PENGEMBANGAN TAMAN SARI GUA SUNYARAGI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON.
PENGEMBANGAN TAMANSARI GUA SUNYARAGI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata
Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Disusun Oleh :
DINI NURHANA
0901059
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(2)
Pengembangan Tamansari Gua
Sunyaragi sebagai Daya Tarik Wisata
Budaya di Kota Cirebon
Oleh Dini Nurhana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dini Nurhana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
(3)
DINI NURHANA 0901059
PENGEMBANGAN TAMANSARI GUA SUNYARAGI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I
Prof.Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd NIP. 19620512 198703 1 002
Pembimbing II
Drs. H. Gumelar S. Sastrayuda, CTM
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure
(4)
ABSTRAK
PENGEMBANGAN TAMAN SARI GUA SUNYARAGI SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KOTA CIREBON
Oleh : Dini Nurhana 0901059
Skripsi ini dibimbing oleh:
Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd Drs. H. Gumelar. S. Sastrayuda. CTM
Kota Cirebon merupakan daerah tujuan wisata yang cukup populer dengan
segala potensi yang dimilikinya Berdasarkan data Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon bahwa Tamansari Gua Sunyaragi merupakan salah satu benda cagar budaya. Potensi budaya yang dimiliki oleh Gua Sunyaragi belum dikembangkan secara maksimal. Padahal dengan pengembangan ini akan memberi dampak positif, baik itu masyarakat sekitar, pengelola maupun pemerintah sebagai daya tarik wisata budaya.
Metode dari penelitian ini metode deskriptif melalui pendekatan survey. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah Insidental Sampling di mana sebanyak 100 wisatawan yang sedang berkunjung ke Tamansari Gua Sunyaragi sebagai responden. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik pengukuran skala likert.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan Tamansari Gua Sunyaragi memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan wisata budaya. Respon dari wisatawan mengenai pengembangan Gua Sunyaragi ini disambut dengan baik karena pengembangan pariwisata dapat meningkatkan pelestarian budaya. Pemerintah juga sangat mendukung baik terhadap pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai Daya Tarik Wisata Budaya. Penelitian ini juga menghasilkan 8 program aktivitas wisatawan dalam upaya mengembangkan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya. Serta mengoptimalkan zonasi sebagai upaya Pelestarian Cagar Budaya, kebijakan tersebut berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
(5)
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF TAMAN SARI GUA SUNYARAGI AS THE CULTURAL TOURISM ATTRACTION IN CIREBON
By : Dini Nurhana 0901059
The thesis guided by :
Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd Drs. H. Gumelar. S. Sastrayuda. CTM
Cirebon city is a tourist destination where quite popular with all its potential. Based on data of Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, Tamansari Gua Sunyaragi is one of objects of cultural heritage. Cultural potential who owned by Gua Sunyaragi not yet developed maximally. Whereas with this development will give positive impact, either it the local community, management and the government as a cultural tourism attraction.
The method of study is a descriptive with survey approach. The collected data method used literature study, observation, interview, documentation and questionnaire. The sample method used insidental sampling by using 100 tourists who were visiting Tamansari Gua Sunyaragi as respondents. In analyzing the data, the writer used a Likert scale of measurement techniques.
Based on this research, it is known that Tamansari Gua Sunyaragi has good potential to be developed become a tourist area cultural. The response from the community of on the development of Gua Sunyaragi are welcomed. Because the development of tourism can improve cultural preservation. The Government also very supports the development of Tamansari Gua Sunyaragi as cultural tourism attraction. This research also resulting 8 tourist activity program in order to develop Tamansari Gua Sunyaragi as a cultural tourism attractions. Zoning as well as optimize the Heritage Conservation efforts, the policy based on Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 about Cultural Heritage.
Key Words: Tamansari Gua Sunyaragi, Development, Cultural Tourism Attraction.
(6)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Hal ini karena Pariwisata merupakan ujung tombak dari kemajuan perekonomian suatu Negara.
Pariwisata berkembang sangat cepat dan telah menjadi stimulus pembanguna bangsa. Menurut Hermanto (2011:11) menyatakan bahwa ilmu pariwisata adalah imu pengetahuan yang memiliki banyak keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya. Berdasarkan disiplin ilmu lain dalam pengembangan pariwisata telah menyebabkan ilmu pariwisata menjadi sangat berkembang. Ilmu pariwisata kemudian berkembang tidak hanya sekedar sebagai sebuah ilmu yang belajar meracik masakan, menyediakan jasa akomodasi dan mengatur perjalanan saja, namun dapat melengkapi dirinya dengan berbagai bidang keilmuan lainnya seperti ekonomi, sosial, lingkungan, sejarah, dan bahkan ilmu geografi.
Menurut Koentjaraningrat (1980) dalam Soelaeman (2010:21)
“budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budidaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, jadi kebudayaan” berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Dalam pariwisata, budaya dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata budaya. Pariwisata budaya pada intinya merupakan jenis pariwisata yang menawarkan kebudayaan yang berupa atraksi budaya baik yang bersifat tangible atau konkret maupun intangible atau abstrak, juga yang bersifat living culture (budaya yang masih berlanjut)
(7)
dan cultural heritage (warisan budaya masa lalu), sebagai daya tarik utama untuk menarik kunjungan wisatawan.
Dalam living culture, unsur–unsur yang bisa dijadikan sebagai daya tarik antara lain tradisi suatu suku bangsa tertentu, upacara dan ritual keagamaan (living monument), seni pertunjukan, dan sebagainya. Sedangkan dalam cultural heritage, daya tarik yang ditawarkan dapat berupa benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala, lanskap budaya, dan sebagainya.
Dewasa ini kondisi masyarakat dunia dan masyarakat Indonesia yang sedang mengalami perubahan mengahadapi tata hubungan antar bangsa yang semakin terbuka dan bebas. Hal ini mendorong perlunya perubahan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Arus informasi budaya yang datang dari luar semakin meningkat dan tidak dapat dicegah sehingga apabila tidak waspada, dikhawatirkan akan mengancam ketahanan budaya bangsa. Oleh karena itu, upaya untuk memperkuat ketahanan budaya menjadi salah satu tugas penting dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata.
Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang berada di Jawa Barat, terletak di pesisir pantai bagian utara Pulau Jawa dan merupakan daerah lintas perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki keraton. Empat buah keraton yang berada di Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan dan Keraton Kaperabonan sangat mempengaruhi kebudayaan di wilayah Cirebon selain itu kebudayaan masyarakat pesisir yang telah lama tumbuh dan berkembang mempengaruhi pula kehidupan masyarakat Cirebon.
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Cirebon, jumlah dari bangunan/benda cagar budaya yang berada di Cirebon
(8)
pada saat ini berjumlah 54 (lima puluh empat) buah. Benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan memiliki keunikan yang tersendiri, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Benda cagar budaya dapat pula diartikan sebagai benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Tamansari Gua Sunyaragi merupakan salah satu benda cagar budaya yang berada di Kota Cirebon. Gua Sunyaragi dapat pula disebut taman air gua Sunyaragi karena pada jaman dahulu kompleks gua tersebut dikelilingi oleh danau yaitu Danau Jati selain itu gua tersebut banyak terdapat air terjun buatan sebagai penghias gua tersebut. Gua Sunyaragi merupakan salah satu bagian dari keraton Pakungwati sekarang bernama keraton Kasepuhan. Sunyaragi berasal dari kata sunya yang artinya adalah sepi dan ragi yang berarti raga, karena tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para sultan dan keluarganya.
Tamansari Gua Sunyaragi tak ubahnya seperti gua-gua besar dipenuhi dengan lorong-lorong sempit. Lorong-lorong, dulunya dipakai sebagai tempat bertapa atau sekadar mencari ketenangan jiwa. Ditambah lagi, suasana di taman memang sepi karena jauh dari rumah masyarakat. Sampai saat ini Gua Sunyaragi masih menjadi tempat tujuan bagi para wisatawan lokal sebagai daya tarik wisata sejarah. Masih banyak masyarakat Cirebon kurang mengetahui sejarah maupun cerita-cerita dan keindahan arsitektur Gua Sunyaragi sebagai peninggalan sejarah Kota Cirebon. Gua Sunyaragi yang perlu dilestarikan dengan baik dan dimafaatkan untuk pengembangan dan manfaat bagi generasi selanjutnya.
(9)
Kondisi Gua Sunyaragi pada saat ini amat memprihatinkan, karena terdapat beberapa fasilitas yang kurang terawat. Potensi yang dimiliki oleh Gua Sunyaragi belum dikembangkan secara maksimal. Padahal dengan pengembangan ini akan memberi dampak positif bagi berbagai pihak, baik itu masyarakat sekitar, pengelola maupun pemerintah dan yang paling penting adalah lestarinya peninggalan sejarah yang merupakan warisan budaya untuk kemajuan pariwisata Indonesia.
Pemerintah Daerah Kota Cirebon belum optimal dalam melestarikan dan memanfaatkan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata. Kondisi tersebut berdampak kepada terpilihnya Tamansari Gua Sunyaragi sebagai salah satu daya tarik wisata budaya berharga bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut yang menjadikan penulis bermaksud untuk menganalisis perkembangan Tamansari Gua Sunyaragi Kota Cirebon dari segi aspek potensinya, Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon”. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Potensi apa saja yang dimiliki Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya?
2. Bagaimanakah pengembangan wisata Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya di Kota Cirebon?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai benda cagar budaya di Kota Cirebon?
(10)
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang serta rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini, antara lain : 1. Mengidentifikasi potensi apa yang dimiliki Gua Sunyaragi sebagai daya
tarik wisata budaya.
2. Menganalisis pengembangan Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya di Kota Cirebon.
3. Menganalisis peran pemerintah dalam pengembangan Gua Sunyaragi sebagai benda cagar budaya di Kota Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah terutama Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Cirebon dalam mengambil kebijakan dan mendukung perkembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya di Kota Cirebon.
3. Bagi masyarakat, sebagai sarana dalam menumbuhkan kesadaran dan kepedulian akan budaya lokal dan pariwisata serta sarana informasi dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
4. Bagi Tamansari Gua Sunyaragi Kota Cirebon, hasil penelitian ini dapat membantu memberikan masukan dan memperkenalkan nilai-nilai budaya sebagai daya tarik dan kepedulian akan pemeliharaan warisan
(11)
cagar budaya pariwisata lokal, serta peningkatan kualitas pembangunan budaya dan pariwisata yang berkelanjutan.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pembaca dalam menafsirkan penelitian yang berjudul Pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi Sebagai Daya
Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon. Maka adapun definisi
operasionalnya adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan
Pengembangan, dimaksudkan sebagai suatu perubahan yang menuju kearah yang lebih maju atau lebih baik. Sedangkan pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas daya tarik wisata Tamansari Gua Sunyaragi.
2. Tamansari Gua Sunyaragi
Tamansari Gua Sunyaragi adalah sebuah gua yang berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon dimana terdapat bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebgaai Tamansari Sunyaragi. Nama "Sunyaragi" berasal dari kata "sunya" yang artinya adalah sepi dan "ragi" yang berarti raga, keduanya adalah bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya. Tamansari Gua
Sunyaragi dibangun pada tahun 1703 M, oleh Pangeran Kakarangan (bergelar Arya Cirebon).
(12)
3. Daya Tarik Wisata
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009, Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
4. Wisata Budaya
Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Budaya telah mewariskan banyak hal, seperti bahasa, adat istiadat, nilai-nilai, ketrampilan, sejarah lisan, hingga monument dan objek yang bernilai historis.
5. Benda Cagar Budaya
Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. (Undang-Undang No.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya).
(13)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Tamansari Gua Sunyaragi yang berada di sisi By Pass Jalan Brigjen Dharsono, sebuah kompleks situs seluas 1,5 ha. Secara administratif Tamansari Gua Sunyaragi terletak di Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini berada pada koordinat 6044’ 11’’ LS dan 108032’ 37’’ BT.
Gambar 3.1. Lokasi Tamansari Gua Sunyaragi Sumber: Google Map, 2013
Secara administratif batas-batas Situs Gua Sunyaragi, sebagai berikut: Batas sebelah utara : Eks. Pujagalana
(14)
Batas sebelah timur : Pemukiman penduduk Batas sebelah selatan : Pemikiman penduduk Batas sebelah Barat : Jl. Brigjen Dharsono
B. Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. (Sugiyono, 2010:6)
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan survey. Metode survey merupakan suatu metode untuk memperoleh data yang ada saat penelitian dilakukan (Soehatono, 1995:9,25). Survey deskriptif yaitu memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antar dua gejala atau lebih.
Metode deskriptif lebih menekankan pada suatu studi untuk memperoleh informasi mengenai gejala yang muncul saat penelitian berlangsung. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh.Nazir, 2003:54).
Metode ini ditujukan pada arah dari penelitian yang akan mengemukakan potensi Tamansari Gua Sunyaragi. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambar sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.
(15)
Dalam suatu penelitian terdapat variable yang diteliti. Menurut Sugiyono (2010:60) bahwa “Variable adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti utnuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Karena penelitian ini bersifat deskriptif maka variabel penelitian ini bersifat operasional. Berikut ini variabel operasional :
Tabel 3.1 Variabel Penelitian Variabel Operasionalisasi
variabel
Indikator
Sosial - Budaya
Budaya dan pasar seni Sarana pengembangan dan promosi yang menyediakan berbagai macam kerajinan tangan khas etnik budaya Cirebon.
Atraksi seni budaya Seni pertunjukan : musik tadisional gamelan, tari topeng, seni pencak silat.
Kondisi alam Panorama alam yang indah.
Sejarah & Benda Cagar Budaya
Situs atau bangunan benda bersejarah.
Kondisi sosial Peran masyarakat.
Promosi Peningkatan potensi wisata
melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Fisik Ketersediaan Fasilitas Sarana dan prasarana. Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2013
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti, disebut populasi (Irawan, 2005:57). Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
(16)
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh subyek atau obyek yang berpengaruh dalam pengembangan wisata budaya di Tamansari Gua Sunyaragi subyeknya adalah wisatawan yang berkunjung ke Gua Sunyaragi sedangkan obyeknya adalah kawasan wisata Gua Sunyaragi itu sendiri serta bangunan benda cagar budaya yang berada di Gua Sunyaragi.
2. Sampel
Sedangkan sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh popolasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah wisatawan yang datang ke Tamansari Gua Sunyaragi. Umar (2003:59) untuk menghitung besarnya ukuran sampel dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin yaitu dengan rumus :
Keterangan :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (e = 0,1)
Data Pengunjung Wisatawan Tahun 2012
2
1
Ne
N
n
(17)
Sumber: Laporan hasil kegiatan juru pelihara Tamansari Gua Sunyaragi, 2013
Dari jumlah populasi tersebut dengan batas ketelitian sebesar 10%, maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar :
10.572
n = = 99,06 orang = 100 orang (dibulatkan) 1 + 10. 572 (0,1)2
Berdasarkan rumus Slovin di atas dengan populasi sebanyak 10.572 orang, dengan nilai kritis atau batas ketelitian yang diinginkan 10%, maka jumlah sampel yang layak dibulatkan menjadi 100 orang responden. Pendapat respoden di Tamansari Gua Sunyaragi sangatlah berpengaruh pada pengembangan karena mengampil pendapat dan opini yang berasal dari responden wisatawan yang datang berwisata ke Tamansari Gua Sunyaragi tersebut.
3. Teknik Sampling
Menurut Goode (1952:22), terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu :
a. Sampel harus mewakili (representatife). b. Besarnya sampel harus memadai.
Menurut Sugiyono (2010:122), “Non Probability sampling
merupakan pengambilan teknik pengambilan yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Insidental sampling. Menurut Sugiyono (2010:124) bahwa teknik insidental adalah suatu
Jan Feb Maret Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jumlah 1.069 1.102 767 733 971 1.037 433 705 634 624 588 1.909 10.572
(18)
secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai data. Disini penulis hanya memberikan kuesioner kepada wisatawan yang sedang berkunjung ke Tamansari Gua Sunyaragi yang secara kebetulan penulis temui.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sebagai bahan baku penelitian, data mutlak diperlakukan dan kebenarannya harus dapat dipercaya. Data dari sudut ilmu sistem informasi adalah suatu fakta dan angka yang relatif belum dapat dimanfaatkan oleh pemakai. Oleh karena itu, data harus diproses terlebih dahulu agar menghasilkan output (informasi) yang berguna bagi pihak yang memerlukan.
Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan untuk keperluan penelitian dimana data yang terkumpul. Untuk kepentingan penelitian ini, jenis dan sumber data dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penyebaran kuesioner kepada responden yang dianggap telah memiliki populasi. (Husain Umar, 2002:64). Melakukan pengamatan langsung terhadap Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata dapat sesuai dengan tujuan dan kajian penulisan. Mengkaji ada ketentuan yang ada kajiannya dengan judul.
a. Observasi Lapangan
Teknik ini dimaksudkan untuk peneliti mencari data tertulis maupun dokumentasi secara langsung. Proses pengamatan terdiri
(19)
dari persiapan, memasuki lingkungan penelitian, memulai interaksi, pengamatan dan pencatatan serta menyelesaikan tugas lapangan. b. Studi Dokumentasi
Dalam media dokumentasi peneliti dapat mengambil gambar sebagai perbandingan dan pengolahan suatu perencanaan antara sebelum dan sesudah direncanakan.
c. Wawancara
Dalam sebuah wawancara penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jawaban dari pertanyakan yang kita utarakan secara langsung kepada pihak-pihak terkait dan sekiranya dapat membantu penelitian. Dalam hal ini yang menjadi narasumber adalah pengelola dari Gua Sunyaragi yaitu Keraton Kasepuhan Cirebon, Yayasan Budaya Sunyaragi, dan Dinas Pemuda, Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon.
d. Kuesioner
Kuesioner adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2010:199). Kuesioner tersebut dibagikan kepada para wisatawan yang datang ke Tamansari Gua Sunyaragi Kota Cirebon. Kuesioner yang disebarkan menggunakan model pengskalaan menggunakan skala Likert, merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei, dimana setiap pilihan terdiri dari lima kategori yang bernilai skala sebagai berikut :
TABEL 3.3
POLA SKORING KUESIONER SKALA LIKERT
No Pilihan Jawaban Skor
1 Sangat setuju/selalu/sangat positif 5
(20)
3 Ragu-ragu/kadang-kadang/netral 3
4 Tidak setuju/hamper tidak pernah/negatif 2
5 Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat negatif 1 Sumber : Sugiono, 2010
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sebelumnya, diperoleh dari pihak lain yang berasal dari buku-buku, literature, artikel, dan tulisan-tulisan ilmiah (Husain Umar, 2002:84).
Studi Literatur yaitu pengumpulan data sekunder dengan cara mempelajari buku, majalah ilmiah atau jurnal, home page/web site guna memperoleh informasi yang berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep terutama dengan pengembangan potensi budaya. Teknik pengumpulan data disusun agar data yang diperlukan diperoleh secara sistematis dan untuk membedakan sumber data yang diperlukan. Data yang diperlukan dalam melengkapi penelitian ini dari berbagai sumber.
F. Alat Pengumpulan Data.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman wawancara yang digunakan untuk mengamati kondisi fisik dan pendapat rekomendasi.
2. Camera digital untuk mengambil kondisi aktual Tamansari Gua
Sunyaragi dan juga kuesioner yang disebarkan di Tamansari Gua Sunyaragi Kota Cirebon.
G. Teknik Analisis Data
(21)
Menurut (Miles dan Huberman, 1984) dalam Sugiyono (2010:337), untuk menganalisis dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikit :
1. Pengumpulan data atau informasi
Pengumpulan data atau informasi melalui wawancara, kuisioner, literature, dokumentasi maupun observasi langsung.
2. Reduksi (data reduction)
Langkah ini adalah informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
3. Penyajian (data display)
Setelah informasi dipilih maka disajikan bisa dalam bentuk tabel, grafik, phie, chard, pictogram ataupun uraian penjelasan.
4. Penarikan kesimpulan (verification)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan kredibel.
b) Analisis Persepsi Wisatawan
Adapun langkah-langkah penyusunan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pedoman perancangan kesioner yang dikemukakan oleh Malhotra (2005:325) sebagai berikut:
1. Menentukan informasi yang dibutuhkan.
2. Menentukan tekhnik pengelolaan kesioner yang digunakan. 3. Menentukan nilai masing-masing jawaban.
(22)
4.Merancang pertanyaan untuk mengatasi ketidakmampuan dan ketidaksediaan responden menjawab.
5. Membuat keputusan mengenai stuktur pertanyaan. 6. Menentukan susunan kata dari pertanyaan
7. Mengurutkan pertanyaan dalam urutan yang sesuai. 8. Mengindentifikasi bentuk dan layout kuesioner. 9. Memperbanyak kuesioner.
10.Survey lapangan. 11. Analisis data.
12. Interpretasi data hasil analisis.
Menurut Sugiyono (2007:50) dalam analisis persepsi wisatawan yaitu melakukan penyebaran kuesioner yang di dalamnya terdapat seperangkat daftar pertanyaan tertulis kepada responden (Sample Penelitian). Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran skala likert dengan penetuan skoring menggunakan teknik pair comparison serta dengan rating scale. Skala likert digunakan untuk mengkur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya digunakan sebagai variabel penelitian.
Untuk menganalisis variable kondisi aktual dan kondisi sosial di Tamansari Gua Sunyaragi dilihat dari kecenderungan jawaban responden yang dimasukan dalam skala jawaban sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Karena data ini berskala ordinal, maka selanjutnya nilai-nilai dari alternatif tersebut dijumlahkan untuk setiap responden. Menurut Sugiyono (2004:89), mengatakan bahwa
(23)
Tabel 3.4 Skala Likert
Alternatif Jawaban Skala
Sangat Baik/Sangat Setuju Baik/Setuju
Cukup/Biasa saja Buruk/Tidak Setuju
Sangat Buruk/Sangat Tidak Setuju
5 4 3 2 1 Sumber : Sugiyono, 2004
Setelah itu dilakukan analisis likert yang dimana diperuntukan untuk mendapatkan kesimpulan dari analisis persepsi wisatawan. Cara pengukuran berdasarkan sebuah pertanyaan seperti alternatif skor di tabel 3.4, dan skor yang digunakan biasanya berada pada rentang 1-5. Untuk pertanyaan positif responden menjawab “sangat setuju”, sedangkan pertanyaan negatif responden menjawab “sangat tidak setuju”.
Untuk mendapatkan kesimpulan maka dibutuhkan beberapa langkah sehingga mendapatkan kesimpulan yang pas, karena menggunakan skala Likert maka dibutuhkan hitungan yang pas untuk mendapatkan kesimpulan. Sebelum mengoprasikan perhitungan likert sebaiknya mencari nilai terendah, nilai tertinggi, nilai terendah dan interval. Teknis analisis kuisioner dilakukan karena adanya permintaan wisatawan, kebutuhan dan keinginan. Peneliti menggunakan kuisioner untuk merencanakan fasilitas yang berdasarkan keinginan atau kebutuhan wisatawan.
(24)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tamansari Gua Sunyaragi memiliki potensi yaitu benda cagar budaya yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata budaya. Kondisi situs dan keragaman aspek objek seni dan budaya yang dimiliki Tamansari Gua Sunyaragi merupakan daya tarik untuk pengembangan menjadi sebuah kawasan wisata.
2. Konsep pengembangan yang diterapkan di Tamansari Gua Sunyaragi diantaranya seperti pengembangan fasilitas bagi wisatawan yang memadai untuk memudahkan wisatawan, pengembangan aktivitas wisatawan juga dapat dilakukan dalam bentuk paket wisata, seperti kegiatan bermain gamelan, menari topeng, mengikuti pelatihan pencak silat, belajar sejarah cerita Gua Sunyaragi, phothography, dan lain sebagainya. Kemudian, konsep zonasi untuk memelihara daya dukung kawasan ini sangat diperlukan, agar selanjutnya kegiatan wisatawan dapat berjalan lancar.
3. Pemerintah sangat mendukung baik terhadap pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai Daya Tarik Wisata Budaya, hal ini terbukti dengan surat keputusan Walikota Cirebon Nomor 19 tahun 2001 mengenai penetapan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai Benda Cagar Budaya. Selain itu pemerintah juga telah mengadakan pasar seni meskipun sekarang keberadaannya kurang diperhatikan lagi.
(25)
4. Dari hasil analisis kuisioner persepsi wisatawan, didapat 8 program aktivitas wisatawan dalam upaya untuk mengembangkan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai kawasan wisata budaya.
5. Mengoptimalkan Zonasi Sebagai Upaya Pelestarian Cagar Budaya. Dalam konteks penerapannya di Tamansari Gua Sunyaragi, zonasi diatur berdasarkan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Upaya pelestarian Tamansari Gua Sunyaragi dapat dilaksanakan dalam tiga kegiatan utama yaitu perlindungan, pemanfaatan, dan pengembangan. Sistem zonasi dapat terdiri dari : a. zona inti, b. zona penyangga, c. zona pengembangan, dan/atau d. zona penunjang.
B. Rekomendasi
Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya di Kota Cirebon,yaitu sebagai berikut:
1. Potensi budaya yang dimiliki Tamansari Gua Sunyaragi harus lebih ditonjolkan lagi dan dipromosikan lebih gencar agar dikenal banyak orang kemudian dikunjungi oleh wisatawan. Selain itu dengan adanya dukungan dari pemerintah, promosi dapat dilakukan melalui pameran-pameran yang sering diadakan di beberapa daerah luar kota.
2. Perlu adanya kerja sama antara pihak pemerintah, pengelola dan masyarakat dalam mengembangkan Tamansari Gua Sunyaragi. Hal ini berkaitan dengan sumber dana untuk pemugaran/revitalisasi fisik dalam upaya pengembalian kondisi fisik Tamansari Gua Sunyaragi yang telah rusak sesuai dengan keaslian bentuk awal serta pembangunan sarana dan prasarana. Anggaran yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi bangunan cagar budaya/situs Gua Sunyaragi pada kenyataannya tidak
(26)
membantu melindungi, melestarikan situs ini, juga sarana dan prasarana lainnya. Masyarakat sebagai pengontrol pembangunan sarana dan prasarana.
3. Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang aktivitas wisatawan. seperti akomodasi, pos keamanan, toilet, kedai makanan, klinik kesehatan, papan petunjuk, billboard, dan souvenir shops. Dengan adanya fasilitas yang memadai maka wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas wisata di kawasan ini.
4. Pemberdayaan masyarakat sekitar daerah Gua Sunyaragi untuk menambah wawasan masyarakat akan sadar wisata. Guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, keikutsertaan dalam seminar, diskusi dan lain-lain.
5. Perencanaan dan Penataan kawasan dengan tetap melestarikan budaya setempat. Dalam upaya pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya, maka perlu adanya penzonasian untuk memelihara daya dukung kawasan ini. Pada lahan exs. Pujagalana disarankan untuk menjadi zona pelayanan agar memenuhi segala kebutuhan wisatawan saat berwisata.
6. Perlu adanya kegiatan/event yang rutin dilakukan oleh pengelola dan Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon guna menarik wisatawan berkunjung ke DTW Tamansari Gua Sunyaragi seperti festival kesenian, film kesejarahan, seni pertunjukan, eksibisi foto dan event khusus lain sebagainya dalam menguatkan nilai budaya. 7. Adanya sebuah wadah atau komunitas yang menghimpun para seniman
dan budayawan, agar dapat bertukar pikiran dan berdiskusi dalam upaya melestarikan dan mengembangkan kembali kesenian dan kebudayaan
(27)
(28)
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori
ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi.
Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Cirebon. (2012). Cirebon Selayang
Pandang. Cirebon: Vinipritindo.
Fandeli, Chafid. (2002). Perencanaan Pariwisata Alam. Yogyakarta: Liberty.
Koentjaraningrat. (1981). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradaya Paramita.
Pitana, I Gde dan Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata. Bandung: Andi.
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Sedarmayanti. (2005). Membangun Kebudayaan dan Pariwisata. Bandung: Mandar Maju.
Soelaeman. Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar: Suatu Pengantar. Bandung: Eresco.
Sugiono, et al. (2006). Potensi Wisata Budaya Kota Cirebon: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Cirebon. Cirebon: Neo Technology.
(29)
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R& D). Bandung; Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Wahyudi, Wanny Rahardjo. (2010). Dari Masa Lalu ke Masa Kini, Kajian Budaya
Materi, Tradisi, dan Pariwisata. Bandung: Alqa.
Yoeti, Oka A. (1993). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Yoeti, Oka A. (2006) Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pradnya Paramita.
Undang-Undang No.10 Tahun 2011 tentang Benda Cagar Budaya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009..tentang Kepariwisataan.
Sumber dari Internet :
______. (2013). Tamansari Gua Sunyaragi. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Air_Sunyaragi [27 Februari 2013].
______. (2013). Kota Cirebon. [Online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon [27 Februari 2013].
_____. (2012). Pengertian Pariwisata Budaya. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_berbasis_budaya [April 2012].
_____. (2013). Wisata Budaya Gua Sunyaragi. [Online]. Tersedia:
(30)
______. (2013). Mengoptimalkan Zonasi sebagai Upaya Pelestarian Cagar Budaya. [Online]. Tersedia: www.academia.edu [10 Juni 2013].
______. (2013). Tamansari Sunyaragi. [Online]. Tersedia:
http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/995/tamansari-sunyaragi. [10 Juni
(1)
113
Dini Nurhana, 2013
Pengembabgan Tamansari Gua Sunyaragi Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon
4. Dari hasil analisis kuisioner persepsi wisatawan, didapat 8 program aktivitas wisatawan dalam upaya untuk mengembangkan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai kawasan wisata budaya.
5. Mengoptimalkan Zonasi Sebagai Upaya Pelestarian Cagar Budaya. Dalam konteks penerapannya di Tamansari Gua Sunyaragi, zonasi diatur berdasarkan dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Upaya pelestarian Tamansari Gua Sunyaragi dapat dilaksanakan dalam tiga kegiatan utama yaitu perlindungan, pemanfaatan, dan pengembangan. Sistem zonasi dapat terdiri dari : a. zona inti, b. zona penyangga, c. zona pengembangan, dan/atau d. zona penunjang.
B. Rekomendasi
Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat beberapa hal yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya di Kota Cirebon,yaitu sebagai berikut:
1. Potensi budaya yang dimiliki Tamansari Gua Sunyaragi harus lebih ditonjolkan lagi dan dipromosikan lebih gencar agar dikenal banyak orang kemudian dikunjungi oleh wisatawan. Selain itu dengan adanya dukungan dari pemerintah, promosi dapat dilakukan melalui pameran-pameran yang sering diadakan di beberapa daerah luar kota.
2. Perlu adanya kerja sama antara pihak pemerintah, pengelola dan masyarakat dalam mengembangkan Tamansari Gua Sunyaragi. Hal ini berkaitan dengan sumber dana untuk pemugaran/revitalisasi fisik dalam upaya pengembalian kondisi fisik Tamansari Gua Sunyaragi yang telah rusak sesuai dengan keaslian bentuk awal serta pembangunan sarana dan prasarana. Anggaran yang ditetapkan pemerintah untuk melindungi bangunan cagar budaya/situs Gua Sunyaragi pada kenyataannya tidak mencukupi, oleh karena itu pihak pemerintah sebagai investor dapat
(2)
Dini Nurhana, 2013
Pengembabgan Tamansari Gua Sunyaragi Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon
membantu melindungi, melestarikan situs ini, juga sarana dan prasarana lainnya. Masyarakat sebagai pengontrol pembangunan sarana dan prasarana.
3. Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang aktivitas wisatawan. seperti akomodasi, pos keamanan, toilet, kedai makanan, klinik kesehatan, papan petunjuk, billboard, dan souvenir shops. Dengan adanya fasilitas yang memadai maka wisatawan dapat melakukan berbagai aktivitas wisata di kawasan ini.
4. Pemberdayaan masyarakat sekitar daerah Gua Sunyaragi untuk menambah wawasan masyarakat akan sadar wisata. Guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pemberdayaan dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, keikutsertaan dalam seminar, diskusi dan lain-lain.
5. Perencanaan dan Penataan kawasan dengan tetap melestarikan budaya setempat. Dalam upaya pengembangan Tamansari Gua Sunyaragi sebagai daya tarik wisata budaya, maka perlu adanya penzonasian untuk memelihara daya dukung kawasan ini. Pada lahan exs. Pujagalana disarankan untuk menjadi zona pelayanan agar memenuhi segala kebutuhan wisatawan saat berwisata.
6. Perlu adanya kegiatan/event yang rutin dilakukan oleh pengelola dan Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon guna menarik wisatawan berkunjung ke DTW Tamansari Gua Sunyaragi seperti festival kesenian, film kesejarahan, seni pertunjukan, eksibisi foto dan event khusus lain sebagainya dalam menguatkan nilai budaya. 7. Adanya sebuah wadah atau komunitas yang menghimpun para seniman
dan budayawan, agar dapat bertukar pikiran dan berdiskusi dalam upaya melestarikan dan mengembangkan kembali kesenian dan kebudayaan khas Cirebon, seperti adanya paguyuban-paguyuban kesenian agar terciptanya keoptimalan dalam wisata budaya di Kota Cirebon.
(3)
115
Dini Nurhana, 2013
Pengembabgan Tamansari Gua Sunyaragi Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon
(4)
115
Dini Nurhana, 2013
Pengembabgan Tamansari Gua Sunyaragi Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. (2006). Perencanaan Ekowisata Dari Teori
ke Aplikasi. Yogyakarta: PUSPAR UGM dan Andi.
Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Cirebon. (2012). Cirebon Selayang
Pandang. Cirebon: Vinipritindo.
Fandeli, Chafid. (2002). Perencanaan Pariwisata Alam. Yogyakarta: Liberty. Koentjaraningrat. (1981). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
Pendit, Nyoman S. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradaya Paramita.
Pitana, I Gde dan Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata. Bandung: Andi.
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Sedarmayanti. (2005). Membangun Kebudayaan dan Pariwisata. Bandung: Mandar Maju.
Soelaeman. Munandar. (2010). Ilmu Budaya Dasar: Suatu Pengantar. Bandung: Eresco.
Sugiono, et al. (2006). Potensi Wisata Budaya Kota Cirebon: Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Cirebon. Cirebon: Neo Technology.
(5)
116
Dini Nurhana, 2013
Pengembabgan Tamansari Gua Sunyaragi Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R& D). Bandung; Alfabeta.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Wahyudi, Wanny Rahardjo. (2010). Dari Masa Lalu ke Masa Kini, Kajian Budaya
Materi, Tradisi, dan Pariwisata. Bandung: Alqa.
Yoeti, Oka A. (1993). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
Yoeti, Oka A. (2006) Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pradnya Paramita.
Undang-Undang No.10 Tahun 2011 tentang Benda Cagar Budaya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009..tentang Kepariwisataan.
Sumber dari Internet :
______. (2013). Tamansari Gua Sunyaragi. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Air_Sunyaragi [27 Februari 2013].
______. (2013). Kota Cirebon. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Cirebon [27 Februari 2013].
_____. (2012). Pengertian Pariwisata Budaya. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_berbasis_budaya [April 2012].
_____. (2013). Wisata Budaya Gua Sunyaragi. [Online]. Tersedia:
(6)
Dini Nurhana, 2013
Pengembabgan Tamansari Gua Sunyaragi Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kota Cirebon
______. (2013). Mengoptimalkan Zonasi sebagai Upaya Pelestarian Cagar Budaya. [Online]. Tersedia: www.academia.edu [10 Juni 2013].
______. (2013). Tamansari Sunyaragi. [Online]. Tersedia: http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/995/tamansari-sunyaragi. [10 Juni 2013].