ANALISIS PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI DENGAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING (RCCP) DI PT. TUNAS MELATI PERKASA SIDOARJO.

ANALISIS PERENCANAAN KAPASITAS WAKTU PRODUKSI
DENGAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING
(RCCP) DI PT. TUNAS MELATI PERKASA
SIDOARJ O

SKRIPSI

Disusun Oleh :
ETRI DWI J AYANTI
NPM. 0832010021

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dengan

judul

“ANALISIS

PERENCANAAN

KAPASITAS

WAKTU

PRODUKSI DENGAN METODE ROUGH CUT CAPACITY PLANNING
(RCCP) DI PT. TUNAS MELATI PERKASA SIDOARJ O”.
Penelitian ini merupakan tugas wajib dan sebagai syarat untuk
menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) di Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.
Dalam menyusun penelitian ini, penulis tidak lepas dari banyak pihak,
yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah turut membimbing dan
mendukung penyelesaian tugas penelitian ini yang semuanya sangat besar artinya
bagi penulis. Oleh karena itu, tidak lupa penulis menyampaikan rasa hormat dan
rasa terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

2.

Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

3.

Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Kepala Jurusan Teknik Industri.


4.

Bapak Drs. Pailan, selaku pembimbing PKL serta Sekretaris Jurusan
Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa
Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.

Bapak Ir. Didi Samanhudi, MMT selaku dosen pembimbing I.

6.

Bapak Ir. Akmal Suryadi, MT selaku dosen pembimbing II.

7.

Bapak Edi Rianto selaku pembimbing lapangan serta bapak atong, dan

bapak wahyu.

8.

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9.

Bapak TU khususnya pak Suroso dan pak Sugeng, penulis ucapkan
banyak-banyak terima kasih atas bantuannya mulai dari penulis awal
kuliah sampai sekarang ini.

10.

Kedua orang tua dan kakak - kakak penulis, serta adek - adek keponakan
yang super duper cerewet n ngegemezin yang senantiasa memberikan
semangat dan dukungan baik materi maupun moril.

11.


Bapak dan Ibu kozt yang sudah baik dan sabar, serta temen – temen kozt
yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis.

12.

Semua kakak/teman mulai dari angkatan 2004 sampai 2008 TI, khususnya
dari anak - anak A ’08 tercinta.

13.

My Best Friends (Dinda/Dindong, Ririn/Nyinyin, n Baguz/Boy), makasih
banyak sudah ngasih suport yang begitu berarti buat penulis.

14.

Tri Angga Y.P / cungkringq, makasih yaaaa J , kehadiran cungkring
sangat berarti banget karna da ngasih semangat serta kebahagiaan buat
ndut J


15.

Semua temen - temen KKN yang selalu baik n ngasi semangat, serta
temen-temen mulai dari yang nyebelin sampai yang aneh - aneh.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan dan semoga Allah memberikan balasan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis.

Surabaya, 13 April 2012
Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ..............................................................................................

i

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ......................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................


vii

ABSTRAKSI .............................................................................................

viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ..........................................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ....................................................................

2

1.3


Batasan Masalah .......................................................................

3

1.4

Asumsi – Asumsi .....................................................................

3

1.5

Tujuan Penelitian ......................................................................

4

1.6

Manfaat Penelitian ....................................................................


4

1.7

Sistematika Penulisan ................................................................

5

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.1

Pengukuran Waktu Kerja ...........................................................

6

2.2

Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti .............................. 7
2.2.1 Cara Pengukuran Dan Pencatatan Waktu Kerja ............... 9

2.2.2 Langkah-langkah Melaksanakan Pengukuran Waktu Kerja 10
2.2.3 Perhitungan Waktu Baku .................................................
i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

2.2.4 Kelonggaran ....................................................................

13

2.3

Faktor Penyesuaian (Rating Performance) .................................

17

2.4

Perencanaan Produksi ................................................................

19

2.5

Perencanaan Produksi Agregat ...................................................

22

2.6

Perencanaan Kapasitas Produksi ...............................................

24

2.7

Waktu Produksi Tersedia ..........................................................

28

2.8

Jadwal Induk Produksi / Master Production Schedule (MPS) ....

29

2.9

Perencanaan Kapasitas Kasar RCCP ..........................................

30

2.10 Teknik – Teknik RCCP ..............................................................

33

2.11 Peramalan ..................................................................................

36

2.12 Metode Peramalan .....................................................................

38

2.13 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan ...............................................

42

2.14 Uji Kondisi Diluar Kendali Moving Average Chart (MRC) ........ 44
2.15 Peneliti Terdahulu .....................................................................

46

BAB III METODE PENELITIAN
3.1

Tempat Dan Waktu Penelitian ...................................................

49

3.2

Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional .........................

49

3.3

Metode Pengumpulan Data .......................................................

51

3.4

Metode Pengolahan Dan Analisa Data .......................................

52

3.5

Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ..................................

57

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Pengumpulan Data ....................................................................

68

4.1.1 Data Jumlah Tenaga Kerja Dan Mesin Produksi ............

68

4.1.2 Pengukuran Waktu Kerja ................................................

69

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.3 Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data ............. 71
4.1.4 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu
Baku ................................................................................
4.2

76

Data Permintaan Produk Bihun (Februari 2010-Januari 2012) .... 80
4.2.1 Peramalan Permintaan Tahun Feb 2012-Jan 2013 ........... 81
4.2.2 Membuat Plot Diagram Permintaan .................................. 82
4.2.3 Penetapan Metode Peramalan .......................................... 82
4.2.4 Menghitung Masing-masing Kesalahan Peramalan (MSE) 82
4.2.5 Memilih Metode Dengan Nilai Kesalahan Peramalan (MSE)
Terkecil ...........................................................................

83

4.2.6 Uji Verifikasi Data Dengan MRC .................................... 84

4.3

4.2.7 Jadwal Induk Produksi (JIP) ............................................

87

4.2.8 Matrik Produksi ...............................................................

89

Data Perincian Jam Kerja dan Hari Kerja Karyawan ................... 89
4.3.1 Kapasitas Waktu Produksi Tersedia ................................. 90

4.4

Rough Cut Capacity Planning (RCCP) ........................................ 91
4.4.1 Perhitungan RCCP Pada Proses Pencampuran Bahan ...... 92
4.4.2 Perencanaan Kapasitas Waktu Produksi .......................... 93

4.5

Pembahasan ................................................................................

99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan .................................................................................

101

5.2

Saran ...........................................................................................

101

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

Proses Perencanaan dan Penjadwalan Produksi ....................... 23

Gambar 2.2.

Skema Stasiun Kerja ......................................... ....................... 23

Gambar 2.3.

Moving Range Chart ............................ ................................... 46

Gambar 3.1.

Flow Chart Pemecahan Masalah ............................................... 59

Gambar 4.1.

Grafik Uji Keseragaman Data Proses Pencampuran Bahan ...... 73

Gambar 4.2.

Plot Diagram Permintaan PT. Tunas Melati Perkasa ................ 82

Gambar 4.3.

Peta Kendali Moving Range ...................................................... 87

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.

Performance Rating dengan Sistem Westing House …......…....18

Tabel 4.1.

Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Mesin .................................. 68

Tabel 4.2.

Tabel Pengamatan Waktu Proses Pencampuran Bahan ............ 69

Tabel 4.3.

Tabel Pengamatan Waktu Proses Penekanan dan Pencetakan
Adonan ...................................................................................... 70

Tabel 4.4.

Tabel Pengamatan Waktu Proses Pengukusan ......................... 70

Tabel 4.5.

Tabel Pengamatan Waktu Proses Cutting / Pemotongan .......... 70

Tabel 4.6.

Tabel Pengamatan Waktu Proses Pengeringan ......................... 70

Tabel 4.7.

Tabel Pengamatan Waktu Proses Pengepakan / Packing .......... 71

Tabel 4.8.

Tabel Pengolahan Data Proses Pencampuran Bahan ................ 71

Tabel 4.9.

Tabel Hasil Uji Keseragaman Data ........................................... 73

Tabel 4.10.

Tabel Hasil Uji Kecukupan Data .............................................. 75

Tabel 4.11.

Faktor Penyesuaian dan Kelonggaran Tiap Kegiatan Kerja ...... 77

Tabel 4.12.

Perhitungan Waktu Normal, Waktu Siklus dan Waktu Baku .... 79

Tabel 4.13.

Tabel Matrik Waktu Baku ........................................................ 80

Tabel 4.14.

Data Permintaan PT. Tunas Melati Perkasa Sidoarjo ............... 81

Tabel 4.15.

Nilai Kesalahan Peramalan Dari Berbagai Metode Peramalan 83

Tabel 4.16.

Data Hasil Peramalan Permintaan Produk Bihun ..................... 84

Tabel 4.17.

Perhitungan Moving Range ....................................................... 86

Tabel 4.18.

Jadwal Induk Produksi Produk .................................................. 88

Tabel 4.19.

Matrik Produksi Tahun 2012 – Awal 2013 ............................... 89

Tabel 4.20.

Data Perincian Jam dan Hari Kerja Karyawan ......................... 89
v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 4.21.

Hasil RCCP Dalam Satuan Jam / Bulan ................................... 93

Tabel 4.22.

Tabel Perbandingan Kapasitas Waktu Produksi RCCP Dengan
Kapasitas Waktu Produksi Tersedia ......................................... 97

Tabel 4.23.

Kapasitas Waktu Produksi pada Stasiun Kerja yang Perlu
Dilakukan Jam Lembur ............................................................ 98

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

: SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

LAMPIRAN II

: HASIL PENGAMATAN WAKTU KERJA

LAMPIRAN III

: PERHITUNGAN FAKTOR PENYESUAIAN DAN
FAKTOR KELONGGGARAN

LAMPIRAN IV

: HASIL PERAMALAN DENGAN SOFTWARE
WINQSB

LAMPIRAN V

: PERHITUNGAN ROUGH CUT CAPACITY
PLANNING (RCCP)

LAMPIRAN VI

: PERHITUNGAN WAKTU TERSEDIA

LAMPIRAN VII

: TABEL ALLOWANCE

LAMPIRAN VIII

: TABEL APENNDIX

LAMPIRAN IX

: STRUKTUR / BAGAN PRODUK BIHUN

LAMPIRAN X

: OPERATION PROCESS CHART (OPC)

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Dalam memasuki Era pasar bebas dimasa ini semua perusahaan yang
bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat
persaingan yang kompetitif. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk
merencanakan kapasitas produksi agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan
tepat waktu dan dengan jumlah yang sesuai, sehingga diharapkan keuntungan
perusahaan akan meningkat. Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen akan
produk, perusahaan perlu memperhatikan perencanaan kapasitas dan pengendalian
aktivitas produksi yang harus dilakukan dalam pemenuhan order di pasar.
PT. TUNAS MELATI PERKASA Sidoarjo sendiri khususnya dalam
bagian bihun (mie putih), mengalami perbedaan jumlah produksi dengan
permintaan data produk sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan
antara masing – masing stasiun kerja yang mengalami kelebihan atau kekurangan
jam kerja produksi, yang juga dapat berpengaruh pada banyaknya permintaan
konsumen.
Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menganalisis perencanaan kapasitas
waktu produksi yang optimal agar dapat memenuhi permintaan konsumen di tiap
– tiap stasiun kerja selama 1 tahun ke depan. Dengan adanya tujuan tersebut,
maka diperlukan metode Rough Cut Capacity Planning (RCCP) yang merupakan
“analisis untuk menguji ketersediaan kapasitas fasilitas produksi yang tersedia
didalam memenuhi jadwal induk produksi yang telah ditetapkan” dengan Teknik
Bill Of Material (BOM). Bill Of Material (BOM) merupakan daftar dari semua
material, serta kuantitas dari masing – masing yang dibutuhkan untuk
memproduksi suatu produk.
Dari hasil penelitian, PT. TUNAS MELATI PERKASA Sidoarjo masih
mengalami kekurangan kapasitas waktu produksi. Sehingga perlu diadakan jam
lembur sebanyak 23011.6 jam/tahun untuk stasiun kerja pencampuran bahan,
46507.6 jam/tahun untuk stasiun kerja penekanan dan pencetakan adonan,
409926.4 jam/tahun untuk stasiun kerja pengeringan, dan 252470 jam/tahun untuk
stasiun kerja pengepakan / packing guna memenuhi permintaan sebanyak
131943.6 kg/tahun.

Kata Kunci : Kapasitas Waktu Produksi, Rough Cut Capacity Planning
(RCCP), Bill Of Material (BOM).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
Within days of entering the era of free market is all the companies engaged
in the industry was faced with a problem that is the level of competitive rivalry.
This requires companies to plan production capacity to meet market demand in a
timely manner and with the appropriate amount, which is expected to increase
corporate profits. In fulfillment of consumer needs for propducts, companies need
to consider the capacity planning and production control activities should be done
in fulfillment of orders in the market.
PT. Jasmine Tunas Perkasa Sidoarjo own, especially in the vermicelli
(white noodles), sometimes have different numbers of production with demand for
the previous product data. That’s because the differences between each – each
work station has an excess or shortage of working hours of production, which also
can affect consumer demand.
The purpose of this study, namely to analyze the capacity planning of
optimal production time in order to meet consumer demand in each – each work
station during the first years. Given these objectives, the required method of
Rough Cut Capacity Planning (RCCP), which is an “analysis to test the
availability of the available capacity of production facilities in the master
production schedule to meet a predetermined” by the Engineering Bill Of Material
(BOM). Bill Of Material (BOM) is a list of all the material, as well as the quantity
of each – each of which is required to produce a product.
From the research, PT. Jasmine Tunas Perkasa Sidoarjo is still
experiencing a capacity shortage of production time. So that as many overtime
hours needed to be 23011.6 hours / year for work stations mixing of materials,
46507.6 hours / year for work stations presses and printing dough, 409926.4 hours
/ year for work stations drying, and 252470 hours / year for work stations packing,
to meet demand to be 131943.6 kg / year.

Keywords : Capacity Production Time, Rough Cut Capacity Planning (RCCP),
Bill Of Materials (BOM).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam memasuki Era pasar bebas dimasa ini semua perusahaan yang

bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat
persaingan

yang

kompetitif.

Hal

ini

mengharuskan

perusahaan

untuk

merencanakan kapasitas produksi agar dapat memenuhi permintaan pasar dengan
tepat waktu dan dengan jumlah yang sesuai, sehingga diharapkan keuntungan
perusahaan akan meningkat.
Kapasitas adalah jumlah dari keluaran maksimum yang bisa dihasilkan
oleh suatu fasilitas dalam satu periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam
jumlah keluaran per satuan waktu. Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen akan
produk, perusahaan perlu memperhatikan perencanaan kapasitas dan pengendalian
aktivitas produksi yang harus dilakukan dalam pemenuhan order di pasar. Karena
tanpa adanya perencanaan kapasitas dan pengendalian aktivitas produksi yang
tepat, maka bukan tidak mungkin akan terjadi over produksi (produksi yang
berlebihan) ataupun low produksi (kekurangan produksi) dalam proses
produksinya.
PT. Tunas Melati Perkasa Sidoarjo adalah perusahaan yang bergerak
dalam industri bihun (mie putih). Produk yang dihasilkan oleh PT. Tunas Melati
Perkasa Sidoarjo ini adalah bihun (mie putih). Disamping itu PT. Tunas Melati
Perkasa Sidoarjo juga menghasilkan produk lain yaitu minyak goreng dan tepung.
PT. Tunas Melati Perkasa Sidoarjo sendiri khususnya dalam bagian bihun (mie

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

putih), terkadang mengalami perbedaan jumlah produksi dengan permintaan data
produk sebelumnya, yaitu dari 11000 kg (11 ton) menjadi 13500 kg (13,5 ton).
Hal itu dikarenakan adanya perbedaan antara masing – masing stasiun kerja yang
mengalami kelebihan atau kekurangan jam kerja produksi, yang juga dapat
berpengaruh pada banyaknya permintaan konsumen. Maka kendala yang di
hadapi adalah apakah kapasitas waktu produksi sudah dapat memenuhi
permintaan konsumen.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka perusahaan perlu
melakukan pengujian terhadap ketersediaan kapasitas fasilitas produksi yang
tersedia didalam memenuhi jadwal induk produksi (Master Production Schedule).
Dengan kata lain, proses ini akan menghasilkan jadwal induk produksi yang telah
disesuaikan, karena telah memberikan gambaran tentang ketersediaan kapasitas
untuk memenuhi target produksi yang disusun dalam jadwal induk produksi.
Waktu produksi secara umum diukur dalam bentuk waktu (jam/bulan) yang
ditunjukkan berdasarkan kemampuam manusia dengan bantuan mesin yang
tersedia setiap periode operasi atau stasiun kerjanya. Dengan demikian perusahaan
diharapkan mampu membuat perencanaan produksi yang tepat sehingga dapat
memenuhi permintaan konsumen.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang ada dapat

dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana menganalisis perencanaan kapasitas
waktu produksi dengan menggunakan metode Rough Cut Capacity Planning
(RCCP)?”

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.3

Batasan Masalah
Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk

menyederhanakan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah
sebagai berikut :
1.

Data permintaan produk bihun (mie putih) di PT. Tunas Melati Perkasa
yang diambil adalah periode tertentu (Februari 2010 sampai Januari 2012).

2.

Kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi yang dibahas hanya
perencanaan waktu produksi dengan menggunakan metode Rough Cut
Capacity Planning (RCCP).

3.

Jenis produk yang akan dibahas adalah khusus produk bihun (mie putih)
dan pada perusahaan ini tidak memperhitungkan biaya (financial yang
terkait).

4.

Karena menggunakan 3 shift maka memungkinkan adanya penambahan
jam lembur.

5.

Tidak memperhitungkan jumlah output produksi dan hasil kwalitas
produksi.

1.4

Asumsi-Asumsi
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai berikut:

1.

Tidak adanya perubahan komposisi produk selama periode perencanaan.

2.

Bahan – bahan penunjang lainnya selalu tersedia.

3.

Fasilitas produksi berjalan pada kondisi normal dan lancar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.5

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : menganalisis perencanaan kapasitas waktu
produksi yang optimal yang diperlukan untuk memenuhi permintaan
konsumen di tiap – tiap stasiun kerja selama 1 tahun ke depan.

1.6

Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1.

Penulis
Untuk menambah pengetahuan mengenai perencanaan kapasitas dan
pengendalian aktivitas produksi dengan menggunakan metode Rough Cut
Capacity Planning (RCCP).

2.

Perusahaan
Dapat mengetahui waktu produksi yang ada dalam perusahaan guna
mencukupi waktu produksi yang diperlukan berdasarkan hasil peramalan
permintaan konsumen pada masa mendatang dengan menggunakan metode
RCCP.

3.

Universitas
Sebagai referensi bagi mahasiswa aktif dan sebagai alat perbandingan
untuk melakukan penelitian ini lebih lanjut oleh mahasiswa teknik industri,
khususnya mengenai perencanaan kapasitas dan pengendalian aktivitas
produksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.7

Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, maka berikut disajikan

sistem penulisan yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi gambaran umum masalah yang terdiri dari Latar Belakang,
Tujuan, Rumusan Masalah, Batasan Masalah,

Asumsi, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori yang menjadi referensi atau acuan yang
akan digunakan untuk melakukan pembahasan dan analisa masalah
nantinya, yang berisi teori-teori metode RCCP serta teori-teori
pendukung lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN
Mencakup lokasi pencarian data, metode pengumpulan data, dan
pengolahan data.
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi hasil dan pembahasan data yang didasarkan atas teori yang telah
diuraikan di atas dengan menggunakan data-data yang telah didapat
selama penelitian.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini menyimpulkan dan memberikan saran dari hasil
penelitian dan pengolahan data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Pengukuran Waktu Ker ja
Suatu pekerja akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu

penyelesaian berlangsung singkat, dengan mengaplikasikan prinsip dan teknik
pengaturan cara kerja yang optimal dalam sistem kerja, maka akan diperoleh
alternatif pelaksanaa kerja yang dianggap memberikan hasil yang paling efektif
dan efesien.
Pengukuran waktu kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara
kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.
Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha – usaha menetapkan
waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku
ini sangat diperlukan terutama sekali untuk :
a.

Man Power Planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja).

b.

Estimasi biaya – biaya untuk upah karyawan atau pekerja.

c.

Penjadwalan produksi dan pengangguran.

d.

Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi karyawan atau
pekerja yang berprestasi.

e.

Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
Waktu baku ini merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja

yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Waktu baku yang dihasilkan dalam aktivitas pengukuran kerja akan dapat
digunakan sebagai alat untuk rencana penjadwalan rencana kerja yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu berlangsung dan berapa output yang
dihasilkan serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.
Teknik pengukuran waktu kerja ini dapat dibagi / dikelompokkan dalam 2
bagian, yaitu pengukuran kerja secara lsngsung, dimana pengukurannya dilakukan
secara langsung ditempat pekerjaan yang diukur, dan pengukuran kerja secara
tidak langsung, dimana pengukurannya tidak langsung dilaksanakan tanpa si
pengamat harus ditempat pekerjaan yang diukur.
Tujuan utama dari aktivitas pengukuran kerja adalah waktu baku yang
harus dicapai oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Jadi
waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu
sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu
penyelesaian tersebut juga hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut. Dari hal
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran waktu kerja hendaknya
dilaksanakan apabila kondisi dan metoda kerja dari pekerjaan yang akan diukur
sudah baik. Jika belum maka, kondisi yang ada ini hendaknya diperbaiki dan
kemudian distandartkan terlebih dahulu. Mempelajari kondisi kerja dan cara /
metoda kerja kemudian memperbaiki serta membakukannya adalah sesuatu yang
dilakukan dalam langkah penelitian pendahuluan yang harus dipersiapkan dalam
pengukuran waktu kerja (Wignojosoebroto, 2003).

2.2

Pengukuran Waktu Ker ja Dengan J am Henti ( Stop Watch )
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop-watch time study)

diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 19 yang lalu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan – pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang – ulang. Dari hasil pengukuran maka akan
diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana
waktu ini akan dipergunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu.
Pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang
objektif, karena disini waktu yang ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan
tidak hanya sekedar diestimasikan secara objektif.
Satu hal penting dalam pelaksanaan kerja ini ialah bahwa semua pihak
yang nantinya akan dipengaruhi oleh hasil studi (waktu baku) haruslah
diinformasikan mengenahi maksud dan tujuan dari studi, sehingga nantinya bisa
tercapai kerja sama yang baik didalam pelaksanaan pengukuran. Secara garis
besar langkah – langkah untuk melakukan pengukuran waktu kerja dengan stop
watch adalah :
1.

Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian
pekerjaan seperti layout planning, karakteristik / spesifikasi mesin atau
peralatan kerja lain yang digunakan.

2.

Menetapkan jumlah siklus kerja yang diukur dan dicatat. Meneliti apakah
jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau
tidak. Kemudian menguji keseragaman data yang diperoleh.

3.

Menetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas
kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut.
(Wignojosoebroto Sritomo, 2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1 Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja
Ada tiga metode umum yang dipakai untuk mengukur elemen – elemen
kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch) yaitu pengukuran waktu secara
terus menerus (continous timing), pengukuran waktu secara berulang – ulang
(repetitive timing), dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative
timing).
Adapun uraian cara pengukuran dan pencatatan waktu kerja adalah sebagai
berikut :
1.

Pengukuran waktu kerja secara terus menerus (continous timing).
Pada pengukuran waktu secara terus menerus ini, pengamat kerja akan
menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan
membiarkan jarum petunjuk stop watch berjalan secara terus menerus
sampai periode atau siklus kerja selesai berlangsung. Disini pengamat
kerja terus mengamati jalannya jarum stop watch dan mencatat pembacaan
waktu yang ditujukan setiap akhir dari elemen – elemen kerja pada lembar
pengamatan. Waktu sebenarnya dari masing – masing elemen diperoleh
dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan.

2.

Pengukuran waktu kerja secara berulang – ulang (repetitive timing).
Pada pengukuran ini kadang – kadang disebut snap back method. Disini
jarum penunjuk stop watch akan selalu di kembalikan (snap – back) lagi
ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah
dilihat dan dicatat waktu kerja diukur kemudian tombol ditekan lagi dan
segera jarum penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya.
Dengan cara demikian maka data waktu untuk setiap elemen kerja yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

diukur akan dapat dicatat secara langsung tanpa ada pekerjaan tambahan
untuk pengurangan seperti yang dijumpai dalam metoda pengukuran
secara terus menerus (continous timing).
3.

Pengukuran waktu kerja akumulatif.
Pada metode pengukuran waktu secara akumulatif ini memungkinkan
pembaca membaca data secara langsung untuk masing – masing elemen
kerja yang ada. Dalam cara ini akan digunakan dua atau lebih stop watch
yang akan bekerja sama secara bergantian. Stop watch ini akan didekatkan
sekaligus pada papan pengamatan dan dihubungkan dengan suatu tuas.
Apabila stop watch pertama dijalankan, maka stop watch kedua dan ketiga
berhenti dan jarum akan tetap pada posisi nol. Apabila elemen kerja sudah
berakhir maka tuas ditekan yang akan menghentikan gerakan jarum dari
stop watch pertama dan menggerakkan stop kedua untuk mengukur
elemen kerja berikutnya. Metode akumulatif ini memberikan keuntungan
didalam hal pembacaan akan mudah dan lebih teliti karena jarum stop
watch tidak dalam keadaan bergerak pada saat pembacaan data waktu
dilaksanakan seperti halnya yang kita jumpai untuk pengukuran kerja
dengan menggunakan satu stop watch. (Wignjosoebroto, 2003).

2.2.2. Langkah – langkah Dalam Melaksanakan Pengukur an Waktu Ker ja
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam mengukur waktu kerja, maka
tidaklah

cukup

sekedar

melakukan

beberapa

kali

pengukuran

dengan

menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya
dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti
yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran dan jumlah pengukuran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Menurut Sutalaksana (2005), langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam
mengukur waktu kerja yaitu :
1.

Menetapkan tujuan pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan
kegiatan harus ditetapkan dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal–hal
penting yang harus diperhatikan adalah untuk apa hasil pengukuran
digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang
diinginkan dari hasil pengukuran.

2.

Melakukan penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mempelajari sistem dan
kondisi kerja yang ada dengan maksud melakukan perbaikan jika
diperlukan agar diperoleh kondisi kerja yang baik.

3.

Memilih operator
Operator yang melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang
begitu saja diambil dari pabrik. Operator ini haruslah mempunyai
persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik. Syarat – syarat
tersebut adalah kemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.

4.

Melatih operator
Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu, karena sebelum
diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan. Terutama bila kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama
dengan yang biasa dijalankan operator.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.

Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecahkan menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen – elemen inilah
yang diukur waktunya (waktu siklus). Adapun alasan yang menyebabkan
pentingnya melakukan penguraian pekerjaan atas elemen – elemenya yaitu
untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan, untuk
memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen, untuk
memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku, dan
memungkinkan dikembangkannya data waktu standart atau tempat kerja
yang bersangkutan.

6.

Menyiapkan alat –alat pengukuran
Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, maka langkah
terakhir sebelum melakukan pengamatan yaitu menyiapkan alat – alat yang
diperlukan, yaitu :
a. Jam henti
b. Lembaran – lembaran pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan

2.2.3. Perhitungan Waktu Baku
Waktu baku digunakan untuk menunjukkan kemampuan rata-rata satu
operator yang terlatih dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dalam keadaan
normal (Niebei, 1988). Jika pengukuran – pengukuran telah selesai, langkah
selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku.
Untuk mendapatkan waktu baku maka ditempuh langkah – langkah berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

a.

Menghitung waktu siklus rata – rata setiap elemen kegiatan (Ws) :
Ws =

b.

∑X

ij

N

( 2.9 )

Menghitung waktu normal (Wn) :
Wn = Ws x p

( 2.10 )

Keterangan :
Wn = Waktu Normal
Ws

= Waktu Siklus

P

= Performence

∑x = Jumlah waktu operasi pada pengamatan
N

= Jumlah data

Wb = Waktu Baku
Dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini digunakan untuk
menormalkan dari pengamatan yang diperoleh jika operator bekerja dengan
kecepatan tidak wajar.
c.

Menghitung waktu baku ( Wb ) :
Wb = Wn x

100%
100% − (% )allowance

( 2.11 )

2.2.4. Kelonggar an
Didalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya
dengan menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata – ratanya.
Selain data yang seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian satu
hal yang lain kerap kali terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu
normal yang telah didapatkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi
(personil) menghilangkan rasa fatique, dan hambatan – hambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal – hal yang secara nyata dibutuhkan
oleh pekerja, dan yang selama pengukuran ini tidak diamati, diukur, dicatat,
ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu
normal, kelonggaran perlu ditambahkan. ( Sutalaksana, 2005 ).
Kelonggaran dapat meliputi tiga hal :
1.

Kelonggar an untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal – hal seperti

minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun
kejenuhan dalam bekerja.
Kebutuhan – kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak tidak
bisa, misalnya sesorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau
melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap – cakap sepanjang jam kerja.
Larangan demikian tidak sengaja merugikan pekerja ( karena merupakan tuntutan
psikologis dan fisiologis yang wajar ) tetapi juga merugikan perusahaan karena
dengan kondisi demikan pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan
hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti ini
berbeda – beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan
mempunyai karakteristik sendiri – sendiri dengan tuntutan yang berbeda – beda.
Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran
ini secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria
berbeda dengan pekerja wanita. Misalnya untuk pekerjaan – pekerjaan ringan
pada kondisi – kondisi kerja normal pria memerlukan 2 – 2,5 % dan wanita 5 %.
persentase ini adalah (waktu normal). ( Sutalaksana, 2005 ).
2.

Kelonggar an untuk menghilangkan rasa fatique
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik

jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara menentukan besarnya
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan
mencatat ada saat – saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya
adalah kesulitan dalam menentukan pada saat – saat mana menurunya hasil
produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak
kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja
lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini
berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan
yang besangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali
walaupun sangat dikehendaki.
Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya, pekerja
dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya
gerakan–gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
( Sutalaksana, 2005 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.

Kelonggar an untuk hambatan – hambatan tak ter hindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai

“hambatan“. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol

yang

berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Adapula hambatan yang tidak
terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.
Bagi

hambatan

yang

pertama

jelas

tidak

ada

pilihan

selain

menghilangkannya, sedangkan bagi hambatan yang kedua walaupun harus
diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus
diperhitungkan waktu baku.
Beberapa contoh yang termasuk dalam hambatan tak terhindarkan adalah :


Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.



Melakukan penyesuaian – penyesuaian mesin.



Memperbaiki kemacetan – kemacetan singkat seperti memasang kembali
loyang pada mesin oven yang lepas dan sebagainya.



Membersihkan alat pemotong mie pada mesin.



Hambatan – hambatan karena takaran bahan yang tidak sesuai.



Mesin berhenti karena matinya aliran listrik.
Besarnya hambatan untuk kejadian – kejadian seperti ini sangat bervariasi

dari satu pekerjaan lain bahkan stasiun kerja kestasiun kerja lainnya, karena
banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian
suplay alat dan bahan, dan sebagainya. ( Sutalaksana, 2005 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3

Faktor Penyesuaian ( Rating Performance )
Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini

dikenal sebagai “Rating Performance“. Dengan melakukan rating ini diharapkan
waktu kerja yang diukur bisa “dinormalkan“ kembali. Ketidak-normalan dari
waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu
bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana mestinya. Rating
adalah suatu persoalan penilaian merupakan bagian dari aktivitas pengukuran
kerja dan untuk menetapkan waktu baku penyelesaian kerja tidak bisa tidak faktor
penilaian terhadap tempo kerja operator harus dibuat time study analyst.
Westing House System’s Rating adalah sistem untuk memberikan rating
performance yang umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja.
Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) sebagai faktor yang mempengaruhi
performance manusia, maka Westing House menambahkan lagi dengan kondisi
kerja (working condition) dan consistency dari operator dalam melakukan kerja.
Untuk tabel Performance Rating Westing House dapat dilihat pada tabel 2.1.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 2.1. Performance Rating dengan Sistem Westing House
SKILL
+ 0,15

A1

+ 0,13

A2

+ 0,11

B1

+ 0,08

B2

+ 0,06

C1

+ 0,03

C2

0,00
+ 0,05

Superskill
Excellent
Good

D

Average

E1

Fair

+ 0,010 E2
+ 0,16

F1

Poor

+ 0,022 F2

EFFORT
+ 0,13

A1

+ 0,12

A2

+ 0,10

B1

+ 0,08

B2

+ 0,05

C1

+ 0,02

C2

0,00

Superskill
Excellent
Good

D

Average

+ 0,04

E1

Fair

+ 0,08

E2

+ 0,012

F1

+ 0,17

F2

CONDITION

Poor

CONSISTENCY

+ 0,06

A

Ideal

+ 0,04

A

Ideal

+ 0,04

B

Excellent

+ 0,03

B

Excellent

+ 0,02

C

Good

+ 0,01

C

Good

0,00

D

Average

0,00

D

Average

- 0,33

E

Fair

- 0,02

E

Fair

- 0,07 F

Poor

- 0,04

F

Poor

Sumber Wignojosoebroto (2003 ).
Metode Westing House ini mempertimbangkan empat buah faktor dalam
mengevaluasi performance rating, antara lain :
1.

Keterampilan (skill) adalah “Kecakapan atau kemampuan dalam
mengerjakan suatu metode yang diberikan“. Selanjutnya berhubungan
dengan pengalaman, ditunjukkan dengan koordinasi yang baik antara
pikiran dan tangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.

Usaha (effort) adalah “Kesungguhan yang ditujukkan atau diberikan oleh
seorang operator saat melaksanakan pekerjaanya”. Usaha ditunjukkan oleh
kecepatan pada tingkat kemampuan yang dimiliki dan dapat dikontrol pada
tingkat yang tertinggi oleh operator.

3.

Kondisi (condition) adalah “Kondisi fisik lingkungan di tempat kerja“,
yang meliputi keadaan pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan.
Kondisi merupakan suatu prosedur performance rating yang berpengaruh
pada operator dan bukan pada operasi.

4.

Konsistensi (consistency) adalah “Suatu keadaan yang stabil dari operator
dalam

melaksanakan

pekerjaanya”.

Faktor

konsistensi

ini

perlu

diperhatikan, karena pada kenyataanya setiap pengukuran tidak pernah
terjadi angka yang sama pada pencatatan, waktu penyelesaian yang
ditunjukkan pekerja selalu berubah dari satu siklus ke siklus yang lain.
Konsistensi dikatakan sempurna (perfect) jika waktu penyelesaiannya
selalu sama setiap saat.
“Skill dan Effort“ dibagi menjadi superskill, excellent, good, average, fair,
dan poor. Sedangkan “Condition dan Consistency“ dibagi menjadi ideal,
excellent, good, average, fair, dan poor. ( Wignjosoebroto, 2003 ).

2.4

Perencanaan Pr oduksi
Perencanaan produksi merupakan kegiatan yang bertujuan arah awal dari

tindakan – tindakan yang harus dilakukan dimasa mendatang, apa yang harus
dilakukan, berapa banyak melakukannya dan kapan harus melakukan. Oleh karena
itu perencanaan tidak akan selalu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dalam rencana tersebut, sehingga setiap perencanaan yang dibuat harus dievaluasi
secara berkala dengan jalan melakukan pengendalian.
Pekerjaan pengendalian produksi akan sangat bergantung pada ada
tidaknya penyimpangan dalam pelaksanan produksi terhadap rencana produksi
yang telah dibuat sebelumnya. Bila penyimpangan yang terjadi cukup besar, maka
perlu diadakan tindakan – tindakan penyesuaian untuk membenahi penyimpangan
yang terjadi. Hasil penyesuaian yang dilakukan ini akan menjadikan dasar dalam
menyusun rencana produksi selanjutnya.
Dengan mempersiapkan rencana produksi, kita harus memikirkan bahwa
jika ada permintaan yang harus dipenuhi, menurut Nasution (2006) terdapat tiga
macam sumber yang dapat digunakan dalam mempersiapkan rencana produksi
yaitu :
1.

Persediaan yang ada atau yang sedang dilakukan.

2.

Persediaan yang ada atau yang masih digudang.

3.

Produksi dan persediaan yang masih ada.
Peranan perencanaan produksi adalah mengkoordinasikan kegiatan dari

bagian – bagian yang langsung dan tidak langsung menjadwalkan, dan
mengendalikan kegiatan produksi dari mulai tahapan bahan baku, proses sampai
output yang dihasilkan sehingga perusahaan betul – betul dapat menghasilkan
barang dan jasa dengan efektif dan efisien.
Dalam

menjadwalkan

kegiatan

produksi

tersebut

maka

tahap

perencanaanya harus mempunyai sifat berjangka waktu, berjenjang, terpadu,
terukur, berkelanjutan, realistis, akurat, dan menantang. ( Nasution, 2006 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Dalam perencanaan produksi terdapat tiga jenis perencanaan berdasarkan
periode waktu yang dicakup perencanaan produksi tersebut, yaitu :
1.

Perencanaan produksi jangka panjang
Perencanaan biasanya melihat 5 tahun atau lebih kedepan. Dalam artian
perencanaan produksi jangka panjang berhubungan dengan efek apa yang
muncul dimasa mendatang terhadap tujuan sistem dan tindakan apa yang
diperlukan dalam menyesuaikan terhadap perubahan tersebut.

2.

Perencanaan produksi jangka menengah
Perencanaan produksi jangka menengah mempunyai horizon antara 1
sampai 12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah
ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan ini
didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber
daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya
produksi, jumlah supplier, dan subkontraktor), dengan asumsi kapasitas
produksi relatif tetap.

3.

Perencanaan produksi jangka pendek
Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan
kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaanya adalah berupa jadwal
produksi. Tujuan dari dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan
permintaan aktual (yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima)
dengan sumber daya yang tersedia (jumlah departemen, waktu shift yang
tersedia, banyaknya operator, tingkat persediaan yang dimiliki dan
peralatan yang ada), sesuai batasan – batasan yang ditetapkan pada
perencanaan agregat. ( Nasution, 2006 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.5.

Perencanaan produksi agr egat.
Dalam lingkungan industri, pertimbangan perencanaan agregat mencakup

persediaan, penjadwalan kapasitas, dan sumber daya. Semakin besar fasilitas
industry, masalah perencanaan dan pengendalian menjadi semakin sukar. Bagian
perencanaan dan pengendalian produksi harus menjadwalkan produksi untuk
memenuhi permintaan berbagai produk yang berbeda, sehingga jadwal induk yang
memenuhi kebijaksanaan operasi dan pelayanan konsumen perusahaan harus
dicari. (Kusuma, 2004).
Perencanaan produksi agregat merupakan produksi jangka menengah.
Perencanaanya berkisar antara 1 sampai 24 bulan atau bisa bervariasi dari 1
sampai 3 tahun. Perencanaan