FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI : Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Kroya Indramayu.

(1)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK I

KATA PENGANTAR ………..………. iii

UCAPAN TERIMAKASIH ………..……… iv

DAFTAR ISI ………...…... viii

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR ………...……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………...…………... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…..…….………. 8

1.3.1 Tujuan Penelitian………….………... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar …..….………. 10

2.1.1 Pengertian Belajar ……….. 10

2.1.2 Teori Belajar .………. 11

2.2 Hasil Belajar ……… 14

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar ………. 14

2.1.4 Indikator Hasil belajar ……… 15

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ………. 17

2.3 Motivasi Belajar …..……… 18


(2)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Belajar ………. 19

2.3.3 Indikator Motivasi Belajar ………. 20

2.3.4 Hubungan Motivasi dengan Hasil belajar …….. 21

2.4 Cara Belajar ………. 22

2.4.1 Pengertian Cara Belajar …...……….. 22

2.4.2 Indikator Cara Belajar ……… 23

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cara Belajar ……… 25

2.4.4 Hubungan Cara Belajar dengan Hasil Belajar ... 26

2.5 Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru ………... 27

2.5.1 Pengertian Persepsi Siswa ……..……… 27

2.5.2 Kompetensi Guru ………... 28

2.5.3 Konsep Kompetensi Guru ……….. 29

2.6 Teman Sebaya ………. 35

2.6.1 Pengertian Teman Sebaya ……….. 36

2.6.2 Indikator Teman Sebaya ……….... 36

2.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teman Sebaya ………. 39

2.6.3 Hubungan Teman Sebaya dengan Hasil belajar. 41 2.7 Kajian Empiris Beberapa Hasil Penelitian ……...…... 42

2.8 Kerangka Pemikiran ……… 44

2.9 Hipotesis ……….. 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Metode Penelitian ...………... 51

3.2 Objek Penelitian ..……… 51

3.3 Metode Penelitian ………... 51

3.3 Populasi dan Sampel ………... 51

3.4 Operasional Variabel……… 54

3.5 Teknik Pengumpulan Data……….. 55


(3)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.8 Teknik Analisis Data……… 61

3.9 Uji Asumsi Klasik ………... 63

3.10 Pengujian Hipotesis……….. 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ………..………. 69

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………….. 69

4.1.2 Gambaran Umum Responden ……… 72

4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian ………... 73

4.1.4 Analisis Instrumen Penelitian ……… 92

4.1.5 Uji Asumsi Klasik ……….. 96

4.1.6 Pengujian Hipotesis ……… 100

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian………..…………. 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………. 113

5.2 Saran ……… 114 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(4)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, setiap anak dituntut untuk memiliki kemampuan berbahasa selain bahasa ibu. Karena Bahasa Inggris adalah bahasa universal yang dipakai saat ini, maka Bahasa Inggris menjadi prioritas utama untuk anak pelajari selain bahasa ibu. Hal inilah yang menjadi alasan para orang tua mencari alternatif dengan cara mendaftarkan anak-anak mereka untuk mengikuti kegiatan belajar di lembaga pendidikan Bahasa Inggris.

Dalam penelitian ini, lembaga pendidikan Bahasa Inggris yang dimaksud adalah LPIA (Lembaga Pendidikan Indonesia-Amerika). Di lembaga ini, jika ada anak (calon siswa) yang mendaftar, sebelum mereka memulai kegiatan belajar Bahasa Inggris, akan diadakan tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa tersebut. Tes tersebut dinamakan Placement Test. Jenis soal Placement Test di lembaga ini dibagi menjadi 3, yaitu: Foundation, Basic dan Adult. Ketiga jenis soal tersebut diurutkan berdasarkan tingkat kesulitan dari setiap isi soal disesuaikan dengan jenis level yang ada.

Sejauh ini pelaksanaan Placement Test masih secara manual. Dalam penyajian soal maupun untuk menuliskan jawabannya masih menggunakan media kertas (paper-based). Hal ini menyebabkan banyaknya waktu terbuang untuk mengevaluasi dan menghitung hasil tes, terjadinya kesalahan dalam proses evaluasi karena kesalahan manusia (human-error), serta memungkinkan juga terjadinya banyak kesalahan saat penyimpanan dan pendokumentasian data.

Salah satu solusi untuk meminimalisir terjadinya kesalahan tersebut adalah dengan merancang suatu perangkat lunak untuk pelaksanaan Placement Test secara komputerisasi. Maka dari itu, perlu dibuatnya Tes Berbasis Komputer (Computer-Based Test) yang mampu menyajikan soal, menyimpan jawaban, mengevaluasi soal, dan menghitung hasilnya yang nantinyaakan menentukan level siswa untuk memulai belajar Bahasa Inggris di LPIA. Selain itu, dengan adanya Tes Berbasis Komputer ini maka calon siswa dapat mengetahui sejauh mana


(5)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk siswa sesuai dengan kemampuannya dengan waktu yang relatif singkat. Berdasarkan dari observasi yang dilakukan, kendala lain yang seringkali muncul dalam Pelaksanaan Placement Test di LPIA adalah syistem penyajian dan pengerjaan soal. Dimana jenis soal sudah ditentukan secara langsung oleh staf akademik dengan “memperkirakan” dari jenjang pendidikan dan atau umur calon siswa, padahal dua faktor tersebut belum tentu bisa menentukan tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan Bahasa Inggris, karena pada kenyataannya setelah proses belajar dimulai, ada seorang siswa di LPIA yang jenjang pendidikan notabene sudah SMA dan “diperkirakan” sudah memiliki kemampuan berbahasa Inggris selayaknya siswa SMA, ternyata Vocabulary yang diakuasai sangat kurang bahkan dalam penguasaan Grammar pun masih sangat dasar. Sedangkan karena sudah terlanjur diberikan jenis soal Adult (soal yang biasanya diberikan kepada siswa SMA, mahasiswa, dan umum) pada tahap pelaksanaan Placement Test maka hasil tes memutuskan dia untuk masuk kelas

Elementary, akibatnya adalah siswa tersebut mengalami kesulitan dalam belajar

dan guru pun menjadi serba salah dalam memberikan materi pelajaran, hasil akhirnya adalah proses belajar mengajar menjadi tidak optimal. Sebaliknya, beberapa siswa yang jenjang pendidikan sekolahnya SD ternyata sudah bias menguasai materi-materi untuk level Basic, dimana level tersebut merupakan level untuk “perkiraan” siswa SMP. Keadaan seperti ini juga sama saja membuat guru kerepotan karena materi pelajaran yang menjadi terlalu cepat habis sedangkan sisa jumlah pertemuan masih banyak untuk mencapai sesi Mid-Test ataupun

Promo-Test. Akibatnya guru harus mencari alternatif lain di luar materi yang sudah

tersedia dan itu membuat prosedur pembelajaran menjadi tak beraturan.

Dalam membangun Sistem Tes Berbasis Komputer untuk pelaksanaan

Placement Test ini, digunakan Metode SAW (Simple Additive Weighting). Metode

ini merupakan salah satu jenis metode untuk penyelesaian masalah MADM (Multiple Attribute Decision Making). Dimana MADM itu sendiri biasa digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap beberapa alternatif dalam jumlah yang terbatas (Kusumadewi, 2006). Seperti pada penelitian dengan


(6)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK MENENTUKAN JURUSAN

PADA SMK BAKTI PURWOKERTO” (Nandang Hermanto), dimana alternative yang dimaksud adalah berupa pilihan jurusan yang ada di SMK Bakti Purwokerto. Sedangkan pada penelitian ini, alternatif yang dimaksud adalah berupa jenis level untuk pembelajaran Bahasa Inggris, oleh karena itu metode SAW ini cocok digunakan dalam pemilihan jenis level untuk belajar Bahasa Inggris di LPIA.

Dari beberapa kendala tadi, maka pada penelitian ini akan dicoba untuk membangun suatu sistem untuk pelaksanaan Placement Test di LPIA Surapati Core dengan menerapkan Tes Berbasis Komputer (Computer-Based Test) menggunakan Metode Perhitungan SAW (Simple Additive Weighting). Dimana tujuan dari Computer-Based Test adalah untuk mempermudah prosedur pelaksanaan Placement Test yang hasil akhirnya bias digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam tujuannya untuk mencari alternatif (level Bahasa Inggris) yg optimal dengan kriteria tertentu.Sehingga diharapkan topik ini dapat berguna bagi calon siswa yang ingin mengetahui tingkat kemampuannya dalam berbahasa Inggris.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Metode Perhitungan Simple Additive Weighting pada

Computer-Based Test dapat menentukan hasil akhir Placement Test berupa level

Bahasa Inggris?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah Menerapkan Metode Perhitungan Simple Additive Weighting dalam menentukan level Bahasa Inggris calon siswa dimana penentuan level tersebut merupakan hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan Placement Test.


(7)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:

1. Terciptanya suatu sistem Tes Berbasis Komputer untuk membantu pihak lembaga terutama staf akademik dalam hal pengolahan data untuk pelaksanaan Placement Test.

2. Memudahkan pihak lembaga dalam menyajikan soal, menyimpan jawaban, dan menghitung hasil Placement Test siswa.

3. Sistem dapat digunakan oleh staf akademik untuk memudahkan dalam menentukan level Bahasa Inggris siswa sesuai dengan hasil yang telah didapat dari Placement Test menggunakan sistem Computer-Based Test sehingga diharapkan adanya suatu perubahan dalam hal kualitas pelayanan di LPIA dengan konsep sistem yang lebih baik, mudah dan efektif.

1.5 Metode Penelitian

Untuk membangun system Tes Berbasis Komputer yang dapat membantu proses pelaksanaan Placement Test dalam menentukan level Bahasa Inggris calon siswa dengan efektif dan efisien maka diperlukan beberapa metode penelitian antara lain:

1. Metode pengumpulan data

Adapun cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini adalah:

a. Studi Literatur

Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan literatur, jurnal,

paper, buku dan sumber ilmiah lain, seperti browsing

melaluisitus-situs di internet dan bacaan-bacaan baik berupa artikel, teks, atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Observasi

Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan peninjauan langsung terhadap permasalahan yang diambil.


(8)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab langsung kepada pihak yang berkaitan langsung dengan objek yang diteliti, sehingga data yang didapat betul-betul objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Metode pembangunan perangkat lunak

Pada tahapan ini, perangkat lunak dibangun menggunakan pendekatan berbasis dengan model proses sekuensial linier/waterfall, Sedangkan untuk Metode yang akan ada didalam perangkat lunak ini digunakan Metode Simple Additive Weighting. Penjelasan lebih lanjut mengenai metode-metode tersebut akan dibahas pada BAB III dan BAB IV.

3. Pengujian perangkat lunak yang dibuat dan pembuatan kesimpulan. Pengujian perangkat lunak yang baru dikembangkan, diuji melalui serangkaian tes menggunakan black box testing.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang perangkat lunak yang akan dibuat. Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan beberapa hal yaitu tinjauan tentang Bahasa Inggris,

Placement Test, Computer-Based Test, Proses Acak Soal, Simple Additive Weighting, dan sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang desain penelitian, metode penelitian, alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.


(9)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pada bab ini diuraikan tentang pembahasan dan hasil yang diperoleh dari penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diajukan agar dapat menjadi bahan pertimbangan.


(10)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. Objek variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Hasil Belajar sebagai variabel terikat dan Motivasi Belajar, Cara Belajar, Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru, Teman Sebaya sebagai variabel bebas. Objek sasaran dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kroya Indramayu.

3.2 Metode Penelitian

Didalam penelitian ilmiah diperlukan adanya suatu metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya. Metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah dalam mengumpulkan, mengorganisir, menganalisa, serta menginterpretasikan data.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

eksplanatory atau penjelasan yaitu suatu metode yang menyoroti adanya

hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran kemudian dirumuskan suatu hipotesis.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) keseluruhan subjek penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini


(11)

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kroya. Berikut tabel yang menunjukkan populasi siswa kelas 1 SMA Negeri 1 Kroya.

Tabel 3.1

Populasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kroya

No SMA Negeri 1 Kroya Jumlah Siswa

1 X 1 28

2 X 2 26

3 X 3 27

4 X 4 28

Jumlah 109

Sumber: SMA Negeri 1 Kroya 3.3.2 Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian siswa kelas X SMAN 1 Kroya. Pemilihan populasi tersebut telah melalui berbagai pertimbangan dimana kelas XI program IPS hanya terdapat 2 kelas jadi terlalu sedikit untuk melakukan penelitian yaitu hanya terdapat 2 kelas XI IPS 1 dan IPS 2 . Sedangkan penelitian yang dilakukan pada kelas X yang mana terdapat 4 kelas yang terdiri dari X1-X4. Penelitian tidak dapat dilakukan pada kelas XII karena waktu penelitian yang berdekatan dengan Ujian Nasional (UN). Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel melalui metode random sampling.

Dalam penentuan jumlah sampel siswa dilakukan melalui perhitungan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

(Riduwan 2004: 65 ) Keterangan:

n = Ukuran sampel keseluruhan N = Ukuran populasi

2

1 Ne

N n

 


(12)

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

Dengan menggunakan rumus diatas didapat sampel siswa sebagai berikut: n = N

1 + N e ² = 109

1+ 109 (0.05) ² = 86

Dari perhitungan diatas, maka ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah 86 orang. Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel dilakukan melalui metode Stratified random sampling. ”Yaitu metode pengambilan sampel yang bertujuan agar dapat menggambarkan secara tepat sifat populasi yang heterogen” (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi , 1995:162).

a. Sampel Siswa

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 86 siswa. Dalam penarikan sampel siswa dilakukan secara proporsional, yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Sampel Siswa Kelas X

Sampel Kelas X Jumlah Siswa Sampel Siswa

X 1 28 28/109 x 86 = 22 X 2 26 26/109 x 86= 21 X 3 27 27/109 x 86= 21 X 4 28 28/109x 86= 22

Jumlah 109 86

Sumber: SMA Negeri 1 Kroya

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa populasi penelitian sebesar 109 siswa dan akan diambil sampel sebanyak 86 siswa, dengan cara rondom proporsional.


(13)

3.4 Operasional Variabel

Tabel 3.3

Definisi Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep

Teoritis Konsep Empiris Konsep Analisis Skala

Motivasi belajar siswa (X1) Motivasi belajar adalah kecenderunga n siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin (Clayton Alderfer dalam Nashar, 2004:42) Indikator untuk mengukur motivasi belajar mengadopsi dari pendapat Martin Handoko (1992: 59), yaitu:

1. Kuatnya kemauan untuk berbuat 2.Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

3.Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain

4.Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Jawaban diperoleh dari responden tentang: 1. Waktu yang digunakan

untuk belajar

2. Lama kegiatan belajar dirumah dalam sehari 3. Waktu yang digunakan

untuk belajar

4. Berusaha mempelajari materi yang tidak dimengerti

5. Berusaha membeli buku 6. Mengikuti bimbingan

diluar sekolah

7. Merasa senang terhadap apa yang telah diraih 8. Keinginan untuk

mempelajari materi ekonomi

9. Ketertarikan terhadap mata pelajaran ekonomi 10. Selalu hadir mengikuti

pelajaran 11. Mengikuti berita

mengenai perkembangan perekonomian Ordinal Cara Belajar (X2)

“cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dansebagainya ”. Hamalik (1983: 38)

Indikator untuk mengukur cara belajar mengadopsi dari pendapat Thabarany (1994: 43) adalah:

1. Persiapan belajar Siswa

2. Cara mengikuti pelajaran

3. Aktivitas belajar mandiri

4. Pola belajar Siswa 5. Cara siswa

mengikuti ujian

Jawaban diperoleh dari responden tentang:

1. Persiapan ketika mau belajar

2. Persiapan mental 3. Persiapan sarana 4. Aktivitas selama

mengikuti pelajaran 5. Aktivitas yang dilakukan

ketika belajar sendiri 6. Aktivitas belajar yang

dilakukan ketika belajar kelompok

7. Persiapan menghadapi ulangan

8. Saat ulangan berlangsung

9. Setelah ulangan selesai


(14)

Variabel Konsep Teoritis

Konsep Empiris Konsep Analitis Skala

Persepsi Siswa Terhadap Kompeten si Guru (X3) „kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibanya secara bertanggung jawab dan layak.‟ Barlow (Syah, 1995:229 Dimensi Kompetensi Guru Kompetensi pedagogik dideskripsikan menjadi Indikator: 1) Pemahaman wawasan landasan kependidikan, 2) Pemahaman

terhadap peserta didik, 3) Perancangan dan pelaksanan

pembelajaran, 4) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, 5) Evaluasi hasil belajar, 6) pengembangan peserta didik. Dimensi Kompetensi Pribadi dideskripsikan menjadi Indikator 7) Menguasai pengetahuan dan

Jawaban diperoleh dari responden tentang

Kompetensi Pedagogik Guru:

1. Guru saya selalu mengabsen siswa dan memperhatikan kebersihan kelas dalam setiap proses

pembelajaran 2. Guru saya selalu

membuat silabus dan RPP yang disesuaikan dengan standar kompetensi (SK) dan kompetnsi dasar (KD) 3. Guru saya menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

4. Guru saya menggunakan multimedia (OHP, bagan, alat peraga dan lainnya) dalam menerangkan materi pelajaran

5. Guru saya mengadakan remedial untuk siswa yang nilainya belum memenuhi standar kelulusan

6. Guru saya memberikan penghargaan/pujian terhadap hasil kerja siswa

7. Guru saya memberikan penilaian sesuai dengan hasil kerja siswa 8. Guru saya melakukan

refleksi untuk peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dengan cara siswa menyampaikan kesan dan pesan terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan

Kompetensi Pribadi meliputi :

1. Guru saya bertindak sesuai dengan norma agama yang dianutnya


(15)

bertanggungjawab terhadap disiplin ilmunya; 8) Memiliki

pengetahuan penunjang tentang kondisi peserta didik; 9) Memiliki pengetahuan tentang materi pelajaran; 10) Memiliki pengetahuan tentang perkembangan peserta didik, 11) Memiliki kemampuan memotivasi peserta didik, dan

12) Mampu menjadi panutan dan suri tauladan. Dimensi Kompetensi Sosial dideskripsikan menjadi Indikator: 13) Mampu berinteraksi dengan sejawat, 14) Mampu berkomunikasi dengan masyarakat;

15) Mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik;

16) mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat; 17) menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik

18) Menjadi suri tauladan dan panutan masyarakat. Dimensi Kompetensi Profesional dideskripsikan menjadi Indikator 19) Menyelenggarakan administrasi sekolah, 20) Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran, 21) Merencanakan sistem pembelajaran;

2. Guru berperilaku dewasa, arif dan wibawa 3. Guru saya berperilaku

sebagai guru yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi siswa dan masyarakat

4. Guru saya menunjukan etos kerja dan

tanggungjawab yang tinggi

5. Guru saya dapat menjaga nama baik siswanya dan nama baik sekolah

Kompetensi sosial meliputi:

1. Guru saya menunjukan rasa kasih sayang dan sikap demokratis kepada siswanya

2. Guru berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesame pendidik, orang tua dan masyarakat 3. Guru saya bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya

4. Guru saya aktif dalam kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) ekonomi

Kompetensi Profesional meliputi :

1. Guru saya menguasai materi ekonomi sehingga membuat saya mudah memahami 2. Guru saya menjelaskan

standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam setiap kegiatan

pembelajaran 3. Bahan ajar yang


(16)

Variabel Konsep Teoritis

.Konsep Empiris Konsep Analitis Skala

22) Melaksanakan sistem pembelajaran; 23) Mengevaluasi sistem pembelajaran; 24) Mengembangkan sistem pembelajaran

diberikan guru saya tidak hanya berasal dari satu buku paket saja dan LKS saja melainkan berasal dari berbagai sumber lainnya

4. Menggunakan media pembelajaran yang digunakan guru saya sangat menarik sehingga saya mengerti dan tidak bosan belajar ekonomi 5. Guru saya

memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi dalam proses belajar mengaja Teman Sebaya (X4) (Dalam kamus besar Bahasa Indonesia) ”Teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat” Indikator untuk mengukur teman sebaya mengadopsi dari pendapat Sarafino, 1994:102) yang mana dimensi teman sebaya ini mencakup lima dimensi, yaitu 1. Dukungan emosional 2. Dukungan penghargaan. 3. Dukungan instrumental (dukungan berupa bantuan langsung) 4. Dukungan informatif.

5. Dukungan jaringan sosial.

Jawaban diperoleh dari responden tentang upaya siswa dalam hal:

1. Memberi penghargaan positif untuk individu bersangkutan,

2. Memberi dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan

3. Memberi bantuan langsung kepada teman yang dapat berupa jasa, waktu, dan uang. 4. Memberi nasihat,

petunjukpetunjuk, saran-saran, informasi, dan umpan balik.

5. Saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial.

6. Waktu yang digunakan untuk berkumpul dengan teman

7. Lama waktu belajar atau berkumpul dengan teman

8. Saling mendukung belajar sesama teman. 9. Saling membantu dalam

memecahkan masalah 10.Cara berkomunikasi

yang digunakan dengan teman


(17)

Variabel Konsep Teoritis

Konsep Empiris Konsep Analitis Skala

Hasil Belajar

(Y)

Nana Sudjana (2001:22), Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya

Nilai hasil ujian akhir sekolah

Data diperoleh dari pihak sekolah tentang nilai hasil UAS yang diperoleh siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi.

Interval

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden sedangkan data sekunder yaitu data yang berupa studi kepustakaan dan studi dokumenter.Untuk data primer pengumpulan datanya adalah dengan cara menyebar angket (kuisioner) yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian.

Sedangkan untuk data sekunder teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku dan literatur.

2. Studi dokumenter, yaitu mempelajari dokumen-dokumen dan arsip-arsip yang ada pada SMA N 1 Kroya yang menjadi objek penelitian.


(18)

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian 3.6.1 Uji Validitas

Riduwan dan Kuncoro (2011:216) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah:

rxy= �∑ − ∑

(∑ )

{�∑ 2− ∑ )2 {�∑ 2 ( )2 } (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 217)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment dari Pearson

X = skor item Y = skor total

N = jumlah responden

Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien korelasi sehingga

kriterianya adalah :

rxy < : Validitas sangat rendah

0,20 – 0,399 : Validitas rendah

0,40 – 0,699 : Validitas sedang/cukup 0,70-0,899 : Validitas tinggi


(19)

Perhitungannya merupakan perhitungan setiap item, hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan ke dalam tabel harga product moment terus disubstitusikan ke dalam rumus t, dengan rumus sebagai berikut :

Karena subjek merupakan sampel besar, dimana N lebih besar dari 10, maka untuk melihat signifikansinya dilakukan dengan mendistribusikan rumus student

t,yaitu:

thit = � (�−2)

1−�2 (Riduwan dan Kuncoro, 2011: 217)

Keterangan : t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden

Hasil thitung tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga distribusi ttabel

menggunakan taraf signifikan a = 0,05 yang artinya peluang membuat kesalahan 5% setiap item akan terbukti bila harga thitung > ttabel dengan taraf kepercayaan 95%

serta derajat kebebasannya (dk) = n-2. Kriteria pengujian item adalah jika thitung >

ttabel maka item tersebut valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto (2003:90) mengemukakan bahwa “reliabilitas adalah

ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama”. Uji reliabilitas

instrumen dilakukan dengan rumus alpha.

Menurut Riduwan (2010:125) menyebutkan langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha adalah sebagai berikut:


(20)

a) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

=

∑Xi

2(∑X i)2 N

N

Dimana:

Si = Varians skor tiap-tiap item

ΣXi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(ΣXi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = jumlah responden

b) Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:

∑Si = S1 + S2 + S3……Sn Dimana:

∑Si = Jumlah varians semua item

S1, S2, S3…Sn = Varians item ke 1,2,3…n c) Menghitung varians total dengan rumus:

N N Xt Xt St

  2

2 ( )

Dimana:

St = Varians total

ΣXt2 = Jumlah kuadrat X total

(ΣXt)2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = Jumlah responden

d) Masukan nilai alpha dengan rumus:

              

St Si k k r 1 1 11 dimana:

r11 : Nilai reliabilitas

∑Si : Jumlah varians skor tiap-tiap item

St : Varians total


(21)

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan

distribusi (Tabel r) untuk α=0,05. Kemudian membuat keputusan membandingkan

r11 dengan r Tabel. Adapun kaidah keputusan: jika r11 > r Tabel berarti reliabel dan r11 < r Tabel berarti tidak reliabel.

3.7Teknik Analisis Data

Jenis data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data ordinal dan interval. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data harus diubah menjadi data interval melalui Methods of Succesive Interval (MSI). Salah satu kegunaan dari Methods of Succeive interval dalam pengukuran adalah untuk menaikan pengukuran dari ordinal ke interval.

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh HarunAl-rasyid (1993: 131-134) dalam bukunya teknik penarikan sampel dan penyusunan skala. Langkah kerja

Methods of Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut:

1. Perhatikan tiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.

2. Untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak orang yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

4. Tentukan Proporsi Kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

5. Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.


(22)

6. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan mengunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

7. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:

) )(

(

) (

) (

owerLimit AreaBelowL

pperLimit AreaBelowU

pperLimit DensityofU

owerLimit DensityofL

SV  

8. Menghitung skor hasil tranformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan Rumus:

SVMin

SV

Y   1

dimanaK 1

SVMin

Setelah data ordilan ditransformasikan menjadi data interval melalui

Methods of Succeive interval (MSI). Selanjutnya, teknik analisis statistik yang

digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah statistic parametrik yaitu menggunakan Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda adalah sebuah model yang menggunakan lebih dari dua variabel.

Pengolahan data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan software SPSS 17.00 for windows, dan persamaan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Dimana :

β0 : Konstanta

β1,β2 : Koefisien Regresi Y : Hasil Belajar


(23)

Β2` : Cara Belajar

Β3 : Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru

Β4 : Teman Sebaya

e : Error Variabel

3.8 Uji Asumsi Klasik

3.8.1 Uji Multikolinearitas

Yana Rohmana (2010:140) menjelaskan bahwa : “multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua

variabel yang menjelaskan dari model regresi”.

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya problem multikolinearitas adalah melalui pengamatan terhadap koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinearitas, sebaliknya jika koefisien antar variabel independen tinggi (0,8-1,0) maka diduga terdapat multikolinearitas (Yana Rohmana, 2010: 143).

3.8.2 Uji Heteroskedastis

Pengujian heteroskedastis menggunakan metode Interval (grafik). Yana Rohmana (2012:140) menjelaskan bahwa metode dengan acra grafik adalah dengan menampilkan grafik sebar (scatter plot) dari variabel residual kuadrat dan variabel independen maka dapat diketahui terkena atau tidaknya heteroskedastisitas. Variabel residual kuadrat ini dapat dihasilkan dari variabel residual.


(24)

Variabel residual baru akan bias kita hitung jika sudah melakukan estimasi (regresi). Oleh karena itu, pembuatan grafik harus dimuali dengan menjalankan proses regresi terlebih dahulu. Ketentuan dari metode grafik ini adalah : “Jika residual mempunyai varian yang sama (heteroskedastisitas) maka kita tidak mempunyai pola yang pasti dari residual. Sebaiknya, jika residual mempunyai heteroskedastisitas jika residual ini menunjukan pola tertentu” (Yana Rohmana, 2010:198-199)

3.8.3 Uji Autokorelasi

Asumsi penting lainnya yang akan diuji dalam penelitian ini adalah uji autokorelasi atau serial korelasi. Autokorelasi menggambarkan adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan yang lain (Yana Rohmana 2010:192).

Adanya gejala autokorelasi dalam model regresi OLS dapat menimbulkan : 1. Estimator OLS menjadi tidak efisien karena selang keyakinan melebar.

2. Variance populasi �2 diestimasi terlalu rendah (underestimated) oleh varians residual taksiran ( ^�2).

3. Akibat butir b, R2 bisa ditaksir terlalu tinggi (overestimated).

4. Jika �2 tidak diestimasi terlalu rendah, maka varians estimator OLS ( ^�).


(25)

Ada beberapa cara untuk mendeteksi autokorelasi pada model regresi, diantaranya dengan mengguanakan metode Grafik, uji loncatan (Runs Test) atau uji Geary (Geary Test), ujiDurbion Watson (Durbin Watson d test), uji Breusch-Godfrey (Breusch-Breusch-Godfrey test).Pada penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin Watson (D-W) untuk mendeteksi autokorelasi, yaitu dengan cara membandingkan DW statistik dengan DW tabel. Adapun langkah uji Durbin Watson adalah sebagai berikut :

1. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual e1.

2. Hitung nilai d (Durbin-Watson). 3. Dapatkan nilai kritis dL-du.

4. Pengambilan keputusan, dengan aturan sebagai berikut Tabel 3.4

Uji Statistik Durbin-Watson Nilai Statistik d Hasil 0 ≤ d ≤ dL

dL≤ d ≤ du

du≤ d ≤ 4 – du

4 –du ≤ d ≤ 4 - dL

4- dL≤ d ≤ 4

Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan

Menerima hipotesis nol; tidak ada autokorelasi positif/negatif

Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menolak hipotesis nol; ada autokorelasi positif

Sumber: Yana Rohmana (2010:195)

3.9 Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan serta pengaruh antar variable bebas dengan variable terikat baik secara simultan maupun secara parsial, maka dalam suatu penelitian perlu dilakukan pengujian, dalam hal ini melalui pengujian


(26)

hipotesis. Untuk menguji hipotesis, dalam penelitian ini menggunakan uji dua pihak yang dirumuskan secara statistik adalah sebagai berikut :

3.9.1 Uji t

Uji parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel X secara individu mampu menjelaskan variabel Y.

Uji t statistik ini menggunakan rumus :

t

= β1−β1 se (β1)

Lebih sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus:

t = β1

se

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Hipotesis

H0: β= 0 artinya tidak ada pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y

Ha : β 0 artinya ada pengaruh antara variabel X terhadap Variabel Y 2. Ketentuan

Jika t hitung < t Tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak

Jika t hitung > t Tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima

Dalam pengujian hipotesis melalui uji t tingkat kesalahan yang digunakan peneliti adalah 5% atau 0,05 pada taraf signifikansi 95%.

3.9.2 Uji F

Uji F Statistik bertujuan untuk menghitung pengaruh bersama variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Rumus yang digunakan adalah: F= 2/(�−1)


(27)

Kriteria uji F adalah sebagai berikut :

1) Jika Fhitung< Ftabel maka H0diterima dan H1 (keseluruhan variabel bebas X

tidak berpengaruh terhadap variabel Y).

2) Jika Fhitung> Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel

bebas X berpengaruh terhadap variabel terikat Y).

3.9.3 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan cara untuk mengukur ketepatan suatu garis regresi. Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi (R2) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

R2 = β12,3Σyix2i+ β13,2Σyix3i

Σyi2

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0<R2<1) dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(28)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMAN 1 Kroya Kabupaten Indramayu. maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Secara umum motivasi belajar, cara belajar, persepsi siswa terhadap kompetensi guru, dan hasil belajar berada pada kategori sedang, dan teman sebaya berada pada kategori tinggi.

2. Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Artinya semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa maka hasil belajar siswa akan semakin tinggi.

3. Cara belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Artinya semakin baik cara belajar yang dimiliki siswa maka hasil belajar siswa akan semakin tinggi.

4. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Artinya semakin baik persepsi siswa terhadap kompetensi guru maka hasil belajar akan semakin tinggi. 5. Teman Sebaya berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi. Artinya semakin tinggi pengaruh teman sebaya terhadap belajar siswa maka hasil belajar semakin tinggi.


(29)

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah:

1. Untuk meningkatkan motivasi siswa perlu adanya kerjasama antara pihak-pihak terkait, khususnya peran orang tua, pihak-pihak sekolah seperti guru dan lingkungan sekitar. Keadaan yang kondusif dan mendukung sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar seseorang, menciptakan iklim belajar kondusif di sekolah, mendorong kreativitas siswa oleh pihak sekolah dan guru, mendorong orang tua agar berperan aktif dalam belajar siswa, dan pihak sekolah perlu melakukan pertemuan dengan orang tua agar bisa menyatukan persepsi dan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Meningkatkan cara belajar siswa, melalui pemberian informasi secara intensif mengenai cara belajar yang efisien oleh pihak sekolah maupun lingkungan keluarga karena memiliki cara belajar yang baik seperti siswa yang tekun dan rutin dalam belajar akan meningkatkan cara belajar seseorang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, bimbingan belajar, suasana yang nyaman dan kondusif yang diciptakan oleh orang tua dan guru akan memperbaiki cara belajar seseorang.

3. Persepsi positif siswa terhadap kompetensi guru akan mempengaruhi belajarnya, oleh karena itu perlunya peningkatan kemampuan guru untuk memiliki kompetensi yang lebih baik dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kompetensi guru, misalnya saja dengan mengefektifkan fungsi dari MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), ataupun melalui


(30)

pembekalan peningkatan kualitas guru melalui aneka diskusi atau seminar, dan aktif terlibat dlam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Peran guru dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih kondusif seperti menciptakan ekstrakurikuler yang bisa mendukung pembelajaran, seperti ekstrakurikuler pencinta ekonomi yang isi kegiatannya menganalisis dan mengkritisi semua kejadian ekonomi dalam lingkungan maupun diri sendiri yang dikemas secara menarik, hal ini akan menciptakan sekumpulan siswa atau kelompok yang lebih memiliki peran positif untuk meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Peran guru dan orang tua dalam mengawasi anak-anaknya bergaul dengan teman sebayanya, agar anak tidak salah memilih mana pergaulan yang baik dan tidak baik.

5. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian dalam skala yang lebih luas (misalnya skala kabupaten) atau dengan melaksanakan studi perbandingan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi antara siswa yang berada di Kota dan Kabupaten, juga memperbanyak variabel yang diteliti. Dengan demikian hasilnya akan lebih bervariasi dan diharapkan dapat memecahkan masalah hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi.


(31)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Asri, Budiningsih. (2005). Belajar dan pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. Baharudin. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Arr-ruz

Media.

Dalyono. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2000). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta; Depdikbud

Dimyati dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Djaali (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Harun, Al Rasyid. (1993). Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Diktat Kuliah Pasca Sarjana UNPAD.

Hawadi, Akbar R. (2003). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo. Hurlock, Elizabeth.(1978). Perkembangan Anak (Edisi Keenam). Jakarta.

Erlangga.

Kusnandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. PT

RajaGrafinda Persada.

Martin, Handoko.(1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Jakarta: Rineka cipta

Mohammad, Surya.(2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.


(32)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Muhibbin, Syah. (1995). Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Nana, Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja rosdakarya.

Nashar. (2004). Peranan Motivasi Dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan

Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Nurhayati. (2007). Studi tentang hubungan kelompok teman sebaya dengan

perilaku moral pemaja di SMA Pasundan 8 Bandung: Skripsi sarjana

pada FPIPS UPI Bandung: tdk dterbitkan.

Oemar, Hamalik. (1994). Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Surabaya: Usaha Nasional Jakarta:Tarsito.

Papalia, D.E Olds S.W& Feldman, R.D.(2008). Human Development

(Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ridwan & Kuncoro, EA. (2011). Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis (Analisis Jalur). Bandung. Alfabeta.

Sarafino, E. P. (1994). Health psychology. Canada: John Wiley & Sons. Inc. Sarason, I.G Levine H.M Basham R.B & Sarason, B.R. (1983). Assesing Social

Support: The Social Support Questionnaire. Journal of Personality and

Social Psychology.

Sardiman, AM. (1992). Interaksi dan motvasi belajar mengajar. Jakarta:Rajawali.

Suharsimi, Arikunto. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.


(33)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Singarimbun, Masri. dan Efendi, Sofian. (2006). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S.

Slameto, Santoso.(2010). Belajar & faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta

Slamet, Santoso. (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta:PT Bumi Aksara.

Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo Widiasarana Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.

Syaiful, Sagala. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfhabeta.

Thabrany, Hasbullah. (1994). Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

The Liang Gie. (2004). Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa , Yogyakarta: Gajah Mada Press.

The Liang Gie. (2002). Cara Belajar Efisien Jilid 1. Yogyakarta:liberty Toto, Ruhimat.(2009). Kirukulum dan Pembelajaran. Bandung. FIP UPI. Umar, Tirtaraharja dan La Sulo. (1994). Pengantar Pendidikan. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Yana, Rohmana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Bandung: LPEK UPI.


(34)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber Lain:

Siwi, Avilla Yanti.Masalah Pendidikan Indonesia. (Online). Tersedia: http://www.infodiknas.com/masalah-pendidikan-di-indonesia-2.(4 April 2012).

Pakdesota. 2008. Jurnal “Motivasi dalam Pembelajaran”. www.wordpress.com

(4 Mei 2012)

Data Sekolah SMA Negeri Jawa Barat. Rekap Data Siswa Kabupaten Indramayu: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

http://www.linggapos.com/9211_ranking-ipm-indonesia-rangking-124.html(4 April 2012)

Nilai UAN SMA/MA Jawa Barat. Rekap Data SIswa SMA/MA Kabupaten Indramayu: Dinas Pendidikan Jawa Barat.

SMA Negeri 1 Kroya. (2012). Profil SMA Negeri 1 Kroya. Kabupaten Indramayu: Satuan Pendidikan SMA Negeri 1 Kroya.


(35)

Nurhalimah , 2013

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus Pada Siswa Kelas x SMAN 1 Kroya Indramayu )

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

2.1Konsep Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar menurut Slameto (2010:2) adalah

“Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Fudyartanto dalam Baharudin (2007:13)

„Belajar adalah usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia jadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan

memiliki sesuatu‟

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Aktivitas yang dilakukan dalam belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja karena belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan


(36)

perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

2.1.2 Teori Belajar

a). Teori Belajar Gagne

Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne disebut

dengan ”teori pemerosesan informasi” (information processing theory), dan ”teori

kondisi-kondisi pembelajaran” (conditions of learning). Asumsi yang mendasari

teori Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Hasil pembelajaran manusia pada dasarnya bersifat komulatif, yang berarti bahwa hasil pembelajaran yang dicapai adalah merupakan kumpulan keseluruhan hasil-hasil pembelajaran sebelumnya yang saling terkait. Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran (Mohammad Surya, 2004:40).

Belajar menurut Gagne adalah ‟suatu proses yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan: (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai‟. Dengan demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne ‟belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam cara belajar,


(37)

kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorok, sikap, dan siasat kognitif‟. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:10).

b). Teori Belajar Gestalt

Teori gestalt dalam Baharudin (2010:88) menyatakan bahwa belajar sebagai proses stimulus dan respons serta manusia bersifat mekanistik. Teori gestalt lebih menekankan pentingnya persepsi. Karena manusia bukanlah sekedar makhluk yang hanya bisa bereaksi jika ada stimulus yang mempengaruhinya. Tetapi lebih dari itu, manusia adalah makhluk individu yang utuh antara rohani dan jasmaninya. Dengan demikian, pada saat manusia bereaksi dengan lingkungannya, manusia tidak sekedar merespons, tetapi juga melibatkan unsur subjektivitasnya yang antara masing-masing individu bisa berlainan.

c). Teori Belajar Piageatian

Asri Buduningsih (2005: 97) Belajar menurut teori ini lebih banyak ditentukan karena adanya karsa individu. Penataan kondisi bukan sebagai penyebab terjadinya belajar. Dalam kegiatan belajar menurut Piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa dengan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara siswa dengan kelompok sebayanya dari pada dengan orang-orang yang lebih dewasa.


(38)

2.2Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar atau yang dalam penelitian ini adalah berupa angka-angka tertentu yang tercantum dalam nilai raport. prestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan. Selanjutnya Winkel (2004: 162) mengatakan:

“Prestasi adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai. Belajar adalah suatu

proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan atau skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif. Secara singkat belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah

laku yang merupakan hasil dari pengalaman”.

Setiap proses belajar selalu diharapkan akan ada perubahan tinggkah laku, peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang nantinya akan menghasilkan hasil belajar ketika dilakukan penilaian. Dalam lembaga formal hasil belajar akan dinilai dengan angka, besar kecilnya angka tersebut akan disebut hasil belajar, karena kebarhasilan suatu proses belajar mengajar dapat diukur melalui hasil belajar itu sendiri. Muhibbin Syah (2008:141) menyatakan bahwa “Prestasi belajar digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan proses belajar mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan program pengajaran”. Dalam kamus bahasa Indonesia (2000:787) Prestasi belajar diartikan sebagai

“penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dalam mata

pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru”.

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar diatas, maka penulis merumuskan hasil belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai


(39)

akibat kegiatan belajarnya berupa pengetahuan, keterampilan, penguasaan nilai-nilai.

2.2.2 Indikator Hasil Belajar

Bloom dalam Toto Ruhimat (2009:131 ) menyatakan bahwa tiga ranah hasil belajar yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor, yang artinya berhasil tidaknya seorang siswa meraih hasil belajarnya tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran hasil belajar siswa adalah melalui indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi belajar.

Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Belajar (B. Bloom )

Ranah / Jenis Prestasi

Indikator Cara Evaluasi

Ranah Cipta Kognitif

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

1. Tes Lisan 2. Tes Tertulis 3. Observasi 2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

1. Tes Lisan 2. Tes Tertulis 3. Observasi 3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan

1. Tes Lisan 2. Tes Tertulis 4. Penerapan 1. Dapat memberi contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat

1. Tes Tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi 5. Analisis 1. Dapat menguraikan

2. Dapat mengklasifikasikan

1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 6. Sintesis 1. Dapat menghubungkan

2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat menggeneralisasikan

1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas


(40)

Ranah/Jenis Prestasi

Indikator Cara Evaluasi

Ranah Rasa (Afektif)

1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak

1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi / terlibat

2. Kesediaan memanfaatkan

1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 3. Apresiasi 1. Menganggap penting dan

bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis 3. Mengagumi

1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 4. Internalisasi 1. Mengakui dan meyakini

2. Mengingkari

1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas

ekspresif 3. Observasi 5. Karakterisasi 1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan prilaku sehari-hari

1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif

2. Observasi

Ranah Karsa (Psikomotor)

1. Keterampilan bergerak dan bertindak

1. Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.

1. Observasi 2. Tes Tindakan 2. Kecakapan

ekspresi verbal dan non verbal

1. Mengucapkan

2. Membuat mimik dan gerakan jasmani

1. Tes Lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan Sumber: Muhibbin Syah (2010: 148-150)

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Pada hasil belajar dalam proses belajar mengajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilan bertambah, dan penguasaan


(41)

nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Adapun Bloom yang banyak mendapat

pengaruh dari Carrol dalam “Model of School Learning” berusaha untuk mengatakan sejumlah kecil variabel yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar Thesis Entry Behaviours, Afektif Entry Characteristics, dan kualitas pengajaran yang tercermin menentukan hasil belajar, Bloom yakin bahwa variabel kualitas pengajaran tercermin dalam penyajian bahan petunjuk latihan (tes formatif), proses balikan, dan perbaikan penguatan partisipasi siswa harus sesuai dengan kebutuhan siswa (Bloom dalam Toto Ruhiyat, 2009:131)

Sedangkan menurut Muhibbin syah (2010:137) mengkategorikan ada tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yang pertama adalah faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri), faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), dan faktor pendekatan belajar, yang dapat digambarkan melalui tabel sebagai berikut.

Tabel 2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ragam Faktor dan Elemen

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar

Siswa

1. Aspek fisiologis

 Tonus jasmani

 Mata dan telinga 2. Aspek Psikologis

 Intelegensi

 Sikap

 Minat

 Bakat

 Motivasi

1. Lingkungan Sosial

 Keluarga

 Guru dan staf

 Masyarakat

 Teman

2. Lingkungan Non Sosial

 Rumah

 Sekolah

 Peralatan

 Alam

1. Pendidikan tinggi

 Speculative

 Achieving 2. Pendekatan Sedang

 Analitical

 Deep

3. Pendekatan Rendah

 Reproductive

 Surface Sumber: Muhibbin Syah (1995:139)

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, baik dari faktor internal seperti: motivasi, cara


(42)

belajar, minat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah lingkungan keluarga, teman, kompetensi guru dan fasilitas belajar.

2.3 Motivasi belajar

2.3.1 Pengertian Motivasi

Dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:80) bahwa “motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia,

termasuk perilaku belajar”. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Menurut Clayton Alderfer dalam Nashar (2004:42) “Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin”.

Motivasi muncul karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Abraham Maslow mengemukakakan teorinya mengenai kebutuhan manusia dari peringkat terbawah sampai yang tertinggi. Kebutuhan-kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan fisiologis (seperti makan, minum), kebutuhan akan rasa aman, tentram, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, kebutuhan untuk berprestasi merupakan kebutuhan manusia pada peringkat yang tertinggi (Syaiful Sagala, 2009:103).

Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang mendorong seseorang untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan ini dapat berupa kesempurnaan tugas, dapat diri sendiri atau prestasi orang lain.


(43)

2.3.2 Faktor -faktor Motivasi Berprestasi 1) Faktor Individual

Harter dalam Reni Akbar Hawadi (2003:45) menyatakan „siswa berdasarkan dimensi instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu mengembangkan motivasi intrinsik‟. Siswa-siswa ini lebih menyukai tugas-tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sebaliknya, pada siswa dengan persepsi diri yang rendah, lebih menyukai tugas-tugas yang mudah dan sangat tergantung pada pengarahan guru. Yang termasuk faktor individual antara lain pengarahan orang tua.

2) Faktor Situasional

Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar (Pakdesota, 2008. Jurnal

“Motivasi dalam Pembelajaran”. www.wordpress.com).

Artinya motivasi berprestasi seseorang akan tercermin pada perilaku. Ada beberapa ciri yang menjadi indikator orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Individu yang motif berprestasi tinggi akan menampakkan tingkah laku dengan ciri-ciri menyenangi pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung


(44)

jawab pribadi, memilih pekerjaan yang resikonya sedang (moderat), mempunyai dorongan sebagai umpan balik (feed back) tentang masalahnya dan berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara kreatif.

2.3.3 Indikator Motivasi Belajar

Menurut Martin Handoko (1992: 59) untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut :

1) Kuatnya kemauan untuk berbuat

2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar

3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Sedangkan menurut Sardiman (2001: 81) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas.

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah orang dewasa.

4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas – tugas rutin. 6) Dapat mempertahankan pendapatnya.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas berarti seseorang itu memiliki motivasi yang tinggi. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas.


(45)

2.3.4 Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar

Pada dasarnya motivasi sangatlah penting dalam meningkatkan hasil belajar yang baik, pentingnya motivasi bagi siswa adalah (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir. (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. (3) Mengarahkan kegiatan belajar. (4) Membesarkan semangat belajar. (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar yang kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Kelima hal tersebut menunjukan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka sesuatu pekerjaan, dalam hal ini usaha untuk meningkatkan hasil belajar akan terselesaikan dengan baik. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:85).

Ada beberapa Cara Meningkatkan Motivasi Belajar dalam usaha meningkatkan hasil belajar yaitu : (1) Memberi angka, Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. (2) Hadiah, Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. (3) Kompetisi atau Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. (4)

Ego-involvement, menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. (5) Memberi Ulangan, para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. (6) Mengetahui Hasil, mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. (7)


(46)

Pujian, apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. (8) Hukuman, hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. (Sardiman AM, 2005:92).

2.4 Cara Belajar

2.4.1 Pengertian Cara Belajar

Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1987:48) yang

mengemukakan bahwa ”Cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan dalam usaha belajarnya”.

Oemar Hamalik (1983: 38) menyatakan bahwa “Cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan atau ujian dan

sebagainya”.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.


(47)

2.4.2 Indikator Cara Belajar

Aspek-aspek yang diteliti dalam cara belajar dan dijadikan indikator dalam penelitian ini menurut Hasbullah Thabarany (1994: 43) adalah:

1. Persiapan belajar Siswa

Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan atau pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Hasbullah Thabrany (1994:49) adalah:

a. Persiapan mental

Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-benar sudah siap. Menurut The Liang Gie (1987:58) “persiapan mental merupakan

upaya menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar”. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah: (1) Memahami arti atau tujuan belajar, (2) Kepercayaan pada diri sendiri, (3) Keuletan, (4) Minat terhadap pelajaran

b. Persiapan sarana

Hasbullah Thabrany (1994: 48) mengemukakan”sarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar”. diantaranya adalah : (1) Ruang Belajar, ruang belajar yang baik untuk mendukung belajar seseorang yaitu bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang memadai. (2) Perlengkapan belajar seperti : perabot belajar yaitu meja, kursi, dan rak buku, (3) Buku pelajaran, (4) Buku catatan, (5) Alat-alat tulis.


(48)

2. Cara mengikuti pelajaran

Menurut Oemar Hamalik (1983:50) langkah-langkah atau cara mengikuti pelajaran yang baik adalah : (a) Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran yang sebelumnya diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan merumuskan pertanyaan tentang materi atau bahan pelajaran yang belum dipahami. (b) Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama mengikuti pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran, dan partisipasi terhadap belajar. (c) Memantapkan hasil belajar dengan cara membaca kembali catatan pelajaran.

3. Aktivitas belajar mandiri

Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri membaca bahan-bahan pelajaran dari berbagai sumber informasi selain buku-buku pelajaran, membuat ringkasan bahan-bahan pelajaran yang telah dipelajari, menghafalkan bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latihan soal dan lain sebagainya. Ataupun kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok, adapun yang dapat dilakukan dalam belajarnya antara lain mendiskusikan bahan-bahan pelajaran yang belum dimengerti, membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling bertanya jawab untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran.

4. Pola belajar Siswa, adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar, bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya.


(49)

5. Cara siswa mengikuti ujian

Beberapa hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil baik dalam ulangan adalah: (a) Persiapan menghadapi ulangan; kegiatan belajar untuk menghadapi ulangan, dan mempelajari atau mengauasai materi ulangan serta mempersiapkan perlengkapan ulangan seperti alat-alat tulis. (b) Saat ulangan berlangsung; harus benar-benar memahami soal, tenang, mengerjakan dari hal yang termudah dan meneliti setelah selesai. (c) Setelah ulangan selesai, memeriksa kembali jawaban-jawaban yang dibuat dalam ulangan.

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cara Belajar

Cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Cara belajar sebagai proses atau aktivitas yang diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar siswa tersebut. Menurut Sumadi Suryabrata (2002:233) adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar adalah:

1. Faktor dari dalam diri siswa meliputi: (a) faktor psikis yaitu: IQ, kemampuan belajar, motivasi belajar, sikap dan perasaan , minat dan kondisi akibat keadaan sosiokultural. (b) faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) keadaan jasmani, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar. 2) keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.

2. Faktor dari luar diri siswa: (a) faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum pengajaran,disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa. (b)faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi guru


(50)

dengan siswa. (c) faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan tempat, dan lingkungan.

2.4.4 Hubungan Cara Belajar dengan Hasil Belajar

Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan kegiatan belajar misalnya bagaimana mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka, cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya belajar, sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan kurang berhasil atau gagalnya belajar (The Liang Gie, 1984:88).

Menentukan cara belajar yang baik dalam usaha meningkatkan hasil belajar bukanlah hal yang mudah, proses pembelajaran tidak selalu efektif dan efisien sehingga hasil belajar mengajar tidak selalu optimal. Penilaian baik buruknya usaha yang dilakukan akan tergambar dalam bentuk prestasinya, usaha atau cara belajar seseorang akan terlihat dari prestasi yang diperoleh oleh siswa tersebut. Sehingga prestasi belajar yang baik juga dipengaruhi oleh cara belajar yang baik pula. Sedangkan Slameto (2003: 73) berpendapat bahwa”banyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif”. Semakin baik siswa dalam mengetahui cara belajar yang baik maka akan baik pula prestasinya.

Menurut Oemar Hamalik (1983:1) “cara dan kebiasaan belajar yang tepat akan menentukan hasil yang memuaskan, sebaliknya cara belajar yang buruk akan


(1)

melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses belajar siswa dan hasil belajar yang menggambarakan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran Sumber : Syaiful Sagala, 2005 : 18

Gambar 2.1menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan interaksi antara keadaan internal belajar (keadaan internal siswa dan proses kognitif siswa) dengan kondisi eksternal (stimulus dari lingkungan: keluarga, sekolah, masyarakat).

Berdasarkan penjelasaan teori Gagne bahwa adanya hubungan antara lingkungan, dan faktor dalam diri seseorang akan mempengharuhi hasil belajar siswa. Komponen-komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat

Keadaan Internal Dan ProsesKognitif Siswa

Kondisi Internal Belajar Hasil Belajar

Informasi Verbal Keterampilan Intelek Keteramapilan motorik Sikap

Siasat kognitif Berinteraksi dengan

Stimulasi dari Lingkungan

Kondisi eksternal Belajar


(2)

digambarkan sebagai Stimulus (S) ----Respon). S yaitu situasi yang memberi stimulus, sedangkan R adalah respons atau stimulus itu, dan garis diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang. Stimulus itu merupakan input yang berada diluar individu, sedangkan respons adalah outputnya, yang juga berada diluar individu sebagai hasil belajar yang diamati. Nasution dalam Syaiful Sagala (2009:17).

Selanjutnya Robert Gagne dalam Syaiful Sagala (2009:17) dengan teorinya menggambarkan bahwa:

“Hasil belajar merupakan kegiatan kompleks dan hasil belajar berupa

kapabilitas yang ditimbulkan oleh stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Selain itu juga Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek,

keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif”.

Sejalan dengan pendapat Muhibbin Syah (1995:159) bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal (intelegensi, sikap, minat, bakat , motivasi, cara belajar) dan faktor eksternal (keluarga, guru dan staf, masyarakat, teman)”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal siswa. Dalam penelitian ini penulis membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu motivasi belajar, cara belajar, persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan teman sebaya.

Faktor yang dapat berpengaruh dalam proses dan hasil belajar siswa adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.


(3)

Dengan adanya motivasi dapat menciptakan individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilakunya setiap saat. Dalam Dimyati dan

Mudjiono (2005:80) bahwa “siswa belajar karena didorong oleh kekuatan

mentalnya”. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau

cita-cita. Kekuatan mental yang besar akan mendorong terjadinya proses belajar yang baik.

Faktor selanjutnya adalah cara belajar, cara belajar merupakan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan atau ujian dan sebagainya. Cara belajar merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil tidaknya belajar. Buruknya cara belajar merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan. Slameto (2002:54) mengemukakan bahwa “cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik”. Oleh karena itu kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar siswa.

Kemudian salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang bersumber dari lingkungan sekolah yaitu guru, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi guru dilihat dari sudut pandang siswa atau persepsi. Persepsi terhadap objek antara individu yang satu dengan yang lainnya memiliki kemungkinan yang berbeda. Karena pada hakekatnya persepsi hanya akan terjadi apabila individu


(4)

menerima stimulus dari luar dirinya dan menyadari apa yang dialaminya. Ini menunjukan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan hubungan beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain.

Dalam pengamatan ini yang menjadi objek penelitian adalah persepsi siswa pada kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Kompetensi guru yang baik dalam proses belajar membuat siswa memiliki ketertarikan terhadap pelajaran tersebut apabila terjadi rangsangan berupa stimulus yang datang dari gurunya. Dengan stimulus yang siswa rasakan sangat baik maka akan muncul respon yang baik pada siswa sehingga hal tersebut akan meningkatkan hasil belajar. Oleh karena itu peran guru sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Selanjutnya faktor lain yang dibahas pada penelitian ini adalah pengaruh teman sebaya. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam konteks sosial yang lain seperti relasi dengan sebaya. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2000:1164) teman sebaya diartikan sebagai ”kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat”. Pengaruh teman sebaya tidak luput dari kehidupan siswa, kehidupan siswa selain dalam lingkungan keluarga seorang siswa akan selalu dilibatkan dengan pergaulan sesama teman sebayanya, oleh karena itu peran teman sebaya penting dalam proses pendidikan. Pengaruh teman sebaya yang baik akan menimbulkan rasa nyaman dan menyenangkan bagi seseorang, kondisi lingkungan teman sebaya yang kondusif cenderung memberi stimulus dan respon yang baik sehingga prestasinya dalam belajar juga baik.


(5)

Lingkungan kelompok sebaya khususnya yang masih bersekolah, antara satu dengan yang lain saling berinteraksi dalam memecahkan masalah pelajaran yang diberikan sekolah. Disamping hal tersebut, juga memberikan motivasi bersaing untuk berprestasi.

Dari uraian diatas, berdasarkan hasil pemikiran para ahli dan teori yang mendukung diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Namun dalam penelitian ini, penelitian hanya memfokuskan pada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yakni motivasi belajar, cara belajar, persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan teman sebaya. Dengan demikian, penulis dapat merumuskan kerangka pemikiran dalam penelitian yaitu:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan

Cara Belajar (X2) Motivasi Belajar (X1)

Teman Sebaya (X4) Persepsi siswa terhadap

Kompetensi Guru (X3)

Hasil belajar (Y) Motivasi Belajar (X1)


(6)

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. Selanjutnya hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

2. Cara belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi

3. Persepsi siswa pada kompetensi guru berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

4. Teman sebaya berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.