Suatu Penelitian Mengenai Penyusunan Model Kompetensi Guru Akselerasi di lembaga Pendidikan SMA ”X” Kotamadya Bandung.

(1)

ABSTRAK

Belum adanya kejelasan mengenai kompetensi yang dibutuhkan lembaga pendidikan SMA”X” Kotamadya Bandung terkait dengan peran guru akselerasi yang belum memahami tuntutan tugas yang dibebankan kepadanya dan adanya penilaian bahwa guru belum menunjukkan unjuk kerja yang sesuai dengan harapan dan tujuan dari pelaksanaan kelas akselerasi melatarbelakangi penelitian yang berjudul ”Suatu Penelitian Mengenai Penyusunan Model Kompetensi Guru Akselerasi di Lembaga Pendidikan SMA ”X” Kotamadya Bandung”. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh model kompetensi guru akselerasi yang diperlukan dan sesuai di lembaga pendidikan SMA”X” Kotamadya Bandung.

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian survey. Diawali dengan penyusunan kuesioner model kompetensi dan memberikan kuesioner tersebut kepada Kepala Sekolah,Manajer Akselerasi dan guru akselerasi SMA”X” yang berjumlah 4 orang. Hal ini dilakukan guna memperolah model kompetensi yang mewakili kebutuhan dan harapan dari SMA’X” Kotamadya Bandung. Adapun penyusunan item dari generic model kompetensi dari Spencer, dilakukan pula obeservasi dan wawancara kepada sejumlah responden guna mendapatkan data/informasi penting lainnya yang dapat digunakan dalam penyusunan kuesioner model kompetensi ini.

Kuesioner Model Kompetensi mengacu pada generic model kompetensi kelompok helping and human service professional dari Spencer (1993) yang terdiri dari 14 kompetensi dengan memodifikasi atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari SMA”X” Kotamadya Bandung. Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh hasil bahwa ke 14 kompetensi acuan dari Spencer memiliki kesesuaian atau relevansi dengan kebutuhan akan kompetensi yang diperlukan bagi guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA”X” Kotamadya Bandung dengan mengembangkan beberapa indikator perilaku yang mewakili gambaran tugas, tuntutan peran dan karateristik dari guru akselerasi tersebut. Selanjutnya kompetensi tesebut pun dikelompokkan berdasarkan bobot dari tingkat relevansi dengan excellent performance pada guru akselerasi menjadi sangat diperlukan (absolutely essential) dan diperlukan (essential). Kompetensi yang termasuk dalam kelompok sangat diperlukan ((absolutely essential) adalah self control dan conceptual thinking. Kompetensi yang termasuk dalam kelompok diperlukan (essential) adalah Self Confidence, Interpersonal Understanding, Professional Expertise, Customer Service Orientation, Analytical Thinking, Initiative, Developing Others, Other Personal effectiveness, Team Work and Cooperation, Flexibility, Impact and Influences dan Directiveness/assertiveness.

Adapun saran bagi lembaga pendidikan SMA”X” Kotamadya Bandung adalah menggunakan model kompetensi sebagai acuan untuk melakukan seleksi dan penilaian kinerja serta mengadakan pelatihan yang dibutuhkan guna pengembangan kompetensi. Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang berkaitan dengan profile kompetensi, menentukan pelatihan yang relevan dengan kompetensi yang ada dan melakukan penelitian model kompetensi lainnya pada tingkatan pendidikan yang berbeda.


(2)

ABSTRACT

The ambiguity of teacher’s competencies happening in Bandung City’s ‘SMA “X”’ is largely seen due to the teacher’s role that is believed to be unfit to understand the tasks and demands needed to perform accelerative teaching, as well as poor work performance. The then-surfacing problems related to the ambiguity, is used as background issues for this research entitled “A Study About Developing of Acceleration Teacher’s Competence Models in Bandung City’s SMA ‘X’”. The goal for this study is to obtain competency models fit and in-need for the city’s SMA ‘X’.

Method used for the study is case study; in which started by developing competency models questionnaire and handing out them to the Principal, Acceleration Class Manager, and the teachers for acceleration class, in all total 4 teachers. This is necessary to gather needs and hopes of SMA ‘X’. In developing items for the competency questionnaire, other than referring to Spencer’s Generic Competency Models, researches also gather information through observation and interviews to numbers of respondents to collect data/information needed to develop the questionnaire.

The Competence Models Questionnaire used here is taken from the Helping and Human Service Professional group from Generic Competency Models by Spencer (1993), adding modifications to adjust to the native conditions. After the analysis data, it is found that Spencer’s competency models have matched needs from SMA ‘X’. Next, the competencies are gathered to groups based on differing criteria related with job, with degrees ranging from Absolutely Essential to Essential. The competencies grouped in Absolutely Essentials are Self Control and Conceptual Thinking. In the Essential group are Self Confidence, Interpersonal Understanding, Professional Expertise, Customer Service Orientation, Analytical Thinking, Initiative, Developing Others, Other Personal Effectiveness, Team Work and Cooperation, Flexibility, Impact and Influences and Directiveness/Assertiveness.

Suggestion to be given to the city’s SMA ‘X’ is to use the competency models as reference to conduct selection and work assessment, to do training as means to develop competency continuously. This study is hoped to be use as reference to the next study about competency profiling, to chose which training is best with the existing competency, and to do research about competency models in different level of education.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... ... 14

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... ... ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN PUSTAKA ... 16

2.1.1 Kompetensi ... 16

2.1.1.1 Pengertian Kompetensi ... 16

2.1.1.2 Hubungan Kompetensi dengan Kinerja ... 21

2.1.1.3 Pengkategorian Kompetensi ... 22


(4)

2.1.1.7 Dimensi Kompetensi ... ... 26

2.1.1.8 Judul dan Deskripsi Kompetensi ... 29

2.1.1.9 Kelompok Kompetensi (Cluster) ... 30

2.1.1.10 Model Kompetensi Guru ... 31

2.1.1.11 Metode Penyusunan Model Kompetensi ... 36

2.1.1.12 Bentuk Dasar Pengukuran Kompetensi ... 38

2.1.1.13 Metode Pengembangan Kompetensi ... 39

2.1.2 Aspek Organisasi dari Mengajar ... 40

2.1.2.1 Sekolah Ditinjau dari Sudut Pandang Sebagai Tempat Bekerja ... 40

2.1.2.2 Hal-Hal yang Berkaitan dengan Efektifitas Sekolah ... 41

2.1.2.3 Keterampilan Organisasi Bagi Guru ... 42

2.1.3 Akselerasi ………..………... 43

2.1.3.1. Pengertian Program Percepatan Belajar (Akselerasi) ……… 43

2.1.3.2 Landasan Filosofis Program Percepatan Belajar (Akselerasi) ……….……… 45

2.1.3.3 Tujuan Program Akselerasi ……… … . 49

2.1.3.4 Penyelenggaraan Sistem Percepatan Kelas (Akselerasi) ……….….. 50

2.1.3.5. Ciri-Ciri Anak Yang Berbakat Intektualitas …….. 53

2.2 Kerangka Pemikiran ……….………. 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……….. 75


(5)

3.5 Validitas Alat Ukur ……….. 83

3.6 Metode Pengumpulan Data ………….……… 86

3.7 Metode Analisis ………. 86

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……… 88

4.1.1 Gambaran Responden ………. 88

4.1.2 Model Kompetensi ……….……… 88

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ……….………. 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 109

5.2 Saran ………. 110

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Data Mentah Hasil Kuesioner Model Kompetensi Sementara (Data Kuantitatif)

LAMPIRAN 2 : Matrik Hasil Kuesioner Model Kompetensi Sementara LAMPIRAN 3 : Data Tambahan (Data Kualitatif)

LAMPIRAN 4 : Survey Model Kompetensi LAMPIRAN 5 : Model Kompetensi (sementara)


(7)

Suatu Penelitian Mengenai Penyusunan Model Kompetensi

Guru Akselerasi di lembaga Pendidikan SMA ”X” Kotamadya

Bandung

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan sumber daya manusia berkualitas tersebut menjadi tanggungjawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, inovatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. Oleh karenanya dimasa sekarang ini, begitu banyak instansi pendidikan dengan menerapkan berbagai gaya pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

Setiap siswa-siswi memiliki karakteristiknya masing-masing. Dalam karakter siswa-siswi tersebut terdapat siswa-siswi dengan kebutuhan khusus. Dahulu penanganan ini difokuskan pada siswa-siswi yang memiliki kekurangan yang menjadi tantangan untuk mengikuti pelajaran. Saat ini, pendidikan di Indonesia semakin


(8)

berkembang dan mulai memperhatikan siswa-siswi yang memiliki kelebihan baik sisi intelektual, kreativitas, leadership, maupun kemampuan khusus lainnya dalam visual maupun seni. Siswa-siswi tersebut merupakan anak yang membutuhkan penanganan khusus. Definisi siswa-siswi berbakat yang digunakan di Indonesia mengikuti Renzulli yang mendefinisikan anak berbakat dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata, tingkat kreativitas yang tinggi dan task commitment yang memadai. Pendidikan Indonesia mengenal anak berbakat dengan sebutan ”Siswa Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa” (CIBI). Sesuai dengan kelebihan yang dimiliki, dalam pengajaran siswa CIBI memiliki kebutuhan yang berbeda dibandingkan dengan siswa lainnya. Kebutuhan ini dapat diakomodir dengan strategi akselerasi, enrichment, atau mempelajari hal baru (novelty). Kurikulum yang berlaku di Indonesia menggunakan strategi akselerasi.

Menurut Felhusen, Proctor dan Black (2006:2), akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa-siswi terhadap sekolah, mendorong siswa agar mencapai potensi akademis yang baik dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat. Agar siswa-siswi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa-siswi, dengan menggunakan kurikulum yang berdifersifikasi, yaitu kurikulum standar


(9)

yang diimprovisasi alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa-siswi. Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdifersifikasi dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi). Dengan sistem percepatan kelas (akselerasi), siswa-siswi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi pada tiap jenjang pendidikan, namun dalam kurun waktu yang lebih singkat. Misalnya jenjang SMA yang kurang dari tiga tahun, namun seluruh target kurikulum diselesaikan tanpa harus meloncat kelas. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 026-Des’2002 ).

Kelas akselerasi ini memang sudah menjadi program pemerintah, karena adanya temuan studi terhadap 20 SMU unggulan di Indonesia yang menunjukkan 21.75 % siswa-siswi SMU hanya mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada taraf dibawah rata-rata, sedangkan mereka yang tergolong anak memiliki potensi dan kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9.7 % (Reny H., dkk, 1998). Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 4 yang berbunyi, "Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus". Penyelenggaraan kelas akselerasi ini sebagai terobosan baru dalam dunia pendidikan yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaannya yang pada saat ini memang terbatas bagi anak-anak yang berbakat, serta pelaksanaanya baru disekolah-sekolah favorit di tiap-tiap daerah yang dianggap


(10)

mampu dan berkompeten untuk melaksanakan progam akselerasi.

Salah satunya yang dilakukanya oleh SMA “X” di kotamadya Bandung ini, sebagai salah satu sekolah yang terbilang favorit dengan menempati urutan passing grade yang dapat diperhitungkan diantara Sekolah Menengah Atas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran dari sekolah tersebut dapat menghasilkan lulusan siswa-siswi yang berhasil, baik dari segi prestasi maupun kualitas pendidikannya. Masyarakat pun memiliki penilaian yang positif terhadap sekolah tersebut dengan tingginya minat dan harapan dimana putra-putri mereka dapat menjadi bagian dari sekolah tersebut. Sekolah SMA”X” pun menyusun visi dan misi yang merupakan landasan pengajaran bagi siswa-siswinya. Adapun Visi dari SMA “X” Kotamadya Bandung adalah : Mewujudkan Sekolah Bertaraf Internasional yang berwawasan kebangsaan dengan berdasarkan pada iman dan taqwa. Sedangkan Misi dari SMA “X” Kotamadya Bandung adalah 1). Membentuk watak dan kepribadian siswa yang bermartabat dan berjiwa kebangsaan. 2). Mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. 3). Pusat pengembangan pendidikan Iptek, Seni, Budaya yang unggul. 4).Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas sekolah sebagai pusat pengembangan pendidikan berdasarkan standar nasional dan global. 5). Memberdayakan peran serta stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan memiliki daya saing global berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).


(11)

Begitu pula halnya guna memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari setiap karakteristik siswa-siswi yang ada, maka pihak sekolah pun mengadakan kelas akselerasi bagi siswa-siswinya. Sekolah pun mengadakan seleksi yang diperuntukkan bagi siswa-siswi yang dinilai layak masuk ke kelas akselerasi. Adapun persyaratan yang diberikan adalah IQ minimal 130, test akademik dengan nilai minimal 75, lulus penilaian tes kreatifitas dan komitmen dengan kategori baik serta interview baik bagi calon siswa-siswi dan orangtua. Untuk itu sekolah pun melakukan penyaringan dengan bantuan profesi psikolog guna mendapatkan calon siswa-siswi akselerasi yang memenuhi persyaratan tersebut. Sarana dan prasarana belajar program akselerasi dirancang untuk mampu memenuhi kebutuhan siswa berbakat akademik tinggi dalam kerangka mengembangkan potensinya. Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana fisik bangunan beserta instrumennya maupun sarana dan sumber belajar yang berbasis teknologi tinggi (multimedia). Begitupula yang diupayakan sekolah SMA”X” dalam penyediaan sarana dan prasarana belajar program akselerasi seperti ruangan kelas yang memadai, akses internet, sarana praktikum dan berbagai sarana lain yang menunjang minat dari siswa-siswi akselerasi tersebut

Salah satu aspek pendukung lainnya yang tak kalah pentingnya dalam keberhasilan proses belajar mengajar adalah penyediaan SDM dalam hal ini adalah guru pengajar. Guru memegang peranan penting disamping keluarga bagi perkembangan anak didiknya, sebagai lingkungan sosial inti kedua bagi anak dengan


(12)

banyaknya waktu interaksi yang dihabiskan anak bersama lingkungan sekolah didalam keseharian mereka. Guru dapat dikatakan sebagai seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar menarik, aman, nyaman serta kondusif dikelas. Guru akselerasi adalah guru yang terbaik berdasarkan kriteria tertentu seperti pengalaman mengajar, prestasi, tingkat pendidikan yang dipersyaratkan, dan telah dipersiapkan untuk mengajar siswa akselerasi. Adapun tipologi guru berdasarkan buku pedoman (Depdiknas: 2003) adalah guru yang berkarakter sebagai berikut, yaitu: (1) adil dan tidak memihak, (2) sikap koperatif demokratis, (3) fleksibel, (4) memiliki rasa humor, (5) menerapkan penghargaan dan pujian, (6) minat yang luas, (7) memberi perhatian pada masalah siswa, dan (8) penampilan dan sikap menarik. Adapun peryaratan yang diberikan dalam proses seleksi bagi pengajar kelas akselerasi di SMA “X” adalah minimal pendidikan S1, pengalaman mengajar minimal 7 tahun, menguasai bidang pelajaran tertentu dan memiliki kepribadian yang baik. Sebagai guru pengajar kelas akselerasi pun tentunya dibutuhkan gaya pendekatan dan metode pengajaran yang berbeda dengan kelas regular pada umumnya, mengingat siswa-siswi akselerasi merupakan pelajar dengan kebutuhan khusus.

Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi alternatif yang relevan, di samping bertujuan untuk memberikan pelayanan


(13)

pendidikan sesuai dengan potensi siswa, juga bertujuan untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat pada strategi klasikal-massal. Adapun perbedaan pedekatan dan metode pengajarannya dari kelas reguler adalah terletak dari waktu belajar yang lebih cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan pada jenjang pendidikannya. Untuk itu walaupun secara kurikulum/silabus bahan dari suatu mata pelajaran tertentu tetaplah sama namun diberikan dengan sistem “pemadatan”. Guru diharapkan memiliki metode pengajaran yang bervariatif dan dinamis mengikuti kebutuhan khusus yang dimiliki dari peserta didiknya yang menduduki kelas akselerasi.

Keberadaan guru ditengah-tengah siswa-siswi diharapkan dapat mencairkan kebekuan dan kejenuhan belajar siswa-siswi. Kemudian berubah menjadi suasana belajar yang menyenangkan serta dapat melahirkan semangat optimis sehingga pada gilirannya keluaran pendidikan formal (sekolah) dapat memenuhi tuntutan pendidikan yang mampu berkompetisi dengan perkembangan ekonomi dan bukan akan menjadi beban ekonomi baik sekarang maupun masa dating. Oleh karena itu guru akselerasi harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya serta senantiasa melakukan penyesuaian secara terus menerus sesuai dengan dinamika pendidikan dan perkembangan ekonomi.

Berdasarkan wawancara pada Manager Program Akselerasi SMA “X” Kotamadya memberikan penilaian bahwa secara potensi anak didik yang lulus seleksi


(14)

akselerasi memang telah dinilai memiliki potensi yang memuaskan untuk menjalankan program percepatan (akselerasi). Secara fasilitas dan sarana pendukung pun telah disiapkan guna memperlancar proses belajar mengajar di kelas akselerasi. Kendala utama adalah menyiapkan SDM yang memang masih dinilai belum sepenuhnya memiliki kompetensi yang memadai untuk mendukung kelancaran proses belajar di akselerasi. Sekolah memang tidak dengan bebas melakukan rekruitmen dari luar area sekolah disamping masalah kebijakan pemerintah dimana telah ditentukan penempatan dan penyebaran guru akselerasi disekolah-sekolah yang ada, masalah biaya pun menjadi kendala lain yang muncul. Disamping itu dikhawatirkan akan ada pergejolakan lain di internal guru sendiri jika masih mendatangkan guru akselerasi dari luar area yang ada. Sejak awal guru akselerasi yang dinilai memenuhi persyaratan yang ditetapkan diatas, telah diberikan beberapa pengarahan mengenai harapan dan kebutuhan dari pengembangan kelas akselerasi ini sendiri.

Namun dalam prakteknya, secara keseluruhan mereka pun belum sepenuhnya dapat memenuhi target yang ditetapkan. Diantaranya adalah mengenai pemahaman akan akselerasi itu sendiri dimana adanya pemadatan dan percepatan pemberian materi pengajaran namun tetap memperhitungkan masalah kebutuhan dan karateristik dari siswa-siswi itu sendiri. Pada kenyataannya, penyajian metoda pembelajaran pun belum sepenuhnya diarahkan sesuai karateristik dari siswa-siswi akselerasi tersebut.. Guru akselerasi hanya sebatas memberikan materi dengan rentang watu yang lebih


(15)

dipercepat saja. Belum ditemukannya aspek “pembeda” antara metoda pengajaran kelas regular dengan kelas akselerasi ini sendiri. Hal ini pun dirasakan pada beberapa siswa-siswi akselerasi mengenai hambatan yang dirasakan menyangkut penilaian terhadap guru pengajar diantaranya adalah proses pengajaran yang dinilai tidak sistematis, guru akselerasi lebih banyak memberikan penjelasan dibandingkan latihan soal yang memudahkan mereka memahami materi, beberapa tugas dirasakan sulit tanpa penjelasan yang memadai dan materi yang tidak sama dengan ujian nasional. Disamping itu para guru akselerasi lebih berorientasi pada hasil akhirnya, adalah menyiapkan siswa-siswi akselerasi untuk siap dan lulus ujian nasional saja sehingga tujuan utama untuk menciptakan penerus bangsa yang kreatif dan memiliki nilai lebih dimasa mendatang belum menjadi fokus mereka. Pihak sekolah pun menilai guru akselerasi belum dapat memperhatikan masalah potensi intelektual yang dimiliki para siswa-siswi sehingga materi yang diberikan pun hanya sebatas penyampaian sesuai dengan kurikulum pengajaran yang telah ada dalam batasan yang ditetapkan.

Disamping masalah yang berkaitan dengan perkembangan kognitif dari siswa-siswi akselerasi, lingkungan sekolah pun tetap harus memperhitungkan aspek perkembangan lainnya yaitu emosional dan sosial. Mereka tetap layaknya seorang remaja pada umumnya yang penuh dengan gejolak dalam rentang usianya saat ini. Dengan beban tugas dan belajar yang menuntut mereka untuk lebih banyak menghabiskan waktu senggang dengan kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran


(16)

disekolah sebagai konsekuensi dari persyaratan jikamana mereka menunjukkan penurunan prestasi belajar maka mereka akan dikembalikan kekelas regular. Hal ini pun berpengaruh pada aktifitas dan keterampilan sosial mereka. Akan muncul sejumlah permasalahan penerimaan sosial seperti perasaan ditolak, diasingkan, merasa dan dinilai “eksklusif” oleh teman sebaya dikarenakan perbedaan perlakuan dari sekolah. Sepatutnya seorang guru akselerasi pun menunjukkan kepekaan akan perkembangan remaja dari siswa-siswi yang mereka bina sebagai bagian dari kesehariannya. Permasalahan-permasalan yang siswa-siswi alami pun akan berdampak pada keberhasilan mereka dalam menempuh studinya saat ini, juga kematangan dan kesiapan dalam memasuki tahapan perkembangan selanjutnya.

Memang permasalahan diatas tidak dapat sepenuhnya menjadi tanggungjawab guru semata dikarenakan secara sistem pun sekolah belum menyiapkan proses penilaian kinerja dari guru akselerasi tersebut berdasarkan kompetensi yang seharusnya mereka miliki. Sampai saat ini pihak sekolah belum menyusun kompetensi-kompetensi yang memiliki relevansi dengan kebutuhan dari pengadaan kelas akselerasi ini sendiri. Dimana sekolah lebih banyak mempercayakan guru-gurulah yang secara mandiri akan menentukan rencana kerja sesuai dengan harapan dan tuntutan yang ada.

Secara ideal memang diperlukan guru akselerasi yang memiliki kompetensi yang tepat guna mencapai target yang ada sesuai dengan pengadaan dari kelas


(17)

akselerasi tersebut. Kompetensi ini dinilai penting terutama yang merujuk pada kemampuan secara umum untuk seorang guru akselerasi dapat menjalankan tugas sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya baik sebagai pribadi, pemenuhan kebutuhan siswa-siswi dan bagian dari instansi pendidikan/organisasi. Hal tersebut yang akan dimunculkan dalam serangkaian perilaku yang harus ditunjukkan seseorang dalam perannya sebagai guru akselerasi dalam rangka mengerjakan tugas dan fungsi suatu jabatan secara kompeten yang akan berkaitan secara relevan dengan kinerja yang akan dicapainya atau dengan kata lain excellent performance yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keberhasilan anak didiknya pula. Kompetensi ini pun tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dari sekolah sebagai instansi pengadaan pendidikan dan juga kebutuhan dari karateristik siswa-siswi akselerasi

Sebagai bahan pertimbangan dari model kompetensi standar dari profesi guru akselerasi itu sendiri, Spencer dijadikan sebagai salah satu panduan untuk mengetahui gambaran kompetensi yang diperlukan. Menurut Spencer (1993) kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik dasar individu yang berhubungan secara langsung dengan kinerja efektif atau superior menurut standar kriteria tertentu yang sudah ditetapkan dalam suatu jabatan atau situasi. Sedangkan model kompetensi merupakan suatu istilah yang merujuk pada himpunan lengkap kelompok-kelompok kompetensi, dimensi-dimensi kompetensi dan indikator perilaku


(18)

(Hay-McBer Spencer & Spencer 1986 dalam Pribadi, 2004).

Menurut Spencer, pekerjaan guru termasuk kedalam kategori helping and human service profesional yang memiliki 14 macam kompetensi yaitu impact and influence (kemampuan membujuk, menyakinkan, mempengaruhi atau mengesankan orang lain agar orang tersebut mendukung dirinya), developing other (kemampuan untuk menggunakan berbagai metode mengajar dan memberi feedback untuk mengembangkan orang lain), interpersonal understanding (kemampuan individu untuk memahami orang lain), self confidence (keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya untuk menyelesaikan sebuah tugas), self control (kemampuan untuk menjaga emosi dalam kendali dan menahan munculnya aksi negatif ketika berhadapan dengan situasi kerja yang stres), other personal effectiveness (kemampuan untuk menyukai orang lain), profesional exspertise (penguasaan pekerjaan yang dikaitkan dengan pengetahuan), customer service orientation (kemampuan untuk menolong atau melayani orang lain, menemukan kebutuhan mereka), teamwork and cooperation (kemampuan untuk bekerjasama secara kooperatif dalam tim), analytical thinking (kemampuan memahami masalah dengan ’memecah’ masalah tersebut dalam bagian-bagian yang lebih kecil), conceptual thinking (kemampuan memahami situasi atau masalah dengan menyusun potongan-potongan masalah tersebut menjadi sesuatu yang lebih besar), initiative (kemampuan untuk bertindak cepat atau melakukan sesuatu tanpa diminta), flexibility (kemampuan


(19)

untuk beradaptasi dan bekerja dalam situasi, individu ataupun kelompok yang bervariasi) dan directiveness/assertiveness (kemampuan individu untuk membuat orang lain menurut). Oleh karenanya 14 macam kompetensi ini dapat dijadikan acuan untuk penyusunan kompetensi guru akselerasi bagi siswa-siswi akselerasi dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan sekolah SMA ”X”.

Dengan menggunakan mengunakan model dan pengukuran kompetensi dapat diperoleh orang yang tepat untuk suatu pekerjaan secara efektif dan efisien. Selain itu dengan mengunakan model kompetensi maka SMA ”X” sebagai salah satu sekolah yang mengadakan kelas percepatan (akselerasi) bagi sejumlah siswa-siswi-nya yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi, dapat dengan sistematis dan konsisten mengidentifikasi jenis keterampilan, pengetahuan dan karakteristik personal yang dibutuhkan guru akselerasi untuk menampilkan excellent performance. Yang selanjutnya bila masih terdapat kompetensi yang belum memenuhi persyaratan maka dapat ditingkatkan melalui proses belajar dan pengalaman. Hal ini cukup memungkinkan mengingat kompetensi dapat ditingkatkan pelatihan dan pengembangan yang relevan (Spencer&Spencer, 1993; Cooper, 2000)

Berdasarkan penjelasan mengenai model kompetensi, maka peneliti tertarik untuk mencari dan menyusun pola/model kompetensi yang tepat bagi sekolah ”X” (dengan mengacu pada model kompetensi dari Spencer).


(20)

1. 2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka ingin diketahui bagaimanakah model kompetensi yang sesuai bagi guru pengajar kelas akselerasi di lembaga pendidikan SMA ”X” di Kotamadya Bandung.

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. 3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh model kompetensi guru akselerasi yang diperlukan dan sesuai di lembaga pendidikan SMA “X” Kotamadya Bandung 1. 3.2 Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui sesuai atau tidaknya model kompetensi dari Spencer bagi guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA “X”

 Untuk memperoleh gambaran mengenai kompetensi guru akselerasi yang dibutuhkan di lembaga pendidikan SMA “X”.

1. 4. Kegunaan Penelitian 1. 4.1 Kegunaan Teoritis

 Memberikan informasi tambahan mengenai kompetensi guru yang dibutuhkan kedalam bidang Psikologi Industri dan Psikologi Pendidikan khususnya pendidikan akselerasi di sekolah menengah atas yang sejenis


(21)

 Memberikan masukan mengenai penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kompetensi guru

1. 4.2 Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi mengenai pengembangan kompetensi yang diperlukan dan relevan dengan kondisi aktual saat ini. Informasi ini pun dapat digunakan sebagai feedback kepada guru yang bersangkutan.

 Memberikan masukan bagi kelayakan guru akselerasi terkait dengan kompetensi ideal yang sesuai di masa mendatang.

 Memberikan masukan bagi perbaikan sistem penilaian kinerja bagi guru terkait dengan peran dan tanggungjawab dilingkup studi akselerasi.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian adalah sebagai berikut :

Generic model kompetensi kelompok helping and human service professional dari

Spencer, memiliki nilai kesesuaian atau relevasi dengan kebutuhan akan kompetensi yang diperlukan bagi guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA’X” dikotamadya Bandung.

 Model kompetensi untuk guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA “X” kotamadya Bandung terdiri dari 14 kompetensi yaitu : Self Control dan Conceptual Thinking (sangat diperlukan/absolutely essential), Self Confidence, Interpersonal Understanding, Professional Expertise, Customer Service Orientation, Analytical Thinking, Initiative, Developing Others, Other Personal effectiveness, Team Work and Cooperation, Flexibility, Impact and Influences dan Directiveness/assertiveness (diperlukan/essential).

 Terdapat perbedaan bobot tingkat relevansi antara kompetensi dengan excellent performance pada guru akselerasi , dimana kompetensi self control dan conceptual


(23)

thinking sebagai kompetensi yang dinilai sangat diperlukan (absolutely essential) sedangkan kompetensi lainnya dari 14 kompetensi tersebut adalah kompetensi yang diperlukan (essential).

5.2 Saran

Bagi lembaga pendidikan SMA “X” dikotamadya Bandung :

 Menggunakan model kompetensi sebagai acuan untuk melakukan seleksi dan penilaian kinerja terhadap guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA “X”.  Menggunakan model kompetensi sebagai bahan untuk mengadakan pelatihan

kepada guru akselerasi yang ada dilembaga pendidikan SMA “X” untuk meningkatkan kompetensinya.

Bagi guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA “X” Kotamadya Bandung :

 Model kompetensi yang didapatkan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan pendukung dari kelancaran proses belajar mengajar.

 Menggali secara aktif serta mandiri akan kebutuhan dari kompetensi yang dirasakan masih memerlukan pengembangan ataupun pelatihan sehingga dapat mengoptimalkan tampilan kinerjanya


(24)

Bagi penelitian selanjutnya

 Dengan menggunkan model kompetensi yang telah ada, melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan profile kompetensi dari guru akselerasi tersebut sehingga bisa didapatkan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan dari kompetensi guru akselerasi SMA “X” Kotamadya Bandung.

 Selanjutnya dapat pula menentukan pelatihan yang relevan dengan kompetensi yang perlu dilatih atau dikembangkan secara lebih lanjut berdasarkan profile yang didapatkan.

 Melakukan penelitian mengenai model kompetensi guru pada lembaga maupun tingkat pendidikan yang berbeda, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih luas mengenai model kompetensi di lingkungan pendidikan.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Clark, Barbara. 1931. Growing up Gifted : Developing The Potential of Children at Home,Fourth Edition. New York, Macmillan Publishing Company.

Freeman, Joan. 1979. Gifted Children. Lancaster,England. MTP Pres Limited Falcon House.

Prihadi, Syaifu F. 2004. Assesment Center : Identifikasi , Pengukuran dan

Pengembangan Kompetensi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Prof.Dr.S.C. Utami Munandar. 1999 : Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi

Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lucia, Anntoinette D. & Richard Lepsinger, 1999. The Art and Science of

Competency Models : Pinpointing Critical Success Factors in Organizations. San Fransisco ; Jossey-Bass/Pfeiffer.

Moh.Uzer Usman,1992. Menjadi Guru Profesional, PT.Remaja Rosdakarya,

Bandung.

R.Palan, Competency Management : Teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi Untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi, PPM,Anggota IKAPI, Jakarta.


(26)

Spencer, Jr., Lyle M & Signe M.Spencer, 1993. Competence at Work : Models for Superior Performance. Canada ; Hond Wiley & Son,Inc.

Santrock, John W, 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja, edisi ke enam.


(27)

DAFTAR RUJUKAN

Drs. Edy Junaedi Sastradiharja, M. Pd., 2002. Konsep dan Penerapan Program

Percepatan Belajar (Akselerasi) Bagi Anak Berbakat Berbakat Intelektual di Sekolah.

Fitriani Yustikasari Lubis, & Fitri Ariyanti Abidin, S.Psi, Psych. Gambaran Aspects of Teaching pada Guru Akselerasi di Jawa Barat.

IRfarazak Blogs. Kompetensi Guru

Ka Yan, 2007. Penyusunan Model Kompetensi Guru di Lembaga Pendidikan

Prasekolah “X” Bandung. Universitas Kristen Maranatha.

Penabur ,2002 Journal Penerapan Program Akselerasi di BPK Penabur Jakarta

Reni Akbar – Hawadi, 2002. Konsepsi, Program Percepatan Belajar bagi Anak

Berbakat Intelektual.

T. Rusman Nulhakim Program Akselerasi Bagi Siswa Berbakat Akademik.

http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/074/j74_07.pdf

Widyastono, dkk. 1991. Rancangan Pengembangan Pendidikan bagi Peserta Didik

yang Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa. Jakarta: Pusbang

Kurrandik Balitbang Depdikbud.

Zaenuddin Kabai, Profesionalisme Guru Dalam Tantangan Akselerasi Dinamika Pendidikan dengan Perkembangan Ekonomi antara Harapan dan Kenyataan.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian adalah sebagai berikut :

Generic model kompetensi kelompok helping and human service professional dari Spencer, memiliki nilai kesesuaian atau relevasi dengan kebutuhan akan kompetensi yang diperlukan bagi guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA’X” dikotamadya Bandung.

 Model kompetensi untuk guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA “X” kotamadya Bandung terdiri dari 14 kompetensi yaitu : Self Control dan Conceptual Thinking (sangat diperlukan/absolutely essential), Self Confidence, Interpersonal Understanding, Professional Expertise, Customer Service Orientation, Analytical Thinking, Initiative, Developing Others, Other Personal effectiveness, Team Work and Cooperation, Flexibility, Impact and Influences dan Directiveness/assertiveness (diperlukan/essential).

 Terdapat perbedaan bobot tingkat relevansi antara kompetensi dengan excellent performance pada guru akselerasi , dimana kompetensi self control dan conceptual


(2)

Universitas Kristen Maranatha thinking sebagai kompetensi yang dinilai sangat diperlukan (absolutely essential) sedangkan kompetensi lainnya dari 14 kompetensi tersebut adalah kompetensi yang diperlukan (essential).

5.2 Saran

Bagi lembaga pendidikan SMA “X” dikotamadya Bandung :

 Menggunakan model kompetensi sebagai acuan untuk melakukan seleksi dan penilaian kinerja terhadap guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA “X”.  Menggunakan model kompetensi sebagai bahan untuk mengadakan pelatihan

kepada guru akselerasi yang ada dilembaga pendidikan SMA “X” untuk meningkatkan kompetensinya.

Bagi guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA “X” Kotamadya Bandung :

 Model kompetensi yang didapatkan dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan pendukung dari kelancaran proses belajar mengajar.

 Menggali secara aktif serta mandiri akan kebutuhan dari kompetensi yang dirasakan masih memerlukan pengembangan ataupun pelatihan sehingga dapat mengoptimalkan tampilan kinerjanya


(3)

Bagi penelitian selanjutnya

 Dengan menggunkan model kompetensi yang telah ada, melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan profile kompetensi dari guru akselerasi tersebut sehingga bisa didapatkan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan dari kompetensi guru akselerasi SMA “X” Kotamadya Bandung.

 Selanjutnya dapat pula menentukan pelatihan yang relevan dengan kompetensi yang perlu dilatih atau dikembangkan secara lebih lanjut berdasarkan profile yang didapatkan.

 Melakukan penelitian mengenai model kompetensi guru pada lembaga maupun tingkat pendidikan yang berbeda, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih luas mengenai model kompetensi di lingkungan pendidikan.


(4)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Clark, Barbara. 1931. Growing up Gifted : Developing The Potential of Children at

Home,Fourth Edition. New York, Macmillan Publishing Company.

Freeman, Joan. 1979. Gifted Children. Lancaster,England. MTP Pres Limited Falcon

House.

Prihadi, Syaifu F. 2004. Assesment Center : Identifikasi , Pengukuran dan

Pengembangan Kompetensi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Prof.Dr.S.C. Utami Munandar. 1999 : Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi

Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lucia, Anntoinette D. & Richard Lepsinger, 1999. The Art and Science of

Competency Models : Pinpointing Critical Success Factors in Organizations. San Fransisco ; Jossey-Bass/Pfeiffer.

Moh.Uzer Usman,1992. Menjadi Guru Profesional, PT.Remaja Rosdakarya,

Bandung.

R.Palan, Competency Management : Teknik Mengimplementasikan Manajemen SDM

Berbasis Kompetensi Untuk Meningkatkan Daya Saing Organisasi, PPM,Anggota IKAPI, Jakarta.


(5)

Spencer, Jr., Lyle M & Signe M.Spencer, 1993. Competence at Work : Models for Superior Performance. Canada ; Hond Wiley & Son,Inc.

Santrock, John W, 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja, edisi ke enam.


(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Drs. Edy Junaedi Sastradiharja, M. Pd., 2002. Konsep dan Penerapan Program

Percepatan Belajar (Akselerasi) Bagi Anak Berbakat Berbakat Intelektual di Sekolah.

Fitriani Yustikasari Lubis, & Fitri Ariyanti Abidin, S.Psi, Psych.

Gambaran Aspects

of Teaching pada Guru Akselerasi di Jawa Barat.

IRfarazak Blogs. Kompetensi Guru

Ka Yan, 2007. Penyusunan Model Kompetensi Guru di Lembaga Pendidikan

Prasekolah “X” Bandung. Universitas Kristen Maranatha.

Penabur ,2002 Journal Penerapan Program Akselerasi di BPK Penabur Jakarta

Reni Akbar – Hawadi, 2002. Konsepsi, Program Percepatan Belajar bagi Anak

Berbakat Intelektual.

T. Rusman Nulhakim Program Akselerasi Bagi Siswa Berbakat Akademik.

http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/074/j74_07.pdf

Widyastono, dkk. 1991. Rancangan Pengembangan Pendidikan bagi Peserta Didik

yang Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa. Jakarta: Pusbang

Kurrandik Balitbang Depdikbud.

Zaenuddin Kabai, Profesionalisme Guru Dalam Tantangan Akselerasi Dinamika Pendidikan dengan Perkembangan Ekonomi antara Harapan dan Kenyataan.