Perancangan Visual Media Promosi Museum Wayang Indonesia.

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….……….………...……….… i

PERNYATAAN HASIL KARYA .………….……….………...……… ii

KATA PENGANTAR ……….……….…..…...……….… iii

DAFTAR ISI ………...……….… v

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan ………….………... 3

1.3 Tujuan Perancangan ………... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan ... ... 6

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Promosi ………...…... 5

2.2 Museum ………….…………... 9

2.3 Wayang ………... 11

BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta ……... 14

3.1.1 Data Lembaga ………...… 14

3.1.2 Sarana Komunikasi “Museum Wayang” ……….. 30

3.2 Analisis Permasalahan ………..… 33

3.2.1 Analisis STP ..………....… 34

3.2.2 Analisis SWOT …..………....… 35

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi ……….………. 36

4.2 Konsep Kreatif ……….………. 36

4.2.1 Layout ..……….………....… 37

4.2.2 Warna ……....………....… 37


(2)

vi Universitas Kristen Maranatha

4.4 Hasil Karya …….……….. 40

4.4.1 Logo Wayang Fest 2010 .……….………....… 40

4.4.2 Poster Museum Wayang ….……….………....… 42

4.4.3 Poster Wayang Fest 2010 ...……….………....… 44

4.4.4 Brosur Museum Wayang ....……….………....… 45

4.4.5 Iklan Majalah …………...….……….………....… 46

4.4.6 Iklan Koran ………...………….………....… 47

4.4.7 Media Keterangan Koleksi ….……….………....… 48

4.4.8 Ticket Masuk Museum Wayang ….………….………....… 48

4.4.9 Umbul - Umbul ……….………….………....… 49

4.4.10 Baliho ………..………...………….………....… 50

4.4.11 Website …….….…..………...………….………....… 51

4.4.12 Spanduk …....….…..………...………….………....… 54

4.4.13 Ambient Media ..…..………...………….………....… 54

4.4.14 T-Shirt ………..………...………….………....… 55

4.4.15 Mug ………..………...………….………....… 56

4.4.16 Mug cepot ..………..………...………….………....… 57

4.4.17 Lanyard …..………..………...………….………....… 57

4.4.18 Mouse pad ..………..………...………….………....… 58 4.4.19 Pin ………..………..………...………….………....… 58 4.4.20 Stiker ……..………..………...………….………....… 59 4.4.21 Balpoin …...………..………...………….………....… 59 4.5 Budgeting …….………. 60

4.6 Timeline ………….………... 62

BAB V : KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ………..………. 63

5.2 Saran …….……… 64

DAFTAR PUSTAKA DATA PENULIS LAMPIRAN


(3)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Logo Museum Wayang Indonesia ……….. 14

Gambar 3.2 : Logo DKI Jakarta ………... 16

Gambar 3.3 : Koleksi Wayang Kulit ……… 18

Gambar 3.4 : Koleksi Wayang Golek ………... 19

Gambar 3.5 : Koleksi Wayang klitik ……… 19

Gambar 3.6 : Koleksi Wayang suket ……… 19

Gambar 3.7 : Koleksi Boneka Luar negri (Wayang Pho Te Hie) ………. 20

Gambar 3.8 : Koleksi Topeng ………... 20

Gambar 3.9 : Waditra ………... 21

Gambar 3.10 : Brosur Museum Wayang Indonesia ………... 31

Gambar 3.11 : Baligo Pekan Museum Wayang Indonesia ……… 31

Gambar 3.12 : website Museum Wayang Indonesia ………..… 32

Gambar 3.13 : website The Changi Museum ………. 32


(4)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat, dan setiap kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat berperan di setiap bangsa dan menjadi identitas dari bangsa tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, tidak sedikit pula budaya yang berakulturasi menjadi suatu budaya baru yang semakin beraneka ragam. Kebudayaan merupakan identitas khas dari suatu bangsa, tetapi sayangnya saat ini sering terjadi suatu bangsa mengakui kebudayaan bangsa lain sebagai milik mereka. Hal tersebut tidak sepenuhnya merupakan kesalahan mereka, karena seringkali bangsa kita pun kurang menghargai dan mengenal budaya sendiri.

Dari pengamatan sekilas ternyata pengetahuan akan kebudayaan yang dimiliki masyarakat Indonesia pada umumnya masih sangat minim dan terlihat kurang tertarik untuk mengenal dan mendalaminya. Itulah sebabnya mengapa ada beberapa kebudayaan dari Indonesia yang dapat dengan mudahnya diakui oleh bangsa lain. Salah satu budaya tradisional yang mulai terabaikan adalah wayang. Karena masyarakat perkotaan kurang mendapatkan informasi yang dikemas dengan menarik tentang wayang, maka sedikit orang saja yang benar-benar mengenal akan budaya wayang, padahal wayang merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang unik dan berkualitas tinggi, sehingga jika tidak dilestarikan, dapat hilang seiring berjalannya waktu.

Salah satu tempat yang dapat memberikan informasi secara komprehensif tentang wayang adalah Museum Wayang Jakarta yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara no. 27 Jakarta Barat. Gedung yang dipakai ini pertama kali dibangun pada tahun 1640 dan diberi nama ”De Oude Hollandsche Kerk” artinya Gereja Lama Belanda, dan tentu saja berfungsi sebagai gereja. Pada tahun 1732 gedung ini diperbaiki dan diganti namanya menjadi ”De Nieuwe Hollandsche Kerk” artinya


(5)

2 Universitas Kristen Maranatha Gereja Baru Belanda. Gedung ini pernah hancur akibat gempa bumi yang terjadi pada tahun 1808. Kemudian di bekas reruntuhannya dibangun kembali gedung yang akhirnya digunakan sebagai Museum Wayang Jakarta. Walaupun bangunan ini pernah dipugar, beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam kompleks bangunan ini.Museum Wayang diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu yaitu Bapak H.Ali Sadikin. Pada tanggal 16 September 2003 museum ini mendapat perluasan bangunan atas hibah dari H. Probosutejo. Adapun Museum wayang berdiri di bawah Dinas Pariwisata DKI Jakarta.

Museum Wayang Jakarta didirikan sebagai tempat pelestarian warisan budaya wayang dan mempunyai koleksi yang cukup lengkap dan baik tapi sayangnya kurang dikenal masyarakat. Padahal melalui koleksinya masyarakat bisa mengenal warisan budaya bangsa sendiri yaitu wayang secara lengkap. Sangat disayangkan jika museum tersebut hanya sebatas didirikan tanpa diperkenalkan kepada masyarakat lebih jauh. Pada museum ini terdapat 5.400 buah wayang dari berbagai daerah di dalam negeri di antaranya dari Kedu, Tejokusuman, Ngabean, Surakarta, Banyumas, Cirebon dengan jenis wayang Gedog, Sadat, Madia Krucil, Sasak, Kaper, Wahyu, Kijang Kencana, Ukur, Suluh, Klitik, Beber. Dan selain itu ada pula wayang dan boneka dari luar negeri yaitu dari Cina, Vietnam, Kamboja, Thailand, Suriname, Perancis, Inggris, Polandia, India dan Colombia. Selain wayang pada museum ini juga terdapat beberapa koleksi gamelan dan lukisan-lukisan tradisional. Namun yang diistimewakan adalah pengenalan wayang dari Indonesia karena wayang dari Indonesia sudah mendapatkan pengesahan sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” oleh UNESCO (United Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tanggal 7 November 2003 di Paris, Perancis.

Oleh sebab itu teknik promosi yang tepat diharapkan dapat memperkenalkan keberadaan Museum Wayang Jakarta kepada masyarakat dan mengundang masyarakat datang berkunjung untuk mengenal wayang lebih dalam. Diharapkan hal ini dapat memperkuat peran dalam fungsinya untuk melestarikan wayang. Didukung juga oleh adanya bantuan dana dari pemerintah Amerika Serikat yang diberikan pada tahun 2009 kepada pihak Museum Wayang Indonesia.


(6)

3 Universitas Kristen Maranatha Promosi Museum Wayang Jakarta

Ruang lingkup yang dibahas pada tugas akhir ini adalah pembentukan visual promosi Museum Wayang dengan aplikasi lainnya. Saat ini visual promosi yang digunakan sangatlah minim karena hanya terdapat brosur, banner dan website sebagai media promosinya, serta belum adanya keselarasan dari visual promosi yang dipakai.

Dengan penggunaan teknik strategi kreatif dan komunikasi yang lebih tepat untuk promosi diharapkan dapat lebih memperkenalkan perwayangan pada umumnya dan museum wayang pada khususnya. Serta dapat mendongkrak minat masyarakat untuk mengunjungi museum wayang.

1.2Permasalahan

1.2.1 Bagaimana menarik minat masyarakat untuk datang ke Museum Wayang ? 1.2.2 Bagaimana cara promosi yang baik untuk menarik masyarakat datang ke

Museum Wayang ?

1.3Tujuan Perancangan

1.3.1 Membuat strategi kreatif dan komunikasi untuk promosi Museum Wayang. 1.3.2 Menarik minat dari masyarakat datang ke Museum Wayang.

1.4Sumber dan tekhnik pengumpulan data 1.4.1 Sumber data :

Untuk memperoleh data yang lengkap serta akurat maka data yang dikumpulkan berasal dari sumber data dan ditambah penggabungan dari beberapa pihak.

Adapun yang menjadi sumber data penelitian :

1.4.1.1Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dengan mencari teori-teori dan permasalah yang ada melalui buku, internet, dan media cetak lain yang berhubungan dengan perancangan promosi museum.


(7)

4 Universitas Kristen Maranatha 1.4.1.2Wawancara

Wawancara merupakan sebuah komunikasi yang lebih terarah karena ada tujuan yang ingin dicapai pada akhir pertemuan komunikasi. Wawancara akan dilakukan kepada kepala HUMAS Museum Wayang Indonesia yaitu Bapak Budi.

1.4.1.3Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal- hal yang diketahui.

Menurut Suharsimi (1998:140-141) menggolongkan angket menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan cara menjawab dibedakan menjadi dua, yaitu angket terbuka dan angket tertutup.

2. Berdasarkan dari jawaban yang diberikan dibedakan menjadi dua, yaitu angket langsung dan angket tidak langsung.

3. Dipandang dari bentuknya dibedakan menjadi empat yaitu pilihan ganda, isian, check-in, check list, isian, dan rating scale.

Berdasarkan macam-macam angket di atas, dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup dengan jawaban pilihan ganda.

1.4.1.4 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data yang cukup efektif untuk mempelajari sebuah sistem. Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan.

Observasi dibagi menjadi dua macam :

Observasi Terbuka adalah bentuk observasi yang ideal dan paling bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, informasi yang diberikan dengan penuh kesadaran akan segala konsekuensinya sehingga informasi yang diberikan itu betul-betul dapat dipertanggungjawabkan.

Observasi Tertutup adalah observasi yang dilakukan secara diam-diam. Keunggulan tekhnik observasi tertutup bisa digunakan untuk mengamati objek


(8)

5 Universitas Kristen Maranatha investigasi, sehingga kita bisa melihat atau mengalami langsung berbagai kegiatan yang diteliti. Berdasarkan macam-macam tekhnik observasi diatas, dalam penelitian ini menggunakan observasi terbuka dengan mengamati museum wayang.

Penulis menggunakan dua macam observasi tersebut untuk penelitian yang dilakukan. Diharapkan hasil yang didapat lebih maksimal.


(9)

6 Universitas Kristen Maranatha 1.5Skema Perancangan


(10)

63 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Melalui perancangan komunikasi visual untuk promosi Museum Wayang Indonesia ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan serta didapatkan juga kesimpulan bahwa kurangnya minat masyarakat terhadap Wayang dan kurang dikenalnya Museum Wayang Indonesia oleh masyarakat dikarenakan oleh kurangnya media promosi dan konsep promosi yang ada. Padahal Museum Wayang Indonesia merupakan tempat yang berpotensi bagi kelangsungan salah satu kebudayaan Indonesia yang diakui oleh Dunia Internasional. Oleh sebab itu didapatkan solusi dengan dibuatlah perancangan ulang media promosi dari Museum Wayang itu yang diharapkan agar masyarakat dapat mengenal Museum Wayang, bahkan tertarik kepada sosok Wayang tersebut dan ingin mengenal lebih dalam, sehingga Wayang dapat menjadi warisan kebudayaan di kemudian hari. Sedangkan Strategi Yang diambil agar promosi tersebut menarik bagi masyarakat yaitu dengan melakukan pendekatan desain kepada gaya yang sesuai dengan segmentasi namun tidak meninggalkan kesan etnis yang ada pada suatu peninggalan kebudayaan, itu diharapkan dapat menarik perhatian segmentasi yang dituju yaitu remaja.

Media – media promosi yang dipakai juga ditunjukan kepada para remaja dimana merupakan target primer dari Promosi Museum Wayang ini. Media promosi yang ada selain ditempatkan pada lokasi event berlangsung, juga ditempatkan di beberapa sekolah menengah di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya. Agar para siswa sekolah menengah dapat mengetahui adanya Museum Wayang Indonesia dan tertarik untuk mengnjungi Museum Wayang. Selain itu juga dengan dibuatnya perancangan media promosi yang baru ini dapat mengubah pandangan masyarakat khususny remaja terhadap sosok Wayang yang tadinya kuno dan membosankan menjadi lebih bersahabat.


(11)

64 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Saran penulis untuk Instansi terkait dengan Museum di Indonesia, bahwa Museum akan menjadi tempat yang sangat berperan bagi kelangsungan dari suatu kebudayaan, namun akan lebih bagus lagi jika selain pelaksanaan promosi yang baik juga pembenakan dan perawatan dari Museum yang ada lebih diutamakan lagi, karena dengan dilakukan nya pembenahan dan perawatan yang baik, maka selain kebudayaan yang bersangkutan terus berlangsung tapi juga Museum nya tetap berdiri kokoh untuk mendukung kelangsungan kebudayaan yang bersangkutan.

Pembelajaran tidak hanya dilakukan di pendidikan formal yang akan tuntas selepas perguruan tinggi, namun juga di kehidupan nyata kita tetap belajar kapanpun dan dimanapun tempatnya. Namun yang pasti kita harus selalu sejalan dengan jalan Tuhan Yesus Kristus dan selalu menyertakan NYA di setiap persoalan yang kita hadapi agar kita selalu diberkati oleh Nya.


(12)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Niken Tri, 2010, Seluk Beluk Promosi & Bisnis, Jogjakarta, APlus books Cummins, Julian, 1987, Promosi Penjualan, Leeds, Binarupa Aksara

Bastomi, Suwaji, 1995, Gemar Wayang, Semarang, Dahara Prize

Guritmo, Pandan, 1988, Wayang kebudayaan Indonesia dan Pancasila, Jakarta, UI Mertosedono, Amir, 1994, Sejarah Wayang, Semarang, Dahara Prize

www.budpar.go.id, 2010

www.barahmus-museumsassociation.org, 2007 www.museumwayang.com, 2010


(1)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.4.1.2Wawancara

Wawancara merupakan sebuah komunikasi yang lebih terarah karena ada tujuan yang ingin dicapai pada akhir pertemuan komunikasi. Wawancara akan dilakukan kepada kepala HUMAS Museum Wayang Indonesia yaitu Bapak Budi.

1.4.1.3Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal- hal yang diketahui.

Menurut Suharsimi (1998:140-141) menggolongkan angket menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan cara menjawab dibedakan menjadi dua, yaitu angket terbuka dan

angket tertutup.

2. Berdasarkan dari jawaban yang diberikan dibedakan menjadi dua, yaitu

angket langsung dan angket tidak langsung.

3. Dipandang dari bentuknya dibedakan menjadi empat yaitu pilihan ganda,

isian, check-in, check list, isian, dan rating scale.

Berdasarkan macam-macam angket di atas, dalam penelitian ini penulis menggunakan angket tertutup dengan jawaban pilihan ganda.

1.4.1.4 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data yang cukup efektif untuk mempelajari sebuah sistem. Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan.

Observasi dibagi menjadi dua macam :

Observasi Terbuka adalah bentuk observasi yang ideal dan paling bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, informasi yang diberikan dengan penuh kesadaran akan segala konsekuensinya sehingga informasi yang diberikan itu betul-betul dapat dipertanggungjawabkan.

Observasi Tertutup adalah observasi yang dilakukan secara diam-diam. Keunggulan tekhnik observasi tertutup bisa digunakan untuk mengamati objek


(2)

5 Universitas Kristen Maranatha investigasi, sehingga kita bisa melihat atau mengalami langsung berbagai kegiatan yang diteliti. Berdasarkan macam-macam tekhnik observasi diatas, dalam penelitian ini menggunakan observasi terbuka dengan mengamati museum wayang.

Penulis menggunakan dua macam observasi tersebut untuk penelitian yang dilakukan. Diharapkan hasil yang didapat lebih maksimal.


(3)

6 Universitas Kristen Maranatha


(4)

63 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Melalui perancangan komunikasi visual untuk promosi Museum Wayang Indonesia ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan serta didapatkan juga kesimpulan bahwa kurangnya minat masyarakat terhadap Wayang dan kurang dikenalnya Museum Wayang Indonesia oleh masyarakat dikarenakan oleh kurangnya media promosi dan konsep promosi yang ada. Padahal Museum Wayang Indonesia merupakan tempat yang berpotensi bagi kelangsungan salah satu kebudayaan Indonesia yang diakui oleh Dunia Internasional. Oleh sebab itu didapatkan solusi dengan dibuatlah perancangan ulang media promosi dari Museum Wayang itu yang diharapkan agar masyarakat dapat mengenal Museum Wayang, bahkan tertarik kepada sosok Wayang tersebut dan ingin mengenal lebih dalam, sehingga Wayang dapat menjadi warisan kebudayaan di kemudian hari. Sedangkan Strategi Yang diambil agar promosi tersebut menarik bagi masyarakat yaitu dengan melakukan pendekatan desain kepada gaya yang sesuai dengan segmentasi namun tidak meninggalkan kesan etnis yang ada pada suatu peninggalan kebudayaan, itu diharapkan dapat menarik perhatian segmentasi yang dituju yaitu remaja.

Media – media promosi yang dipakai juga ditunjukan kepada para remaja

dimana merupakan target primer dari Promosi Museum Wayang ini. Media promosi yang ada selain ditempatkan pada lokasi event berlangsung, juga ditempatkan di beberapa sekolah menengah di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya. Agar para siswa sekolah menengah dapat mengetahui adanya Museum Wayang Indonesia dan tertarik untuk mengnjungi Museum Wayang. Selain itu juga dengan dibuatnya perancangan media promosi yang baru ini dapat mengubah pandangan masyarakat khususny remaja terhadap sosok Wayang yang tadinya kuno dan membosankan menjadi lebih bersahabat.


(5)

64 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Saran penulis untuk Instansi terkait dengan Museum di Indonesia, bahwa Museum akan menjadi tempat yang sangat berperan bagi kelangsungan dari suatu kebudayaan, namun akan lebih bagus lagi jika selain pelaksanaan promosi yang baik juga pembenakan dan perawatan dari Museum yang ada lebih diutamakan lagi, karena dengan dilakukan nya pembenahan dan perawatan yang baik, maka selain kebudayaan yang bersangkutan terus berlangsung tapi juga Museum nya tetap berdiri kokoh untuk mendukung kelangsungan kebudayaan yang bersangkutan.

Pembelajaran tidak hanya dilakukan di pendidikan formal yang akan tuntas selepas perguruan tinggi, namun juga di kehidupan nyata kita tetap belajar kapanpun dan dimanapun tempatnya. Namun yang pasti kita harus selalu sejalan dengan jalan Tuhan Yesus Kristus dan selalu menyertakan NYA di setiap persoalan yang kita hadapi agar kita selalu diberkati oleh Nya.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Niken Tri, 2010, Seluk Beluk Promosi & Bisnis, Jogjakarta, APlus books Cummins, Julian, 1987, Promosi Penjualan, Leeds, Binarupa Aksara

Bastomi, Suwaji, 1995, Gemar Wayang, Semarang, Dahara Prize

Guritmo, Pandan, 1988, Wayang kebudayaan Indonesia dan Pancasila, Jakarta, UI Mertosedono, Amir, 1994, Sejarah Wayang, Semarang, Dahara Prize

www.budpar.go.id, 2010

www.barahmus-museumsassociation.org, 2007 www.museumwayang.com, 2010