Analisis Struktur Ekonomi Dengan Metode Shift Share Dan Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan

(1)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN

METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION

QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

TESIS

Oleh :

D A R M A W A N

107003055/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN

METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION

QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP

PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara

Oleh :

D A R M A W A N

107003055/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN

METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION

QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Darmawan

Nomor Pokok : 107003055

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Menyetujui

Komisi Pembimbing :

Ketua

(Prof. Erlina ,SE,M.Si,Ph.D,AK )

Anggota

(Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Ec)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 28 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina,SE,M.Si,Ph.D,Ak Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo,SE,M.Eci

2. Prof.Dr.Lic.rer.reg. Sirojuzilam,SE 3. Dr. Hasan Basri Tarmizi, S. U. 4. Kasyful Mahalli,Se,M.Si


(5)

ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN METODE SHIFT SHARE

DAN LOCATION QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010. 2) menganalisis sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan LQ. 3) melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode shift share dan LQ. 4) untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jumlah populasi adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) kecamatan yang terdapat di Kota Medan, metode sensus digunakan sebagai dasar melakukan penelitian.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa apabila dilihat di kecamatan secara global, maka Sektor yang memiliki daya saing yang kuat dibanding Kota Medan adalah Sektor Jasa dan Bangunan. Ini berarti struktur ekonomi per kecamatan di Kota Medan adalah Struktur Ekonomi Modern. Hanya tiga Kecamatan yang masih memiliki struktur ekonomi tradisional, yaitu Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan dan Kecamatan Medan Belawan. Komponen jumlah dari analisis

shift share menunjukkan bahwa sektor jasa yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja karena memiliki tingkat kepotensialan istimewa. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, industri dan bangunan yang memiliki tingkat kepotensialan

baik. Selain itu hasil analisis shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB di Kota Medan tahun analisis 2006–2010. Komponen jumlah dari analisis shift share dan LQ menunjukkan nilai positif semua dari 9 sektor adalah, sektor bangunan dan perdagangan yang memiliki tingkat kepotensialan istimewa, yang berarti kedua sektor ini sangat baik untuk dikembangkan karena kontribusi PDRB yang diberikan sektor ini besar. Kemudian terdapat 3 (tiga) sektor yang berpredikat

baik, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan serta sektor jasa. Artinya bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern. Struktur ekonomi di Kota Medan telah bergeser dari struktur ekonomi industri ke struktur ekonomi perdagangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan konstribusi terhadap PDRB dari sektor industri ke sektor jasa di Kota Medan.

Kata Kunci : struktur ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto, shift share


(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE ECONOMIC STRUCTURE AND METHOD OF SHIFT SHARE AND ITS IMPACT ON LOCATION QUOTIENT OF THE MEDAN

CITY

The purpose of this research are 1) to analysis the economic structure of the city of Medan in the period 2006-2010. 2) to analysis at sectors that have strong competitiveness in every district in the city of Medan in the employment share with the shift method and LQ. 3) to analysis at sectors that have strong competitiveness in each district that contributes to the GDP of Medan to shift share method and LQ. 4) to determine the level of a shift in economic structure in the city of Medan.

The method of analysis used in this research is descriptive method. The population are as many as 21 (twenty one) district located in the city of Medan, the census method used as the basis for conducting research.

These results prove that the per subdistrict when viewed globally, the sector has a strong competitive edge over the Medan City and building services sector. This means that the economic structure of Per districts in Medan is the Structure of Modern Economics. Only three District which still has the traditional economic structure, the District of Labuhan Medan, Medan Medan District Marelan and Belawan. Component of the shift share analysis indicates that the service sector to absorb the most labor because it has a special potentially of level. Then followed the trade, industry and buildings that have a good level kepotensialan. Component of the shift share analysis and LQ show all the positive values of the nine sectors are, building and trades sector has a special kepotensialan level, which means that these two sectors are very well developed due to the contribution of GDP for a given sector is large. Then there are 3 (three) sectors are categorized as good, ie transport and communication sector, financial sector and services sector in which the third sector is also good for development. It means that the economy has been a shift from traditional economy to a modern economy. Economic structure in the city of Medan's economic structure has shifted from industry to the economic structure of trade and services. This shift is accompanied by a shift of employment and contribution to the GDP of industrial sector to the services sector in the city of Medan.

Keywords : economic structure, domestic regional bruto, shift share and Location Quotient.


(7)

KATA PENGANTAR

Atas kuasa yang Maha Esa, sehingga penulisan Tesis ini dapat

diselesaikan. Tesis ini berjudul “ANALISIS STRUKTUR EKONOMI

DENGAN METODE SHIFT SHARE DAN LOCATION QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN” yang dikaji dengan beberapa pendekatan/analisis sebagai aplikasi pengetahuan yang didapat oleh penulis selama mengikuti perkuliahan pada Sekolah Pascasarjana Program Magister Perencanaan Wilayah Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan, terutama kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Syahril Pasaribu,DTM&H,M.Sc,(CTM),Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE Selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Dosen pembimbing saya Ibu Prof. Dr. Erlina, Ph.D dan Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Si telah banyak membantu membimbing dan memberikan ilmu mereka dalam pembuatan Tesis ini.


(8)

5. Dosen Pembanding saya Bapak Prof. Dr. Lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE, Bapak Dr. H.B.Tarmizi, SU serta Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si yang selalu memberikan saran dan bimbingan dalam proses penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar di Program Studi Magister Perencanaan Wilayah beserta Staf Kepegawaian Administrasi.

7. Istri yang tercinta Airin YH dan kedua juniorku Dirga dengan Afifa beserta ibunda Sri Murniati yang selalu membuat semangat mengikuti perkuliahan hingga akhir penyelesaian tesis ini.

8. Keluarga besar BAPPEDA KOTA MEDAN atas dukungan dan inspirasi nya yang selalu membantu penulis dalam keseimbangan antara aktivitas pekerjaan dan perkuliahan.

9. Melvi, Pak Pantas, Reza, Varby, Pohan, Fajar, Daniel, dan seluruh sahabat angkatan II kelas khusus BAPPEDA yang telah menjadi mitra berdiskusi yang hebat dalam proses perkuliahan hingga penyelesaian akhir tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu Dosen serta segenap Civitas Akademika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara maupun rekan-rekan.

Medan, Agustus 2012


(9)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Darmawan

2. Tempat/tgl lahir : Medan, 23 Juni 1981 3. Pekerjaan : PNS

4. Agama : Islam 5. Orang tua

a. Ayah : (Alm) Suprianto

b. Ibu : Sri Murniati

6. Istri : Airin Yunifitri Hidayana

7. Anak : 1. Dirga Ardhana Darmawan

2. Afifa Kiandra Darmawan

8. Alamat : Jl. Kopra 4 No. 37 P.Simalingkar Medan 9. Pendidikan

a. SD Negeri : SD Swasta Petro Medan b. SMP Negeri : SMP Negeri 6 Medan c. SMA Negeri : SMU Negeri 6 Medan


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1. Landasan Teori ... 11

2.1.1. Teori Perubahan Struktural ... 11

2.1.1.1. Teori Fei – Rains ( Ranis and Fei ) ... 11

2.1.1.2. Teori W Artur Lewis ... 13

2.1.1.3. Teori Chenery ... 15

2.1.2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah ... 16

2.1.2.1. Teori Ekonomi Neo Klasik ... 18

2.1.2.2. Teori Basis Ekonomi ... 18

2.1.2.3. Teori Tempat Sentral... 18

2.1.2.4. Teori Kausasif Kumulatif ... 19

2.1.2.5. Teori Lokasi ... 19


(11)

2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 20

2 .1.3.1. Adam Smith ... 20

2 .1.3.2. With Whitman Rostow ... 21

2 .1.3.3. Friedrich List ... 21

2 .1.3.4. Harrod Domar ... 21

2 .1.3.5. Thomas Robert Malthus ... 22

2.1.4. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 22

2.1.5. Ketenagakerjaan ... 23

2.1.5.1. Definisi Tenaga Kerja ... 23

2.1.5.2. Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB) ... 24

2.1.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 27

2.1.7. Analisis Shift Share ... 28

2.1.8. Analisis Tipologi Sektoral ... 28

2.2. Pengembangan Wilayah ... 30

2.3. Penelitian Terdahulu ... 33

2.4. Kerangka Konseptual ... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Lokasi Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.4. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 37

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 40

3.6. Metode Pengumpulan Data ... 40

3.7. Metode Analisis ... 40

3.8. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 43

4.1.1. Keadaan Geografis di Kota Medan ... 43


(12)

4.3. Analisis Struktur Ekonomi Kota Medan per Kecamatan berdasarkan Analisis LQ dan Shift

Share……… ... 45 4.3.1. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Tuntungan ... 45 4.3.2. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Johor ... 53 4.3.3. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Amplas ... 58 4.3.4. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Denai ... 64 4.3.5. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Area ... 70 4.3.6. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Kota ... 74 4.3.7. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Maimun ... 76 4.3.8. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Polonia ... 79 4.3.9. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Baru ... 83 4.3.10. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Selayang ... 88 4.3.11. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Sunggal ... 94 4.3.12. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Helvetia ... 100 4.3.13. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Petisah ... 106


(13)

4.3.14. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Barat ... 109 4.3.15. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Timur ... 113 4.3.16. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Perjuangan ... 116 4.3.17. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Tembung ... 120 4.3.18. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Deli ... 125 4.3.18. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Labuhan ... 131 4.3.19. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Marelan ... 136 4.3.20. Analisis Struktur Ekonomi Kecamatan Medan Belawan ... 140 4.4. Analisis Shift Share dan LQ Tenaga Kerja Kota

Medan ... 146 4.5. Analisis Pendapatan Regional Perkapita Penduduk

Kota Medan PerKecamatan …………... 158 4.6. Hasil Analisis Shift Share dan LQ Berdasarkan

Jumlah PDRB di Kota Medan ………… ... 159 4.7. Pembahasan ... 162 4.8. Hasil Analisis Shift Share dan LQ Berdasarkan

Jumlah PDRB di Kota Medan ... 164 4.9. Pembahasan ... 174


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...179

5.1. Kesimpulan ... 179

5.2. Saran... 180


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun

2006 – 2010 ……….. 5

Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan Tahun 006 – 2010 ( Rp milyar ) ………. 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ………. 33

Tabel 4.1 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Milyar ) ... 45

Tabel 4.2 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2006 – 2010 ... 46

Tabel 4.3 Analisis Sektor Pertanian ... 46

Tabel 4.4 Analisis Sektor Pertambangan ... 48

Tabel 4.6 Analisis Sektor Bangunan ... 49

Tabel 4.7 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 50

Tabel 4.8 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 51

Tabel 4.9 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 52

Tabel 4.10 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Johor Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 53

Tabel 4.11 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Johor Tahun 2006 – 2010 ... 54

Tabel 4.12 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 54

Tabel 4.13 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 56

Tabel 4.14 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 57

Tabel 4.15 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Amplas Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 58


(16)

Tabel 4.16 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan AmplasTahun 2006 – 2010 ... 58

Tabel 4.17 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 59

Tabel 4.18 Analisis Sektor Bangunan ... 60

Tabel 4.19 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 61

Tabel 4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 62

Tabel 4.21 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 63

Tabel 4.22 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Denai Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 64

Tabel 4.23 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Denai Tahun 2006 – 2010 ... 65

Tabel 4.24 Analisis Sektor Bangunan ... 65

Tabel 4.25 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 66

Tabel 4.26 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 68

Tabel 4.27 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 69

Tabel 4.28 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan AreaTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 70

Tabel 4.29 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan AreaTahun 2006 – 2010 ... 70

Tabel 4.30 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 71

Tabel 4.31 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 72

Tabel 4.32 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 73

Tabel 4.33 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Kota Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 74

Tabel 4.34 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Kota Tahun 2006 – 2010 ... 74

Tabel 4.35 Analisis Sektor Perdagangan ... 75

Tabel 4.36 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Maimun Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 76

Tabel 4.37 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Maimun Tahun 2006 – 2010 ... 76


(17)

Tabel 4.38 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 77

Tabel 4.39 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 78

Tabel 4.40 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Polonia Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 79

Tabel 4.41 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Polonia Tahun 2006 – 2010 ... 80

Tabel 4.42 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 80

Tabel 4.43 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 81

Tabel 4.44 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Baru Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 83

Tabel 4.45 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Baru Tahun 2006 – 2010 ... 83

Tabel 4.46 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 84

Tabel 4.47 Analisis Sektor Bangunan ... 85

Tabel 4.48 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 86

Tabel 4.49 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 87

Tabel 4.50 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Selayang Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 88

Tabel 4.51 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Selayang Tahun 2006 – 2010 ... 88

Tabel 4.52 Analisis Sektor Pertanian ... 89

Tabel 4.53 Analisis Sektor Bangunan ... 90

Tabel 4.54 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 91

Tabel 4.55 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 92

Tabel 4.56 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 93

Tabel 4.57 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 94

Tabel 4.58 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2006 – 2010 ... 94

Tabel 4.59 Analisis Sektor Bangunan ... 95


(18)

Tabel 4.61 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 97 Tabel 4.62 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 98 Tabel 4.63 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 99 Tabel 4.64 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

HelvetiaTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 100 Tabel 4.65 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan HelvetiaTahun 2006 – 2010 ... 101 Tabel 4.66 Analisis Sektor Bangunan ... 101 Tabel 4.67 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 102 Tabel 4.68 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 104 Tabel 4.69 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 105 Tabel 4.70 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

PetisahTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 106 Tabel 4.71 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan PetisahTahun 2006 – 2010 ... 106 Tabel 4.72 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 107 Tabel 4.73 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 108 Tabel 4.74 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

BaratTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 109 Tabel 4.75 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan BaratTahun 2006 – 2010 ... 109 Tabel 4.76 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 110 Tabel 4.77 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 111 Tabel 4.78 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 112 Tabel 4.79 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

TimurTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 113 Tabel 4.80 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan

Medan TimurTahun 2006 – 2010 ... 113 Tabel 4.81 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 114 Tabel 4.82 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 115


(19)

Tabel 4.83 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

Perjuangan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 116

Tabel 4.84 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2006 – 2010 ... 116

Tabel 4.85 Analisis Sektor Bangunan ... 117

Tabel 4.86 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 118

Tabel 4.87 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 119

Tabel 4.88 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan TembungTahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 120

Tabel 4.89 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Tembung Tahun 2006 – 2010 ... 120

Tabel 4.90 Analisis Sektor Bangunan ... 121

Tabel 4.91 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 122

Tabel 4.92 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 123

Tabel 4.93 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 124

Tabel 4.94 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Deli Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 125

Tabel 4.95 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Deli Tahun 2006 – 2010 ... 126

Tabel 4.96 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 126

Tabel 4.97 Analisis Sektor Bangunan ... 127

Tabel 4.98 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 128

Tabel 4.99 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 130

Tabel 4.100 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 131

Tabel 4.101 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2006 – 2010 ... 131

Tabel 4.102 Analisis Sektor Pertanian ... 132

Tabel 4.103 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 133

Tabel 4.104 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 134


(20)

Tabel 4.106 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 136

Tabel 4.107 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Marelan Tahun 2006 – 2010 ... 136

Tabel 4.108 Analisis Sektor Pertanian ... 137

Tabel 4.109 Analisis Sektor Industri Penolahan ... 138

Tabel 4.110 Analisis Sektor Perdagangan , Hotel dan Restoran ... 139

Tabel 4.111 Hasil Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006 – 2010 ( Rp Juta) ... 140

Tabel 4.112 Hasil LQ Analisis Shift Share Nilai PDRB Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006 – 2010 ... 140

Tabel 4.113 Analisis Sektor Pertanian ... 141

Tabel 4.114 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 142

Tabel 4.115 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 143

Tabel 4.116 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 144

Tabel 4.117 Analisis Sektor Jasa - Jasa ... 145

Tabel 4.118 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006 – 2010 ... 146

Tabel 4.119 Hasil Analisis Shift Share Tenaga Kerja Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 147

Tabel 4.120 Hasil LQ Analisis Tenaga Kerja Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 148

Tabel 4.121 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Industri Penolahan ... 149

Tabel 4.122 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Bangunan ... 151

Tabel 4.123 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran ... 152

Tabel 4.124 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 154


(21)

Tabel 4.125 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Keuangan

Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 156

Tabel 4.126 Tabel Analisis Tenaga Kerja di Sektor Jasa - Jasa ... 157

Tabel 4.127 PDRB Perkapita Kota Medan per Kecamatan ... 162

Tabel 4.128 Hasil Analisis Shift Share Tahun 2006 – 2010 ( Rp juta ) .... 164

Tabel 4.129 Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kota MedanTahun 2006 – 2010 ... 165

Tabel 4.130 Tabel Analisis Sektor Industri Pengolahan ... 166

Tabel 4.131 Tabel Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 167

Tabel 4.132 Tabel Analisis Sektor Bangunan ... 168

Tabel 4.133 Tabel Analisis Sektor Perdagangan ... 169

Tabel 4.134 Tabel Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 171

Tabel 4.135 Tabel Analisis Sektor Keuangan ... 172


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36 Gambar 4.1 Grafik Tenaga Kerja Kota Medan Tahun 2006-2010 ... 147 Gambar 4.2 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Industri

Pengolahan ... 149 Gambar 4.3 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Industri

Bangunan ... 150 Gambar 4.4 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Perdagangan, Hotel

Dan Restoran ... 152 Gambar 4.5 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Pengangkutan dan

Komunikas ... 154 Gambar 4.6 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Keuangan

Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 155 Gambar 4.7 Grafik Persentase Tenaga Kerja di Sektor Jasa - Jasa ... 157 Gambar 4.8 Grafik Penduduk Kota Medan Usia 15 + Yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2008-2010 ... 158 Gambar 4.9 Grafik Pengeluaran Konsumsi Makanan & Non Makanan

Kota Medan ... 160 Gambar 4.10 Grafik Persentase Pengeluaran Makanan Kota Medan

Dan Sumatera Utara ( % ) ... 161 Gambar 4.11 Grafik Persentase Pengeluaran Non Makanan Kota Medan

Dan Sumatera Utara ( % ) ... 161 Gambar 4.12Grafik Distribusi PDRB Sektor Industri Pengolahan

Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampairan 1 Jumlah Penduduk Kota Medan Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama


(24)

ABSTRAK

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DENGAN METODE SHIFT SHARE

DAN LOCATION QUOTIENT SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010. 2) menganalisis sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan LQ. 3) melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode shift share dan LQ. 4) untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Jumlah populasi adalah sebanyak 21 (dua puluh satu) kecamatan yang terdapat di Kota Medan, metode sensus digunakan sebagai dasar melakukan penelitian.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa apabila dilihat di kecamatan secara global, maka Sektor yang memiliki daya saing yang kuat dibanding Kota Medan adalah Sektor Jasa dan Bangunan. Ini berarti struktur ekonomi per kecamatan di Kota Medan adalah Struktur Ekonomi Modern. Hanya tiga Kecamatan yang masih memiliki struktur ekonomi tradisional, yaitu Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan dan Kecamatan Medan Belawan. Komponen jumlah dari analisis

shift share menunjukkan bahwa sektor jasa yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja karena memiliki tingkat kepotensialan istimewa. Selanjutnya diikuti sektor perdagangan, industri dan bangunan yang memiliki tingkat kepotensialan

baik. Selain itu hasil analisis shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB di Kota Medan tahun analisis 2006–2010. Komponen jumlah dari analisis shift share dan LQ menunjukkan nilai positif semua dari 9 sektor adalah, sektor bangunan dan perdagangan yang memiliki tingkat kepotensialan istimewa, yang berarti kedua sektor ini sangat baik untuk dikembangkan karena kontribusi PDRB yang diberikan sektor ini besar. Kemudian terdapat 3 (tiga) sektor yang berpredikat

baik, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan serta sektor jasa. Artinya bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern. Struktur ekonomi di Kota Medan telah bergeser dari struktur ekonomi industri ke struktur ekonomi perdagangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan konstribusi terhadap PDRB dari sektor industri ke sektor jasa di Kota Medan.

Kata Kunci : struktur ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto, shift share


(25)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE ECONOMIC STRUCTURE AND METHOD OF SHIFT SHARE AND ITS IMPACT ON LOCATION QUOTIENT OF THE MEDAN

CITY

The purpose of this research are 1) to analysis the economic structure of the city of Medan in the period 2006-2010. 2) to analysis at sectors that have strong competitiveness in every district in the city of Medan in the employment share with the shift method and LQ. 3) to analysis at sectors that have strong competitiveness in each district that contributes to the GDP of Medan to shift share method and LQ. 4) to determine the level of a shift in economic structure in the city of Medan.

The method of analysis used in this research is descriptive method. The population are as many as 21 (twenty one) district located in the city of Medan, the census method used as the basis for conducting research.

These results prove that the per subdistrict when viewed globally, the sector has a strong competitive edge over the Medan City and building services sector. This means that the economic structure of Per districts in Medan is the Structure of Modern Economics. Only three District which still has the traditional economic structure, the District of Labuhan Medan, Medan Medan District Marelan and Belawan. Component of the shift share analysis indicates that the service sector to absorb the most labor because it has a special potentially of level. Then followed the trade, industry and buildings that have a good level kepotensialan. Component of the shift share analysis and LQ show all the positive values of the nine sectors are, building and trades sector has a special kepotensialan level, which means that these two sectors are very well developed due to the contribution of GDP for a given sector is large. Then there are 3 (three) sectors are categorized as good, ie transport and communication sector, financial sector and services sector in which the third sector is also good for development. It means that the economy has been a shift from traditional economy to a modern economy. Economic structure in the city of Medan's economic structure has shifted from industry to the economic structure of trade and services. This shift is accompanied by a shift of employment and contribution to the GDP of industrial sector to the services sector in the city of Medan.

Keywords : economic structure, domestic regional bruto, shift share and Location Quotient.


(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 1999).

Proses perubahan struktur perekonomian ditandai dengan menurunnya pangsa sektor primer (pertanian), meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri), dan pangsa sektor tersier (jasa) juga memberikan kontribusi yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 1999). Pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Kota Medan tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang. Artinya laju pergeseran ekonomi sektoral relatif cepat dibandingkan dengan laju pergeseran tenaga kerja, sehingga titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding dengan titik balik penggunaan tenaga kerja (Supriyati dan Sumedi, 2001). Masalah yang sering diperdebatkan adalah apakah penurunan pangsa pangan sebanding dengan penurunan pangsa penyerapan tenaga kerja sektoral dan industri berkembang cepat. Jika transformasi kurang seimbang maka dikuatirkan akan terjadi proses


(27)

kemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer (Supriyati dan Sumedi, 2001).

Sejarah pertumbuhan ekonomi negara-negara maju menunjukkan pentingnya pengaruh tingkat perkembangan struktural dan sektoral yang tinggi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen yang utama dari proses perubahan struktural tersebut antara lain mencakup pergeseran bertahap dari aktivitas sektor pertanian ke sektor non pertanian. Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural sendiri merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan dan jasa, di mana masing-masing perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri.

Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita (Chenery 1986).

Pertumbuhan ekonomi nasional mempunyai pengaruh atas stuktur ekonomi daerah karena pertumbuhan nasional mempunyai pengaruh atas pertumbuhan daerah, sebab daerah merupakan bagian internal dari suatu negara. Indonesia merupakan negara kesatuan, dimana rencana pembangunan meliputi


(28)

rencana nasional maupun rencana regional. Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa yang menyebabkan prestasi baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah menjadi lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat pada variabel seperti pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja, dan nilai tambah sebagai proporsi sebelumnya dalam struktur perekonomian negara maupun struktur perekonomian daerah selama kurun waktu tertentu.

Struktur ekonomi daerah berdampak pada peningkatan sektor-sektor perekonomian lainnya yang saling berkaitan. Suatu daerah dapat dikatakan maju apabila ditunjang dari segi pengetahuan masyarakat yang tinggi, adanya sumber daya alam yang cukup memadai yang dikelola oleh sumber daya manusia yang mempunyai potensi besar guna tercapainya kemajuan pembangunan daerah.

Aspek penting lain dari perubahan struktural adalah sisi ketenagakerjaan bahwa pertumbuhan ekonomi melalui 2 proses transformasi dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja di setiap sektor dan transfer tenaga kerja dari sektor yang produktivitas tenaga kerjanya rendah ke sektor yang produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi (Clark dalam Ketut, 2001).

Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja. Tanggung jawab ideal dari dunia kerja adalah bagaimana dapat menyerap sebesar-besarnya tambahan angkatan kerja yang terjadi setiap tahun, dengan tetap memperhatikan peningkatan produktivitas pekerja secara keseluruhan. Sebab dengan meningkatnya produktivitas, diharapkan upah juga meningkat sekaligus


(29)

kesejahteraan pekerja dapat diperbaiki. Perubahan struktural tersebut juga memberikan dampak tidak langsung terhadap perubahan struktur ketenagakerjaannya. Ketidakserasian antara perkembangan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, secara umum akan menimbulkan kelemahan pada sistem penawaran dan permintaan tenaga kerja. Untuk mengetahui secara lebih mendalam masalah-masalah ketenagakerjaan ini, perlu dikaji hubungan dan keterkaitan antara perkembangan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dengan implikasinya pada perubahan struktur ekonomi. Kecenderungan wilayah yang berkembang dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatnya adalah dengan pembangunan disektor industri, pertanian, perdagangan dan jasa karena dianggap lebih mampu meningkatkan perekonomian dan menumbuhkan berbagai kegiatan yang saling berkaitan sehingga mampu berfungsi sebagai pendorong pembangunan.

Pada prinsipnya struktur perekonomian seperti di wilayah Kota Medan masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa Kota Medan merupakan daerah yang maju dimana

perekonomian didominasi oleh kegiatan ekonomi modern, seperti konsep struktur ekonomi negara maju yang memiliki sektor industri, perdagangan, dan jasa yang kuat diharapkan dapat mencapai lompatan pembangunan struktur ekonomi yang lebih berarti atau berkembang dengan cepat. Wilayah di Kota Medan tidak cuma mengandalkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran saja tetapi Kota Medan juga maju di sektor industri.


(30)

Proses industrialisasi ini diharapkan dapat menanggulangi permasalahan peningkatan kebutuhan lapangan pekerjaan. Pembangunan industrialisasi di Kota Medan pada saat ini diprioritaskan pada pembangunan industri yang berorientasi pada pembangunan industri pengolah bahan-bahan pertanian serta pengembangan industri perdagangan dan jasa yang dapat berorientasi pada penyerapan tenaga kerja yang banyak.

Proses pertumbuhan ekonomi ini pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran pertumbuhan sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer menuju sektor sekunder. Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja dari yang semula bermata pencaharian utama pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran , bergeser ke sektor industri dan jasa.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Medan 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2006-2010

No Lapangan Usaha

2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 38.096 33.299 37.141 33.271 27.255

2. Pertambangan 2.948 594 0 566 1.287

3. Industri 113.760 98.046 103.151 120.008 116.682

4. Listrk,Gas & Air 5.367 3.014 2.292 636 4.004

5. Bangunan 63.872 50.725 59.532 61.131 60.290

6. Perdagangan 270.152 246.031 318.805 312.625 335.846

7. Pengangkutan 132.960 82.417 95.945 92.896 92.362

8. Keuangan 36.585 36.621 25.782 25.478 30.789

9. Jasa 92.142 179.145 191.184 177.639 218.291

Jumlah 755.882 729.892 883.832 824.250 886.815 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan 2011(data diolah).


(31)

Tabel 1.1 dapat memberi gambaran mengenai ketenagakerjaan Kota Medan, jumlah tenaga kerja per sektor di Kota Medan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor - sektor tersebut masing-masing memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Menurut data di atas sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Pada tahun 2010 sektor Perdagangan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 37,87% jiwa dari jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Kemudian diikuti oleh sektor keuangan yang mampu menyerap sekitar 24,62% jiwa dari jumlah tenaga kerja. Kemudian juga diikuti oleh sektor industri yang mampu menyerap sekitar 13,16% jiwa dari jumlah tenaga kerja. Serta yang terakhir adalah sektor Pertambangan dan Penggalian mampu menyerap tenaga kerja sekitar 0,15% jiwa dari jumlah tenaga kerja.

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mampu menyerap tenaga kerja yang banyak pada tahun 2006 sebesar 35,74% jiwa menjadi sebesar 37,87% juta jiwa pada tahun 2010 menunjukkan tiap tahunnya sektor Perdagangan ini mengalami peningkatan yang paling banyak dibanding sektor lain. Untuk itu perlu kita ketahui sektor-sektor perekonomian yang menunjukkan prestasi positif sesuai dengan sektor-sektor yang sama di tingkat nasional, dan mengintrospeksi kembali perencanaan dan strategi pembangunan yang utamanya berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja setiap sektor perekonomian. Gejala pergeseran tenaga kerja yang disebabkan oleh industrialisasi yang dialami oleh Kota Medan, sebagai salah satu wilayah maju


(32)

yang menitikberatkan pembangunan ekonominya pada perdagangan. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu realitas ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu mulai berkurangnya minat angkatan kerja muda untuk bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap kurang mampu memberikan pendapatan yang memadai untuk hidup layak.

Tabel 1.2 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan tahun 2006-2010 (Rp millyar)

No Lapangan Usaha

2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 1.427,43 1.577,84 1.837,81 2.023,06 2.225,32

2. Pertambangan 3,28 3,09 2,89 2,98 2,95

3. Industri 7.960,59 9.029,33 10.420,82 10.860,50 12.475,52 4. Listrk,Gas &

Air

1.102,66 1.040,73 1.142,92 1.244,80 1.415,44

5. Bangunan 4.795,79 5.420,08 6.233,09 6.927,19 8.149,94 6. Perdagangan 12.692,84 14.106,17 16.917,47 19.502,96 22.431,93 7. Pengangkutan 9.164,62 10.548,09 12.456,64 14.55,72 15.786,83 8. Keuangan 6.550,50 7.833,87 9.547,46 10.062,91 11.893,13

9. Jasa 5.152,23 5.893,30 6.718,76 7.750,09 8.933,95

Jumlah 48.849,95 55.452,50 65.277,87 72.630,21 83.315,02 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Dalam tabel 1.2 dapat di lihat bahwa perekonomian di Kota Medan pada tahun 2010 sangat bervariatif. Sektor-sektor yang dominan seperti sektor Perdagangan sebesar 26,92%, industri sebesar 14,97%, keuangan sebesar 14,27% dan jasa sebesar 10,72% cukup besar pengaruhnya apalagi sektor industri yang tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Maka dari itu sektor perdagangan yang paling banyak memberikan konstribusinya untuk perekonomian di wilayah Kota Medan dibandingkan sektor lainnya.


(33)

Mengingat bahwa sektor Perdagangan sebagai sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di Kota Medan, tentunya dibutuhkan kondisi atau iklim usaha yang sehat dan kondusif, serta sumber daya manusia yang berkualitas di wilayah Kota Medan. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan terhadap tenaga kerja sektor Perdagangan di Kota Medan. Maka dari itu pemerintah daerah harus mengetahui bagaimana pengaruh terjadinya perubahan struktur ekonomi pada pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mengetahuinya pemerintah harus melakukan analisis terhadap perubahan struktur ekonomi yang terjadi didaerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar. Beberapa riset terdahulu yang pernah dilakukan diantaranya oleh Hasani (2010), Purwaningsih (2009) dan Dault et al (2009) yang dilakukan untuk mengukur struktur ekonomi suatu wilayah dengan metode dan lokasi penelitian yang berbeda dengan penelitian ini. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu pengkajian “Analisis Struktur Ekonomi dengan Metode Shift Share dan

Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan Wilayah Kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uaraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah :


(34)

2. Sektor mana yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dengan metode shift share dan LQ untuk penyerapan tenaga

kerja?

3. Sektor mana yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di Kota Medan dengan metode shift share dan LQ untuk konstribusi PDRB?

4. Apakah terjadi pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melihat struktur ekonomi Kota Medan dalam kurun waktu 2006-2010. 2. Melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan di

Kota Medan dalam penyerapan tenaga kerja dengan metode shift share dan

LQ.

3. Melihat sektor yang memiliki daya saing yang kuat pada tiap Kecamatan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Medan dengan metode

shift share dan LQ.

4. Untuk mengetahui tingkat terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Medan.


(35)

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan masukan bagi penelitian lain yang lebih lanjut, terutama yang menyangkut tentang Struktur Ekonomi dengan Metode

Shift Share dan Location Quotient Serta Dampaknya Terhadap Pengembangan

Wilayah Kota Medan.

2. Bagi Pemerintah Kota Medan, sebagai masukan bagaimana struktur ekonomi kota Medan dewasa ini dan arah pembangunan yang ideal terkait dengan perubahan struktur ekonomi sehingga dapat menentukan keputusan yang tepat atas pengembangan wilayah yang dilakukan.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Perubahan Struktural

Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industri dan jasa (Todaro, 1999).

2.1.1.1 Teori Fei-Ranis (Ranis and Fei)

Dalam model Fei-Ranis, konsep yang berkaitan dengan transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Tahapan transfer tenaga kerja dibagi menjadi tiga berdasarkan pada produk fisik marginal (MPP) dan upah yang dianggap konstan dan ditetapkan secara eksogenus, sebagai berikut :

a). Pada tahap pertama, karena tenaga kerja melimpah maka MPP tenaga kerja sama dengan atau mendekati nol sehingga surplus tenaga kerja yang ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri mempunyai kurva penawaran yang elastis sempurna. Pada tahap ini walaupun ada transfer tenaga kerja, total produksi di sektor pertanian tidak menurun, produktivitas tenaga kerja meningkat dan sektor industri dapat tumbuh karena didukung


(37)

oleh adanya tambahan tenaga kerja yang disediakan sektor pertanian. Dengan demikian, transfer tenaga kerja menguntungkan kedua sektor ekonomi.

b). Pada tahap kedua, pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian akan menurunkan produksi karena MPP tenaga kerja sudah positif (ruas AB) namun besarnya MPP masih lebih kecil dari tingkat upah W. Transfer tenaga kerja dari pertanian ke industri pada tahap ini mempunyai biaya seimbang yang positif, sehingga kurva penawaran tenaga kerja di sektor industri mempunyai elastisitas positif sejak titik S1. Transfer akan tetap terjadi, produsen disektor pertanian akan melepaskan tenaga kerjanya walaupun mengakibatkan produksi menurun karena penurunan tersebut lebih

rendah dari besarnya upah yang tidak jadi dibayarkan. Di pihak lain, karena surplus produksi yang ditawarkan ke sektor industri menurun sementara permintaannya meningkat (karena tambahan tenaga kerja masuk), harga relative komoditi pertanian akan meningkat.

c) Tahap ketiga adalah tahap komersialisasi di kedua sektor ekonomi,dimana MPP tenaga kerja sudah lebih tinggi dari tingkat upah. Produsen pertanian akan mempertahankan tenaga kerjanya sehingga masing-masing sektor berusaha efisien. Transfer masih akan terus terjadi jika inovasi teknologi di sektor pertanian dapat menigkatkan MPP tenaga kerja. Sementara permintaan tenaga kerja terus meningkat dari sektor industri dengan asumsi keuntungan di sektor ini diinvestasikan kembali untuk memperluas usaha.


(38)

Model Fei-Ranis tentang transfer tenaga kerja

Dalam model FR ini kecepatan transfer tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri tergantung pada:

(a) tingkat pertumbuhanpenduduk,

(b) perkembangan teknologi di sektor pertanian dan

(c) tingkat pertumbuhan stok modal di sektor industri dan surplus yang dicapai disektor pertanian. Dengan demikian keseimbangan pertumbuhan di kedua sektor tersebut menjadi prasyarat untuk menghindari stagnasi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Ini Berarti kedua sektor tersebut harus tumbuh secara seimbang dan transfer serta penyerapan tenaga kerja di sektor industri harus lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja.

2.1.1.2 Teori W. Arthur Lewis

Transformasi struktural suatu perekonomian subsisten di rumuskan oleh seorang ekonom besar yaitu W. Arthur Lewis. Dengan teorinya model dua sektor Lewis antara lain :

a) Perekonomian Tradisional

Dalam teori ini Lewis mengasumsikan bahwa di daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Perekonomian tradisional adalah bahwa tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsisten, hal ini di akibatkan kelebihan penduduk dan di tandai dengan produktivitas marjinal tenaga kerja sama dengan nol. Ini merupakan situasi yang memungkinkan Lewis untuk mendefinisikan kondisi surplus tenaga kerja (surplus


(39)

labor) sebagai suatu fakta bahwa jika sebagian tenaga kerja tersebut di tarik dari

sektor pertanian, maka sektor itu tidak akan kehilangan outputnya.

b) Perekonomian Industri

Pada perekonomian ini terletak pada perkotaan modern yang berperan penting adalah sektor industri. Ciri dari perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi dan menjadi tempat penampungan tenaga kerja yang di transfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten. Dengan demikian perekonomian perkotaan merupakan daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan sehingga penambahan tenaga kerja pada sistem produksi yang ada akan meningkatkan output yang di produksi.

Rangkaian proses pertumbuhan berkesinambungan (self-sustaining growth) dan

perluasan kesempatan kerja di sektor modern tersebut di atas diasumsikan akan terus berlangsung sampai semua surplus tenaga kerja pedesaan diserap habis oleh sektor industri. Selanjutnya, tenaga kerja tambahan berikutnya hanya dapat di tarik dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal tersebut akan mengakibatkan merosotnya produksi pangan. Transformasi struktural perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan perekonomian itu pun pada akhirnya pasti beralih dari perekonomian pertanian tradisional yang berpusat di pedesaan menjadi sebuah perekonomian industri modern yang berorientasi kepada pola kehidupan perkotaan.


(40)

2.1.1.3 Teori Chenery

Analisis teori Pattern of Development menjelaskan perubahan struktur

dalam tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan

pendapatan perkapita yang berhubungan sangat erat dengan akumulasi capital dan peningkatan sumber daya (Human Capital).

Apabila dilihat dari permintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena

a) dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap

barangbarang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan peningkatan anggaran belanja pemerintah yang mengalami peningkatan dalam struktur GNP yang ada. Di sektor perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor.

b) Dilihat dari Tenaga Kerja

Apabila dilihat dari sisi tenaga kerja ini akan terjadi proses perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di desa menuju sektor industri di perkotaan, meski pergeseran ini masih tertinggal (lag) dibandingkan proses perubahan struktural itu sendiri. Dengan


(41)

keberadaan lag inilah maka sektor pertanian akan berperan penting

dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun akhir dari proses tranformasi perubahan struktural tersebut.

Secara umum negara-negara yang memiliki tingkat populasi tinggi yang pada dasarnya menggambarkan tingkat permintaan potensial yang tinggi, cenderung untuk mendirikan industri yang bersifat substitusi impor. Artinya mereka memproduksi sendiri barang-barang yang dulunya impor untuk kemudian dijual di pasaran dalam negeri. Sebaliknya negara-negara dengan jumlah penduduk yang relatif kecil, cenderung akan mengembangkan industri yang berorientasi ke pasar internasional. Teori perubahan struktural menjelaskan bahwa percepatan dan pola transformasi struktural yang terdaji pada suatu negara dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

2.1.2 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu daerah meningkat dalam jangka panjang (Arsyad, 1992). Menurut Blakely (1989), pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.


(42)

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Dimana, kesemuanya ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah (Arsyad, 1999: 108-109). Pembangunan ekonomi oleh beberapa ekonom dibedakan pengertiannya dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai :

a) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu tingkat pertambahan PDRB/GNP pada suatu tingkat tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan penduduk.

b) Perkembangan PDRB/GNP yang berlaku dalam suatu daerah/negara diikuti oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (Sukirno, 1978: 14).

Ada 2 kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah yaitu :

a) Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri yang mempengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya. b) Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor secara berbeda-beda (Kuncoro, 2004: 46-47).


(43)

2.1.2.1 Teori Ekonomi Neo Klasik

Menurut teori ini ada 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi daerah.

Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang ber upah tinggi menuju daerah yang ber upah rendah.

2.1.2.2 Teori Basis Ekonomi

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi

pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasinya kebijakan yang mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu.

2.1.2.3 Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place teory) menganggap bahwa ada hirarki

tempat (hirarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat


(44)

merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

2.1.2.4 Teori Kausasif Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dari teori kausasif kumulatif (cumulative causation).

Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah maju dan terbelakang. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah lain.(Lincolin Arsyad,1999).

2.1.2.5 Teori Lokasi

Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.

Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan cenderung memilih lokasi yang dapat meminimumkan biaya namun memaksimalkan peluangnya untuk mendekati pasar.

2.1.2.6 Teori Model Daya Tarik

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif. (Arsyad, 1999).


(45)

2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik 2.1.3.1 Adam Smith

Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5 tahap yang berurutan yang dimulai dari masa berburu, masa berternak, masa bercocok taman, masa berdagangan, dan tahap masa industri. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya sistem pembagian kerja antar pelaku ekonomi. Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input bagi proses produksi, pembagian tenaga kerja merupakan titik sentral pembahasan dalam teori ini, dalam upaya peningkatan produktifitas kerja.

Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting. Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus tunduk pada pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi (Kuncoro,1997).


(46)

2.1.3.2 Whilt Whitman Rostow

Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam 5 tahap yaitu: masyarakat tradisional ( the traditional society ), prasyarat untuk

tinggal landas (the preconditions for take off), tinggal landas (take off), menuju

kedewasaan (the drive maturity) dan masa konsumsi tinggi ( the age of high mass

consumption).

2.1.3.3 Friedrich List

Menurut List, dalam bukunya yang berjudul Das Nationale der

Politispvhen Oekonomie (1840), sistem liberal yang laizes-faire dapat menjamin

alokasi sumber daya secara optimal. Perkembangan ekonomi menurut List melalui 5 tahap yaitu: tahap primitif, beternak, pertanian dan industri pengolahan

(Manufacturing), dan akhirnya pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan.

2.1.3.4 Harrod Domar

Teori ini menganggap setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika untuk mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Rasio modal output (COR) sebagai suatu hubungan antara investasi yang ditanamkan dengan

pendapatan tahunan yang dihasilkan dari investasi tersebut (Lincolin Arsyad,1999).


(47)

2.1.3.5 Thomas Robert Malthus

Malthus menitikberatkan perhatian pada perkembangan kesejahteraan suatu negara, yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan suatu negara sebagian tergantung pada jumlah output yang dihasilkan oleh tenaga kerja, dan sebagian lagi pada nilai atas produk tersebut.

2.1.4 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Ukuran-ukuran mengenai keterkaitan ekonomi pada dasarnya menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan sekitarnya. Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam

menganalisis perubahan stuktur ekonomi daerah dibanding perekonomian nasional. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu:

a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan sektor yang sama diperekonomian yang dijadikan acuan.

b) Pergeser proposional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.


(48)

c) Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan. (Lincolin Arsyad,2004).

2.1.5 Ketenagakerjaan

2.1.5.1 Definisi Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja (manpower) dibagi pula ke dalam dua kelompok yaitu

angkatan kerja (laborforce) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan

kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan.

Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor yaitu kelompok pekerja dan penganggur. Yang dimaksud pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan, dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Adapun yang dimaksud


(49)

penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. (Bellante dan Jackson,1990).

2.1.5.2 Tenaga Kerja di Negara Sedang Berkembang (NSB)

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran di NSB menjadi semakin serius. Tingkat pengangguran terbuka terbuka di perkotaan hanya menunjukkan aspek – aspek yang tampak saja dari masalah kesempatan kerja di NSB yang bagaikan ujung sebuah gunung es. Tenaga kerja yang tidak bekerja bekerja secara penuh mempunyai berbagai bentuk, termasuk berbagai bentuk dan underemployment di NSB sangat jarang, tetapi dari hasil studi

ditunjukkan bahwa sekitar 30 persen dari penduduk perkotaan di NSB bisa dikatkan tidak bekerja secara penuh ( underutilitized ).

Untuk itu dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi NSB perlu adanya solusi yaitu, memberikan upah yang memadai dan menyediakan kesempatan – kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin. Oleh karena itu, peningkatan kesempatan kerja merupakan unsur yang paling esensial dalam setiap strategi pembangunan yang menitikberatkan kepada penghapusan (Lincolin Arsyad,1999). Penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan menurut status pekerjaa utama, yang meliputi antara lain :

a. Berusaha sendiri adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, diantaranya tidak kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak


(50)

menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tidak dibayar. Termasuk yang sifatnya memerlukan tekonologi atau keahlian khusus.

b. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/karyawan/pegawai tak dibayar dan atau buruh/karyawan/pegawai tidak tetap.

c. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar adalah berusaha atas resiko sendiri dan memperkerjakan paling sedikit satu orang buruh/karyawan/pegawai tetap yang dibayar.

d. Buruh/Karyawan/Pegawai tetap dibayar adalah seorang yang bekerja pada orang lain/instansi/kantor/perusahaan dengan menerima upah/gaji secara tetap, baik ada kegiatan maupun tidak ada kegiatan.

e. Buruh/Karyawan/Pegawai adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan/pegawai tetapi sebagai pekerja bebas. Seseorang dianggap memiliki majikan tetap jika memiliki satu majikan yang sama dalam sebulan terakhir, khusus pekerja pada sektor bangunan dianggap buruh jika bekerja minimal tiga bulan pada satu majikan.

f. Pekerja bebas di pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik yang berupa usaha rumah tangga


(51)

maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan

g. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan.

h. Pekerja keluarga/ tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat gaji/upah, baik berupa uang maupun barang.

Pekerja tak dibayar tersebut dapat terdiri dari :

1. Anggota rumah tangga dari orang yang dibantunya, seperti istri yang membantu suaminya bekerja di sawah.

2. Bukan anggota rumah tangga tetapi keluarga dari orang yang dibantunya, seperti saudara/famili yang membantu melayani penjualan di warung.

3. Bukan anggota rumah tangga dan bukan keluarga dari orang yang dibantunya, seperti orang yang membantu menganyam topi pada industri rumah tangganya.


(52)

2.1.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat diukur dengan indikator utama yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS, Kota Medan Tahun 2010). PDRB adalah suatu indikator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral, sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomis. Sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke tahun.


(53)

2.1.7 Analisis Shift Share

Analisis Shift Share adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian daerah acuan yaitu daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (G) suatu

variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh : pertumbuhan nasional (N),

Proportional Shift (P), dan Differential Shift ( D ). Menurut Prasetyo Soepomo

(1993) bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan

komponen-komponennya adalah : G ij = N ij + P ij + D ij

2.1.8 Analisis Tipologi Sektoral

Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient

(LQ>1), komponen differential shift (Dj>0), dan komponen proporsional shift

(Pj>0) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen Dj dan Pj dalam analisis shift

share. Tipologi sektor tersebut adalah sebagai berikut :

Tipologi I : Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata>1 dan pertumbuhan di Kota Medan lebih cepat dibandingkan provinsi (Dj rata rata > 0) meskipun di tingkat provinsi pertumbuhannya cepat (Pj rata rata >0)


(54)

Tipologi II : Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata>1 dan pertumbuhan di Kota Medan lebih cepat dibandingkan provinsi (Dj rata rata > 0) karena di tingkat provinsi pertumbuhannya lambat (Pj rata rata <0)

Tipologi III : Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata>1 dan di Kota Medan pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan provinsi (Dj rata rata < 0) karena di tingkat provinsi pertumbuhannya cepat (Pj rata rata >0)

Tipologi IV : Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata>1 dan di Kota Medan pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan provinsi (Dj rata rata < 0) padahal di tingkat provinsi pertumbuhannya juga lambat (Pj rata rata <0)

Tipologi V : Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kota Medan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan di tingkat provinsi (Dj rata rata > 0) padahal di provinsi sendiri pertumbuhannya juga cepat (Pj rata rata >0)

Tipologi VI : Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kota Medan lebih cepat dibandingkan pertumbuhan di tingkat provinsi (Dj rata rata > 0) padahal di provinsi sendiri pertumbuhannya juga lambat (Pj rata rata <0)

Tipologi VII : Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kota Medan lebih lambat dibandingkan provinsi (Dj rata rata < 0) karena di tingkat provinsi sendiri pertumbuhannya juga cepat (Pj rata rata >0) Tipologi VIII : Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kota Medan lebih lambat dibandingkan provinsi (Dj rata rata


(55)

< 0) meskipun di tingkat provinsi sendiri pertumbuhannya juga lambat (Pj rata rata <0)

2.2. Pengembangan Wilayah

Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu dimana bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum pusat inti berfungsi antara lain : (a) tempat pemusatan pemukiman penduduk, (b) pemusatan industri, (c) tempat pemasaran bahan-bahan mentah, dan (d) tempat pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi sebagai tempat proses produksi bahan mentah dan sebagai

tempat pemasaran produk-produk industri.

Pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai pelaksanaan pembangunan nasional di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah serta menghormati perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah perdesaan yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan pembangunan di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika terjadi pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Soekartawi, 1994).

Pengembangan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan inter-dependensi dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system) manusia/ masyarakat (social system) dan lingkungan hidup


(56)

pembangunan ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam konteks keseimbangan, keselarasan dan kesesuaian. Adapun pemusatan kegiatan pada suatu tempat atau daerah akan mendorong terjadinya pemusatan aktivitas, sarana dan fasilitas yang mendukung kehidupan penduduk yang ada di tempat tersebut. Lebih jauh pemusatan tersebut akan menciptakan peningkatan produksi di daerah tersebut.

Jadi selain dilihat dari sisi jumlah penduduk, sarana serta fasilitas pelayanan, dapat mencerminkan tingkat efisiensi dari pemusatan itu umumnya dan produktivitas, faktor-faktor produksi khususnya. Strategi pengembangan wilayah yang berkelanjutan dilakukan secara bertahap antara lain : (a) Redistribusi asset (tanah, modal, lainnya), (b) pengembangan kelembagaan dan pasar finansial di wilayah perdesaan, (c) kebijaksanaan intensif lapangan kerja yang membatasi migrasi dari desa ke kota, (d) kebijakan mempertahankan nilai tukar (exchange rate) yang mendorong ekspor pertanian selalu kompetitif, (e)

mengurangi ketergantungan modal dari luar negeri, (f) pengembangan regional berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam, (g) Kebijaksanaan intensif fiskal mendorong produksi dan distribusi ke wilayah pedesaan, (h) pembangunan sumber daya manusia dan modal sosial berbasis pedesaan, dan (i) industrialisasi berbasis wilayah pedesaan.

Menurut Sandy (1982), pembangunan wilayah atau pengembangan wilayah adalah membangun masyarakat sesuai dengan potensi dan prioritas yang terdapat di daerah yang bersangkutan. Potensi disini adalah tidak terbatas pada potensi fisik saja, melainkan juga potensi sosial, ekonomi dan budaya.


(57)

Perencanaan Wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan pergerakkan di dalam wilayah) dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur di dalam perencanaan pembangunan wilayah. Kedua bentuk perencanaan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan bersifat saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Tata ruang wilayah merupakan landasan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah (Tarigan, 2004).

Miraza (2005) mengatakan bagaimana suatu perencanaan wilayah dilaksanakan, berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan masing-masing daerah mempunyai latar belakang yang berbeda baik yang menyangkut pada economic resources maupun yang menyangkut pada kultur

masyarakat, demografi dan geografi, daerah muka dan daerah belakang maupun berbagai akses yang ada, yang dapat dipakai untuk masuk dan keluar bagi manusia dan barang serta tersedianya perencanaan wilayah mencakup pada berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan yang semuanya bermuara pada upaya meningkatkan kehidupan masyarakat. Pengembangan wilayah pada dasarnya merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan rata-rata masyarakat yang lebih baik, disamping menunjukkan lebih banyak sarana/ prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan-kegiatan usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.


(1)

2 M.Johor 1,48 1,48 1,47 1,49 1,50

3 M.Amplas 2,71 2,71 2,62 2,71 2,73

4 M.Denai 1,32 1,29 1,25 1,28 1,30

5 M.Area 2,03 2,08 2,03 2,04 2,50

6 M.Kota 5,02 4,97 4,96 5,07 5,08

7 M.Maimun 5,28 5,45 5,44 5,40 5,39

8 M.Polonia 8,80 9,04 9,13 9,41 9,43

9 M.Baru 4,42 4,52 4,26 4,22 4,21

10 M.Selayang 1,31 1,32 1,29 1,27 1,30

11 M.Sunggal 3,11 3,10 3,03 3,01 3,02

12 M.Helvetia 4,37 4,27 4,16 4,31 4,35

13 M.Petisah 5,09 5,16 5,06 5,13 5,19

14 M.Barat 20,96 20,73 21,84 20,95 21,00

15 M.Timur 7,02 7,05 7,00 7,27 7,11

16 M.Perjuangan 1,08 1,07 1,06 1,09 1,10

17 M.Tembung 1,90 1,89 1,88 1,92 1,91

18 M.Deli 13,49 13,39 13,34 13,35 13,36

19 M.Labuhan 0,91 0,85 0,86 0,86 0,85

20 M.Marelan 0,81 0,82 0,82 0,81 0,79

21 M.Belawan 7,81 7,75 7,43 7,35 7,26

KOTA MEDAN 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 *) Angka Sementara

Distribusi PDRB Dikota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kecamatan Tahun 2006-2010 (Persen)


(2)

Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010*)

(1) (6) (7) (8) (9) (10)

1

M.Tuntunga

n 1,08 1,05 1,04 1,05 1,05

2 M.Johor 1,47 1,46 1,45 1,46 1,45

3 M.Amplas 2,73 2,70 2,70 2,73 2,75

4 M.Denai 1,36 1,36 1,35 1,36 1,36

5 M.Area 1,99 2,01 2,04 2,05 2,05

6 M.Kota 5,19 5,11 5,08 5,13 5,14

7 M.Maimun 5,15 5,24 5,36 5,34 5,37

8 M.Polonia 10,68 10,86 10,95 11,07 11,09

9 M.Baru 4,33 4,26 4,29 4,26 4,26

10 M.Selayang 1,27 1,23 1,23 1,24 1,25

11 M.Sunggal 3,25 3,20 3,16 3,11 3,11

12 M.Helvetia 4,60 4,51 4,49 4,50 4,50

13 M.Petisah 5,16 5,12 5,11 5,18 5,19

14 M.Barat 19,98 20,24 20,23 19,63 19,58

15 M.Timur 6,87 6,98 6,97 7,07 7,08

16

M.Perjuang

an 1,12 1,10 1,10 1,11 1,11

17 M.Tembung 1,97 1,95 1,93 1,95 1,94

18 M.Deli 13,48 13,33 13,37 13,64 13,68

19 M.Labuhan 0,89 0,82 0,82 0,83 0,84

20 M.Marelan 0,77 0,77 0,76 0,75 0,74

21 M.Belawan 6,69 6,69 6,58 6,54 6,48


(3)

*) Angka Sementara

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2006 – 2007

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian -4.797,00 1.749,33 -1.637,49 -4.908,84 2. Pertambangan -2.354,00 135,37 2.055,60 -4.544,97 3. Industri Pengolahan -15.714,00 5.223,74 8.739,06 -29.676,81 4. Listrik, Gas & Air

bersih -2.353,00 246,45 -2.211,26 -388,19

5. Konstruksi -13.147,00 2.932,94 18.705,18 -34.785,12 6. Perdagangan,Hotel &

Rest -24.121,00 12.405,10 -6.030,53 -30.495,58

7. Pengangkutan &

Kom -50.543,00 6.105,39 -4.214,23 -52.434,16

8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers 36,00 1.679,95 -1.417,29 -226,66

9. Jasa-jasa 87.003,00 4.231,07 8.984,02 73.787,91 Jumlah -25.990,00 34.709,33 22.973,07 -83.672,40 Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2007 – 2008

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian 3.842,00 2.997,00 -364,61 1.209,61

2. Pertambangan -594,00 53,46 -178,89 -468,57

3. Industri Pengolahan 5.105,00 8.824,42 6.721,09 -10.440,51 4. Listrik, Gas & Air

bersih -722,00 271,27 -467,24 -526,03

5. Konstruksi 8.807,00 4.565,39 1.443,04 2.798,57 6. Perdagangan,Hotel &

Rest 72.774,00 22.143,48 20.010,01 30.620,51

7. Pengangkutan &

Kom 13.528,00 7.417,76 -3.989,58 10.099,82

8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers -10.839,00 3.295,99 -7.622,28 -6.512,72 9. Jasa-jasa 12.039,00 16.123,55 -12.963,77 8.879,21 Jumlah 103.940,00 65.692,33 2.587,78 35.659,89 Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2008 – 2009

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian -3.870,00 1.510,91 -330,40 -5.050,51

2. Pertambangan 566,00 0,00 0,00 566,00


(4)

4. Listrik, Gas & Air

bersih -1.656,00 93,24 841,89 -2.591,13

5. Konstruksi 1.599,00 2.421,78 3.166,36 -3.989,14 6. Perdagangan,Hotel &

Rest -6.180,00 12.969,11 -2.637,52 -16.511,59

7. Pengangkutan &

Kom -3.049,00 3.903,08 -7.835,12 883,04

8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers -304,00 1.048,82 -15,24 -1.337,58

9. Jasa-jasa -13.545,00 7.777,44 284,29 -21.606,72 Jumlah -9.582,00 33.920,60 1.565,13 -45.067,73

Hasil Shift Share Tenaga Kerja Tahun 2009 – 2010

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian -6.016,00 2.076,99 167,58 -8.260,56

2. Pertambangan 721,00 35,33 46,92 638,75

3. Industri Pengolahan -3.326,00 7.491,66 -18.476,26 7.658,60 4. Listrik, Gas & Air

bersih 3.368,00 39,70 -83,95 3.412,24

5. Konstruksi -841,00 3.816,18 -2.214,42 -2.442,76 6. Perdagangan,Hotel &

Rest 23.221,00 19.516,04 -8.690,38 12.395,35

7. Pengangkutan &

Kom -534,00 5.799,16 -10.471,63 4.138,47

8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers 5.320,00 1.590,50 -1.437,90 5.167,40

9. Jasa-jasa 40.652,00 11.089,35 37.400,15 -7.837,50 Jumlah 62.565,00 51.454,91 -3.759,90 14.869,99 Hasil Shift Share PDRB Tahun 2006 – 2007

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian 34.617,18 46.471,21 -12.951,89 1.097,86

2. Pertambangan -75,24 50,46 21,00 -146,69

3. Industri Pengolahan 249.131,46 282.755,47 -74.137,38 40.513,38 4. Listrik, Gas & Air

bersih -12.246,35 30.077,28 -29.131,18 -13.192,45 5. Konstruksi 193.692,80 207.910,30 26.484,50 -40.702,00 6. Perdagangan,Hotel &

Rest 431.776,30 502.058,83 47.102,42

-117.384,94 7. Pengangkutan &


(5)

8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers 472.381,29 254.465,29 203.682,13 14.233,86 9. Jasa-jasa 191.561,47 193.658,66 37.766,79 -39.863,97

Jumlah 2.118.469,68 1.880.314,58 356.101,03

-117.945,92 Hasil Shift Share PDRB Tahun 2007 – 2008

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian 27.548,10 45.246,22 -2.394,88 -15.303,24

2. Pertambangan -88,40 41,91 -1,75 -128,57

3. Industri Pengolahan 169.730,98 277.763,58

-150.817,37 42.784,77 4. Listrik, Gas & Air

bersih 19.144,69 27.069,05 -8.171,59 247,23

5. Konstruksi 258.773,63 204.911,46 54.722,93 -860,76 6. Perdagangan,Hotel &

Rest 431.231,77 492.518,85 -19.381,96 -41.905,13 7. Pengangkutan &

Kom 473.986,06 371.671,61 144.992,20 -42.677,74

8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers 428.629,01 265.839,65 203.891,28 -41.101,92 9. Jasa-jasa 212.072,45 191.577,97 92.432,08 -71.937,61

Jumlah 2.021.028,29 1.876.640,30 315.270,95

-170.882,96

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2008 – 2009

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian 30.697,06 37.304,55 -1.667,77 -4.939,72

2. Pertambangan 2,61 28,78 -20,67 -5,49

3. Industri Pengolahan 77.306,63 229.041,40

-104.250,54 -47.484,23 4. Listrik, Gas & Air

bersih 22.379,39 22.453,01 2.201,34 -2.274,96

5. Konstruksi 284.845,77 175.744,61 50.784,40 58.316,76 6. Perdagangan,Hotel &

Rest 689.335,69 412.736,29 29.074,84 247.524,55

7. Pengangkutan &

Kom 579.404,05 319.002,63 156.343,09 104.058,33

8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers 134.157,24 232.714,41 48.976,00

-147.533,18 9. Jasa-jasa 237.970,60 162.793,84 49.728,08 25.448,68


(6)

Jumlah 2.056.099,03 1.591.819,52 231.168,76 233.110,75

Hasil Shift Share PDRB Tahun 2009 – 2010

Sektor Gj Nj Pj Dj

1. Pertanian 5.374,81 48.621,86 -9.691,18 -33.555,86

2. Pertambangan -16,28 36,17 -2,72 -49,73

3. Industri Pengolahan 200.563,23 291.470,32 -84.088,57 -6.818,53 4. Listrik, Gas & Air

bersih 32.744,90 29.512,49 3.328,18 -95,77

5. Konstruksi 256.791,67 237.962,95 16.001,07 2.827,66 6. Perdagangan,Hotel &

Rest 760.347,42 560.149,50 14.279,65 185.918,28

7. Pengangkutan &

Kom 479.349,09 435.897,16 212.289,64

-168.837,71 8. Keuangan, Real E &

Jasa Pers 412.881,65 299.674,61 209.285,24 -96.078,20 9. Jasa-jasa 244.137,20 218.784,12 14.556,05 10.797,03

Jumlah 2.392.173,70 2.122.109,17 375.957,35

-105.892,83


Dokumen yang terkait

Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

6 50 204

Analisis Potensi Ekonomi Sub Sektor Industri Pengolahan Kota Tangerang Periode 2005-2010

2 15 161

Analisis potensi pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan non migas di provinsi Jawa barat periode 2005-2009

0 5 134

Analisis potensi sektoral Kabupaten/Kota di wilayah III Cirebon Tahun 2006-2012

0 5 168

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI DAERAHBERDASARKAN PENDEKATAN LOCATION QUOTIENT (LQ), SHIFT Analisis Pertumbuhan Sektor Ekonomi Daerah Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (Lq), Shift Share, Serta Tipology Klassen Di Kabupaten Karanganyar Tahun 201

0 7 16

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI DAERAHBERDASARKAN PENDEKATAN LOCATION QUOTIENT (LQ), SHIFT Analisis Pertumbuhan Sektor Ekonomi Daerah Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (Lq), Shift Share, Serta Tipology Klassen Di Kabupaten Karanganyar Tahun 201

0 2 19

ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN PONOROGO DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Ponorogo dengan Metode Location Quotient dan Shift Share Tahun 2011-2015.

0 2 15

ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN PONOROGO DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT DAN SHIFT SHARE Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Ponorogo dengan Metode Location Quotient dan Shift Share Tahun 2011-2015.

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Ponorogo dengan Metode Location Quotient dan Shift Share Tahun 2011-2015.

0 2 10

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Sleman dengan Metode Shift Share dan Location Quotient

0 1 9