REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SIGALE-GALE.

(1)

REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM

BENTUK PERTUNJUKAN TOR-TOR SIGALE-GALE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh :

RINI H. SINAGA

NIM. 2111542019


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRAK

Rini H. Sinaga.NIM 2111542019. Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan folklor pada masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahi bagaimana “Rekonstruksi Folklor Batak Toba dalam bentuk pertunjukan Tortor Sigale-gale”.

Untuk pembahasan tujuan penelitian diatas, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti teori rekonstruksi, teori folklor, teori bentuk pertunjukan, pengertian tortor, dan pengertian keberadaan.

Waktu penelitian yang dilakukan untuk membahas “Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale” dilakukan selama 2 Bulan yaitu padan bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. Tempat penelitian adalah di daerah Pangururan Kabupaten Samosir dan Medan Helvetia. Populasi pada penelitian ini adalah beberapa tokoh seniman muda dan tua.

Hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif meliputi pemaparan dan interpretasi data-data yaitu bagaimana “Rekonstruksi Folklor Batak Toba Dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale. Folklor (cerita rakyat) pada masyarakat Batak Toba adalah jenis Folklor lisan dan Folklor bukan lisan. Patung Sigale-gale dapat bergerak dengan berbagai gerakannya yang detail, seperti gerakan tangan yang naik turun, kaku (stakato) dan kepala hanya bisa geleng-geleng. Rekonstruksi Folklor Sigale-gale banyak diangkat para seniman menjadi sebuah karya pertunjukan seni. Pertunjukan Tortor Sigale-gale salah satu kreativitas para kaula muda dan tua yang bergerak dibidang seni. Dalam bentuk pertunjukan tari meliputi adanya gerak, iringan, tata rias, dan busana.


(8)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “REKONSTRUKSI FOLKLOR BATAK TOBA DALAM BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SIGALE-GALE”.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

4. Dra. Pita HD Silitonga M.Pd. Sekretaris Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

5. Sitti Rahmah, S.Pd., M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Tari dan Pembimbing Skripsi II,

6. Nurwani S.S.T., M.Hum. Pembimbing Skripsi I,

7. Iskandar Muda, S.Sn., M.Sn. Pembimbing Akademik dan Narasumber I 8. Drs. Inggit Prasetiawan, M.Sn. Narasumber II

9. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

10. Para Pegawai Tata Usaha Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

11. Orangtua tercinta, Ayahanda J. Sinaga, Ibunda Alm. R. Siahaan dan Tante F. Naibaho yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, semangat, didikan nasehat, kesabaran, kasih sayang dan Doanya kepada penulis serta adik Marissha Yunita Sinaga, HM. Rio Julianto Sinaga dan Farel. Terimakasih untuk segala perhatian, kasih sayang dan pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis dalam mendukung penyelesaian Skripsi ini,

12. Thompson Hs, Inong Lena Simanjuntak, Mateus Suwarsono, Octavianus Matondang, Marlita Simbolon, S.Pd. Pengasuh Sanggar Angel Elkanean, Dewi Marlina Maru, S.Pd. Pengasuh Sanggar Nusa Indah Entertainment Ibu Perri Kristina Sagala S.Pd. Pengasuh Sanggar Jolo New, Edison Manik, dan Dian Manik yang telah memberi semangat, bantuan materil maupun non materil, dan memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini,

13. Sahabat-sahabat Samoland dancer (Devi Lasroha Sinaga, Marta Sinaga, F. Kristina Siallagan dan Rinda Turnip), Delfiana Sinaga, Erik Sandy Simangunsong, Jesral Tambun, Kristina Nice Manurung, Septa Apriani Turnip, Dewi Sartika Nadeak, Seni Tari Stambuk 2011, Teman-teman


(9)

PPLT 2014, Rekan-rekan PLOT dan UK-KMK St. Martinus Unimed terimakasih telah memberikan semangat dan motivasi,

14. Semua pihak yang turut berperan membantu dan mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini,

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, Maret 2016 Penulis,

Rini H. Sinaga NIM. 2111542019


(10)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Perumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...7

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ...8

A. Landasan teoritis ...8

1. Teori Rekonstruksi ...8

2. Teori Folklor ...9

3. Teori Bentuk Pertunjukan ...12

4. Pengertian Tortor ...14

5. Pengertian Sigale-gale ...15

6. Pengertian Keberadaan ...17

B. Kerangka Konseptual ...18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...20

A. Metodologi Penelitian ...20

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...21

C. Populasi dan Sampel ...21

1. Populasi ...21

2. Sampel...22

D. Teknik Pengumpulan Data...23

1. Observasi danPengamatan ...23

2. Wawancara...23

3. Dokumentasi ...24

4. Studi Kepustakaan...25


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...28

A. Gambaran Umum ...28

1. Asal Usul Masyarakat Batak Toba ...28

2. Sistem Kepercayaan ...29

3. Kesenian Masyarakat Batak Toba ...30

a. Vokal ...30

b. Musik Instrumental ...31

c. Gondang Hasapi ...32

d. Gondang Sabangunan...32

e. Instrumental Tunggal ...33

f. Seni Rupa ...34

g. Seni Sastra...35

h. Seni Tekstil ...36

i. Seni Tari ...37

B. Keberadaan Folklor pada Masyarakat Batak Toba ...38

C. Rekonstruksi Folklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale ...47

a. Gerak ...48

b. Iringan Musik ...51

c. Tata Rias ...54

d. Tata Busana ...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...61

A. Kesimpulan ...61

B. Saran ...63


(12)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Konseptual...19 Tabel 4.1 Deskripsi Tortor Sigale-gale ...48


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1a. Ulos Sibolang ...36

Gambar 4.1b. Ulos Bintang Maratur...36

Gambar 4.1c. Ulos Sadum ...37

Gambar 4.2. Foto Sigale-gale ...43

Gambar 4.3a. Gambar Somba Debata ... 48

Gambar 4.3b. Datu Bolon dengan kedua Ulu Balang...49

Gambar 4.3c. Memilih dan Menebang Pohon ...49

Gambar 4.3d. Proses Memahat Kayu...49

Gambar 4.3e. Gerak Proses...49

Gambar 4.3f. Gerak Sigale-gale...50

Gambar 4.3g. Gerak Sigale-gale ...50

Gambar 4.3h. Gerak Sigale-gale dan Masyarakat...50

Gambar 4.3i. Gerak Siagale-gale dan Masyarakat Bergembira ...51

Gambar 4.4. Taganing ...52

Gambar 4.5. Seruling ...52

Gambar 4.6. Kecapi...53

Gambar 4.7. Garantung ...53

Gambar 4.8. Ogung ...54


(14)

viii

Gambar 4.17. Busana Ulu Balang...59 Gambar 4.18. Busana Masyarakat ...60 Gambar 4.20. Foto Busana Penari Tortor Sigale-gale ... 60


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman budaya atau cultural diversity adalah keniscayaan yang ada di bumi ini. Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa masyarakat Indonesia juga memiliki berbagai kebudayaan daerah yang bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada di daerah tersebut.

Dengan jumlah 200 juta lebih orang dimana mereka tinggal tersebar di pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, daratan rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Keragaman budaya sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan Indonesia memiliki tujuh unsur-unsur kebudayaan yaitu, sistem


(16)

2

dalam setiap suku di Indonesia merupakan budaya yang diturunkan secara turun temurun dan dilestarikan dengan tetap melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah budaya pada suku Batak yang merupakan suku yang hidup dan berkembang di Provinsi Sumatera Utara.

Di Sumatera Utara suku Batak memiliki etnik dari sekian banyak rumpun Batak. Dari sekian rumpun Batak ada enam etnis suku Batak yang ada di Sumatera Utara yang terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak Dairi, Batak Mandailing, Batak Tapanuli Tengah (pesisir sibolga), dan Batak Toba. Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari dan musik daerah, jenis makanan, budaya, seni kriya, cerita rakyat, dan pakaian adat juga bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Salah satu bentuk dari kebudayaan itu adalah kesenian. Suku Batak Toba memiliki kesenian seperti seni musik, seni tari, seni rupa, seni drama/teater, seni sastra dan juga seni kerajinan tangan. Suku Batak Toba adalah salah satu ragam suku yang ada di Sumatera Utara yang masih menyimpan sejarah dan masih sangat kental dengan adat serta kebudayaannya.

Batak Toba memiliki Tortor, danau Toba, megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi sebagai aset wisata. Cerita rakyat suku Batak Toba banyak diangkat para seniman sebagai sumber ide karya seni pertunjukan. Cerita rakyat yang ada di Batak Toba seperti terjadinya Danau Toba, Siboru Pareme, Boru Tumbaga, Tunggal Panaluan, Sigale-gale, Batu Gantung, Batu Kursi, dan Kuburan Raja Sidabutar.


(17)

3

Bentuk pertunjukan yang diciptakan para seniman bermacam-macam, seperti sendratari, dramatari, teater rakyat/opera Batak dan karya tari sebagai karya-karya kreatif seniman Toba dalam mengusung cerita yang bersumber dari Folklor Batak. Salah satu cerita yang akan penulis angkat menjadi fokus penelitian ini adalah bentuk pertunjukan Tortor Sigale-gale.

Di Huta Samosir tersebutlah kerajaan yang dipimpin seorang Raja yang memiliki seorang anak laki-laki. Dahulu kala disetiap Huta mempunyai pemimpin yakni Raja yang masih berperang antar kerajaan untuk memperebutkan daerah kekuasaan. Saat itu dalam suatu perang antar kerajaan, Raja tersebut menyuruh anaknya yang bernama Manggale. Manggale adalah anak satu-satunya dari keturunan Raja tersebut. Didalam pertempuran itu Manggale tewas dalam peperangan. Mengetahui hal itu, Raja tersebutpun bersedih dan terpukul. Mengingat bahwa anak satu-satunya Manggale pewaris tahta kerajaan turut tewas dalam peperangan. Akhirnya rajapun jatuh sakit karena memikirkan anaknya sebagai pewaris tahta kerajaannya.


(18)

4

selesai, berangkatlah para penasehat kerajaan ke hutan dimana patung tersebut dipahat. Dilakukanlah upacara ritual yang dipimpin Datu tersebut yakni meniup Sordam dan memanggil arwah anak sang Raja agar masuk kedalam patung yang sudah jadi yang menyerupai wajah Manggale. Kemudian patung tersebut diusunglah ke kerajaan sembari dilaksanakan Upacara Gondang Sabangunan. Setibanya rombongan di istana kerajaan, melihat patung yang menyerupai anaknya Manggale, Raja tersebutpun spontan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Akhirnya Raja itupun bisa kembali memimpin kerajaan seperti biasanya.

Rekonstruksi Foklor dalam bentuk karya seni pertunjukan merupakan bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak memiliki banyak nilai-nilai dan pesan moral yang disampaikan melalui tradisi lisan. Dari Folklor Batak Toba seniman banyak terinspirasi untuk membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni pertunjukan yang lahir dari foklor. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat topik ini kedalam penelitian yang berjudul: Rekonstruksi Folklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale.

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan

bahwa: “Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari


(19)

5

yang lain sebagainya) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan”. Berdasarkan

uraian latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang timbul dan dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keberadaan Folklor pada masyarakat Batak Toba? 2. Bagaimana cerita (folklor) Sigale-gale?

3. Bagaimana Rekonstruksi Foklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tor-tor Sigale-gale?

4. Bagaimana struktur bentuk pertunjukan tortor Sigale-gale?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah yang akan diteliti. Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk mempersingkat cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis, maka penulis mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan


(20)

6

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pernyataan dari penelitian agar mendapatkan jalan keluar. Uraian diatas didukung

juga dengan pendapat Sugiyono (2008:288) “Rumusan masalah adalah pertanyaan

penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya

melalui pengumpulan data”. Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Keberadaan Folklor pada masyarakat Batak Toba dan Rekonstruksi Foklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale

E. Tujuan Penelitian

Menurut pendapat Sugiyono (2009:397) bahwa tujuan penelitian ialah

“untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan pengetahuan”. Setiap

kegiatan senantiasa berorientasi kepada tujuan agar arah kegiatan yang akan dilaksanakan terarah dan jelas akan apa yang ingin dicapai. Maka dengan ini penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana keberadaan Folklor pada masyarakat Batak Toba

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Rekonstruksi Foklor Batak Toba dalam Bentuk Pertunjukan Tortor Sigale-gale


(21)

7

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh penulis itu sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat penelitian yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis 2. Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik

Program Studi Pendidikan Tari dan pihak lain dalam melakukan penelitian yang sejenis.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang pendidikan tari dan pariwisata di Sumatera Utara. 4. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide


(22)

61 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Seniman-seniman kreatif membuat atau menciptakan karya-karya yang kerap sekali mengangkat sumber idenya dari cerita-cerita yang ada menjadi bentuk pertunjukan. Bentuk pertunjukan yang diciptakan para seniman bermacam-macam. Dalam bentuk pertunjukan seperti sendratari, dan karya tari yang merupakan karya-karya kreatif seniman Toba mengusung cerita yang bersumber dari folklor Batak Toba. Salah satunya adalah cerita Sigale-gale.

2. Folklor merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya melalui tutur kata atau lisan disebut sebagai tradisi lisan. Tradisi lisan mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, nyanyian rakyat, tarian rakyat, dan arsitektur rakyat. Folklor yang diwariskan secara turun-temurun disebut juga sebagai cerita rakyat. Rekonstruksi foklor dalam bentuk karya seni pertunjukan merupakan bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak memiliki banyak nilai-nilai dan pesan moral yang disampaikan melalui tradisi lisan. Dari folklor Batak Toba seniman banyak terinspirasi untuk membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni pertunjukan yang lahir dari foklor.


(23)

62

3. Rekonstruksi folklor Sigale-gale yang banyak diangkat para seniman menjadi sebuah pertunjukan tari. Pertunjukan tortor Sigale-gale merupakan salah satu kreativitas para kaula muda atau tua yang bergerak dibidang seni. Dimana dalam pertunjukan ini para seniman mengangkat kembali sejarah dari Bangsa Batak. Dalam hal ini para seniman merekonstruksi folklor Sigale-gale ke dalam bentuk pertunjukkan tari. tortor Sigale-gale ini berasal dari daerah Samosir yang sering dipertunjukan di museum Simanindo dan Tomok dengan memainkan boneka Sigale-gale. Dengan berkembangnya zaman para seniman membuat ide kreatif untuk mengembangkan tortor Sigale-gale dan mengangkatnya ke dunia hiburan atau entertainment. Seniman kreatif yang sudah merekonstruksi folklor Batak Toba mengangkat cerita Sigale-gale dalam bentuk pertunjukan.

4. Dalam pertunjukan tortor Sigale-gale ini perempuannya menggunakan busana bagian atas dengan kebaya dan bagian bawah menggunakan rok


(24)

63

sebaliknya. Gondang yang menjadi iringan musik pada tortor Sigale-gale ini dapat dimainkan dengan mennggunakan ansambel gondang sabangunan dan gondang hasapi.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran, antara lain: 1. Dengan adanya seniman mengangkat rekonstruksi folklor Batak Toba

kedalam bentuk pertunjukan semoga masyarakat dapat menghargai dan mendukung setiap karya-karya yang dilaksanakan oleh para seniman khususnya seniman Batak.

2. Kegiatan pertunjukan yang mengangkat kembali budaya dan sejarah batak patut dipertahankan seniman


(25)

64

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Prasetijo. 2009. Keragaman Budaya Indonesia. Jakarta: Etno Budaya. Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Pasar Estetika. Denpasar: STSI Denpasar. . 1999. Estetika. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Dyastriningrum. 2009. Antropologi Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional.

Gultom, Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara. Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta.

Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London. Marbun, B.N. 1996, Kamus Politik. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi pustaka.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthopology Of Music. Evanston Illinois: North Western University Press.


(26)

65

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing

House.

Suyanto, dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.

Tambunan, Emil H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaan. Bandung : Tarsito.

(http://dwichandrawaskita10.blogspot.co.id/2013/03/misteri-patung-sigale-gale-yang-bisa.html)

http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/suku-batak-toba-di-provinsi-sumatera_1739.html

http://www.negerikuindonesia.com/2015/12/tari-sigale-gale-kesenian-tradisional.html

http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/folklore-bukan-lisan-arsitektur-rumah.html

http://serbasejarah.blogspot.com/2011/12/peran-folklore-mitologi-legenda-dan.html


(1)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh penulis itu sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat penelitian yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis 2. Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik

Program Studi Pendidikan Tari dan pihak lain dalam melakukan penelitian yang sejenis.

3. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang pendidikan tari dan pariwisata di Sumatera Utara. 4. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide

ke dalam suatu karya tulis.

5. Sebagai bahan acuan, referensi atau perbandingan bagi penulis berikutnya yang berniat melakukan penelitian.

6. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir penulis. 7. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain, yang bermaksud

mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama atau berhubungan erat dengan permasalahan yang akan atau sedang


(2)

61

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Seniman-seniman kreatif membuat atau menciptakan karya-karya yang kerap sekali mengangkat sumber idenya dari cerita-cerita yang ada menjadi bentuk pertunjukan. Bentuk pertunjukan yang diciptakan para seniman bermacam-macam. Dalam bentuk pertunjukan seperti sendratari, dan karya tari yang merupakan karya-karya kreatif seniman Toba mengusung cerita yang bersumber dari folklor Batak Toba. Salah satunya adalah cerita Sigale-gale.

2. Folklor merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya melalui tutur kata atau lisan disebut sebagai tradisi lisan. Tradisi lisan mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, nyanyian rakyat, tarian rakyat, dan arsitektur rakyat. Folklor yang diwariskan secara turun-temurun disebut juga sebagai cerita rakyat. Rekonstruksi foklor dalam bentuk karya seni pertunjukan merupakan bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak memiliki banyak nilai-nilai dan pesan moral yang disampaikan melalui tradisi lisan. Dari folklor Batak Toba seniman banyak terinspirasi untuk membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni pertunjukan yang lahir dari foklor.


(3)

3. Rekonstruksi folklor Sigale-gale yang banyak diangkat para seniman menjadi sebuah pertunjukan tari. Pertunjukan tortor Sigale-gale merupakan salah satu kreativitas para kaula muda atau tua yang bergerak dibidang seni. Dimana dalam pertunjukan ini para seniman mengangkat kembali sejarah dari Bangsa Batak. Dalam hal ini para seniman merekonstruksi folklor Sigale-gale ke dalam bentuk pertunjukkan tari. tortor Sigale-gale ini berasal dari daerah Samosir yang sering dipertunjukan di museum Simanindo dan Tomok dengan memainkan boneka Sigale-gale. Dengan berkembangnya zaman para seniman membuat ide kreatif untuk mengembangkan tortor Sigale-gale dan mengangkatnya ke dunia hiburan atau entertainment. Seniman kreatif yang sudah merekonstruksi folklor Batak Toba mengangkat cerita Sigale-gale dalam bentuk pertunjukan.

4. Dalam pertunjukan tortor Sigale-gale ini perempuannya menggunakan busana bagian atas dengan kebaya dan bagian bawah menggunakan rok yang dibuat dari bahan ulos Sadum berwarna merah dan hande-hande yang dipakai perempuan juga ulos Sadum. sedangkan laki-lakinya bagian atas memakai baju atau jubah.

5. Pada kehidupan masyarakat Batak Toba tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan, hal ini sesuai dengan pepatah Batak mengatakan “didia adong gondang disi adong tortor” yang artinya Dimana terdengar gondang disitulah terdapat tortor. Hal tersebut


(4)

sebaliknya. Gondang yang menjadi iringan musik pada tortor Sigale-gale ini dapat dimainkan dengan mennggunakan ansambel gondang sabangunan dan gondang hasapi.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran, antara lain: 1. Dengan adanya seniman mengangkat rekonstruksi folklor Batak Toba

kedalam bentuk pertunjukan semoga masyarakat dapat menghargai dan mendukung setiap karya-karya yang dilaksanakan oleh para seniman khususnya seniman Batak.

2. Kegiatan pertunjukan yang mengangkat kembali budaya dan sejarah batak patut dipertahankan seniman


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Prasetijo. 2009. Keragaman Budaya Indonesia. Jakarta: Etno Budaya. Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Pasar Estetika. Denpasar: STSI Denpasar. . 1999. Estetika. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Dyastriningrum. 2009. Antropologi Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional.

Gultom, Ibrahim. 2010. Agama Malim di Tanah Batak. Jakarta: Bumi Aksara. Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta.

Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London. Marbun, B.N. 1996, Kamus Politik. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi pustaka.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthopology Of Music. Evanston Illinois: North Western University Press.

Mspi. 1997. Pertunjukan Perjalanan. Bandung.

Nurwani, 2008, Diktat Pengetahuan Tari. Unimed: Medan. Peter, dkk. 2009. Kebudayaan Tradisional. Jakarta: LSPP.

Situmorang, Jaulahan. 1992. Penuntun Adat Praktis. Pematang Siantar. Soedarsono. 1990. Tinjauan Seni Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni.

Yokyakarta: Saku Dayar Sana.

. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(6)

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing

House.

Suyanto, dkk. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.

Tambunan, Emil H. 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaan. Bandung : Tarsito.

(http://dwichandrawaskita10.blogspot.co.id/2013/03/misteri-patung-sigale-gale-yang-bisa.html)

http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/suku-batak-toba-di-provinsi-sumatera_1739.html

http://www.negerikuindonesia.com/2015/12/tari-sigale-gale-kesenian-tradisional.html

http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2012/06/folklore-bukan-lisan-arsitektur-rumah.html

http://serbasejarah.blogspot.com/2011/12/peran-folklore-mitologi-legenda-dan.html