IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PEMBERIAN SANKSI DI PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEDAN.

(1)

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN

2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI DALAM PEMBERIAN SANKSI

DI PENGADILAN TINDAK PIDANA

KORUPSI MEDAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Tanti Yosepa Simbolon NIM.3103111082

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

ABSTRAK

Tanti Yosepa Simbolon. NIM. 3103111082. “Implementasi Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dalam pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korpusi Medan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu cara atau metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan wawancara. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik sederhana (persentase). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh badan pegawai di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan yang berjumlah 12 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan pengambilan seluruh jumlah responden yaitu Staf Pegawai, Hakim Karier, Hakim Ad-Hoc, Panitera, dan Panitera Pengganti di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan yang berjumlah 12 orang. Adapun rumus teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terhadap Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan menunjukkan bahwa Implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan adalah terwujud melalui transparansi kinerja Pengadilan Tindak Pidana Koruspsi Medan terhadap masyarakat. Dalam persidangan di Pengadilan, Hakim sebagai pemberi sanksi sudah memperlakukan semua orang itu adalah sama dihadapan hukum tanpa membeda-bedakan faktor apapun. Karena pada dasarnya semua orang adalah sama di depan hukum. Di dalam persidangan, Hakim juga sudah bertindak berdasarkan hukum dan sikap profesionalisme seorang Hakim dalam memutuskan perkara korupsi, hal ini terlihat dari setiap putusan di Pengadilan yang dapat diterima oleh semua orang. Dalam menyelesaikan berbagai perkara korupsi, hakim tidak pernah mencampur adukkan perkara dengan adanya unsur kekeluargaan atau unsur-unsur kedekatan lainnya. Hal ini terlihat dari sikap professional seorang Hakim dalam menindak sebuah perkara dan mampu menyelesaikannya dengan baik tanpa kekurangan apapun. Tidak ada pasal-pasal dalam Undang-Undang yang tidak sesuai dengan sanksi-sanksi yang dijatuhkan seorang Hakim kepada pelaku korupsi. Sehingga Hakim harus bekerja sesuai dengan aturan Undang-Undang yang mengaturnya. Maka akan terwujud implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Kota Medan.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun judul skripsi ini adalah “ IMPLEMENTASI UU RI NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PEMBERIAN SANKSI DI PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI MEDAN” yang diajukan untuk memenuhi syarat-syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Dengan rasa hormat dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Sri Hadiningrum, S.H.,M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dra. Rosnah Siregar, S.H.,M.Si. selaku Dosen PA yang telah banyak memberikan bimbingan akademik dan masukan-masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Drs. Buha Simamora, S.H., M.Hum selaku dosen penguji utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini, dan terima kasih banyak juga kepada Bapak Parlaungan Siahaan S.H.,M.Hum selaku dosen penguji bebas yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

vi

Seiring dengan itu, penulis juga tak lupa menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, sebagai Rektor UNIMED beserta seluruh jajarannya.

2. Bapak Dr. H. Restu, M.S. sebagai Dekan FIS UNIMED beserta seluruh jajarannya.

3. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H. sebagai Ketua Jurusan PPKn.

4. Bapak Parlaungan G. Siahaan, S.H. M.Hum sebagai Sekretaris Jurusan PPKn. 5. Bapak Jhon sebagai staf pegawai Tata Usaha beserta jajarannya yang telah

memberi informasi selama perkuliahan dan demi terselesainya skripsi ini. 6. Bapak / Ibu Dosen di Jurusan PPKn yang memberikan ilmu dan

bimbingannya selama perkuliahan.

7. Bapak Jhonner Manik selaku Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan, Bapak Zulfahmi selaku Wakil Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan, dan seluruh Hakim Karier, Hakim Ad-Hoc, Panitera, Panitera Pengganti, dan Staf Pegawai yang ada di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian yang memberikan data dan ilmu yang berguna bagi penulis.

8. Ayahanda P.Simbolon, S.T., Ibunda S.Nainggolan, kakak-kakak, abang-abang, adik-adik, abang-abang ipar dan keponakan-keponakanku serta semua saudara dan keluarga terkasih yang telah banyak memberikan kasih sayang, doa, motivasi dan kebutuhan penulis hingga terselesainya skripsi ini.


(8)

vii

9. Teristimewa kepada Kekasihku tercinta Ian Ferdinand Situmorang yang selalu memperhatikan dan memberi dukungan serta berjuang bersama saat susah dan senang hingga terselesainya skripsi ini.

10. Sahabat karibku Ela Naibaho dan Bulan Naibaho,A.Md yang selalu mendukung dan mensupport serta memberikan kasih sayang hingga terselesainya skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan yang selalu mensupport Novika, Adelina, Friska, Lina, Hasima, Roserna, Permata, Sarny, Hertina, Patar, Riko, Giovan, Diana, Amy, Imelda, dll.

12. Teman-teman yang menjadi keluargaku di Rumah Pimpinan 15c : Kak Helen, Bang Pangkar, Kevin, Koresta, Gultom, Novika, Friska, Dek Era, Dek Ledy, Dek Maria, dan Dek Winda, dll.

13. Teman-teman Kelas Reguler B Angkatan 2010 jurusan PPKn FIS UNIMED. 14. Abang-abang dan kakak-kakak stambuk 2006, 2007,2008, dan 2009 PPKn

FIS Unimed.

15. Rekan-rekan di HIMAKRIS PPKn UNIMED tahun kepengurusan 2011/2012. 16. Rekan-rekan di BPMF (Badan Pengurus Mahasiswa Fakultas) FIS UNIMED

tahun kepengurusan 2012/2013.

17. Rekan-rekan di Pelopor Muda (Pelopor AntiKorupsi dan Peduli Pendidikan) Mahasiswa Sumatera Utara : Bang Miskar, Bang Nahot, Bang Halasson, Bang Pangkar, Bang James, Bang Iwan, Nia, Pupu, dll.


(9)

viii

19. Teman-teman PPLT SMP Dharma Patra Pangkalan Berandan UNIMED 2013.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mohon segala masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2014 Penulis,

Tanti Yosepa Simbolon NIM. 310 3111 082


(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN………..iii

ABSTRAK……….iv

KATA PENGANTAR………v

DAFTAR ISI………..ix

DAFTAR TABEL………xii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiv

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang………...1

B. Identifikasi Masalah………...4

C. Batasan Masalah………5

D. Perumusan Masalah………...6

E. Tujuan Penelitian………...6

F. Manfaat Penelitian……….6

BAB II KAJIAN PUSTAKA………..8

A. Kajian Teori………8

1. Implementasi………8


(11)

x

3. Tindak Pidana Korupsi...10

a. Pengertian Tindak Pidana Korupsi………10

b. Penyebab dan Dampak Tindak Pidana Korupsi………...12

1. Penyebab Tindak Pidana Korupsi……….12

2. Dampak Tindak Pidana Korupsi………......16

4. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi...19

a. Undang-Undang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi………..19

b. Prinsip Pengadilan Tindak Pidana Korupsi………….……….20

c. Mekanisme Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi……....21

5. Putusan Hakim...23

a. Pengertian Putusan Hakim………..23 b. Jenis Putusan Hakim………...23

6. Pemberian Sanksi………...25 a. Susunan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi………25 b. Sanksi Pelaku Tindak Pidana Korupsi………...27 B. Kerangka Berpikir………...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….34

A. Lokasi Penelitian………..35

B. Populasi dan Sampel………35 1. Populasi………...35


(12)

xi

C. Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian………...36

1. Variabel Penelitian……….36

2. Definisi Operasional………...36

D. Teknik Pengumpulan Data………..38

1. Observasi……….38

2. Angket……….38

3. Wawancara……….39

E. Teknik Analisis Data………39

BAB IV HASIL PENELITIAN……….40

A. Hasil Penelitian……….40

1. Hasil Angket Penelitian dan Wawancara………41

B. Pembahasan Hasil Penelitian………..66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………70

A. Kesimpulan………...70

B. Saran………..71


(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Penelitian Lampiran 2 : Wawancara Lampiran 3 : Nota Tugas

Lampiran 4 : Surat Penerbitan Surat Ijin Penelitian Jurusan Lampiran 5 : Surat Ijin Mengadakan Penelitian Fakultas Lampiran 6 : Surat Penelitian dari Tempat Penelitian Lampiran 7 : Surat Keterangan Perpustakaan Jurusan PPKn

Lampiran 8 : Surat Keterangan Menyerahkan Buku dan Tidak ada Masalah dengan Perpustakaan Fakultas (Ruang Baca Fakultas)

Lampiran 9 : Surat Keterangan Perpustakaan Unimed Lampiran 10 : Kartu Bimbingan Skripsi Jurusan PPKn

Lampiran 11 : Daftar Peserta Seminar Proposal Penelitian Mahasiswa Jurusan PPKn Lampiran 12 : Pernyataan Keaslian Tulisan


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Perkembangan kemajuan peradaban dunia semakin hari semakin berlari menuju modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan jaman dan bertransformasi/berubah dalam bentuk-bentuk yang semakin baru dan canggih serta beraneka ragam. Seiring dengan perkembangan pesat itu maka banyak timbul kejahatan-kejahatan dari setiap kalangan/pihak. Kejahatan masa kini memang tidak lagi selalu menggunakan cara-cara lama yang telah terjadi selama bertahun-tahun seiring dengan perjalanan usia bumi ini. Dapat dilihat contohnya seperti, kejahatan dunia maya (cybercrime), tindak pidana pencucian uang (money

laundering), tindak pidana korupsi dan tindak pidana lainnya.

Salah satu tindak pidana yang menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini adalah tindak pidana korupsi . Sesungguhnya fenomena korupsi sudah ada di masyarakat sejak lama, tetapi baru menarik perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Kemudian setelah perang dunia kedua, muncul era baru, gejolak korupsi ini meningkat di negara yang sedang berkembang, negara yang baru memperoleh kemerdekaan. Masalah korupsi ini sangat berbahaya karena dapat


(15)

2

menghancurkan jaringan sosial, yang secara tidak langsung memperlemah ketahanan nasional serta eksistensi suatu bangsa.

Di Indonesia sendiri praktik korupsi sudah sedemikian parah dan akut. Telah banyak gambaran tentang praktik korupsi yang terekspos ke permukaan. Di negeri ini sendiri, korupsi sudah seperti sebuah penyakit kanker ganas yang menjalar ke sel-sel organ publik, menjangkit ke lembaga-lembaga tinggi negara seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif hingga ke BUMN. Apalagi mengingat di akhir masa orde baru, korupsi hampir kita temui dimana-mana. Mulai dari pejabat kecil hingga pejabat tinggi.

Tindak pidana korupsi telah menimbulkan kerusakan dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sehingga perlu penanganan yang luar biasa. Selain itu, upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi perlu dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan serta perlu didukung oleh berbagai sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya seperti peningkatan penegakan hukum guna menumbuhkan kesadaran dan sikap tindak masyarakat yang anti korupsi.

Dengan adanya masalah korupsi yang dihadapi negara Indonesia, maka dibentuklah Undang-Undang yang mengatur tentang korupsi. Sudah banyak dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang yang mengatur tentang korupsi. Namun Undang-Undang yang terakhir adalah Undang-Undang No.20 Tahun 2001 perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan


(16)

3

Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, ada juga Undang-Undang yang mengatur tentang korupsi ini yaitu, Undang-Undang No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang No.3 Tahun 2010 tentang Pencabutan Perpu No.4 Tahun 2009, Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, serta Undang-Undang No.7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United

Nations Convention Against Corruption 2003. Ada pula Peraturan Pemerintah

yang mengatur ini yaitu, Peraturan Pemerintah No.19 & 71 Tahun 2000, Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 2006, serta Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2009. Dan ada pula peraturan lain yang mengatur tentang ini yaitu Perpres No.6 Tahun 2012, dan Kepres No.12 Tahun 2011, serta Perpu No.4 Tahun 2009.

Di atas itu ada undang-undang yang mengatur pengadilannya yaitu, Undang-Undang No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Maka di sinilah dibahas tentang peraturan pengadilan yang akan memberikan hukuman maupun sanksi kepada setiap pelaku. Pengadilan tindak pidana korupsi ini merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan Peradilan Umum dan pengadilan satu-satunya yang memiliki kewenangan mengadili perkara tindak pidana korupsi yang penuntutannya dilakukan oleh penuntut umum.

Pada dasarnya setiap Peraturan Perundang-undangan memuat sanksi dan hukuman dalam setiap isi peraturan tersebut. Maka dengan adanya sanksi maka si


(17)

4

pemberi sanksi pun harus memberikan sanksi sesuai porsi hukuman masing-masing pelaku.

Dalam sidang pengadilan tindak pidana korupsi ini, tentunya ada hambatan-hambatan dalam pemberian sanksi sehingga adanya ketidak sesuaian antara sanksi yang telah ditentukan dengan yang dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, adanya sogok atau suap yang sangat tinggi, faktor kekerabatan atau kekeluargaan, atau adanya hubungan pertemanan yang sangat dekat. Sehingga penegakan hukum melalui pemberian sanksi tidak benar-benar dilakukan dengan baik dan benar.

Ada beberapa kasus yang belum tuntas penanganannya oleh kejaksaan maupun pengadilan seperti kasus penyimpanan dana bencana alam Mazo Rp.5M di Nias Selatan. Kasus korupsi ini tidak tuntas pemeriksaannya oleh Kejati hingga ke Pengadilan, dan masih banyak kasus-kasus korupsi yang lain.

Maka dengan adanya permasalahan diatas peneliti mengambil judul “Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan”

B.

Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang ada dalam suatu penelitian perlu ditentukan identifikasi masalah yang diteliti, agar peneliti menjadi terarah dan


(18)

5

jelas tujuannya sehingga tidak menimbulkan terjadinya kesimpang siuran dalam penelitian dan membahas masalah yang ada.

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Masih kurang tercapainya Undang-Undang No.20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan

2. Kurangnya partisipasi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan dalam mensosialisasikan pemberantasan tindak pidana korupsi di masyarakat

3. Kurangnya transparansi tentang sanksi pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan

4. Kendala yang dihadapi dalam menangani dan menyelesaikan kasus tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan

C.

Batasan Masalah

Pembatasan masalah harus dilakukan dalam setiap penelitian agar terfokus pada masalah yang diteliti dan juga untuk menghindari kesimpang siuran dalam penelitian ini, serta mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini terbatas pada :

1. Masih kurang tercapainya Undang-Undang No.20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan

2. Kurangnya transparansi pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan


(19)

6

D.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana pencapaian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan ?

2. Bagaimana transparansi pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan ?

E.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian, maka perlu adanya tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pencapaian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana transparansi pemberian sanksi terhadap pelaku tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan.

F.

Manfaat Penelitian

Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang diteliti berguna. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(20)

7

1. Bagi penulis : untuk menambah wawasan penulis tentang implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan. 2. Bagi mahasiswa dan peneliti : sebagai bahan referensi dan penambah wawasan tentang implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan.

3. Bagi pemerintah : sebagai referensi untuk memberikan masukan akan pentingnya pengimplementasian Undang-Undang.

4. Bagi masyarakat luas : hasil penelitian ini memberikan masukan dan pentingnya mengetahui bahwa ada Undang-Undang yang mengatur setiap tindak pidana salah satunya tindak pidana korupsi.


(21)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan adalah terwujud melalui transparansi kinerja Pengadilan Tindak Pidana Koruspsi Medan terhadap masyarakat. Mengingat bahwa lembaga ini adalah lembaga penegak hukum yang menangani kasus-kasus korupsi telah mampu mengejawantahkan Undang-Undang dalam penegakan hukum dalam setiap proses mobilitas kinerja di Pengadilan ini. Sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas bagaimana pengaplikasian Undang-Undang No.20 tahun 2001 ini di seluruh lapisan masyarakat.

Dalam persidangan di Pengadilan, Hakim sebagai pemberi sanksi sudah memperlakukan semua orang itu adalah sama di hadapan hukum tanpa membeda-bedakan faktor apapun sebab semua orang adalah sama di depan hukum. Hakim juga sudah bertindak berdasarkan hukum dan sikap professional dalam memutuskan perkara korupsi. Dalam menyelesaikan berbagai perkara korupsi, Hakim tidak pernah mencampur adukkan perkara dengan adanya unsur kekeluargaan atau unsur-unsur kedekatan lainnya. Hal ini terlihat dari sikap professional seorang Hakim dalam


(22)

71

menindak sebuah perkara dan mampu menyelesaikannya dengan baik tanpa kekurangan apapun. Tidak ada pasal-pasal dalam Undang-Undang yang tidak sesuai dengan sanksi-sanksi yang dijatuhkan seorang Hakim kepada pelaku korupsi. Hal ini ditegaskan kembali oleh responden bahwa seorang Hakim tidak dapat mengatakan bahwa ada pasal-pasal dalam Undang-Undang yang tidak sesuai atau tidak cocok karena pada dasarnya setiap Undang-Undang yang diberlakukan oleh pemerintah harus dijalankan oleh pelaksana atau penegak hukum yang bersangkutan. Sehingga Hakim harus bekerja sesuai dengan aturan Undang-Undang yang mengaturnya. Maka akan terwujud implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Kota Medan.

B.Saran

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan yang bekerja sesuai aturan hukum diharapkan terus meningkatkan peran dan tugasnya sebagai badan penegak hukum yang mandiri dan mampu menjaga integritas yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Diharapkan Pengadilan ini mampu tegas dan berwibawa dalam menindak kasus-kasus korupsi sehingga secara tidak langsung hal ini telah membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Penegakan hukum melalui Pengadilan ini adalah salah satu jalan menuju Indonesia bersih dari korupsi. Diharapkan juga masyarakat mampu mendukung segala program kerja yang dilakukan oleh Pengadilan Tindak


(23)

72

Pidana Korupsi Medan serta mampu kritis terhadap program yang tidak mendukung penegakan hukum.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan harus mengimplementasikan Undang-Undang yang mengaturnya dalam memberikan sanksi. Supaya setiap sanksi yang dijatuhkan kepada setiap pelaku korupsi dapat diterima dengan adil. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang menyimpang antara pelaku dan pemberi sanksi dalam menegakkan pemberantasan korupsi melalui lembaga penegak hukum khususnya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Kota Medan.


(24)

73

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Bumi Aksara

Djaja, Ermansjah. 2008. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta:Sinar Grafika

Effendy, Marwan. 2012. Kapita Selekta Hukum Pidana. Jakarta:Referensi

Hamzah, Andi. 2005. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional

dan Internasional. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada

Harsono, Hanifah. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung: PT. Mutiara Sumber Widya.

Hartanti, Evi. 2006. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta:Sinar Grafika

Haryatmoko, 2011. Etika Publik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan

kualitatif). Jakarta: Gunung Persada Press

Klitgaard, Robert. 2005. Membasmi Korupsi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Mujiran, Paulus. 2004. Republik Para Maling. 2004. Yogyakarta:Pustaka Belajar

Mulyadi, Lilik. 2007. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Bandung: PT Alumni

Napitupulu, Diana. 2010. KPK In Action. Jakarta:Raih Asa Sukses (RAS)

Pope, Jeremy. 2007. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas

Nasional. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Santoso, Ibnu. 2011. Memburu Tikus-tikus Otonom Gerakan Moral


(25)

74

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta :PT RajaGrafindo Persada

Surachmin dan Suhandi Cahaya. 2011. Strategi dan Teknik Korupsi Mengetahui

Untuk Mencengah. Jakarta:Sinar Grafika

Syamsuddin, Aziz. 2011. Tindak Pidana Khusus. Jakarta:Sinar Grafika

Winarno. 2008.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Tahun 2001

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tipikor.

http://www.pengertianahli.com/. Diakses pada Senin, 03 Maret 2014 pukul 21.56 WIB


(1)

1. Bagi penulis : untuk menambah wawasan penulis tentang implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan. 2. Bagi mahasiswa dan peneliti : sebagai bahan referensi dan penambah wawasan tentang implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian Sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan.

3. Bagi pemerintah : sebagai referensi untuk memberikan masukan akan pentingnya pengimplementasian Undang-Undang.

4. Bagi masyarakat luas : hasil penelitian ini memberikan masukan dan pentingnya mengetahui bahwa ada Undang-Undang yang mengatur setiap tindak pidana salah satunya tindak pidana korupsi.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan adalah terwujud melalui transparansi kinerja Pengadilan Tindak Pidana Koruspsi Medan terhadap masyarakat. Mengingat bahwa lembaga ini adalah lembaga penegak hukum yang menangani kasus-kasus korupsi telah mampu mengejawantahkan Undang-Undang dalam penegakan hukum dalam setiap proses mobilitas kinerja di Pengadilan ini. Sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas bagaimana pengaplikasian Undang-Undang No.20 tahun 2001 ini di seluruh lapisan masyarakat.

Dalam persidangan di Pengadilan, Hakim sebagai pemberi sanksi sudah memperlakukan semua orang itu adalah sama di hadapan hukum tanpa membeda-bedakan faktor apapun sebab semua orang adalah sama di depan hukum. Hakim juga sudah bertindak berdasarkan hukum dan sikap professional dalam memutuskan perkara korupsi. Dalam menyelesaikan berbagai perkara korupsi, Hakim tidak pernah mencampur adukkan perkara dengan adanya unsur kekeluargaan atau unsur-unsur kedekatan lainnya. Hal ini terlihat dari sikap professional seorang Hakim dalam


(3)

menindak sebuah perkara dan mampu menyelesaikannya dengan baik tanpa kekurangan apapun. Tidak ada pasal-pasal dalam Undang-Undang yang tidak sesuai dengan sanksi-sanksi yang dijatuhkan seorang Hakim kepada pelaku korupsi. Hal ini ditegaskan kembali oleh responden bahwa seorang Hakim tidak dapat mengatakan bahwa ada pasal-pasal dalam Undang-Undang yang tidak sesuai atau tidak cocok karena pada dasarnya setiap Undang-Undang yang diberlakukan oleh pemerintah harus dijalankan oleh pelaksana atau penegak hukum yang bersangkutan. Sehingga Hakim harus bekerja sesuai dengan aturan Undang-Undang yang mengaturnya. Maka akan terwujud implementasi Undang-Undang No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam pemberian sanksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Kota Medan.

B.Saran

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan yang bekerja sesuai aturan hukum diharapkan terus meningkatkan peran dan tugasnya sebagai badan penegak hukum yang mandiri dan mampu menjaga integritas yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. Diharapkan Pengadilan ini mampu tegas dan berwibawa dalam menindak kasus-kasus korupsi sehingga secara tidak langsung hal ini telah membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Penegakan hukum melalui Pengadilan ini adalah salah satu jalan menuju Indonesia bersih dari korupsi. Diharapkan juga masyarakat mampu mendukung segala program kerja yang dilakukan oleh Pengadilan Tindak


(4)

Pidana Korupsi Medan serta mampu kritis terhadap program yang tidak mendukung penegakan hukum.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Medan harus mengimplementasikan Undang-Undang yang mengaturnya dalam memberikan sanksi. Supaya setiap sanksi yang dijatuhkan kepada setiap pelaku korupsi dapat diterima dengan adil. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang menyimpang antara pelaku dan pemberi sanksi dalam menegakkan pemberantasan korupsi melalui lembaga penegak hukum khususnya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di Kota Medan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Bumi Aksara

Djaja, Ermansjah. 2008. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta:Sinar Grafika

Effendy, Marwan. 2012. Kapita Selekta Hukum Pidana. Jakarta:Referensi

Hamzah, Andi. 2005. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada

Harsono, Hanifah. (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Bandung: PT. Mutiara Sumber Widya.

Hartanti, Evi. 2006. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta:Sinar Grafika

Haryatmoko, 2011. Etika Publik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan kualitatif). Jakarta: Gunung Persada Press

Klitgaard, Robert. 2005. Membasmi Korupsi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Mujiran, Paulus. 2004. Republik Para Maling. 2004. Yogyakarta:Pustaka Belajar

Mulyadi, Lilik. 2007. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Bandung: PT Alumni

Napitupulu, Diana. 2010. KPK In Action. Jakarta:Raih Asa Sukses (RAS)

Pope, Jeremy. 2007. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Santoso, Ibnu. 2011. Memburu Tikus-tikus Otonom Gerakan Moral Pemberantasan Korupsi. Yogyakarta:Gava Media


(6)

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta :PT RajaGrafindo Persada

Surachmin dan Suhandi Cahaya. 2011. Strategi dan Teknik Korupsi Mengetahui Untuk Mencengah. Jakarta:Sinar Grafika

Syamsuddin, Aziz. 2011. Tindak Pidana Khusus. Jakarta:Sinar Grafika

Winarno. 2008.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Bumi Aksara

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III Tahun 2001

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tipikor.

http://www.pengertianahli.com/. Diakses pada Senin, 03 Maret 2014 pukul 21.56 WIB


Dokumen yang terkait

Perkembangan Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia

15 150 114

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

GRATIFIKASI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 3 18

Tinjauan Yuridis Terhadap Upaya Pengembalian Keuangan Negara Atas Tindak Pidana Korupsi Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 6 42

PENEGAKAN...HUKUM....PIDANA…TERHADAP ..TINDAK.. .PIDANA GRATIFIKASI. MENURUT. UNDANG.UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 JO UNDANG .UNDANG .NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

0 5 21

Penerapan sanksi Pidana undang-undang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Di pengadilan Negeri Kras IA padang.

0 0 9

Undang Undang Nomor 31 Republik Indonesia Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 1

Putusan Bebas Terhadap UDdalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi - Ubaya Repository

0 0 9

Pembuktian Terbalik Oleh Jaksa Penuntut Umum Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 14

MELAWAN HUKUM KHUSUS/FACET DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PASAL 2 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 juncto UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 18