ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR ( KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN SITUBONDO, KABUPATEN BONDOWOSO,).

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN TERHADAP
PEMBANGUNAN DAERAH J AWA TIMUR
(KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, KABUPATEN SITUBONDO)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaian Per syar atan
Dalam Memper oleh Gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Ekonomi Pembangunan

Oleh :

Muhammad Abdullah Hamdany
0811010037/FE/EP

Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

USULAN PENELITIAN
ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN
TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH J AWA TIMUR
(KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN
BONDOWOSO,KABUPATEN SITUBONDO DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT)

Yang Diajukan
Muhammad Abdullah Hamdany
0811010037/FE/EP

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

Tanggal : ................................

Drs.Ec.Wiwin Pr iana,MT

NIP:196008101990031001

Mengetahui
Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan

Dra Ec.Niniek Imaningsih,MP
NIP:196111201987032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

USULAN PENELITIAN
ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN
TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH J AWA TIMUR
(KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN
BONDOWOSO,KABUPATEN SITUBONDO DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT)

Yang Diajukan
Muhammad Abdullah Hamdany

0811010037/FE/EP

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Tanggal : ................................

Drs.Ec.Wiwin Pr iana,MT
NIP:196008101990031001

Mengetahui
Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan

Dra Ec.Niniek Imaningsih,MP
NIP:196111201987032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


USULAN PENELITIAN
ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN
TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH J AWA TIMUR
(KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN
BONDOWOSO,KABUPATEN SITUBONDO DENGAN
MENGGUNAKAN ANALISIS LOCATION QUOTIENT)

Yang Diajukan
Muhammad Abdullah Hamdany
0811010037/FE/EP

Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Tanggal : ................................

Drs.Ec.Wiwin Pr iana,MT
NIP:196008101990031001


Mengetahui
A/N Dekan Fakultas Ekonomi
Wakil Dekan 1

Drs.Ec.H.Rachman A.suwaidi,Msi
NIP:196003301986031003

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN TERHADAP
PEMBANGUNAN DAERAH J AWA TIMUR
( KABUPATEN J EMBER,KABUPATEN BONDOWOSO,KABUPATEN SITUBONDO )

Disusun Oleh :
MUHAMMAD ABDULLAH HAMDANY
0811010037/FE/IE
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh
Tim Penguji Skripsi J urusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 22 Februari 2013.

Pembimbing :
Pembimbing Utama :

Tim Penguji :
Ketua

Dr s.Ec.Wiwin Priana,MT

Dra.Ec.NiniekImaningsih, MP
Sekr etaris

Dr s. Ec. Wiwin Priana, MT
Anggota

Dra. Ec. Titiek Nurhidayati

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur,SE, MM
NIP. 030 202 389

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ANALISIS
LOCATION


QUOTIENT

PEMBANGUNAN

SWP

DAERAH

IV

TIGA

JAWA

TIMUR

KABUPATEN

TERHADAP


(KABUPATEN

JEMBER,

KABUPATEN SITUBONDO, KABUPATEN BONDOWOSO )
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam menempuh ujian dan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu segala masukan dan saran yang bersifat
menyempurnakan bagi skripsi ini penulis menerima dengan baik.
Dari awal penyusunan hingga terselesainya skripsi ini, penulis
menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


1. Bapak Dr.Ir Teguh Soedarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Drs. Ec. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Ibu Dra. Ec.Niniek Imaningsih,MP selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
4. Bapak Drs. Ec. Suwarno,ME selaku dosen wali yang telah membantu penulis
selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
5. Bapak Drs.Ec.Wiwin Priana,MT selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak menyediakan waktunya guna memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
6. Kepada Seluruh Bapak Dan Ibu Dosen, Staff Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah banyak membantu dalam studi
dan penyusunan skripsi.
7. Pimpinan dan Staf Instansi Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Timur
yang telah memberikan ijin dan data-data untuk mengadakan penelitian
dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua Orang Tuaku tercinta, kedua kakakku, adikku, dan teman-teman ku
aldila heidy kusama wardhani S.Sos,ike dewi permatasari,najwa salim
karaman S.Sos,sheila surya S.Sos,spiritualnya yang tulus kepada penulis,
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaikbaiknya.
9. Dan semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu penulis dalam memudahkan penyusunan skripsi ini,
saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, dan
karunia Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang diberikan.
Besar harapan bagi penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik
sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihakpihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, February 2013

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ... vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...ix
ABSTRAKSI……………………………………………………………………...x
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil PenelitianTerdahulu ................................................................. 9
2.2. Landasan Teori.................................................................................. 15
2.2.1. Pengertian Teori location quotient ........................................ 15
2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto ......................................... 21
2.2.2.1. Pendekatan PDRB ..................................................... 23
2.2.2.2. PDRB per kapita........................................................ 25
2.2.2.3. PDRB atas dasar Harga konstan ............................... 25
2.2.3. Pergeseran tahun dasar dan perubahan klasifikasi sektor .... 26
2.2.3.1. Latar belakang perubahan tahun dasar ..................... 27
2.2.3.2. Perubahan klasifikasi sektor ..................................... 28
2.2.3.3. Alasan pergseran tahun dasar dari 1983 ke 1993 .... 29

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4. Satuan wilayah pembangunan ............................................... 30
2.3. Kerangka Pikir .................................................................................. 31
2.4. Hipotesis ............................................................................................ 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ............................. 34
3.2. jenis dan sumber data ....................................................................... 41
3.2.1. Jenis Data ................................................................................ 41
3.2.2. Sumber data ............................................................................ 41
3.3. Teknik pengumpulan data ................................................................ 42
3.4. Analisis dan uji hipotesis.................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian………………………………………..45
4.1.1. Gambaran Umum Satuan Wilayah Pembangunan VI…......45
4.1.1.1. Kondisi Umum Kotamadya Jember...…………….45
4.1.1.1.1. Letak Geografis………………………...45
4.1.1.2. Kondisi Umum Kabupaten Situbondo ………..…...46
4.1.1.2.1. Letak Geografis…………………….......46
4.1.1.3. Kondisi Umum kabupaten Bondowoso…..……….47
4.1.1.3.1. Letak Geografis…………………………47
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………...49
4.2.1. Perkembangan PDRB Jawa Timur…………………..49
4.2.2. Perkembangan PDRB Sektoral Jawa Timur…………50
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis…………………………………53
4.3.1. Uji Locationt Quotient……………………………….53

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……………………………………………………….61
5.2. Saran……………………………………………………………...62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1

Kerangka Pikir........................................................................... 32

Gambar 2

Lahan Pertanian Mengalami Serangan Hama Tikus di Jember..

Gambar 3

Lahan Pertanian di Jember.........................................................

Gambar 4

Lahan Pertanian di Situbondo...................................................

Gambar 5

Para Petani Melakukan Penumbukan Padi di Situbondo.........

Gambar 6

Lahan Pertanian Mengalami Serangan Hama di Bondowoso..

Gambar 7

Lahan Pertanian di Bondowoso Masa Umur Padi Satu Minggu

Gambar 8

Perdagangan di Daerah Situbondo.............................................

Gambar 9

Perhotelan di Situbondo.............................................................

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1 : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur………....49
TABEL 2 : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Sektoral…………….50
TABEL 3 : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Jember.....52
TABEL 4 : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Situbondo52
TABEL 5 : Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Bondowoso..............................................................................................53
TABEL 7 : Uji Locationt Quotient Kabupaten Jember....…………………………..54
TABEL 8 : Uji Locationt Quotient Kabupaten Situbondo..........…………………....55
TABEL 9 : Uji Locationt Quotient Kabupaten Bondowoso......…………………….56
TABEL 10 : Uji Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Jember..………………….…...58
TABEL 11 : Uji Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Situbondo ................................59
TABEL 12 : Uji Indeks Fungsi Sektoral Kabupaten Bondowoso ..............................60

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : PDRB Jawa Timur.................................................................................
Lampiran 2 : PDRB dan Distribusi,Uji IFS Kabupaten Bondowoso.........................
Lampiran 3 : PDRB dan Distribusi,Uji IFS Kabupaten Situbondo...........................
Lampiran 4 : PDRB dan Distribusi,Uji IFS Kabupaten Jember................................
Lampiran 5 : PDRB Jember.......................................................................................
Lampiran 6 : Sektor Unggulan dan Non Unggulan Kabupaten Jember.....................
Lampiran 7 : Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten Jember...................................
Lampiran 8 : PDRB Situbondo.................................................................................
Lampiran 9 : Sektor Unggulan dan Non Unggulan Kabupaten Situbondo..............
Lampiran 10:Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten Situbondo............................
Lampiran 11:PDRB Bondowoso.............................................................................
Lampiran 12:Sektor Unggulan dan Non Unggulan Kabupaten Bondowoso...........
Lampiran 13:Sektor Basis dan Non Basis Kabupaten Bondowoso.........................

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SWP IV TIGA KABUPATEN
TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH J AWA TIMUR
( KABUPATEN J EMBER, KABUPATEN SITUBONDO,
KABUPATEN BONDOWOSO,)

MUHAMMAD ABDULLAH HAMDANY

Abstraksi

Pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan
memperkuat pemerintah daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi
daerah yang nyata, dinamis, serta bertanggung jawab. Agar tujuan dan usaha
pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah daerah
perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, mengembangkan metode untuk
menganalisis perekonomian suatu daerah penting sekali artinya dalam usaha
untuk mengumpulkan lebih banyak mengenai sifat-sifat perekonomian suatu
daerah dan mengenai proses pertumbuhan ekonomi daerah. Atas dasar
pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor
unggulan yntuk dijadikan prioritas pembangunan dengan mengambil studi
pada Satuan Wilayah Pembangunan IV (SWP) Propinsi Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
lembaga-lembaga terkait. Dalam menganalisis sektor-sektor yang akan
dijadikan unggulan agar dapat terarah pada pokok permasalahannya
digunakan uji Location Quotient dengan definisi operasional meliputi Produk
Domestik Regional Bruto Jawa Timur, Produk Domestik Regional Bruto
sektoral Jawa Timur, dan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten pada
Satuan Wilayah Pembangunan IV di Propinsi Jawa Timur.
Dengan uji Location Quotient pada Satuan Wilayah Pembangunan IV
yang terdiri dari Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian,
sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, gas, dan air bersih, Sektor
Konstruksi, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta
Sektor Jasa-jasa dapat ditentukan sektor-sektor yang merupakan sektor basis
yang ada di Satuan Wilayah Pembangunan IV. Hasil Analisis menunjukkan
bahwa Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Sektor Jasa-jasa merupakan
sektor basis di Satuan Wilayah Pembangunan IV.
Keywords:
Location Quotient, Produk Domestik Regional Bruto

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional yang bertujuan
untuk mencapai tujuan pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara tersebut bersumber pada pancasila dan berdasarkan
Undang-undang Dasar 1945. Wawasan Nusantara merupakan cara pandang
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik,
satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial dan budaya dan satu kesatuan
pertahanan dan keamanan.
Sebagai perwujudan Wawasan Nusantara, pembangunan daerah sebagai
bagian integral dari pembangunan nasional di arahkan untuk mengembangkan
daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar kota, antar
desa antara kota dan desa, antar sektor serta pembukaan dan percepatan
pembangunan kawasan tertinggal, daerah terpencil, daerah minus, daerah
kritis, daerah perbatasan, dan daerah terbelakang lainnya, yaitu disesuaikan
dengan prioritas daerah yang bersangkutan sehingga akan terwujud suatu pola
pembangunan yang merupakan perwujudan Wawasan Nusantara.
Pembangunan

daerah

bertujuan

meningkatkan

taraf

hidup

dan

kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang serasi dan terpadu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

baik antar sektor maupun antar pembangunan sektoral dengan perencanaan
pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya
kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air.
Dalam berbagai analisa dan penyidikan mengenai kegiatan ekonomi
ditinjau dari sudut penyebarannya di berbagai daerah, pengertian daerah dapat
di bedakan dalam tiga pengertian. Pengertian yang pertama menganggap
suatu daerah sebagai suatu space atau ruang dimana kegiatan ekonomi
berlaku dan di berbagai pelosok ruang tersebut sifat-sifatnya sama. Jadi batasbatasnya di antara satu daerah dengan daerah-daerah lainnya ditentukan oleh
titik-titik dimana kesamaan sifat-sifat tersebut sudah mengalami perubahan.
Persamaan sifat-sifat dapat di tinjau dari segi pendapatan perkapita
penduduknya, dari segi agama atau suku bangsa masyarakatnya ataupun dari
segi struktur ekonominya. Pengertian yang kedua, dan yang paling ideal
untuk di gunakan dalam analisa mengenai ekonomi ruang, mengartikan
daerah itu sebagai ruang ekonomi. Seperti di katakan oleh Allen dan
Maclellan : “ Perbatasan di antara berbagai daerah ditentukan oleh tempattempat dimana pengaruh dari satu atau beberapa pusat-pusat kegiatan
ekonomi di gantikan dengan pengaruh pusat dari lainnya. (Sukirno, 1976:2)
Daerah yang di batasi menurut pengertian ini di namakan dengan daerah
nodal, sedangkan daerah menurut pengertian pertama dinamakan daerah
homogen/homogeneus. Pengertian yang ketiga memberikan batasan suatu
daerah berdasarkan pembagian administratif dari suatu negara. Jadi menurut
pengertian terakhir suatu daerah merupakan suatu ekonomi ruang yang berada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

di bawah suatu administrasi tertentu suatu propinsi, kabupaten/kotamadya,
desa dan sebagainya. Daerah yang diartikan menurut pengertian ketiga ini
dinamakan daerah administrasi atau daerah perencanaan. (Sukirno, 1967:2)
Apabila membahas mengenai pembangunan daerah, pengertian ketiga
merupakan pengertian yang paling banyak digunakan. Lebih populernya
penggunaan pengertian tersebut disebabkan karena dua faktor. Pertama,
dalam melaksanakan kebijaksanaan dan rencana pembangunan daerah di
perlukan tindakan-tindakan berbagai badan – badan pemerintah, dengan
demikian akan lebih praktis apabila suatu negara dipecah menjadi beberapa
daerah ekonomi berdasarkan satuan administratif yang telah ada. Dan kedua,
daerah yang batasannya di tentukan berdasarkan satuan administratif lebih
mudah di analisa karena sejak lama pengumpulan data di berbagai daerah
dalam satu negara pembagiannya di dasarkan pada satuan administratif.
Walaupun kegiatan ekonomi tersebar di berbagai daerah dan negara,
sampai beberapa waktu yang lalu para ilmu ekonomi sangat sedikit sekali
dapat membuat analisa mengenai sebab-sebab dari terwujudnya perbedaan
corak kegiatan ekonomi di berbagai daerah maupun terhadap perbedaan
tingkat perkembangan di berbagai daerah. (Sukirno, 1967:2)
Negara-negara yang berusaha untuk mempercepat laju perkembangan
ekonominya,

biasanya analisa mengenai proses pembangunan akan

bertambah lengkap apabila memperhatikan juga corak kegiatan ekonomi di
tinjau dari sudut penyebarannya ke berbagai daerah. Betapa pentingnya
memperhatikan corak lokasi kegiatan ekonomi apabila menganalisa mengenai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

suatu perekonomian dinyatakan oleh Friedman dan Alonso sebagai berikut:
“Tanpa melihat dari sudut ruang analisa yang masih belum sempurna,
dapatlah di misalkan seperti proyeksi dua di mensi dari suatu benda yang
mempunyai tiga di mensi”. Suatu negara mempunyai peta bumi ekonomi
dengan puncak-puncak dan lembah-lembah, dengan daerah-daerah yang
padat dengan kehidupan dan daerah-daerah yang di tinggalkan, keputusan
mengenai dimana akan melaksanakan suatu proyek baru adalah sama
pentingnya dengan keputusan untuk menginvestasi dalam proyek tersebut.
Masalah-masalah

yang

berhubungan

dengan

keadilan

sosial

dalam

mendistribusikan hasil pembangunan ekonomi adalah sama pentingnya dan
sukarnya dipandang dari segi golongan masyarakatnya”. (Sukirno, 1976:3)
Pernyataan diatas dengan jelas menunjukkan bahwa analisa ekonomi
regional pada hakekatnya membahas mengenai kegiatan perekonomian di
tinjau dari segi sudut penyebaran kegiatan ekonomi ke berbagai lokasi dalam
suatu economic space atau ruang ekonomi tertentu, misalnya dalam suatu
negara atau suatu propinsi. Tetapi disamping itu analisa ekonomi regional
akan melibatkan dirinya pula dalam menganalisa ekonomi suatu daerah di
tinjau secara sektoral dan secara makro. Daerah tersebut dapat berupa satu
propinsi, satu kabupaten, satu daerah khusus tertentu satu kota besar yang
pembangunannya akan di galakkan. Analisa mengenai perekonomian kota
besar merupakan suatu cabang khusus dari analisa ekonomi regional dan
dikenal sebagai analisa urban/ urban economic.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Menganalisa perekonomian daerah merupakan pekerjaan yang lebih sulit
kalau di bandingkan dengan menganalisa perekonomian nasional. Keadaan
demikian timbul karena, pertama data mengenai daerah terbatas sekali,
apalagi kalau daerah-daerah di bedakan berdasarkan pengertian nodal.
Dengan data yang sangat terbatas tersebut, sukar untuk menggunakan metode
yang telah di kembangkan dalam memberikan gambaran mengenai
perekonomian suatu daerah. Kedua, data yang tersedia pada umumnya tidak
sesuai dengan data yang di perlukan dalam analisa daerah karena data yang di
kumpulkan tersebut kebanyakan di maksudkan untuk memenuhi keperluan
data untuk analisa ekonomi pada tingkat nasional. Akhirnya, data mengenai
perekonomian nasional akan mengakibatkan aliran-aliran, yang masuk
maupun keluar, dari suatu daerah dan sangat sukar di peroleh data – datanya.
Menentukan aliran modal dan perdagangan dari suatu daerah ke daerahdaerah lainnya merupakan satu contoh dari aspek-aspek yang dikemukakan
ini, atau dalam analisa mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi daerah dari masa ke masa, tulisan yang ada dapat di
bedakan diantara teori- teori mengenai masalah ekonomi dan pembangunan
daerah yang dipinjam dari teori yang ada mengenai perekonomian nasional
yang kemudian di sesuaikan dengan keadaan daerah, dan teori yang khusus di
kembangkan untuk menganalisa masalah ekonomi dan pembangunan daerah.
(sukirno, 1976:9)
Dengan

berbagai

pendekatan

itu,

pembangunan

nasional

dan

pembangunan daerah telah mencatat kemajuan yang sangat berarti. Tidak ada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

daerah yang maju tanpa kecuali. Namun dalam kenyataannya ada perbedaan
yang cukup tajam antara kemajuan suatu daerah dan daerah lainnya.
Perbedaan laju pembangunan antar daerah menyebabkan terjadinya
kesenjangan kemakmuran dan kemajuan antar daerah, terutama antar jawa
dan luar jawa, antara kawasan barat dan kawasan timur, dan antara perkotaan
dan pedesaan.
Sebagai akibat dari tingkat dan laju perkembangan yang tidak seimbang
itu, meskipun semua daerah akan memperoleh kemajuan sebagai hasil dari
pembangunan, tetapi karena tingkat landasannya sudah berbeda, maka tanpa
usaha khusus, dan kecenderungan pertumbuhan yang ada, kesenjangan akan
membesar. Mengatasi keadaan ini bukan pekerjaan mudah karena upaya itu
akan menentang “arus” yang kuat dan menjadi kendala yang tidak mudah
diatasi.
Pembangunan daerah agar tujuan usahanya dapat berhasil dengan baik,
maka pemerintah daerah perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu,
pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat
pemerintah daerah dalam rangka makin mantapnya ekonomi daerah yang
nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab.
Berdasarkan data-data diatas dalam mengembangkan metode- metode
untuk menganalisa peekonomian suatu daerah maka hal tersebut sangat
penting sekali artinya dalam usaha untuk mengumpulkan lebih banyak
pengertian mengenai sifat-sifat perekonomian suatu daerah dan mengenai
proses pertumbuhan ekonomi daerah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dapat dihitung dari
Produk Domestik Regional Bruto, yaitu merupakan rata-rata tertimbang dari
tingkat pertumbuhan sektoralnya. Artinya apabila sebuah sektor mempunyai
kontribusi besar dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat
tingkat perekonomian secara keseluruhan, sebaliknya, apabila sebuah sektor
mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, maka
sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga sektor
tersebut akan menjadi lokomotif pertumbuhan secara total sehingga tingkat
pertumbuhan ekonominya menjadi lebih besar.

1.2. Perumusan masalah
Berkaitan dengan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas
dengan melihat perkembangan dan manfaat pendapatan pada suatu wilayah
regional, maka masalah yang dapat di rumuskan adalah
1. Sektor-sektor Produk Domestik Regional Bruto yang dapat menjadi
prioritas pembangunan dengan mengambil studi pada Satuan Wilayah
Pembangunan IV Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur.
2. Sektor unggulan yang dapat dijadikan prioritas pembangunan pada satuan
Wilayah Pembangunan IV Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1

Untuk mengetahui sektor basis non basis yang dapat dijadikan prioritas
pembangunan pada Satuan Wilayah Pembangunan IV Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur.

2

Untuk mengetahui sektor unggul yang dapat dijadikan prioritas
pembangunan pada Satuan Wilayah Pembangunan IV Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur

1.4. Manfaat Penelitian
1.

Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan pertimbangan bagi pihak yang
terkait dan calon peneliti selanjutnya baik untuk penelahaan lebih lanjut
maupun sebagai bahan perbandingan.

2.

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi instansi-instansi terkait
dalam

mengambil

kebijaksanaan

pengembangan daerah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang

berhubungan

dengan

9

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-hasil penelitian terdahulu
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah
location quotion pernah disampaikan oleh:
1. Bagus Herwindro (UNAIR, 2000 : 14)
Judul penelitiannya adalah “ Analisis Ekonomi Regional Terhadap
Perkembangan Ekonomi di Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa Timur
(1993-1998) “. Skripsi tersebut membahas tentang ekonomi regional di
Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa Timur yang terdiri dari 6 daerah
kabupaten

dan

2

daerah

kotamadya

yaitu

Kabupaten

Trenggalek,Tulungangung,Kediri,Blitar,Jombang,Nganjuk, dan kotamdya
kediri serta blitar,dengan periode penelitian selama 6 tahun yakni mulai
tahun 1993 sampai dengan 1998.Skripsi ini didasarkan pada teori basisi
ekonomi dengan menggunakan analisis Location Quotient untuk
membedakan sektor-sektor perekonomian daerah menjadi 2, yaitu sektor
basis dan non basis.Dari analisis tersebut, maka dapat disusun skala
prioritas pengembangan sektor terpilih di Satuan Wilayah Pembangunan
VII jawa timur, maupun di tiap daerah tingkat II dalam Satuan Wilayah
Pembangunan VII Jawa Timur serta penentuan lokasi pengembangan tiaptiap sektor ekonomi pembangunan daerah. Hasil analisis location quotient
menunjukkan bahwa pertumbuhan di setiap sektor keunggulan kompetitif

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

tingkat perubahan yang positif di Satuan Wilayah Pembangunan VII Jawa
Timur
2.Yanuar Chumaidy Affan (Unair,2006:90)
Dengan penelitian yang berjudul “ Analisis potensi sektoral dalam
pengembangan satuan wilayah pengembangan VI tahun 1998-2003”.Dari
penelitian yang menggunakan analisis Location Quotient dan Shift Share
ini dapat diketahui bahwa sektor yang menjadi prioritas pembangunan di
Kabupaten/kota SWP VI adalah: sektor pertanian di Kabupaten Malang
dan Pasuruan; sektor pertambangan di Kabupaten Pasuruan;sektor industri
pengolahan di Kabupaten Pasuruan;sektor listrik air dan gas di Kota
Malang dan Pasuruan;sektor perdagangan di Kota Malang dan
Pasuruan;sektor angkutan di Kabupaten Malang,Kota Malang dan
Pasuruan;sektor keuangan di Kabupaten Malang dan sektor jasa-jasa di
Kabupaten

Malang

dan

kota

Pasuruan.

Diharapkan

dengan

memprioritaskan pembangunan sektor-sektor ini selanjutnya akan lebih
menumbuhkan perekonomian daerah Kabupaten/kota SWP VI,maupun
dalam tingkat regional Jawa Timur.

3. Ristyo Adi (Unair,2008:28)
Dengan penelitian yang berjudul “ Shift share tahun 1988-1996
dalam pertembuhan ekonomi di kawasan timur indonesia ”, penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan deskriptif bertujuan untuk menganalisis
pembangunan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia periode 1988-1996.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Alat analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode shift share, dimana metode ini membutuhkan sumber informasi
baik PDB nasional maupun PDRB tiap provinsi di kawasan timur
Indonesia. Dari hasil analisis tersebut dapat di ketahui bahwa pertumbuhan
ekonomi sektoral tiap provinsi di KTI dalam kaitanya dengan
perekonomian nasional dan dapat menjadi sumber informasi mengenai
daerah-daerah yang pertumbuhanya lambat di KTI. Oleh karena itu dari
penelitian yang bersangkutan dapat do peroleh dari hasil terdapat 6 sektor
yang memliki pertumbuhan cepat di tingkat nasional yaitu, sektor industri
pengolahan ; sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan; sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi,
dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Provinsi yang perlu
mendapat perhatian dari pemerintah adalah maluku, karena provinsi
tersebut termasuk dalam pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
rendah serta termasuk dalam kategori depresed region.

4. Ari Sulistiawan (Unair, 2005:18)
Dengan penelitian yang berjudul

“Analisis potensi sektoral di

Nusa Tenggara Timur periode 1995-1999”. Penelitian yang memakai
pendekatan kualitatif dengan menggunakan data terukur ini, memiliki
beberapa variabel yang diperguankan dalam penelitian diantaranya :
pendapatan domestik regional bruto, proposioanal shift, diferensial shift,
sektor ekonomi basis, dan sektor ekonomi non basis. Analisis yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dipergunakan dalam penelitian ini adalah analsis Location Quotient dan
analisis shift share. Kompilasi dua analisis tersebut dapat mengidentifikasi
sektor terpilih tersebut adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran di
Kabupaten Belu, Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, dan Kota Kupang.
Sektor listrik, gas dan air minum di Kabupaten Sikka, Kabupaten Endee,
Kabupaten Ngada dan Kota Kupang. Hasil lainya adalah daerah yang
dapat dijadikan pusat pertumbuhan yaitu Kabupaten Sikka, Kabupaten
Timor Tengah Selatan, Kabupaten Alor dan kota kupang.

5.Zakik (Unair, 2002 : 5)
Dengan judul penelitian “ Analisis Kebijakan Pembangunan
Regional di Jawa Timur Dalam Rangka Implementasi Otonomi Dareah
Tahun 1990-2000”. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari 37
pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Timur, dilakukan dari tahun 1990
sampai tahun 2000. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan
alat

analisis

berupa

formula-formula

yang

berhubungan

dengan

permasalahan yaitu ; Location Quotient, Wilkinsen Indeks, dan Shift Share.
Dari penelitian ini di peroleh hasil bahwa terjadinya kesenjangan
pertumbuhan ekonomi antar daerah di Jawa Timur sangat di pengaruhi
letak geografis, potensi daerah, investasi swasta, penerapan kebijaksanaan
pembangunan daerah yang kurang tepar serta tingkat ketergantungan yang
tinggi terhadap pemerintah pusat. Sedangkan penerapan kebijaksanaan
otonomi daerah belum menunjukan hasil yang siginifikan terhadap

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

pembangunan dan kemandirian daerah. Pemerintah daerah mengalami
kesulitan dalam menetapkan kebijksanaan daerahnya seiring dengan
pelimphan wewenang serta perimbangan dana dari Pemerintah Pusat. Hal
ini menunjukkan keadaan yang sama serta antara adanya kebijakan
otonomi daerah ataupun tidak.

6. Idham Nurcholid (Unair, 2000 : 7)
Dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh Sektor basis dalam
Pertumbuhan Ekonomi di Jawa timur Dengan Menggunakan Pendekatan
Export Base Model “. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur selama periode 1986-1997. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Export Base Model yang
dikemukakan oleh Douglas C. North. Dalam teori tersebut dinyatakan
bahwa ekspor merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi
daerah. Untuk itu perekonomian daerah dibagi menjadi dua sektor, yaitu
sektor basis (sektor ekspor) dan sektor non basis (sektor lokal). Untuk
mengetahui suatu sektor itu termasuk sektor basis dan sektor non basis
digunakan metode location quotient (LQ). Dari metode LQ diketahui
bahwa yang terus menerus menjadi sektor basis (LQ > 1) selama periode
1986-1997 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik,gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta
sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan
komunikasi menjadi sektor basis hanya pada tahun 1987-1989.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Untuk mengetahui dan menguji pengaruh ekspor sektor basis
terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, digunakan analisis regresi
sederhana melalui dua model, yaitu model linier dan model log-ganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh ekspor sektor basis terhadap
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah signifikan, baik yang dibentuk
secara linier maupun non linier (model log-ganda). Selain itu, hasil analisis
juga menunjukkan bahwa hubungan antara ekspor sektor basis dengan
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur adalah positif. Hal ini brarti ekspor
basis benar-benar berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur.

7. Ramli (Upn, 2004 : 52 )
Dengan penelitian yang berjudul “ Analisis Pengaruh beberapa
Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Melalui Strategi Dasar
Perencanaan Ekonomi Di Kabupaten Sidoarjo “. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan sektor-sektor
basis yang memberikan kontribusi terhadap tingkat pendapatan suatu
daerah serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,

maka

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sektor-sektor potensial
yang terdapat di daerah sehingga dapat memberikan masukan kepada
pemerintah daerah dalam menentukan strategi dasar perencanaan –
perencanan ekonomi untuk menghadapi otonomi daerah. Variabel-variabel
yang digunakan adalah pertumbuhan provinsi (N), baruan industri (M),

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

keunggulan kompetitif (C), laju pertumbuhan sektor di wilayah teliti (rij),
laju pertumbuhan sektor di provinsi (rin), laju pertumbuhan provinsi (rn),
pendapatan sektor diwilayah teliti (Yij), pendapatan sektor di provinsi
(Yin), pendapatan propivinsi (Yn). Variabel yang digunakan dalam
menentukan sektor basis adalah besaran suatu kegiatan tertentu di daerah
yang diteliti (vi), besaran total seluruh kegiatan di daerah yang di teliti
(vt), besaran suatu kegiatan tertentu dalam daerah yang lebih luas (Vi),
besaran total seluruh daerah yang lebih luas (Vt). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu PDRB Kabupaten Sidoarjo
dan PDRB Provinsi Jawa Timur atas dasar harga konstan 1993dari tahun
1991-2002 di peroleh dari BPS Jawa Timur. Alat analisis menggunakan
pendekatan analsisi shift share dengan model location quotient. Hasil
analisis shift share menunjukan tingkat perubahan yang positif di
Kabupaten Sidoarjo.

2.2.Landasan Teori Ekonomi Pembangunan
2.2.1. Teori location quotient
Logika dasar Location Quotient (LQ) adalah teori basis ekonomi yang
intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa untuk
pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar
daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. Secara umum metode analisis
LQ dapat diformulasikan sebagai berikut (Widodo, 2006).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

1. Teori Basis dan Non Basis
Teori ini dikembangkan berdasarkan teori perdagangan komparatif
dari David Ricardo dan John Stuart Mill. Dari studi empiric yang
dilakukan oleh Pfouts ( 1960 ) dalam rangka memisah misalkan
sektor-sektor basis dari yang bukan basis daerah perkotaan ternyata
dapat dipergunakan sebagai sarana memperjelas struktur daerah
tersebut, dalam hubungan ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi
dalam 2 golongan :
a. Kegiatan ekonomi/industri yang melayani kebutuhan akan
barang- barang dan jasa-jasa di daerah itu sendiri/daerah
swasembada maupun mengekspornya ke tempat-tempat diluar
batas-batas perkonomian daerah tersebut. Daerah yang
demikian disebut sebagai daerah Basis atau daerah Surplus.
b. Kegiatan ekonomi/industri yang hanya melayani kebutuhan
barang-barang dan jasa-jasa bagi masyarakat yang bertempat
tinggal di dalam batas-batas perekonomian daerah tersebut
atau bahkan masih harus mendatangkan barang kebutuhan
tersebut dari tempat/daerah lain karena masih kekurangan.
Daerah yang demikian ini disebut sebagai daerah non basis
atau daerah minus. Untuk menentukan suatu daerah kedalam
salah satu dari kedua golongan tersebut digunakan metode
Locationt Quotient (1.Q) yaitu dengan jalan membandingkan
peranan industri tersebut dalam perekonomian daerah tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan industri
yang sama dalam perekonomian regional. ( Glassen, 1997;63 )

2. Space Cost Theory
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith dari hasil studi
analisis tentang lokasi industri secara geografi. Dari analisanya ai
menerapkan suatu pendekatan yang terbukti lebih praktis terhadap
berbagai rumusan tentang teori lokasi industri. Menurut Adam Smith,
lokasi yang paling menguntungkan/efisien bagi suatu industri adalah
dimana penerimaan total lebih besar daripada biaya total atas dasar
asumsi maksimilasi laba dan output konstan, dan sebaliknya bila biaya
total ternyata lebih besar dari penerimaan total, maka lokasi tersebut
adalah merugikan/tidak efisien. Analisis ini dapat dipergunakan pula
untuk menentukan lokasi industri dengan memperhitungkan antara
faktor biaya dan pasar/permintaan. Dari segi pasar/permintaan antara
lain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat, letak industri
terhadap bahan mentah, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, sarana
transportasi dan komunikasi, faktor lingkungan dan pemerintah (pajak
dan subsidi).

3. Teori Lokasi Industri
Weber (1990) adalah orang yang pertama menggarap teori
tentang lokasi industri secara komprehensif. Teori lokasi dari weber ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

didasarkan dari penerapan teori Van Thunen yang berprinsip bahwa
pengusaha akan memilih lokasi yang paling kecil. Untuk itu Weber
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri atau
terbagi dalam 2 kelompok, yaitu:
a. Regional Factors, yang terdiri atas biaya pengangkutan dan tenaga
kerja.
b. Local

Factors,

yaitu

kekuatan-kekuatan

aglomerasi

dan

deglomerasi, terutama letak dan sifat bahan mentah.

4. Teori Tempat Sentral
Teori ini diperkenalkan oleh seorang geograf Jerman yang
bernama Christaller pada tahun 1933. Ia mengemukakan konsep
tentang pembentukan system kota, dari studi empiric konsep tersebut
dikembangkan dari teori-teori yang sudah ada pada waktu itu yakni
dari weber (1909) dan Thunen (1826). Dikatakan bahwa kota adalah
sebagai pusat atau sentralisasi kegiatan dari daerah sekitar yang
kemudian disebut tempat sentral, yang menghubungkan perdagangan
setempat dengan dunia luar. Sistem yang diciptakan didasarkan pada
dua factor lokasi yaitu biaya transfer dan aglomerasi ekonomi. Dasar
teori dari Christaller adalah bahwa pusat kota pada umumnya
merupakan pusat daerah yang produktif yang didukung oleh kondisi
tanah yang produktif karena berbagai jasa penting harus disediakan.
Dengan demikian tempat sentral atau pusat kota tersebut bertindak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

sebagai pusat layanan bagi daerah terbelakang/daerah komplementer
yitu mensuplainya dengan barang dan jasa. Selanjutnya penduduk kota
alam menyebar membentuk hierarki perkotaan yang merupakan sarana
yang efisien untuk administrasi dan alokasi sumber kepada daerahdaerah. Dengan demikian distribusi ruang dari pusat-puat kota ini akan
menimbulkan dominasi dan polarisasi.

5. Teori Kutub Pertumbuhan
Teori ini dikembangkan berdasarkan teori tempat sentral perroux
(1950).

Konsep-konsep

dasar

dan

penyempurnaan

serat

pengembangan teori ini dilakukan oleh Perroux, ‘f, Boudenville,
arsyad,kadariah (1999). Dari berbagai tulusan para ahli mengenai
kutub

pertumbuhan

tersebut,

konsep-konsep

ekonomi

dasar

perkembangan geografiknya dapat didefinisikan sebagai berikut :
Menurut Arsyad (1999: 148) bahwa inti dari teori Perroux ini adalah
sebagai berikut
1. Dalam proses pembangunan akan muncul industri unggulan yang
merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu
daerah karena keterkaitan antara industri (forward linkage dan
backward linkage), maka perkembangan industri unggulan akan
mempengaruhi perkembangan industri lainnya yang berhubungan
erat dengan industri unggulan tersebut;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat
pertumbuhan

ekonomi,

karena

pemusatan

industri

akan

menciptakan pola konsumsi yang berbeda antardaerah sehingga
perkembangan

industri

di

daerah

akan

mempengaruhi

perkembangan daerah-daerah lainnya;
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif
aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif
yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat
pertumbuhan.

Daerah

yang

relatif

maju

atau aktif akan

mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif. Diharapkan dari
ide ini adalah munculnya trickle down effect dan spread effect.
Boudeviile (1978: 12) menyatakan bahwa kutub pertumbuhan regional
sebagai kelompok industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi
di daerah perkotaan akan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi
daerah sekitarnya yang berada dalam cakupannya. Hubungan positif
ini diharapkan dapat mengangkat pertumbuhan daerah sekitarnya yang
mempunyai keterbatasan dalam sumbernya.
Menurut Kadariah (1985: 24) bahwa kutub pertumbuhan dapat
diartikan sebagai berikut:
1.Arti fungsional, growth pole digambarkan sebagai suatu kelompok
perusahaan cabang industri atau unsur-unsur dinamis yang
merangsang kehidupan ekonomi. Hal terpenting di sini adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

adanya permulaan dari serangkaian perkembangan dengan efek
multipliernya;
2. Arti geografis, diartikan sebagai

suatu pole atraction yang

menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berkumpul
disuatu tempat

tanpa adanya hubungan antara usaha-usaha

tersebut. Namun tidak berarti bahwa growth pole yang fungsional
tidak mempunyai pengaruh.
growth pole

merupakan potensi perkembangan bagi unsur-unsur

ekonomi yang ada dan dapat menarik unsur-unsur ekonomi yang tidak
ada,

sehingga

dapat

menimbulkan

permulaan

suatu

proses

perkembangan. Berdasarkan alasan tersebut growth pole sering
dijadikan peralatan kebijakan ekonomi terutama pada negara-negara
yang sedang berkembang.

2.2.2. Produk Domestik Regional Bruto
1. Menurut Sukirno (1991:165) Produk Domestik Bruto didefinisikan
sebagai jumlah nilai tambah bruto dari semua sektor dan diperoleh
dari sebagian selisih antara nilai bruto yang dinilai atas dasar harga
konstan yang diterima oleh produsen dikurangi pemakaian bahan baku
dan penolong yang dinilai atas dasar pembelian.
2. Gross Domestik Bruto (Produk Domestik Bruto) adalah nilai barang
jadi yang dproduksi dalam negeri ( Doernbusch dan Fisher, 1992:30 )

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

3. Menurut Rosyidi (1997:342), salah satu pengukuran Produk Domestik
Bruto, adalah dengan menghitung seluruh pengeluaran untuk
penelitian barang dan jasa yang dihasilkan oleh Negara yang
bersangkutan yaitu :
a. Konsumsi rumah tangga
b. Konsumsi Pemerintah
c. Investasi pemerintah dan swasta
d. Ekspor barang dan jasa
e. Import barang dan jasa
4. GDP (Gross Domestic Product), merupakan cara untuk mengukur
output total menurut harga factor produksi di dalam negeri dengan
cara menjumlahkan nilai tengah dari setiap produksi. (Lipsey,dkk,
1995:50)
5. Produk Domestik Bruto adalah jumlah barang dan jasa akhir dikali
harga sebagai alat produksi barang-barang dan jasa-jasa suatu Negara
ditambah dengan hasil produksi barang dan jasa orang-orang dan
perusahaan-perusahaan asing. (Partadireja, 1998:50).
6. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:50), yang dimaksud dengan
permintaan agregat (output total) adalah jumlah barang dan jasa yang
akan dibeli oleh konsumen perusahaan dan pemerintah, pada tingkat
harga tertentu, pendapatan tertentu, serta variabel-variabel ekonomi
lainnya. (Suparmoko, 1998:205)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanp

Dokumen yang terkait

ANALISIS INTEGRASI WILAYAH SECARA EKONOMI DAN SPASIAL DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN JEMBER DALAM SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROVINSI JAWA TIMUR

0 13 19

ANALISIS INTEGRASI WILAYAH SECARA EKONOMI DAN SPASIAL DI KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BONDOWOSO DI SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROPINSI JAWA TIMUR

0 8 16

ANALISIS INTEGRASI WILAYAH SECARA EKONOMI DAN SPASIAL DI KABUPATEN SITUBONDO DAN KABUPATEN BONDOWOSO DI SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROPINSI JAWA TIMUR

0 4 1

Analisis potensi sektoral Kabupaten/Kota di wilayah III Cirebon Tahun 2006-2012

0 5 168

ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE.

0 0 93

ANALISIS LOCATION QUOTIEN DAN TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK, KABUPATEN TULUNGAGUNG, KABUPATEN KEDIRI, DAN KOTA BLITAR YANG TERDAPAT DI DALAM SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN VII (SWP VII) PROVINSI JAWA TIMUR.

1 1 99

ANALISIS EKONOMI REGIONAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROPINSI JAWA TIMUR ( KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN SITUBONDO, KABUPATEN BONDOWOSO,).

0 0 76

ANALISI EKONOMI REGIONAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV PROVINSI JAWA TIMUR ( KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, KABUPATEN SITUBONDO) (DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS LOCATION QUOTION)

0 0 21

ANALISIS LOCATION QUOTIEN DAN TIPOLOGI DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK, KABUPATEN TULUNGAGUNG, KABUPATEN KEDIRI, DAN KOTA BLITAR YANG TERDAPAT DI DALAM SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN VII (SWP VII) PROVINSI JAWA TIMUR.

0 0 15

ANALISIS EKONOMI REGIONAL SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN IV (KABUPATEN JEMBER, KABUPATEN BONDOWOSO, DAN KABUPATEN SITUBONDO) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SHIFT SHARE

0 0 23