IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI KEIMANAN BERBASIS TASAWUF SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KARAKTER MANUSIA ARIFUN BILLAH DI SMA PONDOK MODERN SUMBER DAYA AT-TAQWA (POMOSDA).

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI KEIMANAN BERBASIS TASAWUF SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KARAKTER MANUSIA

'ARIFUN BILLAH DI SMA PONDOK MODERN SUMBER DAYA AT-TAQWA (POMOSDA) TANJUNG ANOM – NGANJUK – JAWA TIMUR

DISERTASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi untuk Menempuh Gelar Doktor dalam Bidang Pendidikan Umum/Nilai

Konsentrasi Ilmu Pendidikan Agama

Oleh

Fahrudin

NIM 1004771

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN UMUM DAN NILAI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan disertasi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur” beserta seluruh isinya bukan karya tulis yang sudah dibuat oleh orang lain, dan sama sekali saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap mempertanggungjawabkan seluruh isi disertasi, apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya tulis ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya tulis ini.

Bandung, 1 April 2013 Yang membuat pernyataan,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disertasi ini disetujui dan disahkan Tim Promotor untuk Ujian Tahap II (Ujian Terbuka)

Promotor,

Prof. Dr. H. Abdul Majid, M.A.

Ko-Promotor,

Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, M.A.

Anggota Promotor,

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

Mengetahui dan Menyetujui

Ketua Program Studi Pendidikan Umum/Nilai,


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terdapat pada masyarakat Indonesia dewasa ini yang sedang mengalami krisis keimanan, yang berdampak terhadap adanya krisis moral/akhlak, dan krisis ibadah.

Rumusan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai Upaya

Membentuk Karakter Manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya

At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur?” Masalah pokok

tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Apakah tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA? (2) Bagaimanakah program yang dirancang untuk dapat menghasilkan karakter manusia „Arifun Billah dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA? (3) Bagaimanakah proses internalisasi nilai keimanan sebagai upaya agar peserta didik dapat mengenal Allah di SMA POMOSDA?; (4) Bagaimanakah bentuk evaluasi yang dirancang untuk mengukur keberhasilan Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA?

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu pendekatan kualitatif, sedangkan metodenya yaitu metode deskriptip. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu wawancara, pengamatan langsung, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yaitu menggunakan teknik analisis-deskriptif-interpretatif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: (1) Tujuan akhir Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA yaitu mempersiapkan insan masa depan sebagai hamba Allah yang “‟Arifun Billah”; (2) Program yang dirancang dalam Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, yaitu menggunakan program kurikulum berbasis kompetensi yang materinya lebih berorientasi kepada kajian tasawuf, tauhid, dan akhlak; (3) Proses pembelajaran Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan dengan menggunakan pendekatan perpaduan antara kajian ayat secara tematik, kisah-kisah qur‟ani, targhib – tarhib, dan mau‟idhah. Proses internalisasi nilai-nilai keimanan yang dilaksanakan di SMA POMOSDA yaitu melalui cara pemberkahan (talqin) oleh Guru Wasithah, yang di dalamnya ada bai‟at kepada Guru Wasithah dan disertai dengan sumpah dan janji. Proses pembinaan keimanan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan melakukan mujahadah dan riyadhah, melaksanakan amal perbuatan yang mudah dikerjakan oleh gerak dan tingkah lakunya jasad, seperti memperbanyak shalat, memperbanyak puasa, memperbanyak membaca Al-qur‟an serta amal ibadah lainnya, yang harus disertai dengan bagusnya budi pekerti, tazkiyatunnafsi, tashfiyatul qalbi, dan senang bersama-sama saudaranya melakukan hal-hal untuk kepentingan syi‟ar agama Allah. Selain itu, untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah, seorang murid harus memenuhi beberapa dasar, yaitu dasar taubat, dasar

zuhud, dasar qana‟ah, dasar tawakkal „ala Allah, dan dasar uzlah; (4) Bentuk evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA yaitu melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, dan


(5)

ulangan akhir semester, dan pengamatan sehari-hari yang berkaitan dengan akhlak mulia dan kepribadian.

ABSTRACT

This study is motivated by phenomenon found in the Indonesian people who recently are encountering crisis of faith, which impact to present of moral and worship crisis.

Formulation of the main problem in this study is “How is Implementation of Faith Value Education Based on Tasawuf as an Effort to Shape the Character of

„Arifun Billah People at Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA)

High School Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur?”. This main problem is elaborated to some research questions as follows: (1) What is the purpose of Faith Education Based on Tasawuf at POMOSDA High School?; (2) How is the program designed to generate „Arifun Billah character in the Faith Education Based on Tasawuf at POMOSDA High School?; (3) How is the faith value internalization process as an effort so that learners can know Allah at POMOSDA High School?; (4) How is the form of evaluation designed to measure the success of Faith Education Based on Tasawuf at POMOSDA High School?

The approach used in this study is qualitative approach. Techniques used to gather data are interview, direct observation, and documentary study. Analytical technique used is descriptive-analytic technique.

Result obtained from this study are: (1) The ultimate goal of Faith Education is to prepare future people as „Arifun Billah slave of Allah. (2) Programs designed in Faith Education at POMOSDA High School, are using competency based curriculum which the syllabus is self-developed and more oriented to tasawuf, tauhid, and morale study. (3) Learning process Faith Education at POMOSDA High School uses speech, debriefing, discussion, and assignment methods with combination of thematically verse study, qur‟anic stories, targhib – tarhib, and mau‟idhah learning approach, (b) Internalization process of faith values carried out in POMOSDA High School is using blessing (talqin) way by Guru Wasithah, in which there are bai‟at to Guru Wasithah and complemented by oaths and promises. Faith development processes in daily life are doing mujahadah together with the one purpose and ideal comrades, doing charitable deeds which easy done by body movement and behavior, like multiply prayers, multiply fasting, multiply reading al-Qur‟an and other deeds. Furthermore, also have to be accompanied by good attitude, tazkiyatunnafsi, tashfiyatul qalbi, and glad together with comrades doing something to spread Allah religion. To reach circumstance as above, a disciple has to fulfill some basics; these


(6)

are taubat basic, zuhud basic, qana‟ah basic, and tawakal a‟la Allah basic, and uzlah basic. (4) Evaluation forms used to measure success of Faith Education at POMOSDA High School are by daily test, mid-semester test, post-semester test, and daily observation relating to noble character and personality.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Organisasi Disertasi

1 15 16 17 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG PENDIDIKAN NILAI,

PENDIDIKAN KEIMANAN, DAN TASAWUF

A. Hubungan Pendidikan Nilai dengan Pendidikan Umum

1. Makna Pendidikan Nilai

2. Makna dan Tujuan Pendidikan Umum

3. Posisi Pendidikan Nilai dalam Pendidikan Umum

B. Pendidikan Keimanan

1. Tujuan Pendidikan Keimanan

2. Program Pendidikan Keimanan

a. Perencanaan/Silabus Pendidikan Keimanan

b. Substansi Materi Pendidikan Keimanan

1) Makna Iman da Fungsinya

2) Ruang Lingkup Keimanan

3) Makna Tauhidullah

c. Substansi Materi Pendidikan Keimanan Berbasis

Tasawuf

d. Substansi Materi Pendidikan Tasawuf

1) Makna Tasawuf

2) Langkah-langkah Menuju Kehidupan Tasawuf

3) Maqamat (Kedudukan Spiritual) dalam Tasawuf 4) Al-Ahwal (Kondisi Spiritual) dalam Tasawuf

5) Peranan Mursyid dalam Tasawuf

3. Proses Pendidikan Keimanan

a. Proses Pembelajaran Pendidikan Keimanan

b. Metode dan Pendekaan Pendidikan Keimanan

20 20 24 27 28 28 31 31 34 34 36 45 51 58 58 65 69 82 97 98 98 100


(8)

4. Evaluasi Pendidikan Keimanan

C. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian

2. Sumber Data Penelitian B. Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian 2. Tahap-tahap Penelitian

a. Studi Pendahuluan

b. Pengumpulan Data

c. Analisis Data Hasil Penelitian C. Penjelasan Istilah Penelitian

BAB IV MODEL PENDIDIKAN KEIMANAN BERBASIS TASAWUF DI SMA POMOSDA

A. Temuan Hasil Penelitian

1. Tujuan Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA

2. Program Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA

POMOSDA

a. Program Muatan Lokal dan Silabus Pendidikan

Keimanan Berbasis Tasawuf

b. Materi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA

3. Proses Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA

a. Metode dan Pendekatan Pendidikan Keimanan

Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA b. Proses Internalisasi Nilai Keimanan

c. Proses Pembinaan Keimanan di SMA POMOSDA

d. Gambaran Kondisi Keimanan Para Santri Setelah Diberkah

4. Evaluasi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA

POMOSDA

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Ma’rifatullah sebagai Tujuan Akhir Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA

2. Program Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA

106 108 112 114 115 115 117 118 120 121 125 127 127 128 128 133 182 182 185 189 196 198 204 204 218


(9)

a. Silabus Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA

b. Materi Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA

Lain Daripada yang Lain

1) Makna tauhidullah

2) Makna Rukun Iman

3) Makna Rukun Islam

4) Makna Masuk Islam Secara Kaffah

5) Keharusan Adanya Imamah

6) Masalah Dzikir 7) Masalah Shalat

3. Proses Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA

a. Metode dan Pendekatan Pendidikan Keimanan di

SMA POMOSDA

b. Proses Internalisasi Nilai Keimanan di SMA

POMOSDA

c. Proses Pembinaan Keimanan di SMA POMOSDA

d. Kondisi Keimanan Para Santri Berbeda-beda

4. Evaluasi Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA

C. Implikasi Hasil Penelitian terhadap Pendidikan Keimanan di Persekolahan

1. Implikasi Filosofis

2. Implikasi Teoritis-Pedagogis

a. Implikasi terhadap Program Pendidikan di

Persekolahan

b. Implikasi terhadap Kurikulum Pendidikan di

Persekolahan

c. Implikasi terhadap Tujuan Pendidikan di Persekolahan 3. Implikasi Praktis terhadap Pendidikan Keimanan di

Persekolahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

2. Kesimpulan Khusus

B. Rekomendasi

1. Rekomendasi untuk Pengambil Kebijakan Pendidikan dan

Instansi Terkait

2. Rekomendasi untuk Lembaga-lembaga Pendidikan

3. Rekomendasi untuk Guru Pendidikan Keimanan

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 218 229 229 235 242 243 245 256 258 261 261 265 277 285 287 290 290 293 293 295 297 298 301 301 307 308 309 310 311 313


(10)

1. Biodata Peneliti 2. Instrumen Penelitian

3. Data Hasil Wawancara

4. Data Hasil Kajian Dokumen

5. Data Hasil Pengamatan

318 320 326 390 405


(11)

(12)

(13)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini Pendidikan Nilai merupakan salah satu hal baru yang sering dibicarakan dan dianggap menarik dalam dunia pendidikan. Berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya, selama beberapa tahun terakhir ini ketertarikan dan penekanan pada nilai telah dianggap penting dalam dunia pendidikan. Ketertarikan dan aktifitas yang meningkat ini telah mempengaruhi dunia pendidikan, khususnya para pendidik untuk menjadikan Pendidikan Nilai sebagai suatu hal yang sangat penting. Pada dekade terakhir ini terdapat kecenderungan baru di dunia, yaitu munculnya kembali kesadaran terhadap pentingnya nilai dalam kehidupan. Hal ini terjadi secara global yang bisa diindikasikan sebagai salah satu titik balik peradaban manusia. Di mana-mana orang berbicara tentang nilai, dan dalam berbagai kesempatan tema-tema yang terkait dengan masalah nilai banyak dibicarakan. Kedudukan dan peran nilai makin banyak diangkat, termasuk dalam bidang-bidang yang sebelumnya dianggap bebas nilai sekalipun. Misalnya, orang sekarang hampir tidak pernah lagi berbicara tentang sains yang bebas nilai. Bahkan, di kalangan saintis, dalam pengertian ilmu-ilmu alam, sekarang mulai ada rasa malu untuk berbicara tentang ilmu yang bebas nilai. Sekarang mereka hampir setuju untuk mengatakan, bahwa tidak ada yang disebut sains bebas nilai. Hal yang sama juga terjadi pada ilmu-ilmu sosial yang memang karakternya sangat kental bermuatan nilai yang melekat pada budaya. Jarang sekali sekarang ilmuwan sosial yang mengklaim bahwa bidang ilmu atau kajiannya bebas nilai. Di Indonesia, kecenderungan ke arah itu mulai populer di tahun 1970-an dengan berkembangnya pendidikan humaniora, yang kemudian disusul dengan populernya pendidikan nilai (values education). Meskipun pendidikan humaniora sebagai suatu tema pendidikan saat ini tidak lagi populer, secara substansial misi pendidikan humaniora tetap mendapatkan perhatian dalam pendidikan nasional (Mulyana, 2011: i)


(14)

Berbicara masalah nilai, tidak bisa lepas dari masalah nilai-nilai agama. Nilai agama, yaitu suatu nilai yang memiliki dasar kebenaran paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang lainnya, karena nilai ini bersumber dari Tuhan. Berbicara masalah nilai agama juga tidak bisa lepas dari masalah nilai keimanan, karena inti dari agama adalah iman. Di era globalisasi yang dihadapkan kepada berbagai tantangan ini, masalah nilai keimanan merupakan suatu hal yang paling mendasar yang dianggap penting ada pada setiap orang.Pentingnya mengangkat nilai keimanan dalam segala aspek kehidupan, dikarenakan banyak sekali saat ini terjadi pelanggaran nilai, baik nilai moral, nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya dan itu terjadi sebagai akibat dari semakin merosotnya kepedulian manusia akan pentingnya makna nilai dalam kehidupan.

Sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi yang dicirikan oleh derasnya arus informasi dan teknologi ternyata dari satu sisi memunculkan persoalan-persoalan baru yang kerap kita temukan pada diri individu dalam suatu masyarakat. Munculnya kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, antar etnis, banyaknya remaja dan mahasiswa yang terlibat narkoba, penyimpangan seksual, kekerasan, serta berbagai penyimpangan penyakit kejiwaan, seperti depresi, dan kecemasan adalah bukti yang tak ternafikan dari adanya dampak negatif dari kemajuan peradaban manusia yang tidak dilandasi oleh nilai keimanan yang kuat. Hal ini kemudian secara tidak langsung berpengaruh tidak baik terhadap tatanan kehidupan masyarakat.

Iman memegang peranan penting bagi manusia, karena dari iman inilah akan lahir perbuatan dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Al-qur‟an, iman yang kuat itu diibaratkan seperti pohon yang baik yang akarnya tertancap dengan kokoh, dahannya menjulang tinggi ke langit dan dapat menghasilkan buah setiap kali musim. Allah berfirman:

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan

kalimah thayyibah (kalimah tauhid), seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya (QS. Ibrahim: 24-25).


(15)

Dari firman Allah tersebut dapat dipahami bahwa iman yang kuat itu akan akan menumbuhkan suatu sikap istiqamah (teguh pendirian) dalam menghadapi berbagai macam ujian, cobaan, dan tantangan dalam hidup, dan akan melahirkan buah berupa amal shaleh dan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, Pendidikan Keimanan harus menjadi perhatian semua orang, terutama para pendidik. Pentingnya mengangkat nilai keimanan dalam kehidupan ini merupakan suatu wahana yang menjadi penyeimbang terhadap adanya kemajuan dunia yang lebih mementingkan hal-hal yang bersifat materi, tetapi hampa makna, hampa nilai, khususnya nilai keimanan sehingga membuat manusia kehilangan arti kemanusiaannya. Sementara ini, masih sedikit ilmuwan, lembaga, bahkan perguruan tinggi yang mengembangkan pendidikan nilai keimanan sebagai salah satu kajian, padahal lapangan kajian pendidikan nilai keimanan masih luas dan banyak potensi yang dapat digali dan dikembangkan.

Sebagai salah satu cara dalam mengaktualisasikan nilai keimanan, maka nilai keimanan perlu untuk diangkat dan dijadikan sebagai landasan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, perguruan tinggi maupun yang ada di masyarakat, sehingga pendidikan nilai keimanan menjadi bagian integral dalam pendidikan pada umumnya.

Masalah nilai, khususnya nilai keimanan merupakan suatu masalah yang harus menjadi perhatian semua orang di mana saja, baik di dalam masyarakat yang telah maju, maupun di dalam masyarakat yang masih terbelakang, karena rusaknya nilai keimanan seseorang aka mengganggu ketenteraman orang lain. Jika dalam suatu masyarakat banyak yang rusak nilai keimanannya, maka akan hancurlah keadaan masyarakat itu. Sehubungan dengan masalah di atas, Aziz (2008: 1) mengemukakan bahwa: “Kualitas masyarakat muslim di abad ke-21 sekarang ini tidak lebih baik dari abad-abad sebelumnya. Itu suatu bukti bahwa


(16)

kualitas umat Islam sekarang ini tidak pernah mengalami perbaikan secara mendasar”.

Kalau kita perhatikan, umat Islam saat ini banyak yang lupa pada ajaran-ajaran agama mereka, dan itu sebenarnya telah banyak diperingatkan oleh Allah SWT di dalam Al-qur'an. Al-qur'an memperingatkan bahwa banyak orang yang mengaku beriman, tetapi sebenarnya merupakan musuh Islam yang paling tangguh, dan merekalah yang disebut Al-qur'an sebagai orang kafir dan munafiq (QS. 63: 3). Sejalan dengan hal di atas, Quthub (Aziz, 2008: 458) mengemukakan bahwa: “Umat Islam saat ini sedang mengalami krisis iman. Hal itu ditandai dengan banyaknya umat Islam yang melupakan Allah”.

Dengan melihat kondisi umat Islam, wajarlah kalau umat Islam saat ini banyak yang tertimba bencana sebagai bagian dari ujian yang diberikan oleh Tuhan kepada para hamba-Nya. Bahkan, jika kita amati fenomena keadaan masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini, sebagian anggota masyarakat telah banyak terjadi pelanggaran nilai-nilai keimanan atau dapat dikatakan nilai-nilai keimanan masyarakat sudah mulai merosot. Pada kebanyakan orang kepentingan umum tidak lagi menjadi diprioritaskan, akan tetapi kepentingan pribadilah yang ditonjolkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, dan keberanian untuk menegakkan kebenaran telah tertutup oleh penyimpangan-penyimpangan, baik yang terlihat ringan maupun berat; banyak terjadi saling menghasud, saling menfitnah, saling menjilat, saling menipu, berdusta, mengambil milik orang lain seenaknya, dan juga banyak lagi kelakuan-kelakuan pelanggaran nilai keimanan lainnya. Bahkan yang dihinggapi oleh kemerosotan nilai keimanan itu tidak saja orang yang telah dewasa, akan tetapi telah menjalar sampai kepada tunas-tunas muda yang kita harapkan untuk melanjutkan perjuangan membela nama baik bangsa dan negara kita.

Apabila melihat tujuan pendidikan nasional yang terdapat di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3, disebutkan bahwa:


(17)

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Berdasarkan rumusan di atas, dapat dilihat bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional itu memiliki muatan ranah afektif yang berkaitan pendidikan nilai yang porsinya sangat besar yang bermuara pada: (1) manusia yang memiliki iman dan taqwa, (2) manusia yang memiliki akhlak mulia, (3) manusia yang berilmu, cakap, dan kreatif, (4) manusia yang demokratis, dan (5) manusia yang bertanggungjawab.

Berdasarkan UUSPN di atas, seharusnya Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan itu menjadi core pendidikan, tapi kenyataannya tidaklah demikian. Meskipun begitu, hal itu tidaklah amat mengganggu, karena yang menjelaskan pentingnya pendidikan keimanan dan ketakwaan itu terdapat dalam banyak pasal. Dengan banyaknya pasal yang mendukung pentingnya Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan menunjukkan bahwa hal itu amat penting dalam pendidikan nasional (Tafsir, 2010: 156).

Namun demikian, pada tataran implementasi kurikulum pendidikan nasional di sekolah dan perguruan tinggi, bobot pada ranah afektif bila dibandingkan dengan bobot pada ranah kognitif dan psikomotor masih jauh dari harapan. Contoh kongkrit yang mewakili masalah ini adalah bahwa yang terjadi di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi pada umumnya hanyalah bersifat pengajaran yang lebih menekankan kepada aspek kognitif bukan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek nilai. Hal ini dapat dilihat dari struktur kurikulum dan buku teks yang ada di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang secara umum mengesankan seperti tersebut di atas. Akibatnya, tugas guru dan dosen hanya menyampaikan materi pelajaran dengan target tersampaikannya semua materi yang ada dalam buku teks (target pencapaian kurikulum), yang


(18)

konsekuensinya mengukur dan menilai keberhasilan proses pengajarannya hanya dengan tes. Siswa dan mahasiswa yang dianggap berhasil dalam pendidikan adalah siswa yang memiliki ranking dengan rata-rata nilai yang tinggi, sedangkan aspek moral, akhlak dan kepribadian siswa dan mahasiswa hanya sedikit yang disentuh dan tidak dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam kelulusan siswa dan mahasiswa.

Selain daripada itu, bahwa pendidikan di Indonesia terlalu mementingkan pendidikan akademik dan kurang diimbangi pendidikan karakter, budi pekerti, akhlak, moral dan dimensi mental. Apa artinya menghasilkan anak yang pintar, jika tidak dilengkapi dengan karakter yang kuat, budi pekerti yang luhur, akhlak yang mulia, moral dan mentalitas yang tinggi.

Pendidikan di Indonesia memiliki ketidakseimbangan antara pendidikan akademik, pendidikan akhlak/pendidikan nilai dan pendidikan keterampilan. Dari sudut pendidikan nilai, khususnya nilai keimanan sebagaimana yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan di Indonesia dapat dikatakan gagal atau kurang berhasil. Fenomena kegagalan ini misalnya dapat dilihat dari produk pendidikan yang menghasilkan generasi yang kurang hormat pada guru/dosen, orang tua, sering terjadi tawuran, pergaulan bebas, gaya hidup hedonisme, kebarat-baratan (meninggalkan nilai-nilai budaya bangsa) dalam beberapa hal seperti dalam fashion, musik, makanan dan lain-lainnya.

Oleh karena itu, salah satu solusi agar pendidikan nasional bisa mencapai tujuan seperti yang diharapkan dalam UUSPN, yakni manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, hendaklah segera dibuatkan dan disahkan peraturan pelaksanaan Undang-undang itu yang terdiri atas peraturan pemerintah, selanjutnya surat keputusan menteri, dan selanjutnya bila perlu buatkan juga petunjuk taknisnya, dan semuanya itu harus benar-benar sesuai dengan kehendak undang-undang itu.

Kedua, buatkan pedoman yang berisi konsep tentang prosedur teknis pelaksanaan pendidikan keimanan dan ketakwaan itu sebagai lampiran Surat


(19)

Keputusan Menteri dan atau petunjuk teknis. Pedoman yang dimaksud harus dibuat berdasarkan pandangan bahwa pendidikan keimanan dan ketakwaan adalah core pendidikan nasional. Itu berarti tugas menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa itu adalah tugas sekolah, bukan hanya tugas guru agama saja sebagaimana kesan yang timbul selama ini. Lengkapnya, tugas menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa itu sekurang-kurangnya adalah tugas kepala sekolah, semua guru, semua pegawai sekolah, orang tua peserta didik, dan semua lembaga terkait. Ini berarti juga bahwa dalam program sekolah, pendidikan keimanan dan ketakwaan itu mesti terintegrasi dengan keseluruhan program. Pedoman itu, harus juga memperhitungkan karakteristik pendidikan keimanan dan ketakwaan yang dalam beberapa hal sangat khas (Tafsir, 2010: 161).

Kalau dalam sebuah pendidikan ingin menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dua langkah yang disebut di atas mau tidak mau harus dilakukan, karena kita menyadari betul bahwa Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan itu sangat penting. Dari keimanan yang kokoh, maka dapat melahirkan akhlak mulia dan amal shaleh dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari betul bahwa kejayaan negara banyak sekali ditentukan oleh akhlak dan moral warga negara bangsa itu sendiri, dan hendaknya kita juga tidak lupa bahwa keberhasilan penguasaan sains dan teknologi ternyata berkolerasi juga dengan mutu akhlak siswa.

Muncul sebuah pertanyaan, apa yang terjadi dengan pendidikan di Indonesia saat ini. Pendidikan keimanan dan ketakwaan belum mendapatkan porsi seperti yang diharapkan. Pendidikan keimanan dan ketakwaan di sekolah-sekolah belum menjadi tanggungjawab semua pihak yang terkait, mulai dari kepada sekolah, semua guru, dan yang lainnya. Pendidikan Keimanan dan Ketakwaan dibebankan sepenuhnya kepada guru agama yang ada di sekolah tersebut, sehingga lembaga pendidikan belum mencapai hasil yang optimal menjadikan


(20)

manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia sesuai dengan yang tercantum dalam UUSPN.

Pendidikan Keimanan di Indonesia juga belum menyentuh akar permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya manusia tidak beriman kepada Allah dengan seyakin-yakinnya. Pendidikan keimanan di Indonesia baru dapat mengantarkan para siswa untuk percaya kepada Allah, tetapi belum mengantarkan siswa mengenal Allah dengan seyakin-yakinnya, sehingga dapat merasakan kedekatan dengan Allah dan merasakan kehadiran Allah dalam dirinya. Oleh karena itu, disinilah perlunya kita merancang sebuah Pendidikan Keimanan yang berorientasi kepada pembinaan hati atau Pendidikan Keimanan yang berbasis tasawuf yang dapat mengantarkan para siswa menjadi “Al-„Arif Billah”.

Berkaitan dengan pentingnya pembinaan hati, Rasulullah mengemukakan tentang peranan hati bagi manusia, bahwa baik buruknya seseorang itu tergantung kepada apa yang ada dalam hatinya. Beliau bersabda:

Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh perbuatannya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh perbuatannya. Ingatlah, ia itu adalah hati (H.R. Bukhari dan Muslim).

Nabi juga menjelaskan kepada para sahabatnya, bahwa: “Allah tidak melihat seseorang itu kepada jasad dan bentuk tubuhnya, melainkan Allah melihat apa yang ada dalam hatinya” (H.R. Bukhari).

Dari dua Hadits di atas, dapatlah dipahami bahwa betapa pentingnya seseorang itu mempelajari tasawuf, karena dengan tasawuf akan mengantarkan orang tersebut untuk dapat membersihkan hati dari berbagai macam penyakit hati yang ada dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Zaruq (Isa, 2010: 5), bahwa: “Tasawuf adalah ilmu yang bertujuan untuk memperbaiki hati dan memfokuskannya hanya untuk Allah semata”. Juga sejalan dengan pendapat Ujaibah (Isa, 2010: 6), yang menyatakan bahwa: “Tasawuf adalah ilmu yang


(21)

mempelajari tentang tata cara untuk mencapai Allah, membersihkan batin dari semua akhlak tercela dan menghiasinya dengan akhlak terpuji”

Apabila kita melihat kondisi bangsa Indonesia secara umum dewasa ini, dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis keimanan yang berdampak kepada krisis akhlak dan moral. Hal itu terbukti dengan banyak banyaknya pelanggaran-pelanggaran moral yang terjadi dewasa ini mulai dari pelanggaran moral yang ringan sampai dengan pelanggaran moral yang berat, seperti banyaknya tawuran antara pelajar dan mahasiswa, antara suku, adanya pelanggaran asusila, banyak terjadi korupsi dan pelanggaran-pelanggaran moral lainnya. Ini sudah cukup sebagai bukti bahwa banggsa Indonesia sedang mengalami krisis keimanan. Di antara faktor yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kemerosotan nilai moral di tanah air kita ini menurut Daradjat (1971: 48), yaitu: “kurangnya pembinaan mental, kurangnya pengenalan terhadap nilai moral Pancasila, kegoncangan suasana dalam masyarakat, kurang jelasnya hari depan di mata anak muda, dan pengaruh kebudayaan asing”.

Untuk mengatasi krisis nilai moral seperti yang disebutkan di atas, tentunya kita harus bekerja secara sungguh-sungguh, secara intensif, mulai dari pemerintah, pemuka masyarakat, alim ulama, para pendidik dan masyarakat pada umumnya supaya usaha penanggulangan kerusakan nilai moral dapat dilakukan sekaligus dan dapat menjauhkan orang yang masih baik dari wabah penyakit nilai moral itu. Namun begitu, perlu kita sadari bahwa usaha untuk memperbaiki nilai moral itu tidaklah ringan, karena kita berhadapan dengan mental secara keseluruhan. Memperbaiki mental, berarti mengadakan pembinaan kembali terhadap mental yang telah rusak. Perbaikan itu tidak akan berhasil kalau hanya penghilangan gejalanya saja, karena ia akan bersifat sementara. Yang jauh lebih penting dari itu adalah memperbaiki mental yang biasa mendorong kepada perbuatan salah atau tidak baik itu.

Perlu kita ketahui juga, bahwa memperbaiki nilai moral seseorang tidak dapat dengan hanya memberikan nasehat, bujukan atau ancaman, akan tetapi


(22)

harus disertai dengan memperbaiki lingkungan yang menyebabkannya. Oleh karena itu, usaha yang harus dilakukan hendaklah serentak, jangan sampai para pendidik, alim ulama dan orang tua saja yang disuruh memperbaiki dan membina nilai moral masyarakat, sedangkan pihak lain berpangku tangan, bahkan kadang-kadang merongrong dan menghalanginya secara langsung atau tidak langsung.

Supaya usaha penanggulangan kemerosotan nilai moral itu dapat segera berhasil atau sekurang-kurangnya menghilangkan pengaruhnya, maka harus cepat menghentikan gejalanya. Dalam rangka pembinaan selanjutnya harus ada usaha yang sungguh-sungguh dan mendalam agar dapat diselamatkan kembali orang yang telah merosot moralnya itu dan selanjutnya harus dilakukan usaha preventif dan konstruktif.

Selain itu, untuk mengatasi krisis nilai moral tersebut, perlu adanya penanaman nilai-nilai keimanan pada anak-anak sejak dini dan hal itu harus merupakan sesuatu yang diutamakan dalam pendidikan, karena iman merupakan penggerak dan motivator bagi seseorang untuk dapat melakukan amal shaleh dan akhlak yang baik dalam kehidupannya sehari-hari.

Berkaitan dengan pentingnya nilai keimanan, Al-Qarni (2007: 25) menjelaskan bahwa: “Sesungguhnya orang-orang yang paling menderita yaitu mereka yang miskin iman dan mengalami krisis keyakinan”. Memang betul apa yang dikatakan oleh Al-Qarni tersebut, bahwa orang-orang yang tidak beriman itu selamanya akan mengalami kesengsaraan, kepedihan, kemurkaan, dan kehinaan. Tidak ada hal yang bisa membuatnya bahagia, dan menghilangkan kegundahan darinya, selain keimanan yang benar kepada Tuhan semesta alam. Kalau kita perhatikan qisah dalam Al-qur‟an, banyak sekali umat terdahulu yang ditimpa adzab oleh Allah, karena mereka tidak mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga mereka hidupnya mnderita kesengsaraan.

Bahkan kalau kita perhatikan fenomena kehidupan umat manusia saat ini, khususnya orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, di antara mereka ada yang beranggapan bahwa cara yang baik untuk menenangkan jiwa adalah dengan


(23)

bunuh diri. Menurut mereka, bahwa dengan melakukan hal seperti itu akan terbebas dari segala tekanan, kegelapan dan bencana dalam hidupnya. Sungguh menyedihkan orang yang miskin iman, dan betapa dahsyatnya siksa dan adzab yang akan dirasakan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah di akhirat kelak. Oleh karena itu, seyogyanya manusia menerima dengan tulus ikhlas dan mengimani dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan selain Allah. Berkaitan dengan pendidikan keimanan, Sabiq (1990:15) menjelaskan bahwa: “Keimanan itu merupakan keyakinan yang pokok yang di atasnya berdiri syari‟at Islam, dan dari pokok-pokok itu, muncullah cabang-cabangnya”.

Memang betul apa yang dikatakan oleh Sabiq bahwa perbuatan baik dan buruk manusia, ketaatan terhadap syari‟at pada dasarnya merupakan buah yang keluar dari keimanan dan aqidah orang tersebut. Aqidah dan syari‟ah keduanya merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya bagaikan buah dan pohonnya. Dengan adanya hubungan yang erat itu, maka amal perbuatan selalu dirangkaikan penyebutannya dengan keimanan.

Apabila melihat kondisi dan mutu keimanan umat Islam di Indonesia saat ini sungguh sangat memperihatinkan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa umat Islam saat ini sedang mengalami krisis iman. Aziz (2008: 318) mengatakan bahwa: “Krisis ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia itu sesungguhnya berasal dari krisis iman”. Krisis iman di antaranya ditandai dengan banyaknya orang yang lupa pada Allah. Dengan lupa kepada Allah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah dalam Al-qur‟an, akhirnya Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Banyak orang-orang Islam yang hatinya sudah berpenyakit, sudah tertutup untuk menerima kebenaran. Banyak orang-orang Islam yang tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama dalam hidupnya. Al-Qur‟an sudah tidak lagi dijadikan pedoman dalam hidupnya, banyak orang yang menuruti hawa nafsunya, sehingga kemaksiatan merajalela di mana-mana. Dengan adanya krisis iman tersebut telah membuat umat manusia mendapat bencana dari Allah sebagai ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.


(24)

Bencana itu dalam beberapa tahun belakangan dan yang terjadi pada tahun-tahun ini berbentuk bencana yang bertubi-tubi, mulai dari tsunami, gempa bumi, longsor, banjir dan lain-lainnya yang terjadi di berbagai penjuru dunia.

Krisis iman yang terjadi pada masyarakat muslim, khususnya masyarakat Indonesia dapat dilihat dari adanya hal-hal sebagai berikut:

1. Banyak orang yang keliru memahami makna iman. Iman kepada Allah hanya

dimaknai sebatas percaya bahwa Allah itu ada. Padahal iman itu merupakan suatu keyakinan yang mendalam dalam diri seseorang yang disertai dengan pembuktian, sehingga orang tersebut merasakan kedekatan dan kehadiran Allah dalam dirinya.

2. Banyak orang yang percaya kepada hal-hal mistik dan hal-hal yang bersifat tahayul

3. Banyak yang percaya kepada para normal/dukun/tukang ramal dan sejenisnya. Krisis iman yang dijelaskan di atas merupakan suatu yang banyak terjadi pada masyarakat saat ini dan itu merupakan fondasi atau akar dari adanya krisis-krisis yang lainnya yang terjadi di kalangan masyarakat dan para remaja, seperti krisis moral/akhlak, krisis ibadah, dan krisis-krisis lainnya.

Krisis moral sebagai dampak dari kriss iman ditandai dengan banyaknya pelanggaran moral/akhlak yang terjadi di masyarakat, baik yang termasuk kepada pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Contohnya:

1. Pelanggaran moral ringan, seperti: tidak mau patuh kepada orang tua dan guru, sering berkelahi, suka mengeluarkan kata-kata yang kasar, berpakaian tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan lain sebagainya.

2. Pelanggaran moral sedang yang dianggap mengganggu ketenteraman dan keamanan orang lain, seperti: mencuri, menfitnah, menodong, menganiaya, merusak milik orang lain, kebut-kebutan dan lain-lainnya.

3. Pelanggaran moral berat, seperti: korupsi, pembunuhan, perzinaan, homo-seksual, perampokan, dan lain-lainnya.


(25)

Krisis ibadah sebagai dampak dari krisis iman juga banyak terjadi di kalangan umat Islam yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Banyak yang ibadahnya tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. 2. Banyak yang mengabaikan ibadah, padahal ibadah merupkan kewajiban

manusia kepada Allah;

3. Banyak yang melaksanakan ibadah hanya ketika ada waktu luang;

4. Banyak yang melaksanakan ibadah hanya ketika memerlukan sesuatu saja; 5. Banyak yang melaksanakan ibadah di waktu-waktu tertentu saja.

Salah satu penyebab terjadinya krisis keimanan yang berakibat terhadap adanya krisis moral dan krisis ibadah tersebut diakibatkan karena gagalnya Pendidikan Nilai, khususnya Pendidikan Nilai Keimanan di sekolah dan Perguruan Tinggi. Penyebab gagalnya pendidikan nilai keimanan tersebut terletak pada kelirunya pola pembinaan nilai keimanan itu sendiri. Secara umum, pembinaan nilai-nilai keimanan kepada para pelajar dan mahasiswa: (1) lebih banyak menekankan kepada aspek-aspek kognitif, (2) hanya sebatas mengantarkan keyakinan bahwa Allah itu ada dengan mengenal sifat, asma dan

af'al (ciptaan) Nya, tetapi tidak sampai kepada mengenal Dzat-Nya (ma'rifat bi Dzatillah).

Untuk dapat tercapainya target dari pendidikan keimanan, maka perlu adanya suatu bentuk atau pola pendidikan dan pembinaan yang terarah dan terstruktur, karena tanpa adanya pola pendidikan dan pembinaan seperti itu, maka tujuan sulit untuk bisa tercapai. Pola pendidikan dan pembinaan merupakan hal yang paling urgen berkenaan dengan efektifitas hasil pembelajaran, artinya efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran dalam mencapai hasil ditentukan oleh pola yang digunakan dalam perbuatan pendidikan, yaitu proses mendidik dan dididik. Inti dari realitas pendidikan yang terdapat dalam fenomena pendidikan ialah perbuatan pendidikan.

Pola pendidikan dan pembinaan yang dimaksudkan di sini yaitu menyangkut tujuan, program, proses, dan cara evaluasi dan segala sarana dan


(26)

sumber yang mungkin digunakan dalam mencapai tujuan. Dalam proses pendidikan, pola merupakan cara mengelola segala sumber belajar oleh pendidik dalam upaya membantu para pelajar mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya pola yang tepat dalam pendidikan keimanan dalam rangka pembinaan kepribadian sesuai dengan karakter yang diharapkan.

Dalam hal Pendidikan Nilai Keimanan, pola pembinaan menjadi sesuatu aspek yang sangat menentukan dalam mencapai target pendidikan, karena efek yang dimaksudkan tidak berada di dalam objek ajar secara langsung, artinya sebagai instructional effect. Objek ajar dalam Pendidikan Nilai Keimanan bersifat instrumental yang berfungsi sebagai penggoyang, pengguncang dan penggerak jiwa.

Nilai keimanan hanya akan fungsional apabila ia sangup menembus kesadaran nurani terdalam kemanusiaan, sebaliknya nilai keimanan tidak akan fungsional apabila hanya sampai pada ranah kognitif, yaitu sebagai pengetahuan. Oleh karena itu, sasaran pendidikan keimanan lebih berada di balik nilai yang diajarkan itu sendiri, artinya merupakan nurturant-effect dari hasil pembelajaran, yang justeru diperoleh selama proses pembelajaran itu sendiri sedang berlangsung. Dalam hal inilah Pendidikan Nilai Keimanan menjadi berbeda dengan pendidikan lainnya, di mana yang nurturant menjadi tujuan utama dan prioritas, sementara yang instructional menjadi sasaran antara.

Selain masalah pola pendidikan dan pembinaan, juga masalah kurikulum pendidikan keimanan itu sendiri. Menurut Aziz (2008: 320), bahwa: “Kurikulum Pendidikan Keimanan di kita tidak sanggup memaknai arti dan sifat Robbaniyah

ke dalam jiwa anak didik”. Oleh karena itu, cocok sekali apa yang diungkapkan penyair dan pemikir Islam Muhammad Iqbal (Aziz, 2008: 321), yang mengatakan bahwa: “Sekolah-sekolah modern, bisa membuka mata generasi muda untuk memahami berbagai hakikat dan pengetahuan, namun ia tidak mengajarkan matanya bagaimana cara menangis dan tidak mengajarkan hatinya bagaimana supaya bisa khusyu'”.


(27)

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu adanya suatu pola pendidikan dan pembinaan nilai-nilai keimanan yang betul-betul dapat mengantarkan para peserta didik menjadi orang yang beriman kepada Allah dengan seyakin-yakinnya (ma'rifatullah).

Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom –

Nganjuk – Jawa Timur dijadikan objek dalam penelitian ini dengan alasan sebagai berikut:

1. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa Pondok

Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk –

Jawa Timur merupakan salah satu pondok modern yang memiliki pendidikan formal SMA, yang kurikulumnya menggunakan kurikulum perpaduan antara kurikulum Kemendikbud dan kurikulum muatan lokal kepesantrenan. Dalam kurikulum lokal kepesantrenan tersebut ada suatu mata pelajaran “Ke

-Lilmuqarrabinan” sebagai mata pelajaran keimanan (tauhid) berbasis tasawuf,

yang menjadi ciri khas dari pondok ini.

2. POMOSDA) adalah salah satu pondok pesantren yang terkenal dengan Pondok

Sufi yang salah satu tekadnya mendidik para santri agar menjadi hamba yang „Arifun Billah, yakni hamba yang dapat mengenal Jati Diri-Nya Tuhan, sehingga dapat merasakan kedekatan dengan-Nya. Dan berdasarkan pengamatan dalam studi pendahuluan, pondok ini terbukti telah banyak menghasilkan alumni yang memiliki karakteristik seperti tersebut di atas.

3. POMOSDA merupakan sebuah model lembaga pendidikan Islam yang

memadukan antara sekolah dan pesantren, yang sejak awal keberadaannya bertujuan hendak membina individu-individu muslim agar memiliki ciri-ciri kepribadian Islami yang rabbani, yang tampil dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindaknya.

4. POMOSDA merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang dibangun atas dasar idealisme pembinaan karakter, khususnya karakter keislaman yang


(28)

tujuan utamanya adalah membentuk pribadi-pribadi yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, serta memiliki komitmen kuat pada ajaran-ajaran Islam.

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pemikiran-pemikiran logis di atas, dapat dikatakan bahwa masalah nilai, khususnya nilai keimanan adalah masalah yang banyak minta perhatian, terutama para pendidik, alim ulama, pemuka masyarakat dan orang tua. Seringkali kita mendengar keluhan-keluhan, baik dari para orang tua maupun dari para pendidik yang kebingungan menghadapi anak-anaknya yang mengalami pelanggaran nilai, baik nilai moral maupun nilai keimanan yang kini banyak terjadi di kalangan remaja. Usaha untuk menanggulangi masalah kemerosotan nilai moral dan nilai keimanan ini telah banyak dilakukan, baik oleh lembaga keagamaan, pendidikan, sosial maupun instansi pemerintah, namun hasilnya belum menggembirakan bahkan yang terjadi adalah sebaliknya.

Krisis nilai keimanan telah terjadi dimana-mana yang berdampak terhadap adanya krisis akhlak/moral dan juga krisis ibadah. Krisis nilai keimanan itu terjadi di antaranya karena gagalnya pendidikan nilai keimanan di sekolah, yang disebabkan oleh kesalahan dalam memahami konsep nilai keimanan dan kurang tepatnya pelaksanaan pendidikan nilai keimanan di sekolah tersebut.

Pelaksanaan Pendidikan Nilai Keimanan yang berbasis tasawuf di SMA

Pondok Modern Sumber Daya at-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk

Jawa Timur patut dijadikan contoh untuk diterapkan pada pendidikan keimanan di persekolahan di Indonesia, karena Pendidikan Keimanan yang dilaksanakan di SMA POMOSDA merupakan Pendidikan Keimanan yang berbasis tasawuf yang bertujuan agar para santrinya memiliki karakter sebagai orang yang beriman kepada Allah dengan seyakin-yakinnya (arifun billah), sehingga dapat merasakan kedekatan dengan Allah dan merasakan kehadiran Allah dalam dirinya.


(29)

Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah utama dalam penelitian

yaitu: “Bagaimanakah Implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis

Tasawuf sebagai Upaya Membentuk Karakter Manusia „Arifun Billah di SMA

POMOSDA Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur?”

Rumusan masalah utama tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom– Nganjuk–Jawa Timur?

2. Bagaimanakah program yang dirancang dalam Pendidikan Keimanan Berbasis

Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya AtTaqwa (POMOSDA) Tanjung Anom -Nganjuk - Jawa Timur?

3. Bagaimanakah proses yang dilaksanakan dalam Pendidikan Keimanan

Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom Nganjuk Jawa Timur?

4. Bagaimanakah bentuk evaluasi yang dirancang untuk mengukur keberhasilan dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA POMOSDA Tanjung Anom - Nganjuk - Jawa Timur?

5. Bagaimanakah implikasi Pendidikan Keimanan berbasis tasawuf di SMA POMOSDA terhadap Pendidikan Keimanan di persekolahan?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA


(30)

Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom – Nganjuk – Jawa Timur.

Sedangkan secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom– Nganjuk–Jawa Timur.

2. Mengetahui program yang dirancang dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom - Nganjuk - Jawa Timur.

3. Mengetahui proses yang dilakukan dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom - Nganjuk -Jawa Timur.

4. Mengetahui bentuk evaluasi yang dirancang untuk mengukur keberhasilan dalam Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf sebagai upaya membentuk karakter manusia „Arifun Billah di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom - Nganjuk - Jawa Timur.

6. Menemukan implikasi Pendidikan Keimanan berbasis tasawuf di SMA

POMOSDA terhadap Pendidikan Keimanan di persekolahan.

D.Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian tentang implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA ini akan bermanfaat sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai sebuah contoh alternatif bagi lembaga-lembaga pendidikan yang lain di Indonesia, khususnya dalam upaya mencapai tujuan


(31)

pendidikan seperti yang diamanatkan oleh UUSPN yakni menjadikan manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.

2. Dapat memberikan fondasi empirik terhadap pengembangan pendidikan nilai keimaan, baik teoritis maupun praktis, sebagai media pembinaan karakter dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam.

3. Dapat memberikan solusi terhadap sebagian problem yang dihadapi para pendidik, khususnya Pendidikan Nilai Keimanan sebagai upaya membangun karakter bangsa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.

Secara praktis hasil penelitian tentang Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA ini akan bermanfaat sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan contoh oleh guru-guru Pendidikan Keimanan di

sekolah-sekolah, baik di sekolah umum (SMA) maupun sekolah khusus keagamaan (MA), bahwa untuk dapat mencapai hasil Pendidikan Keimanan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yakni manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia itu harus dilandasi oleh nilai-nilai tasawuf yang orientasi kajiannya menekankan kepada masalah kajian hati.

2. Dapat dijadikan contoh oleh guru-guru Pendidikan Keimanan di sekolah-sekolah, baik di sekolah umum (SMA) maupun sekolah khusus keagamaan (MA), khususnya dalam membina keimanan para siswa bahwa untuk dapat mencapai hasil yang optimal dari Pendidikan Keimanan itu harus adanya pembinaan di luar jam pelajaran di kelas dan adanya suatu pembinaan yang terus menerus selama 24 jam dengan adanya pengawasan dari semua pihak, yang solusinya harus berada dalam sebuah asrama.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini terdiri atas lima bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, terdiri atas (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi dan Perumusan Masalah, (3) Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian, (4) Manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian, dan (5) Struktur organisasi disertasi.


(32)

Bab II Kajian Pustaka tentang Pendidikan Nilai Pendidikan Keimanan, dan Tasawuf, yang isinya meliputi: (1) Hubungan Pendidikan Nilai dengan Pendidikan Umum, yang pembahasannya meliputi: (a) Makna Pendidikan Nilai, (b) Makna dan Tujuan Pendidikan Umum, dan (c) Hubungan Pendidikan Nilai dengan Pendidikan Umum; (2) Pendidikan Keimanan, yang isinya meliputi: (a) Tujuan Pendidikan Keimanan, (b) Program Pendidikan Keimanan, (c) Proses Pendidikan Keimanan, (f) Bentuk evaluasi Pendidikan Keimanan; (3) Kajian Penelitian Terdahulu.

Bab III Metodologi Penelitian, yang isinya meliputi: (1) Lokasi dan Sumber Data Penelitian, (2) Desain Penelitian, yang isinya meliputi: (a) Pendekatan penelitian, (b) Metode Penelitian, (c) Tahap-tahap Penelitian.

Bab IV Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), yang isinya terdiri atas: (1) Temuan Penelitian, (2) Pembahasan Hasil Penelitian, (3) Implikasi hasil penelitian.

Temuan hasil penelitian terdiri atas: (1) Tujuan Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (3) Proses Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (4) Bentuk evaluasi Pendidikan Keimanan Berbasisis Tasawuf di SMA POMOSDA.

Pembahasan Hasil Penelitian terdiri atas: (1) Ma‟rifatullah sebagai tujuan Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan Keimanan berbasis tasawuf di SMA POMOSDA, (3) Proses Pendidikan Keimanan berbasis tasawuf di SMA POMOSDA, (7) Evaluasi Pendidikan Keimanan berbasis tasawuf di SMA POMOSDA.

Implikasi hasil penelitian terhadap Pendidikan Keimanan di Persekolahan, yang meliputi: (1) Implikasi filosofis, (2) Implikasi Teoritis-Pedagogis, dan (3) Implikasi Praktis.


(33)

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi. Kesimpulan, isinya meliputi (1) Tujuan Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, (3) Proses Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, (4) Evaluasi Pendidikan Keimanan di SMA POMOSDA, dan (5) Implikasi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA terhadap Pendidikan Keimanan di Persekolahan. Rekomendasi, isinya terdiri atas: (1) Rekomendasi untuk pengambil kebijakan dan instansi kependidikan terkait, (2) Rekomendasi untuk lembaga-lembaga pendidikan, (3) Rekomendasi untuk guru-guru Pendidikan Keimanan.


(34)

112 BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Sumber Data Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Pondok Modern Sumber Daya at-Taqwa (POMOSDA) yang terletak di Jalan KH. Wahid Hasyim Tanjung Anom Nganjuk Jawa Timur. POMOSDA dijadikan lokasi penelitian, karena POMOSDA merupakan salah satu pondok pesantren modern yang kurikulumnya menggabungkan antara kurikulum dari Kemendikbud dengan kurikulum muatan lokal kepesantrenan. Dalam kurikulum muatan lokal kepesantrenan tersebut terdapat mata pelajaran Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf yang diberi nama Ke-Lilmuqarrabinan.

POMOSDA juga mempunyai misi yang berbeda dengan pondok pesantren lainnya, yakni POMOSDA merupakan pondok pesantren modern yang terkenal dengan "Pondok Sufi", di mana selain mengembangkan keilmuan sebagai pendidikan formal yang terdiri atas SMP, SMA, dan STT yang sesuai dengan kurikulum yang sudah baku, juga merupakan pondok pesantren yang mempunyai cita-cita menghasilkan para santri yang "Arifun Billah", yakni santri yang dapat mengenal Jati Diri-Nya Ilahi dengan seyakin-yakinnya, sehingga dapat merasakan kedekatan dengan Allah dan merasakan kehadiran Allah dalam dirinya, serta dapat mengingat-ingat-Nya dalam kehidupan sehari-hari, di mana saja, kapan saja, dan sedang apa saja.

Penyelenggaraan pendidikan di Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) programnya merupakan perpaduan antara sistem pondok dan sistem sekolah sebagai kesatuan sistem yang tidak terpisahkan, yang nilai-nilainya direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sebagai basis kompetensi diri dalam pembentukan kecakapan atau keterampilan hidup.


(35)

Sistem pembinaan yang dibangun di pondok yaitu sistem kekeluargaan. Di pondok, Kyai dan santri atau guru dan murid di waktu siang dan malam dapat bergaul dengan rapat adalah suatu cara pendidikan yang mendalam, berpengaruh dan berjiwa. Di pondok diarahkan dan dibentuk supaya merupakan satu keluarga yang perasaan ruhaninya diliputi oleh rasa “mahabbah birauhillah” yang mendalam agar dapat menimbulkan rasa kekeluargaan yang suci. Sebab, yang hendak dicapai dalam cita-citanya adalah “Suci kang kahesti, luhur kang ginayuh”, meskipun harus menempuh rumpilnya jalan, banyaknya pengorbanan, besarnya cobaan, beratnya sesanggan, tetapi karena menyadari “sampurna wusanane”, maka akan tetap mengokohkan niat dan tekad dalam menjalani dengan madep mantep dibarengi dengan sabar dan tawakkal.

Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa memiliki beberapa unit pendidikan, yaitu (1) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), (2) Madrasah Diniyah, (3) Sekolah Menengah Pertama (SMP) POMOSDA, (4) Sekolah Menengah Atas (SMA) POMOSDA, dan (6) Sekolah Tinggi Teknologi (STT) POMOSDA.

SMA POMOSDA merupakan salah satu unit pendidikan yang ada di Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), didirikan pada tahun 1997. Sebelum menjadi SMA dulunya ketika pernama kali didirikan bernama Madrasah Aliyah Sabilul Muttaqien. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, kemudian nama tersebut berubah menjadi SMA POMOSDA. SMA POMOSDA dijadikan sebagai objek penelitian, karena SMA POMOSDA memiliki motto, visi, misi, dan tujuan yang lain daripada sekolah-sekolah lainnya.

Motto SMA POMOSDA yaitu “Mempersiapkan generasi “Al-Arif Billah”, generasi yang cakap dan terampil dalam spiritual, sains dan tekonologi sebagai sumber daya baldatun toyyibatun wa robbun ghofur”.

Visi SMA POMOSDA yaitu “Kecakapan hidup (life skill) dalam makna dan nilai-nilai keberagamaan, dengan jiwa al-faqir, dan memiliki kesadaran terhadap


(36)

114

terbentuknya peradaban manusia yang tahu diri, beradab, berpengetahuan, dan terampil.

Tahu diri yaitu kesadaran terhadap esensi penciptaan manusia, yang hakikat fitrah manusia itu sesungguhnya berasal dari fitrah Allah sendiri, dan memiliki kesadaran atas potensi kemanusiaannya, baik lahir maupun batin, bahwa manusia diciptakan oleh Allah untuk diuji. Dan Allah telah menciptakan pendengaran dan penglihatan guna memfungsikan hati nuraninya.

Beradab yaitu kesadaran atas semua prilaku, tingkah laku dengan terus membangun akhlaknya, budi pekertinya, menjaga kesopanan, menghargai, menghormati orang lain, dan berbudaya.

Berpengetahuan, yaitu kesadaran diri guna memberdayakan dan mengoptimalkan potensi yang Allah telah letakkan dalam dirinya, potensi pendengarannya, potensi penglihatannya potensi berpikirnya, sehingga terbentuk kultur budaya belajar sepanjang hayat dengan jiwa al-faqir; Kebutuhan diri yang kuat untuk memberdayakan potensinya dalam rangka menjalankan perintah Tuhannya.

Terampil, yaitu kesadaran diri atas potensi lahiriah dengan bekal keterampilan, dan komunikatif, mengembangkan, dan meningkatkan keahlian dan skill dan pandai menyesuaikan diri guna membangun kesadaran bersosial dan bermasyarakat. Berdasarkan hal-hal di atas itulah, maka SMA POMOSDA dipilih sebagai lokasi dalam penelitian ini.

2. Sumber Data Penelitian

Yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini dilakukan melalui proses seleksi berdasarkan pertimbangan agar dapat memberikan informasi penting yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam proses seleksi tersebut, peneliti melakukan penjajakan terlebih dahulu dengan bertanya kepada pimpinan pesantren, siapa kira-kira yang pantas dan layak untuk dijadikan sumber data, khususnya dalam wawancara untuk menggali tentang model Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis


(37)

Tasawuf yang dilaksanakan di SMA POMOSDA tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti. Dalam menentukan sumber data tersebut, peneliti mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Al-Wasilah (2009: 145) yang menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif itu

dilakukan secara “purposeful sampling”. Yang dimaksud pusposeful sampling, di sini yaitu penentuan sumber data melalui seleksi berdasarkan pertimbangan agar dapat memberikan informasi penting yang dibutuhkan, dan sampel atau sumber data dalam penelitian kualitatif tidak hanya diterapkan pada manusia sebagai responden, melainkan juga pada latar (setting), kejadian, dan proses.

Berdasarkan hal di atas, maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu meliputi:

a. Manusia, yakni Bapak Kyai Mohammad Munawar Afandi selaku pimpinan pesantren, Ustadz Dzoharul Arifin selaku kepala SMA POMOSDA, ustadz Drs. Imam Suhudi (Imsuh) selaku guru pendidikan keimanan, para santri, dan para alumni SMA POMOSDA.

b. Setting, yaitu lingkungan pesantren tempat para santri/siswa tinggal, lingkungan sekolah tempat para santri belajar, dan masjid tempat para santri melaksanakan ibadah dan kegiatan pengajian sehari-hari.

c. Kejadian dan proses, yakni kegiatan proses belajar mengajar di kelas, dan proses belajar mengajar di luar kelas, seperti di masjid dan di asrama/kobong.

B.Desain Penelitian

Dalam desain penelitian ini ada dua hal yang akan dijelaskan, sesuai dengan yang dilakukan oleh peneliti selama di lapangan, yaitu meliputi: (1) Pendekatan penelitian, dan (2) Tahapan-tahapan penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di


(38)

116

SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) Tanjung Anom –

Nganjuk – Jawa Timur. Oleh karena itu, penelitian ini lebih diarahkan pada upaya mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi dan ditemukan selama proses Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf tersebut berlangsung di SMA POMOSDA, baik di dalam kelas maupun di lingkungan pondok.

Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dan memaknai fenomena yang terjadi di SMA POMOSDA, khususnya tentang implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf yang berlangsung di sana. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982:3), bahwa: “Penelitian kualitatif itu lebih berusaha memahami dan menafsirkan apa makna dan perilaku dari suatu peristiwa dan interaksi dalam situasi tertentu”. Bogdan dan Biklen (1982: 90) mengatakan bahwa: “Ciri dari penelitian kualitatif ialah bersifat deskriptif analitik, karenanya data yang diperoleh dari lapangan tidak dituangkan dalam bentuk statistik”. Sejalan dengan itu, Nasution (1996: 5) juga menjelaskan bahwa: “Penelitian kualitatif itu pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mengamati orang lain dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Artinya, bahwa pendekatan kualitatif akan mengarahkan peneliti untuk melihat fenomena yang nyata di lingkungan penelitian dan berusaha memahami serta memberi makna terhadap rangkaian peristiwa itu.

Selain itu, penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif itu ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Penelitian ini menjelaskan secara sistematis tentang data atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat, kemudian menganalisis dan menginterpretasikan data yang ada.

b. Penelitian ini lebih menekankan pada observasi dan suasana alamiah. Peneltian ini dilakukan untuk mencari teori bukan menguji teori, juga tidak menguji


(39)

hipotesis dan verivikatif. Oleh karena itu, penelitian yang bersifat deskriptif

akan lebih bermanfaat untuk melahirkan teori-teori tentatif (Nasution,1996: 29).

Berdasarkan kepada teori pendekatan kualitatif seperti yang kemukakan di atas, peneliti berusaha untuk terjun sendiri ke lapangan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, kemudian mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), yang meliputi: (1) Tujuan Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (3) Substansi Materi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (4) Proses Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, DAN (5) Cara evaluasi Pendidikan NilaiKeimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA.

Dalam proses menemukan mengenai implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA yang dicari melalui penelitian ini, peneliti akan lebih menekankan pada hasil analisis dan interpretasi melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi yang terkait dengan tujuan, program, substansi materi, proses pembelajaran, proses internanalisasi dan cara evaluasinya. Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini lebih berorientasi pada penelitian interpretatif. Dengan pendekatan kualitatif-interpretatif ini peneliti berusaha memotret situasi pendidikan yang terjadi di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), terutama yang berkaitan dengan implementasi Pendidikan Nilai Keimanan sebagai upaya membentuk karakter manusia yang arifun billah, kemudian mendeskripsikan fenomena pendidikan tersebut dari sudut ilmu kependidikan untuk menggali makna di balik fenomena kependidikan yang tampak.

Metode yang digunakan untuk menganalisis dan mendeskripsikan temuan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif – analitik. Dengan


(40)

118

metode deskriptik- analitik ini peneliti setelah berusaha menggali suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang berkaitan dengan Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, kemudian dianalisis dan dideskripsikan menjadi sebuah rumusan ilmiah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Syaodih (2009: 72) bahwa: “Metode deskriptif itu ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat

alamiah ataupun rekayasa manusia”.

2. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengungkap implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) ini meliputi tiga hal, yakni: (1) Studi Pendahuluan, (2) Pengumpulan Data, dan (3) Analisis Data.

a. Studi Pendahuluan

Dalam studi pendahuluan ini, langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu tahap orientasi. Orientasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran lengkap dan jelas tentang kondisi SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), sehingga memudahkan bagi peneliti mengenai apa yang akan dilakukan oleh peneliti saat di lapangan. Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:

1) Merencanakan jadwal pengumpulan data, baik untuk wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi, yang disesuaikan dengan kesediaan responden. Pada tahap orientasi ini, peneliti sering datang pada malam Ahad Pahing dan

Jum‟at Legi yang biasanya pada malam tersebut ada acara Mujahadah Puji Wali Kutub yang dihadiri oleh para murid (jama‟ah) yang datang dari berbagai cabang yang ada di daerah-daerah.

2) Menentukan batas-batas penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan, supaya tidak terlalu meluas yang akan berakibat adanya ketidakjelasan hasil


(41)

penelitian. Pada tahap ini, peneliti membatasi penelitian yang terkait dengan implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf yang dilaksanakan di SMA POMOSDA sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dirancang sebelumnya, yang meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Tujuan Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (2) Program Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (3) Substasi Materi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, (4) Proses Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, dan (5) Cara evaluasi Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA.

3) Menentukan batas data jenuh. Mengingat adanya keterbatasan waktu dalam menyelesaikan penelitian untuk pembuatan disertasi ini, maka waktunya dibatasi selama delapan bulan. Namun, apabila ada masalah yang belum terungkap, maka waktunya bisa ditambah sesuai dengan kebutuhan.

Langkah kedua dalam studi pendahuluan ini yaitu tahap eksplorasi. Dalam tahap eksplorasi ini, peneliti di lapangan membangun suatu keakraban dengan responden. Dalam membangun keakraban dengan responden, menurut Al-Wasilah (2009: 144) dilakukan melalui establishing rapport, yakni hubungan yang ditandai oleh kesesuaian, kesepakatan, persetujuan, atau kedekatan antara peneliti dan yang diteliti.

Sebagai realisasi dari membangun keakraban ini peneliti melakukan silaturahmi dengan Bapak Kyai Muhammad Munawwar Afandi selaku Pimpinan Pondok Pesantren Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA). Dalam silaturahmi tersebut, peneliti mengemukakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti, yaitu memohon izin untuk mengadakan penelitian tentang implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA. Dengan lapang dada, Bapak Kyai memperkenankan secara lisan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di pondok pesantren yang dipimpinnya, dan dipersilahkan untuk untuk menghubungi Bapak Dzoharul Arifin selaku wakil pimpinan pesantren dan sekaligus selaku kepala sekolah SMA POMOSDA.


(42)

120

Setelah mendapatkan izin secara lisan dari Bapak Kyai, kemudian silaturahmi dilanjutkan kepada Ustadz Dzoharul Arifin selaku kepala sekolah SMA POMOSDA. Dalam silaturahmi ini, peneliti juga menyampaikan maksud kedatangan peneliti, dengan membawa surat permohonan izin penelitian dari Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bapak Ustadz Dzoharul Arifin pun memperkenankan untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya, dan diberikan petunjuk untuk menghubungi guru Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf, yakni Bapak Ustadz Drs. Imam Suhudi.

Silaturahmi dilanjutkan kepada ustadz Drs. Imam Suhudi untuk menyampaikan maksud kedatangan peneliti dan sekaligus minta kesediaan waktu untuk melakukan wawancara yang berkaitan dengan implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA. Selain itu, peneliti juga melakukan silaturahmi dengan para pengurus dan para tokoh yang dipercaya untuk mengelola pendidikan di SMA POMOSDA. Dalam silaturahmi ini, peneliti juga mengemukakan maksud kedatangan peneliti, sekaligus menanyakan orang-orang yang bisa dihubungi untuk melakukan wawancara dan memperoleh data yang diperlukan guna keperluan penelitian.

b. Pengumpulan Data

1) Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen pengumpulan data menurut Sugiono (2008: 222) adalah peneliti sendiri, sebagai human instrumen, yang berfungsi juga dalam menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Berdasarkan teori di atas, peneliti sebagai human instrument terjun sendiri ke lapangan, yakni ke Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA),


(43)

baik dalam melakukan wawancara, observasi di kelas dan di luar kelas, studi dokumentasi, maupun dalam menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian.

Sebagai instrumen pengumpul data, peneliti langsung terjun ke lapangan dengan bulak balik Bandung – Jawa Timur dengan naik kereta api, yang dilakukan selama delapan bulan, mulai dari bulan Februari s.d. September 2012 dengan delapan kali datang, dan setiap kali datang rata-rata menghabiskan waktu 3 – 4 hari.

2) Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian yang diperlukan, maka pengumpulan data dilakukan melalui: (1) Wawancara, (2) Observasi dan observasi partisipan, dan (3) Studi dokumentasi.

Wawancara dilakukan untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan fokus dan pertanyaan penelitian. Wawancara menurut Nasution (1992: 73) dimaksudkan untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan hati responden. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui apa yang ada dalam pikiran responden, khususnya yang berkaitan dengan implementasi Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, maka peneliti melakukan wawancara dengan orang-orang yang dianggap tahu tentang hal tersebut. Responden dalam penelitian ini yaitu melibatkan kepala sekolah SMA POMOSDA, yaitu Ustadz Dzoharul Arifin, guru/ustadz Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf, yaitu Ustadz Drs. Imam Suhudi, para santri, dan para alumni SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA). Data hasil wawancara diberi kode (W.SMKL)

Observasi dan observasi partisipan dimaksudkan untuk melihat proses Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA Pondok Pesantren Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), yang dilakukan di dalam kelas dan di luar kelasan, seperti di masjid ketika melaksanakan ibadah dan pengajian, dan selama para santri berada di pemondokan. Data hasil observasi diberi kode (P.PBM).


(44)

122

Studi dokumentasi dilakukan dengan meminta dokumen-dokumen penting kepada staf TU dan petugas yang ada di SMA POMOSDA. Dokumen-dokumen yang dijadikan sumber adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan fondasi-fondasi edukatif di SMA Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA), seperti program pendidikan SMA POMOSDA, silabus Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf di SMA POMOSDA, buku-buku yang terkait dengan Pendidikan Keimanan, majalah-majalah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kelembagaan Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA). Data hasil kajian dokumentasi diberi kode (K.D.S.P)

c. Analisis Data Hasil Penelitian

Dalam menganalisis data hasil penelitian, peneliti mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Lexy Moleong. Menurut Moleong (2010: 247) bahwa urutan proses analisis data dan penafsiran data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen, kemudian mereduksi data dengan melakukan abstraksi,

menyusunnya menjadi satuan-satuan informasi, untuk kemudian

dikategorisasikan, dan diakhiri dengan pemeriksaan keabsahan data. Setelah itu, dilakukan penafsiran data yang dilakukan dengan mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data hasil penelitian yang telah terkumpul sejak awal yang dilakukan melalui berbagai cara, seperti wawancara dengan berbagai pihak yang terkait, khususnya guru Pendidikan Keimanan, hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru Pendidikan Keimanan di kelas, hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar para santri selama di luar kelas, dan juga hasil pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan Pendidikan Keimanan, maka peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:


(45)

1) Reduksi dan Kategorisasi Data

Yang dimaksud reduksi data menurut Moleong (2010:247) yaitu sebagai abstraksi, yang berusaha membuat rangkuman yang inti. Sedangkan menurut Soegiono (2009: 92), reduksi yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, untuk dicari tema dan polanya.

Dalam pelaksanaan reduksi dan kategorisasi data penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA POMOSDA ini yaitu setelah data terkumpul, peneliti menelaah, yakni mencari hal-hal yang inti dari data yang terkumpul dengan memfokuskan terhadap permasalahan pokok penelitian, kemudian disusun secara sistematis dalam lembaran-lembaran rangkuman.

2) Uji Validitas dan Kreadibilitas

Uji validitas dan kredibilitas, menurut Al-Wasilah (2009: 175) dilakukan melalui perpanjangan waktu, kecukupan pengamatan, triangulasi,member-check,

peer-debriefing, dan rich data.

Oleh karena itu, dalam uji validitas dan kredibilitas terhadap data hasil penelitian, terutama dimaksudkan untuk mencapai derajat kepercayaan, maka peneliti melakukan perpanjangan waktu penelitian, kecukupan pengamatan, triangulasi, member-check, dan rich-data.

Perpanjangan waktu dilakukan selama satu bulan setelah pengumpulan data selesai, sehingga total waktu penelitian menghabiskan waktu sekitar delapan bulan dari bulan Februari sampai dengan bulan September 2012. Pepanjangan waktu ini dilakukan terutama untuk melakukan observasi di kelas, karena pada bulan Juli dan Agustus bertepatan dengan masa libur semester dan hari raya, sehingga tidak sempat melakukan observasi di kelas.

Pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di POMOSDA, khususnya yang berkaitan dengan implementasi proses pembelajaran Pendidikan Nilai Keimanan Berbasis Tasawuf yang dilakukan pada setiap momen pendidikan, baik di dalam kelas, di masjid ketika pengajian maupun pada momen-momen penting


(46)

124

lainnya yang terkait dengan Pendidikan Nilai Keimanan. Hal ini dilakukan untuk dapat mencapai keakuratan data dan menghasilkan kedalaman makna hasil penelitian.

Dalam uji validitas ini, peneliti melakukan proses member-check kepada responden. Dalam member-check ini, setelah peneliti menyusun hasil wawancara dan dan hasil observasi secara tertulis, kemudian menyampaikannya kepada pihak-pihak yang terkait untuk divalidasi.

Untuk memperkuat data hasil penelitian, peneliti melakukan triangulasi kepada Bapak Kyai pimpinan pesantren. Dalam triangulasi, khususnya untuk memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara dengan guru/ustadz Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf, peneliti melakukan wawancara ulang dengan responden utama, yaitu Bapak Kyai Mohammad Anwar Muttaqin dengan cara melakukan pertanyaan yang sama dengan data yang telah diperoleh pada waktu yang berlainan. Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi dengan melihat buku acuan yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Keimanan Berbasis Tasawuf serta dokumen-dokumen lainnya.

3) Penafsiran dan Pemaknaan Data

Penafsiran dan pemaknaan data hasil penelitian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu; (1) analisispada tingkat awal, (2)analisis pada saat pengumpulan data di lapangan, dan (3) memeriksa keabsahan data, penafsiran dan pemaknaan data.

a) Analisis Data pada Tahap Awal.

Dalam mengaalisis data tahap awal ini dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen tertulis, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis hasil observasi dan wawancara awal dengan guru/ustadz pendidikan keimanan, guru-guru lain, dan para santri.


(1)

313

Fahrudin, 2013

c. Pendidikan Nilai Keimanan yang diajarkan kepada para siswa bukan hanya sekedar teori, melainkan harus dapat menyentuh hati, sehingga hatinya tergerak untuk dapat mengimani Allah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.


(2)

313

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A.R.S. (1991), Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al-Qur’an (terj.), Badung: Diponegoro.

Abdurrahman, A.S. (1988), Bai’at Suatu Prinsip Gerakan Islam, Jakarta: Elwafaz Press.

Afandi, A.Kh. (2009), Tasawuf: Menghidupkan Hati Bersinar, Surabaya: Visi Humanika.

Afandi, M.M. (2002), Risalah Ilmu Syathariah: Jalan Menuju Tuhan, Badung: Pustaka Pondok Sufi.

... (1998), Pedoman dan Tuntunan Mencapai Derajat Muqarrabien,

Tanjung Anom-Nganjuk: Pondok Sufi.

... (2005), Memperkenalkan dengan Singkat Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa dan Pondok Sufi, Buku Panduan Santri, Tanjung Anom-Nganjuk: Pondok Sufi.

... (2008), Tata Tertib Ubudiah Sehari-hari sebagai Realisasi

Jihadunnafsi, Tajnung Anom – Nganjuk: Pondok Sufi.

... (2012), Pilih Mati Selamat atau Mati Sesat, Majalah Afkar Edisi 114 Mei 2012, Nganjuk: PT Temprina Media Grafika.

Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N. (1991), Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Al-Farmawi, A.H.(1977), Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu'i, Mesir: Maktabah Al-Jumhuriyah.

Al-Ghazali, A.H. (1989), Minhajul Abidin, Bogor: Fenomena Press.

... (2008), Makna dan Tatacara Bertaubat, Bandung: Pustaka Hidayah. Al-Hariri, F. (2009), Kata-Kata Mutiara Ali bin Abi Thalib (terj.), Bandung: Pustaka

Hidayah.

Al-Jailani, Sy.A. (2010), Fathur Robbani (terj.), Bandung: Jabal. Al-Jauziyah, I.Q. (2006), Zadul Ma’ad (terj.), Jakarta: Griya Ilmu.


(3)

314

Al-Maududi, A.A. (1975), Aqidah Islamiyah, Bandung: Bandung: PT. Al-Ma’arif. ... (1983), Prinsip-Prinsip Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif. Al-Qarni, 'A. (2007), La Tahzan: Jangan Bersedih (terj.), Jakarta: Qisthi Press.

Al-Qur'an dan Terjemah (1984), Jakarta: Kemeterian Agama Republik Indonesia. Al-Utsaimin, Syekh M. (2007), Syarah Aqidah Wasithiyah (terj.), Jakarta: Darul

Falah.

Alwasilah, A. Ch. (2002). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Andira.

An Nadhr, M. Ishaq S. (2007), Khuruj Fi Sabilillah: Sarana Tarbiyah Ummat Untuk Membentuk Sifat Imaniyah, Bandung: Pustaka Ramadhan.

An-Nawawi, M. (1976) Riyadlush Shalihin (terj.), Bandung: PT. Al-Ma’arif. Arifin, M. (1991), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Asmuni, Y. (1996), Ilmu Tauhid, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

As-Sarraj, Abu N. (2009), Al-Luma’: Rujukan Lengkap Ilmu Tasawuf (terj.), Surabaya: Risalah Gusti.

Asy-Syaebani, Omar A. (1979), Filsafat Pendidikan Islam (terj.), Jakarta: Bulan Bintang.

Asy’ari, M. (1992), Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam (LSFI).

Athaillah, I. (20011), Terapi Makrifat: Rahasia Kecerdasan Tauhid (terj.), Jakarta: Zaman.

Aziz, M.A. (2008), The Power of Al-Fatihah, Jakarta: Pinbuk Press.

Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. (1982), Qualitative Research for Education, London: Allyn and Bacon.

Borg, W.R. dan Gall, M.D. (1989). Educational Research An Education, New York: Longman.


(4)

315

Cowan, J.M. (Ed.) (1976), Arabic English Dictionary, Ithaca, New York: Spoken Language Service, Inc.

Darajat, Z. (1971), Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang. Djahiri, K.A. (2004), Pendidikan Nilai Moral Humaniora, Bandung: Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

ElMubarok, Z. (2009), Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: AlFabeta. Hakam, K.A. (2000), Pendidikan Nilai, Bandung: MKDU Press.

Hamdani, A. (1990), Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang.

Harris, Ch.W. (1960), Ensyclopedia of Educational Research, New York: The MacMillan Company.

Hasan, H.S. (1996), Pendidikan Ilmu Sosial, Jakarta: P3M.

Henry, N.B. (1952), The Fifty – First Year Book, Chicago: The University of Chicago Press.

Hilal, I.(2002), Tasawuf antara Agama dan Filsafat: Sebuah Kritik Metodologis, (terj), Jakarta: Pustaka Hidayah.

Http.//blogspot.com.Panduan Silabus-Aqidah Akhlak-Madrasah Aliyah.

Hatimah, I. dan Sadri (2008), Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Jakarta: Universitas Terbuka.

Hawwa, S. (2008), Makrifatullah: Izinkan Aku Mengenal-Mu, ya Allah (terj.), Jakarta: Aula Pustaka.

Isma’il, I. et.al. (2008), Ensiklopedi Tasawuf Jilid I, Bandung: Angkasa. ... (2008), Ensiklopedi Tasawuf Jilid II, Bandung: Angkasa. ... (2008), Ensiklopedi Tasawuf Jilid III, Bandung: Angkasa.

Isa, S.A. (2010), Hakikat Tasawuf (terj.), Jakarta Timur: Qisthi Press.


(5)

316

Jaho, Sy.M.J. (2002), Tegur Sapa Untuk Hati (terj.), Jakarta: Yayasan Emiliyyatil Abbasiah.

Kabbani, Sy.M.H. (2007), Tasawuf dan Ihsan (terj.), Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Khairuddin (2007), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Madrasah Development Center (MDC), Semarang: Pilar Media.

Kuntowijoyo (1985), Identitas Politik Umat Islam, Bandung: Mizan.

Langgulung, H. (1989), Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna. Majhudin (2010), Akhlak Tasawuf Jilid I, Jakarta: Kalam Mulia.

... (2010), Akhlak Tasawuf Jilid II, Jakarta: Kalam Mulia.

Moleong, L.J. (1990), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, R. (2011), Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: AlFabeta.

..., (pen) (1999), Cakrawala Pendidikan Umum, Bandung: Ikatan Mahasiswa dan Alumni Pendidikan Umum PPs IKIP Bandung.

Nasution, H. (1995), Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Nasution, M.N. (1988), Konsep manusia menurut Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara. Nasution, S. (2001), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Permenag Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi. Phenix, Ph.H. (1964), Realm of Meaning, New York: McGraw-Hill Book Company. Ramayulis (2011), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Rasyidin, W. (2009), Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Kajian Filsafat Pendidikan dalam PU, makalah SPS UPI Bandung.

Ruyadi, Y. (2010), Model Pendidikan Budi Pekerti (Disertasi), Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

317

Satori, Dj. dan Komariah, A. (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: AlFabeta.

Sauri, S. dan F.H. (2010), Meretas Pendidikan Nilai, Bandung: Arfindo Raya. Shadr, M.B. (1992), Madrasah Al-Quraniyah (terj.), Risalah Masa: Jakarta.

Shihab, M.Q. (1996), Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan.

Solikhin, M. (2004), Tasawuf Aktual: Menuju Insan Kamil, Semarang: Pustaka Nuun.

Steenbrink, A.K. (1994), Pesantren, Madrasah, Sekolah, Jakarta: LP3S. Sudiyono, M. (2009), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sumantri, E. (2009), Pendidikan Umum, Bandung: Prodi Pendidikan Umum SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono (2010), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: AlFabeta.

Sukmadinata, N.S. (2007), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Kerjasama UPI dengan PT. Rosdakarya.

Syahidin (2009), Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Bandung: AlFabeta.

Syaodih, N. (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosdakarya. Tafsir, A. (2010), Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Taimiyah, I. (2010), Tazkiyatun Nafs, Jakarta: DarussunAH Press.

Ulwan, A.N. (2007), Pendidikan Anak dalam Islam (terj.), Jakarta: Pustaka Amani. Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003.