BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SOMBAH PANISUMBAH PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN.

BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SOMBAH PANISUMBAH
PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh :

LUSIANA RUSADI
NIM. 2103140026

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRAK
LUSIANA RUSADI, NIM 2103140026 Bentuk Pertunjukan Tortor Sombah
Panisumbah Pada Masyarakat Simalungun. Fakultas Bahasa Dan Seni

Universitas Negeri Medan, 2015.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana asal-usul dan
bentuk pertunjukan tortor Sombah Panisumbah pada masyarakat Simalungun.
Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang
berhubungan kait dengan topik pembahasan, seperti teori bentuk , bentuk
pertunjukan, serta kerangka konseptual sebagai penjabaran masalah yang terdapat
di dalamnya.
Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode deskriptif kualitatif
yang memberikan gambaran, uraian, keterangan tentang suatu keadaan yang
sedang terjadi berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara dengan beberapa
narasumber untuk mendapatkan data tentang tortor Sombah Panisumbah di
Simalungun. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seniman
dan penari , masyarakat yang mengetahui tentang tortor Sombah Panisumbah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tortor Sombah Panisumbah merupakan
ritual pengobatan penyakit yang sering dilakukan masyarakat Simalungun, dimana
ritual tersebut dilaksanakan di Parsimangotan. Dahulu sebelum melakukan proses
tortor Sombah Panisumbah ritual yang dilakukan adalah pemotongan ayam,
mandi air suci dan membawa sesajen. Ritual ini dilakukan untuk proses
penyembuhan bagi orang yang sakit, ritual ini dilakukan seorang datu’. Seiring

berjalannya waktu, tortor Sombah Panisumbah sudah menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Pada masa dahulu tortor Sombah Panisumbah merupakan
pertunjukan yang bersifat ritual atau magis, namun saat ini sudah berubah menjadi
pertunjukan hiburan biasa. Tari ini ditarikan oleh pria dengan gerakkan yang
memiliki kesinambungan antara gerak tempo dan musik, dimana pada gerakkan
memiliki dinamika yang sama dengan musik, mulai dari gerakkan yang lambat
hingga gerakkan yang cepat dan memberikan tenaga yang beraturan. Busana yang
dipakai oleh penari adalah busana adat Simalungun yaitu baju hitam panjang,
celana hitam panjang, kain hiou, dan topi gotong. Adapun musik pengiringnya
adalah haro-haro, gual parahot rambing-rambing, gual batara guruh simbolon.
Alat musik tortor Sombah Panisumbah yaitu gondrang, ogung, sarunei. Tidak ada
pola lantai yang khusus di dalam tarian ini, tergantung kebutuhan pertunjukan.
Kata Kunci : Tortor Sombah Panisumbah

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Bentuk Pertunjukan tortor Sombah Panisumbah Pada
Masyarakat Simalungun”. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
S-1 Pendidikan Tari Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

Shalawat dan salam dipersembahkan kehadirat Nabi besar Muhammad SAW
sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat, ketulusan dan kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Nurwani, S.S.T, M.Hum, selaku Ketua Prodi Pendidikan Tari Jurusan
Sendratasik.
5. Martozet, S.Sn, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.
6. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.
7. Iskandar Muda, S.Sn, M.Sn, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Semua Dosen Jurusan Sendratasik yang telah memberi banyak ilmu

selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Kedua orang tua Ayahanda tercinta Rusdi dan Ibunda tersayang Rohana
yang telah memberikan segenap kasih sayang serta dukungan penuh
kepada penulis serta doa yang selalu menyertai sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dalam meraih Gelar S-1. Adik tersayang Yunisa
Khairani dan Novia Anggreni yang telah memberi doa dan semangat bagi
penulis untuk dapat dengan segera menyelesaikan Skripsi ini.
10. Sahabat seperjuangan Hasvara Dhiba Inanta Lubis, Sandra Juliana
Samosir, Harrini Maelini Mubarrak Lubis, Jelita Chayang, yang telah
membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
11. Tengku M Muhar Omtatok MBA, M.Si, selaku narasumber I dan Sri
Sultan Saragih selaku narasumber II.
Disadari bahwa skripsi ini masih memiliki kelemahan baik isi maupun tata
bahasa, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi sempurnya Skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Medan,
Penulis


Maret 2015

Lusiana Rusadi
NIM. 2103140026

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..............................................................................

ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................


vii

DAFTAR TABEL .....................................................................................

viii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

1

A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................

5

C. Pembatasan Masalah .....................................................................


6

D. Rumusan Masalah .........................................................................

6

E. Tujuan Penelitian ..........................................................................

6

F. Manfaat Penelitian ........................................................................

7

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 8
A. Landasan Teoritis ..........................................................................

8


1. Teori Bentuk ..........................................................................

8

2. Bentuk Pertunjukkan..............................................................

9

a. Tema ..................................................................................

10

b. Gerak .................................................................................

11

c. Iringan ...............................................................................

11


d. Tata Busana dan Tata Rias ................................................

12

e. Pola Lantai .......................................................................

13

f. Tempat Pementasan ..........................................................

14

g. Properti ..............................................................................

14

3. Pengertian torotor Sombah Panisumbah ...............................

14


B. Kerangka Konseptual ....................................................................

15

BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................

17

A. Metodologi Penelitian ...................................................................

17

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................

17

1.

Lokasi Penelitian....................................................................


17

2.

Waktu Penelitian ....................................................................

18

C. Populasi dan Sampel .....................................................................

18

1.

Populasi ..................................................................................

18

2.

Sampel ...................................................................................

18

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................

19

1.

Studi Kepustakaan .................................................................

19

2.

Observasi ...............................................................................

20

3.

Wawancara.............................................................................

21

4.

Dokumentasi ..........................................................................

21

E. Teknik Analisis Data.....................................................................

22

BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................

23

A. Letak Geografis Kabupaten Simalungun ......................................

23

B. Latar Belakang Adat dan Budaya Serta Perekonomian
Masyarakat Simalungun................................................................

25

1. Masyarakat Simalungun..........................................................

25

1.1 Sistem Kekerabatan ........................................................

26

1.2 Sistem Kepercayaan ........................................................

26

1.3 Sistem Mata Pencarian ...................................................

27

C. Hasil Penelitian .............................................................................

28

1. Asal-usul tortor Sombah Panisumbah Pada Masyarakat
Simalungun ............................................................................

28

2. Tortor Sombah Panisumbah Sebagai Bentuk Pertunjukan pada
Masyarakat Simalungun..........................................................

30

1.1 Tema .................................................................................

34

1.2 Gerak ................................................................................

34

1.3 Musik ................................................................................

47

1.4 Tata Busana dan Tata Rias ................................................

47

1.5 Pola Lantai ........................................................................

49

1.6 Tempat Pementasan ..........................................................

50

1.7 Properti ..............................................................................

50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

51

A. Kesimpulan ...................................................................................

51

B. Saran .............................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

54

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Lokasi Kecamatan Tanah Jawa .....................................

25

Gambar 4.2. Gerak Dihar ...........................................................................

46

Gambar 4.3. Gerak Dihar ...........................................................................

47

Gambar 4.4. Celana Panjang Hitam ...........................................................

48

Gambar 4.5. Baju Hitam Panjang ..............................................................

48

Gambar 4.6. Kain Hiou (kain khas Simalungun) .......................................

48

Gambar 4.7. Gotong (topi khas Simalungun) .............................................

49

Gambar 4.8. Tata Rias Wajah tortor Sombah Panisumbah ........................

49

Gambar 4.9. Tempat Pertunjukan tortor Sombah Panisumbah...................

50

Gambar 4.10. Tongkat dan Pedang ...........................................................

51

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Batas Wilayah Simalungun .......................................................

23

Tabel 4.2. Deskripsi Ragam tortor Sombah Panisumbah ..........................

35

BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Sumatera Utara adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia yang
penduduknya terdiri dari berbagai etnis dan sub etnis, seperti Batak Toba, Batak
Simalungun, Karo, Nias, Mandailing, Melayu dan lain-lain. Setiap etnis memiliki
ciri tersendiri, baik dari adat istiadatnya, kesenian, maupun latar belakang yang
membentuknya. Keragaman ciri tersebut tetap memiliki tujuan yang sama, yaitu
mengembangkan kebudayaan masing-masing tanpa merubah ciri khas dari budaya
itu sendiri.
Etnis Simalungun, merupakan etnis yang populasinya cukup besar
berbanding etnis-etnis lainnya yang berkembang di Sumatera Utara. Dimana pada
etnis Simalungun ini masyarakatnya terbagi menjadi dua berdasarkan wilayah,
Simalungun atas dan Simalungun bawah. Tetapi mereka sama-sama terikat oleh
sistem kekeluargaan yang erat, seperti pada pesta adat, upacara adat, aktivitas
kesenian, dan aktivitas kesehariannya.
Etnis Simalungun adalah salah satu sub suku Batak. Beberapa sumber
menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang
sejarah suku ini terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk
Simalungun adalah Damanik, dan tiga marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga,
dan Purba. Kemudian marga-marga (nama keluarga) tersebut menjadi empat
marga besar yang tumbuh dan berkembang di Simalungun.

Bila diselidiki lebih dalam, suku Simalungun memiliki berbagai
kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantra-mantra dari Datu’
disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului
pemanggilan kepada tiga dewa yang disebut naibata. Adapun naibata tersebut
terdiri dari tiga unsur antara lain naibata di atas yang dilambangkan dengan warna
Putih, naibata di tengah yang dilambangkan dengan warna Merah, selanjutnya
naibata di bawah yang dilambangkan dengan warna Hitam.
Tiga warna yang mewakili dewa-dewa tersebut mendominasi berbagai
ornamen bagi masyarakat Simalungun mulai dari pakaian hingga hiasan rumah.
Orang Simalungun percaya bahwa manusia dikirim ke dunia oleh naibata dan
dilengkapi dengan sinumbah yang dapat juga menetap didalam berbagai benda,
sebagai alat-alat dapur dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus
disembah. Selain dari naibata orang Simalungun juga mempunyai kepercayaan
menyembah roh-roh orang yang sudah mati yang disebut dengan simangot. Istilah
simangot sebagian masyarakat Simalungun, juga menyebut roh-roh orang mati
dengan istilah sinumbah.
Sistem kepercayaan masyarakat Simalungun tersebut terbawa pada
aktivitas keseniannya, sehingga banyak produk-produk karya seni tradisi pada
masyarakat Simalungun tidak terlepas dari sistem kepercayaannya. Sebagaimana
kita ketahui bahwa kesenian adalah satu produk budaya yang tidak pernah lepas
dari kehidupan masyarakat itu sendiri, terutama didalam setiap aktifitas mereka.
Kesenian menjadi sarana komunikasi antar masyarakat maupun alam sekitar.
Tarian merupakan bagian dari kesenian, yang merupakan kekayaan budaya

bangsa yang harus dilestarikan. Tidak sedikit tarian di negeri ini sudah hampir
punah, terkikis oleh perkembangan zaman. Masing-masing bentuk kesenian yang
ada telah memperkaya keberagaman kesenian di Sumatera Utara, termasuk dalam
hal ini bagi etnis Simalungun dimana mereka menyebut tari sebagai tortor.
Di daerah Simalungun ada yang namanya tortor sombah, kemudian ada
juga tarian lain tortor Sombah Panisumbah. Secara umum hampir menggunakan
nama yang sama tetapi pada dasarnya fungsinya berbeda. Tortor Sombah
merupakan tortor untuk penyambutan para tamu, sedangkan tortor Sombah
Panisumbah adalah tortor yang disajikan untuk kebutuhan acara ritual. Dahulunya
sebelum melakukan proses tortor Sombah Panisumbah ritual yang dilakukan
adalah pemotongan ayam, mandi air suci dan membawa sesajen. Ritual ini
dilakukan untuk proses penyembuhan bagi orang yang sakit, dimana proses ini
dipimpin oleh seorang Datu’.
Fungsi tortor Sombah Panisumbah yaitu melakukan proses pengobatan
untuk orang yang sakit. Sementara setelah Datu’ mengadakan proses pengobatan
di dalam pertunjukan Datu’ pun juga memberikan mantra-mantra untuk
memberikan kekuatan yang magis kepada penari tortor, sehingga penari memiliki
kekuatan magis tersendiri dan memiliki kekebalan tubuh. Oleh karena pada bagian
dalam pertunjukan tortor Sombah Panisumbah, Datu’ melakukan atraksi
menyayat tubuh penari yang menandakan bahwasannya Datu’ itu memang
mempunyai kesaktian.
Seiring dengan perkembangan zaman, tortor Sombah Panisumbah pun
sudah mengalami perubahan. Pada masa dahulu tortor Sombah Panisumbah

merupakan pertunjukan yang bersifat ritual atau magis. Pada saat ini fungsinya
bukan lagi untuk menyembuhkan penyakit. Dalam pertunjukan sekarang tortor
Sombah Panisumbah tidak berubah total namun beberapa bagian pada proses
ritual penyembuhan seperti mandi suci dan sesajen masih saja dilakukan, tetapi itu
hanya simbolis dan tidak memiliki makna sebagai pertunjukan pengobatan.
Tortor Sombah Panisumbah hanya berupa gerak yang sederhana layaknya
seperti orang manortor pada biasanya. Setelah mengalami perkembangan pada
dasarnya hampir sama dengan yang dulu hanya ada penambahan seperti mantra
(ideng-ideng) yang terjadi pada bagian pertengahan tortor Sombah Panisumbah,
dimana pada bagian ini manortor hadatoun (mantra untuk menyarati bendabenda) agar Datu’ mendapatkan kekuatan.
Tortor Sombah Panisumbah sebagai kesenian tradisional yang berbentuk
pertunjukan, memberikan apresiasi yang terwujud melalui interaksi antara
seniman (pelaku) dan penonton. Kemampuan pelaku tortor Sombah Panisumbah
memperagakan dialog ataupun pola-pola gerakkan mencerminkan sebagian
kehidupan masyarakat serta norma-norma adat yang berlaku dalam kehidupan
mereka. Masyarakat yang mampu mengungkapkan rasa keindahan dan rasa
syukur, mereka akan hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan yang
terdapat pada masyarakat itu sendiri yang diungkapkan oleh Tuner (1974) bahwa:
“Seni pertunjukan atau teater merupakan persamaan kehidupan sosial
masyarakat pendukungnya tidaklah tanpa alasan. Seni pertunjukan
atau teater rakyat merupakan ungkapan secara indah tentang
kehidupan sosial budaya yang mereka hayati dengan penggunaan
lambang-lambang agar mudah ditangkap oleh penonton yang
menikmatinya, dan sekaligus berusaha menangkap pesan yang
disampaikan secara terselubung dalam seni pertunjukan atau teater
rakyat tersebut”.

Maka dari itu penulis sangat tertarik utuk meneliti tortor Sombah
Panisumbah, oleh karena itu di dalam skripsi ini penulis membahas tortor
Sombah Panisumbah dengan judul “Bentuk Pertunjukan Totor Sombah
Panisumbah Pada Masyarakat Simalungun”. Penulis berharap penelitian ini
berguna bagi kita semua dan banyak menambah wawasan kita mengenai kesenian
yang timbul dan berkembang di daerah Simalungun.

C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting.
Hal ini disebabkan karena dalam identifikasi masalah, penulis dapat menemukan
hal-hal atau pertanyaan yang ada dalam masa penelitian. Adanya identifikasi
masalah, berarti upaya penulis utuk mendekatkan permasalahan sehingga masalah
yang akan dibahas tidak meluas. Dari uraian latar belakang di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diindetifikasi menjadi beberapa hal,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana

keberadaan

tortor

Sombah

Panisumbah

masyarakat

Simalungun?
2. Bagaimana asal-usul tortor Sombah Panisumbah pada masyarakat
Simalungun?
3. Bagaimana bentuk pertunjukan tortor Sombah Panisumbah pada
masyarakat Simalungun?
4. Bagaimana
Simalungun?

fungsi

tortor

Sombah

Panisumbah

pada

masyarakat

D. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah penelitian kita perlu mengidentifikasi masalah agar
penelitian ini dapat lebih terfokus. Dengan alasan tersebut penulis akan membatasi
masalah dalam penelitian tortor Sombah Panisumbah ini.
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana asal-usul tortor Sombah Panisumbah

pada masyarakat

Simalungun?

2. Bagaimana bentuk pertunjukan tortor Sombah Panisumbah pada
masyarakat Simalungun?

E. Rumusan Masalah
Melihat uraian dan penjabaran dari latar belakang maka akan muncul
berbagai macam masalah dan pertanyaan-pertanyaan. Maka agar penelitian ini
lebih terarah, lebih fokus dan tidak terlalu melebar maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana asal-usul dan bentuk pertunjukan
tortor Sombah Panisumbah pada masyarakat Simalungun”.

F. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti harus ada tujuan. Tanpa
adanya tujuan penelitian tidak akan terarah karena tidak tahu apa yang akan
dicapai dalam penelitian tersebut.
Maka dari itu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:
1. Mendeskripsikan bagaimana asal-usul tortor Sombah Panisumbah pada
masyarakat Simalungun.

2. Mendeskripsikan bentuk pertunjukan tortor Sombah Panisumbah pada
masyarakat Simalungun?

G. Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan penelitian sudah tentu hasilnya akan bermanfaat. Hal ini
dikarenakan kegiatan penelitian dilaksanakan untuk mengetahui kejadian apa saja
yang terjadi selama masa penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai masukkan bagi penulis dan menambah pengetahuan serta
wawasan mengenai tortor Sombah Panisumbah pada masyarakat
Simalungun.
2. Sebagai sumber informasi bagi berbagai pihak tentang potensi yang layak
disajikan dalam bentuk seni pertunjukan.
3. Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti lainnya.
4. Bermanfaat untuk mengantisipasi jika kesenian ini hilang.
5. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca yang menekuni atau
mendalami tari.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Kabupaten Simalungun
Kabupaten Simalungun secara geografis terletak diantara 3º 18′ – 9º 36′
LU dan 98º 32′ – 99º 35′ BT. Secara administratif Kabupaten Simalungun terdiri
dari 31 kecamatan, 310 desa/nagori dan 21 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten
Simalungun adalah 4.386,60 Km² atau 438.660 Ha sekitar 6,12 % dari luas
wilayah Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah penduduk 855.591 jiwa.

No
1
2
3
4

Utara
Selatan
Barat
Timur

Tabel 4.1
Batal Wilayah Simalungun
Batasan
Batas-batas wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai
Kabupaten Toba Samosir
Kabupaten Asahan
Kabupaten Karo
(Sumber: BAPEDA Simalungun, 2014)

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Silimakuta
2. Kecamatan Pematang Silimakuta
3. Kecamatan Dolok Silau
4. Kecamatan Purba
5. Kecamatan Haranggaol Horison
6. Kecamatan Silau Kahean
7. Kecamatan Raya Kahean
8. Kecamatan Raya
9. Kecamatan Dolok Pardamean

10. Kecamatan Pematang Sidamanik
11. Kecamatan Sidamanik
12. Kecamatan Panei
13. Kecamatan Panombeian Panei
14. Kecamatan Tapian Dolok
15. Kecamatan Dolok Batu Nanggar
16. Kecamatan Gunung Maligas
17. Kecamatan Siantar
18. Kecamatan Jorlang Hataran
19. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
20. Kecamatan Dolok Panribuan
21. Kecamatan Tanah Jawa
22. Kecamata Jawa Maraja Bah Jambi
23. Kecamatan Gunung Malela
24. Kecamatan Bandar Huluan
25. Kecamatan Bandar Mesila
26. Kecamatan Bandar
27. Kecamatan Pematang Bandar
28. Kecamatan Hatonduhan
29. Kecamatan Hutabayu Raja
30. Kecamatan Bosar Maligas
31. Kecamatan Ujung Pandang

Kecamatan Tanah Jawa merupakan salah salah satu kecamatan yang ada
di Kabupaten Simalungun. Terletak 100 meter di atas permukaan laut (dpl)
dengan luas wilayah kecamatan mencapai 172,04 Km2, dengan jumlah penduduk
49.483 Jiwa atau rata-rata kepadatan penduduk per 1 Km2 terdapat 288 jiwa.
Daerah

yang memiliki topografi perbukitan dengan konstur tanah yang

bergelombang ini, memiliki letak wilayah yang berbatasan di sebelah utara
dengan kecamatan Siantar, sebelah selatan dengan kecamatan hatonduhan,
sebelah

barat

dengan

kecamatan

Dolok

Panribuan,

sebelah

timur

dengan kecamatan Hutabayu Raja. Kecamatan Tanah Jawa penduduknya
berasal dari etnis Toba 65%, Jawa 15%, Simalungun 7,5%, lainnya berasal dari
etnis Melayu, china, aceh dll. Mayorita memeluk agama Kristen 70%, Islam 25%,
Budha dan lain-lain 5% (http://wikipedia.org/wiki/tanahjawa).

Gambar 4.1. Peta Lokasi Kecamatan Tanah Jawa
(Dok. BAPEDA, 2014)
B. Latar Belakang Adat dan Budaya Serta Perekonomian Masyarakat
Simalungun
1. Masyarakat Simalungun
Daerah Simalungun didiamin oleh mayoritas Suku Simalungun. Akan
tetapi daerah Simalungun ada juga suku pendatang, namun secara yang mendiami

daerah Simalungun merupakan masyarakat Simalungun. Masyarakat Simalungun
merupakan suatu kelompok etnis yang kuat yang dipersatukkan oleh bahasa,
kesenian, serta adat istiadat yang ada pada masyarakat Simalungun.
1.1. Sistem Kekerabatan
Masyarakat Simalungun menganut garis keturunan Patrilinial, sehingga
dengan sendirinya marga tersebut juga berdasarkan garis marga bapak. Dalam
garis besarnya marga pada masyarakat Simalungun terbagi atas empat yaitu
Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga.
Masyarakat Simalungun memiliki sistem kekerabatan yang dikenal dengan
sebutan Tolu Sahundulan (tiga sama duduk) yang terdiri dari:
 Sanina, yakini orang-orang yang semarga (saudara semarga)
 Tondong, yakni pihak pemberi istri (pihak orang tua istri)
 Anak Boru, yakni pihak penerima istri atau pihak yang mengambil istri dari
suatu kelompok marga.
Ketiga untur Tolu Sahundulan ini merupakan satu kesatuan yang integral
bagi masyarakat Simalungun, yang selalu bersama-sama dan ada dalam setiap
aktivitas adat. Tidak satupun aktivitas adat yang dapat dilakukan, apabila ketiga
unsur diatas tidak lengkap.
1.2. Sistem Kepercayaan
Kepercayaan asli masyarakat Simalungun adalah animisme yang
bercampur dinamisme. Masyarakat Simalungun percaya bahwa adanya kekuatan
dalam alam semesta yang dihuni oleh roh-roh yang dapat mengatur perjalan
hidupnya. Kekuatan yang ada dalam alam semesta ini terdiri dari tondi (jiwa atau

roh seseorang dan merupakan kekuatan bagi dirinya sendiri), begu (roh dari orang
yang telah meninggal dan mengembara dari alam semesta dan mau mengganggu
manusia), simangot (roh manusia yang meninggal dunia yang hidup dalam alam
semesta dan daapat membantu keturunannya jika dipuja dengan baik), sahala
(semangat atau roh yang dimiliki olehmanusia selama masih hidup).
Pemujaan simangot dilakukan beberapa keluarga keturunannya dengan
maksud mengucapkan syukur karena panen yang berhasil atau semua anggota
keluarga yang sehat dan untuk meminta perlindungan dari segala marabahaya dan
untuk menanyakan mengapa beberapa keluarga sakit. Pemujaan terhadap sahala
dilakukan apabila timbul malapetaka yang mengancam keselamatan seluruh
warga desa, misalnya timbul penyakit menular, padi diserang hama, timbulnya
musim kemarau yang berkepanjangan atau

yang berhubungan dengan

supranatural.
Pada saat ini umumnya masyarakat Simalungun telah menganut agama
Kristen dan Protestan. Agama Islam masuk pada tahun 1292 sedangkan Kristen
masuk pada tahun 1860 (wikipedia.http//:kebudayaansimalungun.com). Setelah
masuknya agama upacara Simangot dan sahala dilarang dilaksanakan karena
bertentangan dengan ajaran keduan agama tersebut. Namun demikian, terkadang
masih ada juga masyarakat Simalungun yang melakukan upacara pemujaan–
pemujaan tersebut.
1.3. Sistem Mata Pencarian
Masyarakat Simalungun mayoritas bermata pencaharian sebagai petani,
yaitu bercocok tanam padi dan jagung, karena padi sebagai bahan makanan pokok

sehari-hari dan jagung sebagai bahan pangan tambahan jika padi tidak mencukupi.
Ini disebabkan karena letak geografis tempat mereka tinggal yang berada di
daerah pegunungan (dataran tinggi) yang hawanya sejuk, tanahnya subur, dan
sesuai untuk bercocok tanam, sehingga sejak dulu dan sekarang mereka hidup dari
lahan pertanian. Kehidupan sebagai petani menjadikan mereka lebih dari
bersahabat dengan alam dan terbiasa dengan kehidupan gotong royong dalam
membantu semua kegiatan.
Maka dari itu hasil-hasil produk keseniannya juga berkaitan dengan alam
seperti Tortor Sitalasari, Tortor Buyut Mangan Sihala, Tortor Bodat Na
Haudanan, Tortor Siritak Hotang,Tortor Balang Sahua,Tortor Pangkail, Tortor
Sombah Panisumbah.
Dahulunya Masyarakat Simalungun tidak memiliki lahan pertanian yang
tetap, mereka memanfaatkan hutan untuk dibuat sebagai lahan pertanian. Lahan
pertanian masyarakat Simalungun berpindah-pidah dari hutan yang satu kehutan
yang lainnya. Hal ini disebabkan karena sisitem pola tanam masyarakat
Simalungun adalah menghutankan kembali lahan yang telah digunakan tersebut
setelah paen agar tanah tetap subur.

C. Hasil Penelitian
1. Asal-usul tortor Sombah Panisumbah Pada Masyarakat Simalungun
Berdasarkan wawancara dengan narasumber M. Tatok pada tanggal 12
November 2014 diketahui bahwa dahulunya tortor Sombah Panisumbah
merupakan salah satu ritual yang dilakukan untuk mendapatkan kesehatan

(menyembuhkan penyakit), ritual ini bertujuan sebagai media komunikasi antara
manusia dengan yang mereka anggap sebagai Tuhan.
Selama penelitian ini dilakukan dari beberapa narasumber yang peneliti
telusuri tortor Sombah Panisumbah pada dahulunya adalah ritual pengobatan
yang sering dilakukan masyarakat Simalungun, dimana ritual tersebut dilakukan
di Parsimangotan (tempat melakukan ritual). Dahulu sebelum melakukan proses
tortor Sombah Panisumbah ritual yang dilakukan adalah pemotongan ayam,
mandi air suci dan membawa sesajen. Ritual ini dilakukan untuk proses
penyembuhan bagi orang yang sakit, namun penyakit yang dimaksud dalam ritual
pengobatan ini yaitu penyakit yang sama sekali tidak bisa disembuhkan oleh
medis, melaikan penyakit tersebut ada karena adanya guna-guna. Ritual ini
dilakukan seorang datu’ .
Tortor Sombah Panisumbah, merupakan salah satu bentuk ritual pada adat
masyarakat Simalungun di Sumatera Utara yang sering dilakukan oleh kalangan
aliran penghayat parhabonaro. Tortor Sombah Panisumabah merupakan salah
satu kebutuhan masyarakat Simalungun untuk melakukan pengobatan bagi
masyarakat yang merasa diri mereka sakit. Tortor Sombah Paisumbah diawalai
dengan gerakkan manortor setelah itu dilanjutkan dengan ritual pengobatan.
Berdasarkan informasi dari narasumber tortor Sombah Panisumbah tidak
diketahui siapa penciptanya dan tidak diketahui tahun berapa tarian ini diciptakan.

2. Tortor Sombah Panisumbah Sebagai Bentuk Pertunjukan Pada
Masyarakat Simalungun
Tortor Sombah Panisumbah ini merupakan cabang dari kebudayaan yang
ada pada masyarakat Simalungun. Tortor Sombah Panisumbah, merupakan salah
satu bentuk pertunjukan pada masyarakat Simalungun di Sumatera Utara yang
sering dilakukan oleh kalangan aliran penghayat parhabonaro (kepercayaan
masyarakat Simalungun).
Seiring berjalannya waktu tortor Sombah Panisumbah pun sudah
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pada masa dahulu tortor
Sombah Panisumbah merupakan pertunjukan yang bersifat ritual atau magis. Pada
saat ini sudah berubah menjadi pertunjukan hiburan biasa yang fungsinya bukan
lagi untuk menyembuhkan penyakit, walaupun pada bagian-bagian tertentu seperti
mandi kembang dan sebagiannya masih tetap dilakukan tetapi secara esensi itu
hanya simbolis dan tidak memiliki makna. Tortor Sombah Panisumbah pertama
sekali di pertunjukkan menjadi pertunjukan di pertunjukan di Temu Karya Taman
Budaya Nusantara se Indonesia di Jambi (wawancara dengan narasumber S.
Saragih pada tanggal 17 desember 2014).
Tortor Sombah Panisumbah hanya berupa gerak yang sederhana layaknya
seperti orang manortor pada biasanya. Tetapi setelah mengalami perkembangan
pada dasarnya hampir sama dengan yang dulu hanya ada penambahan seperti
mantra (ideng-ideng) yang terjadi pada bagian pertengahan tortor Sombah
Panisumbah, dimana pada bagian ini manortor hadatoun (mantra untuk menyarati
benda-benda) agar datu’ mendapatkan kekuatan.

Adapun ideng-ideng pembacaan mantra pada bagian ini yaitu: “Bapa,
inang, niomah magou ma ganupan. Ija do sadea ganupan, ija do sadea ganupan.
Martaur tangis-tangis: ale tampuk hagoluhon, seng sanggup au mangidah
idah naboritmu on. Unang lang malun ham. Ase unang pusok uhur niombahta
on/ale. Nahuhahologi, paboa hamma hubakku nahan pangahapanmu ai, age
pindahkon hamma hubaku naboritmu in ase boi ididah itonggoritonggor ham
juma pakon sabahta aiiihh. Auuu I ja ma hita on ganupan ai doma ganupan I
tadingkon gabe sahalak au ijon.

Datu’ akan melakukan manortor handatoun untuk menyarati benda yang
akan dipakai untuk melakukan ritual tersebut yaitu : “Hanami roh Opung hu lobei
lobei mu, mangkatahon domma sehat anak name humbai mara an borit. Jadi
mardemban ma ham Opung. On ma na boi I bahem hanami, sonin ma malas
uhurmu. Jadi pangindoan nami Opung halani domma sehat.
Arti dari ideng-ideng diatas yaitu “ bapak, ibu, anak hilanglah semuanya,
dimana mereka semua. Berpencar-berbaur/menangis-nangis wahai yang punya
kehidupan tidak sanggup aku melihat kesaktianmu ini. Jangan sampai tidak
sembuh dirimu, supaya tidak ada perasaan gelisah anak kita ini/wahai yang ku
sayang, katakan padaku bagaimana perasaanmu, biar ku pindahkan penyakitmu.
Arti pada manortor handaton yaitu “kami datang nenek, kakek
kehadapanmu, mengatakan sudah sehat anak kami dari penyakitnya. Jadi
bersirihlah kau nenek, kakek. Inilah yang bisa kami buat, begitupun
bersukacitalah kamu. Jadi permintaan kami nenek, kakek karena kami sudah sehat
yang sakit ini mari kita bersuka cita semua.

Setelah selesai

melakukan pembacaan mantra

Datu’ selanjutnya

melakukan gerakan improvisasi dimana pada bagian ini Datu’ menggunakan
properti tongkat dan pedang. Pada bagian menggunakan pedang datu melakukan
penyayatan kepada penari. Datu’ melakukan atraksi menyayat tubuh penari yang
menandakan bahwasannya Datu’ itu memang mempunyai kesaktian.

1.1. Tema
Bentuk tari tradisional maupun tari modern pasti memiliki sebuah tema
walaupun tema tersebut sangat sederhana. Dalam membuat tema tari kita harus
dapat mengambil ide dari kehidupan sehari-hari disekitar kita, fenomena alam
ataupun dapat diangkat dari kisah legenda atau sejarah. Sama dengan halnya
tortor Sombah panisumbah yang diangkat dari masyarakat Simalungun itu sendiri.
Tortor Sombah panisumbah merupakan pengobatan bagi orang yang sakit.
Ritual ini bertujuan sebagai media komunikasi antara manusia dengan yang
mereka anggap sebagai Tuhan. Ritual ini pada umumnya dilakukan untuk
mendapatkan kesehatan (menyembuhkan penyakit) yang dilakukan seorang datu’.
1.2. Gerak
Bentuk dari sebuah tarian dapat dilihat melalui keseluruhan ragam gerak
tari dari awal hingga akhir gerak, oleh karena susunan ragam gerak tersebut
merupakan tubuh dari sebuah tarian. Secara koreografis gerak telah tersusun
berdasarkan kebutuhan tarian. Akan tetapi ada beberapa susunan gerak yang lahir
secara inprovisatoris diperankan oleh seorang datu’ (dukun) yang geraknya
mencerinkan permohonan kepada naibata (Tuhan). Gerakkan tortor Sombah
Panisumbah ini memiliki kesinambungan antara tempo musik, dimana pada
gerakkan memiliki dinamika yang sama dengan musik pengiringnya, mulai dari
gerakan yang lembat hingga gerakkan yang cepat dan memberikan tenaga yang
beraturan. Berikut ini akan dijabarkan deskripsi gerak pada tortor Sombah
Panisumbah secara terperinci beserta gambar dalam sebuah tabel dibawah ini.
Gambar dan keterangan dibawah ini diharapkan dapat dipahami oleh pembaca.

Tabel 4.2. Deskripsi Ragam tortor Sombah Panisumbah
No
1.

2.

Ragam
gerak
Hormat
Pembuka

Tangan di
lambung
Siamun

Hitungan
1x8

1x8

Deskripsi
Tangan
Kaki
Torso
Hitungan 1, 3, 5, 7 kaki
Tegak lurus
Hitungan 1: tangan
kanan menyiku didepan kakanan maju kedepan,
selanjutnya pada hitungan 2, 4,
dada, tangan kiri
6, 8 kaki kiri berada
membuka mengarah
dibelakang.
kebawah selanjutnya
hitungan 2 tangan
kanan didepan dada
telapak tanagan terbuka
ketas, tangan kiri
menyiku kesamping.
Begitu seterusnya
sampai 1 x 8
Hitungan 1: tangan
Hitungan 1 : kaki kanan maju Badan agak
kanan menyiku di
serong kearah kakan, kaki kiri sedikit
depan dada, tangan kiri dibelang kaki kanan dalam
membungkuk
telapak tangan terbuka keadaan menyilang di belakang
ke arah depan.
kaki kanan.
Hitungan 2: tangan
Hitungan 2: kaki kanan diam di
kanan tetap menyiku
tempat, kaki kiri membuka ke
didepan dada, tangan
samping kaki kanan
kiri menyiku di depan
dada sebanyak 1 x 8

Kepala
Lurus ke
depan.

Kepala
menunduk
kebawah.

Gambar

3.

Sombah
naibata

1x8

Tangan lurus ke depan Diam ditempat
tepat diatas kepala
menganyun ke atas dan
kebawah, seperti
melakuakan gerakkan
sombah

4.

Tangan di
lambung
siamun

2x8

Hitungan 1 tangan di
tempat, hitungan 2-8
proses ke samping
kanan, selanjutnya
Hitungan 1 tangan di
tempat proses ke
samping kiri

Sedikit
Sedikit
membungkuk menunduk ke
ke bawah
bawah

Diam di tempat tetapi tetap
Hitungan 1-4:
melakukan henjutan ke bawah proses badan
dan atas dan mengikuti irama miring kearah
kanan dan
melakukan
gerakkan
sombah
Hitungan 5-8:
proses
melalakukan
gerak sombah
sambil balik
kearah depan,
selanjutnya
pada
Hitungan 1-4:
proses badan

Hitungan 1 di
tempat, hit 2-8
kesamping
kanan,
selanjutnya
pada hitungan
1 di tempat,
hitungan 2-8
kesamping
kiri

miring kearah
kiri dan
melakukan
gerakkan
sombah
Hitungan 5-8:
proses
melalakukan
gerak sombah
sambil balik
kearah depan

Tangan
dilambung
happira

5.

Sombah
naibata
marsimpuh
hu lobei

1x 8

Tangan lurus ke depan Bersimpuh
tepat diatas kepala
menganyun ke atas dan
ke bawah, seperti
melakuakan gerakkan
sombah

Tegak
kedepan

Menunduk

6.

7.

Sombah
naibata
marsimpuh
hu toruh

Tangan
dilobei ni
dada
marsimpuh
proses
menggual

1x8

Tangan lurus ke depan Bersimpuh
tepat diatas kepala
menganyun ke atas dan
kebawah, seperti
melakuakan gerakkan
sombah

Bersujud ke
depan

Bersujud

1x8

Hitungan 1-4 :
Tangan kanan proses
merentangkan tangan
kesisi badan.

Menunduk
kebawah

Mengikuti
arah tangan

Hitungan 4-8:
Tangan kanan proses
kembali ke posisi
semula (di depan dada).

1x8

Hitungan 1-4:
Tangan kiri proses
merentangkan tangan
kesisi badan

Bersimpuh

Hitungan 5-6:
Tangan kanan proses
kembali keposisi
semula (di depan dada).

8.

Sombah
naibata
nahe
siamun
itekkukhon

1x8

Hitungan 1-8 :
Melakukan sombah,
posisi tangan sejajar
(lurus) dengan kepala.

Hitungan 1-8 :
Membungkuk Tunduk
Posisi kaki kiri menekuk,
ke bawah.
kearah bawah.
Posisi tungkai atas kaki kanan
berlutut, sedangkai tungkai
bawah sampai telapak kaki
kanan arah atas.

9.

Somba
naibata
ilambung
siamun

1x8

10.

Sombah
naibata I
toruh nahe I
akkat

1x8

11. Sombah
naibata
ilambung
sihappira

1x8

Hitungan 1-8 :
Melakukan sombah,
posisi tangan
melakukan proses
perubahan arah dari
depan kearah samping
kiri namun tangan tetap
sejajar (lurus) di atas
kepala
Badan tidur menghadap
ke atas, hitungan 1-8 :
Melakukan sombah,
posisi tangan
melakukan proses
perubahan arah dari
samping kiri kearah
atas namun tangan
tetap sejajar (lurus) di
atas kepala
Badan tidur menghadap
ke depan, hitungan 1-8:
Melakukan sombah,
posisi tangan
melakukan proses
perubahan arah dari
atas kearah samping
kanan namun tangan
tetap sejajar (lurus) di

Kaki kiri lurus arah samping
Torso badan
kiri, kaki kanan ditekuk sejajar mengarah ke
lutut kaki kiri
samping kiri.

Kerah
samping kiri.

Kedua kaki melakukan sombah Tengak lurus
sama seperti gerakkan tangan. mengarah
atas.

Tegak lurus
kearah atas.

Kaki kanan lurus arah samping Torso badan
kanan, kaki kiri ditekuk sejajar mengarah ke
lutut kaki kanan.
samping
kanan.

Kerah
samping
kanan.

atas kepala
12. Somba
naibata
ipapeak hon
I tanoh

1x8

Badan tidur seperti
orang tengkrap ke
bawah, hitungan 1-8 :
Melakukan sombah,
posisi tangan sejajar
(lurus) di atas kepala

Kedua kaki melakukan sombah Membungkuk Menunduk
sama seperti gerakkan tangan. kearah bawah. kearah bawah.

13. Sombah
naibata
sanggah
proses
marsimpuh

1x8

Hitungan 1-8 :
Melakukan sombah,
posisi tangan sejajar
(lurus) di atas kepala.

Hitungan 1-4:
Membungkuk Menunduk
Proses kaki menekuk sehingga kearah bawah. kearah bawah.
pada hitungan selanjutnya (58) kaki sudah dalam posisi
bersimpuh

14. marsimpuh
pakon
tangan
iayunhon

1x8

Hitungan 1-4 ;
Posisi tangan
membungkak kedepan
selanjutnya pada
hitungan 5-8 proses
membungkak
kesamping.

Kaki bersujud.

Tegak
kedepan.

Hitungan 1-4:
Menunduk
kebawah.
Hitungan 5-6:
menoleh ke
kanan.

15. Sombah
naibata
sanggah
proses
jongjong

1x8

Hitungan 1-8:
Melakukan sombah,
posisi tangan sejajar
(lurus) dengan
punggung.
Namun pada hitungan
1-4 arah sombah
kesamping kanan,
selanjutnya pada
hitungan 5-8 posisi
sombah kembali
kedepan.

Bersimpuh

Pada hitungan
1-4 torso
kesamping
kanan,
selanjutnya
hitungan 5-8
torso
menunduk
kearah depan.

Pada hitungan
1-4 kearah
samping
kanan,
selanjtnya
pada hitungan
5-8 kembali
menunduk
kearah depan

1x8

Hit 1-8 :
Melakukan sombah,
posisi tangan sejajar
(lurus) dengan
punggung.
Namun pada hitungan
1-4 arah sombah
kesamping kiri,
selanjutnya pada
hitungan 5-8 posisi
sombah kembali
kedepan.

Bersimpuh

Pada hitungan
1-4 torso
kesamping
kiri,
selanjutnya
hitungan 5-8
torso
menunduk
kearah depan.

Pada hitungan
1-4 kearah
samping kiri,
selanjtnya
pada hitungan
5-8 kembali
menunduk
kearah depan

Gerak Dihar

Gambar 4.2
(Dokumentasi: Lusi, 2014)
Gerakkan selanjutnya adalah improvisasi terutama pada gerak tangan.
Gerak tangan bersilang diatas kepala ini merupakan gerak transisi dari tortor
Sombah Panisumbah ke gerak dihar. Gerak tangan bersilang ini adalah gerak
yang hanya mempunyai satu motif gerak dimana posisi tangan diatas kepala
bersilang bergantian, namun arah saja yang berbeda sesuai dengan resam yang
tercipta ketika penari mempertunjukan tarian tersebut.

Gambar 4.3
(Dokumentasi: Lusi, 2014)
Gerakkan dihar ini tidak memiliki gerakkan baku pada tarian ini, hanya
saja gerakkan improvisasi merupakan gerakkan dihar dari Simalungun yang
menggambarkan ucupan syukur kepada yang mereka anggap sebagai Tuhan.
1.3. Musik
Musik merupakan unsur pendukung tari yang memiliki peran penting
dalam terbentuknya tarian. Tarian tanpa adanya musik pasti sangat tidak
sempurna, diamana musik juga merupakan sebuah dorongan atau naruli ritmis
manusia. Musik pengiring tortor Sombah Panisumbah yaitu: haro-haro, gual
parahot rambing-rambing, gual batara guruh simbolon. Ritme musik tortor
Sombah Panisumbah yaitu dari yang sedang sampai yang musik agak sedikit
cepat. Alat musik tortor Sombah Panisumbah yaitu gondrang, ogung, sarunei.
1.4. Tata Busana dan Tata Rias
Busana yang di gunakan dalam tortor Sombah Panisumbah adalah baju
khas Simalungun diantaranya baju hitam panjang, celana hitam panjang, hiou
(kain khas Simalungun), topi gotong (topi khas Simalungun)

Gambar 4.4. Celana Panjang Hitam
(Dokumentasi Pribadi : Lusiana Rusadi, 2014)

Gambar 4.5. Baju Hitam Panjang
(Dokumentasi: Lusiana Rusadi, 2014)

Gambar 4.6. Kain Hiou (kain khas Simalungun)
(Dokumentasi: Lusiana Rusadi, 2014)

Gambar 4.7. Gotong (topi khas Simalungun)
(Dokumentasi: Lusiana Rusadi, 2014)
Rias pada Tortor Sombah Panisumbah pada awalnya tidak memiliki rias
khusus, namun setelah menjadi pertunjukan, tata rias dapat disesuaikan oleh
kebutuhan pertunjukan tortor Sombah Panisumbah.

Gambar 4.8. Tata Rias Wajah tortor Sombah Panisumbah
(Dokumentasi: Lusi, 2014)
1.5. Pola Lantai
Pada tortor Sombah Panisumbah memakai memakai pola lurus dan
lingkaran. Namun tidak ada ketentuan atau keharusan yang menetap dalam
membuat pola lantai tortor Sombah Panisumbah tersebut, hal ini dikarenaka
tortor Sombah Panisumbah merupakan tarian pertunjukan, maka pola lantai
tergantung pada keinginan yang ditampilkan.

1.6.Tempat Pementasan
Tempat pemantasan merupakan tempat dimana suatu pertunjukan
berlangsung atau ditampilkan. Untuk tortor Sombah Panisumbah ditampilkan di
panggung arena maupun lapangan terbuka seperti di lapangan kantor Bupati
Simalungun.

Gambar 4.9. Tempat Pertunjukan tortor Sombah Panisumbah
(Dokumentasi: Sultan Saragih, 2014)

1.7. Properti
Properti merupakan benda-benda yang digunakan dalam menari. Properti
yang digunakan untuk melakukan pertunjukan tortor Sombah Panisumbah
diantaranya tongkat dan pedang. Properti tongkat digunakan saat melakukan
gerakkan dihar. Sedangkan pedang digunakan saat melakukan atraksi menyayat
pada penari tortor Sombah Panisumbah.

Gambar 4.10. Tongkat dan Pedang
(Dokumentasi Pribadi: Sultan Saragih, 2014)

DAFTAR PUSTAKAN
Alama M Hawkins. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: Ford Foudation
Dengan masyarakat Seni Pertunjukan
Alama M Hawkins. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta: Ford Foudation
Dengan masyarakat Seni Pertunjukan.
Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta. Balai Pustaka.
, 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Harsono, 1985.
Rehekka.

Pengantar Antropologi. Jakarta. Bina Cipta. Jakarta:

Jamin Purba, 2011. Upacara Adat Marhajabuan Pada Masyarakat Simalungun
Studi Analisis Terhadap Tortor. Skripsi. Medan: Universitas Negeri
Medan.
Jansen, Arlin, 2003. Gondrang Simalungun. Medan: Bina Media
Koentjaraningrat, 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Martha Sri Ulina sihaloho, 2013. Tortor Bodat Na Haudanan Sebagai Seni
Pertunjukan Pada Pesta Rondang Bintang Di Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Mery La, 1986. Dance Composition Thebasis Element. Terjemahan Soedarsono,
Yogyakarta: Legaligo.
Muhammad, Ali, 1978. Penelitian Pendidikan Ilmiah dan Metode Teknik. Tarsiro.
Bandung
Murgianto, Sal. 1992. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta:
Depdikbupd.
Prihartini Sri Nanik, 2008. Seni Pertunjukan Rakyat Kedu. Surakarta:
Pascasarjana dan Isi Press Surakarta.
Hidayat, Robby, 2005. Wawasan Seni Tari. Universitas Negeri Malang. Malang.

Soedarsono, 1972, Djawa Bali : Dua Pusat Perkembangan Dramaturgi
Tradisional Di Indonesia. Gadja Mada Universitas Press, Yogyakarta.
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabet .
. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabet .
Suryabrata, 1973. Metodologi Penelitian. UGM, Yogyakarta.
Susi Surah Ningsih, 2012. Keberadaan Horja Harangan Pada Masyarakat
Simalungun. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Wiwien Zulhafni, 2013. Dokumentasi Tari Berdasarkan Fungsi di Kabupaten
Simalungun. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Wirartha I Made, 2005. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian. Skripsi, dan Tesis,
C.V Andi Offset: Yogyakarta.
Yere Angela Putri Hutapea, 2013. Bentuk Koreografi Tor-tor Dihar Sitarlak di
Kabupaten Simalungun. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.
Y. Sumandio Hadi, 2010. Kajian Tari Texs Dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher.
wikipedia http //:www.kebudayaansimalungun.com
http : //id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http ://id.wikipedia.org/wiki/Teori
http://jejak_komunitas_Simalungun