PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP) PADA PRODUK “BALE COVER” DI PT.WIHARTA KARYA AGUNG GRESIK.

PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING
(RCCP) PADA PRODUK “BALE COVER”
DI PT.WIHARTA KARYA AGUNG GRESIK

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

SITI NUR KHOLIFAH
0832010065

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
penelitian

dengan

judul

“PERENCANAAN

KAPASITAS

WAKTU

PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROUGHT CUT
CAPACITY PLANNING ( RCCP ) PADA PRODUK “BALE COVER” DI
PT. WIHARTA KARYA AGUNG GRESIK.”
Penelitian ini merupakan tugas wajib dan sebagai syarat untuk
menyelesaikan program sarjana strata satu (S-1) di Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Dalam menyusun penelitian ini, penulis tidak lepas dari banyak pihak,
yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan
mendukung penyelesaian tugas penelitian ini yang semuanya sangat besar artinya
bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan rasa hormat dan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2.

Bapak Ir. Sutiyono, MS. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

3.

Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM . Selaku Kepala Jurusan Teknik Industri.


4.

Bapak Drs. Pailan, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri, Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

5.

Bapak Dr.Ir.Minto Waluyo, MM selaku dosen pembimbing I.

6.

Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT selaku dosen pembimbing II.

7.


Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8.

Bapak Miftakhul Khoir, ST selaku pembimbing lapangan.

9.

Kedua orang tuaku, Aba dan Ibu tercinta, yang memberi doa dan dorongan
baik secara material maupun spiritual sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini, pemberi do’a, semangat, suport, nasehat. They are my everything in
world.

10.

Kakak-kakak tercinta Mid, Hudi, Nung dan kakak Ipar fitriyah, Ina, Yuyun,
Ponakan Thoriq, Zalfa, Andrian pemberi support, dan semangat.


11.

Buat Om, Tante, Kakek, Sepupu yang memberi doa dan dorongan baik
secara spiritual sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.

Dian Eka Prasetya Tercinta yang selalu ada, menemani disaat senang
maupun sedih, support dan penyemangat.

13.

Seluruh angkatan 2008 TI paralel C khususnya Dwi, Ria, Nia, Jaja, Nuel,
Kokom para sahabat seperjuangan dalam kuliah.

14.

Seluruh angkatan 2008 TI dari paralel A sampai D kawan berjuang selama
kuliah.


15.

Buat bestie ku Geng ”Cuex Bebek” Olive, Nesia, Nandya, Tania yang selalu
ada dalam suka duka, tukang bikin bahagia, love u cuex bebek.

16.

Buad bestie ku Geng “ In The Hui “ Winda_ndooll, Dewi, Ieiel, Emiel, yang
selalu memberi semangat, suport, nasehat, selalu ada bila ku membutuhkan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

sahabat belanja, sahabat makan, segala suka dan duka bersama
mereka..muacchhh thanks for all.
17.

Buat mantan si ‘DIO’ yang selalu memberi nasehat kalau lagi galau mikirin

SKRIPSI.

18.

Buat para penghuni kos @MA 1E 14 teman seangkatan Yanni, Maria,
Cindy, Tiara yang sama-sama berjuang, sama-sama memberi suport dan
nasehat terima kasih banyak. Dan adik kos Yenni dan Ninik terima kasih
banyak.

19.

Buat para alumni penghuni kos @MA 1E 14 mbak Hesty, mbak Nunik,
mbak Janetta, mbak Pandu, mbak Fenty, mbak Linda, mbak Ratih yang
selalu tak pernah lupa memberi dorongan semangat, do’a dan nasehat dalam
mengerjakan skripsi. Terima kasih segala bantuannya. Beserta kepala suku
bapak Wakid yang selalu ada di kos. heheheh

20.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi

maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan memberikan balasan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis.

Surabaya, 15 Mei 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………... viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. x
ABSTRAKSI …………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ……………..……………………………....... 1
1.2.Perumusan Masalah …………..…………………………....... 2
1.3.Batasan Masalah ..………….……………….……………...... 2
1.4.Asumsi - asumsi ..…………………………….…………........ 3
1.5.Tujuan Penelitian ….………………………………….…....... 3
1.6.Manfaat Penelitian ………………………………………....... 3
1.7.Sistematika Penulisan ……………………………………...... 4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Pengukuran Waktu Kerja …………………………………...... 6
2.1.1. Waktu Baku………………………………………......... 7


iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2. Waktu Normal…………………………….…………..... 9
2.1.3. Waktu Siklus………………………………………....... 9
2.2. Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (Stop Watch)….. 10
2.3. Langkah – langkah Pengukuran Waktu Kerja………………... 12
2.4. Kelonggaran…………………...………….............................. 16
2.5. Faktor Penyesuaian (Rating Performance)…………………… 19
2.6. Perencanaan Produksi…………………………..………......... 22
2.7. Perencanaan Produksi Agregat……………………………...... 23
2.8. Perencanaan kapasitas produksi …...…………………….…... 26
2.9. Waktu produksi Tersedia……………………………………… 30
2.10.Jadwal Induk Produksi Master Production Scehdule (MPS)... 31
2.11. Rought Cut Capacity Planning (RCCP)…………………...... 35
2.12.Teknik-Teknik Rought Cut Capaciy Planning (RCCP)…….. 39
2.13.Peramalan…………………………………………………….. 42

2.14.Metode Peramalan……………………………………………. 44
2.15.Ukuran Hasil Akurasi Peramalan……………………………. 48
2.16.Uji Kondisi Diluar Kendali Moving Average Chart…………… 49
2.17.Penelitian Terdahulu…………………………………………. 52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….. 55
3.2. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ......………… 55
3.3. Metode Pengumpulan Data......................………………....... 56

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.4. Metode Pengolahan…………………..............…………....... 57
3.5. Langkah – Langkah Pemecahan Masalah……………………. 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jumlah Tenaga Kerja dan Mesin Produksi…………………… 71
4.2. Jumlah Produksi dan Permintaan Produk Bale Cover……….. 72
4.3. Pengukuran Waktu Kerja……………………………………. 72
4.4. Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran Pekerja Tiap Kegiatan
Kerja…………………………………………………………. 75
4.5. Uji Keseragaman Data, Kecukupan Data…………………… 76
4.6. Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku…………….. 81
4.7. Matrik Waktu Baku………………………………………….. 83
4.8. Peramalan Permintaan………………………………………. 84
4.9. Uji Verivikasi dengan MRC (Moving Range Chart)……….. 85
4.10.

Peramalan dengan Metode Double Eksponensial Smooting

(DES)………………………………………………………… 88
4.11. Jadwal Induk Produksi (JIP)………………………………... 89
4.12. Kapasitas Waktu Produksi dengan Menggunakan RCCP….. 90
4.13. Waktu Produksi Tersedia (Rated Production Time)……….. 91
4.14. Pembahasan..........................................................................

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………….. 99
5.2 Saran………………………………………………………… 100
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

Pada saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri
dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin
kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk merencanakan kapasitas
waktu produksi agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu dan
tepat jumlah.
Permasalahan yang dihadapi PT.WIHARTA KARYA AGUNG GRESIK
adalah sering mengalami keterlambatan dalam penyelesaian pemesanan terutama
pada produk “Bale Cover” dikarenakan pada mesin Circular Loom yaitu mesin
pemintal untuk membentuk benang sudah mulai tua, sehingga perlunya analisis
pengujian ulang untuk memenuhi permintaan konsumen, untuk menyelesaikan
permasalahan di perusahaan tersebut digunakan metode (RCCP).
Tujuan dari penelitian ini, antara lain : Merencanakan kapasitas waktu
produksi di tiap – tiap stasiun kerja yang optimal untuk memenuhi permintaan
konsumen untuk 1 tahun mendatang.
Dari hasil penelitian, di Pt. Wiharta Karya Agung-Gresik masih
kekurangan kapasitas waktu produksi, dari tujuh stasiun kerja hanya terdapat 3
stasiun kerja yang sudah memenuhi waktu kapasitas produksi yaitu pada stasiun
kerja proses pengatur panjang pendek karung, proses pemotongan karung dan
proses menekan produk jadi untuk dipacking, sedangkan 4 mesin lainnya yaitu
proses pencampuran bahan baku, pembuatan benang, pemintalan untuk
membentuk karung, penjahitan karung, belum memenuhi kapasitas waktu
produksi, sehingga perlu adanya penigkatan kapasitas mesin, perbaikan atau
perawatan mesin.

Kata Kunci : Kapasitas, Master Production Schedule (MPS), Rought Cut
Capacity Planning (RCCP), Bill Of Labor (BOL).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ix

ABSTRACT

At this time virtually all companies engaged in the industry was faced with
a problemthat is the level of competition is increasingly competitive. This requires companiesto
plan the future capacity of production to meet market demand in a timely and
appropriate amount.

Problems

faced PT.WIHARTA WORKS GREAT GRESIK is often experienced
delays in
the
completion
of orders,
especially in
the product "Bale Cover" CircularLoom because the machine is to form
a yarn spinning
machine is getting old, so the need to retest analysis to meet consumer demand, to
complete problems at the company used a method (RCCP).

The purpose of this study include: Planning for future capacity of production in each each work station are optimal to meet the demand, and Knowing the difference inthe time of
production capacity available with the production of RCCP.

From the research, in Pt. Great Work-Gresik Wiharta still lacks the capacity of
production time, from seven work
stations there
are only 3 workstations that already
meet the production capacity at
the work
station is a
short
length
of regulatoryprocess sacks, sacks cutting process and the pressing process finished productsfor
the packed, while the 4 machines the other is the mixing process of rawmaterials, manufacturing
of yarn, spinning to form a bag, sewing bag, do not meetthe production capacity, so there needs
to
be penigkatan engine capacity, enginerepair or maintenance.

Keywords: Capacity, Master Production Schedule(MPS), rought Cut CapacityPlanning
(RCCP), Bill Of Labor (BOL).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pada saat ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri

dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin
kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk merencanakan kapasitas
waktu produksi agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu dan
tepat jumlah.
PT.WIHARTA KARYA AGUNG GRESIK merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang Packaging dan Woven Polyolefin. Produk yang dihasilkan
berbagai macam dengan produk yang bervariasi,

sehingga perusahaan

membutuhkan mesin dan peralatan untuk menunjang proses produksi produk
tersebut antara lain : Jumbo Bag / FIBC (Flexible Intermidiate Bulk Container),
WPP (Woven Polyolefin Polypropylene), Bale Cover, PPMF (Poly Prepeline
Multi Filamen), Raschel.
Permasalahan yang dihadapi PT.WIHARTA KARYA AGUNG GRESIK
adalah sering mengalami keterlambatan dalam penyelesaian pemesanan terutama
pada produk “Bale Cover” dikarenakan pada 4 mesin yaitu mesin mixer, mesin
tirex, mesin circular loom, mesin jahit tidak memenuhi kapasitas waktu produksi
tersedia, dan hanya 3 mesin yang lain yakni mesin baling-baling, mesin MK
(pemotong), dan mesin pressing yang sudah memenuhi kapasitas waktu tersedia
dari 7 mesin yang ada, Sehingga perlunya perencanaan kapasitas waktu produksi
ulang untuk memenuhi permintaan konsumen. untuk menyelesaikan permasalahan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

di perusahaan tersebut dilakukan pengujian ketersediaan kapasitas waktu produksi
yang tersedia didalam memenuhi jadwal induk produksi dengan membutuhkan
data-data waktu produksi yang tersedia, untuk memenuhi permintaan konsumen.

1.2.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini berdasar latar

belakang diatas adalah “bagaimana merencanakan kapasitas waktu produksi
dengan metode Rought Cut Capacity Planning (RCCP)?”

1.3.

Batasan Masalah
Dalam penelitian yang akan dibahas, penulis melakukan batasan masalah

pada produk Bale Cover yaitu sebagai berikut :
1. Data permintaan produk Bale Cover diambil dimulai dari periode Januari 2010
sampai Desember 2010.
2. Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi yang dibahas hanya
perencanaan kapasitas waktu produksi menggunakan Rough Cut Capacity
Planning (RCCP) berdasarkan Bill of Labor (BOL) dan tidak menghitung laba
perusahaan.
3. Waktu kerja dilakukan dengan menggunakan metode jam henti (Stop Watch
Time Study).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

1.4.

Asumsi
Dalam menunjang penyelesaian masalah dalam tugas akhir ini, asumsi

yang diambil adalah sebagai berikut :
1. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian dilaksanakan.
2. Tidak ada perubahan spesifikasi produk selama penelitian dilakukan.
3. Material dan bahan-bahan penunjang lainnya selalu tersedia.

1.5.

Tujuan Penelitian
Untuk memperjelas maksud dari perumusan masalah diatas maka penulis

membuat tujuan penelitian, yaitu : Merencanakan kapasitas waktu produksi di
tiap – tiap stasiun kerja yang optimal.

1.6.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitihan ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan kapasitas waktu produksi di tiap – tiap stasiun kerja yang optimal
untuk memenuhi permintaan konsumen.
2. Mendapatkan kapasitas waktu produksi dengan menggunakan metode RCCP.
3. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung dalam bidang
industri.
4. Menjalin hubungan erat antara perguruan tinggu UPN JATIM dengan
perusahaan yang bergerak dalam bidang industri khususnya PT.WIHARTA
KARYA AGUNG GRESIK.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

1.7

Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, saya selaku penulis membuat suatu

susunanpenulisan secara sistematik.
Tugas akhir ini akan dibahas dalam bab-bab sebagai berikut ;
BAB I

:

PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan

penelitian,

batasan

masalah,

asumsi-asumsi,

manfaat

penelitian, serta sitematika penulisan.
BAB II :

LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi pembahasan
permasalahan dan tinjauan kepustakaan lainnya

yang turut

mendukung permasalahan.
BAB III :

METODE PENELITIAN
Bab ini membahas langkah-langkah yang digunakan didalam
melakukan pemecahan masalah sehingga penyusunan tugas akhir ini
dapat lebih terarah maksud dan tujuannya.

BAB IV :

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi

tentang pengumpulan data-data yang diperlukan

didalam memecahkan masalah tersebut sehingga permasalahan dapat
diolah dan dipecahkan dengan baik, disamping itu juga menyajikan
penyelesaian masalah dan analisa-analisa yang didapat dari hasil
pengolahan data sebelumnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

BAB V :

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup penulisan yang menguraikan kesimpulan
akhir dari penulis dan saran-saran yang dapat diberikan penulis
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Pengukuran Waktu Ker ja
Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan

manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran
waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha – usaha menetapkan waktu baku
yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sangat
diperlukan terutama sekali untuk :
a. Man Power Planning ( perencanaan kebutuhan tenaga kerja ).
b. Estimasi biaya – biaya untuk upah karyawan atau pekerja.
c. Penjadwalan produksi dan pengangguran.
d. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau
pekerja yang berprestasi.
e. Indikasi keluaran ( output ) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Pada garis besarnya teknik – teknik pengukuran waktu kerja ini dapat
dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan
pengukuran waktu secara tidak langsung. Cara pertama disebut demikian karena
pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan
yang diukur dijalankan. Dua cara termasuk didalamnya adalah cara pengukuran
kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch time-study) dan sampling kerja
(work sampling). Sebaliknya pengukuran waktu secara tidak langsung yaitu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

melakukan perhitungan waktu kerja tanpa si pengamat harus di tempat pekerjaan
yang di ukur (Wignjosoebroto , 2003).
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang
harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Jadi
waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu
sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu
penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut. Dari hal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran waktu kerja hendaknya
dilaksanakan apabila kondisi dan metoda kerja dari pekerjaan yang akan diukur
sudah baik. Jika belum maka, kondisi yang ada ini hendaknya diperbaiki dan
kemudian distandartkan terlebih dahulu. Mempelajari kondisi kerja dan cara /
metoda kerja kemudian memperbaiki serta membakukannya adalah sesuatu yang
dilakukan dalam langkah penelitian pendahluan yang harus dipersiapkan dalam
pengukuran waktu kerja. (Wignjosoebroto , 2003)
Proses pengukuran dan pembakuan waktu kerja dapat menggunakan
beberapa macam cara yaitu menggunakan jam henti,data waktu baku,data waktu
gerakan.

2.1.1

Waktu Baku
Waktu baku digunakan untuk menunjukan kemampuan rata-rata satu

operator yang terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dalam keadaan
normal (Niebei, 1988). Jika pengukuran – pengukuran telah selesai,langkah
selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehinggga memberikan waktu baku.
Untuk mendapatkan waktu baku maka ditempuh langkah – langkah berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

a. Menghitung waktu siklus rata – rata setiap elemen kegiatan (Ws) :
Ws =

∑X

ij

N

( 2.9 )

b. Menghitung waktu normal (Wn) :
Wn = Ws x p

( 2.10 )

Keterangan :
Wn = Waktu Normal
Ws = Waktu Siklus
P

= Performence

∑x = Jumlah waktu operasi pada pengamatan
N = Jumlah data
Wb = Waktu Baku
dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini digunakan untuk menormalkan
dari pengamatan yang diperoleh jika operator bekerja dengan kecepatn tidak
wajar.
c. Menghitung waktu baku ( Wb ) :
Wb = Wn x

100%
100% − (% )allowance

( 2.11 )

Penentuan waktu baku untuk menentukan target produksi ini dilakukan
dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti. Pengukuran
dilakukan dikarenakan di dalam melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar
perusahaan. (http://etd.eprints.ums.ac.id/1874/2/D600030054.pdf).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.2

Waktu Nor mal
Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh

pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Secara sistematis waktu normal
dapat diperoleh dari rumus berikut :

Waktu normal-Waktu Pengamatan =

%
%

(http://www.scribd.com/doc/54828852/BAB-I-New-Ergonomi)
Waktu normal (Normal Time). Waktu yang diperlukan oleh sesorang
operator yang terlatih dan memiliki ketrampilan rata-rata untuk melaksanakan
suatu aktifitas dibawah kondisi dan tempo kerja normal. Waktu normal disini
tidak temasuk waktu longgar yang diperlukan untuk melepas lelah (fatique),
personal needs ataupun delay yang diperlukan bilamana kegiatan kerja tersebut
harus dilaksanakan dalam waktu sehari penuh (8 jam/hari). (Wignjosoebroto,
2003)

2.1.3

Waktu Siklus
Waktu Siklus (Cycle Time): Waktu yang dibutuhkan seorang operator

untuk menyelesaikan 1 siklus pekerjaannya termasuk untuk melakukan kerja
manual dan berjalan.Terkadang diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 unit produk, dalam hal ini ditentukan dari proses yang paling
lama (bottleneck), apakah itu pekerjaan manusia atau mesin.
=
(http://erisx.wordpress.com/2009/12/11/definisi-definisi-waktu-untuk-industri/)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2

Pengukuran Waktu Ker ja Dengan J am Henti ( Stop watch )
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop-watch time study)

diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 19 yang lalu.
Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan – pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang – ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran
maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan,
yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan
bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu.
Menurut Wignojosoebroto (2003) Secara garis besar langkah – langkah untuk
pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan stop watch adalah :
1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati
dan supervisor yang ada.
2. Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan
seperti lay out, karakteristik / spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang
digunakan.
3. Membagi operasi kerja dalam elemen – elemen kerja sedetail – detailnya tapi
masih dalam batas – batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Mengamati, mengukur dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh operator
untuk menyelesaikan elemen – elemen kerja tersebut.
5. Menetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Meneliti
apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau
tidak. Dan kemudian menguji keseragaman data yang diperoleh.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Menetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas
kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini
ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk
performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh
mesin maka performance dianggap normal (100 %).
7. Menyesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditujukkan
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8. Menetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang akan diberikan ini guna mengahadapi kondisi – kondisi
seperti

kebutuhan

personil

yang

besifat

pribadi,

faktor

kelelahan,

keterlambatan material.
9. Menetapkan waktu kerja baku (standart time), yaitu jumlah total antara waktu
normal dan waktu longgar.
Kegunaan atau keuntungan pokok dari pemakaian standar data dapat diuraikan
antara lain sebagai berikut :
Pelaksanaan time study akan lebih cepat dan murah.
Konsistensi dari hasil yang diperoleh bisa tetap dijaga untuk setiap
aktivitas time study. Demikian juga dengan kemungkinan terjadi error
pada studi bisa dikurangi.
Tidak diperlukan time study analyst yang terlalu trampil di dalam
penentuan waktu standar.
Bisa dimanfaatkan untuk mengestimasikan biaya dan merencanakan
kegiatan produksi sebelum kegiatan itu sendiri dilaksanakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Mengurangi kericuhan yang mungkin terjadi di lapangan seperti halnya
yang biasa dijumpai setiap kali aktivitas time study dilaksanakan.
Kerugian utamanya adalah proses penghimpunan standar data yang harus
dilaksanakan secara intensif pada aktivitas study sebelumnya yang mana
dalam hal ini akan memerlukan biaya yang tidak sedikit. (Heizer, 2005)

2.3

Langkah – langkah Pengukuran Waktu Ker ja
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam mengukur waktu kerja, maka
tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan
menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya
dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti
yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran dan jumlah
pengukuran. Menurut Sutalaksana (2005), langkah – langkah yang perlu
dilakukan dalam mengukur waktu kerja yaitu :

1. Menetapkan tujuan pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan
kegiatan harus ditetapkan dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal–hal penting
yang harus diperhatikan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil
pengukuran.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mempelajari sistem dan
kondisi kerja yang ada dengan maksud melakukan perbaikan jika diperlukan
agar diperoleh kondisi kerja yang baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Memilih operator
Operator yang melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang
begitu saja diambil dari pabrik. Operator ini haruslah mempunyai persyaratan
tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Starat – syarat tersebut adalah
kemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
4. Melatih operator
Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu, karena sebelum
diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan. Terutama bila kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama
dengan yang biasa dijalankan operator.
5. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecahkan menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen – elemen inilah
yang diukur waktunya (waktu siklus). Adapun alasan yang menyebabkan
pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen – elemenya yaitu
untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan, untuk
memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen , untuk
memudahkan

mengamati

terjadinya

elemen

yang

tidak

baku,

dan

memungkinkan dikembangkannya data waktu standart atau tempat kerja yang
bersangkutan.
6. Menyiapkan alat –alat pengukuran
Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, maka langkah
terakhir sebelum melakukan pengamatan yaitu menyiapkan alat – alat yang
diperlukan, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

a. Jam henti
b. Lembaran – lembaran pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan
Ada tiga metode umum yang dipakai untuk mengukur elemen – elemen
kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch) yaitu pengukuran waktu secara
terus menerus (continous timing), pengukuran waktu secara berulang – ulang
(repetitive timing), dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative
timing).
Adapun uraian cara pengukuran dan pencatatan waktu kerja adalah sebagai
berikut :
1. Pengukuran waktu kerja secara terus menerus (continous timing).
Pada pengukuran waktu secara terus menerus ini, pengamat kerja akan
menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan
membiarkan jarum petunjuk stop watch berjalan secara terus menerus sampai
periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Disini pengamat kerja terus
mengamati jalannya jarum stop watch dan mencatat pembacaan waktu yang
ditujukan setiap akhir dari elemen – elemen kerja pada lembar pengamatan.
Waktu sebenarnya dari masing – masing elemen diperoleh dari pengurangan
pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan.
2. Pengukuran waktu kerja secara berulang – ulang (repetitive timing).
Pada pengukuran ini kadang – kadang disebut snap back method. Disini jarum
penunjuk stop watch akan selalu di kembalikan (snap – back) lagi ke posisi
nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan dicatat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

waktu kerja diukur kemudian tombol ditekan lagi dan segera jarum penunjuk
bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Dengan cara demikian
maka data waktu untuk setiap elemen kerja yang diukur akan dapat dicatat
secara langsung tanpa ada pekerjaan tambahan untuk pengurangan seperti
yang dijumpai dalam metoda pengukuran secara terus menerus (continous
timing).
3. Pengukuran waktu kerja akumulatif.
Pada metode pengukuran waktu secara akumulatif ini memungkinkan
pembaca membaca data secara langsung untuk masing – masing elemen kerja
yang ada. Dalam cara ini akan digunakan dua atau lebih stop watch yang akan
bekerja sama secara bergantian. Stop watch ini akan didekatkan sekaligus pada
papan pengamatan dan dihubungkan dengan suatu tuas. Apabila stop watch
pertama dijalankan, maka stop watch kedua dan ketiga berhenti dan jarum
akan tetap pada posisi nol. Apabila elemen kerja sudah berakhir maka tuas
ditekan yang akan menghentikan gerakan jarum dari stop watch pertama dan
menggerakkan stop kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Metode
akumulatif ini memberikan keuntungan didalam hal pembacaan akan mudah
dan lebih teliti karena jarum stop watch tidak dalam keadaan bergerak pada
saat pembacaan data waktu dilaksanakan seperti halnya yang kita jumpai
untuk pengukuran

kerja dengan menggunakan satu stop watch. (

Wignjosoebroto , 2003)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.4

Kelonggar an
Didalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya

dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata – ratanya.
Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian satu
hal yang lain kerap kali terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu
normal yang telah didapatkan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi
(personil) menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal – hal yang secara nyata dibutuhkan
oleh pekerja, dan yang selama pengukuran ini tidak diamati, diukur, dicatat,
ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
normal, kelonggaran perlu ditambahkan. ( Sutalaksana, 2005 ).
Kelonggaran dapat meliputi tiga hal :
1.

Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal – hal seperti

minum sekedarnya untuk menhilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap–
cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menhilangkan ketegangan
ataupunkejenuhan dalam bekerja.
Kebutuhan – kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak tidak
bisa, misalnya sesorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau
melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap – cakap sepanjang jam
kerja. Larangan demikian tidak sengaja merugikan pekerja ( karena
merupakan tuntutan psikologis dan fisiologis yang wajar ) tetapi juga
merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikan pekerja tidak akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dapat bekerja dengan baik bahkan hamper dapat dipastikan produktivitasnya
menurun.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti ini
berbeda – beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap
pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri – sendiri dengan tuntutan yang
berbeda – beda. Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan
besarnyakelonggaran ini secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan
ataupun secara fisiologis.
Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria
berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan – pekerjaan ringan
pada kondisi – kondisi kerja normal pria memerlukan 2 – 2,5 % dan wanita 5
%. persentase ini adalah (waktu normal). ( Sutalaksana, 2005 ).
2. Kelonggaran untuk menghilangkan r asa fatique
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja
dan mencatat ada saat – saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi
masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat – saat mana
menurunya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena
masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerjja
lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini
berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

badan yang besangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama
sekali walaupun sangat dikehendaki.
Hal demikian jarang terjadi karena berdasrkan pengalamannya, pekerja
dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya
gearakan – gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
( Sutalaksana, 2005 )
3. Kelonggar an untuk hambatan – hambatan tak ter hindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidaka akan lepas dari berbagai
“ hambatan “. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang
berlebihan dan mengaggur dengan sengaja. Adapula hambatan yang tidak
terhindarkan

karena

berada

diluar

kekuasaan

pekerja

untuk

mengendalikannya.
Bagi

hambatan

yang

pertama

jelas

tidak

ada

pilihan

selain

menghilangkannya, sedangkan bagi hambatan yang kedua walaupun harus
diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus
diperhitungkan waktu baku.
Beberapa contoh yang termasuk dalam hambatan tak terhindarkan adalah :
1. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.
2. Melakukan penyesuaian – penyesuaian mesin.
3. Menperbaiki kemacetan – kemacetan singkat seperti mengganti alat
potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.
4. Mengasah peralatan potong.
5. Mengambil alat – alat khusus atau bahan – bahan khusus dari gudang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Hambatan – hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun
bahan.
7. Mesin berhenti karena matinya aliran listrik.
Besarnya hambatan untuk kejadian – kejadian seperti ini sangat bervariasi
dari satu pekerjaan lain bahkan stasiun kerja kestasiun kerja lain karena
banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian
suplay alat dan bahan, dan sebagainya. ( Sutalaksana, 2005 )
Kelonggaran Waktu (Time Allowance).Merupakan sejumlah waktu yang
harus ditambahakan dalam waktu normal untuk mengantisipasi terhadap
kebutuhan-kebutuhan waktu guna melepaskan lelah (fatique), kebutuhankebutuhan yang bersifat pribadi dan kondisi-kondisi menunggu/menganggur baik
yang biasa dihindarkan ataupun tidak bias dihindarkan (avoidable or unavoidable
delays). (Wignjosoebroto, 2003).

2.5

Faktor Penyesuaian ( Rating Performance )
Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini

dikenal sebagai “ Rating Performance “. Dengan melakukan rating ini diharapkan
waktu kerja yang diukur bisa “ dinormalkan “ kembali. Ketidak-normalan dari
waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu
bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana mestinya. Rating
adalah suatu persoalan penilaian merupakan bagian dari aktivitas pengukuran
kerja dan untuk menetapkan waktu baku penyelesaian kerja tidak bisa tidak faktor
penilaian terhadap tempo kerja operator harus dibuat time study analyst.
(Sutalaksana, 2005)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Westing House System’s Rating adalah sistem untuk memberikan rating
performance yang umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja.
Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) sebagai faktor yang mempengaruhi
performance manusia, maka Westing House menambahkan lagi dengan kondisi
kerja (working condition) dan consistency dari operator dalam melakukan kerja.
Untuk table Performance Rating Westing House dpat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Performance Rating dengan Sistem Westing House
SKILL
+ 0,15

A1

+ 0,13

A2

+ 0,11

B1

+ 0,08

B2

+ 0,06

C1

+ 0,03
0,00
+ 0,05

EFFORT
Superskill

Excellent
Good
Average

E1

Fair

F1

A1

+ 0,12

A2

+ 0,10

B1

+ 0,08

B2

+ 0,05

C1

+ 0,02

C2
D

+ 0,010 E2
+ 0,16

+ 0,13

Poor

+ 0,022 F2

0,00

Superskill
Excellent
Good

C2
D

Average

+ 0,04

E1

Fair

+ 0,08

E2

+ 0,012 F1
+ 0,17

F2

Poor

+ 0,06

CONDITION
A
Ideal

+ 0,04

A

CONSISTENCY
Ideal

+ 0,04

B

Excellent

+ 0,03

B

Excellent

+ 0,02

C

Good

+ 0,01

C

Good

0,00

D

Average

0,00

D

Average

- 0,33

E

Fair

- 0,02

E

Fair

- 0,07 F

Poor

- 0,04

F

Poor

Sumber Wignojosoebroto (2003 )

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Metode Westing House ini mempertimbangkan empat buah faktor dalam
mengevaluasi performance rating, antara lain :
1. Keterampilan ( skill ) adalah “ Kecakapan atau kemampuan dalam mengerjakan
suatu metode yang diberikan “. Selanjutnya berhubungan dengan pengalaman,
ditunjukkan dengan koordinasi yang baik antara pikiran dan tangan.
2. Usaha ( effort ) adalah “ Kesungguhan yang ditujukkan atau diberikan oleh
seorang operator saat melaksanakan pekerjaanya”. Usaha ditunjukkan oleh
kecepatan pada tingkat kemampuan yang dimiliki dan dapat dikontrol pada
tingkat yang tertinggi oleh operator.
3. Kondisi ( condition ) adalah “ Kondisi fisik lingkungan di tempat kerja “, yang
meliputi keadaan pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan. Kondisi
merupakan suatu prosedur performance rating yang berpengaruh pada operator
dan bukan pada operasi.
4. Konsistensi ( consistency ) adalah “ Suatu keadaan yang stabil dari operator
dalam melaksanakan pekerjaanya”. Faktor konsistensi ini perlu diperhatikan,
karena pada kenyataanya setiap pengukuran tidak pernah terjadi angka yang
sama pada pencatatan, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu
berubah dari satu siklus ke siklus yang lain. Konsistensi dikatakan sempurna (
perfect ) jika waktu penyelesaianya selalu sama setiap saat.
“ Skill dan Effort “ dibagi menjadi superskill, excellent, good, average, fair,
dan poor. Sedangkan “ Condition dan Consistency “ dibagi menjadi ideal,
excellent, good, average, fair, dan poor. ( Wignjosoebroto, 2003 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.6

Perencanaan Pr oduksi
Dalam sistem Job-Order (tidak kontinyu), masalah lain muncul. Dalam

proses semacam ini tidak ada proses manufaktur yang direncanakan sebelumnya.
Biasanya diperlukan proses yang berbeda untuk setiap pesanan. Perhentian pada
satu atau beberapa titik dalam lintas produksi tidak akan menghentikan
keseluruhan lintas.Karena setiap produk dibuat dengan prosesnya sendiri maka
produk jadi biasanya dikirimkan langsung ke konsumen.Dalam jenis Job-Order,
tanggung jawab penyeimbang lintas terletak pada kelompok perancangan proses
manufaktur.Sekali lintas produksi ditetapkan maka sistem ini akan tetap berjalan
sampai terjadi perubahan produk atau mesin. (Kusuma, 2004).
Dalam perencanaan produksi terdapat tiga jenis perencanaan berdasarkan
periode waktu yang dicakup perencanaan produksi tersebut, yaitu :
1.

Perencanaan produksi jangka panjang
Perencanaan biasanya melihat 5 tahun atau lebih kedepan. Dalam artian

perencanaan produksi jangka panjang berhubungan dengan efek apa yang muncul
dimasa mendatang terhadap tujuan sistem dan tindakan apa yang diperlukan
dalam menyesuaikan terhadap perubahan tersebut.
2.

Perencanaan produksi jangka menengah
Perencanaan produksi jangka menengah mempunyai horizon antara 1

sampai 12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan
pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan ini didasarkan pada
peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber daya produktif yang ada (
jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah supplier, dan
subkontraktor ), dengan asumsi kapasitas produksi relatif tetap.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.

Perencanaan produksi jangka pendek
Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan

kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaanya adalah berupa jadwal produksi.
Tujuan dari dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan actual (
yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima ) dengan sumber daya
yang tersedia ( jumlah departemen, waktu shift yang tersedia, banyaknya operator,
tingkat persediaan yang dimiliki dan peralatan yang ada ),sesuai batasan–batasan
yang ditetapkan pada perencanaan agregat.( Nasution, 2006 ).

2.7

Perencanaan Pr oduksi Agr egat
Dalam lingkungan industri, pertimbangan perencanaan agregat mencakup

persediaan, penjadwalan kapasitas, dan sumber daya. Semakin besar fasilitas
industry, masalah perencanaan dan pengendalian menjadi semakin sukar. Bagian
perencanaan dan pengendalian produksi harus menjadwalkan produksi untuk
memenuhi permintaan berbagai produk yang berbeda, sehingga jadwal induk yang
memenuhi kebijaksanaan operasi dan pelayanan konsumen perusahaan harus
dicari (Kusuma, 2004).
Perencanaan produksi agregat merupakan produksi jangka menengah.
Perencanaanya berkisar antara 1 sampai 24 bulan atau bisa bervariasi dari 1
sampai 3 tahun. Perencanaan tersebut tergantung pada karakteristik produk dan
jangka waktu produksi. Tujuan dari perencanaan agregat ini adalah menyusun
suatu rencana produksi untuk memenuhi permintaan pada waktu yang tepat
dengan menggunakan sumber – sumber atau alternative – alternative yang tersedia
dengan biaya yang paling minimum keseluruhan produk. Perencanaan agregat ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

merupakan langkah awal aktivitas perencanaan produksi yang dipakai untuk
penyusunan jadwal induk produksi ( JIP ). ( Baroto, 2004 )
Secara umum perencanaan produksi agregat dapat digambarkan sebagai berikut :
Peramalan
Kebutuhan Gudang

Penyesuian
Persediaan

Estimasi
Permintaan

Kebutuhan Komponen dan
Pemeliharaan

Pesanan - pesanan

Perencanaan Produksi Agregat

MPS

RCCP

Gambar . 2.1.
Proses Perencanaan dan Penjadwalan Produksi
( Nasution, 2006 )

Sedang yang dimaksud dengan perencanaan produksi yaitu bagaimana
mengolah data yang ada, mulai dari meramalkan permintaan konsumen,
menentukan kapasitas dan fasilitas produksi yang digunakan dan terakhir
mengalokasikan permintaan yang ada pada alternative produksi yang dapat
digunakan. Sehingga secara lebih sederhana pembuatan rencana produksi Agregat
dapat dilihat pada gambar dibawah ini. ( Nasution, 2006 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERIODIK
PHASE 2

PHASE 3

Smooth Utilisasi
Kapasitas

Penentuan Alternatif
Produksi yang Layak

PHASE 1
Peramalan
Permintaaan Agregat

Time Series With
Seasionals

Moving Average

PHASE 4

REGULER

Produk
Komplementer

Alokasi Pemintaan
PadaPeriode Produksi

Penetapan
Tenaga Kerja :
Over time
Undertime

Biaya Linier

Trial and
Error

Harga

Exponential
Smoothing

Waktu Pengiriman
yang Fleksibel

Yang Lain

Promosi

Variabel Tenaga
Kerja :
Penyewaan
Pemberhen
tian

Linear
Programming :
Transporta
tion
Simplex

Inventory
Biaya Non Linear
Backorder

Linear
Decision Rute

Subkontrak
Yang Lain

Heuristik dan
Penentuan Model
(cocok untuk semua
tipe biaya)

Gambar 2.2.
Prosedur Perencanaan Produksi Agregat
( Nasution, 2006 )

Setelah perencanaan agregat dibuat, maka hasilnya akan di disagregatkan
kedalam kebutuhan – kebutuhan tahapan waktu untuk masing – masing jenis
produksi ( individual product ). Perencanaan disagregat ini disebut Jadwal Induk
Produksi ( master production schedule, MPS ). Jadwal induk produksi ini
biasanya menunjukkan kebutuhan produksi mingguan selam periode waktu antara
6 sampai 12 bulan. Jadwal induk produksi ( MPS ) bukanlah merupakan
peramalan, tetapi lebih merupakan suatu jadwal yang berisi tentang “ kapan “

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

produksi harus diselesaikan MPS semakin berperan dalam sistem manufaktur
yang besar.

2.8

Perencanaan Kapasitas Pr oduksi
Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah output ( produk ) maksimum yang

dapat menghasilkan suatu fasilitas produksi dalam selang waktu tertentu. Dari
definisi tersebut, kapasitas terbagi atas tiga perspektif yaitu :
a. Kapasitas Desain
Kapasitas ini menunjukkan output maksimum pada kondisi ideal di mana
tidak terdapat konflik penjadwalan, tidak ada produk yang rusak atau
cacat, dan perawatan hanya yang rutin.
b. Kapasitas Efektif
Kapasitas ini menunjukkan output maksimum pada tingkat operasi
tertentu. Pada umumnya kapasitas efektif lebih rendah dari pada kapasitas
desain.
c. Kapasitas Aktual
Kapasitas ini menunjukkan output nyata yang dapat dihasilkan oleh
fasilitas produksi. Kapasitas actual sedapat mungkin harus diusahakan
sama dengan kapasitas efektif.
Perencanaan kapasitas berusaha untuk mengintegrasikan faktor – faktor
produksi untuk meminimasi ongkos fasilitas produksi. Dengan kata lain,
ke