Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.)Jack) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Secara In Vitro.
iv
ABSTRAK
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
ESKTRAK ETANOL DAUN KEMUNING
(
Murraya paniculata
(L.) JACK) TERHADAP
PERTUMBUHAN
Escherichia coli
SECARA
IN VITRO
Devita Wardhani, 2014 ; Pembimbing I
: Fanny Rahardja, dr., M.Si.
Pembimbing II
: Rosnaeni, dra., Apt.
Penggunaan antibiotik sebagai terapi infeksi bakteri seringkali berlebihan
sehingga menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian
Antimicrobial Resistant in Indonesia
(AMRIN) pada tahun 2000-2004 melaporkan
tingginya resistensi
Escherichia coli
terhadap beberapa antibiotik. Untuk mengatasi
masalah ini, dapat dilakukan penelitian dengan memanfaatkan herbal yang secara
empiris digunakan sebagai antibakteri, salah satunya daun kemuning (
Murraya
paniculata
(L.) Jack
).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Kemuning (EEDK)
terhadap pertumbuhan
E. coli
secara
in vitro
.
Penelitian ini menggunakan metode
disk diffusion,
dengan meletakkan lima
varian konsentrasi cakram berisi 20µL EEDK pada
Mueller Hinton Agar
yang
sudah diinokulasikan 100µL
E. coli
. Diameter zona inhibisi (mm) yang ditimbulkan
setiap konsentrasi EEDK diukur menggunakan jangka sorong
.
Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan EEDK memiliki aktivitas
antibakteri terhadap
E. coli
secara
in vitro
. Rerata diameter zona inhibisi terluas
dibentuk oleh EEDK 50% (17,871mm), diikuti EEDK 40% (13,568mm), EEDK
30% (10,283mm), EEDK 20% (9,233mm), dan EEDK 10% (4,220mm).
Simpulan penelitian ini EEDK mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
E. coli
secara
in vitro.
(2)
v
ABSTRACT
IN VITRO ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF
ORANGE JASMINE LEAVE (Murraya paniculata (L.) JACK)
ETHANOLIC EXTRACT AGAINST ESCHERICHIA COLI
Devita Wardhani, 2011; 1
stTutor
: Fanny Rahardja, dr., M.Si.
2
ndTutor
: Rosnaeni, dra., Apt.
Overuse of an antibiotic as treatment for bacterial infection is often induces
antibiotic resistance. High level of antibiotics resistance against Escherichia coli
were reported from a study by American Resistance in Indonesia (AMRIN) in
2000-2004. Herb researches as antibacterial therapy are now being advanced, as usually
being used empirically. One of the known antibacterial herb is orange jasmine
leave (Murraya paniculata (L.) Jack).
The aim of this study was to determine antibacterial activity of orange jasmine
leave ethanolic extract (EEDK) against E. coli in vitro.
This study used disk diffusion method. Five disk containt 20µL of EEDK in
different dose were put in Mueller Hinton Agar plate inoculated with
E. coli
.
Zone
of inhibition (mm) by each dose of EEDK measured with calliper.
The results of this study showed that EEDK has in vitro antibacterial activity
against
E. coli.
The widest zone of inhibition average showed on 50% EEDK
(17,871mm), followed by 40% EEDK (13,568mm), 30% EEDK (10,283mm), 20%
EEDK (9,233mm), 10% EEDK (4,220mm)
.
Conclusion of this study is EEDK has in vitro antebacterial activity against E. coli.
Keywords: Orange Jasmine Ethanolic Extract, antibacterial, E. coli
(3)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
...
ii
SURAT PERNYATAAN
...
iii
ABSTRAK
...
iv
ABSTRACT
...
v
KATA PENGANTAR
...
vi
DAFTAR ISI
...
vii
DAFTAR TABEL
...
xi
DAFTAR GAMBAR
...
xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
...
1
1.2 Identifikasi Masalah
...
3
1.3 Maksud dan Tujuan
...
3
1.3.1 Maksud ... 3
1.3.2 Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1Manfaat Akademis ... 4
1.4.2Manfaat Praktis ... 4
1.5 Landasan Teori ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
...
6
2.1.1 Dinding Sel Bakteri ... 6
2.1.2 Struktur Internal Sel Bakteri... 8
2.2
Escherichia coli
... 9
2.2.1 Pertumbuhan
E. coli
...
11
(4)
ix
2.2.3
Patogenesis
E.
coli
...
...
13
2.3 Antibiotik
...
16
2.4 Kloramfenikol
...
16
2.4.1 Resistensi Antibiotik dan Kloramfenikol... 17
2.4.2 Efek Samping Kloramfenikol... 18
2.5 Kemuning... 18
2.5.1 Kandungan Daun Kemuning... 20
2.5.2 Efek Antibakteri Daun Kemuning
...
21
...
...
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
...
24
3.1.1 Bahan Untuk Penelitian
...
24
3.1.2 Alat Untuk Penelitian...
...
25
3.2 Bakteri Uji ...
....
25
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
...
25
3.4 Metode Penelitian
...
25
3.4.1 Desain Penelitian.………...……….…...
25
3.4.2 Variabel Penelitian
...
26
3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel
...
26
3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel
...
26
3.5 Persiapan Kerja... 26
3.5.2 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Kemuning... 26
3.5.2 Identifikasi Bakteri Uji... 26
3.5.3 Sterilisasi alat
...
27
3.5.4 Pembuatan Media Pertumbuhan Bakteri
...
27
3.6 Prosedur Kerja
...
28
(5)
x
3.6.2 Pembuatan Suspensi Bakteri
...
28
3.6.3 Pembuatan Varian Konsentrasi EEDK ... 29
3.6.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri
...
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
...
30
4.1.1 Hasil Pengamatan Diatmeter Zona Inhibisi
...
30
4.2 Pembahasan
...
31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
...
33
5.2 Saran
...
33
DAFTAR PUSTAKA ...
...
34
LAMPIRAN ...
...
38
(6)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Diameter Zona Inhibisi
...
30
(7)
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Sel Bakteri
...
6
Gambar 2.2 Struktur Dinding Bakteri Gram Negatif... 7
Gambar 2.3 Struktur Dinding Bakteri Gram Positif ... 8
Gambar 2.4. Morfologi
E.coli.
...
... 9
Gambar 2.5. Koloni
E. coli
pada Endo Agar
...
10
Gambar 2.6 Grafik Pertumbuhan
E. coli
...
11
Gambar 2.7 Struktur antigen O, H, K pada
E. coli
...
12
Gambar 2.8 Morfologi daun kemuning ... 19
(8)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Pembuatan EEDK
...
38
Penghitungan Konsentrasi EEDK
...
39
Gambar Biakan
E. coli
pada Medium TSA
...
40
Gambar Pembuatan Suspensi Bakteri... 40
Gambar Ekstrak Etanol Daun Kemuning (EEDK)
...
40
Gambar EEDK dalam Lima Konsentrasi
...
40
Gambar Hasil uji antibakteri EEDK konsentrasi 50 %, 40%, 30%, 20%
...
41
Gambar Hasil uji antibakteri
EEDK
konsentrasi 20%, 10%
...
41
Gambar Kontrol Negatif ... 41
(9)
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagian tubuh manusia seperti kulit, mukosa mulut, saluran pencernaan, saluran
ekskresi dan organ reproduksi dapat ditemukan populasi mikroorganisme, terutama
bakteri. Bakteri ini sebagian merupakan flora normal, tetapi sebagian yang lain
merupakan patogen yang bersifat invasif terhadap sel inang dan dapat
menyebabkan penyakit infeksi. Flora normal menguntungkan manusia karena dapat
mendukung berbagai fungsi organ, contohnya
Escherichia coli yang berperan
dalam konversi pigmen empedu, sintesis vitamin K, absorbsi nutrisi, dan
berkompetisi dengan bakteri patogen di dalam usus. Tetapi flora normal juga dapat
menimbulkan penyakit pada individu dengan imun inadekuat (Jawetz et al, 2007;
Madigan et al, 2011).
Bakteri dari famili
Enterobacteriaceae
seperti
E. coli,
Proteus,
Enterobacter,
Klebsiella, Morganella, Providencia, Citrobacter, dan Serratia banyak ditemukan
pada usus sebagai flora normal. Populasi
E. coli
sendiri lebih dominan
dibandingkan dengan bakteri lain dari famili
Enterobacteriaceae.
E. coli
berkontribusi pada infeksi saluran pencernaan, yang merupakan salah satu penyakit
tersering di negara berkembang. Hal ini disebabkan karena E. coli memiliki
faktor-faktor virulensi seperti antigen, enterotoksin, dan endotoksin. Penyakit-penyakit
yang sering disebabkan E. coli adalah infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis pada
neonatus, dan diare yang spesifik disebabkan
E. coli. Untuk mengatasi penyakit
infeksi diperlukan antibiotik (Kayser et al, 20005; Jawetz et al, 2007; Mahon et al,
2007).
Penggunaan antibiotik sebagai obat pada infeksi bakteri seringkali tidak tepat
guna sehingga menimbulkan permasalahan dan ancaman bagi kesehatan,
khususnya resistensi bakteri terhadap antibiotik. Salah satu yang terjadi adalah
tingginya resistensi antibiotik terhadap
E. coli. Berdasarkan hasil penelitian
(11)
Antimicrobial Resistant in Indonesia
(AMRIN-study)
pada tahun 2000-2004,
terbukti dari 2494 individu di masyarakat yang terinfeksi E. coli, 43% diantaranya
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik seperti ampisilin 34%, kotrimoksazol
29%, dan kloramfenikol 25%. Sedangkan 781 pasien rawat inap di rumah sakit,
tingkat resistensi
E. coli pada ampisilin 73%, kotrimoksazol 56%, kloramfenikol
43%, siprofloksasin 22%, dan gentamisin 18%. AMRIN
study
juga melaporkan
tingginya tingkat resistensi
E. coli
pada pasien pasca rawat inap di rumah sakit
(Menteri Kesehatan RI, 2011). Adanya tingkat resistensi yang tinggi ini, diperlukan
terobosan untuk menciptakan antibiotik yang lebih poten atau memanfaatkan
keanekaragaman hayati Indonesia yang bisa dikembangkan sebagai antibakteri.
Indonesia yang beriklim tropis merupakan negara dengan keanekaragaman
hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil, yang memiliki 25.000 - 30.000 spesies
tanaman. Sebagian besar dari tanaman tersebut sudah digunakan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat (Dewoto, 2007). Obat tradisional perlu ditingkatkan
kelasnya menjadi obat herbal terstandar, selanjutnya menjadi obat fitofarmaka.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai tahapan penelitian yang mendukung obat
tradisional tersebut, salah satunya sebagai obat antibakteri. Beberapa penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan antibakteri pada beberapa tanaman
(Nursanty & Zumaidar, 2010).
Salah satu tanaman yang banyak diteliti adalah daun kemuning. Daun
kemuning banyak diteliti memiliki efek farmakologis sebagai antioksidan,
antidiabetes, dan antikanker (Alitheen
et al,
2012). Selain itu banyak penelitian
yang telah membuktikan daun kemuning memiliki efek antikolesterol, salah
satunya penelitian oleh Indriana pada tahun 2012 tentang efek daun kemuning
dalam penurunan LDL serum mencit (Panembonan, 2012).
Daun kemuning juga telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri, meskipun
penelitiannya belum terlalu banyak dilakukan. Efek antibakteri esktrak metanol
daun kemuning pada konsentrasi 20% telah diteliti oleh Goel et al pada tahun 2012
di India. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak delapan spesies,
termasuk
E. coli. Hasil penelitiannya terdapat zona inhibisi untuk bakteri
E. coli
sebesar 10 mm, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan zona inhibisi
(12)
Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus (Goel
et al, 2012). Daun
kemuning memiliki aktivitas antibakteri karena mengandung zat-zat aktif metabolit
sekunder seperti flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri, dan saponin. (Goel et al,
2012; Alitheen et al, 2012; Achmad dkk, 2013).
Bedasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk meneliti aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun kemuning yang selanjutnya disingkat
EEDK,
dengan menggunakan bahan uji bakteri
E. coli. Penelitian ini juga didasari oleh
penggunaan secara empiris daun kemuning di masyarakat untuk penyakit infeksi
saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, diare dan disentri (Gunardi & Kartika,
2007; Goel et al, 2012; Achmad dkk, 2013).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah:
Apakah ekstrak etanol daun kemuning
(Murraya paniculata
(L.) Jack)
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap E. coli secara in vitro.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Maksud penelitian ini untuk mengetahui herbal yang berefek sebagai antibakteri.
1.3.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri aktivitas
antibakteri EEDK terhadap pertumbuhan E. coli secara in vitro.
(13)
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu kedokteran terutama
di bidang mikrobiologi dan farmakologi, khususnya tentang aktivitas antibakteri
EEDK terhadap E. coli
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang
EEDK sebagai obat alternatif untuk penyakit infeksi yang disebabkan E. coli.
1.5 Landasan Teori
Aktivitas antibakteri sebagai bakteriostatik dan bakterisid dapat melalui salah
satu mekanisme menghambat sintesis dinding sel, sintesis protein, sintesis asam
nukleat, dan mengganggu fungsi permeabilitas membran sel.
Demikian pula
aktivitas antibakteri herbal bervariasi tergantung dari metabolit sekunder yang
terkandung dalam herbal tersebut.
Metabolit sekunder yang terdapat pada daun kemuning antara lain flavonoid,
tanin, minyak atsiri, alkaloid dan saponin, dengan mekanisme sebagai berikut.
Flavonoid bekerja dengan menginhibisi sintesis asam nukleat, sehingga
menyebabkan pertumbuhan sel bakteri terhambat. Flavonoid juga bekerja langsung
pada membran barier sel bakteri, yang menyebabkan kebocoran sel (Lamb &
Chusnie, 2005; Goel et al, 2012). Flavonoid pada kadar rendah, akan membentuk
kompleks lemah dengan protein bakteri, kemudian menyebabkan presipitasi dan
denaturasi protein bakteri. Sedangkan pada kadar yang tinggi, flavonoid akan
menyebabkan koagulasi protein bakteri, dan menyebabkan membran sitoplasma
lisis (Krihariyani dkk, 2012).
(14)
menyebabkan pembentukan dinding sel bakteri menjadi tidak sempurna. Selain itu
asam tanat yang merupakan tanin kategori hidrosable, akan menginhibisi zat besi
yang dibutuhkan mikroorganisme anaerob untuk berbagai fungsi, seperti reduksi
dari prekursor ribonukleotida DNA (Akiyama
et al, 2001). Asam tanat juga
berperan sebagai antibakteri karena dapat membentuk kompleks ikatan hidrogen
antara tanin dengan protein enzim bakteri, sehingga metabolisme bakteri terganggu
(Makkar, 2003).
Minyak atsiri memiliki sifat lipofilik dan dapat bereaksi dengan phospholipid
bilayer membran luar bakteri, sehingga meningkatkan permeabilitasnya kemudian
terjadi kebocoran sel. Minyak atsiri juga merusak membran sitoplasma sehingga
terjadi kebocoran sitoplasma, dan menyebabkan terjadinya koagulasi sitoplasma
(Burt, 2004).
Alkaloid mempunyai kemampuan dalam menghambat kerja enzim untuk
mensintesis protein bakteri, dan dapat merusak komponen pembentuk
peptidoglikan dinding sel bakteri (Suranintyas dkk, 2008; Juliantina dkk, 2009).
Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan
permukaan sehingga permeabilitas membran luar akan naik, kemudian terjadi
kebocoran sel (Ngajow dkk, 2013). Selain itu, saponin juga menyebabkan reaksi
saponifikasi yaitu melisiskan struktur lemak pada bakteri (Hayati, 2011).
Dengan ini diharapkan daun kemuning dapat efektif sebagai antibakteri terhadap
E. coli secara in vitro.
(15)
33
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
Ekstrak etanol daun kemuning mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
E. coli
secara
in vitro.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah:
Perlu dilanjutkan uji toksisitas daun kemuning.
Perlu dilanjutkan uji Kadar Hambat Minimal (KHM) untuk mengetahui
konsentrasi terkecil dari EEDK yang dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
Perlu dilanjutkan uji Kadar Bunuh Minimal (KBM) untuk mengetahui
konsentrasi terkecil dari EEDK yang dapat digunakan untuk membunuh
bakteri.
Perlu dilakukan pengujian dengan dosis lebih tinggi dari 50%.
Perlu dilakukan pengujian antibakteri pada ekstrak daun kemuning
dengan pelarut lain, seperti metanol, aseton, dan akuades.
(16)
42
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Devita Wardhani
NRP
: 1110078
Tempat dan tanggal Lahir
: Yogyakarta, 3 Desember 1993
Alamat
:Tawarsari, RT 04/RW 18, Kelurahan
Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten
Gunung Kidul, DI Yogyakarta.
Riwayat Pendidikan
:
o
Tahun 1999, lulus TK Podomoro Wonosari.
o
Tahun 2005, lulus SD Bopkri Wonosari.
o
Tahun 2008, lulus SMP N 1 Wonosari.
o
Tahun 2011, lulus SMA N 11 Yogyakarta
o
Tahun 2011
–
sekarang, mahasiswa Fakultas Kedokteran,
(17)
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) JACK) TERHADAP
PERTUMBUHAN Escherichia coli SECARA IN VITRO
IN VITRO ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ORANGE JASMINE
LEAVE (
Murraya paniculata
(L.) JACK) ETHANOLIC EXTRACT
AGAINTS
Escherichia coli
Fanny Rahardja
1, Rosnaeni
2, Devita Wardhani
31
Bagian Mikrobiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran,
Universitas Kristen Maranatha,
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Penggunaan antibiotik sebagai terapi infeksi bakteri seringkali berlebihan sehingga menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN) pada tahun 2000-2004 melaporkan tingginya resistensi Escherichia coli
terhadap beberapa antibiotik. Untuk mengatasi masalah ini, dapat dilakukan penelitian dengan memanfaatkan herbal yang secara empiris digunakan sebagai antibakteri, salah satunya daun kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (EEDK)terhadap pertumbuhan E. coli secara in vitro.
Penelitian ini menggunakan metode disk diffusion, dengan meletakkan lima varian konsentrasi cakram berisi 20µL EEDK pada Mueller Hinton Agar yang sudah diinokulasikan 100µL E. coli. Diameter zona inhibisi (mm) yang ditimbulkan setiap konsentrasi EEDK diukur menggunakan jangka sorong.
Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan EEDK memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli secara in vitro. Rerata diameter zona inhibisi terluas dibentuk oleh EEDK 50% (17,871mm), diikuti EEDK 40% (13,568mm), EEDK 30% (10,283mm), EEDK 20% (9,233mm), dan EEDK 10% (4,220mm).
Simpulan penelitian ini EEDK mempunyai aktivitas antibakteri terhadap E. coli secara in vitro.
Kata kunci: Ekstrak Etanol Daun Kemuning, antibakteri, E. coli ABSTRACT
Overuse of an antibiotic as treatment for bacterial infection is often induces antibiotic resistance. High level of antibiotics resistance against Escherichia coli were reported from a study by American Resistance in Indonesia (AMRIN) in 2000-2004. Herb researchs as antibacterial therapy are now being advanced, as herb usually being used empirically. One of the known antibacterial herb is orange jasmine leave (Murraya paniculata (L.) Jack).
(18)
The aim of this study was to determine in vitro antibacterial activity of orange jasmine leave ethanolic extract (EEDK) against E. coli.
This study used disk diffusion method. Five disk containt 20µL of EEDK in different dose were put in Mueller Hinton Agar plate inoculated with E. coli.Zone of inhibition (mm) by each dose of EEDK measured with calliper.
The results of this study showed that EEDK has in vitro antibacterial activity against E. coli.
The widest zone of inhibition average showed on 50% EEDK (17,871mm), followed by 40% EEDK (13,568mm), 30% EEDK (10,283mm), 20% EEDK (9,233mm), 10% EEDK (4,220mm).
Conclusion of this study is EEDK has in vitro antebacterial activity against E. coli.
Keywords: Orange Jasmine Ethanolic Extract, antibacterial, E. coli
PENDAHULUAN
Bagian tubuh manusia seperti kulit, mukosa mulut, saluran pencernaan, saluran ekskresi dan organ reproduksi, dapat ditemukan populasi mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri ini sebagian merupakan flora normal, tetapi sebagian yang lain merupakan patogen yang bersifat invasif terhadap sel inang dan dapat menyebabkan penyakit infeksi. Flora normal menguntungkan manusia karena dapat mendukung berbagai fungsi organ, contohnya Escherichia coli yang berperan dalam konversi pigmen empedu, sintesis vitamin K, absorbsi nutrisi, dan berkompetisi dengan bakteri patogen di dalam usus. Tetapi flora normal juga dapat menimbulkan penyakit pada individu dengan imun inadekuat1,2
Bakteri dari famili Enterobacteriaceae
seperti E. coli, Proteus, Enterobacter, Klebsiella, Morganella, Providencia, Citrobacter, dan Serratia banyak ditemukan pada usus sebagai flora normal. Populasi E. coli sendiri lebih dominan dibandingkan dengan bakteri lain dari famili
Enterobacteriaceae. E. coli berkontribusi pada infeksi saluran pencernaan, yang merupakan salah satu penyakit tersering di negara berkembang, yang memiliki faktor-faktor virulensi seperti antigen, enterotoksin, dan endotoksin. Penyakit-penyakit yang sering disebabkan E. coli
adalah infeksi saluran kemih, sepsis,
meningitis pada neonatus, dan diare yang spesifik disebabkan E. coli. Untuk mengatasi penyakit infeksi diperlukan antibiotik1,3,4
Penggunaan antibiotik sebagai obat pada infeksi bakteri seringkali tidak tepat guna sehingga menimbulkan permasalahan dan ancaman bagi kesehatan, khususnya resistensi bakteri terhadap antibiotik. Salah satu yang terjadi adalah tingginya resistensi antibiotik terhadap E. coli. Berdasarkan hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-study) pada tahun 2000-2004, terbukti dari 2494 individu di masyarakat yang terinfeksi E. coli, 43% diantaranya resisten terhadap berbagai jenis antibiotik seperti ampisilin 34%, kotrimoksazol 29%, dan kloramfenikol 25%. Sedangkan 781 pasien rawat inap di rumah sakit, tingkat resistensi E. coli pada ampisilin 73%, kotrimoksazol 56%, kloramfenikol 43%, siprofloksasin 22%, dan gentamisin 18%. AMRIN study juga melaporkan tingginya tingkat resistensi E. coli pada pasien pasca rawat inap di rumah sakit5. Adanya tingkat resistensi yang tinggi
ini, diperlukan terobosan untuk menciptakan antibiotik yang lebih poten atau memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia yang bisa dikembangkan sebagai antibakteri.
Indonesia yang beriklim tropis merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brazil, yang memiliki 25.000 - 30.000 spesies tanaman.
(19)
Sebagian besar dari tanaman tersebut sudah digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat6. Obat tradisional perlu
ditingkatkan kelasnya menjadi obat herbal terstandar, selanjutnya menjadi obat fitofarmaka. Untuk itu perlu dilakukan berbagai tahapan penelitian yang mendukung obat tradisional tersebut, salah satunya sebagai obat antibakteri. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan antibakteri pada beberapa tanaman7. Salah satu penelitian
yang pernah dilakukan adalah tentang aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) pada konsentrasi 20%, oleh Goel et al pada tahun 2012 di India. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak delapan spesies, termasuk E. coli. Hasil penelitiannya terdapat zona inhibisi untuk bakteri E. coli sebesar 10mm, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan zona inhibisi Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus8. Daun kemuning
mengandung bahan aktif metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri, saponin, damar, arilpropanoid dan kumarin8,9,10,11.
Daun kemuning juga digunakan secara empiris oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, diare dan disentri8,9,10.
BAHAN DAN CARA
Pengujian aktivitas antibakteri ini menggunakan metode disk diffusion. Suspensi E. coli yang sudah terstandarisasi kerapatannya diinokulasikan pada Mueller Hinton Agar dengan metode spread-plate
hingga merata. Setelah itu, diinokulasikan cakram yang masing-masing berisi 20 µL Ekstrak Etanol Daun Kemuning (EEDK) pada konsentrasi 50%, 40%, 30%, 20% dan 10%. Pada setiap konsentrasi EEDK dibuat duplo pada dua cawan petri. Kemudian cawan petri tersebut diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37 ºC. Hasil yang didapatkan adalah adanya zona inhibisi disekitar cakram dan diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong. Kemudian untuk setiap konsentrasi ekstrak duan kemuning, dihitung rerata zona inhibisi masing-masing duplo. Pengulangan uji aktivitas antibakteri ini dilakukan sebanyak tiga kali pada periode waktu yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri EEDK terhadap pertumbuhan E. coli secara deskriptif ditampilkan pada Tabel 4.1. Secara deskriptif hasil ini menunjukkan bahwa EEDK memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan E. coli. Rerata diameter zona inhibisi terbesar yang dibentuk terdapat pada EEDK konsentrasi 50%, yaitu sebesar 17,871 mm. Namun zona inhibisi yang dibentuk EEDK konsentrasi 50% tidak melebihi zona inhibisi yang dibentuk kloramfenikol. Rerata zona inhibisi terkecil dibentuk pada EEDK konsentrasi 10%, yaitu 4,220 mm. Pada penelitian ini terdapat kecenderungan semakin besar konsentrasi EEDK, semakin besar juga rerata zona inhibisi yang terbentuk. Hal ini disebabkan karena konsentrasi EDDK yang lebih tinggi memiliki kandungan metabolit sekunder yang lebih tinggi pula. Tetapi kloramfenikol tetap lebih efektif menghambat bakteri daripada EEDK 50% dengan rerata zona inhibisi 26,034 mm.
(20)
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Diameter Zona Inhibisi
Perlakuan
Jumlah
Diameter Zona Inhibisi (mm)
Rerata Keseluruhan (mm) Rerata Pengujian I Rerata Pengujian II Rerata Pengujian III
EEDK 50% 20 µL 19,425 19,990 14,200 17,871 EEDK 40% 20 µL 15,665 15,490 9,550 13,568 EEDK 30% 20 µL 15,120 15,730 0 10,283 EEDK 20% 20 µL 17,020 10,680 0 9,233 EEDK 10% 20 µL 12,660 0 0 4,220 Kontrol (+) 30 µL 26,350 26,054 25,700 26,034 Kontrol (-) 20 µL 0 0 0 0 Keterangan tabel
EEDK = Ekstrak Etanol Daun Kemuning Kontrol (+) = Kloramfenikol
Kontrol (-) = Akuades steril
Aktivitas antibakteri EEDK ini dikarenakan oleh kandungan flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri, dan saponin.
Flavonoid dapat menginhibisi sintesis asam
nukleat, sehingga menyebabkan
pertumbuhan sel bakteri terhambat.
Flavonoid juga bekerja langsung pada
membran barier sel bakteri, yang
menyebabkan kebocoran sel8,12. Flavonoid
pada kadar rendah, akan membentuk kompleks lemah dengan protein bakteri, kemudian menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein bakteri. Sedangkan pada
kadar yang tinggi, flavonoid akan
menyebabkan koagulasi protein bakteri, dan menyebabkan membran sitoplasma lisis13.
Tanin menyebabkan pembentukan dinding sel bakteri menjadi tidak sempurna. Asam tanat yang merupakan tanin hidrosable, akan menginhibisi zat besi yang dibutuhkan mikroorganisme anaerob untuk berbagai fungsi, seperti reduksi dari prekursor ribonukleotida DNA14. Asam tanat juga
berperan sebagai antibakteri karena dapat membentuk kompleks ikatan hidrogen antara tanin dengan protein enzim bakteri, sehingga metabolisme bakteri terganggu15.
Minyak atsiri memiliki sifat lipofilik dan dapat bereaksi dengan phospholipid bilayer
membran luar bakteri, sehingga
meningkatkan permeabilitasnya kemudian terjadi kebocoran sel. Minyak atsiri juga merusak membran sitoplasma sehingga
terjadi kebocoran sitoplasma, dan
menyebabkan terjadinya koagulasi
sitoplasma16.
Alkaloid mempunyai kemampuan dalam menghambat kerja enzim untuk mensintesis protein bakteri, dan dapat merusak
komponen pembentuk peptidoglikan
dinding sel bakteri17,18.
Mekanisme kerja saponin sebagai
antibakteri adalah menurunkan tegangan
permukaan sehingga permeabilitas
membran luar akan naik, kemudian terjadi kebocoran sel19. Selain itu, saponin juga
menyebabkan reaksi saponifikasi yaitu melisiskan struktur lemak pada bakteri20.
Zona inhibisi yang tidak terbentuk (0 mm) dikarenakan gagalnya difusi EEDK pada Mueller Hinton Agar yang dipengaruhi berbagai faktor. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tes sensitivitas
(21)
antibakteri dengan metode disk diffusion,
yaitu faktor intrinsik dari bakteri uji dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi disk diffusion adalah perubahan permeabilitas membran sel bakteri sehingga antibiotik yang diuji tidak dapat masuk ke dalam sel, dan perubahan komponen lain dalam bakteri yang menyebabkan agen antibiotik tidak dapat bekerja. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah besar molekul zat aktif yang terkandung dalam antibiotik, kelarutan antibiotik, dan suasana medium pertumbuhan bakteri21.
Sundaram et al pada tahun 2011 di Pakistan melakukan penelitian aktivitas antibakteri daun kemuning yang ditanam di India Selatan terhadap E. coli. Sediaan yang diuji adalah ekstrak etanol daun kemuning yang diencerkan pada lima variasi konsentrasi yaitu 100 µg, 200 µg, 300 µg, 400 µg dan 500 µg, serta menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol positif. Hasil penelitian Sundaram et al ini menunjukkan terbentuk zona inhibisi oleh ekstrak etanol daun kemuning pada konsentrasi 300 µg, 400 µg, dan 500 µg, berturut-turut adalah 10,06 mm, 14,06 mm, 17,03 mm. Sedangkan zona inhibisi dari kloramfenikol adalah 23,03 mm. Dengan demikian semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun kemuning, semakin luas pula zona inhibisi yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa kloramfenikol masih lebih baik menghambat pertumbuhan E. coli daripada ekstrak etanol daun kemuning22.
Penelitian lain yang dilakukan Goel et al
pada tahun 2012 di India yang menggunakan ekstrak metanol daun kemuning menujukkan konsentrasi 20% mempunyai rerata zona inhibisi 10 mm. Pada penelitian ini, EEDK konsentrasi 20% mempunyai rerata zona inhibisi 9,233 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol lebih baik daripada ekstrak etanol dalam menghambat bakteri E. coli8.
Pelarut metanol (CH3OH) memiliki kepolaran lebih tinggi daripada etanol
(C2H6O) karena memiliki jumlah atom C yang lebih sedikit. Kepolaran ini mempengaruhi kemampuan pelarut untuk menarik zat aktif pada saat proses ekstraksi. Metanol yang lebih polar mampu menarik zat aktif lebih banyak daripada etanol 23.
Hal ini menjelaskan bahwa ekstrak metanol daun kemuning memiliki kandungan zat aktif yang lebih tinggi, sehingga kemampuan aktivitas antibakterinya lebih baik daripada ekstrak etanol daun kemuning.
SIMPULAN
Ekstrak etanol daun kemuning mempunyai aktivitas antibakteri terhadap E. coli secara in vitro.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawetz, Melnick, Adelberg. Medical Microbiology 24th edition. United
States: The McGraw-Hill Companies; 2007.
2. Madigan T, Martinko, John M, Stahl, David A, Clark, Davd P. Brock Biology of Microorganisms 13th Edition. San
Fransisco: Pearson; 2011.
3. Kayser F H, Bienz KA, Eckert J, Zinkernagel R M. Medical Microbiology. New York: Thieme; 2005.
4. Mahon C R, Lehman D C, Manuselis G. Textbook of Diagnostic Microbiology 3rd Edition. China: Elsevier; 2007.
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2011.
6. Dewoto H R. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
(22)
Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 57. 2007;205-211. 7. Nursanty R, Zumaidar. Potensi
Antibakteri Beberapa Tumbuhan Obat Tradisional. Unsyiah Darussalam-Banda Aceh; 2010.
8. Geol R K, Gautam M K, Gangwar M, Nath G, Rao C V. In-vitro antibacterial activity on human pathogens and total phenolic, flavonoid contents of Murraya paniculata Linn. leaves. Asian Pacific Journal of Tropical. Biomedicine. 2012; 1660-1663. 9. Gunardi, S Kartika D. Profil
Kromatogram dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack Terhadap Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Universitas Diponegoro; 2007.
10. Achmad S A, Hakim E H, Makmur L, Syah Y M, Juliawaty L D, Mujahidin D. Ilmu Kimia dan Kegunaan Jilid II. Bandung: Institut Teknologi Bandung; 2013.
11. Alitheen N B, Ng M K, Yeap S K, Abdulhadi-Noaman Y, Cheah Y K. Bioactivity studies and chemical constituents of Murraya paniculata (Linn) Jack. International Food Research Journal. 2012; 19(4), 1307-1312.
12. Lamb A J, Chusnie T. Antimicrobial activity of flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents. 2005; 343-356.
13. Krihariyani D, SSBU Djoko, Erywiyatno L. Pengaruh Madu Terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Analis Kesehatan Sains Volume 1. 2012;30-37.
14. Akiyama H, Fujii K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki K. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 2001; 487-491
15. Makkar H P S. Effect and fate of tannis in ruminant animals, adaptation to
tannins, and strategies to overcome detrimental of feeding tannin-rich feeds. Austria: Vienna; 2003. Burt, S. 2004. Essential oils: their antibacterial properties and potential. International Journal of Food Microbiology 94, 223-253.
16. Burt S. Essential oils: their antibacterial properties and potential. International Journal of Food Microbiology 94. 2004;223-253.
17. Juliantina F R, Citra D A, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo E T. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen Antibakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI-Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2009.
18. Suranintyas S, Siswomihardjo W, Maryati N. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Air dan Etanol Kulit Batang Azadirachta indica terhadap Penghambatan Pertumbuhan Streptococcus mutans. M.I. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Volume 23. 2008.
19. Ngajow M, Kamu V S, Abidjulu J. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Matoa (Pometia pinnata)
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In vitro. Jurnal MIPA UNSRAT Online 2. 2013;128-132.
20. Hayati K. Efek Antibakteri Ekstrak Lidah
Buaya (Aloe vera) Terhadap
Staphylococcs aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis (Penelitian In Vitro). Melalui
http://repository.usu.ac.id/handle/123 456789/21766. Diunduh tanggal 2 September 2014.
21. Jiang L. Comparison of disk diffusion, agar dilution, and broth microdilution for antimicrobial susceptibility testing of five chitosans. Doctoral dissertation Louisiana State University; 2011. 22. Sundaram M, Sivakumar, Karthikeyan,
Bguvaneshwari, Aishwarya, Thirumalai,
Pennarasi. Studies on in vitro
antibacterial, antifungal property and
(23)
paniculata.Pakistan Journal of Nutrition 10. 2011;925-929.
23. Astarina N W G, Astuti K W, Warditiani N K. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana; 2013.
(24)
34
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A., Hakim, E. H., Makmur, L., Syah, Y. M., Juliawaty, L. D., &
Mujahidin, D. 2013. Ilmu Kimia dan Kegunaan Jilid II. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O., Oono, T., & Iwatsuki, K. 2001. Antibacterial
action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy, 487-491.
Alitheen, N. B., Ng, M. K., Yeap, S. K., Abdulhadi-Noaman, Y., & Cheah, Y. K. 2012.
Bioactivity studies and chemical constituents of Murraya paniculata (Linn)
Jack. International Food Research Journal 19(4), 1307-1312.
Anonim. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Volume 2. Jakarta:
Badan POM RI.
.
Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. 2013. Skrining Fitokimia
Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal
Farmasi Udayana
Bauman, R. W. 2009. Microbiology: With Diseases by Body System. England:
Pearson Eduaction, inc.
Bruneton, J. 1999. Pharmacognosy, Phytochemistry, Medicinal Plants. Paris:
Lavoisier Publishing Inc.
Burt, S. 2004. Essential oils: their antibacterial properties and potential. International
Journal of Food Microbiology 94, 223-253.
Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 57, 205-211.
Frankhauser, D. B. 2007. Microbial Growth Requirements and media. Retrieved June
21, 2014, from http://biology.clc.uc.edu/fankhauser/Labs/Microbiology.
Geol, R. K., Gautam, M. K., Gangwar, M., Nath, G., & Rao, C. V. 2012. In-vitro
antibacterial activity on human pathogens and total phenolic, flavonoid
contents of Murraya paniculata Linn. leaves. Asian Pacific Journal of Tropical.
(25)
35
Gunardi & S, Kartika., D. 2007. Profil Kromatogram dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack Terhadap
Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Universitas Diponegoro.
Hayati, K. 2011. Efek Antibakteri Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap
Staphylococcs aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis (Penelitian In
Vitro).
Retrieved
September
2,
2014,
from
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21766
Hogg, S. 2005. Essential Microbiology. England: John Wiley & Sons Ltd.
Hutapea, J. R. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 2. Jakarta: Bakti
Husada.
Jawetz., Melnick., & Adelberg. 2007. Medical Microbiology 24
thedition. United
States: The McGraw-Hill Companies.
Jiang, L. 2011. Comparison of disk diffusion, agar dilution, and broth microdilution
for antimicrobial susceptibility testing of five chitosans. Doctoral dissertation
Louisiana State University.
Juliantina, F.R., Citra, D. A., Nirwani, B., Nurmasitoh, T., & Bowo, E. T. 2009.
Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen Antibakterial terhadap
Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI-Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia.
Kayser, F. H., Bienz, K.A., Eckert, J., & Zinkernagel, R.M. 2005. Medical
Microbiology. New York: Thieme.
Krihariyani, D., SSBU, Djoko., & Erywiyatno, L. 2012. Pengaruh Madu Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Analis Kesehatan Sains Vol. 01, 30-37.
Lamb, A. J., & Chusnie, T. T. 2005. Antimicrobial activity of flavonoids.
International Journal of Antimicrobial Agents 26, 343-356.
Longo, D. L., Kasper, D. L., Jameson, J. L., Fauci, A. S., Hauser, S. L., & Loscalzo, J.
2012. Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition. US: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Levinson, W. 2006. Review of Medical Microbiology and Immunology 6th Edition.
New York: McGraw Hill Professional.
(26)
36
Madigan, T., Martinko, John. M., Stahl, David. A., Clark, Davd. P. 2011. Brock
Biology of Microorganisms 13
thEdition. San Fransisco: Pearson.
Mahon, C. R., Lehman, D. C., & Manuselis, G. 2007. Textbook of Diagnostic
Microbiology 3rd Edition. China: Elsevier.
Makkar, H. P. S. 2003. Effect and fate of tannis in ruminant animals, adaptation to
tannins, and strategies to overcome detrimental of feeding tannin-rich feeds.
Austria: Vienna.
Mangunwardoyo, W., Cahyaningsih, E., & Usia, T. 2008. Uji Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.). Jurnal Obat Bahan Alam, Vol 7,
54-61.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Murray, P. R., Baron, E. J., Pfaller, M. A., Tenover, F. C., & Yolken, R. H. 1995.
Manual of Clinical Microbiology 6th Edition. Washington D.C: ASM Press.
Nursanty, R., & Zumaidar. 2010. Potensi Antibakteri Beberapa Tumbuhan Obat
Tradisional . Unsyiah Darussalam-Banda Aceh.
Nurtjahyani, S. D. 2012. Transformasi DNA Plasmid Salmonella typhi resisten
kloramfenikol ke kultur Salmonella typhi sensitif kloramfenikol. Prospektus
Jurnal Ilmiah Unirow Tuban Vol 10, 2.
Ngajow, M., Kamu, V. S., & Abidjulu, J. 2013. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
secara In vitro. Jurnal MIPA UNSRAT Online 2, 128-132.
Nogrady, N., Gado, I., Fekete, P. Z., & Paszti, J. 2005
.
Chlorampenicol resistance
genes in Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhimurium isolated
from human and animal sources in Hungary. Vet. Med
–
Czech Original
Paper, 164-170.
Paembonan, I. L. T. 2012. Efek Serbuk Daun Kemuning (Murraya paniculata L.)
Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol LDL Serum Mencit Jantan (Mus
musculus) Galur Swiss Webster Yang diberi Asupan Tinggi Kolesterol.
(27)
37
Pfoze, N. L., Kumar, Y., Myrboh, B., Bhagobaty, R. K., & Joshi, S. R. 2011. In vitro
antibacterial activity of alkaloid extract from stem bark of Mahonia
manipurensis Takeda. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(5),
859-861.
Radji, M. 2009. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Ajar Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Setiabudy, R. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sundaram, M., Sivakumar., Karthikeyan., Bguvaneshwari., Aishwarya., Thirumalai.,
& Pennarasi. 2011. Studies on in vitro antibacterial, antifungal property and
Antioxidant Potency of Murraya paniculata.
Pakistan Journal of Nutrition 10,
925-929.
Suranintyas, S., Siswomihardjo, W., & Maryati, N. 2008. Pengaruh Konsentrasi
Ekstrak Air dan Etanol Kulit Batang Azadirachta indica terhadap
Penghambatan Pertumbuhan Streptococcus mutans. M.I. Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada Vol.23.
Todar, K. 2012. Pathogenic E.coli. Retrieved September 12, 2014, from
http://textbookofbacteriology.net/e.coli.html
Utami, P. 2013. Diet Aman & Sehat Dengan Herbal. Jakarta: FMedia.
Welinder-Olsoon, C. & Kaijser, B. 2005. Enterohemorrhagic Escherichia coli.
Scandinavian Journal of Infectious Diseases, 406-416.
Xiang, Jiu. Li. 2013. Kamuning. Retrieved November 9, 2014, from
http://www.stuartxchange.com/Kamuning.html
(1)
Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 57. 2007;205-211. 7. Nursanty R, Zumaidar. Potensi
Antibakteri Beberapa Tumbuhan Obat Tradisional. Unsyiah Darussalam-Banda Aceh; 2010.
8. Geol R K, Gautam M K, Gangwar M, Nath G, Rao C V. In-vitro antibacterial activity on human pathogens and total phenolic, flavonoid contents of Murraya paniculata Linn. leaves. Asian Pacific Journal of Tropical. Biomedicine. 2012; 1660-1663. 9. Gunardi, S Kartika D. Profil
Kromatogram dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack Terhadap Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Universitas Diponegoro; 2007.
10. Achmad S A, Hakim E H, Makmur L, Syah Y M, Juliawaty L D, Mujahidin D. Ilmu Kimia dan Kegunaan Jilid II. Bandung: Institut Teknologi Bandung; 2013.
11. Alitheen N B, Ng M K, Yeap S K, Abdulhadi-Noaman Y, Cheah Y K. Bioactivity studies and chemical constituents of Murraya paniculata (Linn) Jack. International Food Research Journal. 2012; 19(4), 1307-1312.
12. Lamb A J, Chusnie T. Antimicrobial activity of flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents. 2005; 343-356.
13. Krihariyani D, SSBU Djoko, Erywiyatno L. Pengaruh Madu Terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Analis Kesehatan Sains Volume 1. 2012;30-37.
14. Akiyama H, Fujii K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki K. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy. 2001; 487-491
15. Makkar H P S. Effect and fate of tannis in ruminant animals, adaptation to
tannins, and strategies to overcome detrimental of feeding tannin-rich feeds. Austria: Vienna; 2003. Burt, S. 2004. Essential oils: their antibacterial properties and potential. International Journal of Food Microbiology 94, 223-253.
16. Burt S. Essential oils: their antibacterial properties and potential. International Journal of Food Microbiology 94. 2004;223-253.
17. Juliantina F R, Citra D A, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo E T. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen Antibakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI-Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2009.
18. Suranintyas S, Siswomihardjo W, Maryati N. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Air dan Etanol Kulit Batang Azadirachta indica terhadap Penghambatan Pertumbuhan Streptococcus mutans. M.I. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Volume 23. 2008.
19. Ngajow M, Kamu V S, Abidjulu J. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In vitro. Jurnal MIPA UNSRAT Online 2. 2013;128-132.
20. Hayati K. Efek Antibakteri Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Staphylococcs aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis (Penelitian In Vitro). Melalui
http://repository.usu.ac.id/handle/123 456789/21766. Diunduh tanggal 2 September 2014.
21. Jiang L. Comparison of disk diffusion, agar dilution, and broth microdilution for antimicrobial susceptibility testing of five chitosans. Doctoral dissertation Louisiana State University; 2011. 22. Sundaram M, Sivakumar, Karthikeyan,
Bguvaneshwari, Aishwarya, Thirumalai, Pennarasi. Studies on in vitro antibacterial, antifungal property and Antioxidant Potency of Murraya
(2)
paniculata.Pakistan Journal of Nutrition 10. 2011;925-929.
23. Astarina N W G, Astuti K W, Warditiani N K. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana; 2013.
(3)
34
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A., Hakim, E. H., Makmur, L., Syah, Y. M., Juliawaty, L. D., & Mujahidin, D. 2013. Ilmu Kimia dan Kegunaan Jilid II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O., Oono, T., & Iwatsuki, K. 2001. Antibacterial action of several tannins against Staphylococcus aureus. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 487-491.
Alitheen, N. B., Ng, M. K., Yeap, S. K., Abdulhadi-Noaman, Y., & Cheah, Y. K. 2012. Bioactivity studies and chemical constituents of Murraya paniculata (Linn) Jack. International Food Research Journal 19(4), 1307-1312.
Anonim. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Volume 2. Jakarta: Badan POM RI.
.
Astarina, N. W. G., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana
Bauman, R. W. 2009. Microbiology: With Diseases by Body System. England: Pearson Eduaction, inc.
Bruneton, J. 1999. Pharmacognosy, Phytochemistry, Medicinal Plants. Paris: Lavoisier Publishing Inc.
Burt, S. 2004. Essential oils: their antibacterial properties and potential. International Journal of Food Microbiology 94, 223-253.
Dewoto, H. R. 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume 57, 205-211.
Frankhauser, D. B. 2007. Microbial Growth Requirements and media. Retrieved June 21, 2014, from http://biology.clc.uc.edu/fankhauser/Labs/Microbiology. Geol, R. K., Gautam, M. K., Gangwar, M., Nath, G., & Rao, C. V. 2012. In-vitro
antibacterial activity on human pathogens and total phenolic, flavonoid contents of Murraya paniculata Linn. leaves. Asian Pacific Journal of Tropical. Biomedicine, 1660-1663.
(4)
35
Gunardi & S, Kartika., D. 2007. Profil Kromatogram dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack Terhadap Bakteri Escherichia coli secara In Vitro. Universitas Diponegoro.
Hayati, K. 2011. Efek Antibakteri Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Staphylococcs aureus Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis (Penelitian In
Vitro). Retrieved September 2, 2014, from
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21766
Hogg, S. 2005. Essential Microbiology. England: John Wiley & Sons Ltd.
Hutapea, J. R. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 2. Jakarta: Bakti Husada.
Jawetz., Melnick., & Adelberg. 2007. Medical Microbiology 24th edition. United
States: The McGraw-Hill Companies.
Jiang, L. 2011. Comparison of disk diffusion, agar dilution, and broth microdilution for antimicrobial susceptibility testing of five chitosans. Doctoral dissertation Louisiana State University.
Juliantina, F.R., Citra, D. A., Nirwani, B., Nurmasitoh, T., & Bowo, E. T. 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen Antibakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI-Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.
Kayser, F. H., Bienz, K.A., Eckert, J., & Zinkernagel, R.M. 2005. Medical Microbiology. New York: Thieme.
Krihariyani, D., SSBU, Djoko., & Erywiyatno, L. 2012. Pengaruh Madu Terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes. Analis Kesehatan Sains Vol. 01, 30-37. Lamb, A. J., & Chusnie, T. T. 2005. Antimicrobial activity of flavonoids.
International Journal of Antimicrobial Agents 26, 343-356.
Longo, D. L., Kasper, D. L., Jameson, J. L., Fauci, A. S., Hauser, S. L., & Loscalzo, J. 2012. Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition. US: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Levinson, W. 2006. Review of Medical Microbiology and Immunology 6th Edition. New York: McGraw Hill Professional.
(5)
36
Madigan, T., Martinko, John. M., Stahl, David. A., Clark, Davd. P. 2011. Brock
Biology of Microorganisms 13th Edition. San Fransisco: Pearson.
Mahon, C. R., Lehman, D. C., & Manuselis, G. 2007. Textbook of Diagnostic Microbiology 3rd Edition. China: Elsevier.
Makkar, H. P. S. 2003. Effect and fate of tannis in ruminant animals, adaptation to tannins, and strategies to overcome detrimental of feeding tannin-rich feeds. Austria: Vienna.
Mangunwardoyo, W., Cahyaningsih, E., & Usia, T. 2008. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Meniran (Phyllantus niruri L.). Jurnal Obat Bahan Alam, Vol 7, 54-61.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Murray, P. R., Baron, E. J., Pfaller, M. A., Tenover, F. C., & Yolken, R. H. 1995. Manual of Clinical Microbiology 6th Edition. Washington D.C: ASM Press. Nursanty, R., & Zumaidar. 2010. Potensi Antibakteri Beberapa Tumbuhan Obat
Tradisional . Unsyiah Darussalam-Banda Aceh.
Nurtjahyani, S. D. 2012. Transformasi DNA Plasmid Salmonella typhi resisten kloramfenikol ke kultur Salmonella typhi sensitif kloramfenikol. Prospektus Jurnal Ilmiah Unirow Tuban Vol 10, 2.
Ngajow, M., Kamu, V. S., & Abidjulu, J. 2013. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus secara In vitro. Jurnal MIPA UNSRAT Online 2, 128-132.
Nogrady, N., Gado, I., Fekete, P. Z., & Paszti, J. 2005. Chlorampenicol resistance
genes in Salmonella enterica subsp. enterica serovar Typhimurium isolated
from human and animal sources in Hungary. Vet. Med – Czech Original
Paper, 164-170.
Paembonan, I. L. T. 2012. Efek Serbuk Daun Kemuning (Murraya paniculata L.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol LDL Serum Mencit Jantan (Mus musculus) Galur Swiss Webster Yang diberi Asupan Tinggi Kolesterol. Retrieved December 31, 2014, from http://repository.maranatha.edu/2706/.
(6)
37
Pfoze, N. L., Kumar, Y., Myrboh, B., Bhagobaty, R. K., & Joshi, S. R. 2011. In vitro antibacterial activity of alkaloid extract from stem bark of Mahonia manipurensis Takeda. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(5), 859-861.
Radji, M. 2009. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Ajar Mahasiswa Farmasi & Kedokteran. Jakarta: EGC.
Setiabudy, R. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sundaram, M., Sivakumar., Karthikeyan., Bguvaneshwari., Aishwarya., Thirumalai., & Pennarasi. 2011. Studies on in vitro antibacterial, antifungal property and
Antioxidant Potency of Murraya paniculata.Pakistan Journal of Nutrition 10,
925-929.
Suranintyas, S., Siswomihardjo, W., & Maryati, N. 2008. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Air dan Etanol Kulit Batang Azadirachta indica terhadap Penghambatan Pertumbuhan Streptococcus mutans. M.I. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Vol.23.
Todar, K. 2012. Pathogenic E.coli. Retrieved September 12, 2014, from http://textbookofbacteriology.net/e.coli.html
Utami, P. 2013. Diet Aman & Sehat Dengan Herbal. Jakarta: FMedia.
Welinder-Olsoon, C. & Kaijser, B. 2005. Enterohemorrhagic Escherichia coli. Scandinavian Journal of Infectious Diseases, 406-416.
Xiang, Jiu. Li. 2013. Kamuning. Retrieved November 9, 2014, from http://www.stuartxchange.com/Kamuning.html