ANALISIS PENGGUNAAN FUKUSHI DAITAI DALAM NOVEL NORUWEI NO MORI KARYA HARUKI MURAKAMI.

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN

FUKUSHI

DAITAI

DALAM

NOVEL

NORUWEI NO MORI

KARYA HARUKI

MURAKAMI

Oleh

SONYA SHINTIA DEWI TISCHA

BP 0910752038

JURUSAN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGGUNAAN

FUKUSHI

DAITAI

DALAM NOVEL

NORUWEI NO MORI

KARYA HARUKI MURAKAMI

Oleh: Sonya Shintia Dewi Tischa

Kata kunci: Adverbia daitai, penggunaan, makna.

Skripsi ini mengenai adverbia daitai dalam kalimat bahasa Jepang yang ditinjau dari segi sintaksis. Adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi, yaitu kelas kata yang dapat berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi. Fukushi

merupakan kata keterangan yang berfungsi untuk menerangkan kelas kata lainnya seperti verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Adverbia sangat banyak ditemukan dalam bahasa Jepang, salah satunya adverbia daitai.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik sadap, yang dilanjutkan dengan teknik simak bebas llibat cakap dan teknik catat. Tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung dan teknik ubah ujud, selanjutnya pada tahap penyajian analisis data digunakan metode informal. Data pada penelitian ini diperoleh dari novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami. Penelitian ini menggunakan teori Yoshifumi Hida.

Hasil dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan adverbia

daitai dalam kalimat ada yang letaknya dekat dan terpisah dengan kata yang diterangkannya. Adverbia daitai dapat digunakan untuk menerangkan verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Adverbia daitai dapat berarti hampir, lebih kurang atau kurang lebih, sebagian besar, biasanya, dan lagipula, dimana makna yang terkandung dalam adverbia daitai ini memiliki makna yang menunjukan tingkatan dari suatu keadaan atau perbuatan, menerangkan kuantitas yang berkaitan dengan aktifitas, menyatakan makna kekerapan, dan sebagai penanda kualitas dari suatu hal atau kondisi.


(3)

ABSTRACT

THE USING ANALYSIS OF DAITAI

ADVERB IN

NORUWEI NO

MORI

NOVEL WORK OF HARUKI MURAKAMI

By: Sonya Shintia Dewi Tischa

Key Words : Daitai adverb, utilization and meaning.

The thesis is about daitai adverb in Japanese sentence that is viewed from syntax field. Adverb in Japanese is called fukushi which is an independent world class so that fukushi does not recognize conjugation. Fukushi is an adverb that has function explain word class such as verb, nominal, adjective, numeralia and other adverb. One of adverb in Japanese sentence that can be often found is daitai.

This research is descriptive research type that has a qualitative disposition. The data collecting step used scrutinize method with tapping technique. Then, the researcher continued to do free scrutinize of statement involvement technique and note technique. The data analyzing step is used a distributive method with direct element shared technique and modified element technique. Next, the result of data presenting step is used informal and formal method. The data was gained from Noruwei No Mori that worked by Haruki Murakami. The researcher used Yoshifumi Hida theory.

Based on the data analyzing, the researcher concluded that the position of

daitai adverb can be close or separated with explained word. Daitai adverb is used to explain verb, nominal, adjective, numeralia and other adverb. Daitai adverb can be meant almost, less, most, usually and instead. The meaning of daitai adverb is showing the level of act or situation, explaining a human quantities or things that is related with activities and stating the quality of things from condition.


(4)

要旨

村上春樹

ノル

いう小説

副詞

利用

分析

ソニャ

シン

スチャ

キーワード: い い 副詞 使用 意味

こ 卒業論文 日本語 い い 副詞 シンタクス 研究す

副詞 品詞 一 活用 知 い 副詞 動詞や名詞や形容詞や副詞 説明す 言葉 日本語 副詞 くさ あ そ 一

い い 副詞 あ

こ 研究 記述的 質的 手法 使 い こ 研究 資料 集

metode simak teknik sadap teknik simak bebas libat

cakap 使 当該資料 分析 す metode agih teknik

bagi unsur langsung teknik ubah ujud 使 結果 示す際 metode

informal 使 い こ 研究 資料 ノル 森 いう小説

け 資料 分析す 当 義文飛騨 文献 参考 し

研究 結果 し 使用 副詞 文章 言葉 説明さ 近く 位置

別個 位置 あ 副詞 動詞や名詞や形容詞や副詞 説明す 言葉

い い 副詞 殆 や少量や一般的や通常 さ 持

い い い 副詞 品質 表すや 癖 表すや量 説明す や状態

活動 表す 意味 持 い


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adverbia merupakan kata yang dipakai untuk menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lain. Disamping itu, adverbia termasuk kategori yang dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Fukushi sebagaimana yang dikemukakan Matsuoka dalam Sudjianto (2007:165) adalah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara. Sudjianto dkk (2007:165) mengemukakan pendapatnya bahwa fukushi

juga bisa menerangkan verba, adjektiva-i/na, dan adverbia lain serta nomina.

Fukushi merupakan kata yang pada prinsipnya berfungsi sebagai kata keterangan predikat.

Fukushi sebagai kata keterangan termasuk kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk, yang dengan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi kelas kata yang dapat berubah bentuk yang disebut yoogen. Sudjianto (2003:72-73) menerangkan bahwa fukushi termasuk kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi.

Fukushi sebagai kata keterangan dapat dilihat dari letak atau posisinya dengan kata yang diterangkannya pada suatu kalimat. Sehubungan dengan itu, Sudjianto (2004:89) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:


(6)

Fukushi tidak selalu berdekatan dengan kata yang diterangkannya. Terkadang letak fukushi terpisah dari kata yang diterangkannya, karena terhalangi oleh beberapa kata. Walaupun demikian, fukushi

selalu diletakkan sebelum kata yang diterangkannya itu.

Bahasa Jepang memiliki banyak fukushi, yang dikelompokkan berdasarkan fungsi dan penggunaannya dalam kalimat. Banyak pendapat tentang jenis-jenis

fukushi, perbedaan utamanya terletak pada nama-nama jenis fukushi tersebut.

Fukushi dalam bahasa Jepang mempunyai bermacam jenis berdasarkan fungsinya. Matsuoka dalam Sudjianto (2004:166) membagi fukushi menjadi tiga macam jenis, yaitu: (1) Jootai no Fukushi, yaitu berfungsi untuk menerangkan keadaan verba yang ada pada bagian berikutnya, misalnya: shikkari (to) „(dengan) tegas‟, yukkuri (to) „(dengan) perlahan-lahan‟, hakkiri (to) „(dengan) jelas‟, dan sebagainya. (2)

Teido no Fukushi, yaitu berfungsi untuk menerangkan yoogen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na), menyatakan standar (tingkat, taraf, kualitas, atau derajat) suatu keadaan atau suatu perbuatan, misalnya: sukoshi „sedikit‟, taihen „amat, sangat‟, kanari „cukup‟, taitei „umumnya‟, zutto „terus-menerus‟, dan sebagainya. (3)

Chinjutsu no Fukushi, yaitu fukushi yang memerlukan cara pengucapan khusus, disebut juga jujutsu no fukushi atau koo‟o no fukushi. Contoh adverbia yang temasuk golongan chinjutsu no fukushi, misalnya: kesshite „sama sekali tidak‟,

totemo „sangat‟, marude „sama sekali‟, dooshite „kenapa‟, dan sebagainya.

Fukushi sering dijumpai dalam pemakaian kalimat bahasa Jepang, baik itu dalam tulisan maupun lisan. Salah satunya fukushi daitai yang berarti “hampir,

pada umumnya, sebagian besar, rata-rata, kurang lebih, dan lain-lain”. Daitai

termasuk jenis ryoo no fukushi yaitu, fukushi yang berfungsi untuk menerangkan kuantitas yang berkaitan dengan aktifitas.


(7)

Fukushi daitai „hampir‟ dapat menerangkan beberapa kelas kata seperti verba, adverbia, adjektiva, dan numeralia yang terdapat pada kalimat. Daitai

„hampir‟ yang berfungsi untuk menerangkan kata yang mengikutinya, ada yang letaknya dekat dengan kata yang diterangkannya dan ada juga yang terpisah. Disamping itu, peneliti juga menemukan daitai yang berarti “hampir, pada

umumnya, sebagian besar, rata-rata, kurang lebih, dan lain-lain”, mempunyai makna yang berbeda-beda dalam penggunaannya pada suatu kalimat. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan daitai dalam kalimat bahasa Jepang, berikut contohnya:

1. 宿題 い い終わ

(carty dan okawa, 2004:904)

Shukudai -wa daitai owat -ta. Pekerjaan rumah-TOP hampir selesai-LAMP

„(aku) tadi hampir menyelesaikan pekerjaan rumahku‟.

2. 容 い い前

(Murakami, 1987:90)

Naiyou-wa daitai mae -no onaji -dat -ta.

Isinya -TOP hampir sebelumnya-GEN sama -VB-LAMP „isinya hampir sama dengan (isi surat) sebelumnya‟.

Fukushi daitai pada contoh kalimat (1) dan (2) di atas, daitai memiliki arti

yang sama yaitu „hampir‟, namun makna daitai dari masing-masing kalimat

berbeda.

Pada contoh (1) daitai digunakan untuk menerangkan doushi „verba‟ yaitu

yaitu 終わ owatta„(telah) selesai‟, fukushi daitai yang menerangkan doushi

„verba‟ 終terletak sebelum dengan kata終わ owatta „(telah) selesai‟ yang

diterangkannya. Fukushi daitai ͚hampir͛ pada contoh (1) menerangkan verba


(8)

tetapi pekerjaannya itu belum selesai, karena adanya fukushidaitai͚hampir͛, tetapi tingkat penyelesaiannya tinggal sedikit lagi. Fukushi daitai pada contoh (1) digunakan untuk menerangkan suatu aktifitas yang telah dilakukan, fukushidaitai tersebut berfungsi sebagai penanda kualitas yang menunjukan tingkatan dari suatu aktifitas. Pada contoh (1) tingkat penyelesaian aktifitas itu hampir mendekati penyelesaian.

Fukushi daitai ͚hampir͛ pada contoh (2) menerangkan kata onaji

͚sama͛ pada kalimat 容 い い 前 . Pada kalimat tersebut

letak fukushi daitai͚hampir͛ terpisah dengan kata yang diterangkannya yaitu

onaji ͚sama͛. Kalimat contoh (2) mempunyai arti yang sama dengan kalimat contoh 1 yaitu ͚hampir͛.

Fukushi daitai digunakan untuk menerangkan kata onaji ͚sama͛ yang diikuti oleh verba bantu kala lampau ~datta. Fukushi daitai yang menerangkan kata onaji, berfungsi sebagai penanda kualitas yang lebih menunjukan pada nuansanya, yaitu menyiratkan tentang adanya kemiripan isi antara surat yang sedang dibaca dengan surat sebelumnya. Kemiripan surat tersebut dengan surat sebelumnya tidak mutlak, hal ini dapat dilihat dengan adanya fukushi daitai yang berarti ͚hampir͛.

Berdasarkan contoh (1) dan (2), terlihat bahwa penggunaan fukushi daitai

dalam kalimat, memiliki makna yang berbeda-beda. Peneliti perlu memahami lebih dalam lagi tentang penggunaan fukushi daitai dalam kalimat, baik dari segi struktur maupun maknanya. Oleh karena itu, peneliti ingin membahas lebih dalam


(9)

lagi mengenai penggunaan dan makna dari fukushi daitai yang terdapat dalam novel ͞Noruwei no Mori͟ karya Haruki Murakami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan fukushi daitai dalam novel Noruwei no Mori

karya Haruki Murakami?

2. Apa saja makna yang terdapat pada penggunaan fukushi daitai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam sebuah penelitian, yaitu untuk menjawab pertanyaan yang dikemukan dalam rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menjelaskan penggunaan fukushi daitai dalam Noruwei no Mori karya Haruki Murakami.

2. Mengetahui dan menjelaskan makna apa saja yang terdapat pada penggunaan fukushidaitai Noruwei no Mori karya Haruki Murakami. 1.4 Batasan Penelitian

Fukushi daitai termasuk ke dalam jenis ryoo no fukushi, yaitu fukushi yang digunakan untuk menerangkan kuantitas yang berkaitan dengan aktifitas. Penelitian ini dibatasi pada analisis penggunaan dan makna fukushi daitai yang


(10)

ada pada novel “Noruwei no Mori” karya Haruki Murakami, dimana novel

terjemahannya berjudul “Norwegian Wood”.

Haruki Murakami merupakan novelis terkemuka di dunia. Novel “Noruwei no Mori” merupakan karya novel keempatnya yang telah terjual lebih dari dua juta eksemplar. Novel “Noruwei no Mori” merupakan novel yang sudah

diliriskan menjadi sebuah film. Peneliti memilih data dari novel tersebut, karena banyak penggunaan fukushi daitai, serta makna yang terkandung dari fukushi

tersebut dalam penggunaan kalimat sesuai konteksnya. Peneliti mengharapkan nantinya dapat mengetahui bagaimana penggunaan serta makna yang terdapat pada fukushi daitai.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti dan pembelajar bahasa Jepang tentang penggunaan dari

fukushi daitai, juga makna yang terkandung pada penggunaannya dalam kalimat. Menambah referensi untuk pengembangan linguistik Jepang yang dapat dilanjutkan dengan sudut pandang yang berbeda.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Menurut Subroto (2007:10) penelitian kualitatif adalah penelitian terhadap segi-segi bahasa tertentu dalam rangka menemukan pola-pola atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur bahasa. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini dapat memberikan ciri-ciri, sifat-sifat dan gambaran data melalui pemilihan data.


(11)

Menurut Djajasudarma (2006:17) pemilihan data dapat dilakukan setelah data sudah terkumpul. Metode penelitian ini meliputi tiga tahap upaya penelitian, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

1.6.1 Tahap Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode observasional atau metode simak. Pada tahap pengumpulan data ini menurut Kesuma (2007:43), teknik dasarnya adalah teknik sadap, yaitu pelaksanaan metode dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang, yang dapat berbentuk lisan atau tulisan.

Untuk teknik lanjutannya, yaitu dengan menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Teknik ini dapat dilakukan dengan penjaringan data yang menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpatisipasi dalam proses pembicaraan. Untuk teknik catat, yaitu teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan kartu data pada kartu data (Kesuma, 2007:44-45).

1.6.2 Tahap Analisis Data

Peneliti menggunakan metode agih atau disebut juga dengan metode distribusional. Metode agih menurut Sudaryanto dalam Kesuma (2007:54) adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti.

Teknik dasar yang digunakan dalam metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian atau unsur-unsur itu


(12)

dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:55). Unsur yang dibagi dalam penelitian ini berupa konstruksi kalimat bahasa Jepang.

Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ubah ujud, yaitu teknik analisis data dengan cara mengubah wujud atau bentuk satuan kebahasaan yang dianalisis (Kesuma, 2007:63). Teknik analisis ini digunakan untuk menentukan satuan makna atau peran konstituen sintaksis yang mengacu pada fukushi daitai

dalam kalimat bahasa Jepang.

1.6.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu penyajian hasil data secara formal dan informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan memaparkan kata-kata. Penyajian hasil analisis data secara formal yaitu perumusan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:14). Penelitian ini menggunakan tahap penyajian hasil analisis data secara formal dan informal.

1.7 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mencari tahu apakah penelitian ini sudah ada yang membahas sebelumnya. Sejauh penelusuran yang peneliti lakukan, peniliti telah mencari dan membaca penelitian yang sama dengan tema penelitian ini yaitu mengenai adverbia (fukushi) sebagai referensi adalah sebagai berikut:

Fornando (2006), membahas tentang adverbia kitto, kanarazu, dan


(13)

menganalisis fungsi adverbia kitto, kanarazu, dan mochiron dengan pendekatan sintaksis.

Nasra (2010), membahas adverbia totemo dan taihen yang menyatakan tingkat, derajat suatu keadaan yang bersifat berlebihan, dengan memaparkannya lewat kajian sinonim. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan semantik. Pengumpulan data di sini menggunakan metode simak (baca) dengan teknik cakap. Pada tahap analisis data menggunakan metode distribusional dengan teknik ganti atau substitusi. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitiannya, yaitu penggunaan adverbia totemo dan taihen masuk dalam kelas kata teido no fukushi.

Ainun (2010), membahas fukushi „adverbia‟ naze, dooshite, dan nande. Adverbia naze, dooshite, dan nande tersebut masuk pada jenis chinjutsu no fukushi yang berdasarkan bentuk kalimatnya merupakan golongan kata keterangan yang berpasangan dengan pertanyaan (gimon). Penelitiannya dilakukan melalui tinjauan pragmatik. Dalam penelitian ini, menggunakan teori aspek-aspek situasi tutur yang dikemukakan oleh Leech. Data yang digunakan dalam penelitian ini, diambil dari beberapa novel Jepang. Tahap pengumpulan datanya menggunakan metode simak dengan teknik sadap, dengan menyadap penggunaan bahasa secara tertulis, dilanjutkan dengan teknik catat, lalu dilanjutkan dengan pengklasifikasian data. Pada tahap analisis data digunakan metode padan yaitu dengan teknik pilah unsur penentu, yang dilanjutkan dengan teknik padan pragmatis.

Berdasarkan hasil dari beberapa tinjauan pustaka di atas, penelitian akan peneliti lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Penelitian ini membahas objek kajian tentang fukushi daitai yang termasuk ke dalam jenis ryoo


(14)

no fukushi, untuk mengetahui penggunaan serta makna yang terdapat pada penggunaan fukushi daitai.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyajian penelitian ini terdiri dari empat bab, pertama bab I yang memuat pendahuluan objek penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penellitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II mengenai kerangka teori yang membahas tinjauan pustaka dan landasan teori penelitian seperti konsep dan kerangka teori. Bab III menjelaskan tentang analisis data yang menjadi objek penelitian, dimana pada bab ini akan dijelaskan penggunaan

fukushi daitai, serta apa saja makna yang terdapat pada penggunaan fukushi daitai. Bab IV mengenai penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran terhadap penelitian.


(1)

lagi mengenai penggunaan dan makna dari fukushi daitai yang terdapat dalam novel ͞Noruwei no Mori͟ karya Haruki Murakami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan fukushi daitai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami?

2. Apa saja makna yang terdapat pada penggunaan fukushi daitai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam sebuah penelitian, yaitu untuk menjawab pertanyaan yang dikemukan dalam rumusan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menjelaskan penggunaan fukushi daitai dalam Noruwei no Mori karya Haruki Murakami.

2. Mengetahui dan menjelaskan makna apa saja yang terdapat pada penggunaan fukushi daitai Noruwei no Mori karya Haruki Murakami.

1.4 Batasan Penelitian

Fukushi daitai termasuk ke dalam jenis ryoo no fukushi, yaitu fukushi yang digunakan untuk menerangkan kuantitas yang berkaitan dengan aktifitas. Penelitian ini dibatasi pada analisis penggunaan dan makna fukushi daitai yang


(2)

ada pada novel “Noruwei no Mori” karya Haruki Murakami, dimana novel terjemahannya berjudul “Norwegian Wood”.

Haruki Murakami merupakan novelis terkemuka di dunia. Novel “Noruwei no Mori” merupakan karya novel keempatnya yang telah terjual lebih dari dua juta eksemplar. Novel “Noruwei no Mori” merupakan novel yang sudah diliriskan menjadi sebuah film. Peneliti memilih data dari novel tersebut, karena banyak penggunaan fukushi daitai, serta makna yang terkandung dari fukushi tersebut dalam penggunaan kalimat sesuai konteksnya. Peneliti mengharapkan nantinya dapat mengetahui bagaimana penggunaan serta makna yang terdapat pada fukushi daitai.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti dan pembelajar bahasa Jepang tentang penggunaan dari fukushi daitai, juga makna yang terkandung pada penggunaannya dalam kalimat. Menambah referensi untuk pengembangan linguistik Jepang yang dapat dilanjutkan dengan sudut pandang yang berbeda.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Menurut Subroto (2007:10) penelitian kualitatif adalah penelitian terhadap segi-segi bahasa tertentu dalam rangka menemukan pola-pola atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur bahasa. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena dalam penelitian ini dapat memberikan ciri-ciri, sifat-sifat dan gambaran data melalui pemilihan data.


(3)

Menurut Djajasudarma (2006:17) pemilihan data dapat dilakukan setelah data sudah terkumpul. Metode penelitian ini meliputi tiga tahap upaya penelitian, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

1.6.1 Tahap Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode observasional atau metode simak. Pada tahap pengumpulan data ini menurut Kesuma (2007:43), teknik dasarnya adalah teknik sadap, yaitu pelaksanaan metode dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang, yang dapat berbentuk lisan atau tulisan.

Untuk teknik lanjutannya, yaitu dengan menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Teknik ini dapat dilakukan dengan penjaringan data yang menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpatisipasi dalam proses pembicaraan. Untuk teknik catat, yaitu teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan kartu data pada kartu data (Kesuma, 2007:44-45).

1.6.2 Tahap Analisis Data

Peneliti menggunakan metode agih atau disebut juga dengan metode distribusional. Metode agih menurut Sudaryanto dalam Kesuma (2007:54) adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti.

Teknik dasar yang digunakan dalam metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu teknik analisis data dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian atau unsur-unsur itu


(4)

dipandang sebagai bagian atau unsur yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:55). Unsur yang dibagi dalam penelitian ini berupa konstruksi kalimat bahasa Jepang.

Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ubah ujud, yaitu teknik analisis data dengan cara mengubah wujud atau bentuk satuan kebahasaan yang dianalisis (Kesuma, 2007:63). Teknik analisis ini digunakan untuk menentukan satuan makna atau peran konstituen sintaksis yang mengacu pada fukushi daitai dalam kalimat bahasa Jepang.

1.6.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu penyajian hasil data secara formal dan informal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan memaparkan kata-kata. Penyajian hasil analisis data secara formal yaitu perumusan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:14). Penelitian ini menggunakan tahap penyajian hasil analisis data secara formal dan informal.

1.7 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk mencari tahu apakah penelitian ini sudah ada yang membahas sebelumnya. Sejauh penelusuran yang peneliti lakukan, peniliti telah mencari dan membaca penelitian yang sama dengan tema penelitian ini yaitu mengenai adverbia (fukushi) sebagai referensi adalah sebagai berikut:

Fornando (2006), membahas tentang adverbia kitto, kanarazu, dan mochiron dalam cerpen Akugatawa ; kajian struktur. Dalam penelitiannya


(5)

menganalisis fungsi adverbia kitto, kanarazu, dan mochiron dengan pendekatan sintaksis.

Nasra (2010), membahas adverbia totemo dan taihen yang menyatakan tingkat, derajat suatu keadaan yang bersifat berlebihan, dengan memaparkannya lewat kajian sinonim. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan semantik. Pengumpulan data di sini menggunakan metode simak (baca) dengan teknik cakap. Pada tahap analisis data menggunakan metode distribusional dengan teknik ganti atau substitusi. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitiannya, yaitu penggunaan adverbia totemo dan taihen masuk dalam kelas kata teido no fukushi.

Ainun (2010), membahas fukushi „adverbia‟ naze, dooshite, dan nande. Adverbia naze, dooshite, dan nande tersebut masuk pada jenis chinjutsu no fukushi yang berdasarkan bentuk kalimatnya merupakan golongan kata keterangan yang berpasangan dengan pertanyaan (gimon). Penelitiannya dilakukan melalui tinjauan pragmatik. Dalam penelitian ini, menggunakan teori aspek-aspek situasi tutur yang dikemukakan oleh Leech. Data yang digunakan dalam penelitian ini, diambil dari beberapa novel Jepang. Tahap pengumpulan datanya menggunakan metode simak dengan teknik sadap, dengan menyadap penggunaan bahasa secara tertulis, dilanjutkan dengan teknik catat, lalu dilanjutkan dengan pengklasifikasian data. Pada tahap analisis data digunakan metode padan yaitu dengan teknik pilah unsur penentu, yang dilanjutkan dengan teknik padan pragmatis.

Berdasarkan hasil dari beberapa tinjauan pustaka di atas, penelitian akan peneliti lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Penelitian ini membahas objek kajian tentang fukushi daitai yang termasuk ke dalam jenis ryoo


(6)

no fukushi, untuk mengetahui penggunaan serta makna yang terdapat pada penggunaan fukushi daitai.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyajian penelitian ini terdiri dari empat bab, pertama bab I yang memuat pendahuluan objek penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penellitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II mengenai kerangka teori yang membahas tinjauan pustaka dan landasan teori penelitian seperti konsep dan kerangka teori. Bab III menjelaskan tentang analisis data yang menjadi objek penelitian, dimana pada bab ini akan dijelaskan penggunaan fukushi daitai, serta apa saja makna yang terdapat pada penggunaan fukushi daitai. Bab IV mengenai penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran terhadap penelitian.


Dokumen yang terkait

Analisis Makna Kalimat Dugaan YŌ dan SŌ dalam Novel "Noruwei Mori" Karya Haruki Murakami

2 58 49

Penggunaan Tenka no Setsuzokushi dalam Novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami.

6 23 41

Penggunaan Sentaku no Setsuzokushi Aruiwa dan Soretomo dalam Novel Norwei no Mori Karya Haruki Murakami.

3 21 37

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 1 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 1

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 7 8

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 15

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki Chapter III IV

0 0 19

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 2

Analisis Nilai Pragmatik Dalam Novel “Norwegian Wood” Karya Haruki Murakami Haruki Murakami No Sakuhin “Noruwei No Mori” To Iu Shousetsu Ni Okeru Puragumatikku Kachi No Bunseki

0 0 5