Studi Deskriptif Mengenai Ethnic Identity pada Mahasiswa Toraja di Universitas "X" di Bandung.

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai ethnic

identity pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung berdasarkan proses

eksplorasi dan komitmen yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut mengenai kebudayaan etnisnya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ethnic identity adalah kontak budaya, internalisasi dari orangtua dan internalisasi dari lingkungan.

Penelitian ini dibuat dalam bentuk deskriptif dengan menggunakan metode survei. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yakni Multigroup Ethnic Identity Measure (MEIM) yang berupa kuesioner yang disusun oleh J.S Phinney. Kuesioner berisikan 12 pernyataan-pernyataan untuk mengetahui status ethnic identity berdasarkan eksplorasi dan komitmen.

Kesimpulan yang diperoleh adalah dari 45 mahasiswa Toraja di Universitas

“X” di Bandung terdapat 24 (53,33%) mahasiswa berada pada status achieved

ethnic identity, 16 (35,56%) mahasiswa berada pada status diffuse ethnic identity, 3 (6,67%) mahasiswa berada pada status foreclosure ethnic identity, dan sisanya yakni 2 (4,44%) mahasiswa berada pada status search ethnic identity. Faktor eksternal yang paling mempengaruhi adalah internalisasi dari orangtua, dimana mayoritas mahasiswa yang berada pada status achieved ethnic identity memiliki orangtua yang sama-sama berasal dari suku Toraja dan menanamkan nilai-nilai budaya Toraja di tengah-tengah keluarga.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk melihat hubungan yang lebih jelas antara ethnic identity dengan kontak budaya, internalisasi dari orangtua dan lingkungan. Untuk mencapai status achieved ethnic identity mahasiswa Toraja di

universitas “X” disarankan untuk tetap meluangkan waktu untuk berkumpul

bersama-sama mahasiswa Toraja lainnya dan untuk orangtua disarankan untuk memperkenalkan tradisi dan menanamkan nilai-nilai budaya Toraja kepada anak-anaknya.


(2)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research is purpose to determine of ethnic identity on the Toraja student

in University “X” Bandung, based on process of exploration and commitment student

about his/ her ethnic identity and the factors. The factors whose effect ethnic identity are culture contact, internalization from parents and internalization from environment.

This research is descriptive by using survey method. The measuring tool of this research is Multigroup Ethnic Identity Measure (MEIM) which is questioner of J.S Phinney. Questioner have twelve questions for knowing ethnic identity status of exploration and commitment.

The result of 45 Toraja students in University “X” Bandung, 24 (53,33%)

students are in achieved status, 16 (35,56%) students are in diffuse status, 3 (6,67%) students are in foreclosure status, and 2 (4,44%) students are in search status. Eksternal factor which most effected is parents internalization, mayority students are in status achieved having parents who the same ethnic which is Toraja and have invested values Toraja culture in their family.

This research suggest to correlate between ethnic identity with culture contact, parents internalization and behavior internalization. To reach Achieved

Ethnic Identity Status, Toraja student in “X” University are suggest to spend their

time to gather together with other Toraja student. And for parents are suggest to introduce their culture and planted Toraja values to their children.


(3)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

KATA PENGANTAR……….. iii

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT……… vii

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL……….. xii

DAFTAR BAGAN………. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah……… 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……… 9

1.3.1 Maksud Penelitian……… 9

1.3.2 Tujuan Penelitian……….. 9

1.4 Kegunaan Penelitian……… 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis………. 10

1.4.2 Kegunaan Praktis……….. 10

1.5 Kerangka Pemikiran………. 10


(4)

ix Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ethnic Identity... 18

2.1.1 Defenisi ethnic identiy……… 18

2.1.2 Kerangka Pikir Konseptual dalam Penelitian Ethnnic Identity………. 18

2.1.2.1 Teori Identitas Sosial……….. 19

2.1.2.2 Akulturasi……… 20

2.1.2.3 Pembentukan Etnis……….. 23

2.1.3 Komponen-komponen Ethnic Identity……… 27

2.1.3.1 Etnisitas dan Identifikasi Diri……….. 27

2.1.3.2 Sense of Belonging……… 28

2.1.3.3 Sikap Positif dan Negatif Terhadap Kelompok Etnik Tertentu……….. 29

2.1.3.4 Keterlibatan Etnik……… 31

2.2 Ego Identity... 33

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi……….. 45

2.4 Remaja……… 46

2.4 Budaya Toraja………. 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian……… 58

3.2 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional………. 59


(5)

x Universitas Kristen Maranatha

3.2.2 Definisi Konseptual………. 59

3.2.3 Definisi Operasional……….. 59

3.3 Alat Ukur……….. 60

3.3.1 Alat Ukur Ethnic Identity……… 60

3.3.2 Prosedur Pengisian……….. 60

3.3.3 Sistem Penilaian……… 61

3.3.4 Data Penunjang……… 62

3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….. 62

3.4.1 Validitas Alat Ukur………. 62

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur……….. 63

3.5 Populasi dan Teknik Sampling……… 65

3.5.1 Populasi Sasaran………... 65

3.5.2 Karakteristik Populasi……….. 65

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………. 65

3.6 Teknik Analisis Data……….. 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….. 67

4.1.1 Data Demografis………. 67

4.1.2 Hasil Pengukuran Ethnic Identity……… 68

4.1.3 Tabulasi Silang……… 69

4.2 Pembahasan……… 74


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha 4.2.2 Kaitan Antara Ethnic Identity dengan Faktor-faktor

yang Mempengaruhi……… 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 81

5.2 Saran………... 82

5.2.2 Saran Teoritis……… 82

5.2.3 Saran Praktis………. 82

DAFTAR PUSTAKA………... 83

DAFTAR RUJUKAN……… 84


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Istilah untuk derajat identifikasi dengan kelompok etnis asal dan

kelompok mayoritas………. 23

Tabel 2.2 Marcia’s Ego Identity Statuses dan Proposed Stages of Ethnic Identity.. 27

Tabel 3.1 Dimensi dari tiap item………59

Tabel 4.1 Data Demografi………..66

Tabel 4.2 Gambaran Mengenai Status Ethnic Identity……….. 67

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Antara Status Ethnic Identity dengan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Data Penunjang………. 69


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir……… 17


(9)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Berry, John W., Ype H.Poortinga., Marshall H.Segall., Pierre R.Dasen. 1999.

Psikologi Lintas Budaya : Riset Dan Aplikasi . Jakarta : Gramedia.

Kobong, Theodorus. 1983. Manusia Toraja Darimana-Bagaimana- Kemana. Tangmentoe : Institut Theologia.

Marcia, J. E. 1993. Ego Identity : A Handbook of Psychosocial Research. New York : Springer – Verlag.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Organista, P.M., Chun, K.M., & Martin, G. 1998. Readings in Ethnic Psychology. New York : Routledge.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja, edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Yusuf, W.P., dkk. 1984. Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Sulawesi

Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventaris

dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.


(10)

xv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

- (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia).

- (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/06/12).

- www.carikampus.com

- (http://etd.eprints.ums.ac.id/14729/2/BAB_I.pdf)

- http://www.psikoterapis.com/?en_apa-sih-identitas-etnik-%2C303

- (www.solehaimi.blogspot.com/2011/11/identitas-etnik.html).

- Galih. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Ethnic Identity Pada Kelompok Pemuda Bali di Pura “X” di Bandung Utara: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha


(11)

xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Kata Pengantar Kuesioner

Identitas Diri Responden dan Petunjuk Pengisian Kuesioner

Kuesioner

Output SPSS Uji Validitas

Data Responden dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Jurnal Alat Ukur MEIM

Biodata Peneliti


(12)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.504 pulau, dimana pulau tersebut dihuni oleh lebih dari 740 kelompok etnis. Indonesia juga merupakan suatu negara yang terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Indonesia dengan beribu pulaunya tersebut memiliki beragam kekhasan dan karakteristik dari Sabang sampai Merauke yang merupakan suatu keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku sebagai anggota masyarakat (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia).

Salah satu suku yang terdapat dalam negara Indonesia yakni suku Toraja. Toraja terletak di pulau Sulawesi tepatnya di Sulawesi Selatan dan terletak di daerah pegunungan sehingga sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian bertani. Namun seiring dengan perkembangan teknologi transportasi di Indonesia, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih maju di daerah tertentu di Indonesia dibandingkan daerah lainnya, memungkinkan perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya semakin meningkat. Hal inilah yang membuat populasi kelompok etnis Toraja


(13)

2 Universitas Kristen Maranatha tidak hanya tinggal di daerah asal mereka, tetapi juga menyebar ke daerah-daerah lain.

Salah satu daerah yang menjadi pilihan bagi kelompok etnis Toraja untuk berdomisili adalah pulau Jawa. Bandung adalah ibukota Jawa Barat yang dikenal sebagai kota pelajar, sehingga tidak mengherankan jika Bandung menjadi tempat tujuan yang banyak digemari oleh para pelajar dari berbagai penjuru tanah air (www.carikampus.com).

Salah satu perguruan tinggi atau universitas swasta di kota Bandung adalah Universitas “X” yang memiliki delapan fakultas yakni Fakultas Kedokteran; Fakultas Teknik, Fakultas Psikologi; Fakultas Sastra, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknologi Informasi, Fakultas Seni Rupa & Desain serta Fakultas Hukum. Universitas ini memiliki visi yakni “Menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri dan berdaya cipta, serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni abad ke-21 berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus”. Adapun misi dari Universitas ini yakni “Mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana yang kondusif, dan nilai-nilai hidup yang Kristiani sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi “X”. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Universitas “X” mencapai 9.440 jiwa.

Universitas “X” di kota Bandung terdiri dari mahasiswa yang berasal dari beragam suku bangsa. Salah satunya adalah suku Toraja. Mahasiswa Toraja yang berkuliah di Universitas “X” di Bandung merupakan golongan suku minoritas


(14)

3 Universitas Kristen Maranatha yang akan mengalami kontak dengan budaya lain di universitas tersebut. Sebagai pendatang baru, mahasiswa Toraja akan bertemu dengan berbagai macam budaya menuntut setiap mahasiswa Toraja untuk menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.

Penyesuaian ini dapat terlihat dari selera makanan, gaya berbusana, logat atau gaya berbicara, gaya hidup atau life style dan sebagainya. Termasuk apakah mahasiswa tersebut akan tetap mempertahankan identitas etnisnya ataukah hal ini mengurangi identitas etnis mereka sebagai suku Toraja. Sebagai suku yang masih kental akan adat istiadat, masyarakat suku Toraja menganggap identitas etnik sebagai suatu hal yang penting dimiliki oleh tiap anggota masyarakatnya. Masyarakat suku Toraja sangat menjunjung tinggi persekutuan terutama mereka yang berada di perantauan. Bagi mereka yang jarang atau bahkan tidak pernah menghadiri acara atau adat istiadat suku Toraja cenderung mendapat konsekuensi sosial di kalangan masyarakat Toraja yakni dianggap telah melupakan sukunya dan tidak menghormati keluarga besar terutama pada adat perayaan pesta kematian atau Rambu Solo’.

Pencapaian identitas etnik merupakan masalah mendasar yang berkaitan dengan kebanggaan etnisitas seseorang dengan kelompok etniknya. Remaja yang sedang mengalami proses pencarian identitas untuk membentuk konsep diri sangat berkepentingan dalam penelusuran identitas etnik. Bagi etnik minoritas kebanggaan terhadap kelompok etniknya akan membantu dalam membangun konsep diri yang positif yang memudahkan mereka dalam bergaul dengan kelompok mayoritas. Akan tetapi tidak semua remaja bisa menemukan identitas


(15)

4 Universitas Kristen Maranatha etnik yang positif, hal ini dikarenakan mereka malu akan identitas etnisnya dan enggan mengakuinya (http://www.psikoterapis.com). Dari hasil observasi dijumpai beberapa dari mahasiswa Toraja cenderung lebih mengakui diri mereka berasal dari Makassar saat ditanya mengenai asal mereka, sebagian lagi memilih untuk tidak menggunakan bahasa Toraja saat berkomunikasi dengan teman yang berasal dari suku Toraja, padahal ia lancar menggunakan bahasa Toraja.

Lewin (1948) dalam Organista, Pamela Balls, Kevin M.Chun, Gerardo Marin, (1998) menekankan bahwa seseorang perlu memiliki rasa yang kuat dalam identifikasi kelompoknya untuk mempertahankan sense of well-being-nya. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Tajfel dan Turner dimana menurut mereka hanya dengan menjadi anggota sebuah kelompok dapat memberikan sense of

belonging yang berkontribusi positif bagi self-concept seorang individu. Adanya

anggapan etnisitas tetap penting juga didorong faktor praktis; bahwa seseorang membutuhkan identitas yang lebih spesifik dibanding identitas bangsa, paling tidak dalam pergaulan dengan anak bangsa yang lain

(www.solehaimi.blogspot.com/2011/11/identitas-etnik.html).

Identitas etnis itu sendiri merupakan sense tentang self individu sebagai anggota atau bagian dari suatu kelompok etnik tertentu dan sikap maupun perilakunya juga berhubungan dengan sense tersebut (Phinney, 1990). Penghayatan seseorang mengenai ethnic identitynya akan berkisar mengikuti derajat tinggi rendahnya eksplorasi dan komitmen seseorang terhadap etnisnya. Dimensi eksplorasi merupakan suatu periode perkembangan identitas dimana seseorang mencari tahu dari sekian pilihan yang tersedia dan berarti, pada


(16)

5 Universitas Kristen Maranatha akhirnya mengembangkan dan mencari tahu bahkan terjun dalam pilihannya. Dimensi komitmen yaitu bagian dari perkembangan identitas dimana seseorang menunjukkan investasi pribadi atau ketertarikan pada apa yang sudah mereka tetapkan dan apa yang mereka lakukan (Phinney, 1989, dalam Organista, Pamela Balls, Kevin M.Chun, Gerardo Marin, 1998).

Ethnic Identity sebagai orang Toraja dianggap penting bagi mereka yang

bersuku Toraja karena nilai persekutuan dianggap sangat penting dalam budaya Toraja yang disimbolkan dengan tongkonan. Tongkonan dianggap sebagai pusaka warisan dan hak milik turun temurun serta merupakan tempat membicarakan dan menyelesaikan segala masalah keluarga. Suku Toraja cukup mudah untuk menelusuri garis keturunan melalui hubungan tongkonan. Upacara syukuran pembuatan rumah tongkonan disebut sebagai mangrara tongkonan merupakan suatu kewajiban pengabdian keluarga untuk memperkuat kesatuan, kekeluargaan dan kerukunan serta merasa memiliki dari semua keluarga

tongkonan meskipun berada di luar daerah atau perantuan (Tangdilintin, 1978).

Menjaga nilai persekutuan di antara sesama suku Toraja dianggap sangat penting walaupun berada di perantuan. Hal ini dapat terlihat dari dibuatnya organisasi perkumpulan Mahasiswa Toraja Maranatha Bandung (MATAMBA). Namun fenomena yang terjadi pada mahasiswa Toraja yang berkuliah di Universitas “X” di Bandung, seperti yang dikemukakan oleh pengurus Ikatan Mahasiswa Toraja Maranatha Bandung (MATAMBA), bahwa semakin lama jumlah mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung yang aktif atau ikut dalam acara yang diadakan Matamba semakin berkurang, bahkan saat ini


(17)

6 Universitas Kristen Maranatha kepengurusannyapun tidak jelas. Hal ini disebabkan karena sebagian dari mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, malas, dan tempat tinggal yang cukup jauh dengan tempat perkumpulan Matamba. Hal ini dapat menunjukkan bahwa mereka kurang berminat untuk menjaga persekutuan dengan mengikuti setiap aktivitas yang dilakukan oleh suku Toraja.

Untuk menjaga agar persekutuan tetap terjalin antar sesama suku Toraja, orang tua juga memberikan fam atau marga dibelakang nama anak-anak mereka berdasarkan tongkonan keluarga yang dapat menunjukkan bahwa mereka adalah suku Toraja. Selain itu hal ini juga diharapkan mahasiswa dengan mudah bertemu dengan keluarga yang lain diperantauan dengan fam tersebut. Saat ini persekutuan antar keluarga sesama orang Toraja juga dapat terjalin di ritual kematian suku Toraja atau Rambu Solo’. Sebagian besar orang tua suku Toraja juga menjadikan ritual kematian atau Rambu Solo’ sebagai prioritas utama bahkan dari ketiadaan diharuskan menjadi ada meskipun dengan berutang atau disebut umpaden tae’na (Th. Kobong, 2008). Rambu Solo’ dianggap penting bagi masyarakat Toraja karena menurut kepercayaan Aluk Todolo upacara ini dipercaya untuk mengantar kepergian kerabat yang telah berjasa dan agar kerabat yang telah meninggal tersebut bisa sampai ke puyo atau nirwana. Namun bagi masyarakat Toraja yang sudah tidak terlalu memegang kepercayaan Aluk Todolo, rambu solo’ tetap dianggap penting untuk menjaga tradisi budaya Toraja yang sangat unik.

Dari hasil wawancara pada 10 orang mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung diketahui bahwa 20% mahasiswa Toraja di universitas “X” di Bandung tidak mengikuti upacara tradisional karena merasa malas dan menganggap


(18)

7 Universitas Kristen Maranatha upacara tersebut hanya menghambur uang, 40% lagi mengatakan tidak mengikuti upacara karena tidak memiliki waktu untuk pulang ke Toraja. Sebanyak 40% mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung masih mengikuti upacara tersebut karena merupakan ajang berkumpul dengan sanak saudara selain itu mereka juga merasa bertanggungjawab untuk memelihara tradisi Toraja.

Dari hasil survey diketahui bahwa 30% masih aktif menggunakan bahasa Toraja disaat berelasi sosial dengan sesama suku Toraja di Bandung. Mereka juga merasa senang jika berbahasa Toraja karena merasa seperti berada di Toraja. Sebanyak 40 % mengatakan tidak menggunakan bahasa Toraja karena tidak fasih berbahasa Toraja selain itu teman-teman di lingkungan kampus dan kost bukanlah berasal dari suku Toraja.

Sebanyak 20 % mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui dengan jelas adat istiadat masyarakat suku Toraja dan tidak pernah mencari tahu tentang adat istiadat suku Toraja. Mereka juga tidak biasa menggunakan bahasa Toraja dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun berkomunikasi dengan sesama suku Toraja. Para orangtua juga mendorong mereka untuk lebih banyak bergaul dengan sesama suku Toraja agar bisa menjadi pengganti keluarga di perantauan. Kenyataannya mereka lebih senang dan sering bergaul dengan mahasiswa yang berasal dari suku lain dengan alasan untuk mencari suasana baru. Hal ini menunjukkan mereka memiliki eksplorasi yang rendah serta komitmen yang rendah sebagai suku Toraja.

Sebanyak 20% dari 10 orang mahasiswa Toraja mengatakan bahwa mereka adakalanya mengikuti kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang diadakan oleh


(19)

orang-8 Universitas Kristen Maranatha orang yang berasal dari suku Toraja hanya karena orang tua atau teman mereka mengajaknya untuk hadir dalam kegiatan tersebut. Hal ini menunjukkan mereka memiliki eksplorasi yang rendah dan komitmen hanya dilatarbelakangi oleh value dari orangtua mereka.

Sebanyak 20% dari 10 orang mahasiswa mengatakan bahwa ia dibesarkan bukan di daerah Toraja akan tetapi mereka senang berinteraksi dan mempelajari bahasa yang berasal dari suku Toraja. Bila ada waktu dan biaya mereka berusaha untuk mengunjungi daerah Toraja. Selain itu, mereka juga tertarik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di perkumpulan Toraja dengan meminta teman-teman lainnya untuk mengajaknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki eksplorasi dengan komitmen yang rendah.

Sebanyak 20% dari 10 orang mengatakan bahwa mereka menjalankan kegiatan sehari-harinya bersama dengan mahasiswa yang berasal dari suku Toraja, seperti pergi ke kampus atau sekedar jalan-jalan. Mereka senang tinggal bersama dengan mahasiswa Toraja karena memiliki kesamaan dalam hal selera salah satunya dalam hal makanan, gaya hidup mereka serta topik pembicaraan yang sama. Hal inilah yang membuat mereka selalu mencari tempat tinggal berkumpul mahasiswa Toraja. Sedangkan 10% dari 10 orang mengatakan bahwa ia selalu berusaha untuk mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh mahasiswa Toraja. Ia juga selalu berusaha untuk menghadiri ibadah hari Minggu di Gereja Toraja walaupun tempat tinggalnya jauh. Sisanya, yakni 10% dari 10 orang mengatakan bahwa ia senang dan tidak sungkan untuk menggunakan bahasa Toraja bersama teman satu suku walaupun berada di tengah-tengah mahasiswa


(20)

9 Universitas Kristen Maranatha yang berasal dari suku lainnya. Ia juga berusaha untuk mencari teman hidup yang berasal dari suku yang sama karena adanya kesamaan dan lebih memahami adat istiadat suku Toraja. Keempat mahasiswa ini menunjukkan bahwa meraka memiliki eksplorasi yang tinggi juga komitmen yang tinggi pula.

Dengan adanya keragaman status ethnic identity yang diekspresikan melalui tinggi rendahnya eksplorasi dan komitmen mereka di atas, membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai gambaran ethnic identity pada mahasiswa dari Toraja di Universitas “X” di Bandung .

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui gambaran mengenai Ethnic Identity pada mahasiswa dari Toraja di Universitas “X” di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran tentang ethnic identity pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai keterkaitan antara status

ethnic identity mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung dengan kontak


(21)

10 Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : a) Bidang Akademik

Penelitian ini dapat memberikan masukan informasi bagi ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Lintas Budaya.

b) Bidang Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi referensi dan pendorong bagi peneliti lainnya yang akan meneliti lebih lanjut mengenai ethnic identity dari suku lainnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi bagi mahasiswa Toraja mengenai Ethnic

Identity dalam dirinya sehingga bermanfaat untuk menambah

pemahaman tentang dirinya.

2) Memberikan sumbangan pengetahuan untuk keluarga atau orang tua tentang ethnic identity.

3) Memberikan informasi kepada para pengurus perkumpulan MATAMBA (Mahasiswa Toraja Maranatha Bandung) agar dapat lebih mengenal anggotanya secara lebih mendalam demi kemajuan perkumpulan MATAMBA.

1.5 Kerangka Pikir

Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan


(22)

11 Universitas Kristen Maranatha sosioemosional. Masa remaja juga merupakan masa pencarian jati diri yang paling intensif. Pada masa ini, remaja mengalami fase tugas perkembangan yang oleh Erikson disebut juga sebagai identity versus identity confusion. Remaja dihadapkan pada tugas untuk memutuskan siapa dirinya, apa dirinya, dan kemana ia akan mengarahkan langkah ke masa depannya, termasuk memutuskan identitas etnis mereka. Mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung termasuk dalam tahap perkembangan remaja akhir yaitu berusia antara 18 sampai 22 tahun. (Santrock, 2003).

Pada saat mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung bertemu dengan mahasiswa lainnya yang berasal dari suku yang berbeda maka akan terjadi kontak budaya. Mahasiswa Toraja tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan yang berasal dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda, yang juga merupakan budaya mayoritas. Hal ini mengakibatkan individu melakukan salah satu dari empat macam kontak budaya yang mungkin terjadi, yakni jika mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung tidak selalu ingin memelihara budaya aslinya dan lebih mengidentifikasikan dirinya dengan budaya yang mayoritas. Terlihat dari apabila mahasiswa tersebut lebih senang bergaul dan menggunakan aksesoris budaya lain di Universitas “X” di Bandung. Hal ini juga terlihat dari sikap mereka yang tidak menggunakan bahasa atau logat Toraja saat bertemu dengan mahasiswa Toraja walaupun dia lancar menggunakannya.

Pada saat berinteraksi pada budaya yang berbeda yang juga merupakan budaya mayoritas, mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung mungkin juga tetap berusaha memelihara budaya Toraja namun tetap bersedia melakukan


(23)

12 Universitas Kristen Maranatha interaksi serta melakukan identifikasi terhadap budaya mayoritas. Terlihat jika mahasiswa tersebut mampu untuk tetap bersosialisasi bersama mahasiswa Toraja dan mengikuti kegiatan perkumpulan suku Toraja namun tetap bisa menjalin hubungan dengan mahasiswa yang berasal dari daerah lain. Jika hal terjadi maka individu fleksibel dengan kedua budaya.

Kemungkinan kontak budaya lainnya yang bisa terjadi adalah mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung sangat berpegang kuat dan menjalankan nilai-nilai budaya Toraja yang mereka miliki. Hal ini dapat terlihat dari mahasiswa Toraja yang ingin melakukan setiap aktivitasnya hanya bersama-sama suku Toraja, termasuk tempat tinggal, di kampus dan sebagainya.

Pada saat berintraksi dengan budaya mayoritas mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung juga dapat kehilangan identitas budaya Toraja tapi disamping itu mereka juga tidak berhasil masuk ke budaya mayoritas. Hal ini terlihat jika mahasiswa tersebut kurang dapat bersosialisasi dengan mahasiswa lainnya termasuk dari budaya Toraja di Universitas “X” di Bandung namun merekapun sulit melakukan penyesuaian diri dengan budaya mayoritasnya sehingga mereka tidak berhasil masuk ke budaya mayoritas (Berry, 1992).

Mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung dibesarkan di lingkungan keluarga yang menerapkan nilai-nilai budaya tertentu. Dimana orangtua mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung memperkenalkan dan menanamkan budaya Toraja atau kurang menanamkan budaya Toraja dengan cukup kuat semenjak dini. Mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung juga dibesarkan di lingkungan sosial yang berbeda-beda sehingga internalisasi dari


(24)

13 Universitas Kristen Maranatha lingkungan yang dimiliki oleh tiap-tiap mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung juga berbeda-beda. Internalisasi dari lingkungan yang dimaksud disini dapat terlihat dari bagaimana pergaulan mereka semenjak kecil, mulai dari mereka memasuki lingkungan sekolah. Seperti apakah semenjak kecil orang tua menempatkan anak pada lingkungan pergaulan yang kebanyakan dikelilingi oleh lingkungan mayoritas atau sebaliknya jika ketika semenjak kecil anak berada pada lingkungan pergaulan kebanyakan etnis Toraja.

Pada saat Mahasiswa Toraja berada di Universitas “X” di Bandung dan bertemu dengan budaya yang berbeda-beda maka akan terbentuk ethnic identity. Identitas etnis itu sendiri merupakan sense tentang self individu sebagai anggota atau bagian dari suatu kelompok etnik tertentu dan sikap maupun perilakunya juga berhubungan dengan sense tersebut (Phinney, 1990). . Identitas etnis hanya berarti dalam situasi-situasi tatkala dua kelompok etnis (kelompok etnis mayoritas dan minoritas) ada dalam suatu kontak dalam suatu jangka waktu tertentu. Identitas etnis juga merupakan sesuatu yang dinamis, dapat berubah sesuai konteksnya.

Pembentukan ethnic identity seseorang ini ditentukan oleh dua dimensi yaitu eksplorasi dan komitmen. Eksplorasi adalah proses yang mengarah pada upaya mencari, menjajaki dan mengidentifikasi berbagai aspek kehidupan. Marcia (1993) memberikan batasan mengenai eksplorasi sebagai suatu periode berjuang, bertanya jawab aktif untuk mencapai keputusan-keputusan mengenai tujuan-tujuan, nilai-nilai dan keyakinan. Komitmen adalah proses penentuan pilihan yang tegas mengenai elemen identitas yang tepat bagi individu.


(25)

14 Universitas Kristen Maranatha Melalui dimensi eksplorasi dan komitmen tersebut, akan terbentuk status identitas etnis. Yang pertama adalah Unexamined Ethnic Identity, seseorang kurang berminat terhadap kelompok etnisnya. Pada tahap ini terdapat dua status di dalamnya. Yang pertama disebut diffusion yakni bila mahasiswa Toraja tersebut tidak mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan etnisnya, tidak mengerti tentang adat dan falsafah etnisnya serta tidak bisa atau tidak biasa menggunakan bahasa daerahnya. Pada tahap ini bisa saja mereka tidak tertarik pada suku mereka dan tidak terlalu memikirkannya. Ciri pada status ini adalah jika mahasiswa tersebut belum melakukan eksplorasi maupun komitmen sehingga muncul kebingungan dengan ethnic identity yang ada dalam dirinya saat ini.

Status yang kedua adalah foreclosure yakni bila mahasiswa tersebut tetap menyerap sikap etnis atau budayanya yang bersifat positif dari orang tua atau orang dewasa lainnya di sekitar mereka namun tetap tidak menunjukkan preferensi atau keterlibatan yang dalam untuk kelompok lainnya. Contohnya bila mahasiswa tersebut tidak berbahasa daerah di luar rumah jika bertemu dengan mahasiswa Toraja karena tidak ada kebanggaan yang dimilikinya namun berbahasa daerah bila di rumahnya saja karena orang tuanya berbahasa daerah. Orang tua juga sering mendorong agar anaknya bergaul dengan orang-orang dari kelompok etnisnya, namun pada kenyataanya mahasiswa tersebut lebih banyak bergaul dengan etnis lain dan menyembunyikan hal tersebut dari orang tuanya. Pada tahap ini sudah terdapat komitmen namun dibuat tanpa eksplorasi. Komitmen yang dimilikinya biasanya dilatarbelakangi value yang dimiliki orang tua atau masyarakat yang kemudian diinternalisasikan oleh mahasiswa tersebut.


(26)

15 Universitas Kristen Maranatha Tahap kedua yaitu Ethnic Identity Search, tampak dari mulai tertarik pada etnisnya. Disini mahasiswa sudah mau melakukan eksplorasi etnisitas asalnya meskipun belum menunjukkan adanya usaha untuk menuju komitmen terhadap etnisnya. Mahasiswa yang mulai banyak bertanya pada orang-orang di sekitarnya yang mengerti tentang adat, falsafah dan seni budaya etnisnya, mencoba untuk belajar bahasa adatnya dan mulai mengunjungi acara-acara adat etnisnya. Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan cara menjalin keterlibatan dengan etnisitasnya sendiri baik bergabung dalam suatu kelompok etnisnya untuk sekedar berkumpul dengan teman se-etnis ataupun mencari tahu mengenai sejarah etnisnya. Hal tersebut memang dilakukan namun mereka tetap belum menunjukkan adanya usaha untuk melakukan komitmen lebih jauh.

Tahap ketiga adalah Achieved Ethnic Identity, dimana seseorang dalam hal ini mahasiswa tersebut telah menghayati dan bangga sebagai anggota dari kelompok etnis yang dimilikinya; kelompok etnis mereka memberi pengaruh yang kuat pada kehidupan mahasiswa di berbagai bidang kehidupannya, misalnya senang memakai baju bernuansa atau bergambar adatnya saat bergaul dengan teman-temannya di kampus; mengenal bahkan mendalami bahasa, ritual-ritual, makanan dan kesenian sambil mengerti maknanya; aktif dan mengerti tentang sejarah, falsafah etnis, adat dan seni budaya asalnya; juga aktif berperan serta dalam suatu acara adat yang diadakan oleh kelompok etnisnya. Pada tahap ini mahasiswa telah memiliki komitmen yang tinggi yang disertai dengan eksplorasi.


(27)

16 Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.5

Bagan Kerangka Pikir Mahasiswa Toraja di

Universitas “X” di Bandung

Eksplorasi dan Komitmen

Identitas Etnis

1.Unexamined Ethnic Identity:

-Diffusion -Foreclosure 2.Ethnic Identity Search

3.Achieved Ethnic Identity

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

-Kontak budaya

-Internalisasi dari orang tua

-Internalisasi dari lingkungan


(28)

17 Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

Pembentukan status ethnic identity pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung ditentukan oleh eksplorasi dan komitmen yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut mengenai kebudayaan etnisnya.

• Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi status identitas etnis mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung yakni kontak budaya, internalisasi dari orang tua dan lingkungan.

Terdapat tiga status ethnic identity yang mungkin terjadi pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung, yakni Unexamined Ethnic Identity,


(29)

81 Universitas Kristen Maranatha BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Status ethnic identity pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung yang paling banyak adalah achieved ethnic identity yakni sebanyak 53,33%. Status yang kedua adalah diffuse ethnic identity yakni sebanyak 35,56%, status yang ketiga adalah foreclosure ethnic identity yakni sebanyak 6,67%, dan status ethnic identity yang paling sedikit adalah search ethnic identity yakni sebanyak 4,44%.

2. Status achieved ethnic identity dan diffuse ethnic identiy yang dimiliki oleh mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung memiliki keterkaitan dengan kontak sosial, internalisasi dari orangtua dan internalisasi dari lingkungan.

3. Status foreclosure ethnic identity dan search ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung tidak memiliki keterkaitan dengan kontak sosial, internalisasi dari orangtua dan internalisasi dari lingkungan.


(30)

82 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran Teoritis

- Penelitian selanjutnya dapat mengkorelasikan atau melihat hubungan yang lebih jelas antara status ethnic identity dengan kontak budaya, internalisasi orangtua, dan internalisasi dari lingkungan.

2. Saran Praktis

- Bagi mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung yang belum

mencapai status achieved ethnic identity, meluangkan waktu untuk berkumpul bersama-sama mahasiswa Toraja dapat membantu mahasiswa untuk mencapai status achieved ethnic identity

- Ditemukan bahwa peranan orangtua dapat membantu tercapainya status achieved ethnic identity, oleh sebab itu orangtua disarankan untuk memperkenalkan tradisi dan menanamkan nilai-nilai budaya Toraja kepada anak-anaknya.


(31)

83 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Berry, John W., Ype H.Poortinga., Marshall H.Segall., Pierre R.Dasen. 1999.

Psikologi Lintas Budaya : Riset Dan Aplikasi . Jakarta : Gramedia.

Kobong, Theodorus. 1983. Manusia Toraja Darimana-Bagaimana- Kemana. Tangmentoe : Institut Theologia.

Marcia, J. E. 1993. Ego Identity : A Handbook of Psychosocial Research. New York : Springer – Verlag.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Organista, P.M., Chun, K.M., & Martin, G. 1998. Readings in Ethnic

Psychology. New York : Routledge.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja, edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Yusuf, W.P., dkk. 1984. Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Sulawesi

Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventaris

dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.


(32)

84 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

- (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia).

- (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/06/12).

- (http:smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/apa-sih-identitas etnik.html

- (http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/01/30/faktor-faktor-penentu-pembentukan-identitas-etnik/)

- (http://etd.eprints.ums.ac.id/14729/2/BAB_I.pdf)

- http://www.psikoterapis.com/?en_apa-sih-identitas-etnik-%2C303

- (www.solehaimi.blogspot.com/2011/11/identitas-etnik.html).

- www.carikampus.com

- Galih. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Ethnic Identity Pada Kelompok

Pemuda Bali di Pura “X” di Bandung Utara: Fakultas Psikologi Universitas


(1)

16 Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.5

Bagan Kerangka Pikir Mahasiswa Toraja di

Universitas “X” di Bandung

Eksplorasi dan Komitmen

Identitas Etnis

1.Unexamined Ethnic Identity:

-Diffusion -Foreclosure 2.Ethnic Identity Search

3.Achieved Ethnic Identity

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

-Kontak budaya

-Internalisasi dari orang tua

-Internalisasi dari lingkungan


(2)

17 Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

Pembentukan status ethnic identity pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung ditentukan oleh eksplorasi dan komitmen yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut mengenai kebudayaan etnisnya.

• Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi status identitas etnis mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung yakni kontak budaya, internalisasi dari orang tua dan lingkungan.

Terdapat tiga status ethnic identity yang mungkin terjadi pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung, yakni Unexamined Ethnic Identity,


(3)

81 Universitas Kristen Maranatha BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Status ethnic identity pada mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung yang paling banyak adalah achieved ethnic identity yakni sebanyak 53,33%. Status yang kedua adalah diffuse ethnic identity yakni sebanyak 35,56%, status yang ketiga adalah foreclosure ethnic identity yakni sebanyak 6,67%, dan status ethnic identity yang paling sedikit adalah search ethnic identity yakni sebanyak 4,44%.

2. Status achieved ethnic identity dan diffuse ethnic identiy yang dimiliki oleh mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung memiliki keterkaitan dengan kontak sosial, internalisasi dari orangtua dan internalisasi dari lingkungan.

3. Status foreclosure ethnic identity dan search ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung tidak memiliki keterkaitan dengan kontak sosial, internalisasi dari orangtua dan internalisasi dari lingkungan.


(4)

82 Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran Teoritis

- Penelitian selanjutnya dapat mengkorelasikan atau melihat hubungan yang lebih jelas antara status ethnic identity dengan kontak budaya, internalisasi orangtua, dan internalisasi dari lingkungan.

2. Saran Praktis

- Bagi mahasiswa Toraja di Universitas “X” di Bandung yang belum

mencapai status achieved ethnic identity, meluangkan waktu untuk berkumpul bersama-sama mahasiswa Toraja dapat membantu mahasiswa untuk mencapai status achieved ethnic identity

- Ditemukan bahwa peranan orangtua dapat membantu tercapainya status achieved ethnic identity, oleh sebab itu orangtua disarankan untuk memperkenalkan tradisi dan menanamkan nilai-nilai budaya Toraja kepada anak-anaknya.


(5)

83 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Berry, John W., Ype H.Poortinga., Marshall H.Segall., Pierre R.Dasen. 1999.

Psikologi Lintas Budaya : Riset Dan Aplikasi . Jakarta : Gramedia.

Kobong, Theodorus. 1983. Manusia Toraja Darimana-Bagaimana- Kemana. Tangmentoe : Institut Theologia.

Marcia, J. E. 1993. Ego Identity : A Handbook of Psychosocial Research. New York : Springer – Verlag.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Organista, P.M., Chun, K.M., & Martin, G. 1998. Readings in Ethnic

Psychology. New York : Routledge.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja, edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Yusuf, W.P., dkk. 1984. Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Sulawesi

Selatan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventaris

dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.


(6)

84 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

- (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia).

- (http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/06/12).

- (http:smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/apa-sih-identitas etnik.html

- (http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/01/30/faktor-faktor-penentu-pembentukan-identitas-etnik/)

- (http://etd.eprints.ums.ac.id/14729/2/BAB_I.pdf)

- http://www.psikoterapis.com/?en_apa-sih-identitas-etnik-%2C303

- (www.solehaimi.blogspot.com/2011/11/identitas-etnik.html).

- www.carikampus.com

- Galih. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Ethnic Identity Pada Kelompok

Pemuda Bali di Pura “X” di Bandung Utara: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha