Studi Deskriptif Mengenai Status Ethnic Identity pada Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas 'X', Bandung.

(1)

ii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK

Penelitian mengenai Ethnic Identity pada Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’ Bandung ini dilakukan dengan tujuan untuk memeroleh gambaran mengenai Ethnic Identity yang dihayati oleh Mahasiswa.

Penelitian yang diajukan menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner mengenai ethnic identity yang diadaptasi dari The Multigroup Ethnic Identity Measure (MEIM) dari Jean S. Phinney (1992). Kuesioner terdiri dari 25 item dengan validitas berkisar antara 0,37 sampai 0, 746. Realibilitas dihitung dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach dan diperoleh 0,899.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas 50,3 % Mahasiswa memilki Status Ethnic Identity Unexamined dan sisanya tersebar pada Status Achieved Ethnic Identity dan Ethnic Identity Search. Saran untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian kualitatif dan juga dilakukan pada tahap perkembangan yang berbeda. Serta untuk saran praktis, diharapkan bagi Fakultas atau Universitas mengadakan seminar agar Mahasiswa dapat mengerti dan memahami pentingnya Ethnic Identity.


(2)

iii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

A descriptive study about Ethnic Identity on College Students whose Ethnic is Tionghoa at The Faculty of Economics in The ‘X’ University Bandung.This research was conducted in order to obtain an overview about Ethnic Identity on Students.

The research would be applied by using descriptive method with survey technique. Withdrawal of the samples using purposive sampling method. The measurement was using questionnaire about ethnic identity which adopted from The Multigroup Ethnic Identity Measure (MEIM) by Jean S. Phinney (1992). The questionnaire consists of 25 items with validity is between 0,37 until 0,746 . Realibility is calculated by using Alpha-Cronbach method and the result is 0,899.

From the results of study, we can see that 50,3 % College Students is at Unexamined Ethnic Identity and rest of them are in Ethnic Identity Search and Achieved Ethnic Identity. The further research suggestions to qualitative research and create research with different group of sample. And for practical suggestion to Faculty or University made a seminar for College Students in approach importance the meaning and understanding of Ethnic Identity .


(3)

vii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1. Maksud Penelitian ... 9

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 10

1.5. Kerangka Pikir ... 10

1.6. Asumsi ... 20

BAB II ... 21

2.1. Ethnic Identity ... 21

2.1.1. Definisi Ethnic Identity ... 21

2.1.2. Konsep tentang Pembentukan Ethnic Identity ... 23

2.1.3. Komponen-Komponen Ethnic Identity ... 27

2.1.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ethnic Identity... 29


(4)

viii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

2.2.1. Definisi Kebudayaan ... 32

2.2.2. Tiga Wujud Kebudayaan... 33

2.2.3. Unsur-unsur Kebudayaan ... 34

2.2.4. Elemen Budaya ... 34

2.3. Masyarakat Etnis Tionghoa ... 36

2.3.1. Masyarakat Etnik Tionghoa di Indonesia ... 36

2.3.2. Kebudayaan Etnis Tionghoa ... 40

2.4. Remaja ... 45

2.4.1. Pengertian Remaja ... 45

2.4.2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja ... 46

2.4.3. Perubahan Identitas Berdasarkan Perkembangan ... 47

2.4.4.Aspek Budaya dan Etnis dari Identitas...48

BAB III ... 51

3.1. Rancangan Penelitian ... 51

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 52

3.2.1. Variabel Penelitian ... 52

3.2.2. Definisi Operasional... 52

3.3. Alat Ukur ... 53

3.3.1. Alat Ukur Ethnic Identity ... 53

3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 55

3.4.1. Validitas Alat Ukur ... 55

3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 56

3.5. Populasi dan Teknik Sampling ... 57

3.5.1. Populasi Sasaran ... 57

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 57

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 57


(5)

ix UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB IV ... 59

HASIL & PEMBAHASAN ... 59

4.1. Hasil Penelitian ... 59

4.1.1. Gambaran Responden ... 59

4.1.2. Data Hasil Penelitian ... 60

4.2. Pembahasan ... 62

BAB V ... 71

KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1. Kesimpulan ... 71

5.2. Saran ... 73

5.2.1. Saran Teoritis ... 73

5.2.2. Saran Praktis ... 73

Daftar Pustaka.………....………..……….75


(6)

x UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran………19 Bagan 3.1. Rancangan Penelitian……….…………..51


(7)

xi UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Status IE Marcia dan Status IE Phinney...………..…….26

Tabel 3.1. Kisi- Kuesioner………..……….53

Tabel 3.2. Sistem Penilaian……….54

Tabel 3.3. Total Skor Penilaian………...………54

Tabel 3.4. Kriteria Validitas………56

Tabel 3.5. Kriteria Realibilitas………56

Tabel 4.1. Gambaran Jenis Kelamin Responden………59

Tabel 4.2. Gambaran Usia Responden………60

Tabel 4.3. Gambaran Ethnic Identity Responden………...……60


(8)

xii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lampiran 1 : Kuesioner ... L-1 Lampiran 2 : Validitas Alat Ukur... L-11 Lampiran 3 : Reliabilitas Alat Ukur ... L-11 Lampiran5 ... L-19 Lampiran 6 Crosstabs Ethnic Identity dengan Komponen- Komponen ... L-23 Lampiran 6.1. Crosstabs EI dengan Ethnic Achievement ... L-23 Lampiran 6.2. Crosstabs EI dengan Ethnic Behaviour and Practices ... L-23 Lampiran 6.3. Crosstabs EI dengan Ethnic Affirmation and Belonging ... L-23 Lampiran 7. Crosstabs Ethnic Identity dengan Item berdasarkan Komponen ... L-24 Lampiran 7.1. Crosstabs EI dengan Item Ethnic Achievement ... L-24 Lampiran 7.1.1. Item 1...L-24 Lampiran 7.1.2. Item 3...L-24 Lampiran 7.1.3. Item 5...L-25 Lampiran 7.1.4. Item 10...L-25 Lampiran 7.1.5. Item 13...L-26 Lampiran 7.1.6. Item 17...L-26 Lampiran 7.1.7. Item 22...L-27 Lampiran 7.1.8. Item 23...L-27 Lampiran 7.2. Crosstabs EI dengan Item Ethnic Behaviour and Practices ... L-28 Lampiran 7.2.1. Item 2...L-28 Lampiran 7.2.2. Item 6...L-28 Lampiran 7.2.3. Item 12...L-29 Lampiran 7.2.4. Item 14...L-29 Lampiran 7.2.5. Item 16...L-30 Lampiran 7.2.6. Item 18...L-30 Lampiran 7.2.7. Item 20...L-31


(9)

xiii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lampiran 7.2.8. Item 24 L-31

Lampiran 7.3. Crosstabs EI dengan Item Affirmation and Belonging ... L-32 Lampiran 7.3.1. Item 4...L-32 Lampiran 7.3.2. Item 7...L-32 Lampiran 7.3.3. Item 8...L-33 Lampiran 7.3.4. Item 9...L-33 Lampiran 7.3.5. Item 11...L-34 Lampiran 7.3.6. Item 15...L-34 Lampiran 7.3.7 Item 19...L-35 Lampiran 7.3.8. Item 21...L-35 Lampiran 8 ... L-36 Lampiran 8.1. ... L-36 Lampiran 8.2 ... L-36 Lampiran 8.3. Penghayatan Mahasiswa ... L-37 Lampiran 8.4. Nilai Budaya yang ditanamkan di Rumah ... L-37 Lampiran 8.5. Tradisi yang dijalankan ... L-38 Lampiran 8.7.1 Teman Akrab di Rumah ... L-39 Lampiran8.7.2 Teman Akrab di Kampus ... L-39 Lampiran 8.8.1 Bahasa di Rumah ... L-40 Lampiran 8.8.2 Bahasa di Kampus ... L-40 Lampiran 8.9 Perkumpulan Etnis ... L-41 Lampiran 8.10 ... L-41 Lampiran 8.11 Area Tempat Tinggal ... L-42 Lampiran 8.12 Keinginan Area Tempat Tinggal... L-42


(10)

1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam etnis, budaya, bahasa, dan agama didalamnya. Perkiraan jumlah penduduk Indonesia terakhir mencapai jumlah 237.641.326 jiwa yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011). Walaupun Indonesia memiliki berbagai keberagaman didalamnya, Empu Tantular mengatakan bahwa Indonesia memiliki semboyan yang menjadi tonggak pemersatu bangsa, yakni “Bhineka Tunggal Ika”, dengan arti “walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” (Mohammad Yamin,1958).

Survei Badan Pusat Statistik tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia adalah 1.340 yang dikelompokan menjadi 31 kelompok suku (Badan Pusat Statistik, 2011). Etnis yang ada di Indonesia ini termasuk yang berasal dari penduduk asli Indonesia, maupun penduduk pendatang yang sudah lama berada di Indonesia, dan akhirnya diakui. Berbagai penduduk dengan etnis yang beragam di Indonesia juga mulai berinteraksi melalui


(11)

2

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

kehidupan keseharian, seperti melalui aktivitas pekerjaan maupun melalui aktivitas kehidupan bernegara.

Beberapa etnis dari penduduk asli yang ada di Indonesia ialah Etnis Jawa, Sunda, Madura, Batak, Minangkabau, dan lainnya. Etnis pendatang antara lain etnis Melayu, Arab-Indonesia, dan Tionghoa. Etnis pendatang terbanyak di Indonesia adalah Etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa sendiri merupakan suku bangsa yang sudah cukup lama berada di Indonesia. Semenjak abad 16-19, Etnis Tionghoa mulai masuk melalui jalur dagang dan perekonomian ke Indonesia. Namun Etnis Tionghoa baru diakui untuk menjadi bagian dari negara Indonesia ketika jaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yakni dengan dikeluarkannya UU no. 12 Tahun 2006 (Warta Perundang-undangan, 2006).

Sebagai awal, etnis Tionghoa adalah minoritas yang sangat mencolok di Indonesia. Sebagian besar dari mereka tinggal di daerah perkotaan, biasanya di daerah bisnis, dan mereka terjun dalam kegiatan yang membawa mereka menjadi perhatian publik; seperti pemilik toko, perdagangan, industri, perbankan, pengembang perumahan, dan profesional. Masyarakat Etnis Tionghoa sepertinya mempunyai posisi pengendali dalam ekonomi modern, sehingga etnis penduduk asli Indonesia merasa terancam. (Pann, 1998 dalam Masyarakat Etnis Tionghoa sepertinya mempunyai posisi pengendali dalam ekonomi modern, 2009: 75).

Kemudian pada tahun 1998 terjadi kerusuhan yang bernuansa penuh dengan kebencian rasial terutama pada etnis Tionghoa (Ariyanto, 2014 dalam news.liputan.com). Namun hal ini memudar seiring berjalannya waktu seperti


(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

adanya Keppres No. 12/2014 tertanggal 14 Maret 2014 itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencabut dan menyatakan tidak berlaku Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Isi dari Keppres itu menghapus istilah Cina dan mengembalikan ke penggunaan Tionghoa. Presiden menjelaskan, pandangan dan perlakuan diskriminatif terhadap seorang, kelompok, komunitas dan/atau ras tertentu, pada dasarnya melanggar nilai, prinsip perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Hal tersebut juga bertentangan dengan UUD 1945, UU HAM, dan UU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan keluarnya Keppres tersebut. (Indopos, 2014).

Begitu pula berdasarkan surat kabar Indopos (2002), hari raya Etnis Tionghoa yakni Imlek yang dijadikan sebagai hari libur nasional pada Februari 2002. Presiden Megawati Soekarnoputri mengumumkan mulai 2003, Imlek menjadi Hari Libur Nasional.Keberadaan dari Etnis Tionghoa menjadi stabil dengan adaya keputusan ini. Mayoritas Etnis Tionghoa berasal dari Pulau Jawa. Etnis Tionghoa yang berada di Pulau Jawa sebagian besar mulai pindah ke Jawa Barat, khususnya kota Bandung dimulai sejak terjadi perang Diponegoro (Haryoto Kunto, 1825 dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe,1984). Proses akulturasi masyarakat etnis Tionghoa terjadi di Jawa Barat sehingga berada di tengah-tengah masyarakat asli Indonesia. (Inilahkoran, 2014).

Fam Kiun Fat (2014) mengatakan, kebanyakan masyarakat Tionghoa yang terlahir di Indonesia pada saat ini sudah berakulturasi dengan budaya lokal. Sedikit demi sedikit, istilah sebutan dalam kekerabatan pun ikut menyesuaikan.


(13)

4

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Ciri khas Tionghoa yang masih kental terlihat hanyalah dari ciri fisik. Seperti mata yang sipit, berkulit putih, dan sedikit kebiasaan etnis Tionghoa. Kegiatan budaya, tradisi maupun adat istiadat tak lagi banyak terdengar gaungnya. (Inilahkoran, 2014). Berdasarkan dengan pernyataan diatas, sesuai dengan teori dari Phinney yang menyatakan bahwa kontak budaya dengan etnis mayoritas dalam rentang waktu tertentu dapat memengaruhi identitas etnis seseorang (Phinney, 1990).

Ethnic Identity adalah suatu konstruk yang dinamis, multidimensional yang merujuk pada identitas diri, atau perasaan diri sebagai anggota dari satu kelompok etnis tertentu. (Phinney, 2003:63). Menurut Erikson, pembentukan identitas merupakan satu fase perkembangan penting, yang dinamakan dengan tahap identity vs identity confussion. Salah satu pembentukan identitas adalah pembentukan etnis yang merupakan pencarian identitas dalam budaya yang akan dipilih untuk menjadi etnisnya. Fase ini berlangsung pada tahap usia remaja, yakni rentang usia 19-22 tahun. (Amet, Kagan, & Coles, Kenniston, Lipsitz, dalam Steinberg, 2002). Pada rentang usia ini, individu sedang berada pada masa menimba ilmu di jenjang Perguruan Tinggi dengan status sebagai Mahasiswa.

Perguruan Tinggi merupakan salah satu agen sosial yang mempertemukan remaja pada berbagai etnis dalam satu lembaga pendidikan. Menurut Enggara (2014), di kota Bandung, terdapat Universitas ‘X’ yang menjadi salah satu tonggak yang mengusahakan kebudayaan etnis Tionghoa kembali di eksplor. Menurut Lan Lijun (dalam Sinar Harapan, 2007), Perguruan Tinggi Swasta ‘X’ Bandung merupakan Universitas terpilih dari tiga Universitas lainnya untuk dapat


(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

bekerja sama dengan Institut Kongzi. Insitut Kongzi merupakan program dari Kantor Dewan Internasional urusan Bahasa Mandarin (Hanban) yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat di seluruh dunia akan bahasa dan budaya China, serta memfasilitasi pelajar bahasa Mandarin dari berbagai negara. Universitas ‘X’ Bandung bekerja sama dengan Center for Chinese-Indonesian Studies (CCIS) Universitas Kristen Petra berkaitan dengan menumbuhkan pengetahuan budaya Tionghoa.

Terdapat pula Pusat Bahasa Mandarin yang didirikan oleh Lembaga Hanban di China dalam mengadakan kerja sama dengan pemerintah China untuk mendirikan pusat pengajaran bahasa dan budaya China di Indonesia. Pauw Budianto menyatakan bahwa Universitas ‘X’ Bandung merupakan salah satu Universitas terpilih dari 5 Universitas lainnya untuk diadakannya Pusat Bahasa Mandarin yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajarkan bahasa dan budaya China ke seluruh dunia, serta untuk menjembatani hubungan kebudayaan antara China dengan negara-negara luar.

Universitas ‘X’, Bandung memiliki sembilan fakultas, salah satunya adalah fakultas Ekonomi yang terdiri dari dua jurusan, yakni Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi sendiri merupakan Fakultas yang paling banyak diminati oleh para pelajar, terlihat dari besarnya jumlah presentase mahasiswa dibandingkan dengan delapan fakultas lainnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan selama bulan Juni, 2014 pada tata usaha fakultas yang ada di Universitas ‘X’, Bandung dan mahasiswa, Fakultas Ekonomi merupakan fakultas yang memiliki mahasiswa dengan persentase jumlah mahasiswa


(15)

6

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

terbanyak. Begitu pula serupa dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Ketua Jurusan Manajemen, menyatakan bahwa Fakultas Ekonomi memiliki mahasiswa yang beragaman etnis didalamnya seperti Etnis Sunda, Etnis Betawi, Etnis Tionghoa, Etnis Batak, dan sebagainya dengan presentase terbanyak adalah mahasiswa Etnis Tionghoa.

Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi pada jenjang semester 3 merupakan mahasiswa yang berada pada periode perkembangan remaja akhir. Menurut Erikson, periode ini adalah periode dimana mahasiswa mencapai kematangan atas identitas dirinya (Santrock, 2003). Identitas dalam diri para mahasiswa termasuk juga identitas etnisnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 30 mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi selama seminggu pada bulan Juli, sebanyak 40% mahasiswa menganggap identitas diri yang dimiliki adalah sebagai masyarakat Indonesia, dengan etnisitas Indonesia. Sedangkan sisanya mengakui dan menyadari akan etnisitasnya. Menurut Phinney, para remaja dianggap sudah mengetahui Etnisitas mereka dan masalah yang muncul lebih terarah pada label seperti apa yang mereka pilih untuk diri mereka sendiri. (Phinney, 1992).

Melalui survey awal yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode wawancara pada 30 orang mahasiswa etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung sebanyak 50% dari 30 orang bangga menjadi etnis Tionghoa, walaupun sudah menggunakan nama dan marga yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Mahasiswa yang memiliki perasaan bangga terhadap etnisitasnya memiliki komponen Affirmation and Belonging yang tinggi dalam


(16)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

identitas etnis dirinya. Sedangkan sebanyak 40% merasa lebih menyukai mengakui diri sebagai orang Bandung tanpa menyebutkan suku/ Etnis sesungguhnya dan sebanyak 10% merasa biasa saja terhadap dirinya menjadi bagian dari Etnis Tionghoa.

Mayoritas Mahasiswa yakni sebesar 45% dari 30 orang menjalankan tradisi, seperti hari raya yang dinamakan Imlek, dan juga beberapa diantaranya merayakan hampir seluruh tradisi seperti Hari Raya PehCun, CengBeng, dan sembahyang Hio. Sedangkan sisanya, tidak pernah merayakan dan mengikuti tradisi Etnis Tionghoa. Seperti pada Imlek, mereka tidak merayakan bersama keluarga besar dan juga tidak menjalankan tradisi ‘pemberian angpao’.

Sebanyak 80% dari 30 orang Mahasiswa masih menggunakan sebutan kekerabatan untuk keluarga, dan mayoritas masih menggunakan bahasa dialek daerah ataupun bahasa Mandarin dalam berbicara lisan dengan keluarga atau lingkungan rumah. Sisanya tidak lagi menggunakan sebutan kekerabatan dengan menggunakan dialek untuk keluarga, dan tidak mengerti juga tidak pernah menggunakan bahasa dialek ataupun bahasa Mandarin dalam berbicara lisan dengan keluarga ataupun lingkungan sosialnya yang lain. Mayoritas Mahasiswa lebih menyukai berbicara menggunakan bahasa sunda dibandingkan menggunakan bahasa dialek atau bahasa Mandarin.

Dalam berteman baik di kampus ataupun di dalam lingkungan rumah, seluruh Mahasiswa menyatakan bahwa mereka senang berteman dengan semua etnis, baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan rumah. Sedangkan dalam


(17)

8

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

memilih pasangan hidup, sebanyak 70% dari 30 orang menyatakan bahwa mereka ingin menikah dengan sesama etnis. Dan sebanyak 30% menyatakan bahwa dalam mencari pasangan hidup, mereka tidak mementingkan etnis atau latar belakang budaya calon pasangannya.

Dalam mencari tahu latar belakang Etnisnya, sebanyak 70% Mahasiswa tidak berusaha mencari tahu seperti membaca sejarah, atau bertanya dan juga berdiskusi dengan teman dari sesama Etnisnya. Mahasiswa hanya mengikuti apa yang disuruh oleh orang tua dalam menjalankan tradisi atau kebiasaan- kebiasaan Etnis. Tidak adanya usaha dalam pencarian latar belakang menunjukkan eksplorasi yang rendah dalam mencari tahu Etnisitasnya. Sedangkan 30% Mahasiswa berusaha untuk mencari mengenai Etnisitasnya secara lisan dengan bertanya baik kepada orang tua maupun teman sesama etnisnya. Hal ini menunjukkan adanya eksplorasi yang tinggi terhadap Ethnic Identity.

Berdasarkan data yang diperoleh dari survey awal menyatakan bahwa terdapat keberagaman mengenai eksplorasi dan komitmen yang terlihat dalam komponen-komponen Status Status Ethnic Identity Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung, dan juga melihat pentingnya Mahasiswa yang berada pada periode remaja akhir untuk mengetahui Status Ethnic Identity. Maka peneliti ingin melihat Status Status Ethnic Identity pada Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung.


(18)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran Status Status Ethnic Identity pada mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran tentang Status Ethnic Identity pada mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran tentang Status Ethnic Identity pada mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung dilihat dari komponen-komponen Status Ethnic Identity dan gambarannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi.

1.4.Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang psikologi khususnya Psikologi Sosial, Psikologi Lintas Budaya, dan Psikologi


(19)

10

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Perkembangan terutama yang berkaitan dalam pemahaman mengenai Status Ethnic Identity.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Status Ethnic Identity terutama pada etnis Tionghoa.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung tentang Status Ethnic Identity.

2. Memberikan informasi dan pemahaman pada pihak pengajar, yakni dosen yang berhubungan dengan mahasiswa yang memiliki hambatan dalam pencapaian Status Ethnic Identity agar dapat membantunya mengembangkan dalam lingkungan multikultur.

3. Memberikan informasi tambahan pada Universitas ‘X’, Bandung mengenai perkembangan Status Ethnic Identity pada mahasiswa dan perkembangan kebudayaan China di lingkup Universitas ‘X’.

1.5. Kerangka Pikir

Mahasiswa etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung sedang berada tahap masa remaja akhir dengan usia 18- 22 tahun (Santrock, 2003). Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan


(20)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

dari kanak-kanak menjadi dewasa yang mencakup perubahan sosiemosional yang cukup signifikan (Papalia & Olds, 2001).

Dalam perubahan sosioemosional tercakup perkembangan kepribadian yang penting, yakni pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah suatu proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Fase perkembangan kepribadian ini dinamakan dengan Tahap identity vs identity confussion oleh Erikson.( Santrock, 2003). Tahap ini adalah tahap perkembangan kelima yang penting dan terjadi pada usia remaja. Apabila mahasiswa berhasil melewati periode ini dengan pengetahuan dan peranan yang sudah dilaksanakan dengan jelas, dan orang lain dapat mengidentifikasikannya, maka ia memiliki identitas yang jelas. Namun, apabila gagal, maka akan bermasalah dalam identitas dirinya (Santrock, 1999).

Pembentukan identitas merupakan hasil dari eksplorasi yang terjadi sepanjang kehidupan remaja yang mengarah kepada suatu komitmen atau keputusan pada berbagai area kehidupan, antara lain, pekerjaan, agama, orientasi politik (Erikson, 1968). Salah satu pencapaian identitas adalah pembentukan identitas etnis, yakni pencarian identitas dalam budaya yang akan dipilih untuk menjadi etnisnya. Pencapaian etnisitas juga merupakan hasil dari eksplorasi dan komitmen yang dilakukan (Marcia, 1987).


(21)

12

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Eksplorasi merupakan suatu periode dimana mahasiswa berusaha secara aktif mencari tahu juga mempertanyakan sebanyak-banyaknya mengenai values, goals, dan beliefs yang dianut oleh dirinya dalam rangka menentukan dan mengidentifikasikan identitas dirinya (Marcia, 1993: 161). Sedangkan komitmen merupakan tindakan pengambilan keputusan dan pertanggung jawaban terhadap pilihan dari konsekuensi yang terdapat pada pilihan yang sudah ditetapkan (Marcia, 1993: 164).

Dari kedua dimensi tersebut yang tercermin dalam komponen- komponennya terbentuk Status Ethnic Identity pada Mahasiswa etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung. Status Ethnic Identity merupakan salah satu komponen dari identitas sosial dan bagian dari konsep diri mahasiswa yang sudah diturunkan dari pengetahuannya atas keanggotaan dirinya dalam suatu kelompok atau kelompok-kelompok sosialnya, beserta nilai-nilai dan signifikansi emosional yang terkait dengan keanggotaan tersebut (Tajfel, 1981).

Phinney mengatakan bahwa Status Ethnic Identity akan lebih berarti apabila terdapat 2 kelompok etnis atau lebih yang mengadakan kontak dalam jangka waktu tertentu. Status Ethnic Identity mahasiswa yang mengeyam pendidikan di Bandung terbentuk melalui proses kontak budaya. Ethnic Identity terbentuk melalui proses kontak budaya yang dilakukan secara terus-menerus (Berry, 2002:21). Status Ethnic Identity didefinisikan sebagai suatu konstruk yang kompleks mencakup tiga


(22)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

komponen didalamnya, yakni Ethnic Identity Achievement, Ethnic Behaviour and Practices, dan Affirmation and Belonging. (Phinney, 1992).

Komponen yang pertama adalah Ethnic Identity Achievement. Ethnic Identity Achievement adalah secure sense of self yang merupakan hasil optimal dari proses pembentukan identitas (Erikson, 1968 dalam Phinney, 1990). Komponen ini dapat ditinjau melalui sejauh mana mahasiswa meluangkan waktu untuk mencoba menggali lebih dalam mengenai kelompok etnisnya, seperti sejarahnya, adat, dan tradisi. Dimana mahasiswa menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari lebih banyak mengenai budaya dan sejarah etnisnya, misalnya dengan berdiskusi dengan orang- orang kelompok etnisnya. Juga mengetahui hal- hal yang bertentangan atau sesuai dengan adat istiadat Tionghoa. Ketika mahasiswa merasa nyaman saat berinteraksi dengan sesama etnisnya, maka mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas “X”, Bandung akan mengambil keputusan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan tradisi Tionghoa. Kemudian ditinjau ketika mahasiswa menjalankan keputusan yang telah diambilnya ketika menjalankan proses eksplorasi, seperti memutuskan untuk terlibat dalam kegiatan adat Tionghoa, menggunakan bahasa Mandarin sesuai dengan aturan, memanggil kerabat sesuai dengan aturan adat, memakan makanan khas ketika acara adat, serta mampu menampilkan perilaku sesuai dengan budaya Tionghoa. Semakin sering mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas “X”, Bandung


(23)

14

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

melakukan hal yang berkaitan dengan komponen ini, maka akan semakin achieved Status Ethnic Identitynya (Phinney, 1992).

Komponen yang kedua adalah ethnic behaviour and practices, yang ditunjukkan melalui keaktifan Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas “X”, Bandung tergabung dalam kelompok etnisnya, sehingga mendapatkan informasi tentang etnisnya dan mengambil keputusan untuk terlibat aktif serta berpartisipasi dalam kegiatan etnis. Kegiatan etnis seperti berpartisipasi dalam kegiatan praktis khas Etnis Tionghoa, diantara lain musik khas, etos kerja, makanan khas, pakaian khas Etnis Tionghoa dan juga aktif dalam upacara adat Etnis dan perkumpulan marga atau keluarga serta menggunakan bahasa Mandarin dengan aktif.

Dan komponen yang ketiga, adalah Affirmation and Belonging, yang memiliki pengertian perasaan memiliki terhadap kelompok etnisnya. Hal ini dapat dilihat dari perasaan memiliki antar mahasiswa sesama Etnis Tionghoa sehingga menunjukkan sikap positif terhadap etnisitasnya. Tampak juga pada mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas “X”, Bandung yang merasa bangga, sehingga memiliki feelings of belonging pada kelompok Etnis Tionghoa, misalnya merasa kagum terhadap adat atau kesenian atau sastra Tionghoa. Adanya attachment dalam diri Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas “X”, Bandung membuat ikatan perasaan yang cukup kuat dan membuat mereka selalu ingin berkumpul dengan sesama etnisnya.


(24)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Berdasarkan penghayatan yang dipilih oleh tiap Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas “X”, Bandung timbulah sikap positif maupun negatif terhadap kelompok etnis Tionghoa. Sikap positif terlihat seperti adanya rasa puas menjadi bagian dari etnisnya, bangga terhadap latar belakang etnisnya, bahagia menjadi bagian dari etnisnya, serta merasa budaya atau tradisi etnisnya berharga bagi mereka ( Phinney, 1992). Sedangkan untuk sikap negatif, terlihat seperti adanya indikasi penyangkalan, ketidakbahagiaan, penolakan, dan adanya keinginan untuk menyembunyikan ataupun mengubah identitas budayanya, dan lebih memilih menjadi anggota budaya lain (Phinney, 1992).

Melalui mekanisme perkembangan Ethnic Identity, maka terbentuklah Status Ethnic Identity yang terdiri dari tiga, yaitu: Unexamined Status Ethnic Identity, yang secara konseptual terbagi menjadi dua, yakni diffusion dan foreclosure. Namun kedua bagian ini tidak dibahas lebih lanjut.

Search Status Ethnic Identity pada masa ini mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung akan melakukan pencarian atau eksplorasi dan melibatkan diri pada pengertian berkaitan dengan etnis Tionghoa. Mahasiswa akan sadar mengenai etnisitasnya yang didapatkan dari pengalamannya memperdalam tentang etnisnya. Mahasiswa akan mulai banyak mencari tahu baik pada keluarga ataupun lingkungan sosial lainnya yang berasal dari sesama etnis, dan mencari tahu mengenai adat, falsafah, dan seni budaya etnis Tionghoa, mulai belajar


(25)

16

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

berbicara dan menggunakan bahasa mandarin dan mulai mengunjungi acara-acara adat etnis Tionghoa. Pada Status ini, Mahasiswa sudah mulai mencari atau mengeksplorasi identitas etnisnya, tetapi belum menunjukkan adanya usaha melakukan komitmen lebih jauh.

Achieved Status Ethnic Identity, pada masa ini Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung sudah mengetahui secara pasti etnisitasnya dan sudah mau melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan etnis Tionghoa dan juga sudah terlihat adanya komitmen akan penghayatan kebersamaan dengan kelompoknya sendiri. Mahasiswa mengetahui latar belakang budayanya sendiri, mereka menghayati dan bangga menjadi anggota dari kelompok etnis Tionghoa. Kelompok etnis tersebut memberi pengaruh yang kuat pada kehidupan kelompok Mahasiswa di berbagai bidang kehidupannya, serta aktif dan mengerti dengan pasti mengenai praktik budaya kelompok etnis Tionghoa.

Dalam proses pembentukannya, Status Ethnic Identity tidak terlepas dari faktor-faktor yang memengaruhi, faktor internal yakni faktor yang berasal dari dalam diri seperti usia, jenis kelamin; dan juga faktor eksternal yakni faktor yang berasal dari luar diri. Faktor usia juga turut mempengaruhi identitas etnis Mahasiswa (Roger et al, 1989 dalam Phinney, 1990). Status Ethnic Identity Mahasiswa akan lebih lemah derajatnya apabila mereka ke daerah multietnis dengan usia yang lebih muda dibandingkan dengan yang berusia lebih tua, karena usia lebih muda sedang melakukan proses eksplorasi awal dalam etnisitasnya.


(26)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Jenis kelamin, terdapat beberapa Etnis yang menyatakan bahwa wanita lebih berorientasi pada budaya leluhur mereka dan juga lebih mengadopsi Status Ethnic Identity dibandingkan dengan pria. (Ting-Toomey, 1981; Uttah, 1985 dalam Phinney, 1990). Namun pada Etnis Tionghoa, memiliki sistim Patrilical atau mengikuti garis etnis dari pihak ayah atau kedudukan pria sangat penting (Hidayat, 1977). Mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki akan lebih berorientasi pada budaya leluhur atau meneruskan dan melestarikannya dibandingkan dengan mahasiswa wanita.

Faktor eksternal, diantara lain adalah bahasa, persahabatan, afiliasi dan kegiatan keagamaan, area tempat tinggal, adanya aktivitas dan sikap etnik atau kebudayaan. Bahasa meski faktor ini sudah dianggap sebagai salah satu komponen Ethnic Identity yang paling penting, kepentingannya jelas berbeda tergantung situasi yang dihadapi, dan mungkin hal ini berbeda pada kelompok-kelompok lain. Yang kedua adalah persahabatan dapat digunakan dalam memberi nilai pada “pentingnya teman-teman dalam kelompok” dan “berpacaran dalam kelompok” (Driedger,1975), “latar belakang etnis dengan teman-teman” (Garcia, 1982), atau mengukur persahabatan dengan anggota kelompok etnisnya. Persahabatan termasuk aspek Ethnic Identity pada penelitian dengan berbagai kelompok etnis.

Afiliasi dan kegiatan keagamaan. Hal ini berkaitan dengan keanggotaan pada tempat ibadah, keikutsertaan pada acara-acara keagamaan, dan preferensi religius yang berkaitan dengan Status Ethnic


(27)

18

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Identity. Faktor lainnya adalah kelompok sosial dan etnis yang berstruktur. Partisipasi dalam kelompok-kelompok etnis, kemasyarakatan atau organisasi disertakan sebagai komponen identitas etnis dalam penelitian yang melibatkan subyek berkulit putih (Phinney, 2003).

Area tempat tinggal. Faktor ini berpengaruh, contohnya “para subyek memilih untuk tinggal dalam suatu area dimana anggota lain kelompoknya juga tinggal” (Caltabiano, 1984) atau mengukur “kesiapan subjek untuk tinggal di area atau RT yang lebih terintegrasi.” (Tzuriel dan Klein, 1977). Kemudian adanya aktivitas dan sikap etnik atau kebudayaan lainnya. Faktor ini melengkapi elemen-elemen yang sudah disampaikan sebelumnya, banyak variasi dari aktivitas kebudayaan yang spesifik diukur juga. Item-item kultural tersebut misalnya mahasiswa menyukai musik etnik, mendengarkan lagu-lagu yang khas pada Etnis Tionghoa, melestarikan tarian dan pakaian khas; mahasiswa senang untuk membaca surat kabar, tabloid, buku, dan literatur yang berkaitan dengan Etnis Tionghoa; mahasiswa menyukai dan mengonsumsi makanan atau masakan khas Etnis Tionghoa; hiburan atau media; perayaan tradisional; peran dalam keluarga yang bersifat tradisi, nilai-nilai, dan nama; kunjungan dan ketertarikan yang terus menerus pada tanah air; praktik endogami atau pernikahan kelompok yang sama atau sikap oposisi pada pernikahan campur dan pengetahuan mengenai kebudayaan dan sejarah etnik. Berikut bagan dari uraian kerangka pemikiran diatas:


(28)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Bagan 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran Faktor yang memengaruhi:

 Usia

 Jenis Kelamin  Bahasa  Persahabatan

 Kelompok sosial Etnis

 Afiliasi dan kegiatan keagamaan  Area Tempat tinggal

 Aktivitas dan sikap etnik

Mahasiswa Etnis Tionghoa

Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’

,Bandung

Eksplorasi dan Komitmen

Komponen: - Ethnic Identity

Achievement - Affirmation and

Belonging

- Ethnic Behaviour and Practices

Status Ethnic Identity

Unexamined Status Ethnic Identity Search Status Ethnic

Identity Achieved Status Ethnic


(29)

20

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

1.6. Asumsi

1. Pembentukan Status Ethnic Identity pada mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung ditentukan oleh dimensi eksplorasi dan komitmen yang dicerminkan dari ketiga komponen yang dimiliki dan dilakukan oleh individu dengan lingkungannya. 2. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Status Ethnic

Identity mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung. Faktor yang berpengaruh ini adalah usia, jenis kelamin, bahasa, persahabatan, kelompok sosial Etnis, afiliasi dan kegiatan keagamaan, area tempat tinggal, juga aktivitas dan sifat Etnis .

3. Tinggi rendahnya eksplorasi dan komitmen yang dilakukan dan dihayati oleh mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’, Bandung yang terekspresikan melalui ketiga komponennya menghasilkan tiga Status Ethnic Identity, yakni Unexamined Status Ethnic Identity yaitu pencapaian status identitas etnis dengan eksplorasi yang rendah dan juga tidak adanya komitmen, Search Status Ethnic Identity yaitu pencapaian status identitas etnis dengan eksplorasi yang tinggi namun disertai dengan rendahnya komitmen, dan Achieved Status Ethnic Identity yaitu pencapaian status identitas etnis dengan eksplorasi dan komitmen yang tinggi yang tercermin dalam komponen- komponennya.


(30)

71 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran Status Ethnic Identity pada Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’ Bandung sebagian besar memiliki Status Unexamined Ethnic Identity, kemudian Status Achieved Ethnic Identity lalu kemudian Status Search Ethnic Identity.

2. Sebesar 50,3% Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi

Universitas ‘X’ Bandung memiliki Status Unexamined Ethnic

Identity, yang menunjukkan bahwa Mahasiswa kurang berusaha dalam mengeksplorasi mengenai etnisititasnya dan tidak menunjukkan adanya komitmen terhadap Etnis Tionghoa, ditunjukkan dalam komponen Ethnic Achievement, komponen Ethnic Behaviour and Practices, dan komponen Affirmation and Belonging yang rendah.

3. Faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam Status Unexamined Ethnic Identity adalah faktor jenis kelamin dan budaya luar, terutama


(31)

72

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

lingkungan teman baik di rumah maupun di kampus yang mayoritas memiliki Etnis lain.

4. Sebesar 29,8% Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’ Bandung memiliki Status Achieved Ethnic Identity, yang menunjukkan bahwa Mahasiswa telah melakukan komitmen terhadap Etnis Tionghoa yang didapat dari proses eksplorasi terhadap Etnisitasnya, yang terlihat dalam komponen Ethnic Achievement, komponen Ethnic Behaviour and Practices, dan komponen Affirmation and Belonging yang tinggi.

5. Sebesar 19,9% Mahasiswa Etnis Tionghoa Fakultas Ekonomi Universitas ‘X’ Bandung memiliki Status Search Ethnic Identity, yang menunjukkan bahwa Mahasiswa melakukan banyak eksplorasi etnisitasnya namun belum menetapkan keputusan atau komitmen pada Etnis Tionghoa, yang terlihat dalam komponen Ethnic Achievement yang tinggi, dan komponen Ethnic Behaviour and Practices, dan Affirmation and Belonging yang rendah.

6. Adanya persamaan pada Status Unexamined Ethnic Identity dan Status Search Ethnic Identity yakni persamaan komponen Ethnic Behaviour and Practices dan Ethnic Affirmation and Belonging yang tergolong rendah


(32)

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

 Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam melalui studi kasus mengenai gambaran Status Ethnic Identity

 Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada responden dengan perbedaan tahap usia perkembangan, untuk mengetahui apakah adanya perbedaan gambaran Status Ethnic Identity pada tahap perkembangan yang berbeda.

 Penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian korelasi ataupun penelitian kontribusi antara Status Ethnic Identity dengan faktor- faktor yang mempengaruhinya.

5.2.2. Saran Praktis

 Bagi pihak Universitas ataupun Fakultas hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun program pengembangan tentang etnis Tionghoa bagi mahasiswa yang mengalami permasalahan dalam interaksi sosial di lingkup Universitas dengan multikultur.

 Bagi pihak kurikulum di Universitas ataupun Fakultas hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menambahkan mata kuliah atau seminar mengenai Ethnic Identity di lingkup Universitas dengan multikultur.


(33)

74

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

 Bagi perkumpulan ataupun organisasi Etnis Tionghoa yang ada didalam Universitas ataupun Fakultas agar dapat memberikan informasi secara jelas mengenai Etnis Tionghoa, baik mengenai adat- istiadat, atau pagelaran seni budaya di wilayah Universitas yang dikemas secara menarik, agar mahasiswa tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai etnisitasnya terutama bagi mahasiswa dengan latar belakang etnis Tionghoa.


(34)

75 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, D., Morten, G., and Sue, D. 1983. Counseling American minorities. Dubuque, IA: Wm, C. Brown.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS.

Berry, John W. 2002. Cross- Cultural Psychology. Cambridge : Cambridge. Caltabiano, N. 1984. Perceived differences in ethnic behavior: A pilot study of

Italo-Australian Canberra residents. Psychological Reports, 55: 867-873. Cross, W. 1978. The Thomas and Cross models of psychological nigrescence: A

literature review. Journal of Black Psychology, 4: 13-31.

Driedger, L. 1975. In search of cultural identity factors: A comparison of ethnic students. Canadian Review of Sociology and Anthropology, 12: 150-161. Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use.

Boston: Allyn & Bacon.

Ellemers, N., Spears, R., and Doosje, B. 1999. Social Identity: Context, Commitment, Content. North America : Wiley-Blackwell.

Erikson, E. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Norton.

Garcia, J. 1982. Ethnicity and Chicanos: Measurement of ethnic identification, identity, and consciousness. Hispanic Journal of Behavioural Sciences, 4: 295-314.

Guilford. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGRAW-HILL

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Grotevant, H. 1987. Toward a process model of identity formation. Journal of Adolescence Research, 2: 203-222.

Hidayat, Z.W, 1977. Manusia dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung: Tarsito

Hogg, M., Abrams, D., and Patel, Y. 1987. Ethnic identity, self-esteem, and occupational aspirations of Indian and Anglo-Saxon British Adolescent. Genetic, Social, and General Psychology Monographs, 113:487-508.


(35)

76

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Kim, J. 1981. The process of Asian-American identity development: A study of Japanese American womens’s perceptions of their struggle to achieve Positive identities. Unpublised doctoral dissertation, University of Massachusetts.

Koentjaraningrat, Prof,. Dr. 1979. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djembatan.

Kunto, Haryoto. 2008. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung : Granesia. Marcia, J. 1966. Development and validation of ego-identity status. Journal of

Personality and Social Psychology,3: 551-558.

_______. 1980. Identity in Adolescence. In J. Adelson (Ed.), Handbook of adolescent psychology: 159-187. New York: Wiley.

Marcia, J., Waterman, A., Matterson, D., Archer, S., Orlofsky, J. 1993. Ego Identity : A Handbook of Psychosocial Research. New York : Springer- Verlag.

Marcus. 2002. Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta: Marwin.

Mardalis. 2003. Metode penelitian ( suatu pendekatan proposal) Edisi 1 Cetakan 6. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ong, Hok, Ham. 2005. Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu.

Organista, Pamela Balls, Kevin M. Chun, Gerardo Marin. 1998. Readings in Ethnic Psychology. New York : Routledge.

Parham, T. 1989. Cycles of Psychological Nigrescence. The Counseling Psychologist,17: 187-226.

Parham, T., and Helms, J. 1981. The influence of Black student’s racial identity

attitudes on preferences for counselor’s race. Journal of Counseling

Psychology, 28: 250-257.

_____________________. 1985a. Attitudes of racial identity and self-esteem of Black Students: An exploratory investigation. Journal of College Students Personnel, 26: 143-147.

_____________________. 1985b. Relation of racial identity attitudes to self-actualization and affective states of Black students. Journal of Couseling Psychology, 32: 431-440.


(36)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Papalia, D.E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2001. Human Development 8th Ed.. Boston : McGraw-Hill.

Phinney, J. 1989. Stages of Ethnic Identity in Minority Group Adolscents. Journal of Early Adolscence, 9:34-49.

_________. 1990. The Multigroup Ethnic Identity Measure: A New Scale for use with adolescents and adults from diverse group. Manuscript submitted for publication.

__________. 1992. The Multigroup Ethnic Identity Measure: A new scale for use with adolescents and young adults from diverse groups. Journal of Adolescent Research, 7: 156-176.

___________. 1993. A Three-Stage Model of Ethnic Identity Development in Adolscence. In M. E. Bernal & G. P. Knight ( Eds), Ethnic Identity : Formation and transmission among Hispanics and other minorities: 61-79. New York : State University of New York Press.

___________. 2003. Ethnic Identity and Acculturation. In K. M. Chun, P. Balls Organista, & G. Marin (eds), Acculturation: Advances in Theory, Measurement, and Applied Research: 63-81. Washington DC: American Psychological Association.

___________. 2004. Ethnic Identity: Developmental and Contextual Perspectives. Los Angeles: Notre Dame University.

Phiney, J., Lochner, B., and Murphy, R. 1990. Ethnic Identity development and psychological adjustment in adolescence. In A. Stiffman and L. Davis (Eds.), Ethnic Issues in Adolescent Mental Health. Newbury Park, CA: Sage.

Rogler, L., Cooney, R., and Ortiz, V. 1980. Intergenerational change in ethnic identity in PuertoRican family. International Migration Review, 14: 193-214.

Santrock, John W. 1999. Adolescence : An Introduction. 5th Ed. Brown & Benchmark.

_______________. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Simic, A. 1987. Ethnicity as a career for the elderly: The Serbian-American case. Journal of Applied Gerontology, 6: 113-126.

Singh, V. 1977. Some theoretical and methodological problems in the study of ethnic identity: A cross-cultural perspective. New York Academy of Sciences: Annals, 285: 32-42.


(37)

78

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhandinata, Justian S.E. 2009. WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia. Gramedia: Jakarta.

Suryadinata, L. 1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta : LP3ES.

_____________. 2004. Peranakan’s Search For National Identity. Singapore: Marshall Cavendish Academic An Imprint of Marshall Cavendish International.

Sutrisno, M., Putranto, H. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Kanisius: Yogyakarta Tajfel, H. 1981. Human groups and social categories. Cambridge, England :

Cambridge University Press.

Tarakanita, Irene. 2001. Hubungan Status Identitas Etnik dengan Konsep Diri Mahasiswa pada Kelompok Etnik Sunda dan Kelompok Etnik Cina. (Tesis). Bandung: Universitas Padjajaran.

Teske, R., and Nelson, B. 1973. Two scales for the measurement of Mexican-American identity. International Review of Modern Sociology, 3: 192-203. Ting-Toomey, S. 1981. Ethnic Identity and Close Friendship in Chinese-American College Students. International Journal of Intercultural Relations, 5: 383-406.

Tzuriel, D., and Klein, M. M. 1977. Ego Identity : Effects of ethnocentrism, ethnic identification, and cognitive complexity in Israeli, Oriental, and Western ethnic groups. Psychological Reports, 40: 1099-1110.

Weinreich, P. 1988. The Operationalization of Ethnic Identity. In J. Berry and R. Annis (Eds.), Ethnic psychology: Research and practice with immigrants, refuges, native peoples, ethnic groups and sojourners: 149-168. Amsterdam: Swets and Zeitlinger.

White, C., and Burke, P. 1987. Ethnic role identity among Black and White college students: An interactionist approach. Sociological Perspectives, 30: 310-331.


(38)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR RUJUKAN

Ariyanto. 2014. Kerusuhan Mei 1998. (Online).

http://news.liputan6.com/read/2049065/kerusuhan-mei-1998-ketika-ratusan-nyawa-jadi-tumbal-reformasi diakses pada tanggal 25 Juni 2013.

Badan Pusat Statistik. 2011. (Online).

http://www.bps.go.id/booklet/Boklet%20November_2011.pdf diakses pada tanggal 04 Juli 2014.

Fauzi, A. 2014. Kinship Ciri Khas Tionghoa. (Online). http://m.inilah.com/read/detail/2082854/kinship-ciri-khas-tionghoa diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://ccis.petra.ac.id/ diakses pada tanggal 09 April 2013.

http://m.inilah.com/read/detail/2084724/kawasan-pecinan-di-kota-bandung-samar diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://nestaenggra.blogspot.com/2009/06/kunjungan-ke-maranatha.html diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://news.liputan6.com/read/29279/imlek-resmi-menjadi-hari-libur-nasional diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://www.fmprc.gov.cn/ce/ceindo/indo/xnyfgk/t368827.htm diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://www.indopos.co.id/2014/03/ada-yang-anggap-terlambat-ahok-apresiasi.html diakses pada tanggal 09 April 2014

Warta Perundang-undangan. 2006. (Online).

http://www.indonesia.hu/userfiles/UU_kewarganegaraan_2006.pdf diakses pada tanggal 09 April 2014


(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

 Bagi perkumpulan ataupun organisasi Etnis Tionghoa yang ada didalam Universitas ataupun Fakultas agar dapat memberikan informasi secara jelas mengenai Etnis Tionghoa, baik mengenai adat- istiadat, atau pagelaran seni budaya di wilayah Universitas yang dikemas secara menarik, agar mahasiswa tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai etnisitasnya terutama bagi mahasiswa dengan latar belakang etnis Tionghoa.


(2)

75 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, D., Morten, G., and Sue, D. 1983. Counseling American minorities. Dubuque, IA: Wm, C. Brown.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta : BPS.

Berry, John W. 2002. Cross- Cultural Psychology. Cambridge : Cambridge. Caltabiano, N. 1984. Perceived differences in ethnic behavior: A pilot study of

Italo-Australian Canberra residents. Psychological Reports, 55: 867-873. Cross, W. 1978. The Thomas and Cross models of psychological nigrescence: A

literature review. Journal of Black Psychology, 4: 13-31.

Driedger, L. 1975. In search of cultural identity factors: A comparison of ethnic students. Canadian Review of Sociology and Anthropology, 12: 150-161. Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis and Use.

Boston: Allyn & Bacon.

Ellemers, N., Spears, R., and Doosje, B. 1999. Social Identity: Context, Commitment, Content. North America : Wiley-Blackwell.

Erikson, E. 1968. Identity: Youth and Crisis. New York: Norton.

Garcia, J. 1982. Ethnicity and Chicanos: Measurement of ethnic identification, identity, and consciousness. Hispanic Journal of Behavioural Sciences, 4: 295-314.

Guilford. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGRAW-HILL

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Grotevant, H. 1987. Toward a process model of identity formation. Journal of Adolescence Research, 2: 203-222.

Hidayat, Z.W, 1977. Manusia dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung: Tarsito

Hogg, M., Abrams, D., and Patel, Y. 1987. Ethnic identity, self-esteem, and occupational aspirations of Indian and Anglo-Saxon British Adolescent. Genetic, Social, and General Psychology Monographs, 113:487-508.


(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Kim, J. 1981. The process of Asian-American identity development: A study of Japanese American womens’s perceptions of their struggle to achieve Positive identities. Unpublised doctoral dissertation, University of Massachusetts.

Koentjaraningrat, Prof,. Dr. 1979. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djembatan.

Kunto, Haryoto. 2008. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung : Granesia. Marcia, J. 1966. Development and validation of ego-identity status. Journal of

Personality and Social Psychology,3: 551-558.

_______. 1980. Identity in Adolescence. In J. Adelson (Ed.), Handbook of adolescent psychology: 159-187. New York: Wiley.

Marcia, J., Waterman, A., Matterson, D., Archer, S., Orlofsky, J. 1993. Ego Identity : A Handbook of Psychosocial Research. New York : Springer- Verlag.

Marcus. 2002. Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta: Marwin.

Mardalis. 2003. Metode penelitian ( suatu pendekatan proposal) Edisi 1 Cetakan 6. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ong, Hok, Ham. 2005. Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu.

Organista, Pamela Balls, Kevin M. Chun, Gerardo Marin. 1998. Readings in Ethnic Psychology. New York : Routledge.

Parham, T. 1989. Cycles of Psychological Nigrescence. The Counseling Psychologist,17: 187-226.

Parham, T., and Helms, J. 1981. The influence of Black student’s racial identity attitudes on preferences for counselor’s race. Journal of Counseling Psychology, 28: 250-257.

_____________________. 1985a. Attitudes of racial identity and self-esteem of Black Students: An exploratory investigation. Journal of College Students Personnel, 26: 143-147.

_____________________. 1985b. Relation of racial identity attitudes to self-actualization and affective states of Black students. Journal of Couseling Psychology, 32: 431-440.


(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Papalia, D.E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. 2001. Human Development 8th Ed.. Boston : McGraw-Hill.

Phinney, J. 1989. Stages of Ethnic Identity in Minority Group Adolscents. Journal of Early Adolscence, 9:34-49.

_________. 1990. The Multigroup Ethnic Identity Measure: A New Scale for use with adolescents and adults from diverse group. Manuscript submitted for publication.

__________. 1992. The Multigroup Ethnic Identity Measure: A new scale for use with adolescents and young adults from diverse groups. Journal of Adolescent Research, 7: 156-176.

___________. 1993. A Three-Stage Model of Ethnic Identity Development in Adolscence. In M. E. Bernal & G. P. Knight ( Eds), Ethnic Identity : Formation and transmission among Hispanics and other minorities: 61-79. New York : State University of New York Press.

___________. 2003. Ethnic Identity and Acculturation. In K. M. Chun, P. Balls Organista, & G. Marin (eds), Acculturation: Advances in Theory, Measurement, and Applied Research: 63-81. Washington DC: American Psychological Association.

___________. 2004. Ethnic Identity: Developmental and Contextual Perspectives. Los Angeles: Notre Dame University.

Phiney, J., Lochner, B., and Murphy, R. 1990. Ethnic Identity development and psychological adjustment in adolescence. In A. Stiffman and L. Davis (Eds.), Ethnic Issues in Adolescent Mental Health. Newbury Park, CA: Sage.

Rogler, L., Cooney, R., and Ortiz, V. 1980. Intergenerational change in ethnic identity in PuertoRican family. International Migration Review, 14: 193-214.

Santrock, John W. 1999. Adolescence : An Introduction. 5th Ed. Brown & Benchmark.

_______________. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.

Simic, A. 1987. Ethnicity as a career for the elderly: The Serbian-American case. Journal of Applied Gerontology, 6: 113-126.

Singh, V. 1977. Some theoretical and methodological problems in the study of ethnic identity: A cross-cultural perspective. New York Academy of Sciences: Annals, 285: 32-42.


(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhandinata, Justian S.E. 2009. WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia. Gramedia: Jakarta.

Suryadinata, L. 1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta : LP3ES.

_____________. 2004. Peranakan’s Search For National Identity. Singapore: Marshall Cavendish Academic An Imprint of Marshall Cavendish International.

Sutrisno, M., Putranto, H. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Kanisius: Yogyakarta Tajfel, H. 1981. Human groups and social categories. Cambridge, England :

Cambridge University Press.

Tarakanita, Irene. 2001. Hubungan Status Identitas Etnik dengan Konsep Diri Mahasiswa pada Kelompok Etnik Sunda dan Kelompok Etnik Cina. (Tesis). Bandung: Universitas Padjajaran.

Teske, R., and Nelson, B. 1973. Two scales for the measurement of Mexican-American identity. International Review of Modern Sociology, 3: 192-203. Ting-Toomey, S. 1981. Ethnic Identity and Close Friendship in Chinese-American College Students. International Journal of Intercultural Relations, 5: 383-406.

Tzuriel, D., and Klein, M. M. 1977. Ego Identity : Effects of ethnocentrism, ethnic identification, and cognitive complexity in Israeli, Oriental, and Western ethnic groups. Psychological Reports, 40: 1099-1110.

Weinreich, P. 1988. The Operationalization of Ethnic Identity. In J. Berry and R. Annis (Eds.), Ethnic psychology: Research and practice with immigrants, refuges, native peoples, ethnic groups and sojourners: 149-168. Amsterdam: Swets and Zeitlinger.

White, C., and Burke, P. 1987. Ethnic role identity among Black and White college students: An interactionist approach. Sociological Perspectives, 30: 310-331.


(6)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR RUJUKAN

Ariyanto. 2014. Kerusuhan Mei 1998. (Online).

http://news.liputan6.com/read/2049065/kerusuhan-mei-1998-ketika-ratusan-nyawa-jadi-tumbal-reformasi diakses pada tanggal 25 Juni 2013.

Badan Pusat Statistik. 2011. (Online).

http://www.bps.go.id/booklet/Boklet%20November_2011.pdf diakses pada tanggal 04 Juli 2014.

Fauzi, A. 2014. Kinship Ciri Khas Tionghoa. (Online). http://m.inilah.com/read/detail/2082854/kinship-ciri-khas-tionghoa diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://ccis.petra.ac.id/ diakses pada tanggal 09 April 2013.

http://m.inilah.com/read/detail/2084724/kawasan-pecinan-di-kota-bandung-samar diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://nestaenggra.blogspot.com/2009/06/kunjungan-ke-maranatha.html diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://news.liputan6.com/read/29279/imlek-resmi-menjadi-hari-libur-nasional diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://www.fmprc.gov.cn/ce/ceindo/indo/xnyfgk/t368827.htm diakses pada tanggal 20 Mei 2013

http://www.indopos.co.id/2014/03/ada-yang-anggap-terlambat-ahok-apresiasi.html diakses pada tanggal 09 April 2014

Warta Perundang-undangan. 2006. (Online).

http://www.indonesia.hu/userfiles/UU_kewarganegaraan_2006.pdf diakses pada tanggal 09 April 2014