PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR.
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING DAN PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL PADA MATERI LUAS
BANGUN DATAR
Oleh:
Fifin Ananda H.S
NIM 4111111008
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuihan Yang Maha Esa, atas segala
berkat-Nya yang memberi kesehatan dan anugerah kepada penulis sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Dan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Luas Bangun
Datar”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Edy Surya, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd, Bapak Prof. Dr.
Mukhtar, M.Pd dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih
juga kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd
selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan
beserta staf-stafnya di FMIPA UNIMED. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry,
M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu
Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah
membantu penulis dan memberikan kelancaran selama perkuliahan sampai
penyusunan skripsi ini selesai.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Bakongan Bapak Maisarah, S.Pd, Ibu Jasriyah, S.Pd selaku Guru Bidang
Studi Matematika di SMP Negeri 1 Bakongan dan seluruh
Bapak/Ibu guru
v
beserta Staf Pegawai SMP Negeri 1 Bakongan yang telah membantu penulis
selama melaksanakan penelitian.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada pahlawan hidup
terhebat Ayahanda Husnul Sinaga dan Ibunda tercinta Suriana S yang berusaha
dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya memperoleh pendidikan yang layak,
yang selalu setia berdoa, melimpahkan kasih sayang, memberi semangat serta
pengorbanan yang tak ternilai harganya hingga penulis bisa memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Matematika. Terimakasih juga untuk adik-adik kebanggaan
Muhammad Rayyan HS, Dinda Rahmiatun HS, Wilda Farida HS dan Fakhrul
Ridha HS yang telah mendoakan dan memberi semangat bagi penulis.
Terimakasih kepada Kakek tercinta H. Sudin, Angku Misdi, Uci Faizah Nur dan
Nenek Yulinar , kepada Bu Yumna, Bu Yurni, Bu Husna, Pak Sapek, Pak Anto
dan Om Dedi yang selalu memberi semangat dan mendoakan keberhasilan
penulis.
Terimakasih kepada sahabat karib terkasih Rico Ardiansyah yang telah
berdoa dan meluangkan waktu untuk berbagi suka dan duka. Kepada teman
seperjuangan Tio Lusi Rani Siahaan, sahabatku Halfina B Jafar, Asty Anggraini,
Shirley Aprilia, Raisyah Hutapea, Dian Novita dan kepada seluruh teman-teman
di Kelas Reguler B 2011 Matematika UNIMED yang memberikan semangat
selama kuliah hingga sampai selesainya skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pendidikan.
Medan, Juni 2015
Penulis,
Fifin Ananda HS
iii
Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan
Pembelajaran Konvensional Pada Materi Luas Bangun Datar
Fifin Ananda H.S (4111111008)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem
Based Learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi luas
bangun datar di kelas VII SMP Negeri 1 Bakongan Aceh Selatan T.A 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh Kelas VII SMP
N 1 Bakongan sebanyak 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan
banyak sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas VII-2 sebagai
kelas eksperimen dan Kelas VII-3 sebagai kelas kontrol. Jumlah masing-masing
siswa setiap kelas adalah sebanyak 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,
yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Sebelum tes digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah, keempat butir tes tersebut diuji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Tes diberikan setelah perlakuan
pembelajaran kepada kedua kelas, yaitu setelah kelas eksperimen diajar dengan
model Problem Based Learning dan kelas kontrol diajar dengan pembelajaran
konvensional.
Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada kelas eksperimen adalah 76,5, dan pada kelas
kontrol adalah 67. Analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Liliefors dengan α = 0,05, Ltabel = 0,159130 dan diperoleh L0 =
0,0693 kelas ekperimen dan L0 = 0,1222 untuk kelas kontrol. Artinya, L0 < Ltabel.
Sehingga disimpulkan bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh Fhitung =1,1188 dan Ftabel =1,84
yang berarti Fhitung < Ftabel , yang artinya kedua sampel berasal dari populasi yang
homogen.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan uji t dengan α = 0,05 diperoleh thitung (5, ,61091) > ttabel (1,67). Hal
ini menunjukkan bahwa thitung berada diluar penerimaan H0, maka berdasarkan
pengujian tersebut diperoleh bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi daripada
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar di kelas VII SMP
Negeri 1 Bakongan Aceh Selatan T.A 2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
9
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
12
2.1.1. Pengertian Belajar
12
2.1.2. Pembelajaran Matematika
13
2.1.3. Pembelajaran Konvensional
15
2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
16
2.2. Model Pembelajaran
19
2.2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning
20
2.2.2 Ciri-ciri Problem Based Learning
21
2.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning
23
2.2.4 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
24
2.2.5 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning
25
2.2.6 Pelaksanaan Problem Based Learning dalam Pembelajaran
vii
Matematika
26
2.3. Teori Belajar Yang Mendukung Problem Based Learning
28
2.4. Luas Bangun Datar
30
2.4.1 Pengertian Luas Bangun Datar
30
2.4.2 Jenis-jenis Bangun Datar
31
2.4.2.1 Persegi Panjang
31
2.4.2.2 Persegi
32
2.4.2.3 Trapesium
33
2.4.2.4 Jajargenjang
34
2.4.2.5 Belah Ketupat
35
2.4.2.6 Layang-layang
35
2.4.2.7 Segitiga
36
2.5. Hasil Penelitian Yang Relevan
37
2.6. Kerangka Konseptual
39
2.7. Hipotesis Penelitian
41
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
42
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
42
3.2.1. Populasi Penelitian
42
3.2.2. Sampel Penelitian
42
3.3. Variabel Penelitian
42
3.3.1 Variabel Bebas
43
3.3.2 Variabel Terikat
43
3.4. Definisi Operasional
43
3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian
44
3.6. Prosedur Penelitian
45
3.7. Validitas Internal Penelitian
48
3.8. Alat Pengumpul Data
49
3.8.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Tertulis
3.8.1.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Posttest)
49
52
viii
3.9. Analisis Uji Coba Tes
52
3.9.1 Uji Validitas
52
3.9.2 Uji Reliabilitas
53
3.9.3 Taraf Kesukaran Soal
54
3.9.4 Daya Pembeda Soal
56
3.10. Tehnik Analisis Data
57
3.10.1. Menghitung Rata-rata Skor
57
3.10.2. Menghitung Standar Deviasi
57
3.10.3. Uji Normalitas
58
3.10.4. Uji Homogenitas
59
3.10.5. Uji Hipotesis
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
62
4.1.1 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
62
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
62
4.3
Teknik Analisis Data
63
4.3.1 Uji Normalitas
63
4.3.2 Uji Homogenitas
64
4.3.3 Uji Hipotesis
64
Diskusi Hasil Penelitian
65
4.4
BAB V
5.1
Kesimpulan
69
5.2
Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
70
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
5
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
25
Tabel 3.1. Desain Penelitian
44
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
50
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
51
Tabel 3.4. Validitas Butir Test
53
Tabel 3.5. Reliabilitas Test
54
Tabel 3.6. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
54
Tabel 3.7. Tingkat Kesukaran Test
55
Tabel 3.8. Daya Beda Soal Posttes
56
Tabel 3.9. Hasil Analisis Butir Soal Posttes
57
Tabel 4.1. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
62
Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian
63
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian
64
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bentuk-bentuk Segiempat
30
Gambar 2.2. Persegi Panjang
31
Gambar 2.3. Persegi
32
Gambar 2.4. (i) Trapesium sama kaki dan (ii)Trapesium siku-siku
33
Gambar 2.5. Soal Trapesium
33
Gambar 2.6. Jajargenjang
34
Gambar 2.7. Belah Ketupat
35
Gambar 2.8. Layang-layang
35
Gambar 2.9. Bentuk-bentuk Segitiga
36
Gambar 2.10. Contoh Soal Segitiga
37
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
47
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP I Kelas Ekperimen
73
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa 1
84
Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian LKS–1
88
Lampiran 4 RPP II Kelas Ekperimen
90
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 2
98
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LKS-2
103
Lampiran 7 RPP III Kelas Eksperimen
106
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa 3
115
Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian LKS–3
120
Lampiran 10 RPP IV Kelas Eksperimen
123
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa 4
132
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LKS-4
138
Lampiran 13 RPP I Kelas Kontrol
141
Lampiran 14 RPP II Kelas Kontrol
148
Lampiran 15 RPP III Kelas Kontrol
154
Lampiran 16 RPP IV Kelas Kontrol
162
Lampiran 17 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
169
Lampiran 18 POSTTEST
176
Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Posttest
179
Lampiran 20 Perhitungan Validitas Tes
183
Lampiran 21 Perhitungan Reliabilitas Tes
186
Lampiran 22 Tabel Bantu Mencari Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes
188
Lampiran 23 Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
192
Lampiran 24 Uji Homogenitas
199
Lampiran 25 Uji Hipotesis
200
Lampiran 26 Laporan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
202
Lampiran 27 Dokumentasi
204
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan syarat perkembangan. Menurut Trianto (2011:1), “Perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan”. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada
semua tingkat terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah merumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa
pendidikan dilakukan agar mendapat tujuan yang diharapkan bersama. Didalam
tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk perkembangan potensi
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga
yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan
yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi
kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting
ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena
1
2
yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk
menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun
yang akan datang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berdampak pada
semua aspek kehidupan. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi
dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan iptek tersebut secara proporsional. Hal yang paling menentukan
untuk tercapainya pendidikan yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Menurut Rostina (2013:2), “Kemampuan ini membutuhkan
pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika”.
Matematika memiliki peranan yang sangat besar yang dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Matematika merupakan salah satu ilmu
dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa. Matematika juga merupakan
sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan
kemampuan logisnya. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), matematika memegang peranan penting karena dalam pembelajaran
matematika dituntut untuk berpikir kritis dan teliti untuk mengelola informasi,
memecahkan suatu persoalan/permasalahan sehingga berguna baik dalam
kehidupan sehari-hari serta sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan
teknologi.
Sejalan dengan itu Standar Kompetensi Lulusan oleh Pemerintah melalui
Permen 23 Tahun 2006 adalah:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Matematika sangat terstruktur dimana keterampilan matematika yang satu
tidak dapat dipisahkan dari keterampilan matematika lainnya. Analisis konsep baik
sekali diterapkan pada pengajaran matematika. Bangun datar merupakan salah satu
materi pada matematika yang memerlukan pemahaman terhadap konsep. Dalam
menentukan luas suatu bangun jika guru memberikan rumus luas untuk tiap bangun
yang kemudian akan dihapal oleh siswa maka jika diberikan gambar bangun yang
sama dalam posisi berbeda siswa tersebut akan kewalahan dalam memecahkan
permasalahan. Nah, disinilah peran penanaman konsep terhadap siswa agar
kemampuan pemecahan masalah matematika mereka dapat berkembang. Artinya,
bagaimanapun bentuk bangun yang diberikan siswa dapat menemukan luas bangun
tersebut.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Sanjaya (2013:1) mengungkapkan :
“Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah,
mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi”.
Hal ini senada dengan permasalahan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum:
“Proses pembelajaran matematika kebanyakan masih belum menunjukkan
hasil yang memuaskan, upaya guru ke arah peningkatan kualitas proses
belajar mengajar belum optimal, metode, pendekatan dan evaluasi yang
4
dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini berdampak
negatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah. KBM
yang konvensional dengan metode ceramah merupakan cara yang paling
aman untuk mengejar pencapaian target pembelajaran. Padahal pencapaian
kompetensi sebagaimana tertuang dalam SK dan KD memerlukan metode
dan pendekatan aktif learning yang bervariasi guna meningkatkan
kemampuan siswa menguasai suatu kompetensi”.
Kemampuan memecahkan masalah merupakan prasyarat bagi manusia
untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam pengajaran matematika, pemecahan
masalah berarti serangkaian operasi mental yang dilakukan seseorang untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Kemampuan memecahkan masalah matematika
seyogianya ditanamkan dari SD sehingga kemudian hari mereka dapat
menggunakannya sebagai dasar memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Salah
satu
penyebab
rendahnya
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.
Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa
dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka,
dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum
paham terhadap materi yang disajikan guru.
Oleh karena itu kualitas pendidikan matematika di Indonesia hendaknya
ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman. Karena pada kenyataannya
sampai saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan negara lain, terutama dalam bidang studi matematika. Hal ini
dibuktikan oleh hasil PISA tahun 2009 yaitu Indonesia hanya menduduki rangking
61 dari 65 peserta dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional
adalah 496.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan
konsep-konsep
matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat
kurang. Padahal menurut Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
5
dinyatakan bahwa: “Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran matematika Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika
hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(contextual problem)”.
Berikut ini adalah hasil pekerjaan siswa yang diberikan tes diagnostik. Tes
yang diberikan bertujuan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa secara tertulis.
Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
No
Soal
Hasil Pekerjaan Siswa
Keterangan
• Langkah
penyelesaian soal
tidak
tersusun
secara jelas.
1
• Tidak memahami
konsep,
penggunaan
rumus salah dan
akhirnya
penyelesaian soal
tidak benar.
2
Tidak
dapat
memberikan
jawaban
secara
jelas
3
Tidak
teliti,
sehingga
dalam
menghitung luas
6
gambar daun sirih
di kertas berpetak
juga salah.
4
Sudah memahami
permasalahan,
akan tetapi tidak
dapat memodelkan
permasalahan
dengan benar.
Tabel di atas menunjukkan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika. Pemberian tes diagnostik kemampuan pemecahan masalah kepada
27 orang siswa, sebanyak 81,48% (22 siswa) masih berada dalam kategori sangat
rendah dan sisanya 18,52% (5 siswa) masih berada dalam kategori rendah. Hasil
tersebut terbukti bahwa kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep sehingga
berdampak terhadap lemahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Guru
dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Guru
merupakan perancang skenario pembelajaran yang tangguh. Disinilah peran guru
sebagai fasilitator diperlukan yaitu memberikan pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Jika guru mampu menempatkan model
dan metode pembelajaran yang efektif pada suatu materi maka proses belajar
mengajar akan membuahkan pemahaman terhadap siswa.
Solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah adalah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Problem Based
7
Learning (PBL) merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2013).
Menurut Arends (dalam Trianto, 2011) Problem Based Learning merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik
(nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan
siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Model Problem Based Learning bercirikan penggunaan masalah kehidupan
nyata sebagai suatu yang harus yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL
diharapkan siswa mendapat lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang
dihafal. Dalam PBL pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, dimana
tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai panyaji masalah,
penanya, mengadakan dialog dan membantu siswa menemukan masalah dan
pemberi fasilitas pembelajaran.
Penelitian
yang
mendukung
pengaruh
PBL
terhadap
kemampuan
pemecahan masalah yaitu Dede Suhery,dkk (2013:13):
“Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa Fhitung pada faktor
pembelajaran (pembelajaran berbasis masalah dan konvensional) sebesar
806,092 dengan nilai taraf signifikan 0.05 maka H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional”.
Nurdalilah, dkk (2014:117) :
“Berdasarkan pengujian dengan menggunakan ANAVA dua jalur maka
diperoleh kemampuan pemecahan masalah dengan F hitung pada faktor
pembelajaran (PBM dan Pembelajaran Langsung) adalah 41,358 nilai
signifikan (sig) α = 0,000. Karena taraf nilai signifikan kemampuan
pemecahan masalah lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan
8
bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajarkan dengan Pendekatan (PBM) dan Pembelajaran secara
konvensional”.
Holmes (2014:81) :
“Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siwa yang diajarkan dengan pembelajaran problem based
learnig lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan
statistik”.
Dani setiawaan, dkk (2014)
“Dari hasil uji hipotesis 1 yaitu uji ketuntasan individual dan klasikal
diperoleh bahwa peserta didik kelas eksperimen dapat mencapai ketuntasan
individual dan klasikal. Dari hasil uji hipotesis 2 yaitu uji perbedaan dua
rata-rata dan dua proporsi diperoleh bahwa rata-rata dan proporsi ketuntasan
peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata dan proporsi
ketuntasan kelas kontrol. Dari hasil uji hipotesis 3 yaitu analisis regresi
linier sederhana diperoleh bahwa aktivitas peserta didik berpengaruh
terhadap hasil tes kemampuan pemecahan masalah sebesar 85 %. Simpulan
yang diperoleh adalah model PBL berbasis nilai karakter berbantuan CD
pembelajaran efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah materi
segiempat kelas VII”.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan penemuan di tempat penelitian, selain memberikan soal
diagnostik kepada siswa, peneliti juga mewawancarai guru mata pelajaran
matematika. Hasil wawancara menegaskan bahwa pada proses pembelajaran guru
tidak pernah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini
dikarenakan oleh banyaknya siswa yang harus diajar dan terbatasnya waktu.
9
Dari beberapa kutipan diatas menjelaskan begitu penting arti dan peranan
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Pembelajaran Konvensional pada Materi Luas Bangun Datar” .
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, maka timbul beberapa masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1.
Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika
2.
Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa cenderung
lemah.
3.
Kegiatan pembelajaran matematika yang umum digunakan guru di
kelas adalah menyampaikan materi dengan ceramah.
4.
Proses kegiatan belajar mengajar kurang menunjang siswa untuk
mengekpresikan kemampuan pemecahan masalah matematika yang
dimiliki siswa.
5.
Model pembelajaran PBL tidak pernah diterapkan dalam pembelajaran
matematika.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat
terbatasnya
kemampuan
peneliti
dan
luasnya
cakupan
identifikasi masalah, maka peneliti memberi batasan masalah pada penelitian ini
yaitu pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Bakongan terhadap materi Luas Bangun Datar dengan Model
10
pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning
dan pembelajaran Konvensional.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based
Leraning lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun
datar?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi
dibandingkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan
akan memberi manfaat sebagai berikut:
1.
Kepada peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan
pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai
calon tenaga pengajar di masa akan datang.
2.
Kepada guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran dengan
model
Problem
Based
Learning
dapat
mengetahui
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
tingkat
11
3.
Kepada siswa, melalui penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
dapat
membantu
siswa
meningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
4.
Kepada pihak pengelola sekolah, sebagai masukan dan sumbangan
pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dan dalam
mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkana hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut: kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem
Based Learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah yang diajar
dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar di kelas VII
SMP Negeri I Bakongan T.A 2014/2015.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya mempelajari model
pembelajaran Problem Based Learning
pembelajaran
matematika
karena
agar dapat diterapkan dalam
model
pembelajaran
ini
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara
tertulis.
2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelebihan dan
kelemahan dari pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan
matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa.
3. Bagi siswa sebaiknya lebih percaya diri dan berani untuk mengemukakan
pendapat dalam memecahkan masalah matematika dan menjaga ketertiban
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti yang ingin untuk melanjutkan bentuk penelitian ini
diharapkan agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Asmin., dan Abil Mansyur. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan
Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.
Gunantara, Suarjana dan Nanci Riastini. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. 2 : nomor 1 2014.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV PUSTAKA SETIA
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama. EDUCATIONIST. 1 : nomor 2 2007. ISSN : 1907-8838.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru Matematika SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Matematika SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kholik, M. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional.
MuhammadKholik.wordpress.com/2011/08/metode-pembelajarankonvensional. (diakses 22 Desember 2014).
Manurung, P., 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Halaman Moeka Publishing.
71
Nababan, H. 2014. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa yang Belajar melalui Pembelajaran PBL dengan Pembelajaran
Konvensional pada Pokok Bahasan Statistik di Kelas XI SMAN I Pagaran
2014/201. Medan : Skripsi FMIPA Universitas Negeri Medan.
Nurdalilah., Edi Syahputra., dan Dian Armanto. 2014. Perbedaan Kemampuan
Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1
Kualuh Selatan. Jurnal Pendidikan Matematika, PARADIKMA. 6 : 109119.
Pusat Kurikulum. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Depdiknas.
Runtukahu, T dan Kandou Selfius. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi
Anak berkesulitan Belajar. Yogyajakarta : Ar-ruzz Media.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya,W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana.
Setiawan,Dani., Budi Waluya., dan Mashuri. 2014. Keefektifan PBL Berbasis Nilai
Karakter Berbantuan CD Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Materi Segiempat Kelas VII. Unnes Journal of Mathematics
Education. 1 : nomor 3 2014. ISSN : 2252-6972.
Sihombing,W.L dan Ika Sartika. 2013. Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika
Sekolah). Medan : Universitas Negeri Medan.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
72
Suhery, Dede., Sahat Sargih., dan Edi Syahputra. Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Mathematics Paedagogic. 3 :
nomor 2 2013. ISSN : 2087-1783.
Sunartombs, (2009), Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling
Disukai,
https://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-
konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/,
Artikel
(2
Maret
2009).
Sundayana, R. 2013. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.
Bandung : Alfabeta.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.
SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING DAN PEMBELAJARAN
KONVENSIONAL PADA MATERI LUAS
BANGUN DATAR
Oleh:
Fifin Ananda H.S
NIM 4111111008
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuihan Yang Maha Esa, atas segala
berkat-Nya yang memberi kesehatan dan anugerah kepada penulis sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Dan Pembelajaran Konvensional Pada Materi Luas Bangun
Datar”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Edy Surya, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd, Bapak Prof. Dr.
Mukhtar, M.Pd dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih
juga kepada Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd
selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan
beserta staf-stafnya di FMIPA UNIMED. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry,
M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu
Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah
membantu penulis dan memberikan kelancaran selama perkuliahan sampai
penyusunan skripsi ini selesai.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Bakongan Bapak Maisarah, S.Pd, Ibu Jasriyah, S.Pd selaku Guru Bidang
Studi Matematika di SMP Negeri 1 Bakongan dan seluruh
Bapak/Ibu guru
v
beserta Staf Pegawai SMP Negeri 1 Bakongan yang telah membantu penulis
selama melaksanakan penelitian.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada pahlawan hidup
terhebat Ayahanda Husnul Sinaga dan Ibunda tercinta Suriana S yang berusaha
dengan sekuat tenaga agar anak-anaknya memperoleh pendidikan yang layak,
yang selalu setia berdoa, melimpahkan kasih sayang, memberi semangat serta
pengorbanan yang tak ternilai harganya hingga penulis bisa memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Matematika. Terimakasih juga untuk adik-adik kebanggaan
Muhammad Rayyan HS, Dinda Rahmiatun HS, Wilda Farida HS dan Fakhrul
Ridha HS yang telah mendoakan dan memberi semangat bagi penulis.
Terimakasih kepada Kakek tercinta H. Sudin, Angku Misdi, Uci Faizah Nur dan
Nenek Yulinar , kepada Bu Yumna, Bu Yurni, Bu Husna, Pak Sapek, Pak Anto
dan Om Dedi yang selalu memberi semangat dan mendoakan keberhasilan
penulis.
Terimakasih kepada sahabat karib terkasih Rico Ardiansyah yang telah
berdoa dan meluangkan waktu untuk berbagi suka dan duka. Kepada teman
seperjuangan Tio Lusi Rani Siahaan, sahabatku Halfina B Jafar, Asty Anggraini,
Shirley Aprilia, Raisyah Hutapea, Dian Novita dan kepada seluruh teman-teman
di Kelas Reguler B 2011 Matematika UNIMED yang memberikan semangat
selama kuliah hingga sampai selesainya skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pendidikan.
Medan, Juni 2015
Penulis,
Fifin Ananda HS
iii
Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang
Diajar Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan
Pembelajaran Konvensional Pada Materi Luas Bangun Datar
Fifin Ananda H.S (4111111008)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem
Based Learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi luas
bangun datar di kelas VII SMP Negeri 1 Bakongan Aceh Selatan T.A 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh Kelas VII SMP
N 1 Bakongan sebanyak 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan
banyak sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas VII-2 sebagai
kelas eksperimen dan Kelas VII-3 sebagai kelas kontrol. Jumlah masing-masing
siswa setiap kelas adalah sebanyak 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,
yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Sebelum tes digunakan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah, keempat butir tes tersebut diuji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Tes diberikan setelah perlakuan
pembelajaran kepada kedua kelas, yaitu setelah kelas eksperimen diajar dengan
model Problem Based Learning dan kelas kontrol diajar dengan pembelajaran
konvensional.
Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada kelas eksperimen adalah 76,5, dan pada kelas
kontrol adalah 67. Analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Liliefors dengan α = 0,05, Ltabel = 0,159130 dan diperoleh L0 =
0,0693 kelas ekperimen dan L0 = 0,1222 untuk kelas kontrol. Artinya, L0 < Ltabel.
Sehingga disimpulkan bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal. Uji homogenitas diperoleh Fhitung =1,1188 dan Ftabel =1,84
yang berarti Fhitung < Ftabel , yang artinya kedua sampel berasal dari populasi yang
homogen.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan uji t dengan α = 0,05 diperoleh thitung (5, ,61091) > ttabel (1,67). Hal
ini menunjukkan bahwa thitung berada diluar penerimaan H0, maka berdasarkan
pengujian tersebut diperoleh bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi daripada
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar di kelas VII SMP
Negeri 1 Bakongan Aceh Selatan T.A 2014/2015.
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
9
1.3. Batasan Masalah
9
1.4. Rumusan Masalah
9
1.5. Tujuan Penelitian
10
1.6. Manfaat Penelitian
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
12
2.1.1. Pengertian Belajar
12
2.1.2. Pembelajaran Matematika
13
2.1.3. Pembelajaran Konvensional
15
2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
16
2.2. Model Pembelajaran
19
2.2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning
20
2.2.2 Ciri-ciri Problem Based Learning
21
2.2.3 Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning
23
2.2.4 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
24
2.2.5 Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning
25
2.2.6 Pelaksanaan Problem Based Learning dalam Pembelajaran
vii
Matematika
26
2.3. Teori Belajar Yang Mendukung Problem Based Learning
28
2.4. Luas Bangun Datar
30
2.4.1 Pengertian Luas Bangun Datar
30
2.4.2 Jenis-jenis Bangun Datar
31
2.4.2.1 Persegi Panjang
31
2.4.2.2 Persegi
32
2.4.2.3 Trapesium
33
2.4.2.4 Jajargenjang
34
2.4.2.5 Belah Ketupat
35
2.4.2.6 Layang-layang
35
2.4.2.7 Segitiga
36
2.5. Hasil Penelitian Yang Relevan
37
2.6. Kerangka Konseptual
39
2.7. Hipotesis Penelitian
41
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
42
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
42
3.2.1. Populasi Penelitian
42
3.2.2. Sampel Penelitian
42
3.3. Variabel Penelitian
42
3.3.1 Variabel Bebas
43
3.3.2 Variabel Terikat
43
3.4. Definisi Operasional
43
3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian
44
3.6. Prosedur Penelitian
45
3.7. Validitas Internal Penelitian
48
3.8. Alat Pengumpul Data
49
3.8.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Tertulis
3.8.1.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Posttest)
49
52
viii
3.9. Analisis Uji Coba Tes
52
3.9.1 Uji Validitas
52
3.9.2 Uji Reliabilitas
53
3.9.3 Taraf Kesukaran Soal
54
3.9.4 Daya Pembeda Soal
56
3.10. Tehnik Analisis Data
57
3.10.1. Menghitung Rata-rata Skor
57
3.10.2. Menghitung Standar Deviasi
57
3.10.3. Uji Normalitas
58
3.10.4. Uji Homogenitas
59
3.10.5. Uji Hipotesis
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
62
4.1.1 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
62
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian
62
4.3
Teknik Analisis Data
63
4.3.1 Uji Normalitas
63
4.3.2 Uji Homogenitas
64
4.3.3 Uji Hipotesis
64
Diskusi Hasil Penelitian
65
4.4
BAB V
5.1
Kesimpulan
69
5.2
Saran
69
DAFTAR PUSTAKA
70
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
5
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
25
Tabel 3.1. Desain Penelitian
44
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
50
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
51
Tabel 3.4. Validitas Butir Test
53
Tabel 3.5. Reliabilitas Test
54
Tabel 3.6. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
54
Tabel 3.7. Tingkat Kesukaran Test
55
Tabel 3.8. Daya Beda Soal Posttes
56
Tabel 3.9. Hasil Analisis Butir Soal Posttes
57
Tabel 4.1. Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
62
Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Normalitas Data Penelitian
63
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Penelitian
64
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bentuk-bentuk Segiempat
30
Gambar 2.2. Persegi Panjang
31
Gambar 2.3. Persegi
32
Gambar 2.4. (i) Trapesium sama kaki dan (ii)Trapesium siku-siku
33
Gambar 2.5. Soal Trapesium
33
Gambar 2.6. Jajargenjang
34
Gambar 2.7. Belah Ketupat
35
Gambar 2.8. Layang-layang
35
Gambar 2.9. Bentuk-bentuk Segitiga
36
Gambar 2.10. Contoh Soal Segitiga
37
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
47
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP I Kelas Ekperimen
73
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa 1
84
Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian LKS–1
88
Lampiran 4 RPP II Kelas Ekperimen
90
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 2
98
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LKS-2
103
Lampiran 7 RPP III Kelas Eksperimen
106
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa 3
115
Lampiran 9 Alternatif Penyelesaian LKS–3
120
Lampiran 10 RPP IV Kelas Eksperimen
123
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa 4
132
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LKS-4
138
Lampiran 13 RPP I Kelas Kontrol
141
Lampiran 14 RPP II Kelas Kontrol
148
Lampiran 15 RPP III Kelas Kontrol
154
Lampiran 16 RPP IV Kelas Kontrol
162
Lampiran 17 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
169
Lampiran 18 POSTTEST
176
Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Posttest
179
Lampiran 20 Perhitungan Validitas Tes
183
Lampiran 21 Perhitungan Reliabilitas Tes
186
Lampiran 22 Tabel Bantu Mencari Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Tes
188
Lampiran 23 Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
192
Lampiran 24 Uji Homogenitas
199
Lampiran 25 Uji Hipotesis
200
Lampiran 26 Laporan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
202
Lampiran 27 Dokumentasi
204
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan syarat perkembangan. Menurut Trianto (2011:1), “Perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan”. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada
semua tingkat terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia
dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerintah merumuskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa
pendidikan dilakukan agar mendapat tujuan yang diharapkan bersama. Didalam
tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk perkembangan potensi
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga
yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan
yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi
kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting
ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena
1
2
yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk
menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun
yang akan datang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berdampak pada
semua aspek kehidupan. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi
dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan iptek tersebut secara proporsional. Hal yang paling menentukan
untuk tercapainya pendidikan yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Menurut Rostina (2013:2), “Kemampuan ini membutuhkan
pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika”.
Matematika memiliki peranan yang sangat besar yang dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Matematika merupakan salah satu ilmu
dasar yang sangat penting diajarkan kepada siswa. Matematika juga merupakan
sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan
kemampuan logisnya. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), matematika memegang peranan penting karena dalam pembelajaran
matematika dituntut untuk berpikir kritis dan teliti untuk mengelola informasi,
memecahkan suatu persoalan/permasalahan sehingga berguna baik dalam
kehidupan sehari-hari serta sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan
teknologi.
Sejalan dengan itu Standar Kompetensi Lulusan oleh Pemerintah melalui
Permen 23 Tahun 2006 adalah:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Matematika sangat terstruktur dimana keterampilan matematika yang satu
tidak dapat dipisahkan dari keterampilan matematika lainnya. Analisis konsep baik
sekali diterapkan pada pengajaran matematika. Bangun datar merupakan salah satu
materi pada matematika yang memerlukan pemahaman terhadap konsep. Dalam
menentukan luas suatu bangun jika guru memberikan rumus luas untuk tiap bangun
yang kemudian akan dihapal oleh siswa maka jika diberikan gambar bangun yang
sama dalam posisi berbeda siswa tersebut akan kewalahan dalam memecahkan
permasalahan. Nah, disinilah peran penanaman konsep terhadap siswa agar
kemampuan pemecahan masalah matematika mereka dapat berkembang. Artinya,
bagaimanapun bentuk bangun yang diberikan siswa dapat menemukan luas bangun
tersebut.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Sanjaya (2013:1) mengungkapkan :
“Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada
kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik lulus dari sekolah,
mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi”.
Hal ini senada dengan permasalahan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum:
“Proses pembelajaran matematika kebanyakan masih belum menunjukkan
hasil yang memuaskan, upaya guru ke arah peningkatan kualitas proses
belajar mengajar belum optimal, metode, pendekatan dan evaluasi yang
4
dikuasai guru belum beranjak dari pola tradisional, dan hal ini berdampak
negatif terhadap daya serap siswa yang ternyata masih tetap lemah. KBM
yang konvensional dengan metode ceramah merupakan cara yang paling
aman untuk mengejar pencapaian target pembelajaran. Padahal pencapaian
kompetensi sebagaimana tertuang dalam SK dan KD memerlukan metode
dan pendekatan aktif learning yang bervariasi guna meningkatkan
kemampuan siswa menguasai suatu kompetensi”.
Kemampuan memecahkan masalah merupakan prasyarat bagi manusia
untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam pengajaran matematika, pemecahan
masalah berarti serangkaian operasi mental yang dilakukan seseorang untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Kemampuan memecahkan masalah matematika
seyogianya ditanamkan dari SD sehingga kemudian hari mereka dapat
menggunakannya sebagai dasar memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Salah
satu
penyebab
rendahnya
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.
Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa
dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka,
dan bahkan para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum
paham terhadap materi yang disajikan guru.
Oleh karena itu kualitas pendidikan matematika di Indonesia hendaknya
ditingkatkan seiring dengan perkembangan zaman. Karena pada kenyataannya
sampai saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan negara lain, terutama dalam bidang studi matematika. Hal ini
dibuktikan oleh hasil PISA tahun 2009 yaitu Indonesia hanya menduduki rangking
61 dari 65 peserta dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional
adalah 496.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan
konsep-konsep
matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat
kurang. Padahal menurut Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
5
dinyatakan bahwa: “Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran matematika Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika
hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(contextual problem)”.
Berikut ini adalah hasil pekerjaan siswa yang diberikan tes diagnostik. Tes
yang diberikan bertujuan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa secara tertulis.
Tabel 1.1. Data Kesalahan Hasil Pekerjaan Siswa
No
Soal
Hasil Pekerjaan Siswa
Keterangan
• Langkah
penyelesaian soal
tidak
tersusun
secara jelas.
1
• Tidak memahami
konsep,
penggunaan
rumus salah dan
akhirnya
penyelesaian soal
tidak benar.
2
Tidak
dapat
memberikan
jawaban
secara
jelas
3
Tidak
teliti,
sehingga
dalam
menghitung luas
6
gambar daun sirih
di kertas berpetak
juga salah.
4
Sudah memahami
permasalahan,
akan tetapi tidak
dapat memodelkan
permasalahan
dengan benar.
Tabel di atas menunjukkan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal matematika. Pemberian tes diagnostik kemampuan pemecahan masalah kepada
27 orang siswa, sebanyak 81,48% (22 siswa) masih berada dalam kategori sangat
rendah dan sisanya 18,52% (5 siswa) masih berada dalam kategori rendah. Hasil
tersebut terbukti bahwa kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep sehingga
berdampak terhadap lemahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Guru
dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Guru
merupakan perancang skenario pembelajaran yang tangguh. Disinilah peran guru
sebagai fasilitator diperlukan yaitu memberikan pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Jika guru mampu menempatkan model
dan metode pembelajaran yang efektif pada suatu materi maka proses belajar
mengajar akan membuahkan pemahaman terhadap siswa.
Solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah adalah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Problem Based
7
Learning (PBL) merupakan serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2013).
Menurut Arends (dalam Trianto, 2011) Problem Based Learning merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik
(nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan
siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Model Problem Based Learning bercirikan penggunaan masalah kehidupan
nyata sebagai suatu yang harus yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL
diharapkan siswa mendapat lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang
dihafal. Dalam PBL pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, dimana
tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai panyaji masalah,
penanya, mengadakan dialog dan membantu siswa menemukan masalah dan
pemberi fasilitas pembelajaran.
Penelitian
yang
mendukung
pengaruh
PBL
terhadap
kemampuan
pemecahan masalah yaitu Dede Suhery,dkk (2013:13):
“Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa Fhitung pada faktor
pembelajaran (pembelajaran berbasis masalah dan konvensional) sebesar
806,092 dengan nilai taraf signifikan 0.05 maka H0 ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis
masalah lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional”.
Nurdalilah, dkk (2014:117) :
“Berdasarkan pengujian dengan menggunakan ANAVA dua jalur maka
diperoleh kemampuan pemecahan masalah dengan F hitung pada faktor
pembelajaran (PBM dan Pembelajaran Langsung) adalah 41,358 nilai
signifikan (sig) α = 0,000. Karena taraf nilai signifikan kemampuan
pemecahan masalah lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan
8
bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
diajarkan dengan Pendekatan (PBM) dan Pembelajaran secara
konvensional”.
Holmes (2014:81) :
“Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siwa yang diajarkan dengan pembelajaran problem based
learnig lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan
statistik”.
Dani setiawaan, dkk (2014)
“Dari hasil uji hipotesis 1 yaitu uji ketuntasan individual dan klasikal
diperoleh bahwa peserta didik kelas eksperimen dapat mencapai ketuntasan
individual dan klasikal. Dari hasil uji hipotesis 2 yaitu uji perbedaan dua
rata-rata dan dua proporsi diperoleh bahwa rata-rata dan proporsi ketuntasan
peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata dan proporsi
ketuntasan kelas kontrol. Dari hasil uji hipotesis 3 yaitu analisis regresi
linier sederhana diperoleh bahwa aktivitas peserta didik berpengaruh
terhadap hasil tes kemampuan pemecahan masalah sebesar 85 %. Simpulan
yang diperoleh adalah model PBL berbasis nilai karakter berbantuan CD
pembelajaran efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah materi
segiempat kelas VII”.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan
pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga
diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan penemuan di tempat penelitian, selain memberikan soal
diagnostik kepada siswa, peneliti juga mewawancarai guru mata pelajaran
matematika. Hasil wawancara menegaskan bahwa pada proses pembelajaran guru
tidak pernah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini
dikarenakan oleh banyaknya siswa yang harus diajar dan terbatasnya waktu.
9
Dari beberapa kutipan diatas menjelaskan begitu penting arti dan peranan
pendidikan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Pembelajaran Konvensional pada Materi Luas Bangun Datar” .
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, maka timbul beberapa masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1.
Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika
2.
Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa cenderung
lemah.
3.
Kegiatan pembelajaran matematika yang umum digunakan guru di
kelas adalah menyampaikan materi dengan ceramah.
4.
Proses kegiatan belajar mengajar kurang menunjang siswa untuk
mengekpresikan kemampuan pemecahan masalah matematika yang
dimiliki siswa.
5.
Model pembelajaran PBL tidak pernah diterapkan dalam pembelajaran
matematika.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat
terbatasnya
kemampuan
peneliti
dan
luasnya
cakupan
identifikasi masalah, maka peneliti memberi batasan masalah pada penelitian ini
yaitu pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Bakongan terhadap materi Luas Bangun Datar dengan Model
10
pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning
dan pembelajaran Konvensional.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi fokus
permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based
Leraning lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun
datar?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi
dibandingkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar.
1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan
akan memberi manfaat sebagai berikut:
1.
Kepada peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan
pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai
calon tenaga pengajar di masa akan datang.
2.
Kepada guru, sebagai bahan masukan mengenai pembelajaran dengan
model
Problem
Based
Learning
dapat
mengetahui
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
tingkat
11
3.
Kepada siswa, melalui penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
dapat
membantu
siswa
meningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
4.
Kepada pihak pengelola sekolah, sebagai masukan dan sumbangan
pemikiran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran dan dalam
mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkana hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut: kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem
Based Learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah yang diajar
dengan pembelajaran konvensional pada materi luas bangun datar di kelas VII
SMP Negeri I Bakongan T.A 2014/2015.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Kepada guru khususnya guru matematika hendaknya mempelajari model
pembelajaran Problem Based Learning
pembelajaran
matematika
karena
agar dapat diterapkan dalam
model
pembelajaran
ini
dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara
tertulis.
2. Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelebihan dan
kelemahan dari pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan
matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa.
3. Bagi siswa sebaiknya lebih percaya diri dan berani untuk mengemukakan
pendapat dalam memecahkan masalah matematika dan menjaga ketertiban
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti yang ingin untuk melanjutkan bentuk penelitian ini
diharapkan agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Asmin., dan Abil Mansyur. 2012. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan
Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.
Gunantara, Suarjana dan Nanci Riastini. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. 2 : nomor 1 2014.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV PUSTAKA SETIA
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama. EDUCATIONIST. 1 : nomor 2 2007. ISSN : 1907-8838.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru Matematika SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Siswa Matematika SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kholik, M. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional.
MuhammadKholik.wordpress.com/2011/08/metode-pembelajarankonvensional. (diakses 22 Desember 2014).
Manurung, P., 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Halaman Moeka Publishing.
71
Nababan, H. 2014. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa yang Belajar melalui Pembelajaran PBL dengan Pembelajaran
Konvensional pada Pokok Bahasan Statistik di Kelas XI SMAN I Pagaran
2014/201. Medan : Skripsi FMIPA Universitas Negeri Medan.
Nurdalilah., Edi Syahputra., dan Dian Armanto. 2014. Perbedaan Kemampuan
Penalaran Matematika dan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional di SMA Negeri 1
Kualuh Selatan. Jurnal Pendidikan Matematika, PARADIKMA. 6 : 109119.
Pusat Kurikulum. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.
Jakarta: Depdiknas.
Runtukahu, T dan Kandou Selfius. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi
Anak berkesulitan Belajar. Yogyajakarta : Ar-ruzz Media.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya,W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Kencana.
Setiawan,Dani., Budi Waluya., dan Mashuri. 2014. Keefektifan PBL Berbasis Nilai
Karakter Berbantuan CD Pembelajaran Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Materi Segiempat Kelas VII. Unnes Journal of Mathematics
Education. 1 : nomor 3 2014. ISSN : 2252-6972.
Sihombing,W.L dan Ika Sartika. 2013. Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika
Sekolah). Medan : Universitas Negeri Medan.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
72
Suhery, Dede., Sahat Sargih., dan Edi Syahputra. Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Mathematics Paedagogic. 3 :
nomor 2 2013. ISSN : 2087-1783.
Sunartombs, (2009), Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling
Disukai,
https://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-
konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/,
Artikel
(2
Maret
2009).
Sundayana, R. 2013. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika.
Bandung : Alfabeta.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.