STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON.

(1)

No. Daftar FPIPS : 1523/UN.40.2.5.1/PL/2013

STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI

DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort and Leisure

Oleh :

Denis Christianto

0802601

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI DAYA

TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON

Oleh Denis Christianto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial

© Denis Christianto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DENIS CHRISTIANTO 0802601

STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON

Disetujui dan disyahkan oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Darsiharjo,M.S NIP.19620921 198603 1 005

Pembimbing II

Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn.

Mengetahui, Ketua Program Studi Manajemen Resort dan Leisure

Fitri Rahmatfitria, SP., M. Si. NIP.19741018 200812 1 005


(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN TARI TOPENG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN CIREBON

OLEH :

DENIS CHRISTIANTO NIM. 0802601

ABSTRAK

Cirebon merupakan salah satu kota yang ada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan dijuluki sebagai „Kota Wali‟, karena terdapat makam Sunan Gunung Jati di Cirebon, beliau adalah penyebar agama Islam di Pulau Jawa bersama para Wali yang lainnya. Di Cirebon memiliki banyak sekali peninggalan yang dapat disaksikan sampai saat ini, baik sejarah maupun kebudayaannya. Hal ini bisa dilihat dari adanya keraton-keraton dan bangunan bersejerah lain. Cirebon juga memiliki tradisi, seni, dan warisan budaya pada masa lalu yang sangat berbeda dari kota-kota lain, sehingga menambah daya tarik wisata bagi para wisatawan untuk berkunjung ke Cirebon. Selain itu Cirebon juga sangat terkenal dengan industri Batik Cirebon yang sudah terkenal di berbagai daerah bahkan sudah diekspor hingga ke mancanegara.

Cirebon juga memiliki beberapa warisan budaya lokal yakni berupa Wayang, Sandiwara, Sintren, Tari Topeng dan sebagainya. Beberapa tahun belakangan ini Tari Topeng bisa disebut menjadi ciri atau ikon Cirebon, dan banyak usaha yang telah dilakukan untuk mempertahankan peninggalan sejarah ini agar tidak punah, namun sebenarnya masih ada saja hambatan atau ancaman untuk kesenian yang ada di Cirebon untuk punah dan tergerus oleh budaya asing.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis SWOT untuk menentukan strategi yang dilakukan untuk mengembangkan Tari Topeng sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten Cirebon. Diharapkan penelitian ini bermanfaat, yang telah dilakukan dengan adanya pengembangan Tari Topeng dapat mewadahi pelestarian warisan budaya Cirebon dan perlu adanya dukungan dari semua pihak baik dari Pemerintah Daerah, pelaku seni maupun masyarakat terkait.


(5)

THE STRATEGY OF MASK DANCE DEVELOPMENT AS THE CULTURAL TOURISM ATTRACTION IN CIREBON REGENCY

BY:

DENIS CHRISTIANTO NIM: 0802601

ABSTRACT

Cirebon is one of city in the border of West Java and Central Java, and known as “Kota Wali”, because there is the cemetery of Sunan Gunung Jati in Cirebon, he is the disseminator of Islam in Java Island together with another Wali. In Cirebon, there are so many inheritances which can be seen until now, even the history or the culture. We can see it from the existence of the temples and other historic buildings. Cirebon also has tradition, art, and culture heritage from the past which are so different with other cities, so that increase the tourism attraction for the tourist to visit Cirebon. Furthermore, Cirebon is also famous with the Batik Cirebon industry which has been known in every area even has been exported to other countries.

Cirebon also has some local cultures heritage those are Wayang, Sandiwara, Sintren, Mask dance, and so on. For the past recent years, Mask Dance has became the icon of Cirebon, and so many struggles which has been done to make the heritage still exist, but in fact there are still some obstacles and threats for the in Cirebon to die out and disappeared by the west cultures.

In this research the method that I used is descriptive by using SWOT analysis to determine the strategy which will be done to develop Mask Dance as the culture tourism attraction in Cirebon Regency. We wish this research can be useful, which has been done by the existence of Mask Dance development and can provide the place for the conservation of Cirebon cultures heritage and it is needed the support from all parties from the government of the region, art actor and also the society.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN 1

A.Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 10

C.Tujuan Penelitian 11

D.Manfaat Penelitian 11

E. Definisi Operasional 11

BAB II KAJIAN TEORI 12

A.Pengertian Teori Kreativitas 12

B. Teori Perubahan Kebudayaaan 14

C.Cultural Heritage Tourism 16

D.Sejarah Topeng Cirebon 20

E. Diagram Wim Satt 22

F. Kerangka Pemikiran 25

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 26

A.Lokasi Penelitian 26


(7)

C.Objek Penelitian 29

D.Teknik Pengumpulan Data 30

1. Observasi Lapangan 30

2. Wawancara 30

3. Studi Dokumentasi 31

4. Studi Pustaka 31

E. Alat Pengumpul Data 31

F. Populasi Dan Sampel 32

G.Prosedur Dan Pengolahan Data 33

BAB IV PEMBAHASAN 34

A.Unsur Tekstual Pertunjukan Tari Topeng 34

a. Topeng 35

b. Alat Musik Pengiring 36

c. Unsur Gerak 40

d. Busana Para Penari Topeng 41

B. Unsur Konstektual Tari Topeng 46

a. Sejarah Singkat Tari Topeng Cirebon 46

b. Usaha Yang Dilakukan Oleh Para Seniman Tari Topeng 61 C. Program Pemerintah Daerah Dalam Pelestarian Tari Topeng 66

1. Program Secara Kualitas 67

2. Program Secara Kuantitas 68

\

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 69

A. Kesimpulan 70


(8)

DAFTAR PUSTAKA 91 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsep Pengembangan Tari Topeng Cirebon 19 Tabel 2.2 Tabel Koreografi Tari Topeng Slangit...20


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram Wim Satt I 23

Gambar 2. 2 Diagram Wim Satt II 23

Gambar 2. 3 Diagram Wim Satt III 24

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Cirebon 26

Gambar 3. 2 Peta Kawasan Slangit 27

Gambar 4. 1 Alat Musik Gamelan 36

Gambar 4.2 Alat Musik Kendang 37

Gambar 4.3 Alat Musik Gong 38

Gambar 4.4 Alat Musik Suling 39

Gambar 4.5 Penari Topeng Klana 41

Gambar 4.6 Penari Topeng Tumenggung 42

Gambar 4.7 Penari Topeng Rumyang 43


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kebudayaan dalam arti luas sebagai hasil cipta karsa dan karya manusia tentu akan terus berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, pesatnya perkembangan pariwisata di Indonesia juga membawa implikasi terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia termasuk perkembangan bahasa Indonesia sebagai sarana pengungkap kebudayaan Indonesia Pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut diistilahkan dengan pariwisata budaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Risyani, 2009: 69).

Indonesia sudah terkenal dengan kebudayaan yang beraneka ragam yang ada di seluruh propinsi yang ada.Salah satu kebudayaan itu adalah seni tari. Seni tari setiap daerah mempunyai ciri khas yang berbeda dengan daerah lainnya. Salah satunya adalah tari topeng Cirebonan. Tari topeng Cirebonan ini ternyata salah satu seni yang berisi hiburan juga mengandung simbol-simbol yang melambangkan berbagai aspek kehidupan seperti nilai kepemimpinan, kebijaksanaan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa. Dalam hubungan ini maka seni tari topeng ini dapat digunakan


(11)

2

sebagai media komunikasi yang sangat positif sekali. Pada masa itu di mana Cirebon sebagai pusat penyebaran agama Islam, Sunan Gunung Jati bekerja sama dengan Sunan Kalijaga menggunakan tari topeng ini sebagai salah satu upaya untuk menyebarkan agama Islam dan sebagai hiburan di lingkungan keraton. Sebenarnya tari topeng ini sudah ada jauh sejak abad 10-11 M yaitu pada masa pemerintahan Raja Jenggala di Jawa Timur yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan seni tari topeng ini masuk ke Cirebon dan mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat.Ternyata dalam perkembangannya disebut dengan Topeng Babakan atau dinaan yaitu berupa penampilan 5 atau 9 topeng dari tokoh-tokoh cerita panji. Topeng ini berasal dari kata Taweng yang berarti tertutup atau menutupi, sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa topeng berarti penutup muka atau kedok. Dengan demikian tari topeng ini dapat diartikan sebagai seni tari yang menggunakan penutup muka berupa topeng atau kedok oleh para penari pada waktu pementasannya. Unsur-unsur yang terdapat pada seni tari topeng mengandung simbol-simbol dan penuh dengan pesan terselubung, baik dari warna kedok, jumlah kedok, jumlah gamelan pengiring dan lainnya. Jumlah topeng keseluruhannya ada 9 buah yaitu panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana, pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki. Topeng yang dijadikan topeng pokok ada lima buah yaitu panji, samba, rumyang, tumenggung, dan kelana, sedangkan keempat kedok lainnya digunakan apabila dibuat cerita atau lakon seperti Jaka Blowo,


(12)

3

Panji Blowo, Panji Gandrung dan lainnya. Kelima kedok itu disebut dengan Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima profil. (Sejarah Perkembangan Tari Topeng Cirebon _.htm)

Sebagai hasil kebudayaan, Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yang mengandung pesan-pesan terselubung, karena unsur-unsur yang terkandung didalamnya mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangat menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai pendidikan.Variasinya dapat meliputi aspek kehidupan manusia seperti kepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa. Dalam hubungan itu, tidaklah mengherankan bahwa Tari Topeng Cirebon dapat dijadikan media komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif.

Pada masa Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam, Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayatulah yang juga seorang anggota Dewan Wali Sanga yang bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijaga memfungsikan Tari Topeng dan 6 (enam) jenis kesenian lainnya sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Islam dan sebagai tontonan di lingkungan Keraton. Adapun Keenam kesenian tersebut adalah Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.

Tari dan kehidupan berkesenian pada umumnya merupakan salah satu perilaku budaya manusia,baik secara individu maupun kelompok. Menurut R.M. Soedarsono dalam tulisannya memaparkan bahwa setiap zaman,setiap


(13)

4

etnis, setiap lingkungan masyarakat, serta setiap bentuk seni pertunjukan memiliki fungsi primer dan sekunder yang berbeda(R.M. Soedarsono,2001:170).

Tari menurut fungsinya ada fungsi primer seni pertunjukan adalah apabila seni tersebut jelas siapa penikmatnya, secara garis besar Soedarsono menyatakan bahwa seni pertunjukan memiliki 3 fungsi primer yaitu sebagai sarana upacara, sebagai ungkapan pribadi dan sebagai presentasi estetis. Adapun fungsi sekunder seni pertunjukan bertujuan bukan untuk dinikmati tetapi untuk kepentingan yang lain.

Topeng Cirebon cenderung dipertunjukkan dengan cara berkeliling dari tempat ke tempat lain, dampaknya Topeng Cirebon menjadi menyebar ke berbagai daerah, yang tidak hanya berada di wilayah Cirebon saja, tetapi tersebar hingga ke luar Cirebon. Topeng Cirebon berbeda dengan pertunjukan tarian yang lainnya yang juga menggunakan kedok. Kata topeng di daerah pantai utara pada umumnya dan Cirebon, khususnya memiliki makna yang berbeda. Pertunjukan Topeng Cirebon adalah sebuah pertunjukan yang memiliki gaya tersendiri dan bersifat sangat individual. Gaya dalam Topeng Cirebon merupakan prosedur karakteristik yang memberi arti, identifikasi, serta kontribusi tertentu. Oleh karenanya ia hadir dengan gaya yang unik sebagai hasil dari karakterisitik gerak personal dan mampu menampilkan teknik dan keadaan fisik. Mengenai karakteristik serta gaya Topeng Cirebon dalam sebuah tulisan Toto menyebutkan:


(14)

5

Pertunjukan Topeng Cirebon pada dasarnya memamerkan tarian individual, oleh karenanya ia hadir dengan gaya yang unik sebagai hasil dari karakterisitik gerak personal dan mampu menampilkan teknik dan keadaan fisik. Banyak dalang Topeng Cirebon yang memiliki gaya penampilan berbeda antar sesama dalang. Namun demikian masih menunjukkan hubungan dengan gaya tersebut (Toto Amsar Suanda, 2001: 88)

Pada dasarnya tari Topeng asal Cirebon terdiri dari 3 gaya besar yaitu Losari, Slangit dan Indramayu. Nama-nama tersebut diambil dari daerah atau desa Topeng tersebut berasal. Adapun tokoh yang mewakili gaya-gaya tersebut,yaitu:

a. Gaya Losari diwakili oleh Sawitri, berada di wilayah Cirebon bagian timur, berbatasan dengan Brebes Jawa Tengah.

b. Gaya Slangit diwakili oleh Sujana Arja, berada di wilayah Cirebon bagian barat.

c. Gaya Indramayu diwakili oleh Rasinah, berada di wilayah Cirebon bagian utara.

Gaya-gaya dari ketiga tokoh tersebut dapat dikatakan sebagai gaya individual sedangkan gaya dari kelompok atau genre tari topeng dapat dikatakan gaya tarian. Pertunjukan Topeng Cirebon memiliki ciri-ciri tertentu sehingga menjadikan gaya yang melekat pada pertunjukan tersebut, pada umumnya tidak lepas dari unsur-unsur pertunjukan, berikut ini :


(15)

6

1. Penarinya menggunakan kedok yang terdiri atas kedok pokok dan kedok bodor. Kedok pokok terdiri atas lima buah kedok,yaitu panji, pamindo, rumyang, tumenggung, dan klana. Kelima kedok tersebut biasanya digunakan oleh seorang dalang topeng.

2. Masing- masing kedok pokok menunjukan karakter yang berbeda,dan diartikan satu per satu, dapat secara keseluruhannya atau hanya sebagian tergantung situasi dan kondisi pertunjukannya. Adapun kedok bodor biasanya terdiri atas Jingga Anom, Pentul, Tembem, Dayun, dan Kedok Aki. Kedok bodor hanya ditarikan oleh bodor(pelawak).

3. Berlatar belakang cerita Panji.

4. Setelah menampilkan Tari Panji, pada Tari Pamido senantiasa muncul lawakan sebagai selingan untuk memberi jeda untuk dalang Topeng. 5. Menggunakan gamelan berlaras Pelog atau Prawa(Salendro)

6. Penarinya biasanya laki-laki, namun dapat juga ditampilkan oleh perempuan dan senantiasa menggunakan hiasan(penutup)kepala yang disebut sobrah atau tekes.

Apabila dikelompokkan berdasarkan gaya materi pertunjukan, Tari Topeng Cirebon biasanya terdiri dari 7 macam penampilan yang disajikan secara berurutan mulai dari karakter halus hingga gagah yang kemudian dilanjutkan dengan Lakonan. Urutannya antara lain sebagai berikut :

1. Panji,


(16)

7

3. Rumiang,

4. Tumenggung atau Patih,

5. Jingga Anom dilanjutkan peperangan dengan Tumenggung, 6. Klana, dan

7. Lakonan (khusus di Losari)

(dikutip dari Caturwati, 2007 : 37-68)

Perubahan social budaya di Cirebon yang berpengaruh terhadap kehidupan pertunjukan Topeng dan senimannya dengan ditandai, antara lain oleh perubahan pandangan keagamaan dan politik,serta modernisasi. Perubahan pandangan keagamaan di desa-desa berhubungan dengan kecenderungan pemurnian Islam dan pandangan dari sudut moral. Seniman wayang dan topeng Cirebon merupakan anggota masyarakat yang berpegang pada kepercayaan tradisional yang mengandung unsur animism, seperti misalnya percaya keperdukunan, peramalan di dalam paririmbon, mantera-mantera, benda pusaka, dan lain sebagainya (Juju Masunah,2003).

Pandangan kaum agamawan terhadap seni telah beralih dari sudut kepercayaan kepada unsure moral. Bahkan sudah jauh sebelumnya, salah satu organisasi Islam yaitu Sarekat Islam local di Sapudi, telah mengadakan gerakan anti gamelan dan anti penari perempuan pada tahun 1913 (Kuntowidjoyo,1987). Namun demikian perkembangan pertunjukan tari topeng Cirebon tidak sepesat tari Keurseus. Hal ini disebabkan selain bentuk geraknya serta iringan gamelannya yang sulit untuk diikuti, khususnya


(17)

8

pukulan kendangnya(tidak banyak pangrawit Bandung dapat memukul kendang dengan gaya khas Cirebon), juga karena faktor sosial. Masalahnya yang mengajarkan tari Topeng pada saat itu umumnya dari kalangan rakyat biasa (Caturwati, 2007: 23).

Saat ini kesenian tari topeng sangat langka dan jarang ditemui lagi di daerah Cirebon, ini dikarenakan kurangnya minat dari generasi muda untuk mengembangkan dan menampilkannya kepada masyarakat luas agar lebih dikenal dan lebih digemari, kita bisa melihat di Bali bagaimana tari kecak menjadi primadona disana dan para wisatawan yang datang pun selalu ingin menyaksikan dan bahkan ikut berpartisipasi dalam pementasan tari kecak tersebut,seharusnya di Cirebon bisa mengikuti bagaimana cara pelestarian warisan budaya ini.

Pada umumnya di Kabupaten Cirebon wisata yang berkembang saat ini ialah wisata belanja dan wisata religi karena di wilayah Kabupaten Cirebon terdapat batik trusmi yang menjadi sentra wisata belanja batik di Cirebon dan untuk wisata religi Cirebon memiliki tempat ziarah makam Sunan Gunung Jati yaitu salah satu wali songo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Hampir setiap malam jumat banyak peziarah yang datang ke Cirebon hanya untuk berziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Jika kita mampu mengembangkan kesenian dan mengemas kesenian daerah ini menjadi lebih menarik maka secara otomatis para penonton pun tidak akan merasa bosan dan jenuh untuk menyaksikannya karena bagaimanapun kesenian daerah ini adalah


(18)

9

warisan dari dulu kala yang tidak semestinya putus begitu saja pengembangannya walau dengan kondisi apapun harus tetap hidup.

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Wiwin salah satu guru pengajar di SMK Pakungwati Cirebon yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2012, beliau memaparkan bagaimana kondisi Tari Topeng Cirebon saat ini yakni sudah mengalami kemajuan baik dari segi minat maupun dukungan dari Pemerintah Daerah Cirebon sendiri, dari generasi mudanya sudah ada peningkatan minat terhadap seni Tari Topeng dikarenakan sudah adanya kurikulum baru tentang seni budaya yang diajarkan disetiap sekolah dan sudah banyaknya event atau acara yang diadakan dan dikolaborasikan dengan kesenian modern seperti saat adanya konser pertunjukan musik nasional maka pada saat pembukaannya biasanya diselipkan seni Tari Topeng terlebih dahulu.

Untuk dukungan dari Pemerintah Daerah Cirebon sendiri berupa bantuan ketika uji kompetensi SMK menjadi juri saat adanya perlombaan Tari Topeng baik di Cirebon maupun diluar Cirebon serta adanya lomba Tari Topeng yang diselenggarakan oleh DISPARBUD untuk tingkat sekolah. Dengan banyaknya lomba yang diadakan oleh Pemerintah Daerah ini meningkatkan semangat para generasi muda untuk lebih berprestasi dan giat berlatih lagi. Oleh karena itu kita sebagai generasi muda seharusnya bisa mengembangkan kesenian daerah sehingga sampai anak cucu kita nanti mereka akan tahu apa itu yang dinamakan Tari Topeng, jangan sampai kesenian daerah tergerus oleh budaya


(19)

10

asing yang saat ini telah mendominasi di Indonesia, dan berdasarkan dari

beberapa pemikiran diatas maka penulis mengambil judul “Strategi

Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya di Kabupaten Cirebon”.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan penelitian ini dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Unsur tekstual apa saja yang ada dalam Tari Topeng Slangit kab.Cirebon?

2. Unsur kontekstual apa saja yang ada dalam Tari Topeng Slangit kab.Cirebon?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui unsur tekstual yang ada dalam Tari Topeng Slangit. 2. Mengetahui unsur kontekstual yang ada dalam Tari Topeng Slangit D. Manfaat Penelitian


(20)

11

1. Rekomendasi terhadap pemerintah daerah Kab. Cirebon dalam pengembangan Tari Topeng Cirebon.

2. Sebagai bahan kajian terhadap masyarakat Kab. Cirebon dalam arti pentingnya melestarikan warisan budaya daerah demi kelestarian budaya dimasa yang akan datang.

3. Menambah wawasan terhadap pengenalan seni budaya khususnya Tari Topeng Cirebon daerah di Kab. Cirebon

E.Definisi Operasional

Dalam definisi operasional penulis akan memberikan pengertian berdasarkan permasalahan yang akan dibahas antara lain:

Pengembangan adalah suatu pedoman perubahan dalam keadaan yang berbeda dari keadaan sebelumnya dengan adanya acuan-acuan yang pasti untuk mencapai tujuan tertentu dengan harapan menjadi lebih baik.

Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya.

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran.


(21)

12

Kesenian Menurut Kuntjaraningrat adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Gambar 3.1

Peta Administrasi Kabupaten Cirebon Sumber : Google


(23)

27

Gambar 3.2 Peta Kawasan Slangit Sumber : Http:/google maps.com

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Silangit Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Alasan kenapa dipilihnya Slangit sebagai lokasi penelitian karena di Slangit masih terdapat sanggar yang cukup aktif dalam usaha pelestarian kesenian Tari Topeng di Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon terdiri atas 40 kecamatan, yang dibagi lagi atas 412 desa dan 12 kelurahan. Pusat


(24)

28

Denis Christianto, 2013

pemerintahan Kabupaten Cirebon di Kecamatan Sumber, yang berada di sebelah selatan Kota Cirebon. Tiga kecamatan yang baru terbentuk pada tahun 2007 adalah Kecamatan Jamblang (Pemekaran Kecamatan Klangenan sebelah timur), Kecamatan Suranenggala (Pemekaran Kecamatan Kapetakan sebelah selatan), dan Kecamatan Greged (Pemekaran Kecamatan Beber sebelah timur).

Adapun batas administrasi Kabupaten Cirebon adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu

- Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan - Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka - Sebelah Timur : Kabupaten Brebes

B. Desain Penelitian

1. Metode penelitian

Pada penelitian ini penulis memakai metode deskriptif analisis yang dilakukan berdasarkan pada paradigma kualitatif. Pengumpulan data-data penelitian yang dilakukan penulis melalui observasi lapangan dan wawancara. Kemudian tinjauan pustaka, sebagai landasan teori dan untuk memperkuat data penyusun. Selain itu penulis juga menggunakan media internet untuk mendapatkan data pendukung.


(25)

29

Metode Deskriptif analisis, yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best,1982:119). Tujuan metode deskriptif, yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

2. Tahapan Pengolahan data

Dalam Penelitian ilmiah ini melalui tiga tahapan data yang secara sistematis terdiri dari tahap masukan, yaitu tahap pengumpulan data dari berbagai sumber dalam tahap ini data dibagi menjadi dua jenis data pertama data primer dan yang kedua data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari studi lapangan atau observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang di dapat dari studi literatur.

Setelah melalui tahap pengumpulan data kemudian data tersebut melalui proses analisis. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah alat analisis SWOT. Dalam tahap ini informasi-informasi yang didapat diidentifikasi faktor-faktor yang bisa mempengaruhi terhadap pengembangan wisata heritage di Bandung. analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).


(26)

30

Denis Christianto, 2013 C. Objek Penelitian

Cirebon memiliki beberapa objek daya tarik wisata atau ODTW yang cukup menarik bagi wisatawan baik dari segi wisata kuliner, wisata belanja , wisata budaya, maupun wisata religi. Di Cirebon yang cukup terkenal ialah wisata kuliner dan wisata budaya dan religi nya, untuk wisata kuliner terdapat makanan khas yang mampu menggoda para wisatawan dari luar Cirebon yakni ada empal gentong, nasi lengko, nasi jamblang, dan docang. Wisata budaya dan religi Cirebon memiliki beberapa bangunan atau situs bersejarah di antaranya ialah terdapat Situs Makam Sunan Gunung Jati yakni wali songo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, selain itu juga ada keraton-keraton yang biasa dikunjungi wisatawan.

Namun dalam penelitian ini penulis memiliki ketertarikan terhadap produk warisan budaya yang terdapat di kabupaten Cirebon. Produk warisan budaya ini yakni berupa Seni Tari Topeng yang terdapat di daerah Slangit, Klangenan.


(27)

31

Dalam penelitian ini, penulis memakai beberapa teknik pengumpulan data seperti :

1. Observasi Lapangan

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis melalui pengamatan dan ingatan (Sutrisno Hadi dalam Sugiyono, 2004:139).

2. Wawancara

Tehnik ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dari orang-orang yang terlibat langsung dengan permasalahan yang akan diteliti.

3. Studi Dokumentasi

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan kepada instansi-instansi yang terkait langsung dengan masalah penelitian, dengan mempelajari berbagai dokumen-dokumen yang berhubungan langsung terhadap penelitian yang dilakukan.

4. Studi Pustaka

Studi literatur merupakan metode mencari, membaca, mempelajari literatur yang berhubungan dengan pokok masalah. Data ini disebut data sekunder.

E. Alat Pengumpul Data 1. Kamera/ Hp


(28)

32

Denis Christianto, 2013

Digunakan sebagai media visual untuk melihat kondisi lokasi penelitian. 2. Surat Penelitian

Digunakan sebagai perizinan untuk memperoleh informasi dan data kepada lembaga atau instansi yang terkait dalam proses penelitian ini.

3. Pedoman wawancara

Pedoman pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara dan ditujukan kepada seseorang yang dianggap bisa memberikan informasi mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam melakukan penelitian kegiatan pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting. Sebelum mengumpulkan data terlebih dahulu peneliti harus menentukan cakupan penelitian atau populasi dari objek penelitian. Menurut Husaini dkk dalam Metodologi Penelitian Sosial (2006:43)

Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai


(29)

33

sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Sedangkan menurut Kunto(2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Dari pengertian di atas populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat slangit dan pelaku seni Tari Topeng Cirebon.

2. Sampel

Sampel adalah sejumlah kasus yang dapat mewakili populasi atau sebagian dari populasi yang dianggap representatif. Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang dapat mewakili populasi yang bersangkutan (Sumaatmadja,1998:112).

Pengambilan jumlah sampel untuk mendapatkan data yang mewakili populasi sampai saat ini belum ada ketentuan yang mutlak, sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan karateristiknya mendekati populasi atau tidak, bukan pada besar atau banyaknya.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :

1. Kondisi Tari Topeng Cirebon saat ini memiliki banyak potensi untuk dikembangkan akan tetapi masih banyak ancaman-ancaman yang muncul untuk menekan perkembangan Tari Topeng Cirebon sehingga perlu adanya sinkronisasi antara pihak pelaku seni, masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk melestarikannya.

2. Unsur Tekstual yang ada dalam pertunjukan Tari Topeng Slangit yakni seragam, musik, maupun gerakannya tidak jauh berbeda dengan Tari Topeng yang ada pada daerah lain, di Topeng Slangit memiliki gerakan yang lebih statis dari Tari Topeng Indramayu ataupun Tari Topeng Losari tidak terlalu banyak improvisasi sedangkan untuk busana yang digunakan sama seperti dengan Tari Topeng di daerah lain namun untuk segi musik di Indramayu lebih beraromakan nuansa pesisir sedangkan di Losari pola musiknya lebih mengikuti ke langgam jawa.


(31)

70

3. Unsur Kontekstual yakni usaha yang dilakukan oleh para pelaku seni Tari Topeng dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian daerah ini berupa melakukan latihan bersama antar para pelaku seni Tari Topeng karena mereka beranggapan bahwa jika memulai sesuatu harus dari diri sendiri dulu jika ingin mengajak orang lain, selain itu juga ada uji kompetensi yang diadakan setiap 6 bulan sekali di sanggar yang ada di Slangit. Promosi juga dilakukan untuk mengembangkan dan

mengenalkan kesenian daerah ini ke berbagai media termasuk stasiun televisi maupun radio lokal.


(32)

71

B. Rekomendasi

1. Perlu diadakannya pagelaran kesenian dan budaya yang diseleggarakan secara rutin agar nilai-nilai warisan budaya di Cirebon bisa lebih dikenal secara luas oleh masyarakat umum baik yang ada di Cirebon maupun diluar Cirebon.

2. Pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah harus tepat sasaran jangan hanya sebagai program saja akan tetapi pelaksanaannya tidak tepat. 3. Pemerintah bisa bekerja sama dengan pihak event organizer atau pihak

swasta untuk melakukan promosi lebih intensif ataupun pengadaan acara tentang kesenian daerah baik di Cirebon maupun diluar Cirebon.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon ( Makalah dan Foto )

Sumber : Dokumentasi Pribadi SMK Pakungwati Cirebon

Caturwati, Endang. 2007. Tari di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press

Caturwati, Endang. 2007. Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung: Sunan Ambu Press

Rustiyanti, Sri. 2012. Menggali Kompleksitas Gerak dan Merajut Ekspresivitas Koreografi. Bandung : Sunan Ambu Press

Risyani, 2009. Menjadi Priangan : Transformasi Budaya Topeng Klana Cirebonan Karya R. Nugraha Soedireja. Bandung : Sunan Ambu Press

Pitana, I Gde dan Diarta, I ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Sugiyono, Cetakan 13. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Setiawati, R. 2008. Seni Tari SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.


(34)

73

Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

_____, 2008. Sejarah Kota Cirebon www.google.com 20 Juli 2012.

_____, 2010. Sejarah perkembangan pokok pokok tari Cirebon- http://cirebonkukotaku.blogspot.com 18 Juli 2012.

_____, 2011. Sejarah tari topeng Cirebon www.lokerseni.com 20 Juli 2012

_____, 2010. Sejarah topeng Cirebon http:/prasetyokoko.blogspot.com 22 Juli 2012

2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cirebon 22 Juli 2012

2013 http://googlemaps.com 11 Januari 2013


(1)

33

sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Sedangkan menurut Kunto(2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Dari pengertian di atas populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah masyarakat slangit dan pelaku seni Tari Topeng Cirebon.

2. Sampel

Sampel adalah sejumlah kasus yang dapat mewakili populasi atau sebagian dari populasi yang dianggap representatif. Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang dapat mewakili populasi yang bersangkutan (Sumaatmadja,1998:112).

Pengambilan jumlah sampel untuk mendapatkan data yang mewakili populasi sampai saat ini belum ada ketentuan yang mutlak, sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan karateristiknya mendekati populasi atau tidak, bukan pada besar atau banyaknya.


(2)

69 Denis Christianto, 2013

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :

1. Kondisi Tari Topeng Cirebon saat ini memiliki banyak potensi untuk dikembangkan akan tetapi masih banyak ancaman-ancaman yang muncul untuk menekan perkembangan Tari Topeng Cirebon sehingga perlu adanya sinkronisasi antara pihak pelaku seni, masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk melestarikannya.

2. Unsur Tekstual yang ada dalam pertunjukan Tari Topeng Slangit yakni seragam, musik, maupun gerakannya tidak jauh berbeda dengan Tari Topeng yang ada pada daerah lain, di Topeng Slangit memiliki gerakan yang lebih statis dari Tari Topeng Indramayu ataupun Tari Topeng Losari tidak terlalu banyak improvisasi sedangkan untuk busana yang digunakan sama seperti dengan Tari Topeng di daerah lain namun untuk segi musik di Indramayu lebih beraromakan nuansa pesisir sedangkan di Losari pola musiknya lebih mengikuti ke langgam jawa.


(3)

70

3. Unsur Kontekstual yakni usaha yang dilakukan oleh para pelaku seni Tari Topeng dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian daerah ini berupa melakukan latihan bersama antar para pelaku seni Tari Topeng karena mereka beranggapan bahwa jika memulai sesuatu harus dari diri sendiri dulu jika ingin mengajak orang lain, selain itu juga ada uji kompetensi yang diadakan setiap 6 bulan sekali di sanggar yang ada di Slangit. Promosi juga dilakukan untuk mengembangkan dan

mengenalkan kesenian daerah ini ke berbagai media termasuk stasiun televisi maupun radio lokal.


(4)

71

Denis Christianto, 2013

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

1. Perlu diadakannya pagelaran kesenian dan budaya yang diseleggarakan secara rutin agar nilai-nilai warisan budaya di Cirebon bisa lebih dikenal secara luas oleh masyarakat umum baik yang ada di Cirebon maupun diluar Cirebon.

2. Pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah harus tepat sasaran jangan hanya sebagai program saja akan tetapi pelaksanaannya tidak tepat. 3. Pemerintah bisa bekerja sama dengan pihak event organizer atau pihak

swasta untuk melakukan promosi lebih intensif ataupun pengadaan acara tentang kesenian daerah baik di Cirebon maupun diluar Cirebon.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon ( Makalah dan Foto )

Sumber : Dokumentasi Pribadi SMK Pakungwati Cirebon

Caturwati, Endang. 2007. Tari di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press

Caturwati, Endang. 2007. Tumpuan Kreativitas Seni. Bandung: Sunan Ambu Press

Rustiyanti, Sri. 2012. Menggali Kompleksitas Gerak dan Merajut Ekspresivitas Koreografi. Bandung : Sunan Ambu Press

Risyani, 2009. Menjadi Priangan : Transformasi Budaya Topeng Klana Cirebonan Karya R. Nugraha Soedireja. Bandung : Sunan Ambu Press

Pitana, I Gde dan Diarta, I ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI.

Sugiyono, Cetakan 13. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Setiawati, R. 2008. Seni Tari SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.


(6)

73

Denis Christianto, 2013

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

_____, 2008. Sejarah Kota Cirebon www.google.com 20 Juli 2012.

_____, 2010. Sejarah perkembangan pokok pokok tari Cirebon- http://cirebonkukotaku.blogspot.com 18 Juli 2012.

_____, 2011. Sejarah tari topeng Cirebon www.lokerseni.com 20 Juli 2012

_____, 2010. Sejarah topeng Cirebon http:/prasetyokoko.blogspot.com 22 Juli 2012

2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Cirebon 22 Juli 2012

2013 http://googlemaps.com 11 Januari 2013