Perbandingan Waktu Toleransi Nyeri pada Musik yang Disukai dan Musik Relaksasi.

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN WAKTU TOLERANSI NYERI PADA MUSIK YANG DISUKAI DAN MUSIK RELAKSASI

Nabilla Martasujana, 1210199

Pembimbing I : Ellya Rosa Delima, dr., M.Kes.

Pembimbing II : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, Mkes, AIF.

Latar Belakang Musik merupakan salah satu hal yang penting dan berhubungan dengan bidang kedokteran. Musik yang disukai dan musik relaksasi dapat merangsang otak menghasilkan gelombang . Namun, musik yang disukai efektif mengalihkan perhatian karena musik tersebut sudah dikenal dan memiliki keterkaitan emosional. Dalam penelitian menyatakan musik merupakan salah satu metode non-invasif untuk mengurangi persepsi nyeri yang aman, murah, dan efektif.

Tujuan Untuk mengetahui waktu toleransi musik yang disukai dan musik relaksasi terhadap persepsi nyeri.

Metode Penelelitian ini bersifat eksperimental semu. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan  = 0,05. Penelitian dilakukan terhadap 30 orang perempuan mahasiswi UKM dengan rentang usia 19-25 tahun. Melalui tes pendinginan, waktu toleransi nyeri diukur dengan menggunakan stopwatch dalam satuan detik selama mendengarkan musik yang disukai dan musik relaksasi.

Hasil Waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai sebesar 198.1 detik, lebih lama secara signifikan dibandingkan dengan waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi sebesar 64.6 detik (p<0,01).

Simpulan Waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi pada musik relaksasi.


(2)

ABSTRACT

PAIN PERCEPTION-TIME COMPARISON BETWEEN PREFERRED MUSIC AND RELAXATION MUSIC

Nabilla Martasujana, 1210199

Tutor I : Ellya Rosa Delima, dr., M.Kes.

Tutor II : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, M.Kes, AIF.

Background Music is important and related to the medical field. Preferred music and relaxation music can stimulate the brain to produce wave. But, preferred music is effective in distraction because that music is familiar and has an emotional attachment. Researches found that music is an example of non-invasive methods in safe, cheap, and effective means pain-perception reduction

Objectives To determine the tolerance time of preferred music and relaxation music on pain perception

Methods This study was quasi experimental research. Data was analyzed with paired T test with = 0,05. This research was conducted on thirty female Maranatha Christian University students aged between nineteen to twenty-five years old. Through the cold test, tolerance time was measured using stopwatch in seconds while listening to preferred music and relaxation music.

Results Pain tolerance time of preferred music was 198.1 seconds, significantly more compared to pain tolerance time of relaxation music, which was 64.6 seconds (p<0,01).

Conclusion Pain tolerance time of preferred music was longer than tolerance time of relaxation music.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5Kerangka Pemikiran ... 3

1.6Hipotesis Penelitian ... 6

1.7Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Musik ... 7

2.1.1 Musik yang Disukai ... 7

2.1.2 Musik Relaksasi ... 8

2.1.3 Terapi Musik ... 8

2.1.4 Hubungan Musik dan Otak ... 9

2.1.5 Hubungan Musik dan Nyeri ... 10

2.2 Nyeri ... 14

2.2.1 Definisi Nyeri ... 14

2.2.2 Klasifikasi Nyeri ... 14

2.2.3 Mekanisme Nyeri ... 15

2.2.4 Teori Nyeri ... 16

2.2.4.1 Specificity Theory ... 16

2.2.4.2 Intensity Theory ... 17

2.2.4.3 Pattern Theory ... 18

2.2.4.4 Gate Control Theory ... 19

2.2.5 Jenis Rasa Nyeri serta Kualitasnya ... 20

2.2.6 Reseptor Nyeri dan Rangsangannya ... 20

2.2.6.1 Stimulus Kimiawi sebagai Penyebab Nyeri ... 21

2.2.6.2 Iskemia Jaringan sebagai Penyebab Nyeri ... 21

2.2.6.3 Spasme Otot sebagai Penyebab Nyeri ... 22

2.2.7 Serabut Nyeri Perifer ... 22

2.2.7.1 Serabut Cepat dan Serabut Lambat ... 22

2.2.8 Traktus Rasa Nyeri ... 23

2.2.8.1 Traktus Neospinothalamicus ... 23

2.2.8.2 Traktus Paleospinothalamicus ... 24

2.2.9 Sistem Penekan Rasa Nyeri (Sistem Analgesia) ... 26

2.2.9.1 Sistem Opium Otak ... 27


(5)

2.2.9.1.2 β-endorphin ... 28

2.2.9.1.3 Mekanisme kerja β-endorphin ... 28

2.2.9.2 Serotonin ... 29

2.2.9.3 Mekanisme Kerja Serotonin ... 29

2.2.10 Penatalaksanaan Nyeri ... 30

2.2.10.1 Pemberian Medikasi ... 30

2.2.10.2 Perawatan Lain ... 31

2.3 Tes Pendinginan ... 32

2.3.1 Reseptor Suhu pada Kulit dan Sensasi Suhu ... 32

2.3.2 Perangsangan Reseptor Suhu ... 33

2.3.3 Adaptasi Reseptor Suhu ... 34

2.4 Otak Manusia ... 35

2.4.1 Hemisfer Dominan ... 35

2.4.2 Hemisfer Nondominan ... 35

2.4.3 Gelombang otak ... 36

2.4.3.1 Gelombang Alpha ... 37

2.4.3.2 Gelombang Beta ... 37

2.4.3.3 Gelombang Theta ... 38

2.4.3.4 Gelombang Delta ... 38

2.4.4 Area Asosiasi ... 39

2.4.4.1 Area Asosiasi Prefrontal ... 40

2.4.4.2 Area Asosiasi Parieto-occipitotemporal ... 41

2.4.4.3 Area Asosiasi Limbik ... 42

2.4.5 Sistem Limbik ... 42

2.4.6 Hippocampus ... 44


(6)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 46

3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 46

3.1.2 Subjek Penelitian (SP) ... 46

3.1.3 Ukuran Sampel ... 47

3.2 Metode Penelitian ... 47

3.2.1 Desain Penelitian ... 47

3.2.2 Data yang Diukur ... 47

3.2.3 Analisis Data ... 48

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 48

3.3.1 Variabel Perlaukuan dan Variabel Respon ... 48

3.3.2 Definisi Operasional ... 48

3.4 Prosedur Penelitian ... 49

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Perbandingan Waktu Toleransi Nyeri pada Musik yang Disukai dan Musik Relaksasi ... 50

4.2 Pembahasan ... 52

4.3 Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 54

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 59


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Waktu Toleransi Nyeri pada Musik yang Disukai dan

Musik Relaksasi ... 50 Tabel 4.2 Uji “t” berpasangan ... 51


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 5

Gambar 2.1 Anatomi Telinga ... 11

Gambar 2.2 Jaras Saraf Pendengaran ... 12

Gambar 2.3 Sistem Limbik ... 14

Gambar 2.4 Specificity Theory ... 17

Gambar 2.5 Intensity Theory ... 18

Gambar 2.6 Pattern Theory ... 19

Gambar 2.7 Gate Control Theory ... 20

Gambar 2.8 Penjalaran Sinyal Nyeri yang Sifatnya Tajam-Cepat dan Kronik-Lambat ... 23

Gambar 2.9 Gelombang Otak ... 38

Gambar 2.10 Area Asosiasi pada Korteks Serebri ... 39

Gambar 2.11 Area Broca, Area Wernicke, dan Area Asosiasi Limbik ... 42


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ... 59

Lampiran 2 Daftar Lagu Subjek Penelitian ... 60

Lampiran 3 Data Hasil Percobaan ... 61

Lampiran 4 Hasil Analisis Data ... 62

Lampiran 5 Dokumentasi ... 63


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Musik merupakan salah satu hal yang penting dan berhubungan dengan bidang kedokteran. Hal ini, dapat dilihat pada tulisan bersejarah dari Mesir, Cina, Yunani, Roma, India yang mendeskripsikan musik sebagai sarana media penyembuhan, meringankan penyakit, dan membantu pasien dalam mengatasi emosi yang menyakitkan seperti kecemasan, kesedihan, dan kemarahan (Greer, 2003; Eric Priyo Prasetyo, 2005).

Terapi musik di Amerika dimulai pada akhir Abad 18 walaupun jauh sebelumnya sejak jaman kuno, musik telah menjadi media penyembuhan akibat trauma perang. Para veteran perang baik secara aktif maupun pasif menggunakan aktivitas musik dengan fokus untuk mengurangi persepsi nyeri. Dokter dan perawat menjadi saksi bagaimana pengaruh musik bekerja secara psikologis, fisiologis, dan kognitif terhadap kondisi emosional dari para veteran perang (Djohan, 2006). Musik dikenal juga sebagai fasilitas perangsang relaksasi nonfarmakologis yang aman, murah, dan efektif (Eric Priyo Prasetyo, 2005). Selama dua dekade terakhir banyak sekali dilakukan penelitian tentang musik yang merupakan salah satu metode non-invasif yang dapat memengaruhi rasa nyeri (Mitchell and MacDonald, 2006). Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensorik yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan. Nyeri sangat menggangu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2001).

Nyeri kronik adalah nyeri yang menetap selama 3 bulan atau 6 bulan dari sejak mulai dirasakan nyeri. Nyeri kronik merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Untuk itu, “audioanalgesia” mungkin bermanfaat dalam perawatan utama dan dalam keadaan saat perawatan dengan obat-obatan menjadi kurang efektif,


(11)

2

tidak diinginkan, atau tidak tersedianya waktu yang cukup bagi obat untuk menimbulkan efek (Mitchell and MacDonald, 2006).

Terbukti bahwa terapi musik mengurangi rasa nyeri dan rasa mual secara signifikan pada penderita kanker yang telah menjalani transplantasi sumsum tulang. Umumnya, para pasien berpendapat bahwa musik memberikan dampak positif terhadap pengalaman mereka yang berhubungan dengan nyeri akibat pembedahan (Greer, 2003).

Musik relaksasi dan musik yang disukai dapat merangsang otak dalam menghasilkan gelombang  yang dapat memacu pelepasan β-endorphin dan serotonin yang memiliki peranan dalam sistem analgesia (Guyton and Hall, 1997; Mitchell and MacDoald, 2006). Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa pengurangan rasa nyeri yang efektif dan signifikan ditemukan pada mereka yang mendengarkan musik yang disukai dikarenakan musik tersebut sudah dikenal dan memiliki keterkaitan emosional (Mitchell and MacDoald, 2006).

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi.


(12)

3

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah menambah wawasan bagi para pembaca maupun penulis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai terapi non medis dalam mengatasi rasa nyeri dan dapat digunakan di ruang tunggu praktik dokter sehingga dapat membuat pasien lebih tenang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Musik mampu mengurangi persepsi dan pengalaman nyeri, serta meningkatkan toleransi terhadap nyeri akut dan kronis (Eric Priyo Prasetyo, 2005).

Musik sebagai gelombang suara diterima dan dikumpulkan oleh daun telinga masuk ke dalam meatus akustikus eksternus hingga membrana timpani yang diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara (Sherwood, 2001). Setelah masuk ke dalam korteks serebri (korteks auditorius)  sistem limbik  hippocampus  amigdala  hypothalamus  gelombang  (Eric Priyo Prasetyo, 2005).

Musik relaksasi dan musik yang disukai mempunyai persamaan, yaitu

keduanya dapat merangsang otak dalam menghasilkan gelombang  yang dapat memacu pelepasan β-endorphin dan serotonin yang memiliki peranan dalam sistem analgesia (Guyton and Hall, 1997; Mitchell and MacDoald, 2006).

Endorphin merupakan salah satu sistem opium endogen di dalam otak. β-endorphin berpengaruh menurunkan cAMP yang akan mengurangi pelepasan transmiter nyeri dan menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang, dan euphoria (Guyton and Hall, 2008; Rayyan Sugangga, 2009). Serotonin adalah neurotransmitter yang bekerja sebagai penghambat serabut nyeri dalam medula


(13)

4

spinalis dengan cara memacu sekresi enkephalin (Guyton and Hall, 2008). Serotonin juga membantu menjaga perasaan bahagia, mood, dengan cara membantu tidur, perasaan tenang dan melepaskan stress (McCann and Stewart, 2006; Rayyan Sugangga, 2009).

Para peneliti mengatakan bahwa musik mampu menurunkan gejala psikosomatik seperti kecemasan dengan memengaruhi proses fisiologis dan psikologis sehingga mampu membuat pasien nyaman dan menyenangkan, tetapi musik tidak memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan seperti halnya obat-obatan farmakologis, dengan demikian musik memiliki peran signifikan dalam merawat pasien dengan kecemasan (Prasetyo, 2008).

Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa pengurangan rasa nyeri yang efektif dan signifikan ditemukan pada mereka yang mendengarkan musik yang disukai (Mitchell and MacDoald, 2006).


(14)

5

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Musik yang disukai

Telinga Endorphin Sistem opium endogen di Serotonin Musik relaksasi Korteks auditorius Sistem limbik Hippocampus Amigdala Hypothalamus

Gelo ba g α

Menurunkan cAMP Mengurangi pelepasan transmiter nyeri Memacu sekresi enkefalin Penghambat serabut nyeri Nyaman, tenang, euphoria

Analgesia sudah dikenal dan

memiliki keterkaitan

emosional

Mengalihkan perhatian


(15)

6

1.6 Hipotesis Penelitian

Waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Laboratorium Komputer Lantai 9 Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Maranatha

1.7.2 Waktu Penelitian


(16)

1

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi.

5.2 Saran

1. Dianjurkan bagi penderita penyakit akut maupun kronik dengan gejala nyeri untuk mendengarkan lagu yang disukai selain menjalani perawatan farmakologis, sehingga dapat membantu memperbaiki keadaan psikologis dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.

2. Memasang musik di ruang praktik dokter sehingga dapat membuat pasien merasa tenang dan mengurangi rasa nyeri.

3. Membandingkan efektivitas antara terapi musik dan terapi farmakologis terhadap nyeri akut dan kronik.


(17)

1

Daftar Pustaka

Allan H Ropper; Robert H.Brown. (2005). Pain and Other Disorders Of Somatic Sensation, Headache, and Backache in: Adams and Victor’s Principles of Neurology, McGraw-Hill Companies, Inc. 8: 109

American Society of Anesthesiologist. (2008). The management of pain.

http://www.asahq.org/patientEducation/managepain.htm#top, 11 Mei 2012.

Arini, S. H. (2001). Musik Merupakan Stimulasi terhadap Keseimbangan Aspek Kognitif dan Kecerdasan Emosi. Retrieved July 24, 2015, from

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/30.html

Bourne HR von Zastrow M. (2004). Drug receptors & pharmacodynamics. In: Katzung, Bertram G., ed. Basic & clinical pharmacology. 9 edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 22-23.

Budhisantoso. 1994. “Seni Populer Indonesia dan Segi Sosial ekonominya”. Makalah dalam Seminar Seni Populer tgl. 26 dan 27 Januari di Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indoneia, Jakarta.

Byrd Andrea. (1999). Serotonin and its uses.

http://serendip.brynmawr.edu/bb/neuro/neuro99/web1/Byrd.html, 20 Juni

2008.

Campbell D. (2001). THE MOZART EFFECT: Tapping the Power of Music to Heal the Body, Strengthen the Mind, and Unlock the Creative Spirit. United States: HarperCollins.

Daniel S Wibowo. (2011). Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia Publishing. h. 40.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka

Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress.

Eric Priyo Prasetyo. (2005). Peran musik sebagai fasilitas dalam praktek dokter gigi untuk mengurangi kecemasan pasien. Maj. Ked (Dent J.), 38: 41-44.

Farisi A. (2014, July 21). Mengenal Gelombang Otak dan Cara Kerja Pikiran. Retrieved July 2015, 2015, from Kompasiana: http://www.kompasiana.com/


(18)

2

Ganong WF. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

http://www.artashealing.org/ahfw3.htm , 14 Mei 2008.

Greer Sarah. (2003). The effects of music on pain perception.

http://hubel.sfasu.edu/courseinfo/SLO3/music_therapy2.htm, 14 Mei 2008.

Guyton AC. and Hall JE. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h.730-731, 761-767, 774-775, 911-912, 923, 932, 1147.

______________ (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

______________ (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 625-630, 635-636, 752-753, 768-769, 772, 774-776, 923.

Herawati RS. (2002). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Surabaya: Unair.

Heslet Lars. Our musical brain.

http://www.musicahumana.dk/documents/00015.pdf, 20 Juni 2008.

Jamalus. (1988). Panduan Pengajaran buku Pengajaran musik melalui pengalaman musik. Proyek pengembangan Lembaga Pendidikan. Jakarta

Katzung, Bertram G. (2004). Histamine, serotonin & the ergot alkaloids. In: Katzung, Bertram G., ed. Basic & clinical pharmacology. 9 edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 270.

Krout, R. E. (2007). Music listening to facilitate relaxation and promote wellness: Integrated aspects of our neurophysiological responses to music. Arts in Psychotherapy, 34, 134-141.

Mc Cann D.; Stewart J. (2006). Musical learning.

http://www.tms.com.au/tms121m.html, 12 Desember 2011.

Merriam, AP. (1968). The Anthropology of Music. United States of America: North Western University Press.

Merrit S. (2003). Simponi otak, Bandung: Mizan Media Utama.

Mitchell LA.; MacDonald RAR.; Brodie EE. (2004). Temperature and the cold pressor test. The Journal of Pain, 5 (4): 233-238.


(19)

3

Mitchell LA.; MacDonald RAR. (2006). An experimental investigation of the effects of preferred and relaxing music listening on pain perception. Journal of Music Therapy, XLIII (4): 295-316.

Mitchell LA.; MacDonald RAR.; Knussen C. (2008). An investigation of the effects of music and art on pain perception. L.B.Mitchell@gcal.ac.uk, 12 Maret 2008.

Mucci Katte. The Healing Sound Of Music Manfaat Musik Untuk Kesembuhan, Kesehatan dan Kebahagiaan. Jakarta: PT. Gramedia Utama. 2002.

Musbikin I. (2009). Kehebatan Musik untuk Mengasah Kecerdasan Anak. Jogjakarta: Power Books.

Neal J Michael. (2002). Medical Pharmacology at a glance. 4th Ed., Blackwell science L: London.

Prasetyo EP. (2008). The surface roughness difference between microhybrid and polycrystalline composites after polishing. Surabaya : Dent J (Maj. Ked. Gigi).

Perl Edward R. (2007). Theories of pain.

http://www.nature.com/nrn/journal/v8/n1/fig_tab/nrn2042_F1.html, 20 Juni

2008.

Rayyan Surangga. (2009). Motivasi diri.

http://rayyan.wordpress.com/2009/01/11/gelombang-otak-pengaruhnya/, 24

Maret 2012.

Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

_________ (2010). In Human Physiology 7 ed. Canada: Nelson Education, Ltd.

Smeltzer S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tama. (2008). Kekuatan bawah sadar.

http://showyourmind.blogspot.com/2008/03/kekuatan-bawah-sadar.html, 16

Mei 2008.


(20)

4

Tortora GJ.; Derrickson BH. (2009). Principles of anatomy and physiology. ed. Asia Willey. p. 448, 517-518.

Young C., Koopsen C.(2007). Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan.Medan : Bina Media Perintis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/230477, 20 Juni 2008.

http://perdossi.or.id/, 2009.


(1)

1.6 Hipotesis Penelitian

Waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Laboratorium Komputer Lantai 9 Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Maranatha

1.7.2 Waktu Penelitian


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi.

5.2 Saran

1. Dianjurkan bagi penderita penyakit akut maupun kronik dengan gejala nyeri untuk mendengarkan lagu yang disukai selain menjalani perawatan farmakologis, sehingga dapat membantu memperbaiki keadaan psikologis dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.

2. Memasang musik di ruang praktik dokter sehingga dapat membuat pasien merasa tenang dan mengurangi rasa nyeri.

3. Membandingkan efektivitas antara terapi musik dan terapi farmakologis terhadap nyeri akut dan kronik.


(3)

Daftar Pustaka

Allan H Ropper; Robert H.Brown. (2005). Pain and Other Disorders Of Somatic

Sensation, Headache, and Backache in: Adams and Victor’s Principles of

Neurology, McGraw-Hill Companies, Inc. 8: 109

American Society of Anesthesiologist. (2008). The management of pain. http://www.asahq.org/patientEducation/managepain.htm#top, 11 Mei 2012. Arini, S. H. (2001). Musik Merupakan Stimulasi terhadap Keseimbangan Aspek

Kognitif dan Kecerdasan Emosi. Retrieved July 24, 2015, from

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/30.html

Bourne HR von Zastrow M. (2004). Drug receptors & pharmacodynamics. In: Katzung, Bertram G., ed. Basic & clinical pharmacology. 9 edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 22-23.

Budhisantoso. 1994. “Seni Populer Indonesia dan Segi Sosial ekonominya”.

Makalah dalam Seminar Seni Populer tgl. 26 dan 27 Januari di Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indoneia, Jakarta.

Byrd Andrea. (1999). Serotonin and its uses.

http://serendip.brynmawr.edu/bb/neuro/neuro99/web1/Byrd.html, 20 Juni 2008.

Campbell D. (2001). THE MOZART EFFECT: Tapping the Power of Music to

Heal the Body, Strengthen the Mind, and Unlock the Creative Spirit. United

States: HarperCollins.

Daniel S Wibowo. (2011). Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia Publishing. h. 40.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka

Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress.

Eric Priyo Prasetyo. (2005). Peran musik sebagai fasilitas dalam praktek dokter gigi untuk mengurangi kecemasan pasien. Maj. Ked (Dent J.), 38: 41-44.

Farisi A. (2014, July 21). Mengenal Gelombang Otak dan Cara Kerja Pikiran. Retrieved July 2015, 2015, from Kompasiana: http://www.kompasiana.com/


(4)

Ganong WF. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. http://www.artashealing.org/ahfw3.htm , 14 Mei 2008.

Greer Sarah. (2003). The effects of music on pain perception.

http://hubel.sfasu.edu/courseinfo/SLO3/music_therapy2.htm, 14 Mei 2008. Guyton AC. and Hall JE. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. h.730-731, 761-767, 774-775, 911-912, 923, 932, 1147.

______________ (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

______________ (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h. 625-630, 635-636, 752-753, 768-769, 772, 774-776, 923.

Herawati RS. (2002). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Surabaya: Unair.

Heslet Lars. Our musical brain.

http://www.musicahumana.dk/documents/00015.pdf, 20 Juni 2008.

Jamalus. (1988). Panduan Pengajaran buku Pengajaran musik melalui

pengalaman musik. Proyek pengembangan Lembaga Pendidikan. Jakarta

Katzung, Bertram G. (2004). Histamine, serotonin & the ergot alkaloids. In: Katzung, Bertram G., ed. Basic & clinical pharmacology. 9 edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc. p. 270.

Krout, R. E. (2007). Music listening to facilitate relaxation and promote wellness: Integrated aspects of our neurophysiological responses to music. Arts in

Psychotherapy, 34, 134-141.

Mc Cann D.; Stewart J. (2006). Musical learning.

http://www.tms.com.au/tms121m.html, 12 Desember 2011.

Merriam, AP. (1968). The Anthropology of Music. United States of America: North Western University Press.

Merrit S. (2003). Simponi otak, Bandung: Mizan Media Utama.

Mitchell LA.; MacDonald RAR.; Brodie EE. (2004). Temperature and the cold pressor test. The Journal of Pain, 5 (4): 233-238.


(5)

Mitchell LA.; MacDonald RAR. (2006). An experimental investigation of the

effects of preferred and relaxing music listening on pain perception. Journal of

Music Therapy, XLIII (4): 295-316.

Mitchell LA.; MacDonald RAR.; Knussen C. (2008). An investigation of the

effects of music and art on pain perception. L.B.Mitchell@gcal.ac.uk, 12 Maret 2008.

Mucci Katte. The Healing Sound Of Music Manfaat Musik Untuk Kesembuhan, Kesehatan dan Kebahagiaan. Jakarta: PT. Gramedia Utama. 2002.

Musbikin I. (2009). Kehebatan Musik untuk Mengasah Kecerdasan Anak. Jogjakarta: Power Books.

Neal J Michael. (2002). Medical Pharmacology at a glance. 4th Ed., Blackwell science L: London.

Prasetyo EP. (2008). The surface roughness difference between microhybrid and

polycrystalline composites after polishing. Surabaya : Dent J (Maj. Ked. Gigi).

Perl Edward R. (2007). Theories of pain.

http://www.nature.com/nrn/journal/v8/n1/fig_tab/nrn2042_F1.html, 20 Juni 2008.

Rayyan Surangga. (2009). Motivasi diri.

http://rayyan.wordpress.com/2009/01/11/gelombang-otak-pengaruhnya/, 24 Maret

2012.

Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

_________ (2010). In Human Physiology 7 ed. Canada: Nelson Education, Ltd.

Smeltzer S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tama. (2008). Kekuatan bawah sadar.

http://showyourmind.blogspot.com/2008/03/kekuatan-bawah-sadar.html, 16 Mei

2008.

Thompson, Dave. (2004). The pain process.


(6)

Tortora GJ.; Derrickson BH. (2009). Principles of anatomy and physiology. ed. Asia Willey. p. 448, 517-518.

Young C., Koopsen C.(2007). Spritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan.Medan : Bina Media Perintis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/230477, 20 Juni 2008. http://perdossi.or.id/, 2009.