ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE.

ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV
(KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, DAN KABUPATEN
SITUBONDO) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE

USULAN PENELITIAN

Diharapkan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1
J urusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh:

FAKHRULLI KAHARVIAN
0611310117/FE/EP

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

USULAN PENELITIAN
ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH
PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN
BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE

Yang Diajukan
Fakhrulli Kaharvian
0611310117/FE/EP

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

Drs.Ec.Wiwin Pr iana,MT

Tanggal : 8 maret 2013


Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dra Ec.Niniek Imaningsih,MP

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

USULAN PENELITIAN
ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH
PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN
BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE

Yang Diajukan
Fakhrulli Kaharvian
0611310117/FE/EP

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :


Pembimbing Utama

Drs.Ec.Wiwin Pr iana,MT

Tanggal : 25 maret 2013

Mengetahui
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dra Ec.Niniek Imaningsih,MP

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH
PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN
BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE


Yang Diajukan
Fakhrulli Kaharvian
0611310117/FE/EP

Disetujui untuk Skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Tanggal : 15 mei 2013

Drs.Ec.Wiwin Pr iana,MT

Mengetahui
A/N Dekan Fakultas Ekonomi
Wakil Dekan I

Dr s. Ec.H.Rachman A.Suwaidi, Msi
NIP:196003301986031003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ANALISIS
EKONOMI

REGIONAL

SATUAN

WILAYAH

PEMBANGUNAN

IV

(KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, DAN KABUPATEN

SITUBONDO) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam menempuh ujian dan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang bersifat
menyempurnakan bagi skripsi ini penulis menerima dengan baik.
Dari awal penyusunan hingga terselesainya skripsi ini, penulis
menerima banyak bantuan dari berbagai pihak terutama Bapak Drs.Ec.Wiwin
Priana,MT selaku Dosen Pembimbing, baik secara langsung maupun tidak langsung

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Ir Teguh Soedarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Drs. Ec. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Ibu Dra. Ec.Niniek Imaningsih,MP selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
4. Bapak Drs. Ec. Suwarno,ME selaku dosen wali yang telah membantu penulis
selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
5. Bapak Drs.Ec.Wiwin Priana,MT selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak menyediakan waktunya guna memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
6. Kepada Seluruh Bapak Dan Ibu Dosen, Staff Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah banyak membantu dalam studi
dan penyusunan skripsi.
7. Pimpinan dan Staf Instansi Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur
yang telah memberikan ijin dan data-data untuk mengadakan penelitian
dalam penyusunan skripsi ini.

ii


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8. Kedua Orang Tuaku tercinta, kedua kakakku, adikku, dan dirinya “ Link “
yang telah memberikan support, do’a, semangat dan dorongan moral serta
spiritualnya yang tulus kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
9. Dan semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu penulis dalam memudahkan penyusunan skripsi ini,
saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, dan
karunia Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang diberikan.
Besar harapan bagi penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik
sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihakpihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, ...........................

iii


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ... vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...ix
ABSTRAKSI……………………………………………………………………...x
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 9


BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil PenelitianTerdahulu ................................................................ 10
2.2. Landasan Teori.................................................................................. 14
2.2.1. Teori ekonomi regional .......................................................... 14
2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto ......................................... 20
2.2.2.1. Pendekatan PDRB ..................................................... 21
2.2.2.2. PDRB per kapita........................................................ 24
2.2.2.3. PDRB atas dasar Harga konstan ............................... 24
2.2.3. Pergeseran tahun dasar dan perubahan klasifikasi sektor .... 27
2.2.3.1. Latar belakang perubahan tahun dasar ..................... 28

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3.2. Perubahan klasifikasi sektor ..................................... 29
2.2.3.3. Alasan pergseran tahun dasar dari 1983 ke 1993 .... 30

2.2.4. Satuan wilayah pembangunan ............................................... 36
2.3. Kerangka Pikir .................................................................................. 37
2.4. Hipotesis ............................................................................................ 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ............................. 40
3.2. Jenis dan sumber data ....................................................................... 48
3.2.1. Jenis Data ................................................................................ 48
3.2.2. Sumber data ............................................................................ 48
3.3. Teknik pengumpulan data ................................................................ 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi………………………………………............................ 51
4.1.1. Gambaran Umum Satuan Wilayah Pembangunan IV......... 51
4.1.1.1. Kondisi Umum Kabupaten Jember…………........ 51
4.1.1.1.1. Letak Geografis………………………. 51
4.1.1.2. Kondisi Umum Kabupaten Situbondo………….. 53
4.1.1.2.1. Letak Geografis……………………….. 53
4.1.1.3. Kondisi Umum Kotamadya Bondowoso………... 54
4.1.1.3.1. Letak Geografis………………………... 54
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………...56
4.2.1. Perkembangan PDRB Jawa Timur…………………. 56
4.2.2. Perkembangan PDRB Kabupaten Situbondo……… 57

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.3. Perkembangan PDRB Kabupaten Bondowoso……. 59
4.2.4. Perkembangan PDRB Kabupaten Jember......……… 60
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis……………………………….. 61
4.3.1 Analisis Shift-share..................................................... 61
4.3.2. Hasil PR Kabupaten Situbondo...........................….. 65
4.3.3. Hasil PR Kabupaten Situbondo...........................….. 66
1. Analisis Potensi Regional.................................................... 68
1. Analisis PS Kabupaten Situbondo.............................….. 68
2. Analisis PS Kabupaten Bondowoso..........................….. 68
3. Analisis PS Kabupaten Jember..................................….. 69
2. Analisis Propotional Shift................................................... 80
3. Analisis Defferential Shift................................................... 83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……………………………………………………….89
5.2. Saran……………………………………………………………...91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1

Kerangka Pikir........................................................................... 31

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
TABEL 1 : PDRB Jawa Timur atas harga Konstan
TABEL 2 : PDRB Situbondo
TABEL 3 : PDRB Bondowoso
TABEL 4 : PDRB Jember
TABEL 5 : Hasil Potensi Regional Situbondo
TABEL 6 : Hasil Potensi Regional Bondowoso
TABEL 7 : Hasil Potensi Regional Jember
TABEL 8 : Sektor-sektor yang mendorong PDRB di Jawa Timur
TABEL 9 : Hasil Propotional Shift Situbondo
TABEL 10 : Hasil Propotional Shift Bondowoso
TABEL 11 : Hasil Propotional Shift Jember
TABEL 12 : Sektor-sektor yang relatif tumbuh lambat di tingkat Propinsi
TABEL 13 : Hasil Defferential Shift Situbondo
TABEL 14 : Hasil Defferential Shift Bondowoso
TABEL 15 : Hasil Defferential Shift Jember
TABEL 16 : Sektor-sektor yang tumbuh relatif cepat di bandingkan sektor-sektor lain

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH
PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN
BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE

FAKHRULLY KAHARVIAN

Abstraksi

Pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan
memperkuat pemerintah daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi
daerah yang nyata, dinamis, serta bertanggung jawab. Agar tujuan dan usaha
pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah daerah
perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, mengembangkan metode untuk
menganalisis perekonomian suatu daerah penting sekali artinya dalam usaha
untuk mengumpulkan lebih banyak mengenai sifat-sifat perekonomian suatu
daerah dan mengenai proses pertumbuhan ekonomi daerah. Atas dasar
pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor
unggulan yntuk dijadikan prioritas pembangunan dengan mengambil studi
pada Satuan Wilayah Pembangunan IV (SWP) Propinsi Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
lembaga-lembaga terkait. Dalam menganalisis sektor-sektor yang akan
dijadikan unggulan agar dapat terarah pada pokok permasalahannya
digunakan uji Analisis Shift-share dengan definisi operasional meliputi
Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur, Produk Domestik Regional
Bruto sektoral Jawa Timur, dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
pada Satuan Wilayah Pembangunan IV di Propinsi Jawa Timur.
Dengan uji Analisis Shift-share pada Satuan Wilayah Pembangunan
IV yang terdiri dari Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian,
sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, gas, dan air bersih, Sektor
Konstruksi, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta
Sektor Jasa-jasa dapat ditentukan sektor-sektor yang merupakan sektor basis
yang ada di Satuan Wilayah Pembangunan I. Hasil Analisis menunjukkan
bahwa Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Sektor Jasa-jasa merupakan
sektor basis di Satuan Wilayah Pembangunan IV.
Keywords:
Analisis Shift-Share

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Suatu Wilayah Pembangunan merupakan gabungan dari beberapa Kabupaten
atau Kotamadya. Satuan Wilayah Pembangunan di Jawa Timur terbagi menjadi 9
Satuan Wilayah Pembangunan yang ditentukan oleh masing-masing Pemda
berdasarkan acuan dari Menteri Dalam Negeri tahun 1990, dimana masingmasing Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) ditetapkan berdasarkan kedekatan
dari wilayah dan potensi daerah yang sama.
Perwujudan Wawasan Nusantara pembangunan daerah sebagai bagian integral
dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan
menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar kota, antar desa antar kota dan
desa antara sektor serta pembukaan dan percepatan pembangunan kawasan
tertingga, daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah perbatasan dan
daerah terbelakng lainnya, yaitu disesuaikan dengan prioritas daerah yang
bersangkutan sehingga akan terwujud suatu pola pembangunan yang merupakan
perwujudan Wawasan Nusantara.
Pembangunan daerah bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
didaerah melalui pembangunan yang serasi dan terpadu baik antar sektor maupun
antar pembangunan sektoral dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang
merata diseluruh pelosok tanah air.
Dalam berbagai analisa dan penyidikan mengenai kegiatan ekonomi ditinjau
dari sudut penyebarannya diberbagai daerah, perkataan daerah dapat dibedakan
dalam tiga pengertian. Pengertian yang pertama menganggap suatu daerah
sebagai suatu Space atau ruang dimana kegiatan ekonomi berlaku dan diberbagai
pelosok ruang tersebut sifat-sifatnya adalah sama. Jadi batas-batasnya diantara
satu daerah dengan daerah-daerah lainnya ditentukan titik-titik dimana kesamaan
sifat-sifat tersebut sudah mengalami perubahan. Persamaan sifat-sifat dapat
ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduknya, dari segi agama atau suku
bangsa masyarakatnya atau dari segi struktur ekonominya. Pengertian yang
kedua, dan yang paling ideal untuk digunakan dalam analisa mengenai ekonoi
ruang, mengartikan daerah itu sebagai ruang ekonomi. Seperti dikatakan oleh
Allen dan Maclellan : “Perbatasan diantara berbagai daerah pusat-pusat kegiatan
ekonomi digantikan dengan pengaruh pusat dari lainnya (Sukirno, 1994:2).
Pada umumnya perkembangan pendapatan daerah bagi daerah-daerah
berkembang, misalnya Indonesia menunjukkan keadaan stabil, sehingga
pembangunan di daerah khususnya kabupaten tuban tidak dapat dibiayai dengan
kemampuan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan (Syamsi, 1992:99)
Bila kita membicarakan pertumbuhan ekonomi, tentunya kita pahami bahwa
yang dimaksud adalah peningkatan produksi nasional secara fisik atau dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

istilah umum adalah peningkatan Produk Nasional Bruto dan lebih tepat lagi yaitu
Produk Nasional Bruto (Irawan, 1992:443-434)
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang melaksanakan tugas mewujudkan pembangunan nasional yang
termaktub dalam pembukaan undang-undang dasar 1945. Pembangunan nasional
diselenggarakan secara bertahap dalam jangka panjang 25 tahun dan jangka
pendek 5 tahun dengan mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk
mewujudkan pembangunan yakni menciptakan masyarakat yang adil dan makmur
baik materiil maupun spirituil (Anonim, 1998:17)
Negara-negara yang berusaha untuk mempercepat laju perkembangan
ekonominya, analisa mengenai proses pembangunan akan bertambah lengkap
apabila memperhatikan juga corak kegiatan ekonomi ditinjau dari sudut
penyebarannya keberbagai daerah. Betapa pentingnya memperhatikan corak
lokasi kegiatan ekonomi apabila menganalisa mengenai suatu perekonomian
dinyatakan oleh Friedman dan Alonso sebagai berikut : “Hanya melihat dari sudut
ruang analisa masih belum sempurna, dapatlah diisalkan seperti proyeksi dua
dimensi dari suatu benda yang mempunyai tiga dimensi. Suatu negara mempunyai
peta bumi ekonomi dengan puncak-puncak dan lembah-lembaga dengan daerahdaerah yang padat dengan kehidupan dan daerah-daerah yang ditinggalkan,
keputusan mengenai diman akan melaksanakan suatu proyek baru adalah sama
pentingnya dengan keputusan untuk menginvestasi dalam proyek tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Masalah-masalah

yang

berhubungan

dengan

keadilan

sosial

dalam

mendistribusikan hasil pembangunan ekonomi adalah sama pentingnya dan
sukarnya dipandang dari segi golongan masyarakat” (Sukirno, 1994 : 3).
Salah satu indikasi dari pembangunan adalah terjadinya pertumbuhan
ekonomi (economic growth) yang di tujukan oleh pertambahan produksi atau
pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan akan dapat

mempertinggi

kemampuan bangsa dalam perubahan di bidang lainnya. Salah satu tujuan
pembangunan jangka panjang bidang pertumbuhan ekonomi adalah terciptanya
stabilitas ekonomi di bidang pertanian dan industri (Sukirno, 1994 : 400).
Dalam rangka menunjang pembangunan nasional sebagai salah satu usaha
untuk mencapai kemajuan dibidang ekonomi dan kesejahteraan kehidupan rakyat
terutama untuk menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, oleh karena
itu diperlukan adanya sumber dana yang sangat tinggi untuk membiayai kegiatan
pembangunan, sarana dan prasarana penunjang diberbagai kegiatan dan pekerjaan
disegala bidang kehidupan. Untuk mempercepat pembangunan di daerah maka
pemerintah pusat telah memberikan hak otonomi pada Pemerintah daerah untuk
menggali dana dan mengelola dana tersebut untuk membiayai pembangunan di
daerah masing-masing. Pemberian hak otonomi pada daerah ini di dasarkan pada
tujuan pembangunan daerah yang tercantum dalam GBHN tahun 1998 yaitu:
1. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
2. menggalakkan prakasa dan peran aktif masyarakat
3. meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Untuk mempercepat pembangunan didaerah, maka pemerintah pusat telah
memberikan hak otonomi daerah untuk menggali dana dan mengelola dana
tersebut untuk

membiayai

pembangunan di daerahnya masing-masing.

(Anonim, 1992:4)
Pernyataan diatas dengan jelas menunjukkan bahwa analisa ekonomi regional
pada hakekatnya membahas mengenai kegiatan perekonomian ditinjau dari segi
sudut penyebaran kegiatan ekonomi keberbagai lokasi dalam suatu economic
space atau ruang ekonomi tertentu, misalnya dalam suatu negara atau suatu
propinsi. Tetapi disamping itu analisa ekonomi regional melibatkan dirinya pula
dalam menganalisa ekonomi suatu daerah ditinjau secara sektoral dan secara
makro. Daerah tersebut dapat berupa satu provinsi, satu kabupaten, satu daerah
khusus tertentu atau satu kota besar yang pembangunannya akan digalakkan.
Analisa mengenai perekonomian kota besar merupakan suatu cabang khusus dari
analisa ekonomi regional dan dikenal sebagai analisa urban atau urban economic.
Menganalisa perekonomian daerah merupakan pekerjaan yang lebih sulit
kalau dibandingkan dengan menganalisa perekonomian nasional. Keadaan
demikian timbul karena pertama data mengenai daerah terbatas sekali, apalagi
kalau daerah-daerah dibedakan berdasarkan pengertian daerah nodal. Dengan
data yang yang sangat terbatas tersebut sukar untuk menggunakan metode yang
telah dikembangkan dalam memberikan gambaran mengenai perekonomian suatu
daerah. Kedua, data yang tersedia pada umumnya tidak sesuai dengan data yang
diperlukan dalam analisa daerah karena data yang dikumpulkan tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

kebanyakan dimaksudkan untuk memenuhi keperluan data untuk analisa ekonomi
pada tingkat nasional. Akhirnya data mengenai perekonomian nasional sehingga
mengakibatkan aliran-aliran yang masuk maupun keluar dari suatu daerah sangat
sukar diperoleh.
Menentukan aliran modal dan perdagangan dari suatu daerah ke daerahdaerah lainnya merupakan satu contoh dari aspek-aspek yang dikemukakan ini.
Juga dalam analisa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi daerah dari masa ke masa, tulisan yang ada dapat dibedakan diantara
teori-teori mengenai masalah ekonomi dan pembangunan daerah yang dipinjam
dari teori yang ada mengenai perekonomian nasional yang kemudian disesuaikan
dengan keadaan daerah, dan teori yang khusus dikembangkan untuk menganalisa
masalah ekonomi dan pembangunan daetah (Sukirno, 1994 : 9).
Dengan berbagai pendekatan itu pembangunan nasional dan pembangunan
daerah telah mencatat kemajuan yang sangat berarti. Tidak ada daerah yang maju
tanpa kecuali. Namun dalam kenyataannya ada perbedaan yang cukup tajam
antara kemajuan suatu daerah dan daerah lainnya. Perbedaan laju pembangunan
antara daerah menyebabkan terjadinya kesenjangan kemakmuran dan kemajuan
antar daerah, terutama antara jawa dan luar jawa, antara kawasan barat dan
kawasan timur dan antara perkotaan dan pedesaan.
Sebagai akibat dari tingkat dan laju perkembangan yang tidak seimbang itu,
meskipun semua daerah akan memperoleh kemajuan sebagai hasil dari
pembangunan, tetapi karena tingkat landasannya sudah berbeda, maka tanpa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

usaha khusus dengan kecenderungan pertumbuhan yang ada kesenjangan akan
membesar. Mengatasi keadaan ini bukan pekerjaan mudah karena upaya itu akan
menentang “arus” yang kuat yang menjadi kendala yang tidak mudah diatasi.
Pembangunan daerah agar tujuan dan usahanya dapat berhasil dengan baik
maka pemerintah daerah perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu,
pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat
pemerintah daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata,
dinamis, serasi dan bertanggung jawab.
Berdasarkan data-data diatas mengembangkan metode untuk menganalisa
perekonomian suatu daetah penting sekali artinya dalam usaha untuk
mengumpulkan lebih banyak mengenai sifat-sifat perekonomian suatu daerah dan
mengenai proses pertumbuhan ekonomi daerah.
Tingkat pertumbuhan ini ekonomi secara keseluruhan yang dihitung dari
Produk Domestik Regional Bruto, merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat
pertumbuhan sektornya. Artinya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi
besar dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat tingkat
perekonomian secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila sebuah sektor mempunyai
kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, maka apabila sektor
tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka sektor tersebut akan
menjadi lokomotof pertumbuhan yang secara total tingkat pertumbuhan
ekonominya menjadi besar. Sampai saat ini dapat di lihat bahwa ada tiga sektor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

ekonomi yang sangat dominan kontribusinya di Jawa Timur, yaitu sektor-sektor
pertanian industri, pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran.
Dalam penelitian ini potensi ekonomi regional daerah SWP IV yaitu
Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabuparen Situbondo, akan
dianalisa dengan menggunakan metode shift share untuk mengetahui pertumbuhan
per sektor ekonomi lambat atau cepat terhadap pertumbuhan ekonomi per sektor
Propinsi Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah ada sektor di masing-masing kabupaten yang tumbuh lebih cepat
di bandingkan di tingkat Propinsi?
2) Apakah di masing-masing kabupaten ada sektor yang tumbuhnya cepat
atau mempunyai keuntungan lokasional yang baik di banding sektor yang
sama di daerah lain?
3) Apakah ada pertumbuhan produksi di daerah tersebut yang cenderung
menghambat atau mendorong pertumbuhan kabupaten?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
sektor yang memiliki pertumbuhan cepat atau lambat pada Satuan Wilayah
Pembangunan IV Propinsi Daetah Tingkat I Jawa Timur.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan pertimbangan bagi pihak yang
terkait dan calon penelitian selanjutnya baik untuk penelaan lebih lanjut
maupun sebagai bahan perbandingan.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi intansi-instansi terkait dalam
mengambil kebijaksanaan yang berhubungan dengan pengembangan daerah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Hasil – hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah ekonomi
regional pernah disampaikan oleh :
1. Iqomaddin (1993:93). dengan judul penelitian “Analisa Ekonomi Rehional
di Satuan Wilayah Pembangunan I Gerbang kertasusila Penerapan Teori
Basis Ekonomi Tahun 1993-1996”, dapat ditarik kesimpulan, dengan
menggunakan analisa Location Quotien dan Analisis Shift Share dapat
disusun skala prioritas sebagai berikut : Prioritas pertama dengan lokasi
pengembangan sebagai berikut : Sektor industri pengolahan di Gresik dan
Sidoarjo, sektor listrik, gas, dan air bersih di Kabupaten Sidoarjo dan
Kotamadya Mojokerto, sektor kontruksi di Surabaya dan Kabupaten
Mojokerto. Prioritas kedua dengan lokasi pengembangan sebagai berikut :
Sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Gresik dan Kabupaten
Mojokerto, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sector pengangkutan
dan komunikasi Surabaya dan Komatadya Mojokerto, sektur keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan di Surabaya. Prioritas ketiga dengan lokasi
pengembangan sebagai berikut : Sektor pertanian Bangkalan dan

10

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Kabupaten Gresik, sektor jasa-jasa di Kabupaten Mojokerto, Kotamadya
Mojokerto, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bangkalan.
2. Prasodjo (1994 : 74). dengan judul penelitian “Peranan pengeluaran
pemerintah Pusat Untuk Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tingkat I Propinsi Jawa Timur tahun 1990-1991”, dengan menggunakan
analisa Regresi sederhana Double log dapat disimpulkan bahwa;
pengeluaran pemerintah pusat ke Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur
dan Investasi swasta ternyata mempunyai peranan penting terhadap
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, hal tersebut dapat dilihat dari nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,79 yang berarti kontribusi dari total
pengeluaran pemerintah pusat didaerah yang berbentuk bantun Daerah
Tingkat I dan alokasi dana sektoral ditambah dengan investasi swasta
yang berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing
sebesar 79%, ini menunjukkan bahwa peranan pengeluaran pemerintah
pusat dan investasi swasta di Jawa Timur masih diatas 50%. Perbedaan
penelitian yang sekarang dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah
pada wilayah yang diambil untuk penelitian. Apabila penelitian yang
terdahulu lebih banyak terfokus pada Satuan Wilayah Pembangunan
(SWP) I sedangkan untuk penelitian kali ini wilayah yang diambil adalah
Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) IV yang meliputi : Kabupaten
Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

3. Sophiayani (1997 : 90), dengan judul penelitian “Implementasi
pembangunan

Daerah

Tingkat

I

Dalam

Kaitan

Pengembangan

Perwilayahan Pembangunan di satuan Wilayah Pembangunan VII
Madiun”, dengan menggunakan analisa Locationt Quotient dan Indeks
Fungsional Wilkinson dapat ditarik kesimpulan : Pertama, sektor pertanian
secara umum sektor ini menjadi corak bagi perekonomian seluruh daerah
dan berperan sangat menonjol terhadap PDRB di daerah-daerah Tingkat II
se-Satuan Wilayah Pembangunan VII Madiun (IFS > 0,33). Kedua, sektor
Perdagangan, hotel dan restoran secara umum menjadi corak bagi
perekonomian seluruh Daerah Tingkat I di Satuan Wilayah Pembangunan
VIII Madiun (IFS > 0,33).
4. Dewi (1998:83), dengan judul penelitian “Peranan Industri di Satuan
Wilayah Pembangunan I Gerbang kertasusila Dalam Rangka Menunjang
Pertumbuhan Industri Jawa Timur”, dengan menggunakan analisa
Locationt Quotient dan Indeks Fungsi Wilkinson dapat ditarik
kesimpulan: Pertama, sektor industri di Satuan Wilayah Pembangunan I
Gerbangkertasusila ternyata mampu memberikan sumbangan terbesar
pada Produk Domestik Regional bruto Jawa Timur. Hal ini terlihat selama
tahun 1991-1995 berdasarkan Locationt Quotient dan Indeks Fungsional
sektoral. Predikat yang melekat pada Satuan Wilayah Pembangunan I
Gerbangkertasusila berdasarkan Indeks sektoral adalah sektor industri dan
perdagangan. Kedua Sektor industri terkonsentrasi di Kabupaten Sidoarjo,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik, Surabaya atau Satuan Wilayah
Pembangunan I Gerbangkertasusila. Kabupaten Pasuruan, Kotamadya
Malang atau Satuan Wilayah Pembangunan VI Malang Pasuruan dan
Kotamadya Kediri atau Satuan Wilayah Pembangunan VII Kediri dan
Sekitarnya. Keberadaan Industri di daerah tersebut sangat ditunjang oleh
adanya sarana dan prasarana, baik yang disediakan oleh pemerintah
maupun swasta, seperti kawasan industri Gresik, kawasan industri Fandes,
kawasan industri Rungkut, kawsan industri Sidoarjo, kawasan industri
Mojokerto dan kawasan industri Kediri. Kawasan industri awalnya
terletak

di

SMP

1

Gerbangkertasusila

sehingga

menjadikan

pertumbuhannya sangat pesat di wilayah ini.
5. Listyowati (1997:97). dengan judul penelitian “Analisa aspek-aspek
Aglomerasi Ekonomi di Surabaya”, dengan menggunakan metode atau
pendekatan lokasional serta pendekatan biaya friksi spasial, dapat
disimpilkan : Pertama, Kota Surabaya mengalami perkembangan yang
tidak seimbang diberbagai wilayah dengan adanya aglomerasi penduduk
dan kegiatan ekonomi ditengarai sudah terbentuk sejak masa penjajahan,
atau dengan kata lain bahwa aglomerasi yang terjadi saat ini merupakan
warisan dari pemerintah kolonial yang pernah menjajah di Surabaya dalam
kurun waktu yang cukup lama. Kedua, perubahan yang tidak merata
terlihat pada kawasan-kawasan di pusat kota atau yang dekat dengan pusat
kota dimana kawasan ini dipadati baik oleh penduduk maupun kegiatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

usaha. Sebaliknya kawasan-kawasan dipinggiran kota, khususnya dibagian
timur dan barat kota jumlah penduduk dan kegiatan ekonominya masih
jarang.

2.2 Landasan Teori Ekonomi Pembangunan
2.2.1 Teori Ekonomi Regional
Terdapat banyak sekali teori-teori ekonomi regional yang sudah ada, tetapi
untuk menunjang landasan teori pada penelitian ini terdapat beberapa teori
yang dianggap cukup mewakili. Teori-teori tersebut adalah :
1. Teori Basis dan Non Basis
Teori ini dikembangkan berdasarkan teori perdagangan komparatif dari
David Ricardo dan John Stuart Mill. Dari studi empirik yang dilakukan
oleh Pfouts (1960) dalam rangka memisah misalkan sektor-sektor basis
dari yang bukan basis daerah perkotaan ternyata dapat dipergunakan
sebagai sarana memperjelas struktur daerah tersebut, dalam hubungan ini
kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi dalam dua golongan.
a. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani kebutuhan akan
barang-barang dan jasa-jasa di daerah itu sendiri/daerah swasembada
maupun

mengekspornya

ke

tempat-tempat

diluar

batas-batas

perekonomian daerah tersebut. Daerah yang demikian disebut sebagai
daerah basis atau daerah surplus.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

b. Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani kebutuhan
barang-barang dan jasa-jasa bagi masyarakat yang bertempat tinggal di
dalam batas-batas perekonomian daerah tersebut bahkan masih harus
mendatangkan barang kebutuhan tersebut dari tempat atau daerah lain
karena masih kekurangan daerah yang demikian ini disebut sebagai
daerah non basis atau daerah minus. Untuk menentukan suatu daerah
kedalam salah satu dari kedua golongan tersebut digunakan metode
Locationt Quotient (LQ) yaitu dengan jalan membandingkan peranan
industri tersebut dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan
industri yang sama dalam perekonomian regional (Glasson, 1997 : 63).
2. Space Cost Theory
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dari hasil studi analisis
tentang lokasi industri secara geografi Dari analisanya ia menerapkan
suatu pendekatan yang terbukti lebih praktis terhadap berbagai
rumusan tentang teori lokasi industri. Menurut Adam Smith, lokasi
yang paling menguntungkan atau efisien bagi suatu industri adalah
dimana penerimaan total lebih besar daripada biaya total atas dasar
asumsi maksimalisasi laba dan output konstan dan sebaliknya bila
biaya total ternyata lebih besar dari penerimaan total, maka lokasi
tersebut adalah merugikan atau tidak efisien. Analisis ini dapat
dipergunakan pula untuk menentukan lokasi industri dengan
memperhitungkan antara faktor biaya dan pasar atau permintaan. Dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

segi pasar atau permintaan antara lain dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan masyarakat, letak industri terhadap bahan mentah, kualitas
dan kuantitas tenaga kerja, sarana transportasi dan komunikasi, faktor
lingkungan dan pemerintah (pajak dan subsidi).
3. Teori Lokasi Industri
Weber (1909) adalah orang yang pertama menggarap teori tentang
lokasi industri scara komprehensif. Teori lokasi dari weber ini
didasarkan dari penerapan teori Von Thunen yang berprinsip bahwa
pengusaha akan memilih lokasi yang paling kecil. Untuk itu Weber
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri atau
terbagi dalam dua kelompok yaitu :
a. Regional Factors, yang terdiri atas biaya pengangkutan dan tenaga
kerja.
b. Local

Factors,

yaitu

kekuatan-kekuatan

aglomerasi

dan

deglomerasi, terutama letak dan sifat bahan mentah.
4. Teori Tempat Sentral
Teori ini diperkenalkan oleh seorang geograf Jerman yang bernama
Christaller pada tahun 1933. Ia mengemukakan konsep tentang
pembentukan sistem kota, dari studi empirik konsep tersebut
dikembangkan teori-teori yang sudah ada pada waktu itu yakni dari
Weber (1909) dan Thunnen (1826). Dikatakan bahwa kota adalah
sebagai pusat atau sentralisasi kegiatan dari daerah sekitar yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

kemudian disebut sebagai tempat sentral, yang menghubungkan
perdagangan setempat dengan dunia luar. Sistem yang diciptakan
didasarkan pada dua faktor lokasi yaitu biaya transfer dan aglomerasi
ekonomi.
Dasar teori dari Christaller adalah bahwa pusat kota pada umumnya
merupakan pusat daerah yang produktif yang didukung oleh kondisi
tanah yang produktif karena berbagai jasa penting harus disediakan.
Dengan demikian tempat sentral atau pusat kota tersebut bertindak
sebagai pusat pelayanan bagi daerah
komplementer

yaitu

mensuplainya

belakang atau daerah

dengan

barang

dan

jasa.

Selanjutnya penduduk kota akan menyebar membentuk hierarki
perkotaan yang merupakan sarana yang efisien untuk administrasi dan
alokasi sumber kepada daerah-daerah. Dengan demikian distribusi
ruang dari pusat-pusat kota ini akan menimbulkan dominasi dan
polarisasi.
5. Teori Kutub Pertumbuhan
Teori ini dikembangkan berdasarkan Teori tempat sentral Christaller
(1933).

Konsep-konsep

dasar

dan

penyempurnaan

serta

pengembangan teori ini dilakukan oleh Perrouf, Boudenville, Hansen,
Hermansen, Hirchman dan Myrdal (1967). Dari berbagai tulisan para
ahli mengenai kutub pertumbuhan tersebut, konsep-konsep ekonomi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

dasar dan perkembangan geografiknya dapat didefinisikan sebagai
berikut :
a. Konsep “Leading industries” dan perusahaan – perusahaan
propulsip, menyatakan pada pusat kutub pertumbuhan terdapat
perusahaan-perusahaan propulsip yang besar yang termasuk dalam
“Leading industries” yang mendominasi unti-unit ekonomi
lainnya, ada kemungkinan bahwa sesuatu komplek industri hanya
terdiri dari satu atau segelintir perusahaan propulsip yang dominan.
Lokasi geografik dari industri-industri seperti itu pada titik-titik
local tertentu dalam suatu daerah mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor lokasi sumber daya alam, lokasi kemanfaatankemanfaatan buatan manusia atau komunikasi atau tempat-tempat
sentral berlandaskan kegiatan jasa yang sudah ada dimana terdapat
keuntungan-keuntungan karena prasarana dan tenaga kerja atau
barangkali hanya bersifat kebetulan saja.
b. Konsep polarisasi menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
“Leading Industries” mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi
lainnya ke dalam kutub pertumbuhan implisit dalam proses
polarisasi ini adalah berbagai macam keuntungan aglomerasi
(keuntungan Intern dan ekstern dari skala). Polarisasi ekonomi ini
pasti menimbulkan polarisasi geografik dengan mengalirnya
sumber daya dan konsentrasi ekonomi pada pusat-pusat yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

jumlahnya terbatas di dalam suatu daerah bahkan kendatipun
lokasi seperti tersebut seringkali tetap berkembang dengan baik
karena adanya keuntungan-keuntungan aglomerasi.
c. Konsep “Spread Effect” menyatakan bahwa pada waktunya,
kualitas propulsip dinamik dari kutub pertumbuhan akan
memencar keluar dan memasuki uang disekitarnya “Trackling
Down” atau “Spread effect” ini sangat menarik bagi perencanaan
regional dan telah memberi sumbangan besar bagi kepopuleran
teori ini pada waktu belakangan ini sebagai sarana kebijaksanaan.
Dari konsep ini maka dapatlah disimpulkan sebagai suatu kerangka
untuk memahami anatomi regional, teori ini memberikan suatu
pelengkap dinamik yang sangat bermanfaat kepada teori tempat
sentral dan walaupun mempunyai keterbatasan snagat berguna bagi
perencanaan regional. Teori ini menampilkan banyak konsep yang
berorientasi perencanaan. Menekankan kemanfaatan-kemanfaatan
komplek industri “leading industries, pertumbuhan yang berkutub
dan keuntungan-keuntungan aglomerasi dan “Spread Effect” yang
ditimbulkan.

Model

ini

cukup

jelas

dalam

menerangkan

pertumbuhan hierarki kota yang menekankan interpendensi antara
pusat kota dan daerah di sekitarnya. Dari kondisi ini mungkin akan
timbul persaingan antar daerah pelayanan, atau adanya perseujuan
atau pengaturan harga diantara pusat-pusat pelayanan dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

membatasi daerah pelayanan masing-masing (Glasson, 1997 154156).

2.2.2 Pr oduk Domestik Regional Br uto
1. Menurut Sukirno (1991 : 165) Produk Domestik Bruto didefinisikan
sebagai jumlah nilai tambah bruto dari semua sektor dan diperoleh dari
sebagian selisih antara nilai bruto yang dinilai atas dasar harga konstan
yang diterima oleh produsen dikurangi pemakaian bahan baku dan
penolong yang dinilai atas dasar pembelian.
2. “Gross Domestic Bruto” (Produk Domestik Bruto) adalah kami nilai
barang jadi yang diproduksi dalam negeri (Doesmbusch dan Fisher,
1992:30).
3. Menurut Rosyidi (1993 : 342), salah satu pengukuran Produk
Domestik Bruto dengan menghitung seluruh pengeluaran untuk
penelitian barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara yang
bersangkutan yaitu :
a. Konsumsi rumah tangga
b. Konsumsi pemerintah
c. Investasi pemerintah dan swasta
d. Ekspor barang dan jasa
e. Import barang dan jasa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

4. GDP “Gross Domestic Product”, merupakan cara untuk mengukur
output total menurut harga faktor produksi didalam negeri dengan cara
menjumlahkan nilai tengah dari setiap industri (Lipsey, dkk, 1992:50).
5. Produk Domestic Bruto adalah jumlah barang dan jasa akhir kali harga
sebagai alat produksi barang-barang dan jasa-jasa suatu negara
ditambah dengan hasil produksi barang dan jasa orang-orang dan
perusahaan-perusahaan asing (Partadireja, 1992:50).
6. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1992:50) yang dimaksud dengan
permintaan agregat (output total) adalah jumlah barang dan jasa yang
akan dibeli oleh konsumen perusahaan dan pemerintah, pada tingkat
harga tertentu, pendapatan tertentu, serta variabel-variabel ekonomi
lainnya (Suparmoko, 1991:205).
7. Produk Domestik Regional Bruto adalah total nilai produksi barang
dan jasa yang diproduksi diwilayah regional tertentu dalam waktu
tertentu biasanya satu tahun (Anonim, 1995 : 1).
2.2.2.1 Pendekatan Per hitungan Pr oduksi Domestik Regional Br uto
Cara perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat
diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran, yang selanjutnya
dijelaskan berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

1) Menurut Pendekatan produksi
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
atau satu tahun. Unit-unit produksi tersebut didalam penyajian
dikelompokkan menjadi 9 sektor lapangan usaha yaitu :
a. Pertanian
b. Pertambangan dan Penggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, Gas, dan Air bersih
e. Kontruksi
f. Perdagangan Hotel dan Restoran
g. Pengangkutan dan Komunikasi
h. Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
i. Jasa-jasa
2) Menurut pendekatan pengeluaran
PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir yaitu :
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang
tidak mencari untung.
b. Konsumsi pemerintah
c. Pembentukan modal tetap dometik bruto
d. Perubahan stok
e. Eksport netto dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

3) Menurut pendekatan pendapatan
Produksi Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam
pengertian

Produk

Domestik

regional

Bruto,

kecuali

faktor

pendapatan, termasuk semua komponen penyusutan dan pajak tak
langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut
sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk Domestik
Bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau
lapangan usaha.
Dari tiga perhitungan pendekatan tersebut, secara seyogyanya
jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa
akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan
untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya produk domestik
regional bruto atas dasar harga pasar karena mencakup komponen
pajak tidak langsung (Anonim, 1995: 3).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2.2.2.2 Pr oduk Domestik Regional Br uto Per Kapita
Bila Produk Domestik Regional Bruto dibagi dengan jumlah
prnduduk pertengahan tahun yang tinggal di wilayah ini, maka akan
diperoleh suatu Produk Domestik Regional Bruto per kapita. (Anonim,
1995:4). \

2.2.2.3 Produk Domestik Regional Br uto Atas Dasar Harga Konstan
Angka-angka pendapatan Regional atas dasar harga konstan
1993 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun
ketahun bagi setiap agregat ekonomi yang diamati. Agegat yang
dimaksud tersebut dapat merupakan produk domestik regional bruto
secara keseluruhan nilai tambah sektoral atau Produk Domestik
Regional Bruto sektoral ataupun komponen penggunaan produk
domestik regional bruto. Pada dasarnya dikenal empat cara untuk
memperoleh nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, yaitu :
1. Revaluasi
Cara ini dilakukan dengan menilai produksi dan biaya antara
masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar 1993.
Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga
konstan 1993. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar konstan
diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara atas dasar
harga konstan 1993. dalam praktek snagat sulit melakukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup
komponen input yang sangat beragam, disamping data harga yang
tersedia tidak dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut. Oleh
karena itu biaya natara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh
dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masingmasing tahun dengan rasio (tetap) biaya antara terhadap output
pada tahun dasar atau dengan rasio biaya antara terhadap output
pada tahun berjalan.
2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 1993
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar
1993 dengan indeks kuantum produksi indeks ini bertindak sebagai
ekstrapolator yang dapat merupakan indeks dari masing-masing
kuantum produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai
indicator kuantum produksi lainnya seperti tenaga kerja, jumlah
perusahaan yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang
sedang dihitung. Ekstrapolator dapat juga dilakukan terhadap
output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan
rasio nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai
tambah atas dasar harga konstan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

3. Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 1993 dapat diperoleh
dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku pada
masing-masing tahun dengan indeks harganya. Indeks harga yang
digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya.
Terga

Dokumen yang terkait

Analisis Struktur Ekonomi Dengan Metode Shift Share Dan Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan

3 49 220

ANALISIS INTEGRASI WILAYAH SECARA EKONOMI DAN SPASIAL DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN JEMBER DALAM SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROVINSI JAWA TIMUR

0 13 19

ANALISIS INTEGRASI WILAYAH SECARA EKONOMI DAN SPASIAL DI KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BONDOWOSO DI SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROPINSI JAWA TIMUR

0 8 16

ANALISIS INTEGRASI WILAYAH SECARA EKONOMI DAN SPASIAL DI KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BONDOWOSO DI SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROPINSI JAWA TIMUR

0 4 1

Analisis potensi Ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon Periode 2004-2008

8 97 169

Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

3 32 184

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR ( KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN SITUBONDO, KABUPATEN BONDOWOSO,).

0 0 81

ANALISIS EKONOMI REGIONAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROPINSI JAWA TIMUR ( KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN SITUBONDO, KABUPATEN BONDOWOSO,).

0 0 76

ANALISI EKONOMI REGIONAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROVINSI JAWA TIMUR ( KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, KABUPATEN SITUBONDO) (DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS LOCATION QUOTION)

0 0 21

ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE

0 0 23