Perancangan Grafis Media Promosi Pagelaran Keroncong Tugu di Jawa Barat.

(1)

vii

ABSTRAK

Keroncong Tugu adalah musik hasil akulturasi Indonesia-Portugis yang berasal dari Kampung Tugu, Koja, Jakarta, dan populer pada saat masa penjajahan Belanda. Namun seiring perkembangan waktu, eksistensi Keroncong Tugu mulai memudar dalam masyarakat terutama pada generasi muda sekarang ini. Supaya eksistensi Keroncong Tugu tidak hilang, maka penting untuk mengenalkan kembali Keroncong Tugu kepada kaum muda Indonesia, terutama di kota-kota DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk pemecahan masalah adalah dengan studi pustaka, wawancara dengan narasumber yang terkait, dan kuesioner kepada target audience. Dari pengumpulan data tersebut, hasil yang didapatkan ternyata masih banyak orang yang belum mengetahui Keroncong Tugu terutama di kalangan kaum muda, serta kurangnya pagelaran untuk mempromosikan keroncong Tugu. Pemerintah kota belum memberikan perhatian yang serius terhadap keberadaan Keroncong Tugu.

Pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan acara live music sebagai pra-event selama enam bulan di empat kota besar DKI Jakarta dan Jawa Barat, yaitu Jakarta, Bekasi, Bogor, dan Bandung. Pra-event ini bertujuan sebagai pengenalan awal dan sosialisasi keroncong Tugu kepada kaum muda, maka itu live music diadakan di cafe dan mall yang sering dikunjungi kaum muda. Setelah pra-event berakhir, program promosi dilanjutkan dengan mengadakan pagelaran sebagai event besar yang diadakan setiap tahun di bulan Maret yang bertepatan dengan Hari Musik Nasional.

Untuk mempromosikan program tersebut maka dibutuhkan media promosi seperti media sosial internet; media cetak diantaranya adalah iklan majalah, brosur, poster; dan media alternatif seperti CD, pin, dan goody bag. Penggunaan media-media tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa media-media tersebut sering dilihat oleh kaum muda.


(2)

viii

ABSTRACT

Keroncong Tugu is an acculturated music of Indonesia-Portuguese which come from Kampung Tugu, Koja, Jakarta, and popular at the time of Dutch Colonization. But as the

time passes, Keroncong Tugu’s existence starts fading within the community, particularly in

the young generation nowadays. So it’s important to re-introduce Keroncong Tugu to young people in order to preserve the existence of Keroncong Tugu, mainly in the cities of DKI Jakarta and West Java.

Research methods that were used to solve the problems are by reading literature review, interviewing the relevant sources, and doing survey to target audience. The results

of research are there were so many young people who don’t know Keroncong Tugu, and the

lacks of public performance of Keroncong Tugu. There has been no serious concern from the

city government related to Keroncong Tugu’s existence.

The solution is by holding live music as pre-event for six months in four cities at DKI Jakarta and West Java, i.e. Jakarta, Bekasi, Bogor, and Bandung. The pre-event is intended as early introduction and socialization of Keroncong Tugu towards youth, therefore live music will be held in cafes and malls that are frequently visited by young people. After pre-event ended, promotion strategy will be continued by holding an annual concert as the main event in March which coincides with National Music Day in Indonesia.

To promote those programs, it takes promotional media such as social media on internet; printed media includes magazine ads, brochure, poster; and alternative media e.g. CD, pin, and goody bag. The usage of these promotional media was based on consideration that those promotional media are often seen by young people.


(3)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN... iv

KATA PENGANTAR... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup... 3

1.3 Tujuan Perancangan... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data... 4

1.5 Skema Perancangan... 5

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Keroncong Tugu 2.1.1 Alat Musik... 6


(4)

x 2.2 Pagelaran

2.2.1 Pengertian... 13

2.2.2 Tujuan dan Manfaat... 13

2.3 Promosi 2.3.1 Pengertian...14

2.3.2 Bentuk Promosi...15

BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta 3.1.1 Perusahaan / Lembaga Terkait...17

3.1.2 Tinjauan Terhadap Proyek / Persoalan Sejenis... 29

3.2 Analisis terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta... 30

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi... 34

4.2 Konsep Kreatif... 36

4.3 Konsep Media... 39

4.4 Hasil Karya 4.4.1 Poster... 41

4.4.2 Media Sosial Internet... 50

4.4.3 Billboard... 56

4.4.4 Iklan Majalah... 57

4.4.5 Undangan... 58


(5)

xi

4.4.7 Gimmick... 60

4.4.8 Tanda Pengenal dan Seragam Panitia Pagelaran... 64

4.4.9 Latar Panggung... 65

4.5 Anggaran Biaya...66

BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 69

5.2 Saran... 69

5.2.1 Umum... 69

5.2.2 Khusus... 70

DAFTAR PUSTAKA... 71

LAMPIRAN...73


(6)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Perancangan Grafis Promosi Keroncong Tugu... 5

Gambar 2.1 Macina dan Prounga...6

Gambar 2.2 Alat Musik Contrabass... 7

Gambar 2.3 Alat Musik Biola... 8

Gambar 2.4 Alat Musik Cello... 9

Gambar 2.5 Alat Musik Jimbe... 9

Gambar 2.6 Alat Musik Suling... 10

Gambar 3.1 Logo Farabi Music Education Center... 17

Gambar 3.2 Logo Yamaha Musik Indonesia sebagai salah satu sponsor acara... 18

Gambar 3.3 Diagram hasil survey genre musik yang disukai...25

Gambar 3.4 Diagram hasil survey mengenai pernah/tidaknya sample mendengar musik keroncong... 25

Gambar 3.5 Diagram hasil survey mengenai suka/tidaknya sample pada musik keroncong... 26

Gambar 3.6 Diagram hasil survey mengenai pengetahuan sample pada sejarah musik keroncong... 26

Gambar 3.7 Diagram hasil survey mengenai pengetahuan sample pada Keroncong Tugu... 27

Gambar 3.8 Diagram hasil survey mengenai pendapat sample tentang musik keroncong... 28


(7)

xiii

Gambar 3.9 Diagram hasil survey mengenai tingkat keminatan sample dalam

berpartisipasi di acara musik keroncong... 28

Gambar 4.1 Tema warna untuk desain visual... 36

Gambar 4.2 Font Garamond Premier Pro (Regular & Semibold)...37

Gambar 4.3 Font Helvetica Neue LT (Light, Roman, Medium)... 38

Gambar 4.4 Font Amatic...38

Gambar 4.5 Motif Keramik Portugal yang menjadi inspirasi untuk stilasi bunga...39

Gambar 4.6 Logo Pagelaran Krontjong De Toegoe... 39

Gambar 4.7 Poster 1 Awareness Krontjong De Toegoe... 41

Gambar 4.8 Poster 2 Awareness Krontjong De Toegoe... 42

Gambar 4.9 Poster Prelude I Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Jakarta... 43

Gambar 4.10 Poster Prelude I Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bekasi... 44

Gambar 4.11 Poster Prelude I Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bogor...44

Gambar 4.12 Poster Prelude I Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bandung... 45

Gambar 4.13 Poster Prelude II Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Jakarta... 45

Gambar 4.14 Poster Prelude II Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bekasi... 46

Gambar 4.15 Poster Prelude II Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bogor...46


(8)

xiv

Gambar 4.16 Poster Prelude II Krontjong De Toegoe untuk audience Kota

Bandung... 47

Gambar 4.17 Poster Prelude II Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Jakarta... 47

Gambar 4.18 Poster Prelude II Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bekasi... 48

Gambar 4.19 Poster Prelude II Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bogor...48

Gambar 4.20 Poster Prelude I Krontjong De Toegoe untuk audience Kota Bandung... 49

Gambar 4.21 Poster Pagelaran Krontjong De Toegoe... 50

Gambar 4.22 Halaman Utama Web Krontjong De Toegoe... 51

Gambar 4.23 Halaman Info Web Krontjong De Toegoe... 51

Gambar 4.24 Halaman Jadwal (Pagelaran) Web Krontjong De Toegoe... 52

Gambar 4.25 Halaman Jadwal (Pra-Event) Web Krontjong De Toegoe... 52

Gambar 4.26 Halaman Tiket Web Krontjong De Toegoe... 53

Gambar 4.27 Halaman Support Web Krontjong De Toegoe... 53

Gambar 4.28 Halaman Contact Web Krontjong De Toegoe... 54

Gambar 4.29 Cover & Profile Picture Facebook Krontjong De Toegoe... 54

Gambar 4.30 Cover & Profile Picture Twitter Krontjong De Toegoe... 55

Gambar 4.31 Billboard Promosi Pagelaran Krontjong De Toegoe... 56

Gambar 4.32 Iklan Majalah untuk Promosi Pagelaran Krontjong De Toegoe... 57

Gambar 4.33 Undangan (Invitation) Pagelaran Krontjong De Toegoe... 58


(9)

xv

Gambar 4.35 Brosur Pagelaran Krontjong De Toegoe... 60

Gambar 4.36 Poster Merchandise Pagelaran Krontjong De Toegoe... 60

Gambar 4.37 Pin (Reguler & VIP) Pagelaran Krontjong De Toegoe...61

Gambar 4.38 CD Album Merchandise Pagelaran Krontjong De Toegoe...62

Gambar 4.39 Goody Bag Pagelaran Krontjong De Toegoe... 63

Gambar 4.40 Seragam Panitia Pagelaran Krontjong De Toegoe... 64

Gambar 4.41 Tanda Pengenal Panitia Pagelaran Krontjong De Toegoe... 64

Gambar 4.42 Latar Panggung Pagelaran Krontjong De Toegoe...65

Gambar 4.43 Tanda Pengenal Panitia Pagelaran Krontjong De Toegoe... 66

Gambar 4.44 Tanda Pengenal Panitia Pagelaran Krontjong De Toegoe... 64


(10)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jadwal Acara Pra-Event (Krontjong De Toegoe : Prelude)... 35

Tabel 4.2 Timeline Media Promosi...40

Tabel 4.3 Anggaran Biaya Bagian I... 66

Tabel 4.4 Anggaran Biaya Bagian II... 67


(11)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Daftar Pertanyaan Wawancara...71 Lampiran B Daftar Pertanyaan Survey...75 Lampiran C Sketsa Desain...78


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keroncong adalah salah satu musik khas Indonesia yang merupakan hasil akulturasi dari Indonesia dan Portugis. Kemunculan keroncong berawal dari para keturunan portugis yang menetap di sebuah daerah bernama Kampung Tugu yang diberikan oleh kolonial Belanda sejak tahun 1661. Mereka membuat replika dari gitar cavaquinho. Bunyi yang dihasilkan dari alat musik ini berbunyi

„crong, crong‟, sehingga dari sanalah nama “keroncong” muncul. Keroncong ini

sering disebut Keroncong Tugu karena berasal dari Kampung Tugu, Semper Barat, Koja, Jakarta. Di awal kemunculannya, Keroncong Tugu sangat disukai dan cukup populer di kalangan masyarakat kelas menengah ke atas dan mulai menyebar ke berbagai daerah seperti Bandung, Surakarta, dan Yogyakarta. (Ganap, 2006). Dalam perkembangannya, keroncong mulai dimainkan bersama dengan alat musik lain seperti biola, cello, bass, rebana, dan alat musik tradisional lainnya.

Keroncong di Indonesia memiliki berbagai jenis, bergantung dari daerahnya masing-masing, karena setiap daerah memiliki berbagai cara untuk memainkan musik keroncong. Keroncong Tugu yang merupakan awal mula keroncong di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut terletak pada alat musik yang digunakan, yaitu alat musiknya yang menyerupai gitar a la


(13)

2

Universitas Kristen Maranatha Hawaii dengan tiga macam ukuran yaitu prounga, macina, dan jitera, yang kemudian disebut gitar cuk (3 dawai) dan cak (4 dawai) di Jawa.

Namun seiring perkembangan jaman, Keroncong Tugu tidak sepopuler dulu lagi dan sudah kalah populer oleh jenis musik lainnya seperti Jazz, Rock, dan Pop. Dalam artikel di situs Sinar Harapan News, musik keroncong umumnya dianggap kuno dan ketinggalan jaman oleh generasi muda sekarang, sehingga banyak generasi muda yang segan untuk mempelajari keroncong bahkan untuk mengenal musik ini pun enggan.

Menurut Bapak Iwan Gunawan selaku Kepala Bagian Seni & Tradisi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, bahwa musik keroncong sulit untuk bertahan apalagi berkembang di Jawa Barat, tidak seperti di daerah Jawa Tengah disebabkan kurangnya minat generasi muda dan kurangnya usaha dari grup-grup keroncong untuk mempopulerkan atau bahkan membuat generasi muda mau mendengar lagu keroncong. Lebih lanjut dikatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh rasa percaya diri mereka yang kurang sehingga mereka sudah menyerah sebelum berusaha. Kurangnya dukungan oleh pemerintah kota juga mempengaruhi tenggelamnya Keroncong Tugu di dalam masyarakat. Selama ini belum ada acara khusus Keroncong Tugu yang diadakan oleh pemerintah kota.

Saat ini memang mulai tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan budaya nasional. Salah satunya mulai tampak adanya upaya untuk mengenalkan dan mempromosikan keroncong sudah dilakukan oleh sekolah-sekolah. Beberapa sekolah mengadakan ekstrakurikuler keroncong untuk anak-anak yang tertarik. Tidak hanya sekolah, pemerintah Jakarta sendiri juga


(14)

3

Universitas Kristen Maranatha mempromosikan keroncong melalui acara khusus untuk keroncong yang diberi nama Jakarta Keroncong Festival, namun festival ini tidak mengekspos Keroncong Tugu sebagai salah satu budaya akulturasi Betawi.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Dari latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan utama mengenai Keroncong Tugu, yaitu :

a. Upaya pemerintah yang belum berhasil mengajak kaum muda masa kini untuk berpartisipasi dalam acara keroncong yang diadakan oleh mereka b. Anggapan kaum muda bahwa musik keroncong membosankan dan kuno c. Kurangnya upaya dari komunitas keroncong untuk lebih terbuka kepada

publik/masyarakat

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka ruang lingkup permasalahan disusun sebagai berikut:

a. Strategi dalam mempromosikan Keroncong Tugu kepada generasi muda di Jakarta dan kota besar di Jawa Barat

b. Media-media yang digunakan untuk mempromosikan Keroncong Tugu

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan Perancangan dari Kampanye musik keroncong khas Tugu adalah sebagai berikut :

a. Mengenalkan kembali musik keroncong khas Tugu beserta keunikannya kepada generasi muda saat ini


(15)

4

Universitas Kristen Maranatha b. Membangkitkan semangat untuk melestarikan kebudayaan dengan

memperdengarkan dan mempopulerkan musik keroncong melalui event pagelaran tahunan

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Penulis mengambil sumber dan mengumpulkan data mengenai Keroncong Tugu dengan berbagai metode yaitu melalui:

a. Studi pustaka: a) Buku b) Internet

b. Wawancara langsung ke:

a) Ketua Komunitas Ikatan Besar Keluarga Tugu

b) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat Bagian Seni dan Tradisi


(16)

5

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Skema Perancangan

Gambar 1.1


(17)

68

BAB V

PENUTUP

5.1Simpulan

Dari hasil pembahasan dan pemecahan masalah mengenai Perancangan Grafis Media Promosi Pagelaran Keroncong Tugu di Jawa Barat dalam bab-bab sebelumnya, penulis menarik simpulan bahwa media yang cukup efektif adalah melalui media cetak seperti poster dan iklan majalah, serta media sosial internet seperti facebook dan twitter karena banyaknya kaum muda Indonesia yang aktif dalam dunia maya. Desain media menggunakan gaya visual yang menampilkan identitas dari Keroncong Tugu serta konsep vintage yang kini sedang populer di kalangan remaja. Selain desain media yang dibuat menarik, pagelaran ini juga mengusung kolaborasi antara grup musik Keroncong Tugu dengan grup musik indie yang cukup terkenal. Penulis meyakini ketiga hal tersebut dapat menarik kaum muda yang menyukai musik alternatif dan indie untuk lebih mengenal musik Keroncong Tugu.

5.2Saran 5.2.1 Umum

Supaya Keroncong Tugu tidak hilang keberadaannya, maka penulis menyarankan untuk mengenalkan kembali musik Keroncong Tugu kepada generasi muda, terutama mereka yang menyukai musik alternatif di luar musik pop dan yang mengapresiasi seni budaya. Pengenalan kembali bisa


(18)

69

Universitas Kristen Maranatha dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah mengadakan pagelaran rutin yang khusus untuk Keroncong Tugu.

5.2.2 Khusus

a. Untuk Pemerintah

Dalam melestarikan suatu seni budaya, peran pemerintah sangatlah penting dalam mendukung program pelestarian tersebut. Maka dari itu pemerintah Indonesia, terutama untuk pemerintah DKI Jakarta sebagai tempat Keroncong Tugu tumbuh dan berkembang, disarankan untuk memberikan dukungannya terhadap Keroncong Tugu dengan mengajak orkes-orkes Keroncong Tugu berpartisipasi dalam acara penting yang diadakan pemerintah, maupun mengadakan acara khusus untuk keroncong Tugu.

b. Untuk Grup Musik Keroncong Tugu

Grup – grup Keroncong Tugu sendiri sudah cukup aktif dalam melakukan regenerasi untuk grup Keroncong Tugu di Kampung Tugu, namun untuk mempopulerkan musik Keroncong Tugu, maka penulis menyarankan agar memberi dukungan kepada generasi muda yang berada di luar Kampung Tugu untuk membentuk grup musik keroncong Tugu yang baru. Grup musik Keroncong Tugu yang ada juga bisa mulai membuka diri terhadap kaum muda dan tidak malu untuk bermain di depan mereka.


(19)

70

Universitas Kristen Maranatha c. Untuk Generasi Muda Kini

Kaum muda saat ini sudah mulai membuka dirinya terhadap seni dan budaya, namun masih ada juga yang belum membuka diri. Akan tetapi, membuka diri saja tidaklah cukup, harus diikuti dengan apresiasi dan kemauan untuk berpartisipasi dalam mempromosikan maupun melestarikan seni budaya tersebut. Begitu pula dengan keroncong Tugu, penulis menyarankan generasi muda sekarang untuk tidak memandang musik keroncong sebelah mata dan mau mengenal musik ini, bahkan lebih baik jika mampu mengembangkan musik ini agar lebih menarik bagi remaja.

5.2.3 Saran dari Penguji

Para penguji dan pembimbing turut memberikan saran selama preview dan sidang akhir mengenai perancangan promosi pagelaran keroncong Tugu bahwa visual desain untuk media promosi harus mampu menarik perhatian kaum muda dan tidak hanya sekedar menampilkan kesan dari musik Keroncong Tugu, tapi juga kesan muda dan dinamis untuk menarik perhatian

target audience. Dengan menampilkan kedua kesan tersebut, kaum muda

dapat tertarik untuk datang ke pagelaran Keroncong Tugu. Pagelaran juga bisa ditampilkan diluar gedung kesenian dan berlokasi di tempat yang sering dikunjungi kaum muda.


(20)

71

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Angipora, Marius P. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ensiklopedi Nasional Indonesia Vol.8. 2004. Jakarta: PT Delta Pamungkas Ensiklopedia Jakarta Vol.5. 2009. Jakarta: PT Lentera Abadi

Ganap, Victor. 2011. Krontjong Toegoe. Yogyakarta: Badan Penelitian ISI

Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D. dan Drs. Yulia Singgih D. 1983. Psikologi

Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Harmunah. 1987. Musik Keroncong: Sejarah, Gaya, dan Perkembangan. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi

Lisbijanto, Herry. 2013. Musik Keroncong. Yogyakarta: Graha Ilmu

Parto, F.X. Suhardjo. 1996. Musik Seni Barat dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Rewoldt, S.H., J.D. Scott, dan M.R. Warshaw. 1991. Strategi Promosi Pemasaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Rosyadi, Toto Sucipto. 2006. Profil Budaya Betawi. Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Saladin, H. Djaslim. 2007. Intisari Pemasaran dan Unsur-Unsur Pemasaran.

Bandung: CV Agung Ilmu

Shahab, Alwi. 2001. Robinhood Dari Betawi. Jakarta: Penerbit Republika

Tim Abdi Guru. 2007. Seni Budaya untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Penerbit Erlangga

Tim Abdi Guru. 2007. Seni Budaya untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Penerbit Erlangga

Internet

Arumsari, Chysanti. 2012. “Keroncong Tugu: The Beat of Nationalism from Betawi,

Jakarta, Indonesia”, (Online), (https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/ 09102012-16.pdf, diakses pada tanggal 12 Februari 2014)

Atriana, Rina. 2013. “Gereja Tua dan Musik Keroncong di Kampung Tugu”, (Online), (http://news.detik.com/read/2013/06/26/110621/2284487/10/4/


(21)

72

Universitas Kristen Maranatha gereja-tua-dan-musik-keroncong-di-kampung-tugu, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

Ayunda, Pinta Resti, Susi Gustina, dan Henry Virgan. 2013. “Gaya Menyanyi pada Musik Keroncong Tugu”, (Online), (http://ejournal.upi.edu/index.php/ antomusik/article/view/247/160, diakses pada tanggal 10 Februari 2014) Diputra, Rizka. 2013. “Rawan Punah, Disparbud DKI Gelar Festival Keroncong

2013”, (Online), (http://travel.okezone.com/read/2013/08/21/407/852995/ rawan-punah-disparbud-dki-gelar-festival-keroncong-2013, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

Ganap, Victor. 2006. “Pengaruh Portugis pada Musik Keroncong”, (Online), (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/753/692, diakses pada tanggal 7 Februari 2014)

Ganap, Victor. “Krontjong Toegoe in Tugu Village:Generic Form of Indonesian Keroncong Music”, (Online), (http://cavaquinhos.pt/pt/CAVAQUINHO/ Keroncong%20Historia.htm, diakses pada tanggal 10 Februari 2014)

Sholeh, Muhammad. 2013. “Jokowi Gelar Jakarta Keroncong Festival 20-21 Agustus”, (Online), ( http://www.merdeka.com/jakarta/jokowi-gelar-jakarta-keroncong-festival-20-21-agustus.html, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

Zagoto, Nofanolo. 2012. “Menikmati Keroncong Dengan Cara Berbeda”, (Online), (http://www.shnews.co/detile-3406-menikmati-keroncong-dengan-cara-berbeda.html, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

www.amartapura.com/view_book.php?id=08011001&bookid=14988

www.euromkii.com/content/3711-portuguese-artistic-loose-designs-garden-clay-tiles-azulejo-xvii-blue-flowers

www.facebook.com/pages/Keroncong-Tugu-CAFRINHO-TUGU/203864244275 www.jakarta.go.id/eng/news/2011/03/kampong-kemayoran, diakses pada tanggal 10

Maret 2014


(1)

5

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Skema Perancangan

Gambar 1.1


(2)

68

BAB V

PENUTUP

5.1Simpulan

Dari hasil pembahasan dan pemecahan masalah mengenai Perancangan Grafis Media Promosi Pagelaran Keroncong Tugu di Jawa Barat dalam bab-bab sebelumnya, penulis menarik simpulan bahwa media yang cukup efektif adalah melalui media cetak seperti poster dan iklan majalah, serta media sosial internet seperti facebook dan twitter karena banyaknya kaum muda Indonesia yang aktif dalam dunia maya. Desain media menggunakan gaya visual yang menampilkan identitas dari Keroncong Tugu serta konsep vintage yang kini sedang populer di kalangan remaja. Selain desain media yang dibuat menarik, pagelaran ini juga mengusung kolaborasi antara grup musik Keroncong Tugu dengan grup musik indie yang cukup terkenal. Penulis meyakini ketiga hal tersebut dapat menarik kaum muda yang menyukai musik alternatif dan indie untuk lebih mengenal musik Keroncong Tugu.

5.2Saran 5.2.1 Umum

Supaya Keroncong Tugu tidak hilang keberadaannya, maka penulis menyarankan untuk mengenalkan kembali musik Keroncong Tugu kepada generasi muda, terutama mereka yang menyukai musik alternatif di luar musik pop dan yang mengapresiasi seni budaya. Pengenalan kembali bisa


(3)

69

Universitas Kristen Maranatha dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah mengadakan pagelaran rutin yang khusus untuk Keroncong Tugu.

5.2.2 Khusus

a. Untuk Pemerintah

Dalam melestarikan suatu seni budaya, peran pemerintah sangatlah penting dalam mendukung program pelestarian tersebut. Maka dari itu pemerintah Indonesia, terutama untuk pemerintah DKI Jakarta sebagai tempat Keroncong Tugu tumbuh dan berkembang, disarankan untuk memberikan dukungannya terhadap Keroncong Tugu dengan mengajak orkes-orkes Keroncong Tugu berpartisipasi dalam acara penting yang diadakan pemerintah, maupun mengadakan acara khusus untuk keroncong Tugu.

b. Untuk Grup Musik Keroncong Tugu

Grup – grup Keroncong Tugu sendiri sudah cukup aktif dalam melakukan regenerasi untuk grup Keroncong Tugu di Kampung Tugu, namun untuk mempopulerkan musik Keroncong Tugu, maka penulis menyarankan agar memberi dukungan kepada generasi muda yang berada di luar Kampung Tugu untuk membentuk grup musik keroncong Tugu yang baru. Grup musik Keroncong Tugu yang ada juga bisa mulai membuka diri terhadap kaum muda dan tidak malu untuk bermain di depan mereka.


(4)

70

Universitas Kristen Maranatha c. Untuk Generasi Muda Kini

Kaum muda saat ini sudah mulai membuka dirinya terhadap seni dan budaya, namun masih ada juga yang belum membuka diri. Akan tetapi, membuka diri saja tidaklah cukup, harus diikuti dengan apresiasi dan kemauan untuk berpartisipasi dalam mempromosikan maupun melestarikan seni budaya tersebut. Begitu pula dengan keroncong Tugu, penulis menyarankan generasi muda sekarang untuk tidak memandang musik keroncong sebelah mata dan mau mengenal musik ini, bahkan lebih baik jika mampu mengembangkan musik ini agar lebih menarik bagi remaja.

5.2.3 Saran dari Penguji

Para penguji dan pembimbing turut memberikan saran selama preview dan sidang akhir mengenai perancangan promosi pagelaran keroncong Tugu bahwa visual desain untuk media promosi harus mampu menarik perhatian kaum muda dan tidak hanya sekedar menampilkan kesan dari musik Keroncong Tugu, tapi juga kesan muda dan dinamis untuk menarik perhatian target audience. Dengan menampilkan kedua kesan tersebut, kaum muda dapat tertarik untuk datang ke pagelaran Keroncong Tugu. Pagelaran juga bisa ditampilkan diluar gedung kesenian dan berlokasi di tempat yang sering dikunjungi kaum muda.


(5)

71

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Angipora, Marius P. 1999. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Ensiklopedi Nasional Indonesia Vol.8. 2004. Jakarta: PT Delta Pamungkas Ensiklopedia Jakarta Vol.5. 2009. Jakarta: PT Lentera Abadi

Ganap, Victor. 2011. Krontjong Toegoe. Yogyakarta: Badan Penelitian ISI

Gunarsa, Prof. Dr. Singgih D. dan Drs. Yulia Singgih D. 1983. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Harmunah. 1987. Musik Keroncong: Sejarah, Gaya, dan Perkembangan. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi

Lisbijanto, Herry. 2013. Musik Keroncong. Yogyakarta: Graha Ilmu

Parto, F.X. Suhardjo. 1996. Musik Seni Barat dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

Rewoldt, S.H., J.D. Scott, dan M.R. Warshaw. 1991. Strategi Promosi Pemasaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Rosyadi, Toto Sucipto. 2006. Profil Budaya Betawi. Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Saladin, H. Djaslim. 2007. Intisari Pemasaran dan Unsur-Unsur Pemasaran.

Bandung: CV Agung Ilmu

Shahab, Alwi. 2001. Robinhood Dari Betawi. Jakarta: Penerbit Republika

Tim Abdi Guru. 2007. Seni Budaya untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Penerbit Erlangga

Tim Abdi Guru. 2007. Seni Budaya untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Penerbit Erlangga

Internet

Arumsari, Chysanti. 2012. “Keroncong Tugu: The Beat of Nationalism from Betawi, Jakarta, Indonesia”, (Online), (https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/ 09102012-16.pdf, diakses pada tanggal 12 Februari 2014)

Atriana, Rina. 2013. “Gereja Tua dan Musik Keroncong di Kampung Tugu”, (Online), (http://news.detik.com/read/2013/06/26/110621/2284487/10/4/


(6)

72

Universitas Kristen Maranatha gereja-tua-dan-musik-keroncong-di-kampung-tugu, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

Ayunda, Pinta Resti, Susi Gustina, dan Henry Virgan. 2013. “Gaya Menyanyi pada Musik Keroncong Tugu”, (Online), (http://ejournal.upi.edu/index.php/ antomusik/article/view/247/160, diakses pada tanggal 10 Februari 2014) Diputra, Rizka. 2013. “Rawan Punah, Disparbud DKI Gelar Festival Keroncong

2013”, (Online), (http://travel.okezone.com/read/2013/08/21/407/852995/ rawan-punah-disparbud-dki-gelar-festival-keroncong-2013, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

Ganap, Victor. 2006. “Pengaruh Portugis pada Musik Keroncong”, (Online), (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/753/692, diakses pada tanggal 7 Februari 2014)

Ganap, Victor. “Krontjong Toegoe in Tugu Village:Generic Form of Indonesian Keroncong Music”, (Online), (http://cavaquinhos.pt/pt/CAVAQUINHO/ Keroncong%20Historia.htm, diakses pada tanggal 10 Februari 2014)

Sholeh, Muhammad. 2013. “Jokowi Gelar Jakarta Keroncong Festival 20-21 Agustus”, (Online), ( http://www.merdeka.com/jakarta/jokowi-gelar-jakarta-keroncong-festival-20-21-agustus.html, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

Zagoto, Nofanolo. 2012. “Menikmati Keroncong Dengan Cara Berbeda”, (Online), (http://www.shnews.co/detile-3406-menikmati-keroncong-dengan-cara-berbeda.html, diakses pada tanggal 30 Desember 2013)

www.amartapura.com/view_book.php?id=08011001&bookid=14988

www.euromkii.com/content/3711-portuguese-artistic-loose-designs-garden-clay-tiles-azulejo-xvii-blue-flowers

www.facebook.com/pages/Keroncong-Tugu-CAFRINHO-TUGU/203864244275 www.jakarta.go.id/eng/news/2011/03/kampong-kemayoran, diakses pada tanggal 10

Maret 2014