dan kekurangannya.
Dalam berinteraksi dengan klien seorang perawat harus mampu menghadirkan diri secara fisik dan psikoilogis dihadapan klien.
Dalam usaha menghadirkan diri secara fisik seorang perawat perlu memahami SIKAP PERAWAT DALAM KOMTER. Sedangkan
untuk menghadirkan diri secara psikologis dengan cara memahami DIMENSI RESPON dan DIMENSI TINDAKAN/AKSI.
H. SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) tidak hanya cukup dengan tahu tehnik komunikasi terapeutik dan isi komunikasi
tapi penting juga ?Sikap dan penampilan?.
b. Cara menghadirkan diri secara fisik :
1) Berhadapan, artinya saya siap untuk anda
2) Pertahankan kontak mata pada level yang sama, artinya menghargai klien dan tetap ingin berkomunikasi.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:38 2017 / +0000 GMT

3) Membungkuk ke arah klien, artinya menunjukkan keinginan untuk mengatakan/mendengarkan sesuatu.
4) Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan/kaki) menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi
5) Tetap rileks
6) Dapat mengontrol keseimbangan antar ketegangan dan relaksasi dalam berespon pada klien.
Kehadiran secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi :
1. Dimensi respon perawat
2. Dimensi tindakan perawat.
I. DIMENSI RESPON
a. KEIKHLASAN/KESEJATIAN
Pernyataan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
b. MENGHARGAI
Menerima klien apa adanya, tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek, tidak menghina.
Misal : duduk diam saat klien menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien, menerima permintaan klien untuk tidak
bertanya pengalaman tertentu.
c. EMPATI
Empati adalah kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaan tanpa kita terlarut didalamnya.
Lalu mengidentifiasi masalah klien dan membantunya. Empati dapat secara verbal/nonverbal.
Misal : memperkenalkan diri, sikap membungkuk pada klien, respon kekuatan dan sumber daya klien, tunjukkan minat, ekspresi
hangat.
d. KONKRIT
Terminologi spesifik, bukan abstrak agar tidak muncul keragu-raguan/tidak jelas.
Guna :
1) Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien.
2) Memberi penjelasan akurat oleh perawat
3) Mendorong klien memikirkan masalah spesifik.
J. DIMENSI TINDAKAN/AKSI
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan dilaksanakan dalam konteks kehangatan dan pengertian.
Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri tinggi dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
a. KONFRONTASI
Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Tiga kategori konfrontasi :
1) Ketidaksesuaian konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal dirinya.
2) Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien.
3) Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.
Guna konfrontasi adalah untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap, perilaku. Konfrontasi dilakukan
secara asertif bukan dengan marah atau agresif.
Sebelum melakukannya pada klien kaji tingkat ?TRUST atau percaya?, tepat waktu, tingkat kecemasan klien, kekuatan koping.
Konfrontasi diperlukan pada klien dengan kesadaran diri baik tapi perilaku klien belum berubah.
b. KESEGARAN
Berfokus pada saat ini, sensitive terhadap perasaan klien dan keinginan membantu segera.
c. KETERBUKAAN
Perawat memberi info tentang diri, idealnya, perasaannya, sikap dan nilainya.
Pengalaman diri untuk terapi klien dengan tukar pengalaman ini diharapkan kerjasama dan sokongan.
d. EMOTINAL CATHARSIS
1) Meminta klien bicara tentang hal yang mengganggu dirinya (Perasaanya, ketakutan, pengalaman)
2) Kaji kesiapan klien untuk bicara, bantu ekspresi perasaan klien
3) Suasana diterima dan aman klien akan memperluas kesadaran dan penerimaan diri.
e. BERMAIN PERAN
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu, untuk meningkatkan kesadaran diri dalam berhubungan dan
kemampuan melihat situasi dari pengalaman orang lain.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 11/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:39 2017 / +0000 GMT

Klien bebas berperilaku baru pada lingkungan aman.
EVALUASI
1. Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik adalah???
2. Teknik apa saja yang dapat digunakan perawat dalam menjalin hubungan terapeutik perawat klien gangguan jiwa????.
3. Jelaskan tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik?????.
4. Apa tugas perawat dalam fase interaksi hubungan perawat klien terapeutik???
BAB III
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi
kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan
orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada
dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, penmgobatan atau
terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan
memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi
perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support),
pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality
testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan
hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah
dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam
kelompok.
B. PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta
mempunyai norma yang sama (Stuart&Sundeen,1991 : 10).
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, umpamanya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan
pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok.
Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan
berperilaku terhadap orang lain.
Secara umum tujuan kelompok adalah :
a. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
b. Berupaya memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
c. Merupakan proses menerima umpan balik
C. MANFAAT TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat :
1. Terapeutik
a. Umum
1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2) Melakukan sosialisasi
3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 12/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:39 2017 / +0000 GMT

3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
c. Rehabilitasi
1) Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri
2) Meningkatkan ketrampilan sosial
3) Meningkatkan kemampuan empati
4) Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.
D. TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
1. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe : Biblioterapy
Aktifitas : Menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang
lain.
2. Mengembangkan stimulasi sensoris
Tipe : Musik, seni, menari
Aktifitas : Menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan
Tipe : Relaksasi
Aktifitas : Belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi
3. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe : Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi
Aktifitas : Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
Tipe : Kelompok remotivasi
Aktifitas : Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe : Kelompok mengingatkan
Aktifitas : Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
E. KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen's, terapi kelompok berfokus pada kelompok daripada individu.
Prinsipnya :
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul
kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan
mencapai penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk
mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi
atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan
diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa :
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain.
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif.
Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota kelompok.
Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam
kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 13/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:39 2017 / +0000 GMT

Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis.
Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul,
leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa
yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas
pada saat terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang
pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.
F. MACAM TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami
kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaptif.
Tujuan
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaanya.
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan.
2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien
berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi
sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca
indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan sensori
b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan.
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitr klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang
dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu.
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas).
Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang
digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alam sekitar).
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan.
c. Pembicaraan penderita sesuai realitas

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 14/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:39 2017 / +0000 GMT

d. Penderita mampu mengenali diri sendiri
e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif.
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Penyaluran energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola
penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri
sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal
G. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 1995. Menggambarkan fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai
berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok akan
dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan.
2. Fase awal
Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi, konflik atau kebersamaan

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 15/68 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 1:14:39 2017 / +0000 GMT

Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya, dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim;
a. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya
b. Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah terbina
c. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
d. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistis
e. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugs kelompok dalam menyelesaikan tugasnya.
f. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif.
Petunjuk untuk leader pada fase ini :
a. Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman, personality dan kebutuhan kelompok serta anggotanya
b. Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya, mendorong kelompok bekerja pada tugasnya
c. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah khusus.
4. Fase terminasi
Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature,
tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari hal ini, terapis perlu
mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi
umpan balik pada tiap anggota
Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre
dan post test.
H. TERAPIS
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara
lain :
1. Dokter
2. Psikoater
3. Psikolog
4. Perawat
5. Fisioterapis
6. Speech teraphis
7. Occupational teraphis
8. Sosial worker.
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas
kelompok adalah :
1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya setempat.
2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk diper