PENERAPAN PERMAINAN JUAL BELI DALAM MEMECAHKAN SOAL CERITA MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS III SDN 2 GUWA LOR KECAMATAN KALIWEDI KABUPATEN CIREBON.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

DIAN NURDIANAH 1106964

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

KECAMATAN KALIWEDI KABUPATEN CIREBON

Oleh

DIAN NURDIANAH 1106964

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DOSEN PEMBIMBING Pembimbing I

RIANA IRAWATI, M.Si NIP. 198011252005012002

Pembimbing II

H.ATEP SUJANA,M.Pd NIP.197212262006041001

Mengetahui,

Ketua Program pendidikan Guru Sekolah Dasar S-I Kelas UPI Kampus Sumedang

RIANA IRAWATI, M.Si NIP. 198011252005012002


(3)

Permainan Jual Beli dalam Memecahkan Soal cerita Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon”. Ini beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, siap menangggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, Mei 2013 Yang membuat pernyataan

Dian nurdianah


(4)

i PERNYATAAN

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ………..... vi

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GRAFIK ……… xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah ………... 9

1. Perumusan Masalah ……… 9

2. Pemecahan Masalah ……….. 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 11

1. Tujuan Penelitian ………... 11

2. Manfaat Penelitian ………... 12

a. Bagi Siswa ……….. 12

b. Bagi guru ……… 12

c. Bagi Sekolah ………... 12

D. Batasan Istilah ……….. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 14

A. Pengertian Matematika dan Tujuan Pendidikan Matematika ……… 14

1. Pengertian Matematika ……….. 14

2. Tujuan Pendidikan Matematika ……….. 14

B. Pembelajaran Matematika ………. 16

1. Hakikat Belajar ……….. 16


(5)

ii

C. Teori belajar Matematika di Sekolah Dasar ……….. 26

1. Teori Jean Piaget ………. 26

2. Teori Zoltan P. Dienes ……… 28

3. Teori Jerome S. Brunner ………. 29

4. Teori Robert M. Gagne ………... 30

D. Pembelajaran Soal Cerita di Sekolah Dasar ……….. 31

1. Pengertian soal cerita ……….. 31

2. Pendekatan dalam soal cerita ………. 33

3. Cara Mengerjakan soal cerita ……….. 33

E. Uang Mainan Sebagai Media Pembelajaran………. 34

1. Pengertian Uang ………. 34

2. Fungsi uang ……… 35

3. Jenis-jenis uang ………. 36

4. Penggunaan Uang Mainan Sebagai Media Pembelajaran ……… 37

F. Permainan dalam Pembelajaran Matematika ………. 37

1. Pengertian bermain dan permainan ………. 38

2. Manfaat bermain atau melakukan permainan ………. 39

3. Pengaruh yang ditimbulkan dari bermain ………... 39

4. Tahap-tahap perkembangan bermain ……….. 40

5. Aspek perkembangan bermain ……… 41

6. Permainan Jual Beli ………. 42

a. Pengertian permainan Jual Beli ………... 42

b. Penerapan permainan Jual Beli ……….. 43

G. Hasil Penelitian Yang Relevan ……….. 47

H. Hipotesis Tindakan ……… 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 50

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 50


(6)

iii

1. Metode Penelitian ……….. 50

2. Desain Penelitian ……… 51

C. Prosedur Penelitian ………... 53

1. Tahap Perencanaan tindakan ……….. 54

2. Tahap Pelaksanaan tindakan……… 55

3. Observasi ……… 59

4. Refleksi ………... 59

E. Instrumen Penelitian ……….. 61

1. Lembar Observasi ……….. 61

2. Lembar wawancara ……… 62

3. Tes ……….. 62

4. Dokumentasi ……….. 63

5. Catatan Lapangan ……….. 63

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….. 64

1. Teknik Pengolahan Data .………... 64

2. Teknik pengolahan data hasil ………. 68

3. Teknik analis data ………. 69

G. Validasi Data (untuk penelitian tindakan) ……… 70

1. Member Check ………... 70

2. Audit Trail ………. 71

3. Expert Opinion ……….. 71

4. Triangulasi ………. 72

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ……… 73

A. Paparan Data Awal ……… 73

B. Paparan Data Tindakan ………. 82

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ……… 82

b. Paparan Data Perencanaan ………. 82


(7)

iv

a. Paparan Data Perencanaan ………. 98

b. Paparan Data Pelaksanaan ………. 100

c. Paparan Data Hasil ……… 111

d. Analisis dan Refleksi………. 113

C. Pembahasan ………. 115

1. Gambaran Hasil analisis Data ... 115

2. Pembahasan... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 134

A. Kesimpulan………... 134

B. Saran ……… 138

DAFTAR PUSTAKA………... 140


(8)

v

Tabel 1.1 Data Awal Aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar Pelajaran

Matematika ………... 5

Tabel 1.2 Data Nilai Awal Pembelajaran Matematika ………. 6

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Awal Kinerja Guru (Perencanaan)……. 74

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Awal Kinerja Guru (Pelaksanaan) ….... 75

Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Awal Kinerja Guru (Evaluasi) ……….. 77

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Awal Aktivitas Siswa ……… 79

Tabel 4.5 Data Hasil Tes Awal Siswa ………. 80

Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I (Perencanaan) … 88

Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus I (Pelaksanaan) ………... 89

Tabel 4.8 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I (Evaluasi) …….. 91

Tabel 4.9 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ………... 93

Tabel 4.10 Data Hasil Tes Siklus I ……… 94

Tabel 4.11 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II (Perencanaan).. 105

Tabel 4.12 Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kinerja Guru Siklus II … 106

Tabel 4.13 Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II (Evaluasi) …… 108

Tabel 4.14 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ………. 110

Tabel 4.15 Data Hasil Tes Siklus II ………. 111

Tabel 4.16 Daftar Hasil Observasi Kinerja Guru pada Data Awal ... 116

Tabel 4.17 Daftar Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Data Awal ... 116

Tabel 4.18 Daftar Hasil Tes Belajar Siswa pada Data Awal ... 117

Tabel 4.29 Daftar Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I ... 118

Tabel 4.20 Daftar Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 118

Tabel 4.21 Daftar Hasil Observasi Tes Belajar Siswa pada Siklus II ... 118

Tabel 4.22 Daftar Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II ... 122

Tabel 4.23 Daftar Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 122


(9)

vi

sampai Siklus II... 130 Tabel 4.26 Daftar Persentase Peningkatan Aktivitas Siswa


(10)

vii


(11)

viii

Diagram 4.1 Peningkatan Perencanaan Kinerja Guru

dari Data Awal ke Siklus 1 ………. 119 Diagram 4.2 Peningkatan Pelaksanaan Kinerja Guru

dari Data Awal ke Siklus 1 ………. 119 Diagram 4.3 Peningkatan Evaluasi Kinerja Guru

dari Data Awal ke Siklus 1 ………. 120 Diagram 4.4 Peningkatan Hasil Aktivitas Siswa

dari Data Awal ke Siklus I ………. 120 Diagram 4.5 Peningkatan Hasil Tes Belajar Siswa

dari Data Awal ke Siklus1………121 Diagram 4.6 Peningkatan Perencanaan Kinerja Guru

dari siklus I ke Siklus II………. 123 Diagram 4.7 Peningkatan Pelaksanaan Kinerja Guru

dari siklus I ke Siklus II ………. 123 Diagram 4.8 Peningkatan Evaluasi Kinerja Guru

dari siklus I ke Siklus II ………. 124 Diagram 4.9 Peningkatan Aktivitas Siswa

dari siklus I ke Siklus II ……… 124 Diagram 4.10 Peningkatan Tes Belajar Siswa

dari siklus I ke Siklus II ………. 125 Diagram 4.11 Peningkatan Hasil Tes Belajar Siswa

dari Data Awal sampai Siklus II ……… 129 Diagram 4.12 Peningkatan Perencanaan Kinerja Guru

dari Data Awal sampai Siklus II ………...… 130 Diagram 4.13 Peningkatan Pelaksanaan Kinerja Guru

dari Data Awal sampai Siklus II ………..………. 131 Diagram 4.14 Peningkatan Evaluasi Kinerja Guru

dari Data Awal sampai Siklus II ………... 131 Diagram 4.15 Peningkatan Aktivitas Siswa dari

data Awal sampai Siklus II ………... 133 Diagram 5.1 Peningkatan Hasil Tes Belajar Siswa


(12)

ix

Lampiran A. 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ………… 143

Lampiran A.2 Hasil Belajar siswa ……….. 147

Lampiran B (Siklus I) Lampiran B. 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus I .. 149

Lampiran B.2 Hasil Observasi Perencanaan Guru Siklus I ………… 158

Lampiran B.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Guru Siklus I…………. 159

Lampiran B.4 Hasil Observasi Evaluasi Guru Siklus I ……….. 151

Lampiran B.5 Hasil Observasi aktivitas Siswa Siklus I ………. 162

Lampiran B.6 Hasil Belajar Siswa Siklus I ……… 163

Lampiran B.7 Lembar Kegiatan Siswa Siklus I ………. 164

Lampiran B.8 Sampel Hasil wawancara Siswa Siklus I ……… 168

Lampiran B.9 Hasil Wawancara Guru Siklus I ………. 169

Lampiran B.10 Catatan Lapangan Siklus I ……… 170

Lampiran C (Siklus II) Lampiran C. 1 RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus II . 185

Lampiran C .2 Hasil Observasi Perencanaan Guru Siklus II ………. 194

Lampiran C.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Guru Siklus II ……….. 195

Lampiran C.4 Hasil Observasi Evaluasi Guru Siklus II ……… 197

Lampiran C.5 Hasil Observasi aktivitas Siswa Siklus II …………... 198

Lampiran C.6 Hasil Belajar Siswa Siklus II ……….. 199

Lampiran C.7 Lembar Kegiatan Siswa Siklus II ………... 200

Lampiran C.8 Sampel Hasil wawancara Siswa Siklus II ………….. 204

Lampiran C.9 Hasil Wawancara Guru Siklus II ……… 205


(13)

x

Lampiran D.3 Lembar Observasi Perencanaan Guru ……… 234

Lampiran D.4 Lembar Observasi Pelaksanaan Guru ……… 236

Lampiran D.5 Lembar Observasi Evaluasi Guru ……….. 239

Lampiran D.6 Lembar Observasi aktivitas Siswa ………. 241

Lampiran D.7 Lembar Hasil Belajar Siswa……… 244

Lampiran D.8 Pedoman Wawancara Siswa ……….. 245

Lampiran D.9 Hasil Wawancara Guru ……….. 246

Lampiran D.10 Lembar Catatan Lapangan ………... 247


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perubahan zaman yang terjadi seiring dengan berubahnya peradaban manusia menuntut adanya pola pikir yang mencari dan menganalisis suatu informasi guna menyelesaikan masalah. Aktivitas mencari dan menganalisis ini merupakan dua indikator yang termuat dalam kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir dan memecahkan masalah banyak menunjang sukses, baik dalam belajar maupun dalam bidang karier professional. Terutama bagi orang yang mengemban fungsi managemen- pengelola. Dalam kegiatan pengelolaan seseorang banyak menghadapi berbagai masalah. Dalam hal ini pemecahan masalah merupakan tuntutan yang terus menerus.

Sesuai dengan tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk dapat hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam standar kompetensi lulusan, siswa dituntut untuk mampu menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif, mampu menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis dan kretif dengan bimbingan guru pendidikan, menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan berhitung.

Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik dalam materi maupun kegunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari, sampai


(15)

pada hal yang rumit. Apalagi dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, matematika sebagai alat yang tak mungkin ditinggalkan yang selalu digunakan untuk memahaminya.

Mengingat pentingnya matematika dalam ilmu pengetahuan serta dalam kehidupan pada umumnya maka matematika perlu dipahami oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa sekolah dasar. Di mana Sekolah Dasar tempat pertama secara formal siswa mempelajari konsep-konsep dasar matematika. Dalam proses pembelajaran matematika guru sekolah dasar harus mampu menyampaikan konsep-konsep dasar matematika dengan benar dan mudah untuk dipelajari oleh siswa sehingga tercapai tujuannya.

Matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya, hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Subarinah (2006:1) yaitu: “Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbul yang padat arti dan semacamnya adalah sistem matematika.” Hal senada juga diungkapkan oleh Ruseffendi, (1992:27) mengemukakan bahwa : “matematika itu ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif, atau aksiomatik, akurat, abstrak, ketat dan sebagainya.”

Ruseffendi, dkk (1992:45) memandang bahwa :

Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan, sebab berkembang dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke postulat/aksiomatik dan ke dalil/teori, komponen-komponen matematika ini membentuk suatu sistem yang saling berhubungan dan terorganisasikan dengan baik.


(16)

Ketika mengajarkan matematika di sekolah dasar seorang guru harus memahami karakteristik matematika yang bersifat abstrak disamping itu juga perlu mengetahui taraf dan karakter usia siswa SD yang taraf berpikirnya masih dalam tahapan konkrit. Hal ini dijelaskan oleh Piaget yang mengklasifikasikan perkembangan intelektual atas tahap-tahap :

1. Sensori motor (sejak lahir sampai umur 2 tahun dengan perilaku praverbal. Hubungan dengan lingkungan melalui refleks bawahan;

2. Pra operasional (umur 2 tahun sampai 7 tahun) menandai dimulainya dengan tanda-tanda dan simbul-simbul terutama kata-kata dan mimik muka, pada tahap ini berkembang Fungsi Simbolis dengan kegiatan meniru, bermain dan perilaku berbahasa;

3. Operasi kongkrit (umur 7 tahun sampai 11 tahun) yang merupakan awal kegiatan rasional, mereka melihat sesuatu berdasarkan persepsinya, dimulai sistem nyata dan objek serta hubungannya;

4. Operasi formal (umur 11 tahun sampai 16 tahun tahun) menandai muncul vertikal decalages, yaitu kemampuan untuk berpikir. (dalam M. Sumantri & J. Permana, 1998/1999:62)

Jika diperhatikan diatas ada hal kontra, maka untuk menjembatani perbedaan tersebut, seorang guru harus berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam merencanakan proses pembelajaran agar konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

Salah satu teori belajar matematika yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang guru dalam mengajar yaitu teori belajar Bruner yang menekankan proses belajar menggunakan model mental, yaitu individu yang belajar mengalami sendiri apa yang dipelajarinya agar proses tersebut dapat direkam dalam pikirannya dengan caranya sendiri. Bruner (Subarinah, 2006:3-4) membagi proses belajar dalam tiga tahapan, yaitu :


(17)

a. Tahap Kegiatan (enactive)

Pada tahap ini, anak belajar konsep melalui benda riil atau mengalami peristiwa disekitarnya, anak melakukan manipulasi benda-benda dengan cara menyusun, menjejerkan, mengutak-atik atau gerak lain bersifat coba-coba;

b. Tahap gambar bayangan (iconic)

Pada tahap ini, anak telah dapat mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda riil dalam bentuk bayangan mental dibenaknya;

c. Tahap Simbolik (symbolic)

Pada tahap terakhir anak dapat menyatakan bayangan mentalnya dalam bentuk simbul dan bahasa, sehingga mereka sudah memahami simbul-simbul dan menjelaskan dengan bahasanya.

Ruseffendi, 1995 (Khotimah 2009 : 1) menyatakan bahwa :

Adapun fungsi matematika Sekolah Dasar adalah salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki obyek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran kosistensi yakni kebenaran yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima dalam sistem belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pitadjeng (2006) Tujuan pembelajaran matematika agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan.

3. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.


(18)

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil penelitian awal pada pembelajaran matematika tentang soal cerita matematika yang melibatkan uang siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kec. Kaliwedi Kab. Cirebon, terlihat kinerja guru dan aktivitas siswa sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Awal Aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar Pelajaran Matematika

NO Kinerja Guru Aktivitas Siswa

1. 2.

3. 4.

Guru menjelaskan materi.

Guru memberikan contoh soal cerita.

Guru bertanya pada siswa. Guru memberikan latihan soal.

Siswa menyimak penjelasan guru. Siswa menulis contoh soal yang diberikan guru.

Siswa menjawab pertanyaan. Siswa mengerjakan latihan soal.

Dari aktivitas kegiatan belajar mengajar di atas pembelajaran banyak didominasi oleh guru, siswa hanya disuruh mendengar, menulis dan mengerjakan soal latihan. Sehingga sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal cerita matematika. Seperti yang terlihat pada tabel hasil tes setelah pembelajaran selesai di bawah ini:


(19)

Tabel 1.2

Data Nilai Awal Pembelajaran Matematika

NO NAMA SISWA L/P NILAI

KETERANGAN Tuntas Belum tuntas

1. Arya Sheka L 70 

2. Da‟i ahmad Fauzan L 80 

3. Da‟I Nurahmat L 40 

4. Erna Lestari P 60 

5. Febriyanto L 70 

6. Haditya L 60 

7. Ibnu Faisal L 50 

8. Marni P 80 

9. Moh. Cahyono L 40 

10. Oka Oktopiyah P 40 

11. Oktopiyah P 40 

12. Rendi L 80 

13. Rini kartika P 80 

14. Rizki Nurahmat L 40 

15. Saep Umar L 50 

16. Trisnata L 40 

17. Vega Amelia p 50 

18. Wahyu Prasetiawan L 70 

19. Waici Nurfitriyani p 20 

20. Windi Arisa p 40 

Daya dukung Kompleksitas Intake siswa Jumlah 63 62 70 195 KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 65

Dalam tabel di atas terlihat bahwa pembelajaran matematika tentang soal cerita matematika sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan soal cerita. Dari 20 siswa hanya 6 siswa atau 30% siswa yang mengerti dan mendapatkan nilai di atas KKM, yaitu dengan KKM 65.


(20)

Permasalahan di atas terjadi karena dalam proses pembelajaran banyak didominasi oleh guru. Siswa lebih banyak mendengar, menulis, dan mengerjakan soal sehingga siswa kurang mendapatkan hasil belajar yang optimal. Di samping itu guru tidak menggunakan metode dan media pembelajaran yang bisa membuat pembelajaran yang menyenangkan.

Proses pembelajaran yang baik seharusnya dapat menumbuhkan kegiatan belajar pada diri sisa agar tingkah laku mereka berubah. Proses tersebut terjadi bukan hanya melalui pemberian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan melalui komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa. Dalam komunikasi timbal balik itu siswa diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam belajar baik mental, intelektual, emosional maupun fisik agar mampu mencari dan menemukan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Selanjutnya kemampuan-kemampuan itu diharapkan dapat membentuk kepribadiannya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Guru dalam proses pembelajaran hendaknya mengkondisikan siswa agar dapat mengembangkan kemampuannya dengan optimal. Siswa menjadi subjek belajar yang punya kesempatan untuk mengembangkan bakat dan jati dirinya. Siswa itu sendirilah yang aktif dengan daya dan karyanya sehingga mempunyai prakarsa dan inisiatif sendiri untuk mengamati, menginterpretasi, menilai, memecahkan dan mengkomunikasikan berbagai masalah yang dihadapi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas, agar pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan soal cerita matematika, yaitu dengan menerapkan permainan


(21)

jual beli pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1989 : 143 ) yang menyatakan bahwa :

Permainan matematika adalah suatu kegiatan belajar yang menyenangkan, suasana kelas menjadi hidup dan semua murid berpartisipasi aktif, kegiatan tersebut menunjang tercapainya tujuan instruksional dalam pembelajaran matematika, baik aspek kognitip, afektif, maupun psikomotor.

Hal senada dikemukakan Dienes (Khotimah 2009: 4), bahwa : „tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk konkret, akan dapat dipahami dengan baik‟. Jika benda atau obyek konkret itu dalam bentuk permainan, maka akan sangat berperan bila dimanipulasi dalam pembelajaran matematika. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1989 : 312) yang menyatakan bahwa : „permainan sebagai pendekatan dalam belajar matematika sehingga efektif dan mendapatkan hasil belajar yang optimal‟(Khotimah 2009 : 4)

Permainan jual beli yang dimaksud penulis adalah kegiatan simulasi jual beli barang misalnya buku, pensil dan sejenis alat tulis sekolah lainnya yang sesuai dengan soal cerita yang disediakan guru kepada siswa untuk dapat memecahkan dan menyelesaikannya dengan alat bantu media berupa uang sebagai alat tukarnya dalam permainan tersebut. Permainan jual beli ini tidak asing lagi bagi siswa, bahkan seringkali dilakukan siswa di luar jam sekolah, di Cirebon biasanya dinamakan dengan permainan bibi-bibian dengan alat tukar berupa daun, kertas atau uang mainan.

Permainan dapat dimanfaatkan tidak saja untuk menimbulkan minat dan kesenangan dalam program pembelajaran siswa, tetapi juga dapat membantu para


(22)

siswa mencapai kompetensi mulai dari keterampilan-keterampilan intelektual dasar hingga problem solving.

Dari uraian di atas maka ditemukan judul penelitiannya adalah “Penerapan Permainan Jual Beli dalam Memecahkan Soal cerita Matematika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon”.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan penerapan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita matematika untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon?

b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita matematika untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon?

c. Bagaimana hasil pembelajaran dengan penerapan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita matematika untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon?


(23)

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah menggunakan permainan jual beli. “Jual Beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara tertentu” (Rasjid, Sulaiman 1976 : 268).

Dalam hal ini permainan jual beli yaitu permainan menjual dan membeli barang-barang (misalnya alat tulis dan lainnya) dengan media uang sebagai alat tukarnya.

Cara bermainnya sebagai berikut :

1. Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok Masing-masing kelompok berjumlah 4 siswa.

2. Setiap kelompok diberi modal barang berupa peralatan tulis dan masing-masing siswa juga diperbolehkan untuk mengeluarkan peralatan tulis yang mereka miliki sebagai modal barang yang akan dijual dalam permainan jual beli

3. Setiap kelompok diberikan modal uang, dengan berbagai pecahan nilai mata uang sebagai alat tukar yang akan digunakan dalam permainan jual beli

4. Guru menjelaskan cara permainan jual beli dan menyuruh beberapa siswa ke depan untuk melakukan contoh permainan jual beli dari contoh soal cerita matematika yang disediakan guru

5. Siswa bersama kelompoknya masing-masing memperhatikannya dengan seksama


(24)

6. Guru memberikan soal cerita kepada masing-masing kelompok

7. Siswa bersama kelompoknya masing-masing menyelesaikan soal cerita matematika dengan melakukan permainan jual beli yaitu, dari setiap kelompoknya yang berjumlah 4 siswa, satu siswa memposisikan diri sebagai penjual dan 3 siswa lainnya memposisikan sebagai pembeli. 8. Guru mengawasi jalannya permainan jual beli

9. Satu persatu soal cerita dapat diselesaikannya. Setelah selesai semua kelompok mengumpulkan jawaban

10. Soal cerita yang dapat dipecahkan secara sempurna dan benar, maka guru akan memberikam reward atau penghargaan berupa hadiah.

Target proses dalam penelitian ini adalah 100% dan target hasilnya adalah 80 %.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Secara umum penelitian ini untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru, secara khusus bertujuan untuk : a. Mengetahui perencanaan pembelajaran dengan penerapan permainan jual

beli dalam memecahkan soal cerita matematika untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

b. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita matematika untuk meningkatkan hasil


(25)

belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

c. Mengetahui hasil penerapan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita matematika untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

2. Manfaat penelitian

Dengan diadakannya penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Untuk siswa

a. Dapat lebih memotivasi siswa dalam belajar, karena dengan permainan pembelajaran dapat menyenangkan.

b. Dapat meningkatkan penguasaan dalam pemecahan soal cerita matematika.

2. Untuk Guru

a. Pembelajaran melalui permainan jual beli diharapkan memberikan warna baru dalam pembelajaran matematika

b. Dengan permainan jual beli dapat dijadikan alternatif untuk mengajar untuk menerapkan konsep kepada siswa.

3. Untuk lembaga pendidikan

Diharapkan melalui permainan jual beli dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ditingkat persekolahan.


(26)

D. Batasan Istilah

1. Permainan jual beli adalah suatu perbuatan menjual dan membeli barang dengan alat tukar berupa uang yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak sendiri, bebas tanpa paksaan, dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan kegiatan tersebut. Jual Beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara tertentu

2. Uang adalah alat tukar yang sah yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu Negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lainnya yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu

3. Soal cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian) yang harus dipecahkan

4. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung.


(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SD Negeri 2 Guwa Lor yang beralamat di Jalan Barat Kalensuda Desa Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon. Alasan peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 2 Guwa Lor ini karena SD Negeri 2 Guwa Lor siswanya mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika khususnya siswa kelas III, yaitu tentang soal cerita matematika yang melibatkan uang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2012 sampai dengan bulan Maret 2013.

a. Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Guwa Lor tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan. Alasan peneliti mengadakan di kelas III karena peneliti menemukan sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran matematika dalam materi soal cerita matematika yang melibatkan uang.

b. Metode dan Desain penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya menggunakan permainan jual beli dengan


(28)

diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Pemilihan metode penelitian classroom action research ini karena karakteristik dari metode ini dianggap yang paling sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Hal ini sesuai pendapat Iskhak (2008 : 39) yang mengatakan bahwa :

classroom action research adalah suatu upaya untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru serta dapat dipecahkan secara kolaboratif dengan teman sejawat untuk mencapai peningkatan kualitas pembelajaran yang dihadapi dan kualitas pendidikan pada umumnya.

Sukardi (2003 : 211) menyatakan beberapa karakteristik classroom action research diantanya yaitu :

a. Masalah yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi peneliti sebagai guru.

b) Peneliti memberikan perlakukan yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dirasakan implikasinya untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas yang bersangkutan.

c) Langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus.

d) Adanya langkah berpikir reflektif dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.

e) Dilakukan secara kolaboratif.

f) Penelitian lebih berfungsi sebagai pemecah masalah praktis pendidikan dan sedikit sekali digunakan untuk pengembangan ilmu.

g) Pemanfaatan temuan penelitian berlaku pada saat itu pula dan belum tentu relevan bila digunakan untuk waktu yang akan datang.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral refleksi yang dikembangkan oleh kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2008 : 66) yang terdiri dari 4 komponen yaitu : perencanaan (planing), pelaksanaan (action), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).


(29)

Bagan spiral refleksi yang dikembangkan oleh kemmis dan Mc Taggart ditunjukan oleh gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Bagan Spiral Refleksi Kemmis dan Mc Taggart

Perencanaan (Planing) disusun berdasarrkan masalah yang hendak dipecahkan dan solusi untuk memecahkan masalah tersebut yaitu menggunakan permainan jual beli supaya terjadi perubahan dan peningkatan pemahaman siswa terhadap materi soal cerita matematika yang melibatkan uang.

Langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan direncanakan secara rinci dan sistematis sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan. Langkah-langkah tersebut yaitu mengindentifikasi aspek-aspek dan hasil proses pembelajaran dalam peningkatan pemahaman soal cerita yang melibatkan uang


(30)

dengan menggunakan permainan jual beli sebagai dampak pelaksanaan tindakan. Pada pelaksanaan tindakan diidentifikasi faktor pendukukng atau penghambat pelaksanaan tindakan.

Kegiatan Observasi dalam penelitian tindakan diperlukan untuk pengumpulan data atau infofmasi tentang proses dan perubahan dalam memahami materi soal cerita yang melibatkan uang dengan menggunakan pemainan jual beli di kelas III sehingga data yang diperoleh akurat.

Refleksi merupakan bagian yang sangan penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil mengenai pemahaman siswa pada materi soal cerita yang melibatkan uang dengan menggunakan permainan jual beli di kelas III.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berbentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari dari satu pertemuan selama 3 jam pelajaran (3x35 menit). Pada akhir pembelajaran diharapkan target penelitian yang telah ditetapkan diawal dapat tercapai.

Dalam penelitian tindakan kelas digunakan model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model ini bebentuk siklus berulang dan berkelanjutan. Sehingga diharapkan semakin lama pencapaian atau keberhasilan siswa semakin meningkat.

Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan yang dilakukan dapat dijabarkan sebagai berikut :


(31)

1. Tahap Perencanaan tindakan

a) Permohonan izin kepada kepala sekolah dan siswa kelas III untuk melakukan penelitian.

b) Melihat RPP asli guru kelas III tentang pembelajarn soal cerita matematika yang melibatkan uang kemudian membuat RPP perbaikan dengan menggunakan metode permainan jual beli dalam pembelajaran materi soal cerita matematika uang melibatkan uang.

c) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di dalam pembelajaran, seperti kelengkapan permainan jual beli (seperti uang mainan, peralatan tulis), sumber belajar, dan bebagai peralatan lain yang diperlukan.

d) Membuat lembar observasi untuk mengukur kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan permainana jual beli. Selain itu juga guru membuat lembar wawancara untuk guru dan siswa untuk mengetahui kesan-kesannya selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan permainan jual beli. e) Membentuk kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan siswa. f) Membuat alat evaluasi belajar untuk melihat peningkatan pemahaman

siswa tentang materi soal cerita yang melibatkan uang setelah menggunakan permainan jual beli diterapkan. Alat evaluasi berbentuk soal tes.


(32)

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan ini adalah melaksanakan pembelajaran pada materi soal cerita yang melibatkan uang dengan menerapkan permainan jual beli di kelas III SDN 2 Guwa Lor. Pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Awal

1) Guru mengucapkan salam

2) Guru memasuki ruangan kelas dengan pakaian dan penampilan yang rapih, dan sopan, dan sikap yang ramah penuh senyum semangat. 3) Guru melakukan kegiatan rutin di awal pembelajaran (berdoa,

mengecek kahadiran siswa, mengkondisikan kelas)

4) Guru menggunakan permainan jual beli sebagai konteks yang akan dipakai sebagai titik tolak pelajaran

5) Guru menyiapkan semua media pembelajaran yang akan digunakan yaitu alat permainan jual beli

6) Guru menyampaikan tujuan yang harus dicapai siswa

7) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan dengan tiap kelompok beranggotakan 4 siswa

8) Guru menjelaskan bahwa waktu yang disediakan adalah 105 menit. Dengan rincian 15 menit untuk kegiatan awal termasuk apersepsi, 75 menit untuk kegiatan inti yaitu melakukan permainan jual beli sekaligus mengerjakan LKS yang telah disediakan, dan 15 menit untuk kegiatan akhir yaitu menyimpulkan materi yang telah dipelajari


(33)

9) Guru memberikan LKS kepada seluruh siswa

10) Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk bekerja secara kelompok ketika melakukan permainan jual beli dan mendiskusikan/ membahas hasil pekerjaan mereka dalam LKS setelah mendapat pengarahan dari guru

11) Guru menjelaskan aturan pengisian LKS dengan cara melakukan permainan jual beli, yaitu baik posisi siswa yang menjadi penjual ataupun sebagai pembeli dengan posisinya masing-masing sesuai dalam kelompoknya

12) Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab tentang uang sekaligus memperkenalkan uang logam yang berlaku sekarang di Indonesia, yaitu Rp.100,00 (seratus rupiah), Rp.200,00 (dua ratus rupiah), Rp.500,00 (lima ratus rupiah), dan Rp.1.000,00 (seribu rupiah)

13) Kemudian Guru memperkenalkan uang kertas yang berlaku sekarang di Indonesia, yaitu Rp.1.000,00 (seribu rupiah), Rp.2.000 (dua ribu rupiah), Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah), Rp.10.000,00 (sepuluh ribu rupiah), Rp.20.000,00 (dua puluh ribu rupiah), Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah), Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah)

b. Kegiatan Inti

1) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang kaitan materi soal cerita yang melibatkan uang yang sebelumnya guru memperkenalkan uang pada kegiatan awal di apersepsi


(34)

2) Siswa menyebutkan berbagai nilai mata uang logam dan kertas dari yang terkecil sampai yang terbesar

3) Guru menjelaskan kesetaraan nilai uang dari berbagai satuan uang lainnya

4) Siswa menyebutkan dan menentukan kesetaraan nilai uang dari berbagai satuan uang lainnya

5) Guru menjelaskan cara menaksir jumlah harga dari sekelompok barang yang bisa dibeli atau dijual sehari-hari

6) Siswa dapat menaksir jumlah harga dari sekelompok barang yang bisa dibeli atau dijual sehari-hari (sesuai contoh daftar barang dan harga yang disediakan guru)

7) Siswa menyimak aturan permainan jual beli dari guru

8) Sebelum permaian jual beli dimulai setiap siswa diberi modal barang berupa peralatan tulis dan masing-masing siswa juga diperbolehkan untuk mengeluarkan peralatan tulis yang mereka miliki sebagai modal barang yang akan dijual dalam permainan jual beli

9) Kemudian setiap siswa diberikan modal uang, dengan berbagai pecahan nilai mata uang sebagai alat tukar yang akan digunakan dalam permainan jual beli yaitu 1 lembar pecahan seratus ribu rupiah, 1 lembar pecahan lima puluh ribu rupiah, 1 lembar pecahan dua puluh ribu rupiah, 5 lembar pecahan sepuluh ribu rupiah, 5 lembar pecahan lima ribu rupiah, 5 lembar pecahan dua ribu rupiah, 5 lembar pecahan seribu rupiah, 5 keping pecahan lima ratus rupiah, 5 keping


(35)

pecahan lima ratus rupiah, 5 keping pecahan dua ratus rupiah, 5 keping pecahan seratus rupiah

10) Guru menjelaskan cara permainan jual beli dan menyuruh beberapa siswa ke depan untuk melakukan contoh permainan jual beli dari contoh soal cerita matematika yang disediakan guru

11) Siswa bersama kelompoknya masing-masing memperhatikannya dengan seksama

12) Guru memberikan LKS dalam bentuk soal cerita kepada masing-masing kelompok

13) Siswa bersama kelompoknya masing-masing menyelesaikan soal cerita matematika dengan melakukan permainan jual beli yaitu, dari setiap kelompoknya yang berjumlah 4 siswa, satu siswa memposisikan diri sebagai penjual dan 3 siswa lainnya memposisikan sebagai pembeli dan bila perlu posisi penjual dan pembeli dapat bergantian posisi.

14) Guru mengawasi jalannya permainan jual beli

15) Setelah selesai semua kelompok mengumpulkan jawaban c. Kegiatan Akhir

1) Siswa dan guru membahas hasil diskusi kelompok secara bersama-sama

2) Siswa menyusun kesimpulan berdasarkan hasil diskusi dan pertanyaan bimbingan dari guru


(36)

3. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas siswa dan mencatat hal-hal unik atau temuan-temuan selama pembelajaran menggunakan format catatan lapangan, selain itu peneliti juga meminta bantuan tiga orang observer untuk mengamati kinerja guru, aktivitas siswa dalam penerapan permainan jual beli melalui format indikator keberhasilan proses pembelajaran materi soal cerita yang melibatkan uang. Observasi tersebut dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini adalah lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa, serta format indikator keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan permainan jual beli.

Observasi ini dilakukan dengan tujuan mengumpulkan data dan merekam peristiwa baik itu kinerja guru maupun aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta hambatan-hambatan yang dialami siswa. Hasil observasi tersebut bisa dijadikan sumber informasi dan bahan kajian untuk mengukur keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tindakan penelitian. Refleksi mencakup kegiatan analisis, interprestasi, dan eksplansi terhadap semua informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan informasi yang didapat dibandingkan dengan teori atau hasil penelitian yang relevan. Hasil yang sudah dianalisis, kemudian melalui proses refleksi akan ditarik sebuah kesimpulan.


(37)

Tahap analisis dan refleksi dapat memberikan sebuah gambaran yang jelas mengenai hasil tindakan yang telah dilakukan dalam pembelajaran soal cerita matematika yang melibatkan uang. Hasil analisis dan refleksi bermanfaat bagi peneliti dalam melakukan tindakan berikutnya yakni sebagai umpan balik.

Dengan kegiatan refleksi ini, semua unsur dalam penelitian terjalin dan terkoordinasi dengan baik yaitu antara peneliti dan praktisi, sehingga semua yang terlibat dalam penelitian ini akan memperoleh bahan masukan yang berharga untuk meningkatkan profesionalismenya berkaitan dengan tugas mengajar di kelas. Hasil yang diperoleh dari kegiatan analisis dan refleksi dijadikan sumber bagi tindakan selanjutnya, yaitu dalam rangka memperbaiki, menyempurnakan, atau meninggalkan hal-hal yang kurang baik dalam proses pembelajaran sehingga kualitas proses dan hasil pembelajaran pada materi soal cerita matematika yang melibatkan uang dengan permainan jual beli pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor meningkat.

Kegiatan refleksi dalam penelitian ini adalah :

a) Mengecek data yang terkumpul dari lembar observasi (Kinerja guru dan aktivitas) dalam pembelajaran materi soal cerita matematika yang melibatkan uang menggunakan permainan jual beli. Setelah itu, data hasil dari observasi tersebut dikumpulkan dan dianalisis serta diinterpretasi. Hasil dari analisis dan interpretasi, data tersebut dijadikan patokan berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan.

b) Mendiskusikan langkah selanjutnya dari data yang diperoleh dengan ahli (dosen, guru, dan atau teman sejawat yang melaksanakan PTK).


(38)

c) Penyusunan kembali RPP dengan perbaikan yang mengacu pada hasil analisis tindakan sebelumnya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu berupa lembar observasi, lembar wawancara, tes, dokumentasi dan catatan lapangan. Instumen dapat dilakukan selama proses dan di akhir pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui dan mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa, dengan mengetahui dan mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa pekerjaan yang dilakukan hasilnya akan lebih baik.

“Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjan dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, 1997 : 136).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah : 1. Lembar Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai evaluasi. “Observasi adalah

pengamatan langsung terhadap suatu objek” (Arikunto, 1997 : 136). Objek yang

dimaksud adalah kinerja guru dan aktivitas siswa serta proses pembelajaran secara keseluruhan. Observer pertama mengamati kinerja guru dan dituangkan ke dalam lembar observasi kinerja guru yang mengamati kinerja guru mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai evaluasi. Observer kedua mengamati aktivitas siswa seperti ketepatan, kerjasama, partisipasi, motivasi dan sikap sportif siswa saat melakukan permainan. Observer ketiga mengamati proses penerapan permainan jual beli


(39)

yang dituangkan dalam format indikator keberhasilan proses pembelajaran permainan jual jual beli.

Observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Format observasi dapat terlampir.

2. Lembar wawancara

Wawancara adalah kegiatan dialog antara pewawancara dan yang diwawancarai dengan tujuan untuk memperoleh informasi. Arikunto, (1997 : 132) mengemukakan bahwa “wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)”. Wawancara tersebut dilakukan terhadap observer dan siswa di akhir kegiatan, yaitu tentang pembelajaran matematika pada materi soal cerita matematika yang melibatkan uang dengan menerapkan permainan jual beli. Wawancara yang dilakukan mengacu pada lembar wawancara sebagai instrumen agar pertanyaan yang diajukan dalam wawancara terarah dan sesuai tujuan. Format wawancara dapat terlampir.

3. Tes

Tes adalah latihan soal, baik soal berupa pertanyaan lisan ataupun tulis dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki individu atau

kelompok” (Arikunto, 1997 : 127). Dalam penelitian ini dilakukan tes tes tulis


(40)

peningkatan pemahaman siswa pada materi soal cerita matematika yang melibatkan uang dengan menerapkan permainan jual beli Format tes dapat terlampir.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data tertulis, tercetak, dan terekam sebagai bukti atau keterangan. Menurut Arikunto (1997 : 135). “Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan” Pada instrumen ini peneliti mencari data dalam bentuk foto dalam melakukan permainan jual beli dan diskusi. Dokumentasi dilakukan selama proses pembelajaran.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dilakukan selama proses pembelajaran, yaitu untuk memperoleh data tentang kinerja guru dan aktivitas siswa kelas III SD Negeri 2 Guwa Lor dalam pembelajaran matematika pada materi soal cerita yang melibatkan uang dengan menerapkan permainan jual beli. Catatan lapangan ini dirancang dan dibuat sendiri oleh peneliti dan digunakan pada setiap proses pembelajaran berlangsung.

Data hasil catatan lapangan diolah dengan cara dianalisis kemudian dideskripsikan menjadi berupa penjelasan atau pembahasan. Teknik pengolahan data hasil catatan lapangan tidak dibuatkan lebih rinci, karena catatan lapangan digunakan untuk memperkuat data hasil dari observasi kinerja guru maupun aktivitas siswa selama pembelajaran. Alat pengumpul data pada catatan lapangan yaitu menggunakan lembar catatan lapangan.


(41)

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data ini dilakukan selama berlangsungnya penelitian sejak awal sampai akhir pelaksanaan tindakan. Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari hasil wawancara, observasi, dan tes hasil belajar yang dilakukan terhadap siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon berupa data proses dan data hasil belajar siswa.

1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, tes, dan teknik hasil belajar. Data yang diperoleh dengan teknik-teknik diatas dikumpulkan secara bertahap dari setiap pembelajaran. Data yang diperoleh akan disatukan, dirangkum kemudian dianalisis kemudian disimpulkan. Data yang diperoleh dari berbagai instrumen seperti observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes hasil belajar, kemudian dikumpulkan dan dibagi ke dalam data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data kualitatif

Pengolahan data bersifat kualitatif adalah data yang diperoleh dikategorikan dan klasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan dan disajikan secara sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Data kualitatif diperoleh dari observasi, wawancara, dan catatan lapangan. Data kualitatif dari hasil observasi pada pembelajaran soal cerita matematika yang melibatkan uang berupa kinerja guru dan aktivitas siswa. Data kulitatif hasil


(42)

wawancara berasal dari keterangan-keterangan yang didapat dari siswa dan guru. Data kualitatif catatan lapangan berdasarkan temuan-temuan atau kejadian selama pembelajaran soal cerita matematika yang melibatkan uang dengan penerapan permainan jual beli.

b. Data kuantitatif

Data kuntitatif diperoleh dari instrumen tes hasil belajar. Tes hasil belajar ini berupa soal isian 10 nomor dan soal cerita yang berjumlah 5 nomor sebagai data awal setelah pelaksanaan tindakan. Setiap soal isian mempunyai skor 10 sehingga skor akhir menjadi 100 dan soal cerita mempunyai skor 20 sehingga skor akhir menjadi 100. Untuk menentukan kelulusan dengan cara menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Proses pengolahan data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan membuat abstraksi yaitu merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorisasikan, kemudian disajikan, dimaknai, dan terakhir diperiksa keabsahannya.

1) Teknik Pengolahan data proses

Data proses diolah dengan memberikan penilaian terhadap aspek yang terdapat pada lembar observasi kinerja guru, aktivitas siswa, catatan lapangan dan wawancara. Data proses diperoleh dari pelaksanaan tindakan yang diperlukan untuk mengetahui gambaran penerapan permainan jual beli yang berupa deskripsi proses pembelajaran dalam menyelesaikan soal cerita matematika.


(43)

Data hasil observasi terhadap kinerja guru diolah dengan teknik penskoran yang berpedoman pada deskriptor penskoran yang kemudian ditentukan jumlah skor serta diprosentasikan (%) terhadap aspek yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan target yang harus dicapai kemudian dideskripsikan.

Kinerja guru yang diamati terdiri dari perencanaan, pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, kegiatan akhir dan evaluasi. Perencanaan terdiri dari 8 aspek yang diamati, dan pelaksanaan terdiri dari 30 aspek yang diamati. Untuk masing-masing aspek memiliki 4 deskriptor. Kemunculan keempat descriptor ini dimasukan ke dalam penskoran. Skor berkisar antara 0-4. Setiap skor yang diperoleh pada semua aspek yang ada dalam perencanaan dipersentasikan untuk diisi di dalam kolom daya capai indikator. Jumlah skor pada perencanaan dipersentasikan terhadap skor ideal setiap aspek yaitu 16, dengan cara sebagai berikut :

Persentase = Jumlah skor yang diperoleh X 100% skor ideal

Selanjutnya menghitung jumlah skor pada aspek pelaksanaan dan evaluasi yang kemudian dipersentasikan seperti cara di atas hanya bedanya terletak pada skor ideal saja. Skor ideal untuk kegiatan awal pembelajaran adalah 32, kegiatan inti pembelajaran dan kegiatan akhir pembelajaran 120, serta evaluasi mempunyai skor ideal 60.

Langkah berikutnya ialah menentukan jumlah dan persentase masing-masing skor. Jumlah untuk skor 4, diperoleh dengan cara menjumlahkan setiap skor 4 yang diperoleh. Selanjutnya dipersentasikan dengan skor idealnya. Begitu pula untuk skor 3, 2, 1, dan 0 hanya bedanya skor ideal masing-masing


(44)

skor berbeda. Skor 3 mempunyai skor 45, skor 2 memiliki skor ideal 30, skor 1 memiliki skor ideal 15 dan skor 0 tentu saja skor idealnya juga 0.

Setelah itu menentukan jumlah skor dan persentase keseluruhan. Cara perhitungan persentase sebagai berikut :

Persentase = Jumlah skor yang diperoleh X 100% skor ideal

Target kinerja guru yang dicapai dalam penelitian ini adalah 90% untuk aspek yang diamati.

b) Observasi aktivitas siswa

Data hasil aktivitas siswa diolah dengan teknik penskoran. Aspek yang diamati terdiri dari 4 aspek. Setiap aspek memiliki 4 indikator yang harus muncul sehingga setiap aspek menyajikan skor antara 0-4. Jumlah skor yang didapat siswa kemusian dijumlahkan dan dipersentasikan dengan skor ideal yaitu 16. Persentase yang diperoleh kemudian diinterpretasikan ke dalam kategori sebagai berikut : 81% - 100% : Baik

41% - 80% : Cukup 0% - 40% : Kurang

Selanjutnya menghitung jumlah dan persentase dari murid yang mendapatkan kriteria B (baik), C (cukup), dan K (kurang) yang dipersentasikan terhadap jumlah siswa.

Target aktivitas siswa yang dicapai dalam penelitian ini adalah 90% untuk aspek yang diamati.


(45)

2. Teknik pengolahan data hasil

Data hasil belajar diperoleh melalui tes tulis. Dalam mengolah data hasil belajar, terlebih dahulu harus menetukan aspek-aspek yang akan dinilai. Aspek-aspek yang dinilai mengacu pada indikator materi soal cerita matematika yang melibatkan uang, yaitu menyebutkan nilai mata uang rupiah dari yang terkecil sampai yang terbesar yang berlaku sekarang dengan benar, menentukan kesetaraan nilai uang dengan berbagai satuan uang lainnya, menentukan jumlah harga dari sekelompok barang yang bisa dibeli atau dijual sehari-hari, menyelesaikan soal cerita yang melibatkan nilai uang. Penilaian mengacu pada pedoman penskoran. Sedangkan batas kelulusan skor didasarkan pada KKM yang telah ditetapkan diawal tahun pelajaran., seperti terlihat dalam tabel di bawah ini :

Rentangan batas ketuntasan disesuaikan dengan KKM yang telah ditentukan oleh guru wali kelas III SDN 2 Guwa Lor adalah 65. Siswa yang mendapat skor 65 atau lebih atau lebih dikatakan siswa itu tuntas. Siswa yang mendapat skor kurang dari 65 dikatakan tidak tuntas.

Langkah selanjutnya menghitung berapa siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Dengan demikian, akan diketahui aspek mana yang belum dicapai siswa sehingga peneliti dapat menentukan tindakan selanjutnya.

Berikut ini dijelaskan deskriptor KKM, yaitu :

a. Kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap kompetensi dasar/ indikator yang harus dicapai oleh siswa. Jika tingkat kompleksitas tinggi, skor yang dicantumkan rendah, begitu juga sebaiknya. Tingkat kompleksitas tinggi, jika dalam pelaksanaannya menuntut.


(46)

1) SDM

(a) Memahami kompetensi yang harus dicapai siswa. (b) Kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. 2) Waktu

Cukup lama karena perlu pengulangan

3) Penalaran dan kecermatan peserta didik yang tinggi b. Daya Dukung

Yaitu ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan termasuk media pembelajaran, biaya, manajemen sekolah dan kepeduliaan stakeholders sekolah. Jika daya dukung tinggi, skor yang dicantumkan tinggi, begitu juga sebaliknya.

c. Intake Siswa

Intake siswa adalah tingkat kemampuan rata-rata siswa secara keseluruhan pada tahun sebelumnya.

3. Teknik analis data

Analisis data yang digunakan bersifat kualitatif. Data yang diperoleh dikategorikan dan klasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan dan disajikan secara sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan peneliti bersama guru sebagai praktikan disajikan secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah dilakukan serta jenis perilaku yang telah dilakukan guru dan para siswa beserta dampak yang ditimbulkannya.


(47)

Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi yaitu dengan merangkumnya menjadi intisari yang terjaga kebenarannya. Selanjutnya, data tersebut disusun dan kategorisasikan, disajikan, dimaknai, disimpulkan, dan diperiksa keabsahannya. F. Validasi Data (untuk penelitian tindakan)

Validasi dilakukan untuk menguji derajat kebenaran penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Validasi data dalam penelitian ini merujuk pendapat

Hopkins (wiriaatmadja, 2008 : 168) yaitu “menempuh langkah member check,

audit trail, expert opinion, dan triangulasi. 1. Member Check

Member Check, yakni meninjau kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru maupun siswa melaui kegiatan reflektif-kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Syamsudin dan Damaianti (2006 : 242) mengemukakan bahwa “Member Check adalah memeriksa kembali keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara, apakah keterangan/ informasi itu tidak berubah

atau ajeg”. Dalam penelitian ini, Member Check dilakukan dengan meninjau

kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperolah selama observasi atau wawancara, dengan cara mengkonfirmasikan dengan guru maupun siswa melalui kegiatan reflektif-kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan


(48)

sementara untuk memperoleh tanggapan, sanggahan atau informasi tambahan baik dari guru maupun siswa, sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat validasi yang tinggi.

2. Audit Trail

Audit trail yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan mendiskusikannya dengan guru, pembimbing, peneliti senior dan teman-teman peneliti. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi. Audit Trail dilakukan untuk memvalidasi penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran materi soal cerita matematika yang melibatkan nilai uang dengan permainan jual beli. Kegiatan audit trail mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dngan cara mendiskusikan dengan pembimbing dan teman sejawat yang memiliki kemahiran berkaitan dengan PTK yang dilakukan.

3. Expert Opinion

Expert Opinion, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan peneliti kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan. “Expert Opinion dilakukan dengan mengecek validasi data dengan pakar profesional untuk memberikan pendapat atau arahan terhadap permasalahan maupun

langkah-langkah penelitian yang telah dilakukan”. (Syamsudin dan Damaianti, 2006 :

242). Pakar profesional dalam penelitian ini adalah pembimbing atau dosen mata kuliah matematika. Arahan atau pendapat dari pakar profesional tersebut akan memberikan validasi penelitian dan meningkatkan derajat kepercayaan.


(49)

4. Triangulasi

Triangulasi, yakni memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yakni guru dan siswa. Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. “Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran dengan membandingkan dengan

orang lain” (Syamsudin dan Damaianti, 2006 : 242). Triangulasi dalam

penelitian ini dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang observer (teman sejawat). Tujuannya untuk memperoleh derajat kepercayaan data yang maksimal. Peneliti melakukan kegiatan kolaboratif dengan guru, siswa, dan observer melalui kegiatan wawancara untuk memperoleh data yang valid.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita matematika yang melibatkan uang untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon, dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu menentukan tujuan dan materi pembelajaran, menelaah teori-teori pendukung, menentukan cara memotivasi dan pengorganisasian siswa, membuat RPP model yang akan diajukan dengan lengkap, menyediakan alat permainan jual beli dan LKS, membuat pedoman pengamatan proses pembelajaran berupa lembar observasi kinerja guru, lembar observasi aktivitas siswa, serta pedoman wawancara untuk guru dan siswa, melakukan tukar pendapat dengan ahli mengenai RPP dan instrumen yang akan digunakan untuk kemudian diperbaiki. Maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai kesimpulan yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran penerapan permainan jual beli untuk dapat memecahkan soal cerita matematika yang melibatkan uang pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

Pada tahap perencanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan jual beli. langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah membuat RPP, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan alat permainan, membuat alat evaluasi. Tahap


(51)

berikutnya guru berperan untuk menentukan penerapan permainan jual beli secara efektif.

2. Pelaksanaan pembelajaran penerapan permainan jual beli untuk dapat memecahkan soal cerita yang melibatkan pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan permainan jual beli guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa memperhatikan guru. Pada tahap pelaksanaan terdiri dari dua aspek yaitu aspek kinerja guru dan aktivitas siswa. Aspek kinerja guru diukur menggunakan tiga format yaitu format observasi kinerja guru dan wawancara. Sedangkan aktivitas siswa diukur melalui format observasi kinerja guru dan wawancara. Semua format dapat dilihat pada lampiran.

Dari hasil observasi kinerja guru dan wawancara dapat disimpulkan bahwa kinerja guru pada siklus I belum maksimal hal ini terlihat dari temuan-temuan sebagai berikut : apersepsi sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, tetapi belum maksimal, dalam mengkondisikan siswa cukup baik, menyampaikan tujuan cukup jelas, cukup lengkap dan cukup mudah dimengerti oleh siswa sehingga motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran cukup baik dan siswa dapat terlibat cukup penuh dalam pembelajaran. Dalam menyajikan informasi, guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran dengan mengkonstruksi pengetahuan baru siswa dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga materi yang disampaikan kurang dimengerti oleh siswa, guru kurang mampu dalam keterampilan bertanya sehingga hanya sebagian


(52)

siswa yang merespon pertanyaan dari guru, dan pada saat pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang kehilangan konsentrasi akibatnya waktu yang disediakan guru berasa kurang dalam menyelesaikan soal cerita yang melibatkan uang.

Kegiatan akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan materi pelajaran. Guru mengajukan beberapa pertanyaan berkelanjuatan yang mengarah pada kesimpulan materi yang seharusnya. Tetapi pertannyaan lebih banyak didominasi guru ketimbang siswa, akibatnya respon siswa sangat kurang.

Pada pelaksanaan siklus II segala kekurangan yang ada dapat diatasi dengan baik. Hal ini terlihat dari kemunculan aspek-aspek yang diharapkan baik pada kinerja guru, aktivitas siswa atau hasil dara belajar siswa. Pada kinerja guru aspek yang dicapai sebesar 98,14% artinya semua aspek yang diharapkan muncul dan mendapat kriteria baik, bahkan melebihi target yang ditetapkan yaitu 90%. Pada observasi aktivitas siswa dapat dicapai sebesar 91, 25% dari total semua aspek, yaitu aspek tanggungjawab, kerjasama, motivasi, dan partisipasi. Peningkatan sikap-sikap positif pada diri siswa dalam pembelajaran, seperti : sikap kerjasama dalam diskusi kelompok, setiap siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan, mengerjakan tugas dengan baik secara berkelompok sesuai waktu yang tersedia, menunjukan keberanian dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, tampak percaya diri dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata yang baik pada siklus II sebesar 82,31% artinya persentase tersebut telah mencapai batas kelulusan yang ditargetkan yaitu 80%.


(53)

3. Evaluasi pembelajaran penerapan permainan jual beli untuk dapat memecahkan soal cerita yang melibatkan pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

Ada dua tahap penilaian dalam evaluasi pembelajaran dengan menggunakan permainan jual beli, yaitu penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Pada penilaian proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dan wawancara, adapun aspek-aspek yang diamati yaitu aspek keaktipan dan ketepatan. Pada penilaian hasil belajar siswa diberi pos test secara individu dengan menggunakan batas lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Adapun yang menjadi indikator pada pos test tersebut yaitu siswa dapat memecahkan soal cerita yang melibatkan uang.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat baik setelah dilakukan tindakan sebanyak dua siklus. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata yang baik pada siklus II sebagai siklus akhir pembelajaran sebesar 82,31 artinya jumlah siswa yang tuntas adalah 20 orang.

Peningkatan hasil tes belajar siswa pada sisklus I dan siklus II secara lengkap dapat dilihat pada grafik 5.1 di bawah ini :


(54)

Gambar Grafik 5.1

Persentase Peningkatan Hasil Tes Belajar Siswa dari Data Awal sampai Siklus II

Jadi pembelajaran dengan menggunakan permainan jual beli sangat membantu siswa dalam memecahkan soal cerita matematika yang melibatkan uang, hasilnya nilai siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya karena siswa merasa senang, menarik dan termotivasi dalam belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita yang melibatkan uang untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor maka dapat peneliti kemukakan beberapa saran sebagai berikut :

2. Untuk Guru

Dalam meningkatkan prestasi belajar, guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan melibatkan siswa secara penuh dalam pembelajaran, guru hendaknya mampu menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, yang dapat menggairahkan dan memberikan motivasi yang

P

erse


(55)

tinggi kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga hal tersebut akan mampu menciptakan siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik. Upaya yang dilakukan adalah dengan mencari alternatif yang lebih baik dalam menggunakan metode permainan, terutama pembelajaran untuk memecahkan soal cerita matematika yang melibatkan uang, salah satunya adalah dengan menggunakan permainan jual beli.

2. Untuk Peneliti lain

Penerapan permainan hendaknya dapat jadikan sebagai bahan pedoman dalam penelitian di SD yang akan di observasi dan dapat pula divariasikan dengan cara, teknik ataupun menambahkan media yang memungkinkan. Selain itu para peneliti diharapkan mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang pemecahan soal cerita matematika yang melibatkan uang dengan permainan jual beli.

3. Untuk Sekolah

Penerapan permainan hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut pada setiap mata pelajaran. Karena penggunaan permainan menunjukan efektifitas bagi perolehan hasil belajar siswa. Baik dilihat pengaruhnya terhadap penguasaan materi pembelajaran maupun dari pengembangan sikap dan keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan di masyarakat.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Departemen pendidkan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai pustaka.

Fathurrohman, Pupuh, Pfof & M. Sobry Sutisno, M.Pd. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Refika Aditama Husnul Khotimah. (2009). Upaya meningkatkan penguasaan Fakta

Dasr Perkalian melalui Permainan Dua Persegi Bilangan (Domi Numbers) pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Guwa Lor Kec. Kaliwedi Kab. Cirebon. Skripsi PGSD UPI Bandung : tidak dipublikasikan.

Ismail, Andang (2006). Education Games. Yogyakarta : Pilar media Kasbolah, Kasihani. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang :

Depdikbud.

Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. (2007). Jakarta : Media informasi

Mayadiana, Dina. (2009). Suatu Alternatif Pembelajaran kemampuan Berfikir Kritis Matematika. Jakarta : Cakrawala Maha Karya

Munawir Yusuf dkk. (2003). Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo : Tiga serangkai

Mulyasa, E, Dr, M.Pd. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rosda

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Depdiknas.

Rakhmat, M.Pd, C. Drs dan Suhendi D. Drs (1998/1999). Evaluasi pengajaran. Jakarta : Depdikbud.

Rasji, sulaiman. (1976). Fiqih Islam. Jakarta : Attahiriyah

Rosalin, Elin. (2008). Gagasan merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT. Karsa Mandiri persada


(57)

Ruseffendi, E.T., dkk (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Depdikbud.

Syaiful Bahri Djamarah, Drs.Psikologi belajar. Jakarta : Rineka Cipta Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.

Depdiknas Dirjen dikti.

Subarinah, S, M.Si. (2006). Inovasi pembelajaran Matematika Sekolah dasar. Depdiknas

Susilowati, Erna. (2007). Sejarah Uang. Surakarta : PT Widya Duta Grafika

Tarigan, Daitin (2006) Pembelajaran Matematika realistic. Jakarta : Depdiknas

Wiriaatmadja, Rochiati (2008). Metode Oenelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda Karya


(1)

siswa yang merespon pertanyaan dari guru, dan pada saat pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang kehilangan konsentrasi akibatnya waktu yang disediakan guru berasa kurang dalam menyelesaikan soal cerita yang melibatkan uang.

Kegiatan akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan materi pelajaran. Guru mengajukan beberapa pertanyaan berkelanjuatan yang mengarah pada kesimpulan materi yang seharusnya. Tetapi pertannyaan lebih banyak didominasi guru ketimbang siswa, akibatnya respon siswa sangat kurang.

Pada pelaksanaan siklus II segala kekurangan yang ada dapat diatasi dengan baik. Hal ini terlihat dari kemunculan aspek-aspek yang diharapkan baik pada kinerja guru, aktivitas siswa atau hasil dara belajar siswa. Pada kinerja guru aspek yang dicapai sebesar 98,14% artinya semua aspek yang diharapkan muncul dan mendapat kriteria baik, bahkan melebihi target yang ditetapkan yaitu 90%. Pada observasi aktivitas siswa dapat dicapai sebesar 91, 25% dari total semua aspek, yaitu aspek tanggungjawab, kerjasama, motivasi, dan partisipasi. Peningkatan sikap-sikap positif pada diri siswa dalam pembelajaran, seperti : sikap kerjasama dalam diskusi kelompok, setiap siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan, mengerjakan tugas dengan baik secara berkelompok sesuai waktu yang tersedia, menunjukan keberanian dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, tampak percaya diri dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata yang baik pada siklus II sebesar 82,31% artinya persentase tersebut telah mencapai batas kelulusan yang ditargetkan yaitu 80%.


(2)

soal cerita yang melibatkan pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon.

Ada dua tahap penilaian dalam evaluasi pembelajaran dengan menggunakan permainan jual beli, yaitu penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Pada penilaian proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dan wawancara, adapun aspek-aspek yang diamati yaitu aspek keaktipan dan ketepatan. Pada penilaian hasil belajar siswa diberi pos test secara individu dengan menggunakan batas lulus KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Adapun yang menjadi indikator pada pos test tersebut yaitu siswa dapat memecahkan soal cerita yang melibatkan uang.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat baik setelah dilakukan tindakan sebanyak dua siklus. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata yang baik pada siklus II sebagai siklus akhir pembelajaran sebesar 82,31 artinya jumlah siswa yang tuntas adalah 20 orang.

Peningkatan hasil tes belajar siswa pada sisklus I dan siklus II secara lengkap dapat dilihat pada grafik 5.1 di bawah ini :


(3)

Gambar Grafik 5.1

Persentase Peningkatan Hasil Tes Belajar Siswa dari Data Awal sampai Siklus II

Jadi pembelajaran dengan menggunakan permainan jual beli sangat membantu siswa dalam memecahkan soal cerita matematika yang melibatkan uang, hasilnya nilai siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya karena siswa merasa senang, menarik dan termotivasi dalam belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan permainan jual beli dalam memecahkan soal cerita yang melibatkan uang untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III SDN 2 Guwa Lor maka dapat peneliti kemukakan beberapa saran sebagai berikut :

2. Untuk Guru

Dalam meningkatkan prestasi belajar, guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan melibatkan siswa secara penuh dalam pembelajaran, guru hendaknya mampu menyajikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, yang dapat menggairahkan dan memberikan motivasi yang

P

erse


(4)

mampu menciptakan siswa yang memiliki prestasi belajar yang baik. Upaya yang dilakukan adalah dengan mencari alternatif yang lebih baik dalam menggunakan metode permainan, terutama pembelajaran untuk memecahkan soal cerita matematika yang melibatkan uang, salah satunya adalah dengan menggunakan permainan jual beli.

2. Untuk Peneliti lain

Penerapan permainan hendaknya dapat jadikan sebagai bahan pedoman dalam penelitian di SD yang akan di observasi dan dapat pula divariasikan dengan cara, teknik ataupun menambahkan media yang memungkinkan. Selain itu para peneliti diharapkan mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang pemecahan soal cerita matematika yang melibatkan uang dengan permainan jual beli.

3. Untuk Sekolah

Penerapan permainan hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut pada setiap mata pelajaran. Karena penggunaan permainan menunjukan efektifitas bagi perolehan hasil belajar siswa. Baik dilihat pengaruhnya terhadap penguasaan materi pembelajaran maupun dari pengembangan sikap dan keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan di masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Departemen pendidkan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai pustaka.

Fathurrohman, Pupuh, Pfof & M. Sobry Sutisno, M.Pd. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Refika Aditama Husnul Khotimah. (2009). Upaya meningkatkan penguasaan Fakta

Dasr Perkalian melalui Permainan Dua Persegi Bilangan (Domi Numbers) pada Siswa Kelas II SD Negeri 2 Guwa Lor Kec. Kaliwedi Kab. Cirebon. Skripsi PGSD UPI Bandung : tidak dipublikasikan.

Ismail, Andang (2006). Education Games. Yogyakarta : Pilar media Kasbolah, Kasihani. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang :

Depdikbud.

Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. (2007). Jakarta : Media informasi

Mayadiana, Dina. (2009). Suatu Alternatif Pembelajaran kemampuan Berfikir Kritis Matematika. Jakarta : Cakrawala Maha Karya

Munawir Yusuf dkk. (2003). Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo : Tiga serangkai

Mulyasa, E, Dr, M.Pd. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rosda

Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Depdiknas.

Rakhmat, M.Pd, C. Drs dan Suhendi D. Drs (1998/1999). Evaluasi pengajaran. Jakarta : Depdikbud.

Rasji, sulaiman. (1976). Fiqih Islam. Jakarta : Attahiriyah

Rosalin, Elin. (2008). Gagasan merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT. Karsa Mandiri persada


(6)

Syaiful Bahri Djamarah, Drs.Psikologi belajar. Jakarta : Rineka Cipta Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia.

Depdiknas Dirjen dikti.

Subarinah, S, M.Si. (2006). Inovasi pembelajaran Matematika Sekolah dasar. Depdiknas

Susilowati, Erna. (2007). Sejarah Uang. Surakarta : PT Widya Duta Grafika

Tarigan, Daitin (2006) Pembelajaran Matematika realistic. Jakarta : Depdiknas

Wiriaatmadja, Rochiati (2008). Metode Oenelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosda Karya


Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas III SDN Tunas Mekar

2 21 171

PENERAPAN PERMAINAN TEBAK KATA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 02 KALIWULUH Penerapan Permainan Tebak Kata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas Iv Sdn 02 Kaliwuluh Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar

0 0 14

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI SOAL CERITA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN PASIRBENTENG 2 KECAMATAN RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG PADA PEMBELAJARAN PECAHAN.

0 3 61

PENERAPAN PERMAINAN KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BEBER KECAMATAN BEBER KABUPATEN CIREBON.

0 4 45

PENERAPAN MODEL INKUIRI DENGAN MENGGUNAKAN BINGKAI KAYU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENGHITUNG KELILING PERSEGIPANJANG (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III SDN 2 Cikeusal Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon).

0 0 50

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN SEBAGAI PENGARANG DAN EDITOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAPUAN SISWA DALAM MENULIS SURAT DI KELAS IV SDN 1 UJUNGSEMI KECAMATAN KALIWEDI KABUPATEN CIREBON.

0 0 44

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONSEP DASAR PERKALIAN (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon).

0 0 46

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SDN 2 MAYONG LOR

0 0 22

PENERAPAN METODE SNOWBALL DRILLING (LATIHAN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KALIWEDI KECAMATAN KALIWEDI KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 23

PENGARUH METODE RESOURCE PERSON TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SDN 2 SEDONG LOR KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 14