Prevalensi Streptococcus Beta-Hemolyticus Group A Pada Apus Tenggorok Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha Tahun 2014.

(1)

฀BSTR฀S

PREV฀LENSI SUM฀N ฀TREPTOCOCCU฀ BETA-HEMOLYTICU฀

GROUP A P฀D฀ ฀PUS TENGGOROS M฀H฀SISW฀ JURUS฀N

SEDOSTER฀N GIGI UNIVERSIT฀S SRISTEN M฀R฀N฀TH฀ T฀HUN

2014

Sandra A. Setyo Bud฀, 2014, Pemb฀mb฀ng I : W฀dura, dr., M. S.

Pemb฀mb฀ng II: Wenny Waty, dr. MPdKed.

Prevalens฀ bakter฀

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A

ser฀ng d฀temukan

pada anak-anak us฀a 3-15 tahun. Bakter฀ ฀n฀ dapat men฀mbulkan far฀ng฀t฀s.

Far฀ng฀t฀s dapat berkembang menjad฀ demam remat฀k dan menyebabkan

kompl฀kas฀ penyak฀t jantung remat฀k j฀ka t฀dak d฀obat฀. Demam remat฀k ser฀ng

terjad฀ pada anak-anak, namun tetap dapat terjad฀ pada orang dewasa. Data

prevalens฀

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A

sejauh ฀n฀ adalah pada anak

us฀a d฀ bawah 15 tahun. Penel฀t฀an ฀n฀ d฀lakukan pada mahas฀swa Fakultas

Kedokteran G฀g฀ dengan us฀a 18-21 tahun.

Tujuan penel฀t฀an ฀n฀ untuk mengetahu฀ prevalens฀

฀treptococcus

beta-hemolyticus Group A

pada mahas฀swa Fakultas Kedokteran G฀g฀ Un฀vers฀tas

Kr฀sten Maranatha angkatan 2012.

Penel฀t฀an ฀n฀ menggunakan metode penel฀t฀an observas฀onal dengan

pengamb฀lan data secara

cross-sectional

. Sampel orang percobaan d฀amb฀l dengan

cara apus tenggorok dan d฀lakukan ฀dent฀f฀kas฀ bakter฀ secara m฀kroskop฀s dengan

pewarnaan gram dan makroskop฀s dengan kultur sampel

pada Lempeng Agar

Darah (LAD). Kolon฀ dengan zona hemol฀s฀s kompl฀t akan d฀lakukan tes

bacitracin

untuk memast฀kan keberadaan bakter฀ pada sampel.

Has฀l penel฀t฀an kultur apus tenggorok subjek penel฀t฀an adalah t฀dak

d฀temukannya bakter฀ komensal

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A

. Has฀l

penel฀t฀an mendukung pernyataan bahwa bakter฀ ฀n฀ leb฀h ser฀ng d฀temukan pada

apus tenggorok anak-anak kurang dar฀ 15 tahun.

S฀mpulan penel฀t฀an adalah prevalens฀

฀treptococcus beta-hemolyticus Group

A

pada mahas฀swa Fakultas Kedokteran G฀g฀ Un฀vers฀tas Kr฀sten Maranatha

adalah sebesar 0%.


(2)

AB฀TRACT

PREVALENCE OF GROUP A BETA-HEMOLYTIC ฀TREPTOCOCCU฀ ON

A THROAT ฀WAB OF THE ฀TUDENT฀ OF MARANATHA CHRI฀TIAN

UNIVER฀ITY FACULTY OF DENTI฀TRY, YEAR 2014.

Sandra A. Setyo Bud฀, 2014,

1

st

tutor

: W฀dura, dr., M. S.

2

nd

tutor

: Wenny Waty, dr. MPdKed.

The flora of the pharynx includes

Group A beta-hemolytic ฀treptococcus. It is

often founded on healthy children at age 5-15. These bacteria can cause

pharyngitis. Pharyngitis can develop into rheumatic fever and cause rheumatic

heart disease as further complication, if unattended. The prevalence of Group A

beta-hemolytic ฀treptococcus was mostly researched at childhood age. Thus, this

research's target are the students of Faculty of Dentistry at the age 18-21 years

old.

The research’s objective is to know the prevalence of Group A beta-hemolytic

฀treptococcus of the students of Maranatha Christian University Faculty of

Dentistry.

The method of this research is observasional, with a cross-sectional sampling

technique. Object's sample is taken by a throat swab, then continued with

microscopic bateria identification through gram staining and macroscopic

bacteria identification through a blood agar culture. Bacitracin test will be

performed on a colony with complete hemolytic zone on the agar plate.

Throat swab cultures show that there is no Group A beta-hemolytic

฀treptococcus in any of the objects' samples. These results support other former

researches that stated Group A beta-hemolytic ฀treptococcus is mostly found on

throat swab cultures of children below fifteen.

In conclusion, the prevalence of Group A beta-hemolytic ฀treptococcus of the

students of Maranatha Christian University Faculty of Dentistry is 0%.


(3)

D฀FT฀R ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...฀

LEMBAR PERSETUJUAN ...฀฀

SURAT PERNYATAAN ...฀฀฀

ABSTRAK ...฀v

AB฀TRACT

...v

PRAKATA ...v฀

DAFTAR ISI...v฀฀฀

DAFTAR TABEL ...x฀

DAFTAR GAMBAR ...x฀฀

DAFTAR LAMPIRAN ...x฀฀฀

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Ident฀f฀kas฀ Masalah ...3

1.3 Tujuan Penel฀t฀an...3

1.4 Manfaat Penel฀t฀an ...3

1.4.1 Manfaat Ilm฀ah ...3

1.4.2 Manfaat Prakt฀s ...3

1.5 Landasan Teor฀ ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatom฀ Far฀ng ...5

2.2 H฀stolog฀ Far฀ng ...8

2.3 Flora Normal ...8

2.4

฀treptococcus Beta-Hemolyticus Group A...

8

2.4.1 Morfolog฀ ...8

2.4.2 Klas฀f฀kas฀

฀treptococcus Beta-Hemolyticus Group A

...9


(4)

2.4.5 Man฀festas฀ Kl฀n฀s ...13

2.5 Demam Remat฀k ...15

2.6 Penyak฀t Jantung Remat฀k ...16

2.7 Apus Tenggorok ...17

2.8 Bac฀trac฀n ...17

BAB III BAHAN / SUBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penel฀t฀an ...19

3.1.1 Alat Penel฀t฀an...19

3.1.2 Bahan Penel฀t฀an ...19

3.1.3 Subjek Penel฀t฀an ...20

3.2 Lokas฀ dan Waktu Penel฀t฀an ...20

3.3 Metode Penel฀t฀an ...20

3.3.1 Desa฀n Penel฀t฀an ...21

3.3.2 Var฀abel Penel฀t฀an ...21

3.3.3 Besar Sampel Penel฀t฀an...21

3.4 Prosedur Penel฀t฀an ...21

3.4.1 Pengamb฀lan Sampel Apus Tenggorok ...21

3.4.2 Ident฀f฀kas฀ Organ฀sme Secara M฀kroskop฀k ...22

3.4.3 Pemb฀akan Apus Tenggorok ...23

3.4.4 Pemb฀akan Bakter฀ Kultur Pos฀t฀f pada LAD ... 24

3.4.5 Tes Cakram Bac฀trac฀n dengan Metode

Disc Diffusion

...24

3.4.6 Metode Anal฀s฀s Data...25

3.5 Aspek Et฀k Penel฀t฀an ...25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Has฀l Penel฀t฀an ...26

4.1.1 Has฀l Pewarnaan Gram...26

4.1.2 Has฀l Kultur Apus Tenggorok...27


(5)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 S฀mpulan ...30

5.2 Saran ...30

DAFTAR PUSTAKA ...31

LAMPIRAN ...35


(6)

D฀FT฀R G฀MB฀R

Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Far฀ng D฀l฀hat dar฀ Poster฀or ...6

Gambar 2.2 Far฀ng Potongan Sag฀tal ...7

Gambar 2.3 Aspek Internal D฀nd฀ng Lateral Far฀ng ...

...

7

Gambar 2.4

฀treptococcus Beta-Hemolyticus

Group A

secara M฀kroskop฀k

...9

Gambar 2.5

Beta-Hemolytic

D฀produks฀ oleh

฀treptococcus Beta-Hemolyticus

Group A...

11

Gambar 2.6 D฀agram Skemat฀k Faktor V฀rulens฀

฀treptococcus Beta-Hemolyticus

Group A

...11

Gambar 2.7 Far฀ng฀t฀s ...15

Gambar L.2.1 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 1 ………...36

Gambar L.2.2 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 2 ………...36

Gambar L.2.3 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 3 ………...37

Gambar L.2.4 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 4 ………...37

Gambar L.2.5 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 5 ………...38

Gambar L.2.6 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 6 ………...38

Gambar L.2.7 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 7 ………...39

Gambar L.2.8 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 8 ………...39

Gambar L.2.9 Has฀l Subjek Penel฀t฀an 9 ………...40


(7)

D฀FT฀R L฀MPIR฀N

Lamp฀ran

Halaman

Lamp฀ran 1

Ethical Clearance.

...…………..35

Lamp฀ran 2 Gambar Has฀l Penel฀t฀an ...36

Lamp฀ran 3

Informed Consent

...41


(8)

฀A฀ I

PENDAHULUAN

1.1 Latar ฀elakang

฀฀฀฀฀Streptococcus

฀ merupakan฀ bakteri฀ gram-positif฀ yang฀ berbentuk฀

coccus฀

dan฀

tersusun฀ seperti฀ rantai.฀ Bakteri฀ ini฀ memfermentasi฀ karbohidrat,฀ nonmotil,฀ tidak฀

membentuk฀ spora,฀ dan฀ bersifat฀ katalase-negatif.฀ Pada฀ umumnya฀

Streptococcus฀

merupakan฀ bakteri฀ fakultatif฀ anaerob฀ yang฀ membutuhkan฀ medium฀ agar฀ darah฀

untuk฀berkembang฀biak฀(Patterson,฀1996).฀Berdasarkan฀derajat฀patogenisitasnya,฀

terdapat฀ lebih฀ dari฀ 50฀ genus฀

Streptococcus

,฀ yang฀ terdiri฀ dari฀ enam฀ kelompok฀

spesies

.฀

Salah฀ satunya฀ adalah฀ kelompok฀ bakteri฀ pyogenik

dengan฀ spesies฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A

฀(Greenwood,฀et฀al.,฀2007)

.

Streptococcus฀

beta-hemolyticus฀Group฀A

฀memiliki฀kapsul฀asam฀hyaluronat฀(Patterson,฀1996).

฀฀฀฀฀

Streptococcus฀ beta-hemolyticus฀ Group฀ A

฀ merupakan฀ bakteri฀ komensal฀ pada฀

tenggorokan฀ manusia.฀ Selain฀

Streptococcus฀ beta-hemolyticus฀ Group฀ A

฀ terdapat฀

Streptococcus฀ alpha-hemolyticus

,฀

Staphylococcus฀ aureus

,฀

Neisseria฀ sp.,

฀ dan฀

Diptheroids

.฀ Sebanyak฀ kurang฀ dari฀ 10฀ %฀ manusia฀ memiliki฀ bakteri฀ ini฀ sebagai฀

bakteri฀komensal฀saluran฀nafas฀atas฀(Goering,฀et฀al.,฀2013).฀

฀฀฀฀฀Prevalensi฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A฀

di฀saluran฀nafas฀atas฀pada฀

anak-anak฀ sekolah฀ yang฀ sehat฀ adalah฀ sebesar฀ 10-35%฀ (Fazeli,฀ et฀ al.,฀ 2003),฀ dan฀

paling฀ tinggi฀ pada฀ anak฀ usia฀ 3-15฀ tahun.฀ Prevalensi฀

Streptococcus฀

beta-hemolyticus฀ Group฀ A

฀฀ dipengaruhi฀ oleh฀ faktor฀ lingkungan฀ dan฀ sosial.฀ Di฀ Iran,฀

prevalensi฀bakteri฀ini฀pada฀anak฀sekolah฀usia฀6-13฀tahun฀adalah฀sebesar฀11฀%,฀di฀

Swedia฀sebesar฀2%,฀di฀Israel฀8.4%,฀dan฀di฀Amerika฀Serikat฀sebesar฀36%฀(Sevinc฀

&฀ Enoz,฀ 2008).฀ Karier฀

Streptococcus฀ beta-hemolyticus฀ Group฀ A฀

dapat฀

menyebabkan฀infeksi฀tenggorokan฀(Lloyd,฀et฀al.,฀2006).

฀฀฀฀฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A

฀merupakan฀bakteri฀yang฀paling฀sering฀

menyebabkan฀infeksi฀saluran฀nafas฀atas฀yaitu฀faringitis.฀Kasus฀faringitis฀di฀dunia฀

karena฀ bakteri฀ ini฀ mencapai฀ 616฀ juta฀ kasus฀ setiap฀ tahunnya,฀ dimana฀ prevalensi฀

karier฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A

฀yang฀asimtomatik฀banyak฀terdapat฀


(9)

pada฀kultur฀sediaan฀apus฀tenggorok฀anak-anak฀sekolah฀berusia฀5-15฀tahun,฀yaitu฀

sebanyak฀ 9-34,1%.฀ Di฀ India฀ prevalensi฀ faringitis฀ akibat฀ bakteri฀ ini฀ ditemukan฀

sebanyak฀ 4,2-13,7%.฀ Di฀ Indonesia฀ faringitis฀ banyak฀ didapat฀ pada฀ anak-anak฀

sebesar฀ 18%฀ (Widagdo,฀ et฀ al.,฀ 2007),฀ dan฀ belum฀ ditemukan฀ data฀ pada฀ orang฀

dewasa.฀ Berdasarkan฀ penelitian฀ di฀ Oslo,฀ infeksi฀ ini฀ paling฀ sering฀ terjadi฀ pada฀

anak-anak฀ usia฀ 10฀ tahun฀ (Koch฀ A,฀ 2003).฀ Oleh฀ karena฀ itu,฀ dapat฀ disimpulkan฀

bahwa฀ data฀ prevalensi฀

Streptococcus฀ beta-hemolyticus฀ Group฀ A

฀ yang฀ ada฀ pada฀

saat฀ini฀hanya฀pada฀anak-anak฀saja.฀

฀฀฀฀฀Berdasarkan฀ data฀ epidemiologi,฀ kasus฀ faringitis฀ yang฀ dapat฀ berkembang฀

menjadi฀demam฀rematik฀akut฀sebesar฀3%฀(Kumar,฀et฀al.,฀2009).฀Demam฀rematik฀

masih฀ menjadi฀ masalah฀ kesehatan฀ yang฀ penting฀ di฀ negara฀ yang฀ sedang฀

berkembang,฀ karena฀ sebanyak฀ 60%฀ pasien฀ dengan฀ demam฀ rematik฀ akut฀ akan฀

mengalami฀kelainan฀pada฀katup฀jantungnya฀dan฀menyebabkan฀timbulnya฀penyakit฀

jantung฀rematik฀(Kumar,฀et฀al.,฀2009).฀Penyakit฀jantung฀rematik฀merupakan฀sekuel฀

kardiovaskular฀ non-supuratif฀ dari฀ faringitis฀ akibat฀ infeksi฀

Streptococcus฀

beta-hemolyticus฀Group฀A

฀dan฀merupakan฀penyebab฀utama฀dari฀

acquired฀heart฀disease

pada฀anak-anak฀terutama฀di฀negara฀yang฀sedang฀berkembang฀(Lloyd,฀et฀al.,฀2006).

฀฀฀฀฀Faringitis฀ ditularkan฀ melalui฀ inhalasi

atau฀ kontak฀ langsung฀ dengan฀ sputum฀

hasil฀sekresi฀respiratorius.฀Masa฀inkubasinya฀2-5฀hari฀setelah฀adanya฀inhalasi฀atau฀

kontak฀ langsung.฀ Bila฀ tidak฀ diobati,฀ orang฀ yang฀ terinfeksi฀ dapat฀ menyebabkan฀

penularan฀ lebih฀ lanjut฀ terhadap฀ lingkungan฀ sekitarnya฀ (Martin,฀ 2010).฀ Karena฀

pekerjaan฀ mahasiswa฀ Fakultas฀ Kedokteran฀ Gigi฀ berhubungan฀ dengan฀ rongga฀

mulut฀ dan฀ dapat฀ menginhalasi฀ atau฀ melakukan฀ kontak฀ langsung฀ dengan฀ sekret฀

respiratorius,฀ maka฀ peneliti฀ bermaksud฀ untuk฀ meneliti฀ prevalensi฀

Streptococcus฀

beta-hemolyticus฀Group฀A฀

pada฀populasi฀tersebut.

฀฀฀฀฀Data฀ prevalensi฀ bakteri฀

Streptococcus฀ beta-hemolyticus฀ Group฀ A

฀ pada฀

anak-anak฀ sehat฀ di฀ berbagai฀ negara฀ banyak฀ terjadi฀ pada฀ usia฀ 3-15฀ tahun฀ (Sevinc฀ &฀

Enoz,฀2008),฀sedangkan฀data฀pada฀usia฀dewasa฀muda฀di฀Indonesia฀maupun฀negara฀

lain฀ belum฀ ada.฀ Untuk฀ itulah฀ penulis฀ bermaksud฀ melakukan฀ penelitian฀ untuk฀

memperoleh฀data฀prevalensi฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A

฀pada฀subjek฀


(10)

dewasa฀ muda฀ khususnya฀ pada฀ mahasiswa฀ Jurusan฀ Kedokteran฀ Gigi฀ Universitas฀

Kristen฀Maranatha฀Bandung฀angkatan฀2012.฀

1.2 Identifikasi Masalah

฀฀฀฀฀Berapa฀prevalensi฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A

฀pada฀sediaan฀apus฀

tenggorok฀ mahasiswa฀ Fakultas฀ Kedokteran฀ Gigi฀ Universitas฀ Kristen฀ Maranatha฀

angkatan฀2012.

1.3 Tujuan Penelitian

฀฀฀฀฀Untuk฀mengetahui฀prevalensi฀bakteri฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A

pada฀ sediaan฀ apus฀ tenggorok฀ mahasiswa฀ Fakultas฀ Kedokteran฀ Gigi฀ Universitas฀

Kristen฀Maranatha฀angkatan฀2012.

1.4 Manfaat Penelitian

฀฀฀฀฀

1.4.1 Manfaat Ilmiah

฀฀฀฀฀Penelitian฀ini฀diharapkan฀dapat฀memberikan฀informasi฀ilimiah฀tentang฀adanya฀

bakteri฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀A

฀pada฀tenggorokan฀orang฀dewasa.

1.4.2 Manfaat Praktis

฀฀฀฀฀Untuk฀ memberikan฀ informasi฀ kepada฀ masyarakat฀ tentang฀ adanya฀ bakteri฀

Streptococcus฀ beta-hemolyticus฀ Group฀ A

฀ pada฀ tenggorokan฀ manusia,฀ sehingga฀

masyarakat฀dapat฀lebih฀waspada฀terhadap฀adanya฀infeksi฀oleh฀bakteri฀ini.฀

1.5 Landasan Teori

฀฀฀฀฀

Streptococcus฀ beta-hemolyticus฀ Group฀ A฀

merupakan฀ bakteri฀ komensal฀

tenggorok฀yang฀dapat฀menyebabkan฀faringitis฀pada฀orang฀dewasa฀sebesar฀5-10%฀

maupun฀ pada฀ anak฀ sebesar฀ 15-30%.฀ Faringitis฀ ditularkan฀ melalui฀ inhalasi

atau฀


(11)

kontak฀langsung฀dengan฀sputum฀hasil฀sekresi฀respiratorius,฀dan฀dapat฀berkembang฀

menjadi฀demam฀rematik.฀Data฀prevalensi฀

Streptococcus฀beta-hemolyticus฀Group฀

A

฀banyak฀ditemukan฀pada฀anak-anak฀usia฀3-15฀tahun,฀dan฀belum฀ditemukan฀data฀

pada฀ orang฀ dewasa.฀ Oleh฀ karena฀ itu,฀ peneliti฀ bermaksud฀ untuk฀ meneliti฀ sampel฀

apus฀ tenggorok฀ dari฀ subjek฀ penelitian฀ mahasiswa฀ Fakultas฀ Kedokteran฀ Gigi฀

karena฀ adanya฀ hubungan฀ antara฀ cara฀ penularan฀ dengan฀ subjek฀ kerja฀ seorang฀

mahasiswa฀ Fakultas฀ Kedokteran฀ Gigi,฀ yang฀ berusia฀ 18-21฀ tahun฀ yang฀ akan฀

mewakili฀populasi฀dewasa฀muda฀untuk฀mencari฀data฀prevalensinya.฀


(12)

฀A฀ V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

฀฀฀฀฀Prevalensi฀ bakteri฀

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A

฀ pada฀ mahasiswa฀

Jurusan฀Kedokteran฀Gigi฀Universitas฀Kristen฀Maranatha฀angkatan฀2012฀sebanyak฀

0%,฀ sehingga฀ dapat฀ disimpulkan฀ bahwa฀ subjek-subjek฀ penelitian฀ tidak฀ memiliki฀

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A

sebagai฀bakteri฀komensal฀tenggorok.

5.2 Saran

Saran฀dari฀penelitian฀ini฀:฀

Penelitian฀ dapat฀ dilakukan฀ dengan฀ subjek฀ yang฀ jumlahnya฀ lebih฀ banyak,฀

sehingga฀hasilnya฀lebih฀bermakna.

Penelitian฀ dapat฀ dilakukan฀ pada฀ masyarakat฀ di฀ luar฀ lingkungan฀ Universitas฀

Kristen฀Maranatha.

Dapat฀ dilakukan฀ penelitian฀ tentang฀ perbandingan฀ prevalensi฀

฀treptococcus

beta-hemolyticus Group A

dengan฀

฀treptococcus viridans

pada฀orang฀dewasa.฀


(13)

฀IWAYAT HIDUP

฀ Nama

: Sandra Agna Setyo Budi

฀ Nomor Pokok Mahasiswa : 1110138

฀ Tempat dan tanggal lahir : Surabaya 17 September 1993

฀ Alamat

: Kedung Baruk Utara no. 36, Surabaya

฀ Riwayat Pendidikan

: TK St. Carolus Surabaya, 1997฀1999

SD St. Carolus Surabaya, 1999฀2005

SMP St. Carolus Surabaya, 2005฀2007

Surabaya International School, 2007฀2011

Fakultas Kedokteran฀UKM, Bandung, 2011฀

sekarang


(14)

฀REVALENSI

฀TREPTOCOCCU฀ BETA-HEMOLYTICU฀ GROUP A

฀ADA A฀US TENGGOROK MAHASISWA FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

TAHUN 2014

฀andra Agna ฀etyo Budi*, Widura**, Wenny Waty***

*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

**Bagian Mikrobiologi Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

Bandung

***Bagian Keterampilan Klinik Fakultas kedokteran Universitas Kristen

Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. ฀uria ฀umantri No. 65, Bandung

ABSTRAK

Prevalensi bakteri ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A sering ditemukan pada anak-anak usia 3-15 tahun. Bakteri ini dapat menimbulkan faringitis. Faringitis dapat berkembang menjadi demam rematik dan menyebabkan komplikasi penyakit jantung rematik jika tidak diobati. Demam rematik sering terjadi pada anak-anak, namun tetap dapat terjadi pada orang dewasa. Data prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A sejauh ini adalah pada anak usia di bawah 15 tahun. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dengan usia 18-21 tahun.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha angkatan 2U12.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pengambilan data secara cross-sectional. ฀ampel orang percobaan diambil dengan cara apus tenggorok dan dilakukan identifikasi bakteri secara mikroskopis dengan pewarnaan gram dan makroskopis dengan kultur sampel pada Lempeng Agar Darah (LAD). Koloni dengan zona hemolisis komplit akan dilakukan tes bacitracin untuk memastikan keberadaan bakteri pada sampel.

Hasil penelitian kultur apus tenggorok subjek penelitian adalah tidak ditemukannya bakteri komensal ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A. Hasil penelitian mendukung pernyataan bahwa bakteri ini lebih sering ditemukan pada apus tenggorok anak-anak kurang dari 15 tahun. ฀impulan penelitian adalah prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha adalah sebesar U%.

Kata kunci: ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A, apus tenggorok, prevalensi.

AB฀TRACT

The flora of the pharynx includes Group A beta-hemolytic ฀treptococcus. It is often founded on healthy children at age 5-15. These bacteria can cause pharyngitis. Pharyngitis can develop into rheumatic fever and cause rheumatic heart disease as further complication, if unattended. The prevalence of Group A beta-hemolytic ฀treptococcus was mostly researched at childhood age. Thus, this research's target are the students of Faculty of Dentistry at the age 18-21 years old. The research’s objective is to know the prevalence of Group A beta-hemolytic ฀treptococcus of the students of Maranatha Christian University Faculty of Dentistry.


(15)

The method of this research is observasional, with a cross-sectional sampling technique. Object's sample is taken by a throat swab, then continued with microscopic bateria identification through gram staining and macroscopic bacteria identification through a blood agar culture. Bacitracin test will be performed on a colony with complete hemolytic zone on the agar plate. Throat swab cultures show that there is no Group A beta-hemolytic ฀treptococcus in any of the objects' samples. These results support other former researches that stated Group A beta-hemolytic ฀treptococcus is mostly found on throat swab cultures of children below fifteen.

In conclusion, the prevalence of Group A beta-hemolytic ฀treptococcus of the students of Maranatha Christian University Faculty of Dentistry is 0%.

Keyword : ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A, throat swab, prevalence.

฀ENDAHULUAN

฀treptococcus merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk coccus dan tersusun seperti rantai. Bakteri ini memfermentasi karbohidrat, nonmotil, tidak membentuk spora, dan bersifat katalase-negatif. Pada umumnya ฀treptococcus merupakan bakteri fakultatif anaerob yang membutuhkan medium agar darah untuk berkembang biak (1). Berdasarkan derajat patogenisitasnya, terdapat lebih dari 5U genus ฀treptococcus, yang terdiri dari enam kelompok spesies. ฀alah satunya

adalah kelompok bakteri pyogenik dengan spesies ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A (2). ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A memiliki kapsul asam hyaluronat (1).

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A merupakan bakteri komensal pada tenggorokan manusia. ฀elain ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A terdapat ฀treptococcus alpha-hemolyticus, ฀taphylococcus aureus, Neisseria sp., dan Diptheroids. ฀ebanyak kurang dari 1U % manusia


(16)

memiliki bakteri ini sebagai bakteri komensal saluran nafas atas (3).

Prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A di saluran nafas atas pada anak-anak sekolah yang sehat adalah sebesar 1U-35% (4), dan paling tinggi pada anak usia 3-15 tahun. Prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial. Di Iran, prevalensi bakteri ini pada anak sekolah usia 6-13 tahun adalah sebesar 11 %, di ฀wedia sebesar 2%, di Israel 8.4%, dan di Amerika ฀erikat sebesar 36% (5). Karier ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A dapat menyebabkan infeksi tenggorokan (6).

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi saluran nafas atas yaitu faringitis. Kasus faringitis di dunia karena bakteri ini mencapai 616 juta kasus setiap tahunnya, dimana prevalensi karier ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A yang asimtomatik banyak terdapat pada kultur sediaan apus tenggorok anak-anak sekolah berusia 5-15 tahun, yaitu sebanyak 9-34,1%. Di India prevalensi faringitis akibat bakteri ini ditemukan sebanyak 4,2-13,7%. Di Indonesia faringitis banyak didapat pada anak-anak sebesar 18% (7), dan belum ditemukan data pada orang dewasa.

Berdasarkan penelitian di Oslo, infeksi ini paling sering terjadi pada anak-anak usia 1U tahun (8). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A yang ada pada saat ini hanya pada anak-anak saja.

Berdasarkan data epidemiologi, kasus faringitis yang dapat berkembang menjadi demam rematik akut sebesar 3% (9). Demam rematik masih menjadi masalah kesehatan yang penting di negara yang sedang berkembang, karena sebanyak 6U% pasien dengan demam rematik akut akan mengalami kelainan pada katup jantungnya dan menyebabkan timbulnya penyakit jantung rematik (9). Penyakit jantung rematik merupakan sekuel kardiovaskular non-supuratif dari faringitis akibat infeksi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A dan merupakan penyebab utama dari acquired heart disease pada anak-anak terutama di negara yang sedang berkembang (6).

Faringitis ditularkan melalui inhalasi atau kontak langsung dengan sputum hasil sekresi respiratorius. Masa inkubasinya 2-5 hari setelah adanya inhalasi atau kontak langsung. Bila tidak diobati, orang yang terinfeksi dapat menyebabkan penularan lebih lanjut terhadap lingkungan sekitarnya (1U).


(17)

Karena pekerjaan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi berhubungan dengan rongga mulut dan dapat menginhalasi atau melakukan kontak langsung dengan sekret respiratorius, maka peneliti bermaksud untuk meneliti prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada populasi tersebut.

Data prevalensi bakteri ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada anak-anak sehat di berbagai negara banyak terjadi pada usia 3-15 tahun (5), sedangkan data pada usia dewasa muda di Indonesia maupun negara lain belum ada. Untuk itulah penulis bermaksud melakukan penelitian untuk memperoleh data prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada subjek dewasa muda khususnya pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha Bandung angkatan 2U12.

METODE ฀ENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dimana tidak dilakukan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Pengambilan data dilakukan secara cross-sectional dimana pengambilan data variabel dilakukan sekali waktu, disaat yang bersamaan. Penelitian dilakukan dari bulan April - Juli 2U14 di Laboratorium Mikrobiologi

Penelitian dilakukan di laboratorium dimana peneliti mengambil sampel apus tenggorok dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha angkatan 2U12 untuk kemudian diidentifikasi ada tidaknya ฀treptococcus beta-hemolitycus Group A. Variabel penelitian adalah ฀treptococcus beta-hemolitycus Group A.

Besar sampel minimal yaitu sebesar 3U sampel, dimana subjek penelitian merupakan seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha angkatan 2U12 yang memenuhi kriteria subjek penelitian yang telah ditentukan. Namun pada penelitian ini, sukarelawan yang mau berpartisipasi tidak mencukupi besar sampel minimal, yaitu sebanyak 9 subjek penelitian saja karena adanya efek reflek muntah dari pengambilan sampel apus tenggorok.

฀ebelum memulai percobaan, alat dan bahan disterilisasikan terlebih dahulu. Alat-alat disterilisasi dengan menggunakan autoclave. Pengambilan sampel apus tenggorok dilakukan dengan cara mengusapkan kapas steril pada daerah orofaring, yaitu dinding lateral faring ke fossa tonsilaris kemudian ke posterior faring, dilanjutkan lagi ke fossa tonsilaris dan


(18)

sisi yang lain. Pewarnaan gram dilakukan pada sampel pertama dan pembiakan sampel dilakukan pada Lempeng Agar Darah (LAD) dengan metode penipisan Koch dan diinkubasi pada suhu 37 derajat Celcius selama 24 jam untuk sampel kedua.

Hasil kultur dinyatakan positif adanya ฀treptococcus beta-hemolyticus apabila ditemukan zona hemolisis yang jernih dan bening disekitar koloni sesuai dengan hasil kontrol positif. Apabila sesuai dengan kontrol positif, maka dilanjutkan dengan test cakram Bacitracin metode Disc Diffusion dan akan dilakukan pengamatan zona inhibisi yang terbentuk untuk

mengkonfirmasi adanya ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A. Jika didapatkan zona inhibisi, maka dapat dinyatakan hasil kultur positif. Zona inhibisi yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan mm (milimeter) dengan arah tegak lurus pada diameter terbesar dan terkecil.

HASIL DAN ฀EMBAHASAN

Pewarnaan gram dilakukan sebagai tahap awal untuk mengindentifikasi bakteri secara mikroskopik, namun tidak dapat mengidentifikasi bakteri secara spesifik.

Tabel 4.1 Hasil ฀ewarnaan Gram

Subjek ฀enelitian Bakteri Coccus Gram + Tersusun Seperti Rantai

Bakteri Lain

1 + Coccus gram + tersusun seperti anggur 2 - Coccus gram + tersusun seperti anggur

3 - Batang gram

-4 - Coccus gram - tersusun berpasangan

5 + Batang gram

-6 + Coccus gram - tersusun berpasangan

7 - Batang gram

-8 - Coccus gram + tersusun seperti anggur 9 + Coccus gram - tersusun berpasangan


(19)

Berdasarkan hasil dari seluruh pewarnaan gram, didapatkan 4 pewarnaan dengan hasil mikroskopik yang menyerupai karakteristik bakteri ฀treptococcus yaitu bakteri gram positif coccus tersusun seperti rantai dengan

ukuran 1x1 kilomikron. Untuk memastikan keberadaan ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada sampel apus tenggorok, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan kultur sampel pada medium LAD.

Tabel 4.2 Hasil Kultur Apus Tenggorok Subjek

฀enelitian

Koloni Streptococcus Beta-Hemolyticus Group A

Koloni Streptococcus Alfa-Hemolyticus

1 -

-2 -

-3 -

-4 - +

5 - +

6 - +

7 - +

8 - +

9 - +

Apus tenggorok merupakan gold standard untuk pemeriksaan ฀treptococcus beta-hemolyticus Grup A. ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada LAD tampak gambaran koloni yang jernih, transparan, dengan ukuran 1x1 mm. Apabila ditemukan koloni yang serupa dengan kontrol pada LAD, percobaan dapat dilanjutkan dengan tes cakram Bacitracin untuk memastikan kembali adanya bakteri tersebut. Berdasarkan hasil percobaan, tidak didapatkan koloni yang menyerupai koloni ฀treptococcus beta-hemolyticus

dari satu macam koloni sehingga harus dilakukan subkultur terhadap koloni yang diperkirakan menyerupai koloni ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada LAD untuk memastikan keberadaannya. Hasil subkultur menunjukkan tidak adanya sampel yang memiliki bakteri tersebut, maka tes Bacitracin tidak dilakukan.

Hasil lain yang ditemukan dari kultur apus tenggorok adalah koloni

฀treptococcus alfa-hemolyticus sebanyak 6 kultur dari 9 kultur apus tenggorok, dimana terdapat warna


(20)

kehijauan disekitar koloni karena adanya hemolisis parsial dari sel darah merah. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A dari hasil kultur apus tenggorok subjek penelitian. Hasil dari kultur tersebut menunjukkan adanya koloni bateri lain, salah satunya

฀treptococcus alpha-hemolyticus, yaitu ฀treptococcus viridans.฀treptococcus viridans lebih banyak ditemukan pada tenggorokan orang dewasa, sedangkan ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A lebih banyak ditemukan pada

tenggorokan anak-anak. ฀treptococcus viridans merupakan bakteri komensal yang dominan di cavitas ori dan faring. Bakteri ini memiliki peran yang penting dalam menginhibisi kolonisasi berbagai macam patogen termasuk ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A. Hal ini terjadi karena adanya produksi bakteriosin dan hidrogen peroksida. Bakteriosin merupakan substansi antibakterial dibentuk oleh kebanyakan spesies bakteri yang aktif terhadap strain dari genus yang sama sebagai producer strain. Hidrogen peroksida merupakan substansi yang bertanggung jawab atas hemolisis parsial yang terjadi pada LAD. Hal ini terbukti dari eksperimen berupa implantasi strain฀treptococcus salivarius dengan aktivitas bakteriosin kuat yang dapat menginhibisi koloni

฀treptococcus beta-hemolyticus Group A (3).

Kemungkinan lain didapatkannya hasil kultur negatif ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A karena adanya faktor lingkungan yang bersih dan tidak terlalu padat, beserta faktor sosioekonomi subjek penelitian yang baik. Hal ini dibuktikan dari penelitian di Iran dimana anak yang bersekolah di kota memiliki rata-rata karier ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A yang lebih tinggi dari anak yang bersekolah di desa. Kondisi yang lebih padat pada sekolah yang terdapat di dalam kota dibandingkan dengan yang terdapat di desa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari penelitian ini (4).

Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi saluran pernafasan atas, yaitu malnutrisi (49%), anemia (14%), jumlah anggota keluarga yang meningkat (65%), keluarga perokok (74%), pendidikan rendah (73%), level sosioekonomi rendah (64%) (Widagdo, et al., 2UU7). Anemia dapat menyebabkan penurunan sistem imun sehingga manusia lebih rentan terhadap infeksi. Infeksi saluran pernafasan atas khususnya faringitis sering menyebar diantara anggota keluarga karena cara penularannya yang melalui inhalasi sekret respiratorius. Dengan adanya


(21)

jumlah anggota keluarga yang meningkat, setiap anggota keluargan menjadi lebih rentan terhadap faringitis apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang terjangkit faringitis. ฀edangkan perokok lebih rentan terhadap faringitis karena rokok menyebabkan penurunan flora normal tenggorokan (฀treptococcus alfa-hemolyticus) yang memiliki efek inihibisi terhadap kolonisasi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A sehingga timbulnya infeksi dari bakteri ini. Level sosioekonomi rendah mempengaruhi prevalensi faringitis karena orang dengan level sosioekonomi rendah cenderung untuk tinggal di daerah yang kumuh dan padat dengan ventilasi yang buruk, sehingga meningkatkan angka kejadian faringits (4).

Pada penelitian ini, peneliti tidak membedakan jenis kelamin dan membandingkan hasilnya karena adanya penelitian yang menyatakan bahwa tidak didapatkan perbedaan pada kultur apus tenggorok pria maupun wanita (4). SIM฀ULAN

Prevalensi bakteri ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha angkatan

disimpulkan bahwa subjek-subjek penelitian tidak memiliki ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A sebagai bakteri komensal tenggorok.

SARAN

฀ Penelitian dapat dilakukan dengan subjek yang jumlahnya lebih banyak, sehingga hasilnya lebih bermakna.

฀ Penelitian ini juga dapat dilakukan pada masyarakat di luar lingkungan Universitas Kristen Maranatha untuk melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya faringitis.

฀ Penelitian tentang perbandingan prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A dengan ฀treptococcus viridans pada orang dewasa.

DAFTAR ฀USTAKA

1. ฀atterson, Maria Jevitz. General Concepts ฀treptococcus pyogenes, other ฀treptococci, and Enterococcus. ฀treptococcus - Medical Microbiology - NCBI Bookshelf. [Online] [Cited: January 2U, 2U14.]

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK 7611/.

2. Greenwood, David, et al. Medical Microbiology. Philadelphia : Churchill Livingstone Elsevier, 2UU7. pp. 178-179. 3. Goering V. Richard. Entry, Exit, and

Transmission. [book auth.], et al. Mims' Medical Microbiology. 5th. s.l. : ฀aunders Elsevier, 2U13.

4. Fazeli, M. R., et al. Group A ฀treptococcal ฀erotypes Isolated from Healthy ฀choolchildren In Iran. 2UU3, European


(22)

5. Sevinc, Irfan and Enoz, Murat. The Prevalence of Group A Beta-hemolytic ฀treptococcus inHealthy Turkish Children in Day-care Centers in Ankara.

Microbiology , Maresal Cakmak Military Hospital. Erzurum : s.n., 2UU8.

6. Lloyd, Charmaine A.C., Jacob, Swarna E. and Menon, Thangam. Pharyngeal carriage of group A streptococci in school children. 2UU6, Indian J Med, pp. 195-198.

7. Widagdo, et al. Clinical manifestations of upper respiratory tract in children at Kalideres Community Health Center, Iest Jakarta . Jakarta  : s.n., 2UU7, Universa Medicina , pp. 172-175. 8. Koch A, Melbak K, Homoe ฀, Sorensen ฀,

Hjuler T,Olesen ME. Risk factors for acute respiratory. 2UU3, Am J Epidemiology , pp. 374-384. 9. Kumar, et al. Rheumatic Fever And

Rheumatic Heart Disease. [book auth.] Pathologic Basis of Disease. 8th. Philadelphia : Elsevier ฀aunders, 2U1U, pp. 565-566.

1U. Martin, Judith M. ฀ore Throat (Pharyngitis). antimicrobe.org. [Online] 2U1U.


(23)

฀AFTAR PUSTAKA

฀charya, T., 2013.

฀lood Agar : Composition, Preparation, Uses and Types of

Hemolysis.

[Online]

Tersedia di:

http://microbeonline.com/blood-agar-composition-preparation-uses-and-types-of-hemolysis/

[Diunduh 9 October 2014].

฀dam, D., Scholz, H. & Helmerking, M., 2000. Short-Course ฀ntibiotic

Treatment of 4782 Culture-Proven Cases of Group ฀ Streptococcal

Tonsillopharyngitis and Incidence of Poststreptococcal Sequelae.

Journal of

Infectious Disease ,

฀ugust.

฀Carapetis, J. R., 2012. ฀cute Rheumatic Fever. In: D. L. Longo, et al. eds.

Harrison's PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE Eighteenth Edition.

18th ed. s.l.:McGraw-Hill Companies, pp. 2752-2756.

Craig, C. R. & Stitzel, R. E., 2004.

Modern Pharmacology with Clinical

Applications.

Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins.

Cunningham, M. W., 2000.

Pathogenesis of Group A Streptococcal Infections.

[Online]

Tersedia

di:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC88944/

[Diunduh 22 January 2014].

Fazeli, M. R. et al., 2003. Group ฀ Streptococcal Serotypes Isolated from Healthy

Schoolchildren In Iran.

European Journal of Clinical Microbiology &

Infectious Diseases.

Fox, J. W., Marcon, M. J. & Bonsu, B. K., 2006.

Diagnosis of Streptococcal

Pharyngitis by Detection of Streptococcus Pyogenes in Posterior

Pharyngeal

versus

Oral

Cavity

Specimen.

[Online]

Tersedia

di:

http://jcm.asm.org/content/44/7/2593.full#ref-9

[Diunduh 9 October 2014].


(24)

Pharyngeal

versus

Oral

Cavity

Specimens.

[Online]

Tersedia

di:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1489465/

[Diunduh 1 November 2014].

Goering, R. V. et al., 2013. Entry, Exit, and Transmission. In:

Mims' Medical

Microbiology.

5th ed. s.l.:Saunders Elsevier.

Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J. & Barer, M., 2007.

Medical

Microbiology.

Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier.

Hahn, R. G., Knox, L. M. & Forman, T. ฀., 2005. [Online]

Tersedia

di:

http://www.aafp.org/afp/2005/0515/p1949.html?keepThis=true&TB_iframe

=true&height=400&width=800

[Diunduh 20 July 2014].

Hahn, R., Knox, L. & Forman, T., 2005.

Evaluation of Poststreptococcal Illness,

Los ฀ngeles: s.n.

Kiselica, D., 1994.

Group A ฀eta-Hemolytic Streptococcal Pharyngitis : Current

Clinical Concepts,

Virginia: s.n.

Koch, ฀. et al., 2003. Risk factors for acute respiratory.

Am J Epidemiology,

pp.

374-384.

Levinson, W., 2012.

Review of Medical Microbiology and Immunology.

12th ed.

s.l.:McGraw-Hill.

Lloyd, C. ฀., Jacob, S. E. & Menon, T., 2006. Pharyngeal carriage of group ฀

streptococci in school children.

Indian J Med,

pp. 195-198.

Martin,

J.

M.,

2010.

Sore

Throat

(Pharyngitis).

[Online]

Tersedia di: www.antimicrobe.org/e36.asp

Mescher, ฀. L., 2010.

JUNQUEIRA'S ฀asic Histology Text & Atlas.

s.l.:McGraw-Hill.

Moore, K. L., Dalley, ฀. F. & ฀gur, ฀. M. R., 2010.

Clinically Oriented

Anatomy.

6th ed. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins .

Patterson,

M.

J.,

1996.

Chapter

13

Streptococcus.

[Online]

Tersedia

di:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7611/

[Diunduh 22 January 2014].


(25)

Patterson, M. J., n.d.

General Concepts Streptococcus pyogenes, other

Streptococci,

and

Enterococcus.

[Online]

Tersedia

di:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7611/

[Diunduh 20 January 2014].

Pitaro, M., n.d.

Streptococcal Pharyngitis (Strep Throat).

[Online]

Tersedia

di:

http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Strep.pdf

[Diunduh 21 October 2014].

Prescott,

L.

M.,

2002.

Microbiology.

[Online]

Tersedia

di:

http://id.scribd.com/doc/221049589/Microbiologia-Microbiology-Prescott-Harley-Klein-5th-Ed-Mcgraw-hill-2002

R. Kumar, H. et al., 2009. Epidemiology of group ฀ streptococcal pharyngitis &

impetigo:.

Indian J Med,

p. 8.

Sevinc, I. & Enoz, M., 2008.

The Prevalence of Group A ฀eta-hemolytic

Streptococcus inHealthy Turkish Children in Day-care Centers in Ankara,

Erzurum: s.n.

Shulman, S. T. et al., 2012.

Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and

Management of Group A Steptococcal Pharyngitis: 2012 Update by the

Infectious

Diseases

Society

of

America.

[Online]

[Diunduh 22 January 2014].

Stollerman, G. H., 2001.

Rheumatic Fever in the 21st Century,

Boston: Clinical

Infectious Disease, School of Medicine and School of Public Health .

Tank, P. W. & Gest, T. R., 2009.

Chapter 7 : HEAD and NECK.

[Online]

Tersedia

di:

http://web.uni-

plovdiv.bg/stu1104541018/docs/res/anatomy_atlas_-_Patrick_W._Tank/7%20-%20The%20Head%20and%20Neck.htm

Wessels, M. R., 2012. Streptococcal infection. In:

Harrison's PRINCIPLES OF

INTERNAL MEDICINE.

s.l.:McGraw- Hill Companies, pp. 1171-1173.

Wibowo, D. S. & Paryana, W., 2007.

Anatomi Tubuh Manusia.

s.l.:Elsevier.


(26)

Widagdo, et al., 2007. Clinical manifestations of upper respiratory tract in

children at Kalideres Community Health Center, West Jakarta.

Universa

Medicina ,

pp. 172-175.


(1)

jumlah anggota keluarga yang meningkat, setiap anggota keluargan menjadi lebih rentan terhadap faringitis apabila terdapat salah satu anggota keluarga yang terjangkit faringitis. ฀edangkan perokok lebih rentan terhadap faringitis karena rokok menyebabkan penurunan flora normal tenggorokan (฀treptococcus alfa-hemolyticus) yang memiliki efek inihibisi terhadap kolonisasi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A sehingga timbulnya infeksi dari bakteri ini. Level sosioekonomi rendah mempengaruhi prevalensi faringitis karena orang dengan level sosioekonomi rendah cenderung untuk tinggal di daerah yang kumuh dan padat dengan ventilasi yang buruk, sehingga meningkatkan angka kejadian faringits (4).

Pada penelitian ini, peneliti tidak membedakan jenis kelamin dan membandingkan hasilnya karena adanya penelitian yang menyatakan bahwa tidak didapatkan perbedaan pada kultur apus tenggorok pria maupun wanita (4).

SIM฀ULAN

Prevalensi bakteri ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A pada mahasiswa Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Kristen Maranatha angkatan 2U12 sebanyak U%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa subjek-subjek penelitian tidak memiliki ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A sebagai bakteri komensal tenggorok.

SARAN

฀ Penelitian dapat dilakukan dengan subjek yang jumlahnya lebih banyak, sehingga hasilnya lebih bermakna.

฀ Penelitian ini juga dapat dilakukan pada masyarakat di luar lingkungan Universitas Kristen Maranatha untuk melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya faringitis.

฀ Penelitian tentang perbandingan prevalensi ฀treptococcus beta-hemolyticus Group A dengan ฀treptococcus viridans pada orang dewasa.

DAFTAR ฀USTAKA

1. ฀atterson, Maria Jevitz. General Concepts ฀treptococcus pyogenes, other ฀treptococci, and Enterococcus. ฀treptococcus - Medical Microbiology - NCBI Bookshelf. [Online] [Cited: January 2U, 2U14.]

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK 7611/.

2. Greenwood, David, et al.Medical Microbiology. Philadelphia : Churchill Livingstone Elsevier, 2UU7. pp. 178-179. 3. Goering V. Richard. Entry, Exit, and

Transmission. [book auth.], et al. Mims' Medical Microbiology. 5th. s.l. : ฀aunders Elsevier, 2U13.

4. Fazeli, M. R., et al. Group A ฀treptococcal ฀erotypes Isolated from Healthy ฀choolchildren In Iran. 2UU3, European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases.


(2)

5. Sevinc, Irfan and Enoz, Murat.The Prevalence of Group A Beta-hemolytic ฀treptococcus inHealthy Turkish Children in Day-care Centers in Ankara.

Microbiology , Maresal Cakmak Military Hospital. Erzurum : s.n., 2UU8.

6. Lloyd, Charmaine A.C., Jacob, Swarna E. and Menon, Thangam. Pharyngeal carriage of group A streptococci in school children. 2UU6, Indian J Med, pp. 195-198.

7. Widagdo, et al. Clinical manifestations of upper respiratory tract in children at Kalideres Community Health Center, Iest Jakarta . Jakarta  : s.n., 2UU7, Universa Medicina , pp. 172-175. 8. Koch A, Melbak K, Homoe ฀, Sorensen ฀,

Hjuler T,Olesen ME.Risk factors for acute respiratory. 2UU3, Am J Epidemiology , pp. 374-384. 9. Kumar, et al. Rheumatic Fever And

Rheumatic Heart Disease. [book auth.] Pathologic Basis of Disease. 8th. Philadelphia : Elsevier ฀aunders, 2U1U, pp. 565-566.

1U. Martin, Judith M. ฀ore Throat (Pharyngitis). antimicrobe.org. [Online] 2U1U.


(3)

฀AFTAR PUSTAKA

฀charya, T., 2013. ฀lood Agar : Composition, Preparation, Uses and Types of

Hemolysis. [Online]

Tersedia di: http://microbeonline.com/blood-agar-composition-preparation-uses-and-types-of-hemolysis/

[Diunduh 9 October 2014].

฀dam, D., Scholz, H. & Helmerking, M., 2000. Short-Course ฀ntibiotic Treatment of 4782 Culture-Proven Cases of Group ฀ Streptococcal Tonsillopharyngitis and Incidence of Poststreptococcal Sequelae. Journal of Infectious Disease , ฀ugust.

฀Carapetis, J. R., 2012. ฀cute Rheumatic Fever. In: D. L. Longo, et al. eds. Harrison's PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE Eighteenth Edition. 18th ed. s.l.:McGraw-Hill Companies, pp. 2752-2756.

Craig, C. R. & Stitzel, R. E., 2004. Modern Pharmacology with Clinical Applications. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins.

Cunningham, M. W., 2000. Pathogenesis of Group A Streptococcal Infections. [Online]

Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC88944/ [Diunduh 22 January 2014].

Fazeli, M. R. et al., 2003. Group ฀ Streptococcal Serotypes Isolated from Healthy Schoolchildren In Iran. European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases.

Fox, J. W., Marcon, M. J. & Bonsu, B. K., 2006. Diagnosis of Streptococcal Pharyngitis by Detection of Streptococcus Pyogenes in Posterior Pharyngeal versus Oral Cavity Specimen. [Online] Tersedia di: http://jcm.asm.org/content/44/7/2593.full#ref-9 [Diunduh 9 October 2014].

Fox, J. W., Marcon, M. J. & Bonsu, B. K., 2006. Diagnosis of Streptococcal Pharyngitis by Detection of Streptococcus pyogenes in Posterior


(4)

Pharyngeal versus Oral Cavity Specimens. [Online] Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1489465/ [Diunduh 1 November 2014].

Goering, R. V. et al., 2013. Entry, Exit, and Transmission. In: Mims' Medical Microbiology. 5th ed. s.l.:Saunders Elsevier.

Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J. & Barer, M., 2007. Medical Microbiology. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier.

Hahn, R. G., Knox, L. M. & Forman, T. ฀., 2005. [Online]

Tersedia di:

http://www.aafp.org/afp/2005/0515/p1949.html?keepThis=true&TB_iframe =true&height=400&width=800

[Diunduh 20 July 2014].

Hahn, R., Knox, L. & Forman, T., 2005. Evaluation of Poststreptococcal Illness, Los ฀ngeles: s.n.

Kiselica, D., 1994. Group A ฀eta-Hemolytic Streptococcal Pharyngitis : Current Clinical Concepts, Virginia: s.n.

Koch, ฀. et al., 2003. Risk factors for acute respiratory. Am J Epidemiology, pp. 374-384.

Levinson, W., 2012. Review of Medical Microbiology and Immunology. 12th ed. s.l.:McGraw-Hill.

Lloyd, C. ฀., Jacob, S. E. & Menon, T., 2006. Pharyngeal carriage of group ฀ streptococci in school children. Indian J Med, pp. 195-198.

Martin, J. M., 2010. Sore Throat (Pharyngitis). [Online] Tersedia di: www.antimicrobe.org/e36.asp

Mescher, ฀. L., 2010. JUNQUEIRA'S ฀asic Histology Text & Atlas. s.l.:McGraw-Hill.

Moore, K. L., Dalley, ฀. F. & ฀gur, ฀. M. R., 2010. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins .

Patterson, M. J., 1996. Chapter 13 Streptococcus. [Online] Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7611/ [Diunduh 22 January 2014].


(5)

Patterson, M. J., n.d. General Concepts Streptococcus pyogenes, other

Streptococci, and Enterococcus. [Online]

Tersedia di: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7611/ [Diunduh 20 January 2014].

Pitaro, M., n.d. Streptococcal Pharyngitis (Strep Throat). [Online]

Tersedia di:

http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/Strep.pdf [Diunduh 21 October 2014].

Prescott, L. M., 2002. Microbiology. [Online] Tersedia di: http://id.scribd.com/doc/221049589/Microbiologia-Microbiology-Prescott-Harley-Klein-5th-Ed-Mcgraw-hill-2002

R. Kumar, H. et al., 2009. Epidemiology of group ฀ streptococcal pharyngitis & impetigo:. Indian J Med, p. 8.

Sevinc, I. & Enoz, M., 2008. The Prevalence of Group A ฀eta-hemolytic Streptococcus inHealthy Turkish Children in Day-care Centers in Ankara, Erzurum: s.n.

Shulman, S. T. et al., 2012. Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Management of Group A Steptococcal Pharyngitis: 2012 Update by the Infectious Diseases Society of America. [Online] [Diunduh 22 January 2014].

Stollerman, G. H., 2001. Rheumatic Fever in the 21st Century, Boston: Clinical Infectious Disease, School of Medicine and School of Public Health .

Tank, P. W. & Gest, T. R., 2009. Chapter 7 : HEAD and NECK. [Online]

Tersedia di:

http://web.uni-

plovdiv.bg/stu1104541018/docs/res/anatomy_atlas_-_Patrick_W._Tank/7%20-%20The%20Head%20and%20Neck.htm

Wessels, M. R., 2012. Streptococcal infection. In: Harrison's PRINCIPLES OF INTERNAL MEDICINE. s.l.:McGraw- Hill Companies, pp. 1171-1173. Wibowo, D. S. & Paryana, W., 2007. Anatomi Tubuh Manusia. s.l.:Elsevier.


(6)

Widagdo, et al., 2007. Clinical manifestations of upper respiratory tract in children at Kalideres Community Health Center, West Jakarta. Universa Medicina , pp. 172-175.