Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan Jumlah Produk Cacat Jaket Kulit di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

(1)

v

ABSTRACT

Garment industry has great potential to grow and compete. Competition will be intense in the increasing number of companies. Quality is the things that can become a weapon to win the competition in the market. Based on this analysis, the aim of this study was to observing the role quality control in order to minimize defects leather jacket in Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

The quality control currently conducted by company was by establish standard of product defects that did not exceed 4% of the amount of product produced. While in this research used descriptive analysis that explains and describes the calculations from data collected, which later formed by u control chart. Result analysis showed the presence of the defective product in amount beyond the policy quoted by the company.

The result of product defect cause by using Cause and Effect Diagram, show that the main cause of defective product is human factors, machines, materials, methods and environments.


(2)

vi

ABSTRAK

Industri Garmen memiliki potensi yang besar untuk berkembang dan bersaing. Persaingan akan semakin ketat dengan semakin banyaknya perusahaan. Kualitas dapat menjadi senjata untuk memenangkan kompetisi di pasar. Berdasarkan analisis tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran pengendalian kualitas dalam upaya meminimalkan produk cacat jaket kulit di Perusahaan Konfeksi Sukahati II.

Pengendalian kualitas yang saat ini dilakukan perusahaan ialah dengan menetapkan standar produk cacat yang tidak melebihi 4% dari jumlah produk yang dihasilkan.Sedangkan dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif yang menjelaskan dan memaparkan penghitungan dari data yang terkumpul, yang kemudian dibentuk peta kendali u. Hasil analisis memperlihatkan adanya produk cacat dalam jumlah melebihi batas kebijakan yang ditetapkan perusahaan.

Hasil penelusuran terhadap penyebab kecacatan produk dengan menggunakan Diagram Sebab-Akibat, memperlihatkan bahwa penyebab utama kecacatan produk adalah faktor manusia, mesin, material, metode dan lingkungan.

Kata Kunci: Pengendalian Kualitas, Produk Cacat, Peta Kendali u, Diagram Sebab-Akibat.


(3)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR …... ... vii

DAFTAR ISI ... . x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi ... 8

2.2 Pengendalian ... 9

2.3 Kualitas ... 10

2.4 Dimensi Kualitas ... 11

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas ... 12


(4)

xi

2.7 Tujuan Pengendalian Kualitas ... 14

2.8 langkah-langkah Pengendalian Kualitas ... 15

2.9 Biaya Kualitas ... 15

2.10 Statistical Quality Control (SQC) ... 20

2.11 Statistical Process Control (SPC) ... 22

2.12 Peta Kendali ... 23

2.12.1 Peta Kendali Variabel ... 25

2.12.2 Peta Kendali Atribut ... 26

2.13 Alat Bantu Pengendalian Kualitas ... 30

2.14 Uji Kecukupan Data ... 35

2.15 Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.3 Tahapan Penelitian ... 42

3.3 Lokasi dan Lamanya Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaaan ... 44

4.2 Pengendalian Kualitas yang dilakukan Perusahaan ... 47

4.3 Data Produksi Perusahaan ... 49

4.4 Batas Peta Kendali u Pada Perusahaan ... 52

4.5 Peta Kendali u Pada Perusahaan ... 55

4.6 Analisis Peta kendali ... 61


(5)

xii

4.8 Analisis Menggunakan Diagram Pareto... 62 4.9 Analisis Menggunakan Diagram Sebab Akibat ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 71 5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Two Ways Quality Improves Profitability ... 4

Gambar 2.1 Peta Kendali (Control Chart) ... 23

Gambar 2.2 Diagram Sebab-Akibat ... 31

Gambar 2.3 Check Sheet ... 32

Gambar 2.4 Diagram Pareto ... 33

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran ... 38

Gambar 4.1 Operation Process Chart Pembuatan Jaket Kulit ... 47

Gambar 4.2 Peta Kendali u Jumlah Produk Cacat ... 56

Gambar 4.3 Peta Kendali u Jumlah produk Cacat ... 61

Gambar 4.4 Diagram Pareto Jenis dan Persentase Cacat ... 64


(7)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Contoh Data Diagram Pareto ... 33

Tabel IV.1 Jumlah Produk yang Dihasilkan ... 51

Tabel IV.2 Batas Kendali ... 55

Tabel IV.3 Jumlah Produk Cacat ... 57

Tabel IV.4 Batas Kendali ... 60

Tabel IV.5 Jenis Cacat dan Jumlah Produk Cacat ... 63


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri garmen akan selalu berkembang dengan berjalannya waktu. Produk yang dihasilkan oleh industri garmen mempunyai potensi yang besar untuk bersaing (Majalah Kina, 2011). Potensi bersaing didapatkan dari inovasi yang terus berkembang dalam industri garmen. Diferensiasi produk yang dihasilkan industri garmen, menjadikan salah satu alasan industri garmen berkembang agar tidak mudah disaingi oleh produk serupa dari pengusaha lain. Selain persaingan yang ada di Indonesia, kini diberlakukannya ASEAN and China Free Trade Agreement (ACFTA) menjadikan perusahaan di Indonesia terus berusaha untuk tetap mempertahankan pangsa pasarnya. Secara mudah, ASEAN and China Free Trade Agreement (ACFTA) adalah sebuah perjanjian antara negara-negara di ASEAN dan China untuk memungkinkan perdagangan (ekspor-impor) antar Negara anggota ASEAN dan China. Kesepakatan ini dimulai dari tanggal 1 Januari 2010. Konsekuensi dari adanya perjanjian tersebut adalah pembukaan pasar dalam negeri secara luas untuk dapat dimasuki barang-barang industri dari negara yang ikut dalam perjanjian tersebut. Persaingan tersebut mempunyai kemungkinan baik dan buruk bagi Indonesia. Produk-produk yang tercantum dalam perjanjian tersebut akan lebih mudah masuk ke Indonesia karena adanya penghapusan tarif cukai untuk waktu tertentu, begitu pula sebaliknya, produk dari Indonesia pun akan lebih mudah memasuki pasar luar. Dalam surat kabar Bisnis Indonesia tanggal 9 April 2011 disebutkan: “Baja, kosmetika, produk


(9)

2

tekstil, mainan anak, sepatu dan lampu adalah beberapa produk yang masuk dalam ASEAN and China Free Trade Agreement (ACFTA)”. Selain itu, kemungkinan terburuk yang akan dialami oleh Indonesia adalah pasar atau industri manufaktur Indonesia tidak dapat menyaingi produk-produk yang masuk ke Indonesia. Hal ini akan mengakibatkan produk-produk China yang masuk akan menggerus industri lokal yang dinilai berdaya saing dengan harga jual yang rendah. Beberapa pelaku industri mengatakan bahwa mereka merasa optimis dengan adanya perjanjian tersebut yang berarti meningkatkan kesempatan bagi mereka untuk memperluas pasar, namun sebagian menjadi cemas karena mereka menyadari bahwa pasar mereka akan dibanjiri produk-produk China yang terkenal murah, terutama tekstil, garmen dan aksesori. (okezone.com, 5 April 2010)

Selain persaingan yang terjadi dengan pasar luar negeri yang memasuki Indonesia, ada juga persaingan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Perusahaan akan selalu bersaing dengan ketat dan sehat agar dapat terus tumbuh di dunia industri. Setiap perusahaan akan berusaha menciptakan produk yang lebih baik lagi daripada kompetitornya. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu membuat produk sesuai dengan standar kualitas tertentu.Menjaga kualitas produk akan menjadi senjata yang ampuh untuk memenangkan kompetisi di pasar. Siapa yang tidak tahu, bahwa kualitas adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk membeli suatu produk atau jasa. Menurut Manahan Tampubolon, kualitas atau mutu adalah kemampuan suatu produk, baik itu barang atau jasa untuk memenuhi keinginan pelanggannya. Sehingga setiap produk atau jasa selalu dipacu untuk memenuhi mutu yang diminta pelanggan melalui pasar (Tampubolon,2004; 82). Dari penjelasan diatas, maka perlu ditegaskan kembali


(10)

3

bahwa kualitas adalah salah satu hal yang membawa dampak besar bagi perusahaan dan pelanggan.

Produk atau jasa yang dihasilkan dan sudah sesuai standar perusahaan, tidak lantas diterima di pasar atau selalu memenuhi keinginan dan standar konsumen. Untuk diterima di pasar, maka perusahaan harus selalu berusaha menjaga kualitas, melakukan pengendalian dan perbaikan kulitas secara terus-menerus. Tidak hanya di perusahaan yang menghasilkan produk, perusahaan yang menghasilkan jasa juga memerlukan pengendalian kualitas. Perusahaan akan berusaha meningkatkan kualitas daripada menurunkan biaya yang berdampak pada menurunnya kualitas produk atau jasa perusahaan tersebut. Seperti yang dijelaskan Sumayang (2003; 265), yaitu setiap perusahaan baik yang menghasilkan produk maupun jasa harus menjaga kualitas yang baik agar kegiatan operasi perusahaannya dapat berjalan dengan lancar dan efisien. Penetapan mutu produk dapat dimulai sejak awal proses produksi, yaitu dengan cara menggunakan bahan baku (material) yang berkualitas. Perbaikan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan suatu perusahaan akan berdampak positif bagi perusahaan yaitu peningkatan kualitas produk dan jasa ke arah yang lebih baik. Peningkatan kualitas akan berdampak baik bagi perusahaan dan pelanggan. Ketika ada produk cacat yang dihasilkan, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk memperbaiki atau mengganti produk cacat tersebut. Pelanggan akan mempunyai loyalitas yang tinggi kepada perusahaan yang kualitas hasil produksinya yang baik dan terjaga. Pada akhirnya, kualitas yang terus menerus diperbaiki akan membantu perusahaan dalam peningkatan profitnya. Uraian diatas dapat dilihat lebih jelas dalam gambar di bawah ini.


(11)

4

Gambar 1.1 Two Ways Quality Improves Profitability

Sumber : Heizer & Render, Operation Management, 2004, 7th ed.

Perusahaan konfeksi Sukahati II yang berada dikota Bandung ini merupakan perusahaan konfeksi yang memproduksi jaket kulit sintetik. Bahan baku utamanya adalah kulit sintetik yang terbuat dari perpaduan kulit dan bahan lubrikan. Bahan kulit sintetik perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung diperoleh dari supplier yang berada di kota Bandung juga. Supplier tersebut merupakan rekanan perusahaan sejak pengusaha masih belum mendirikan perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung. Produk jaket kulit buatan perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung dipasarkan ke beberapa kota besar di Pulau Jawa seperti Bandung, Jakarta dan Surabaya. Selain itu juga, banyak produk jaket kulit yang dibuat atas dasar pesanan.

Menurut pemilik perusahaan, walaupun karyawan serigkali diingatkan agar berhati-hati dalam bekerja, supaya hasil jaket kulit yang dihasilkan bagus (jahitan rapi, bahan tidak kusut, sablon rapi), namun sering terjadi kecacatan

Improved Increased

Reduced Cost

• Increased Productivity

• Lower rework & scrap costs

• Lower warranty cost Sales Gain

• Improved Response

• Higher Prices


(12)

5

produk. Oleh karenanya, pihak perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung perlu melakukan tindakan-tindakan perbaikan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam rangka melakukan tindakan perbaikan, perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya variasi kualitas produk yang dihasilkan perusahaan, kemudian dicarikan solusinya dan selanjutnya hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi yang berjudul “Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan

Jumlah Produk Cacat Jaket Kulit di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.”

1.2 Identifikasi Masalah

Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung bergerak di bidang Garmen yang menghasilkan jaket kulit. Produk yang dihasilkan harus dapat dipertahankan dan meningkatkan kualitas produknya agar produknya dapar bersaing di pasar, tetapi pada kenyataannya perusahaan seringkali menjumpai jaket yang dihasilkan cacat, seperti bahan jaket kulit yang berlubang, ada sisa benang yang tertinggal di jaket, atau cacat sablon seperli pecah atau terkelupas, sehingga jaket tidak sesuai lagi dengan spesifikasi standar kualitas yang telah ditetapkan pihak manajemen perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung, dengan demikian permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana kegiatan pengendalian kualitas yang telah dilaksanakan oleh Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung selama ini?

2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya produk cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II ?


(13)

6

3. Sejauh mana peran aplikasi peta kendali “u” dapat meminimalkan produk cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kegiatan pengendalian kualitas yang telah dilaksanakan oleh Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung selama ini.

2. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya produk cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

3. Mengetahui peran aplikasi peta kendali “u” dapat meminimalkan produk cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai penerapan teori pengendalian kualitas untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya kualitas dalam proses produksi serta mencoba menerapkannya di Perusahaan Konfeksi Sukahati II.

2. Bagi perusahaan yang diteliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang membantu dalam penentuan kebijakan perusahaan dalam pengendalian kualitas agar dapat meminimalkan jumlah produk cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung.


(14)

7

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya pengetahuan para pembaca.


(15)

71

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Perusahaan Konfeksi Sukahati II merupakan konfeksi yang bermula dari usaha kecil-kecilan yang sekedar memenuhi pesanan pelanggan. Perusahaan yang memproduksi jaket kulit ini melakukan pengendalian kualitasnya didasarkan pada pemeriksaan terhadap bahan baku dan barang jadi, yaitu dengan melihat kerapihan jahitan, outline sablon dan kemulusan kulit setelah proses produksi selesai dilakukan. Setelah dilakukan penelitian mengenai pengendalian kualitas dengan judul“ Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan Jumlah Produk

Cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung”, maka kesimpulan yang

didapat antara lain:

1. Pengendalian kualitas yang dilakukan di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung adalah dengan menggunakan standar produk cacat pada setiap proses produksi sebesar 4%. Selain itu, pengendalian di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung ini hanya dilakukan pada produk barang jadi. Sehingga ketika ada cacat pada produk, baru ditindaklanjuti setelah proses produksi selesai.

2. Penyebab terjadinya produk cacat ditinjau dari faktor, yaitu:

a. Faktor Manusia (Masalah pribadi, ceroboh/Lupa, Lelah/ KeadaanFisik) b. Faktor Mesin (Kurangnya maintenance, mesin rusak, mesin terlalu


(16)

72

c. Faktor Metode (Salah penempatan, Instruksi yang tidak jelas) d. Faktor Material (Pewarna tekstil habis, Kualitas pewarna tidak baik) e. Faktor Lingkungan (internal dan eksternal yang mengganggu

konsentrasi)

3. Hasil menggunakan peta kendali u memperlihatkan hasil pengendalian kualitas. Sebelum menggunakan peta kendali u jumlah produksi total pada Juli 2011 hingga Juli 2012 adalah 5900 jaket dengan jumlah cacat sebanyak 166 jaket. Setelah menggunakan peta kendali “u” yang seragam, jumlah produksi total pada Juni 2011 hingga Juli 2012 menjadi 5156 jaket dan jumlah produk cacat sebanyak

129 jaket. Jenis cacat yang paling dominan adalah cacat sablon, cacat jahit dan

cacat bahan. Hasil penelusuran jenis cacat yang dominan dengan menggunakan diagram pareto adalah jenis cacat sablon yaitu 79 jaket atau persentase sebesar

47.59% dengan persentase kumulatif sebesar 47.59%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh pihak perusahaan konfeksi Sukahati II Bandung guna mengatasi masalah pengendalian kualitas produksi, yaitu:

1. Prosedur atau proses penyablonan perlu dituangkan secara tertulis

2. Karyawan diberi breafing khususnya karyawan bagian penyablonan sesuai dengan prosedur yang ada


(17)

73

3. Karyawan diberi arahan tentang kualitas produk terkait dengan kemampuan produk yang berkualitas dapat memenangkan persaingan di pasar, yaitu melakukan loyalitas konsumen terhadap perusahaan.

4. Untuk pekerja harian, sebaiknya diusahakan agar para pekerja harian yang dipakai adalah pekerja harian yang pernah bekerja sebelumnya di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung atau dengan kata lain diambil orang yang tetap sebagai pekerja harian. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat proses pengerjaan pembuatan jaket kulit karena pekerja harian sudah berpengalaman sebelumnya.

5. Karena adanya perbedaan persepsi kualitas antara konsumen dan produsen, maka perlu diingat bahwa kualitas merupakan suatu dimensi yang mampu mempertahankan produk berkompetisi dengan kompetitor. 6. Peta kendali u dapat dilanjutkan pemakaiannya oleh perusahaan, untuk

melihat seberapa jauh perusahaan telah berhasil mengendalikan kualitas produknya.

7. Peta kendali “u” dapat digunakan selanjutnya oleh perusahaan untuk melihat seberapa jauh standar perusahaan dalam proses produksi, melihat penyimpangan yang terjadi dan melihat proses produksi yang dalam batas kendali perusahaan.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D. W. 2003. Manajemen Kualitas. Ghalian Indonesia: Jakarta.

Ariani, Dorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik. Andi Offset: Yogyakarta.

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

file:///G:/Its Time Quality Control.htm

Feigenbaum, Arman V. 2004. Total Quality Control. 4rd edition revised. McGraw Hill Company: New York.

Fryman, Mark. A. 2002. Quality And Process Improvement. Delmar Thomson Learning. Columbia Circle. Heizer, Jay and Barry Render. 2001. Manajemen Operasi. SalembaEmpat: Jakarta.

Gaspers, Vincent. 2002. Total Quality Management. 4th edition. John Willey & Sons.Inc.

Heizer, Jay and Barry Render. 2004. Operations Management : New Chapter on E-Commerce. 7th Edition. Prentice Hall, Inc: New Jersey.

Heizer, Jay and Barry Render. 2008. Operations Management. 9th Edition. Prentice Hall, Inc: New Jersey.

Heizer, Jay and Barry Render. 2009. Manajemen Operasi. Edisi 9. (Diterjemahkan oleh: Chriswan Sungkono). Salemba Empat: Jakarta.

Meryani, Andina. 2010. April, Impor Indonesia NaikHingga 5,12%. Okezone5 April 2010 diakses dari http://economy.okezone.com/read/2010

Mizuno, Shigeru. 1994. Pengendalian Mutu Perusahaan Secara Menyeluruh. (Diterjemahkan oleh : T. Hermaya). Pustaka Binaman Presindo: Jakarta. Montgomerry, D. C. 2001. Introduction to Statistical Quality Control. John Wiley

and Son’s: New York.

Orchid, Ayu. Sukses Memanfaatkan Celah Pasar Ekspor yang Lukuratif. Kina- Karya Indonesia (Media Ekuitas Produk Indonesia). Ed. 3-2011, h. 35. Russell, Roberta S and Bernard W. Taylor. 2002. Operations Management. 4th


(19)

Schroeder. Roger G. 2007. Operations Management: Contemporary Concept & Cases. 3rd Edition. McGraw-HillBook Co.: New York.

Stevenson. William J. 2005. Operations Management.8th Edition.Mc.Graw-Hill Book Co: Singapore.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung.

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumardjono. 1997. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian : Sebuah Panduan Dasar. 2nd ed. Gramedia: Jakarta.

Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manjemen Produksi & Operasi. Salemba Empat: Jakarta.

Tampubolon, M.P. 2004. Manajemen Operasional (Operational Management). Salemba Empat: Jakarta.

Tjiptono Fandy. Dan Diana Anastasia. 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi. Andi : Yogyakarta.

Adminkepri. “Tujuh produk akan dievaluasi dalam ACFTA”. [berita] Bisnis Indonesia. 9 April 2011.

Jogiyanto, 2010.Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE: Yogyakarta. Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas. Ekonosia: Yogyakarta. www.google.com. http://1.bp.blogspot.com/, Minggu, 30 Desember 2012


(1)

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperkaya pengetahuan para pembaca.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Perusahaan Konfeksi Sukahati II merupakan konfeksi yang bermula dari usaha kecil-kecilan yang sekedar memenuhi pesanan pelanggan. Perusahaan yang memproduksi jaket kulit ini melakukan pengendalian kualitasnya didasarkan pada pemeriksaan terhadap bahan baku dan barang jadi, yaitu dengan melihat kerapihan jahitan, outline sablon dan kemulusan kulit setelah proses produksi selesai dilakukan. Setelah dilakukan penelitian mengenai pengendalian kualitas dengan judul“ Peran Pengendalian Kualitas untuk Meminimalkan Jumlah Produk

Cacat di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung”, maka kesimpulan yang

didapat antara lain:

1. Pengendalian kualitas yang dilakukan di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung adalah dengan menggunakan standar produk cacat pada setiap proses produksi sebesar 4%. Selain itu, pengendalian di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung ini hanya dilakukan pada produk barang jadi. Sehingga ketika ada cacat pada produk, baru ditindaklanjuti setelah proses produksi selesai.

2. Penyebab terjadinya produk cacat ditinjau dari faktor, yaitu:

a. Faktor Manusia (Masalah pribadi, ceroboh/Lupa, Lelah/ KeadaanFisik) b. Faktor Mesin (Kurangnya maintenance, mesin rusak, mesin terlalu


(3)

c. Faktor Metode (Salah penempatan, Instruksi yang tidak jelas) d. Faktor Material (Pewarna tekstil habis, Kualitas pewarna tidak baik) e. Faktor Lingkungan (internal dan eksternal yang mengganggu

konsentrasi)

3. Hasil menggunakan peta kendali u memperlihatkan hasil pengendalian kualitas. Sebelum menggunakan peta kendali u jumlah produksi total pada Juli 2011 hingga Juli 2012 adalah 5900 jaket dengan jumlah cacat sebanyak 166 jaket. Setelah menggunakan peta kendali “u” yang seragam, jumlah produksi total pada Juni 2011 hingga Juli 2012 menjadi 5156 jaket dan jumlah produk cacat sebanyak

129 jaket. Jenis cacat yang paling dominan adalah cacat sablon, cacat jahit dan

cacat bahan. Hasil penelusuran jenis cacat yang dominan dengan menggunakan diagram pareto adalah jenis cacat sablon yaitu 79 jaket atau persentase sebesar

47.59% dengan persentase kumulatif sebesar 47.59%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh pihak perusahaan konfeksi Sukahati II Bandung guna mengatasi masalah pengendalian kualitas produksi, yaitu:

1. Prosedur atau proses penyablonan perlu dituangkan secara tertulis

2. Karyawan diberi breafing khususnya karyawan bagian penyablonan sesuai dengan prosedur yang ada


(4)

73

3. Karyawan diberi arahan tentang kualitas produk terkait dengan kemampuan produk yang berkualitas dapat memenangkan persaingan di pasar, yaitu melakukan loyalitas konsumen terhadap perusahaan.

4. Untuk pekerja harian, sebaiknya diusahakan agar para pekerja harian yang dipakai adalah pekerja harian yang pernah bekerja sebelumnya di Perusahaan Konfeksi Sukahati II Bandung atau dengan kata lain diambil orang yang tetap sebagai pekerja harian. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat proses pengerjaan pembuatan jaket kulit karena pekerja harian sudah berpengalaman sebelumnya.

5. Karena adanya perbedaan persepsi kualitas antara konsumen dan produsen, maka perlu diingat bahwa kualitas merupakan suatu dimensi yang mampu mempertahankan produk berkompetisi dengan kompetitor. 6. Peta kendali u dapat dilanjutkan pemakaiannya oleh perusahaan, untuk

melihat seberapa jauh perusahaan telah berhasil mengendalikan kualitas produknya.

7. Peta kendali “u” dapat digunakan selanjutnya oleh perusahaan untuk melihat seberapa jauh standar perusahaan dalam proses produksi, melihat penyimpangan yang terjadi dan melihat proses produksi yang dalam batas kendali perusahaan.


(5)

Ariani, D. W. 2003. Manajemen Kualitas. Ghalian Indonesia: Jakarta.

Ariani, Dorothea Wahyu. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik. Andi Offset: Yogyakarta.

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

file:///G:/Its Time Quality Control.htm

Feigenbaum, Arman V. 2004. Total Quality Control. 4rd edition revised. McGraw

Hill Company: New York.

Fryman, Mark. A. 2002. Quality And Process Improvement. Delmar Thomson Learning. Columbia Circle. Heizer, Jay and Barry Render. 2001. Manajemen Operasi. SalembaEmpat: Jakarta.

Gaspers, Vincent. 2002. Total Quality Management. 4th edition. John Willey &

Sons.Inc.

Heizer, Jay and Barry Render. 2004. Operations Management : New Chapter on

E-Commerce. 7th Edition. Prentice Hall, Inc: New Jersey.

Heizer, Jay and Barry Render. 2008. Operations Management. 9th Edition.

Prentice Hall, Inc: New Jersey.

Heizer, Jay and Barry Render. 2009. Manajemen Operasi. Edisi 9. (Diterjemahkan oleh: Chriswan Sungkono). Salemba Empat: Jakarta.

Meryani, Andina. 2010. April, Impor Indonesia NaikHingga 5,12%. Okezone5 April 2010 diakses dari http://economy.okezone.com/read/2010

Mizuno, Shigeru. 1994. Pengendalian Mutu Perusahaan Secara Menyeluruh. (Diterjemahkan oleh : T. Hermaya). Pustaka Binaman Presindo: Jakarta. Montgomerry, D. C. 2001. Introduction to Statistical Quality Control. John Wiley

and Son’s: New York.

Orchid, Ayu. Sukses Memanfaatkan Celah Pasar Ekspor yang Lukuratif. Kina- Karya Indonesia (Media Ekuitas Produk Indonesia). Ed. 3-2011, h. 35. Russell, Roberta S and Bernard W. Taylor. 2002. Operations Management. 4th


(6)

Schroeder. Roger G. 2007. Operations Management: Contemporary Concept &

Cases. 3rd Edition. McGraw-HillBook Co.: New York.

Stevenson. William J. 2005. Operations Management.8th Edition.Mc.Graw-Hill

Book Co: Singapore.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung.

Sukmadinata, Syaodih Nana. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sumardjono. 1997. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian : Sebuah Panduan Dasar. 2nd ed. Gramedia: Jakarta.

Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manjemen Produksi & Operasi. Salemba Empat: Jakarta.

Tampubolon, M.P. 2004. Manajemen Operasional (Operational Management). Salemba Empat: Jakarta.

Tjiptono Fandy. Dan Diana Anastasia. 2001. Total Quality Management, Edisi Revisi. Andi : Yogyakarta.

Adminkepri. “Tujuh produk akan dievaluasi dalam ACFTA”. [berita] Bisnis Indonesia. 9 April 2011.

Jogiyanto, 2010.Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE: Yogyakarta. Yamit, Zulian. 2001. Manajemen Kualitas. Ekonosia: Yogyakarta. www.google.com. http://1.bp.blogspot.com/, Minggu, 30 Desember 2012