Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Media Atas Pengibaran Bendera Bintang Kejora T1 362009099 BAB VI

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Penelitian yang menggunakan Analisis Wacana Kritis (AWK) Van Dijk ini
peneliti gunakan untuk menganalisa wacana teks media dari Harian Kompas dan
Harian Cenderawasih Pos, dengan memilih masing-masing satu buah berita terkait
pengibaran Bendera Bintang Kejora. Adapun tema wacana penelitian yang dinalisa
dari Harian Kompas adalah “13 Orang Ditangkap (OMPB Kibarkan Bintang Kejora
di Lapangan Theys Eluay) dan 50-an Bintang Kejora Berkibar di Serui, dari harian
Cenderawasih Pos. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh
peneliti dari kedua media massa, ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik adalah:
a. Wartawan lebih banyak menjelaskan tentang alasan pengibaran bendera
Bintang Kejora dengan menggunakan istilah-istilah yang menonjolkan bahwa
aksi tersebut adalah sebuah perlawanan, meskipun dilakukan dengan jalan
damai serta aman terkendali, tetapi alasan utama pengibaran bendera adalah
menyuarakan tuntutan-tuntutan terkait dengan, kemerdekaan. Dalam wacana
Kompas selain menggunakan istilah integrasi, wartawan juga menggunakan
istilah aneksasi, yang jelas kedua makna kata tersebut adalah berbeda, tetapi
menggambarkan satu maksud yang sama, hanya saja pernyataan itu dikatakan
oleh aktor yang berbeda, dengan latar belakang atribut sosial yang berbeda.

b. Dalam analisis wacana pada kedua pemberitaan tersebut, tema yang diangkat
dalam pemberitaan berkaitan dengan ideologi media, dimana aktor yang lebih
ditonjolkan adalah pihak yang dianggap sebagai narasumber yang dapat
memberikan informasi penting dan tidak menonjolkan keberpihakan media
terhadap pihak tertentu. Kompas lebih dominan menggunakan pernyataan
dari Kapolres, dalam memberikan pernyataan, dimana hampir sebagian besar
pernyataan lebih dominan oleh Kapolres. Selain itu, Cenderawasi Pos lebih
dominan penampilkan pernyataan dari pihak aktivis. Aparat dinilai sebagai
kaki tangan pemerintah, sehingga jika Kompas lebih menunjukkan dominasi
aparat secara tidak langsung wartawan telah menjelaskan bahwa masalah
Papua adalah masalah bangsa Indonesia, yang berkaitan dengan kesejahteraan
dan kehidupan layak. Demikian pula dengan Cenderawasih Pos, dominasi
aktivis lebih dominan dalam memberi pernyataan. Secara Cepos adalah

 

Koran lokal di Papua, dan masalah Papua lebih banyak disuarakan oleh
aktivis, yang mana sebagai orang yang mengerahkan kemampuannya untuk
kepentingan masyrakat. Sehingga wacana perlawanan melalui pengibaran
bendera lebih menekankan pada aspek kedaulatan.

c. Berikutnya atas alur wacana yang dibangun oleh wartawan lebih berperan
dalam menyusun wacana yang dibangun dalam merumuskan sebuah berita.
Dimana agar netralitas wartawan tetap pada alurnya, untuk menyisipkan
pendapat pribadi, wartawan menggunakan pernyataan dari narasumber
(aktor) untuk mendukung pernyataan lainnya, dimana wartawan lebih
dominan penampilkan penguasa (Aparat/Kapolres) sebagai aktor dari
peristiwa yang terjadi.

6.2 Saran
a. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menggunakan Analisis Wacana Kritis Teun A Van Dijk dalam
penelitian ini. Hasilnya peneliti cukup berhasil memahami apa sebenarnya
yang termuat dalam wacana media massa dalam pemberitaannya.
Bagaimana wartawan membawa khalayak (pembaca) dalam alur berita
yang dikemas sedalam mungkin tapi tidak membuat bingung khalayak.
Namun akan lebih baik dan menarik jika ada penelitian lanjutan yang lebih
mendalam menganalisa teks media lainnya,

b. Bagi Harian Kompas dan Cenderawasih Pos
Dengan semakin berkembangnya dunia IPTEK, maka masyrakat untuk

memenuhi kebutuhan informasi sekarang ini lebih memilih menggunakan
media massa, sehingga ada baiknya Kompas maupun Cepos selain
memanfaatkan portal berita yang dimiliki, kemasan surat kabarnya juga
harus tetap dikembangkan desainnya dengan berita-berita yang detail
pastinya agar minat masyarakat untuk mengkonsumi surat kabar (cetak)
tidak semakin berkurang.