Analisis potensi Ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon Periode 2004-2008

(1)

ANALISIS POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN SERANG

DAN KOTA CILEGON PERIODE 2004-2008

Disusun Oleh Resnawati 106084002755

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN SERANG DAN KOTA CILEGON PERIODE 2004 – 2008

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh RESNAWATI NIM: 106084002755

Dibawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid. MS Utami Baroroh, M.Si

NIP.195706171985031002

JURUSANILMU EKONOMI STUDIPEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Jum'at Tanggal 03 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Resnawati NIM: 106084002755 dengan judul Skripsi " ANALISIS POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN SERANG DAN KOTA CILEGON PERIODE 2004-2008 ". Memperhatikan penampilan mahasiswi tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 September 2010

Penguji Ujian Komprehensif

Fitri Amalia, M.Si Fitri Amalia, M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(4)

Hari ini Kamis Tanggal 9 Bulan Desember Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Resnawati, NIM: 106084002755 dengan judul skripsi "ANALISIS POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN SERANG DAN KOTA CILEGON PERIODE 2004-2008" Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian beriangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeisitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Desember 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Utami Baroroh, M.Si

Penguji Ahli Sekretaris

Dr. Ir. Roikhan Mochamad Aziz M.M M. Hariana I. Putra M.Si


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Resnawati Nim : 106084002755

Jurusan : Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan/IESP

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 03 Desember 2010


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Resnawati

2. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 22 Oktober 1988 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat : Kios Bunga “ Trubusku ”

Jalan. Cilegon-Serang, Rt.01/002, Kec.Toyomerta, Serang-Banten

6. Telepon : 0856 240 31 209/0878 825 454 04 7. Email : Loveely_nna@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Kedaleman 1 Cilegon, Lulus 2000 2. SLTP Negeri 5 Cilegon, Lulus 2003 3. SMA Negeri 3 Cilegon, Lulus 2006

4. Universitas Islam Negeri Jakarta, Lulus 2010 III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Primagama Cilegon, Tahun 2005 2. ILP Gintung, Tahun 2007

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : H. Darsono 2. Ibu : Hj. Sukawati

3. Alamat : Kios Bunga “ Trubusku ” Jalan. Cilegon-Serang Rt.01/002, Kec.Toyomerta, Serang-Banten

4. Telepon : 081 310 30 80 62


(7)

Analysis of Economic Potency in Serang Regency And Cilegon Town for the 2004-2008 Periods

by Resnawati Abstract

This research is an attempt to figure out regional potencies that have influences towards the economic growth in Serang regency and Cilegon town for the 2004-2008 periods, as well as the contribution of those potential sectors for the regional economic growth. The data used for the research are the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Serang regency, Cilegon town and Banten province for the 2004-2008 periods. The research also used the Location Quotient (LQ) analytical tool and is completed with the Shift Share analysis, which is functioned to figure out superior sectors in the analyzed region.

Basic sectors with the highest LQ average in the Serang regency are development (2,03 percent), agricultural and services, processing industries, financial, tenancies as well as corporate services. Meanwhile, basic sectors in Cilegon are electricity, gas and clean water, with an average LQ of 2,20 percent, and 1,28 percent for the processing industry sector. The results of the Shift Share analytical method applying the differential growth (Dj) component in nine sectors

in the Serang regency has indicated that the nine sectors have a slower growth compared to those in the Banten Province. Therefore, the nine sectors have low competitiveness and do not have a growth potential to boost the economic growth in the Serang regency. Meanwhile, six sectors have a positive average value based on the Proportional (Pj) growth component, indicating that the Serang

regency specializes in the same sector with the fast-growing sectors in Banten’s economy.

The Shift Share analytical method using a differential (Dj) growth

component has shown that three indicated sectors in Cilegon, i.e., processing industrial sector with an average (Dj) of 80952,90, trading, hotel and restaurants

with an average (Dj) of 30518,05 as well as services with 30518,05, growing

faster than the same economic sectors in Banten. Meanwhile, the proportional (Pj) growth component has shown that six sectors have positive average growth.


(8)

ANALISIS POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN SERANG DAN KOTA CILEGON PERIODE 2004 – 2008

Oleh: Resnawati Abstrak

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk mengetahui potensi-potensi daerah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serang dan Kota Cilegon selama tahun 2004 hingga tahun 2008, dan seberapa besar sumbangan sektor-sektor potensial tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Data yang digunakan yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dan Provinsi Banten tahun 2004 hingga tahun 2008. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis Location Quotient (LQ) yang dilengkapi analisis Shift Share, yang berguna untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di daerah analisis.

Untuk Kabupaten Serang yang merupakan sektor basis dengan rata-rata LQ terbesar yaitu sektor bangunan dengan LQ rata-rata sebesar 2,03 %, kemudian sektor pertanian lalu sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan pada Kota Cilegon sektor basis dimiliki oleh sektor listrik, gas dan air bersih dengan LQ rata-rata 2,20 % dan sektor industri pengolahan dengan rata-rata LQ sebesar 1,28 persen. Hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen pertumbuhan differential (Dj) pada Kabupaten Serang dari 9 sektor terindikasi bahwa ke-9 sektor tersebut

tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Provinsi Banten sehingga ke-9 sektor tersebut memiliki daya saing rendah dan tidak berpotensi untuk dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Serang, sedangkan komponen pertumbuhan proportional (Pj) menunjukkan bahwa

terdapat 6 sektor yang memiliki nilai rata-rata positif, hal ini berarti Kabupaten Serang berspesialisasi pada sektor yang sama dengan sektor yang tumbuh cepat di perekonomian Provinsi Banten.

Hasil metode analisis Shift Share menggunakan komponen pertumbuhan differential (Dj) pada Kota Cilegon terdapat 3 sektor yang terindikasi bahwa ke-3

sektor tersebut yaitu sektor industri pengolahan dengan (Dj) rata-rata 80952,96

dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan (Dj) rata-rata 30518,05 serta

sektor jasa-jasa yang (Dj) rata-ratanya adalah 167,27, tumbuh lebih cepat

dibandingkan sektor ekonomi yang sama dengan Provinsi Banten. Sedangkan komponen pertumbuhan proportional (Pj) menunjukkan bahwa terdapat 6 sektor

yang memiliki nilai rata-rata positif.


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:

1. Ayahanda H. Darsono dan Ibunda Hj. Sukawati, atas doa dan kasih sayang yang tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti.

2. Adik aku, si hitam nan bawel Saraswati meskipun sering berdebat, tetapi dede saras telah mensuport dan meluangkan waktu untuk menemani teteh Resna

dalam „merefresh‟ otak.

3. Ahmad Fauzi, yang telah menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat, terimakasih untuk waktu, tenaga dan cintanya, bagian warna terindah kehidupan yang pernah dimiliki dan tidak akan terlupakan. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membaca, mengoreksi dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.


(10)

5. Ibu Utami Baroroh, M,Si., selaku dosen pembimbing II yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terimakasih ibu cantik atas bimbingan, jasa dan support tiada henti yang ibu telah berikan.

6. Bapak Dr. Ir. Roikhan Mochamad Aziz M.M dan Bapak M. Hartana I. Putra M.Si selaku dosen penguji skripsi, terimakasih atas ilmunya.

7. Bapak Drs. Lukman, M.Si selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Bapak Zuhairan, Ibu Fitri Amalia, Bapak Tony Candra, Bapak Nurberlian, Bapa Agung, Bapa Abbas, Ibu Rahmawati dan Ibu Isna yang telah memberikan motivasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi dan masa perkuliahan.

9. Seluruh Staf dan karyawan/karyawati khususnya Ibu Lili, Ibu Siska, Ibu Dewi dan Bapak Amminudin, yang telah membantu penulis hingga saat ini.

10.H. Sajam kakek tercinta, Om Nara, Tante Nia, keponakanku Adam dan Tegar, Om Sukma, Om fata, Hj. Dasem, Endang, Sumeri, untuk doanya, dukungan yang tidak henti dan nenek terbaik Hj. Sawana (alm).

11.Persahabatan Bertujuh, Ayu, Amel, Ririn, Ael, Fauzy Tetot dan Adam, terimakasih untuk persahabatan yang tidak akan hilang oleh waktu, jarak serta untuk setiap kebahagian dan kesedihan yang telah kita lalui dan bagi bersama.

Friendship Never End”

12. Keluarga Besar Gujeg: Hj. Rakayah (alm), H. Tulis, Mimi Kaji, Yayu, Sawini, Bapa Embem, Bapak Us, Bapak Sajut, Om Tampidi dan Keluarga, Bunda Tuti, Tante Ida, Om Ras, Tante En, Mimi Ci, Tante Sukila, terimakasih doanya.

13. Saudara-saudaraku, ka Indra, Ulvi, Ririn dan Retna, Aziz, Aris, terimakasih. 14.Keluarga Besar Kost Cantik, yang menjadi „2ndHome‟ selama empat tahun

bagi peneliti, beserta kekasi hati pujaan bangsanya. Lebih khususnya kepada Tika untuk ilmu dan tuntunanya, Fatmi Ucup, Lela Umam, Dilas Doi, Uwi Abi, Zee Jamil, Leni Awal, Anis Sutan yang memberikan suport dan menemani penulis


(11)

15.dalam menyelesaikan skripsi ini dan Juniorku, Dewi Ola, Iceh, Maya Tresna, Lilis Reza, Fany Mul, Putri Rizky.

16.Untuk Bubble, Reny, Yaz, Ledy, Arin, Lany, Yuli, Mya, Dita, Uum, yang telah memberikan suport yang tiada henti, terimakasih untuk setiap doanya. 17.KKN 78, Boi, Adit, Oday, Akbar, Akew, Pay, Andi, Kusai, Budi, Anjar, Dafi

dan Haris, yang melengkapi silatuhrami bermakna di akhir semester.

18.Rekan-rekan mahasiswa IESP, khususnya Angkatan 2006 IESP A, Hadafi, Asri, Isti, Feby, Andra, serta Safitri, Abu, Yanti, Awang, untuk diskusi beserta supportnya dan adik-adik IESP, Angga, Aryo, HollyKey atas doanya khususnya JB Sukma dan Slamet yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu.

19.HMI Ciputat, Khususnya KAFEIS, Adi Komba, Bang Oji, Bang Taka, Bang Sugi, Bang Hafis, Bang Eko, Hany, Fauzi, Bande, Wasis, Dila, Arin, Yudhina,

Adha, Dendi, Bopeng, Sony, Fahmi, Hafa dan seluruh anggota “YAKUSA”

lanjutkan perjuangan kita.

20.Fajar beserta keluarga, yang selalu mensuport serta mas Reza, Dara, Iyu, Bagus, terimkasih telah menjadi pendengar setia penulis dalam segala hal. 21.Untuk Miss Fitri, Diaz dan Elok Computer, khususnya „Uda‟, terimakasih

untuk bantuanya terhadap penulis.

22.Seluruh teman SD Kedaleman, SMP N 5 dan SMA N 3 Khususnya Ririn, Rendy dan Jaka terimakasih ya teman atas bantuan dan suportnya.

23.Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi.

Kami berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.

Jazákumullah Khoiron Katsiron.

Ciputat, Desember 2010


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Manfaat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 9

1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 12

2. Model Basis Ekonomi ... 16

B. Landasan Teori ... 17


(13)

2. Teori Pembangunan Daerah ... 18

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 19

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 22

a. Teori Ekonomi Klasik ... 23

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik ... 24

c. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional ... 25

d. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan ... 26

e. Teori Basis Ekonomi ... 27

C. Penelitian Terdahulu ... 33

D. Kerangka Pemikiran ... 40

E. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup ... 43

B. Metodologi Penentuan Sampel ... 43

1. Library Research ... 43

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis ... 44

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

1. Kabupaten Serang ... 55

a. Keadaan Geografis ... 55


(14)

c. Pemerintahan ... 59

d. Pendidikan ... 59

e. Kesehatan ... 60

2. Kota Cilegon ... 60

a. Keadaan Geografis ... 60

b. Kependudukan ... 62

c. Pemerintahan ... 63

d. Pendidikan ... 63

e. Kesehatan ... 64

B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi ... 64

1. Analisis Perkembangan PDRB ... 65

a. Kabupaten Serang ... 65

b. Kota Cilegon ... 66

2. Analisis Location Quotient (LQ) ... 66

a. Kabupaten Serang ... 67

b. Kota Cilegon ... 70

3. Analisis Shift Share (SS) ... 72

a. Kabupaten Serang ... 73

b. Kota Cilegon ... 78

4. Tipologi Sektoral ... 82

C. Pembahasan ... 85

1. Pembahasan Per Sektor Kabupaten/Kota Analisis ... 85

a. Kabupaten Serang ... 85


(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman 1.1 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten

Serang Atas Dasar Harga Berlaku 5

1.2 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto di Kota

Cilegon Atas Dasar Harga Berlaku 5

1.3 Perbedaan Masing-masing Daerah Analisis 6

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 39

4.1 Luas Daerah di Kabupaten Serang 56

4.2 Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administratif

Kota Cilegon 62

4.3 Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2004-2008 Kabupaten Serang Menurut Sektor

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 65

4.4 Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2004-2008 Kota Cilegon Menurut Sektor Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 66

4.5 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten

Serang 67

4.6 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Cilegon 70 4.7 Komponen Shift Share (SS) Kabupaten Serang 73


(17)

4.8 Komponen Pertumbuhan Proposional (Pj) Kabupaten

Serang 75

4.9 Komponen Pertumbuhan Differensial (Dj) Kabupaten

Serang 77

4.10 Komponen Shift Share (SS) Kota Cilegon 78

4.11 Komponen Pertumbuhan Proposional (Pj) Kota Cilegon 80

4.12 Komponen Pertumbuhan Differensial (Dj) Kota Cilegon 81

4.13 Makna Tipologi Sektor Ekonomi 84

4.14 Analisis Sektor Pertanian Kabupaten Serang 85 4.15 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten

Serang 86

4.16 Analisis Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Serang 88 4.17 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten

Serang 89

4.18 Analisis Sektor Bangunan Kabupaten Serang 90 4.19 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Kabupaten Serang 91

4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Kabupaten Serang 93

4.21 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan Kabupaten Serang 94

4.22 Analisis Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Serang 95


(18)

4.24 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian Kota

Cilegon 98

4.25 Analisis Sektor Industri Pengolahan Kota Cilegon 99 4.26 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kota Cilegon 101

4.27 Analisis Sektor Bangunan Kota Cilegon 102

4.28 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota

Cilegon 103

4.29 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kota

Cilegon 104

4.30 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan Kota Cilegon 106


(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran 41 3.1 Bagan Kerangka Peranan Potensi Ekonomi 53

4.1 Piramida Penduduk Kabupaten Serang 58

4.2 Peta Kota Cilegon 61


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman I Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Banten,

Kabupaten Serang dan Kota Cilegon Atas Dasar

Harga Konstan 2000 116

II Hasil Perhitungan Location Quotent Kabupaten

Serang 118

III Hasil Perhitungan Location Quotient Kota Cilegon 121 IV Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Kabupaten

Serang 124

V Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Kota

Cilegon 126

VI Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kabupaten Serang 128

VII Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share

(Nj) Kota Cilegon 130

VIII Hasil Perhitungan Komponen Differensial Shift (Dj)

Kabupaten Serang 132

IX Hasil Perhitungan Komponen Differensial Shift (Dj)

Kota Cilegon 135

X Hasil Perhitungan Komponen Proposional Shift (Pj)


(21)

XI Hasil Perhitungan Komponen Proposional Shift (Pj)

Kota Cilegon 139

XII Hasil Perhitungan Rata-Rata Komponen Shift Share

Kabupaten Serang 142

XIII Hasil Perhitungan Rata-Rata Komponen Shift Share

Kota Cilegon 144

XIV Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten Serang 146 XV Checking Perhitungan Shift Share Kota Cilegon 147


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahtraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai wujud peningkatan kesejahtraan lahir maupun batin secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, bersama sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah. (Fahrurrazy, 2009:11).

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Arsyad, 2010:374).

Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam pembangunan daerah dapat terlaksana dengan kondusif, karena ditunjang adanya otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua produk undang-undang, yaitu UU. No.22


(23)

Tahun 1999 (sekarang UU tersebut diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan UU. No 25 Tahun 1999 (sekarang diganti dengan UU No. 33 Tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Lahirnya undang-undang tersebut disambut positif oleh banyak kalangan dengan segenap harapan bahwa melalui otonomi daerah akan dapat merangsang terhadap adanya upaya untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimiliknya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di daerahnya, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat.

Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan, baik dalam penyusunan evaluasi pembangunan ekonomi di daerah yang telah dilaksanakan maupun dalam perumusan perencanaan di masa yang akan datang. (Dini, 2007:2).


(24)

Sejak Tahun 2001, dengan diberlakukanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah Daerah (sekarang UU tersebut diganti dengan UU No.32 Tahun 2004), maka pembangunan daerah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara terus-menerus untuk menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Adanya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan menuntut pihak pemerintah daerah untuk lebih mengutamakan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta sektor potensi daerah.

Dini (2007:4), mengemukakan bahwa pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan ekonomi daerah, keberhasilan pembangunan tidak lagi hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik materil dan non materil. Agar dapat memenuhi kriteria luas dan strategi tersebut, maka pelaksanaan pembangunan harus diawali berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran-sasaran yang mempunyai nilai strategis dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra kedua daerah dengan membangun sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua daerah.

Studi mengenai pertumbuhan ekonomi disuatu daerah oleh beberapa peneliti telah dilakukan, salah satunya Dini (2007), dimana peneliti menganalisis pertumbuhan ekonomi ekonomi yang melibatkan satu wilayah


(25)

Berpedoman pada penelitian terdahulu tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan studi yang sama namun dengan cakupan daerah yang lebih luas. Dua daerah di provinsi Banten dipilih untuk studi ini, yaitu Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Alasan memilih kedua daerah tersebut sebagai lokasi dari studi penelitian ini karena pada masing-masing daerah mempunyai karakteristik ekonomi yang berbeda.

Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu daerah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah.

Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing daerah, dimana sektor perekonomian diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yang terdiri dari 9 (sembilan) sektor, yaitu: (1) Sektor Pertanian, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian, (3) Sektor Industri Pengolahan, (4) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, (5) Sektor Bangunan, (6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, (7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta (9) Sektor Jasa-Jasa.

Berikut ini adalah tabel Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha dalam perekonomian Kabupaten Serang dan Kota Cilegon selama 2004 s.d. 2008


(26)

Tabel 1.1

Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 s.d. 2008 (Persentase)

Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 13,97 13,63 13,39 15,26 15,38

Pertambangan & Penggalian 0,06 0,06 0,06 0,08 0,08 Industri Pengolahan 49,21 48,41 47,72 63,02 61,70 Listrik, Gas & Air Bersih 5,15 4,91 4,62 5,14 4,84

Bangunan 6,30 6,43 6,59 2,17 2,29

Perdagangan, Hotel & Restoran 10,43 10,61 10,75 6,55 7,32 Pengangkutan & Komunikasi 3,37 3,75 4,05 2,96 3,14 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,16 4,10 4,45 2,26 2,44

Jasa-jasa 8,08 8,10 8,37 2,56 2,82

Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Serang berbagai edisi.

Tabel 1.2

Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota Cilegon Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 s.d. 2008 (Persentase)

Sektor 2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian 2,62 2,49 2,37 2,28 2,24

Pertambangan & Penggalian 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 Industri Pengolahan 59,32 59,13 59,24 58,47 57,50 Listrik, Gas & Air Bersih 12,14 11,85 10,62 9,60 8,63

Bangunan 0,44 0,46 0,47 0,50 0,54

Perdagangan, Hotel & Restoran 11,94 12,53 13,58 14,93 16,51 Pengangkutan & Komunikasi 9,01 8,94 8,91 9,03 9,22 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,07 3,13 3,29 3,60 3,72

Jasa-jasa 1,38 1,38 1,42 1,51 1,58

Total PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kota Cilegon berbagai edisi.

Peranan setiap sektor ekonomi dalam perekonomian dapat kita ketahui dengan angka distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) seperti yang tertera pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Menurut tabel 1.1 dan 1.2, terlihat bahwa sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan paling rendah baik dalam perekonomian Kabupaten Serang maupun Kota Cilegon


(27)

yang pada tahun 2004 sebesar 0,06 persen untuk Kabupaten Serang dan 0,08 persen untuk Kota Cilegon.

Sementara konstribusi terbesar dalam perekonomian kedua daerah disumbang oleh sektor Industri Pengolahan yang mempunyai sumbangan paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Serang hingga mencapai angka sekitar 49,21 persen dan Kota Cilegon mempunyai persentase lebih besar hingga angkanya mencapai 59,32 pada tahun yang sama dibandingkan dengan Kabupaten Serang. Ketimpangan seperti ini tidak hanya terjadi pada tahun 2004 tetapi sudah terjadi pada beberapa tahun sebelumnya. Secara karakteristik keduanya memiliki perbedaan meskipun berada dalam satu provinsi yaitu:

Tabel 1.3

Perbedaan Kabupaten Serang dan Kota Cilegon

No Kabupaten Serang Kota Cilegon

1 Berbentuk sebuah kabupaten, yang terdiri dari 28 kecamatan.

Berbentu sebuah kota dengan jumlah kecamatan lebih sedikit yaitu 8 kecamatan.

2 Jumlah penduduk lebih padat dengan luas daerah yang lebih besar 1. 734,09 Km2.

Jumlah penduduk relatif padat akan tetapi luas daerah lebih sempit 175,50 Km2.

3 Dengan daerah yang lebih luas maka luas lahan yang

dimanfaatkan untuk

perekonomian lebih besar.

Berbatasan langsung dengan akses penghubung Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Dengan kondisi distribusi dan karakteristik diatas terlihat jelas bahwa kedua daerah mempunyai potensi ekonomi dan sumberdaya yang berlainan. Berdasarakan uraian diatas maka penelitian ini akan menganalisis potensi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon pada tahun 2004-2008.


(28)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas muncul pertanyaan-pertanyaan yang perlu mendapat jawaban dari penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perkembangan PDRB selama 5 tahun pada masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon ?

2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah analisis yaitu Kabupaten Serang dan Kota Cilegon?

3. Sektor-Sektor ekonomi mana yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Mengetahui perkembangan PDRB selama 5 tahun (tahun 2004-2008) pada masing-masing sektor di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.

2. Untuk mengetahui sektor basis ekonomi yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masing-masing daerah yaitu Kabupaten Serang dan Kota Cilegon sesuai dengan tipologi yang ada.

3. Mengetahui sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah yaitu Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.


(29)

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Sumbangan pemikiran terhadap pembangunan yang ada.

2. Tambahan informasi dan bahan kajian tentang gambaran/informasi mengenai potensi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon sehingga pemerintah daerah dapat lebih mengembangkan potensi daerahnya secara optimal.

3. Masukan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan Kabupaten Serang dan Kota Cilegon dalam rangka mempersiapkan program pembangunan selanjutnya, serta terciptanya peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi semua pihak, diantaranya Akademisi serta pihak lain yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

Sebagai tambahan refrensi guna mempermudahkan bagi para akademisi atau pihak yang berkepentingan yang ingin melakukan penelitian dengan objek yang sama.

2. Pihak Lain (umum)

Diharapakan dapat menjadi bahan informasi bahwa adanya keterkaitan sektor potensial yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Sebelum kita membahas mengenai teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah, ada baiknya dibahas mengenai daerah atau regional terlebih dahulu, pengertian daerah berbeda-beda tergantung pada aspek dan tinjauanya. Menurut Arsyad (2010:373) dilihat dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian, yaitu:

1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut, antara lain tercermin dari segi pendapatan per kapitanya, sosial-budayanya, geografisnya, dan lain sebagainya. Daerah dalam definisi ini disebut daerah homogen.

2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu “ruang ekonomi” yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam definisi seperti ini disebut daerah nodal.

3. Suatu daerah adalah suatu “ruang ekonomi” yang berada dibawah satu administrasi tertentu, seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi, daerah di sini didasarkan atas pembagaian administratif suatu negara. Daerah dalam definisi seperti ini disebut dengan daerah perencanaan atau daerah administrasi.


(31)

Dalam praktiknya, jika kita membahas perencanaan pembangunan ekonomi daerah, maka definisi yang ketiga tersebut di atas yang lebih banyak digunakan, karena: (1) dalam melaksanakan kebijakan dan rencana pembangunan daerah diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai lembaga pemerintah. Oleh karena itu, akan lebih praktis jika suatu negara dipecah menjadi beberapa daerah ekonomi berdasarkan satuan administratif yang ada, dan (2) daerah yang batasnya ditentukan secara administratif lebih mudah dianalisis, karena biasanya pengumpulan data di berbagai daerah dalam satu negara, pembagianya didasarkan pada satuan administratif tertentu.

Arsyad (2010:374), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.

Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyrakatnya dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.


(32)

Pengertian pertumbuhan ekonomi (economic growth) dan pembangunan ekonomi (economic development) masih sering jadi perdebatan para ekonom. Pertumbuhan ekonomi menurut beberapa ekonom mengartikanya sebagai berikut:

Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Boediono (1999:2) dalam Dini (2007:17).

Menurut Prof. Simon Kuznets dalam Jhingan (2004:57) berpendapat :

“Pertumbuhan Ekonomi adalah sebagai kenaikan jangka panjang

dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya”.

Definisi tersebut mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya persediaan barang suatu bangsa secara terus-menerus; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.


(33)

Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi, pembangunan ekonomi mempunyai kandungan arti yang lebih luas yang mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh, analisis yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi semata dianggap kurang sempurna. Hal ini disebabkan apabila terjadi peningkatan output dan pendapatan daerah belum tentu meningkatkan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat, Setiawan (2006:18).

1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )

Menurut Badan Pusat Statistik (2002:3), PDRB mempunyai pengertian sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

Untuk menghitung PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan yang digunakan, yaitu:

a. Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.

b. Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi :

1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja) 2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)


(34)

3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)

4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)

c. Pendekatan Pengeluaran, adalah model pendekatan dengan cara menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu:

1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.

2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto.

3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto. d. Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan karena

kadang-kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan penghitungan Pendapatan Regional dengan menggunakan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung.

Sebagai contoh, bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan kantor cabang tidak mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena perhitungan rugi-laba dilakukan di kantor pusat. Untuk mengatasi hal itu penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka oleh kantor pusat dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat menunjukkan seberapa besarnya peranan suatu kantor cabang terhadap kantor pusat. (Saerofi, 2005:19).


(35)

PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penelitian ini, penghitungan yang digunakan adalah tahun 2000 sebagai tahun dasar.

Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah bruto (NTB) atas harga konstan, yaitu:

a. Revaluasi

Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada tahun dasar. Selanjutnya NTB atas dasar hargakonstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara.

b. Ekstrapolasi

Metode ini dilakukan dengan cara nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi misalnya tenaga kerja.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap penghitungan output atas dasar harga konstan. Kemudian dengan menggunakan rasio


(36)

tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

c. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

d. Deflasi Berganda

Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan ouput atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik.


(37)

2. Model Basis Ekonomi

Dalam model basis ekonomi dinyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah keuntungan kompetitif yang berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Berdasarkan teori ini perekonomian suatu wilayah dibagi menjadi dua yaitu sektor basis dan sektor non basis.

Menurut Sjafrizal (2008) dalam Purwaningsih (2009:29) penjelasan mengenai sektor basis dan non basis yaitu :

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi, sehingga mampu mengekspor barang dan jasa ke luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian wilayah tersebut. Sektor basis ini berfungsi sebagai sektor penunjang sektor basis atau service industri.

Adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah akan meningkatkan proses produksi di sektor industri. Proses produksi di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan bakunya, yang hasil output akhirnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut.


(38)

Pengertian basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan dinamis, maksudnya pada tahun tertentu mungkin saja sektor basis tersebut bisa beralih ke sektor lain. Sektor basis bisa mengalami kemajuan atau kemunduran. Penyebab kemajuan sektor basis adalah perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah, perkembangan teknologi, dan adanya perkembangan prasarana ekonomi dan sosial. Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah adanya perubahan permintaan dari luar daerah dan kehabisan cadangan sumber daya.

B. Landasan Teori

1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam berbagai pengertian yang berannekaragam, seperti uarian dibawah ini.

Menurut Adam Smith dalam Dini (2007:13), pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Sementara itu Tarmidi (1992:11) dalam Dini (2007:13) mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.


(39)

Menurut Prof. Meier dalam Dini (2007:13), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan rill perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang. Schumpeter berpendapat bahwa pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Sedangkan Suryana (2000:5) dalam Dini (2007:13) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan.

Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah.

Dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

2. Teori Pembangunan Daerah

Saat ini tidak ada satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian,


(40)

ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu bagaimana memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakikatnya, inti dari teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang metode dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu. (Arsyad, 2010:375).

Menurut Adisasmita (2005:19) dalam Dini (2007:15) menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru dan informasi pengetahuan.

Dalam penelitian ini pembangunan daerah merupakan fungsi dari potensi tenaga kerja, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, investasi modal, sarana dan prasarana pembangunan, transformasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pembiayaan dan pendanaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi menempati porsi tinggi dalam ilmu ekonomi makro. Hal ini disepakati oleh Robert Barro dan Sala-I-Martin (Economic Growth:5), dalam ungkapanya:


(41)

” Economic growth in the part of macroeconomics that’s really mater

Hampir semua turunan ilmu ekonomi makro mempunyai keterkaitan

dengan pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi ”.

Pengangguran, inflasi, kebijakan pemerintah, hingga perdagangan internasional pun tidak akan terbahas tuntas tanpa mengikutsertakan pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi.

Menurut Karl E, Case dan Ray C Fair, (Principle of Economic Edisi 7:12-15):

” Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai peningkatan output dari total ekonomi. Peningkatan ini disebabkan karena ada peningkatan dalam produksi. Jika output bertambah lebih cepat dan besar dari pertambahan populasi, maka ouput per kapita akan meningkat dan secara tidak langsung akan meningkatkan standard kehidupan. Selain definisi harafiah diatas , pertumbuhan ekonomi juga merupakan salah satu kriteria untuk mengukur hasil kegiatan ekonomi-selain definisi, kesetaraan dan stabilitas.”

Beberapa ekonom juga menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi juga dapat didefinisikan sebagai pertambahan dari pendapatan rill Gross Domestic Product (GDP).

Pertumbuhan merupakan suatu proses perbaikan, pertambahan total output yang terjadi menambah pilihan yang disediakan bagi konsumen. Hal ini turut memberi andil dalam peningkatan kualitas kehidupan melalui kebebasan dalam memilih.


(42)

Menurut Boediono (1999:2) dalam Dini (2007:17), teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai:

“ Penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan

kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses proses pertumbuhan ”.

Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan ekonomi adalah:

“ peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya “.

Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1).

Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai berikut :

a. Akumulasi Modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources),

Laju Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt – PDRBt-1 x100% PDRBt-1


(43)

akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya-sumberdaya-sumberdaya yang ada.

b. Pertumbuhan Penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang tergantung kepada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.

c. Kemajuan Teknologi Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional.

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Menurut Robinson Taringan (2010:46) pertumbuhan ekonomi daerah didefinisikan sebagai:

“ Pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut “.


(44)

Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.

Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut:

a. Teori Ekonomi Klasik

Sukirno (2006:244), mengemukakan bahwa Adam Smith ternyata bukan saja pelopor ilmu ekonomi dan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan kebijakan laissez faire, tetapi juga merupakan orang pertama yang membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis. Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan yang seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang terbaik untuk dilakukan.

Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptaka efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer.


(45)

Sementara peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban serta memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi.

John Maynard Keynes mengoreksi pandangan Smith dengan mangatakan bahwa pertumbuhan dalam kondisi jangka pendek dan pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dari suatu negara, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkan, semakin besar pendapatan nasional yang diperoleh, demikian juga sebaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif.

Permintaan efektif ditentukan pada saat titik harga permintaan agregat sama dengan penawaran agregat. Keynes juga menyatakan untuk menjaminpertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, dan pengawasan langsung.

Sementara proses pertumbuhan ekonomi menurut Schumpeter adalah proses peningkatan dan penurunan kegiatan ekonomi yang berjalan secara siklikal. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh pengusaha berperan dalam peningkatan kegiatan ekonomi.

Dalam proses siklikal tersebut, tingkatkeseimbangan yang baru akan selalu berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat keseimbangan sebelumnya

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan TW. Swan (1956) dari


(46)

Australia. Menurut teori ini tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja dan peningkatan teknologi. Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham neo klasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah itu. (Tarigan, 2007:52). c. Teori Harrod-Domar dalam Sistem Regional

Teori ini dikembangkan hampir dalam waktu bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957), teori ini didasarkan atas asumsi:

1) Perekonomian bersifat tertutup

2) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

3) Proses produksi memiliki koefesien yang tetap, serta

4) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan timgkat pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :


(47)

Dimana : g = Growth (tingkat pertumbuhan output) k = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terjadi keseimbangan antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (rasio modal output). (Tarigan, 2007:49).

d. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan

Dalam Tarigan (2007:55) dijelaskan bahwa teori pertumbuhan jalur cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson (1955). Setiap negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian yang cukup besar.

Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan struktur tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor-sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor


(48)

yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.

e. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh), pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan. (Tarigan, 2007:55).

Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, (Richardson, 1977:14). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.


(49)

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. (Arsyad, 2010:367).

Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah kuosien lokasi (Location Quotient) disingkat LQ. Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Teori basis merupakan bentuk model pendapatan yang paling sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur daerah yang bersangkutan, selain itu teori ini juga memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah.

Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:


(50)

(a)Analisis Shift Share (SS)

Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingnkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/nasional).

Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yitu:

(1) Pertambahan Ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. (2) Pergeseran Proposional merupakan perbedaan antara pertumbuhan

daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional sektoral dan pertumbahan daerah dengan menggunakan pertumbuhan nasional. Daerah dapat tumbuh lebih cepat/lebih lambat dari rata-rata nasional jika mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepat/lambat dari nasional. Dengan demikian, perbedaan laju pertumbuhan dengan nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda.

(3) Pergeseran Diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa jauh daya asing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.


(51)

(b)Location Quotient (LQ)

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sectors). Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

(1) Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan.

(2) Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri.

Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang barang dan jasa-jasa untuk pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong


(52)

(c)Angka Pengganda Pendapatan

Angka pengganda pendapatan (k) adalah suatu perkiraan tentang potensi kenaikan pendapatan dari suatu kegiatan ekonomi yang baru di dalam masyarakat.

(d)Angka Pengganda Pengerjaan

Angka pengganda pengerjaan dimaksudkan untuk mengukur pengaruh suatu kegiatan ekonomi baru terhadap penciptaan jumlah pekerjaan.

(e)Analisis Input-Output

Analisis ini, merupakan suatu teknik pengukuran ekonomi daerah (regional). (Arsyad, 2010:397). Biasanya teknik ini digunakan untuk melihat keterkaitan antar industri dalam upaya untuk memehami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.

Penelitian ini menggunakan Analisis Location Quotient karena memiliki kebaikan berupa alat analisis yang sederhana yang dapat menunjukan struktur perekonomian suatu daerah dan industri subsitusi impor potensi atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukan industri-industri potensial untuk dianalisis lebih lanjut.

Analisis Location Quotient merupakan alat yang dapat digunakan dengan mudah, cepat dan tepat. Karena kesederhanaannya, teknik tersebut dapat dihitung berulang kali dengan menggunakan berbagai perubah acuan dan periode waktu.


(53)

Location Quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Adisasmita (2005:29) dalam Dini (2007:30).

Selain Location Quotient dalam penelitian ini digunakan juga Analisis Shift Share, karena mempunyai beberapa keunggulan antara lain:

(1) Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi.

(2) Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.

(3) Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004:4), Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus- putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada sektor-sektor ekonomi potensial guna meningkatkan PDRB masing-masing daerah analisis.Yang dimaksud


(54)

dengan sektor unggulan (key sector) adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif besar disbanding sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi.

C. Penelitian Terdahulu

1. Abdul Mukti dan Abdullah Dja‟far (2009:113) dengan judul “ Studi Potensi Ekonomi Wilayah Kota Waringin Timur Peride 2003-2006 . Dalam penelitian ini menggunakan metode survei yang dilakukan di Sampit sebagai ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan menggunakan alat analisis shif share untuk mendeskripsikan laju pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten Kotawaringin Timur serta metode Location Quotient (LQ) untuk menemukan sektor yang paling besar konstribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa selama periode penelitian mengalami kenaikan dengan nasional share semua sektor positif sehingga adanya konstribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Kalimantan Tengah dan proposional shift menunjukan terdapat 5 sektor yang yang mempunyai konstribusi positif terhadap provinsi namun tidak unggul sedangkan 4 sektor lainya mempunyai perkembangan pendapatan lebih kecil dibandingkan pendapatan regional provinsi, untuk nilai differnsial sektor pertanian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih lebih unggul dari pada rata-rata provinsi Kalimantan Tengah. Sementara sektor yang mempunyai konstribusi paling


(55)

besar atau yang menjadi leading sector adalah sektor pertanian; perdagangan; hotel dan restoran serta industri pengolahan. Komoditas unggulan Kabupaten Kotawaringin Timur yaitu sektor pertanian. yang dimiliki oleh Kecamatan Parenggean.

2. Didit Welly Udjianto (2005:19) dalam penelitianya “Analisis Struktur Ekonomi Potensi Wilayah di Kabupaten Sleman Propinsi DIY Periode (1988-2002)“. Data yang digunakan adalah data sekunder PDRB Kabupaten Sleman menurut sektor tahun 1998-2002 atas dasar harga konstan 1993 serta presentase penduduk usia 10 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Sleman pada tahun 1998-2002.

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif untuk menjelaskan laju pertumbuhan sektoral serta metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis Shift share guna mengetahui pertumbuhan struktur ekonomi, Model Ratio Pertumbuhan (MRP) untuk mengetahui perbandingan antarsektor, Location Quotient mengetahui sektor yang menjadi basis serta anlisis Overlay yang dijadikan alat untuk mengetahui identisifikasi sektor yang potensial untuk dikembangkan.

Dengan analisis-analisis tersebut diharapkan mampu melihat gambaran struktur perekonomian di Kabupaten Sleman provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga dapat merencanakan pembangunan ekonomi yang lebih baik. Pada Kabupaten Sleman mempunyai keunggulan dalam sektor industri pengolahan, sektor keuangan, persewaan dan jasa


(56)

perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sedangkan dalam kesempatan kerja Kabupaten Sleman mempunyai keunggulan yang khas terutama dalam sektor tersier.

3. Dini (2007:1), dalam penelitian skripsinya dengan judul “ Analisis Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tanggerang (Pendekatan Model Basis Ekonomi) “. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui sektor basis dan sektor potensial yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah analisis dengan menggunakan pendekatan basis sektor. Periode analisis yang digunakan adalah tahun 2001-2004 dengan menggunakan data sekunder berupa PDRB daerah analisis. Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan adalah location quotient, shift share dan tipologi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 4 sektor yang menjadi basis di Kota Tanggerang dilihat dari nilai LQ yang lebih dari satu serta berdasarkan perhitungan shift share dan tipologi terdapat 3 sektor yang potensial untuk dikembangkan.

4. Fahrurrazy (2009:1), menganalisis mengenai “ Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB “. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Utara sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun


(57)

1993-2007. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan sektor pertanian. Sub sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai sub sektor unggulan, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dan sub sektor perikanan.

5. Mukhyi, (2008:2) dengan judul penelitian “ Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat: Pendekatan Analisis IRIO“. Dalam penelitian analisis shift share digunakan untuk mencari sektor yang mempunyai konstribusi pada wilayah analisis serta untuk mengetahui apakah sektor pertanian mempunyai konstribusi terhadap perekonomian serta memiliki keterkaitan dan Analisis I-O interregional bertujuan untuk mengetahui keterkaitan perekonomian wilayah analisis dengan wilayah sekitar baik keterkaitan kedepan maupun keterkaitan kebelakang. Sedangkan dengan location quotient dalam penelitian ini digunakan untuk mencari keunggulan kompetitif. Penelitian menggunakan data PDRB dan PDB serta Tabel I-O Interregional wilayah analisis.

Pada Provinsi Jawa Barat yang mempunyai konstribusi terbesar adalah sektor perdagangan, industri pengolahan, perdagangan, hotel dan


(58)

restoran serta sektor pertanian. Sementara yang memiliki nilai multiplier besar terhadap perekonomian secara nasional sesuai dengan sektor unggulan diprovinsi Jawa Barat adalah sebsektor perternakan, sedangkan hasil dari analisis IRIO sektor dan subsektor unggulan Provinsi Jawa Barat adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

6. Ropingi (2008:1), dengan judul analisis “ Aplikasi Shift Share Estaben -Marquillas pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali “. Ruang lingkup penelitian adalah Kabupaten Boyolali dalam kurun waktu 10 (sepuluh) bulan, data yang digunakan data time series Kabupaten Boyolali PDRB selama lima tahun terakhir. Dengan analisis Shift Share Estaben-Marquillas untuk meneliti efek alokasi, dimana dalam efek alokasi dapat diketahui apakah daerah tersebut terspesialisasi dengan sektor pertanian yang ada.

Hasil penelitian berdasarkan nilai efek alokasi sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali mempunyai 2 sektor keunggulan kompetitif dan terspesialisasikan, 3 sektor keunggulan kompetitif namun tidak terspesialisasi dan 2 sektor tidak memiliki keunggulan kompetitif dan juga tidak terspesialisasi serta 2 yang tidak memiliki keuntungan kompetitif namun terspesialisasi. Kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Boyolali dilihat dari pengganda pendapatan selama tahun 1998–2002 berkecenderungan meningkat kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan.


(1)

Rata-Rata Gj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata Pertanian 27.451,89 33.855,17 -180.774,35 37.668,11 -20.449,80 Pertambangan &

Penggalian 201,38 280,7 -219,45 328,24 147,72

Industri

Pengolahan 133.630,41 158.360,48 3.833,43 89.829,71 96.413,51 Listrik, Gas & Air

Bersih 13.831,12 -536,31 -46.981,24 -2.056,71 -8.935,79

Bangunan 30.268,34 33.282,34 -428.844,15 14.049,04 -87.811,11 Perdagangan,

Hotel & Restoran 57.477,71 58.076,43 -520.340,15 57.303,65 -86.870,59 Pengangkutan &

Komunikasi 14.895,20 24.675,94 -123.405,77 23.835,33 -14.999,83 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan 27.348,41 22.632,02 -198.057,90 9.782,57 -34.573,73 Jasa-jasa 31.244,22 53.682,14 -475.184,51 21.543,35 -92.178,70 JUMLAH 336.348,68 384.308,91 -1.969.974,09 252.283,29 -249.258,30 Rata-Rata Nj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata Pertanian 65.652,33 63.691,99 71.152,19 57.584,39 64.520,22 Pertambangan &

Penggalian 265,46 262,56 301,84 275,90 276,44

Industri

Pengolahan 224.322,29 219.841,55 248.098,40 237.409,46 232.417,93 Listrik, Gas & Air

Bersih 18.437,39 18.227,64 19.745,03 16.163,79 18.143,46

Bangunan 29.365,38 29.489,99 34.007,63 7.748,46 25.152,87

Perdagangan,

Hotel & Restoran 48.491,94 49.114,93 56.798,74 24.253,87 44.664,87 Pengangkutan &

Komunikasi 14.279,01 14.349,46 17.059,96 9.183,65 13.718,02 Keuangan,

Persewaan & Jasa


(2)

Rata-Rata Pj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata Pertanian -35894,51731 -70843,63141 -21424,02968 -25910,09561 -38518,0685 Pertambangan &

Penggalian -47,63821972 -85,72273714 330,5611952 403,8475868 150,2619563 Industri

Pengolahan -55696,35463 -5451,359781 -120607,309 -142339,968 -81023,74786 Listrik, Gas & Air

Bersih 1059,774991 -25390,32998 -4293,088867 2593,698194 -6507,486415 Bangunan 18164,14467 -2027,963558 39774,99202 1537,033759 14362,05172 Perdagangan,

Hotel & Restoran 24454,60249 15096,66952 51561,85888 21754,53184 28216,91568 Pengangkutan &

Komunikasi 5530,906829 12224,72601 1889,218416 2374,480208 5504,832865 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan 16232,2202 7816,655808 22774,24226 12618,31319 14860,35786 Jasa-jasa 3205,603075 22647,54275 22867,14691 10689,51977 14852,45313 JUMLAH -22.991,26 -46.013,41 -7.126,41 -116.278,64 -48.102,43

Rata-Rata Dj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata Pertanian -2305,919523 41006,81163 -230502,5137 5993,817475 -46451,95103 Pertambangan &

Penggalian -16,44106381 103,8585639 -851,8941057 -351,4622679 -278,9847184 Industri

Pengolahan -34995,52079 -56029,7129 -123657,662 -5239,786008 -54980,67043 Listrik, Gas & Air

Bersih -5666,044126 6626,375173 -62433,17762 -20814,19568 -20571,76056 Bangunan -17261,18781 5820,309124 -502626,772 4763,546449 -127326,0261 Perdagangan,

Hotel & Restoran -15468,83534 -6135,172811 -628700,7516 11295,24896 -159752,3777 Pengangkutan &

Komunikasi -4914,714662 -1898,246879 -142354,9479 12277,19601 -34222,67837 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan -4535,665422 -1527,24388 -239931,2576 -9658,082549 -63913,06235 Jasa-jasa -4493,31843 -1508,015842 -536603,6242 1436,803544 -135292,0387 JUMLAH -89.657,65 -13.541,04 -2.467.662,60 -296,91 -642.789,55


(3)

Rata-Rata Gj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata

Pertanian 4.460,50 2.909,84 3.286,14 1.803,00 3.114,87

Pertambangan &

Penggalian 512,12 548,16 586,85 799,7 611,71

Industri

Pengolahan 349.091,37 362.367,18 310.108,17 222.384,27 310.987,75 Listrik, Gas & Air

Bersih 48.141,51 -19.185,61 -4.386,87 -9.196,77 3.843,07

Bangunan 2.535,23 2.898,25 3.746,57 2.322,31 2.875,59

Perdagangan,

Hotel & Restoran 96.440,25 125.198,98 146.054,59 203.755,43 142.862,31 Pengangkutan &

Komunikasi 29.334,82 28.936,43 54.442,98 59.783,93 43.124,54 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan 14.401,95 17.225,07 18.477,17 29.114,05 19.804,56 Jasa-jasa 9.053,10 11.240,50 13.776,79 17.615,39 12.921,45 JUMLAH 553.970,85 532.138,80 546.092,39 528.381,31 540.145,84 Rata-Rata Nj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata Pertanian 14.987,58 14.439,50 15.842,95 15.336,01 15.151,51 Pertambangan &

Penggalian 454,94 459,27 531,43 541,95 496,90

Industri

Pengolahan 329.494,61 331.419,72 381.485,59 382.616,73 356.254,16 Listrik, Gas & Air

Bersih 52.712,99 52.591,96 55.904,67 53.192,90 53.600,63

Bangunan 2.221,14 2.244,25 2.610,12 2.711,68 2.446,80

Perdagangan,

Hotel & Restoran 57.352,42 59.673,57 72.309,40 77.563,49 66.724,72 Pengangkutan &

Komunikasi 44.306,31 43.585,04 49.038,59 50.025,90 46.738,96 Keuangan,

Persewaan & Jasa


(4)

Rata-Rata Pj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata Pertanian -8194,254506 -16060,83476 -4770,335892 -6900,435618 -8981,465193 Pertambangan &

Penggalian -81,6412517 -149,9447734 581,9933977 793,2911242 285,9246242 Industri

Pengolahan -81809,29701 -8218,138637 -185450,4109 -229399,674 -126219,3801 Listrik, Gas & Air

Bersih 3029,925205 -73258,34873 -12155,147 8535,519724 -18462,0127 Bangunan 1373,9003 -154,3321326 3052,770648 537,9069134 1202,561432 Perdagangan,

Hotel & Restoran 28922,96323 18342,12396 65642,42593 69570,64755 45619,54017 Pengangkutan &

Komunikasi 17161,84012 37131,37332 5430,528758 12934,44927 18164,54787 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan 14628,66408 6771,682882 19558,14182 30975,80915 17983,57448 Jasa-jasa 673,5525714 4855,034282 4892,526753 9854,238389 5068,837999 JUMLAH -24.294,35 -30.741,38 -103.217,51 -103.098,25 -65.337,87 Rata-Rata Dj

Sektor 2004-2005 2005-2006 2006-2007 2007-2008 Rata-Rata Pertanian -2332,82345 4531,176058 -7786,475553 -6632,569655 -3055,17315 Pertambangan &

Penggalian 138,8234178 238,8319306 -526,5747442 -535,5401389 -171,1148837 Industri

Pengolahan 101406,0571 39165,59976 114072,991 69167,21027 80952,96453 Listrik, Gas & Air

Bersih -7601,403662 1480,781002 -48136,38907 -70925,18904 -31295,55019 Bangunan -1059,810305 808,3339503 -1916,320457 -927,2810683 -773,76947 Perdagangan,

Hotel & Restoran 10164,86538 47183,28325 8102,760532 56621,29371 30518,05072 Pengangkutan &

Komunikasi -32133,32548 -51779,98498 -26,13528409 -3176,416966 -21778,96568 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan -14332,34647 -3704,452649 -17482,97553 -18609,43998 -13532,30366 Jasa-jasa 1544,026174 -590,8100382 635,900113 -920,0265734 167,2724189 JUMLAH 55.794,06 37.332,76 46.936,78 24.062,04 41031,41


(5)

Total Pertambahan PDRB (Gj) = National Share (Nj) + Proporsional Shift (Pj) + Differential Shift (Dj. Maka, hal ini akan sama dengan nilai rata-ratanya, sehingga Nilai rata-rata Gj = Nilai Rata-rata Nj + Nilai Rata-rata Pj + Nilai Rata-rata Dj

KABUPATEN SERANG

Sektor Gj Nj Pj Dj Nj+Pj+Dj

Pertanian -20.449,80 64.520,22 -38518,0685 -46451,95103 -20.449,79 Pertambangan &

Penggalian 147,72 276,44 150,2619563 -278,9847184 147,72

Industri

Pengolahan 96.413,51 232.417,93 -81023,74786 -54980,67043 96.413,51 Listrik, Gas & Air

Bersih -8.935,79 18.143,46 -6507,486415 -20571,76056 -8.935,78 Bangunan -87.811,11 25.152,87 14362,05172 -127326,0261 -87.811,11 Perdagangan,

Hotel & Restoran -86.870,59 44.664,87 28216,91568 -159752,3777 -86.870,59 Pengangkutan &

Komunikasi -14.999,83 13.718,02 5504,832865 -34222,67837 -14.999,82 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan -34.573,73 14.478,98 14860,35786 -63913,06235 -34.573,72 Jasa-jasa -92.178,70 28.260,89 14852,45313 -135292,0387 -92.178,70 JUMLAH -249.258,30 441.633,68 -48.102,43 -642.789,55 -249.258,30


(6)

Lampiran XV

CHECKING PERHITUNGAN SHIFT SHARE

Total Pertambahan PDRB (Gj) = National Share (Nj) + Proporsional Shift (Pj) + Differential Shift (Dj. Maka, hal ini akan sama dengan nilai rata-ratanya, sehingga Nilai rata-rata Gj = Nilai Rata-rata Nj + Nilai Rata-rata Pj + Nilai Rata-rata Dj

KOTA CILEGON

Sektor Gj Nj Pj Dj Nj+Pj+Dj

Pertanian 3.114,87 15.151,51 -8981,465193 -3055,17315 3.114,87 Pertambangan &

Penggalian 611,71 496,9 285,9246242 -171,1148837 611,71

Industri

Pengolahan 310.987,75 356.254,16 -126219,3801 80952,96453 310.987,74 Listrik, Gas & Air

Bersih 3.843,07 53.600,63 -18462,0127 -31295,55019 3.843,07 Bangunan 2.875,59 2.446,80 1202,561432 -773,76947 2.875,59 Perdagangan,

Hotel & Restoran 142.862,31 66.724,72 45619,54017 30518,05072 142.862,31 Pengangkutan &

Komunikasi 43.124,54 46.738,96 18164,54787 -21778,96568 43.124,54 Keuangan,

Persewaan & Jasa

Perusahaan 19.804,56 15.353,29 17983,57448 -13532,30366 19.804,56 Jasa-jasa 12.921,45 7.685,33 5068,837999 167,2724189 12.921,44 JUMLAH 540.145,84 564.452,30 -65.337,87 41031,41 540.145,84