PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONSEP DASAR PERKALIAN (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon).

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDN Orimalang

Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar

Oleh: SUMARNI

1106941

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG 2013


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDN Orimalang

Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon)

oleh

SUMARNI 1106941

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Drs. H. ALI SUDIN, M.Pd. NIP. 195703021980031006

Pembimbing II,

RIANA IRAWATI, M. Si. NIP. 198011252005012002

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

RIANA IRAWATI, M. Si. NIP. 198011252005012002


(3)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Konsep Dasar Pekalian (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon) ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, April 2013 Yang membuat pernyataan,

SUMARNI NIM. 1106941


(4)

i

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 6

1. Rumusan Masalah ... 6

2. Pemecahan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat penelitian ... 10

D. Batasan Istilah ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Hakikat dan Pembelajaran Matematika ... 12

1. Pengertian Matematika ... 12

2. Pembelajaran Matematika di SD ... 13

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 14

4. Klasifikasi Pembelajaran Matematika ... 16

5. Pembelajaran Matematika di SD ... 17

B. Karakteristik Siswa SD dalam Pembelajaran Matematika ... 19

C. Teori Belajar dalam Matematika ... 21

1. Teori Belajar Brunner ... 21

2. Teori Belajar Jean Piaget ... 21

3. Teori Belajar Ausubel ... 23

D. Pendekatan Matematika Realistik ... 24

1. Pendekatan Matematika Realistik ... 24

2. Filsafat Pembelajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Realistik 26 3. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik ... 29

4. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual ... 32

E. Konsep Dasar Perkalian ... 30

F. Sifat˗sifat Perkalian ... 32

G. Penelitian yang Relevan ... 33


(5)

ii

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

B. Subjek Penelitian ... 38

C. Metode dan Desain Penelitian ... 38

1. Metode Penelitian ... 38

2. Desain Penelitian ... 40

D. Prosedur Penelitian ... 42

1. Perencanaan ... 42

2. Pelaksanaan Tindakan ... 43

3. Observasi ... 44

4. Refleksi ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48

1. Teknik Pengolahan Data ... 48

a. Teknik Pengolahan Data Proses ... 48

b. Teknik Pengolahan Data Hasil ... 51

2. Analisis Data ... 52

G. Validasi Data ... 53

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Paparan Data Awal ... 55

1. Analisis Proses ... 55

a. Kinerja Guru ... 55

b. Aktivitas Siswa ... 56

2. Analisis Hasil ... 56

3. Hasil Wawancara ... 58

a. Guru ... 58

b. Siswa ... 58

B. Paparan Data Tindakan ... 59

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 59

a. Paparan Data Perencanaan Siklus I ... 59

b. Paparan Data Proses Siklus I ... 60

c. Paparan Data Hasil Siklus I ... 67

d. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 68

1) Analisis Siklus I ... 68

2) Refleksi Siklus I ... 70

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 73

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 74

b. Paparan Data Proses Siklus II ... 74

c. Paparan Data Hasil Siklus II ... 79

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 80

1) Analisis Siklus II ... 80

2) Refleksi Siklus II ... 81


(6)

iii

1. Paparan Pendapat Siswa ... 82

2. Paparan Pendapat Guru ... 84

D. Pembahasan ... 85

1. Kinerja Guru dalam Penerapan Pendekatan Matematika Realistik 85 2. Aktivitas Siswa dalam Penerapan Pendekatan Matematika Realistik 88 3. Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Pendekatan Matematika Realistik ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 100


(7)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Skor Setiap Soal ... 51

3.2 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 52

4.1 Hasil Tes Pemahaman Siswa ... 57

4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 64

4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 66

4.4 Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus I ... 67

4.5 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 77

4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 78


(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Model Spiral Kemis & Taggart ... 40

4.1 Grafik Peningkatan Kinerja Guru ... 88

4.2 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa ... 88

4.3 Grafik Peningkatan Hasil Tes Pemahaman Siswa ... 89


(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

A. Siklus I

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 100

Lampiran 2 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 108

Lampiran 3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 113

Lampiran 4 Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus I ... 116

Lampiran 5 Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 117

Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru ... 119

Lampiran 7 Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 120

Lampiran 8 Sampel Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus I ... 125

Lampiran 9 Sampel Hasil Wawancara terhadap Siswa Siklus ... 134

B. Siklus II Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 140

Lampiran 11 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 148

Lampiran 12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 153

Lampiran 13 Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus II ... 156

Lampiran 14 Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 157

Lampiran 15 Hasil Wawancara Guru Siklus II ... 160

Lampiran 16 Sampel Hasil Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 161

Lampiran 17 Sampel Hasil Tes Pemahaman Siswa Siklus II ... 166

Lampiran 18 Sampel Hasil Wawancara terhadap Siswa Siklus II ... 175

C.Administrasi Lampiran 19 Surat-surat yang Terkait dengan Penelitian ... 181

Lampiran 20 Daftar Monitoring Bimbingan ... 184

D. Dokumentasi Lampiran 21 Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan ... 185


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar mempunyai posisi yang sangat penting, karena dapat memberi bekal kemampuan berhitung dan bernalar. Melalui matematika, siswa dilatih untuk berpikir logis, rasional, dan kritis dalam bertindak sehingga mampu bertahan dan berhasil dalam persaingan. Adapun tujuan umum pelajaran matematika dalam Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006: 49) sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antara konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai keguanaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan umum pembelajaran matematika di atas, guru sebagai pendidik memiliki tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan tujuan tersebut.

1. Perbuatan yang Seharusnya Dilakukan oleh Guru SD

Hal terpenting untuk mewujudkan semua itu adalah bagaimana menerapkan pembelajaran matematika agar mudah dipahami siswa, dan siswa mampu mengembangkan apa yang dipelajari dalam kehidupannya. Maka guru SD


(11)

perlu memiliki pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang lebih baik dalam menyampaikan materi yang akan diberikan kepada siswa.

2. Fakta Dilapangan

Pada kenyataannya, proses belajar-mengajar seringkali dihadapkan pada hambatan-hambatan yang muncul, di antaranya: guru tidak memperhatikan kepentingan siswa sehingga banyak yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan. Dalam hal ini, guru juga kurang kreatif dalam merancang pembelajaran yang bermakna, sehingga dapat mengakibatkan dampak yang sangat buruk terhadap sikap dan minat serta pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Dampak yang Muncul

Hambatan yang muncul di atas, berdampak pada hasil belajar yang rendah. Seperti yang terjadi pada siswa kelas II SD Negeri Orimalang, sebagian besar hasil belajar siswanya rendah terutama pada pokok bahasan perkalian. Hasil observasi awal pada tanggal 2 Agustus 2012 menunjukkan hanya 12% siswa yang tuntas belajar, walaupun hanya dengan kemampuannya menghafal perkalian tanpa pemahaman konsep dasar perkalian. Hal ini disebabkan guru mengajar matematika dengan cara dan metode tradisional, materinya disampaikan hanya dengan pemberian hafalan-hafalan perkalian 1 sampai 10 tanpa pemahaman konsep dasar perkalian, sehingga sebagian siswa hanya hafal hasil perkaliannya saja tanpa dapat menjelaskan cara mendapatkan hasil perkalian tersebut.

Bruner (Winataputra, dkk., 2008: 3.14) mengemukakan, "Pembelajaran matematika akan berhasil jika pembelajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan


(12)

struktur-struktur". Guru yang tidak mengarahkan konsep dengan mengkonkretkan contoh membuat siswa sulit memahami konsep dasar perkalian.

Padahal menurut Piaget (Muhsetyo, dkk., 2008 : 1.9),

Selama tahap operasi konkret (7-12 tahun atau anak usia SD) mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan ide-ide abstrak dengan pengalaman-pengalaman yang langsung dialami.

Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan pembelajaran bagi siswa SD harus melibatkan bantuan benda-benda konkret sebagai perantara anak agar dapat berpikir logis. Pemahaman siswa terhadap konsep dasar perkalian perlu ditingkatkan agar siswa bisa lebih mudah memahami konsep-konsep pada kelas selanjutnya sehingga tidak hanya hafal dengan urutan perkalian saja tetapi betul-betul dilandasi oleh konsep yang jelas.

Perkalian adalah penjumlahan berulang dengan angka yang sama. Dari pengertian tersebut, sudah jelas adanya keterkaitan antara perkalian dan penjumlahan. Perkalian "3 x 4" (yang dibaca tiga kali empatnya) diartikan sebagai “ 4 + 4 + 4”.

Untuk itu dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian, guru harus menanamkan konsep bahwa perkalian itu merupakan penjumlahan berulang dengan angka yang sama. Sesuai dengan teori piaget (Muhsetyo, dkk., 2008: 1.10), "Dalam pembelajaran matematika perlunya keterkaitan materi baru dengan materi yang telah diberikan, sehingga lebih memudahkan peserta didik memahami materi baru".


(13)

Berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2012, maka peneliti mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian sebagai berikut.

a. Analisis Proses

1) Kinerja Guru

a) Guru tidak memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi yang lalu atau konsep matematika sebelumnya.

b) Guru tidak memperhatikan kesiapan, tingkat kematangan dan cara belajar siswa.

c) Guru kurang kreatif dalam merancang pembelajaran yang bermakna. d) Guru mengajar matematika dengan cara dan metode tradisional,

materinya disampaikan hanya dengan pemberian hafalan-hafalan perkalian 1 sampai 10 tanpa pemahaman konsep dasar perkalian. e) Guru tidak menggunakan alat peraga untuk memberikan contoh

konkret. 2) Aktivitas Siswa

a) Sebagian besar siswa mengobrol saat pembelajaran berlangsung. b) Hanya sebagian kecil siswa yang memperhatikan penjelasan guru. c) Sebagian kecil siswa mengganggu temannya, sehingga kelas ribut.

b. Analisis Hasil

1) Siswa tidak dapat menggunakan konsep penjumlahan berulang dalam mengerjakan soal perkalian.


(14)

2) Siswa hanya menghafal perkalian 1 sampai 10 tanpa pemahaman konsep dasar perkalian, sehingga menyelesaikan soal perkalian semampunya sesuai dengan penguasaan hafalan perkalian.

3) Siswa sulit memahami konsep dasar perkalian.

4) Sebagian siswa yang tidak menguasai hafalan, tidak dapat mengerjakan soal perkalian.

4. Upaya untuk Mengatasi Masalah yang Muncul

Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian diperlukan suatu pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat dengan mudah dipahami siswa sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pendekatan yang memungkinkan adalah dengan menggunakan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Matematics Education) atau disingkat RME.

Pendidikan Matematika Realistik adalah pendekatan belajar-mengajar matematika yang memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika. Jadi, siswa tidak belajar konsep matematika dengan cara langsung dari guru atau orang lain melalui penjelasan, tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang diketahui oleh siswa itu sendiri. Dari sesuatu yang diketahui, siswa melakukan, berbuat, mengerjakan, menginterpretasikan, dan semacamnya, yang akhirnya siswa memahami konsep matematika.


(15)

Dengan pendekatan realistik diharapkan prestasi, sikap dan minat siswa kelas II SDN Orimalang terhadap matematika terutama dalam pemahaman konsep dasar perkalian akan menjadi lebih baik sehingga mereka siap menerima materi yang lebih kompleks di tingkat yang selanjutnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Konsep Dasar Perkalian ( Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon).

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ini. a. Bagaimana perencanaan penerapan pendekatan matematika

realistik dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dasar perkalian di kelas II SDN Orimalang?

b. Bagaimana pelaksanaan penerapan pendekatan matematika realistik dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dasar perkalian di kelas II SDN Orimalang?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa terhadap konsep dasar perkalian di kelas II SDN Orimalang setelah penerapan pendekatan matematika realistik?


(16)

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat dengan mudah dipahami siswa sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pendekatan yang memungkinkan adalah dengan menggunakan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Matematics Education) atau disingkat RME untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konsep perkalian di kelas II SDN Orimalang tersebut. Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan belajar˗mengajar matematika yang memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai jembatan untuk memahami konsep˗konsep matematika. Dalam kegiatan pembelajarannya, guru membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep perkalian dengan cara melibatkan siswa kedalam masalah kontekstual yaitu masalah yang biasa dihadapi siswa dalam kehidupan sehari˗harinya mengenai perkalian. Siswa dibimbing untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan model. Model tersebut yakni kemampuan siswa dalam menggunakan strategi untuk memecahkan masalah dari masalah yang bersifat kontekstual menjadi masalah matematik. Setelah siswa dapat mengkontruksi masalah kontekstual menjadi matematik, guru membimbing siswa dengan bernegosiasi, memberikan penjelasan dan pembenaran pemecahan masalah yang dilakukan siswa sehingga sampailah pada pemahaman konsep.


(17)

Berikut gambaran pelaksanaan pembelajarannya. a. Tahap Perencanaan

1) Membuat rancangan pembelajaran (RPP) dengan pendekatan matematika realistik.

2) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

3) Membuat alat evaluasi, untuk mendapatkan data mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam perkalian.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari skenario pembelajaran penerapan pendekatan matematika realistik dalam konsep perkalian. Pengembangan pendekatan matematika realistik ini dipaparkan dalam langkah-langkah pembelajaran atau skenario pembelajaran yang dituangkan dalam RPP.

Langkah-langkah kegiatan pembelajarannya sebagai berikut. 1) Mengkondisikan siswa ke arah yang kondusif.

2) Memotivasi siswa.

3) Melakukan apersepsi sebelum kegiatan inti pembelajaran. 4) Menginformasikan tujuan pembelajaran.

5) Pelajaran dimulai dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa terlibat dalam pelajaran secara bermakna.

6) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan secara berkelompok.


(18)

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

c. Tahap Evaluasi

Peningkatan keberhasilan belajar siswa baik selama proses maupun hasil belajar yang telah dicapai siswa, dapat diketahui melalui tahap penilaian. Penilaian pembelajaran dengan penerapan pendekatan matematika realistik ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai. Penilaian proses dilakukan guru dengan cara mengobservasi aktivitas siswa dengan alat lembar observasi, sedangkan setelah pembelajaran berupa hasil belajar siswa yang didapat melalui jawaban siswa dari soal tes yang diterima siswa.

Untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran perkalian, yang digunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 55,56. Adapun target ketuntasan klasikal ditetapkan sebesar 80% dari keseluruhan jumlah siswa atau 20 orang siswa.

Target ketercapaian indikator perencanaan dan pelaksanaan kinerja guru selama pembelajaran adalah 80% guru mencapai kriteria baik dan dapat menampilkan kegiatan pembelajaran yang terdapat pada instrumen.


(19)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui perencanaan penerapan pendekatan matematika realistik dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dasar perkalian di kelas II SD Negeri Orimalang.

b. Mengetahui pelaksanaan penerapan pendekatan matematika realistik dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep dasar perkalian di kelas II SD Negeri Orimalang.

c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa terhadap konsep dasar perkalian di kelas II SD Negeri Orimalang setelah penerapan pendekatan matematika realistik.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan konsentrasi, siswa terlibat aktif dalam proses mengandalkan pendengaran dan mengalami secara praktis. bermakna dan menarik, karena pembelajaran yang tidak hanya penglihatan saja, tetapi juga mengalami secara praktis.

2) Memberikan pembekalan belajar yang bermakna terhadap siswa dalam memahami konsep dasar perkalian.

3) Melatih siswa bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap tugas. b. Bagi Guru


(20)

2) Meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar di kelas melalui perkalian dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk memaksimalkan potensi siswa dalam matematika.

3) Membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif dan kreatif.

D. Batasan Istilah

1. Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan belajar-mengajar matematika yang memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika (Windayana, 2007: 21).

2. Konsep dasar perkalian adalah penjumlahan berulang dengan angka yang sama (Sutawidjaja, 1992: 127) Contohnya:

a. Perkalian "3 x 4" (yang dibaca tiga kali empatnya) diartikan sebagai "4 + 4 + 4".

b. Perkalian "4 x 3" (yang dibaca empat kali tiganya) diartikan sebagai "3 + 3 + 3 + 3".

Jadi, axb=b + b + b+ ... + b (sebanyak a kali)

3. Hasil belajar adalah ketuntasan belajar yang diperoleh dalam proses pembelajaran (Puspitaningsih, 2006: 14).


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah SDN Orimalang beralamat di Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, karena SD tersebut memerlukan inovasi untuk meningkatkan kualitas siswa, guru dan sekolah itu sendiri.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasari dengan pertimbangan berikut. a. Masih ada masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program sekolah

khususnya dalam perkalian bilangan, sehingga menggugah minat peneliti untuk mencari solusi terbaik dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah ini.

b. Peneliti lebih memahami karakteristik siswa, keadaan sekolah, lingkungan sekitar sekolah, termasuk proses pembelajaran yang berlangsung karena SD tersebut merupakan tempat peneliti mengajar.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu selama lima bulan, mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember tahun 2012. Selama bulan Agustus digunakan pembuatan dan seminar proposal, bulan Februari sampai November perencanaan penelitian, pelaksanaan tindakan dan


(22)

mulai penyusunan laporan dan menyusun skripsi, serta bulan Januari digunakan untuk sidang dan perbaikan skripsi.

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Orimalang tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 25 orang siswa. Adapun alasan pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah berdasarkan dari tes awal pada materi menentukan hasil perkalian diperoleh hasil bahwa hanya 12% dari jumlah siswa yang tuntas belajar dan 88% mendapat nilai di bawah nilai KKM yang diharapkan yaitu 55,56.

Hal ini juga didasari oleh hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, serta wawancara kepada observer dan siswa, ternyata dalam pembelajaran terkesan biasa saja dan membuat para siswa jenuh untuk mengikuti pembelajaran sehingga siswa kurang begitu mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Oleh sebab itu dilakukan upaya perbaikan pada proses maupun hasil pembelajaran.

C.Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini muncul dari praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan langsung oleh guru dan siswa kelas II SDN Orimalang di dalam kelas, yaitu soal pembelajaran mengenai menentukan perkalian. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran


(23)

tersebut. Metode yang tepat dan relevan dengan masalah yang dihadapi adalah melalui metode penelitian tindakan kelas ( classroom action research ).

Beberapa ahli menemukakan tentang penelitian tindakan kelas ( PTK ), di antaranya yaitu pendapat dari Ebbut (Wiriaatmadja, 2005: 12) bahwa,

Penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Sedangkan Suhardjono (Arikunto dkk, 2006: 58) mengemukakan, „penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya‟. Arikunto (2006: 91)

juga menyimpulkan bahwa, “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas”.

Dengan mengacu kepada beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran, sehingga PTK berfokus pada permasalahan praktis, yaitu masalah proses pembelajaran seperti suasana kelas yang kurang kondusif, metode pembelajaran yang kurang tepat, media pembelajaran yang kurang mendukung, dan system penilaian yang kurang sesuai. Oleh karena itu penulis memilih metode penelitian tindakan kelas ini agar permasalahan yang terdapat di sekolah yang bersangkutan bisa terselesaikan dengan baik dengan memperbaiki proses pembelajarannya.


(24)

2. Desain Penelitian

Desain PTK yang digunakan adalah desain Kemmis & McTaggart. Desain Kemmis & McTaggart menggunakan sistem spiral refleksi yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali sebagai ancang-ancang pemecahan permasalahan, seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.1

Model Spiral Kemis & Mc. Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66)

Tahap perencanaan (plan) merupakan bagian awal dari rancangan penelitian tindakan kelas berisi rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati dan mempersiapkan model pembelajaran, fasilitas, waktu, observer dan instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama pengamatan berlangsung. Arikunto dkk (2006)mengemukakan dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang


(25)

apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Tahap pelaksanaan tindakan (act) adalah melaksanakan tindakan yang sudah dirumuskan. Dalam melaksanakan tindakan guru tidak ragu lagi, karena jika rencana tidak terlaksana maka mengembangkan gagasan yang sebelumnya tidak direncanakan. Arikunto dkk (2006: 18) mengemukakan bahwa, “tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas.”

Tahap observasi (observe) dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan observasi, yang dicari adalah data tentang pelaksanaan dari perencanaan yang dilakukan dengan cara pengamatan secara rinci dan dibuat bukti fisik, karena hasil observasi kemudian dijadikan bahan kajian untuk kegiatan mengkaji mengukur keberhasilan tindakan.

Tahap refleksi (reflect) pada dasarnya merupakan dan membahas secara menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan, berdasarkan data yang telah terkumpul dan melakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Moleong (2002: 103) mengemukakan bahwa, “data yang telah terkumpul dianjurkan secepatnya dianalisis dan ditafsirkan sehingga dapat segera diketahui kesesuaian tindakan yang dilakukan dengan harapan”.

Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam satu pertemuan yang terdiri dari dua jam pelajaran. Pada akhir pertemuan dilakukan evaluasi mengenai tercapainya tujuan, yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dalam menentukan hasil perkalian.


(26)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh disesuaikan dengan PTK desain Kemmis dan Mc.Taggart model spiral yang terdiri dari: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini, rencana tindakannya adalah merencanakan penerapan model matematika realistik dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep dasar perkalian di kelas II. Kemudian rencana tersebut dilaksanakan dan diobservasi, serta akhirnya direfleksi untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan. Secara rinci prosedur penelitian tindakan tersebut dijabarkan pada paparan berikut ini.

1. Perencanaan

Berikut tahap perencanaan dalam penelitian ini:

a. Mencari ide yang relevan dan mempersempit ide agar masalah yang akan diteliti semakin jelas.

b. Menyusun rumusan masalah dan merumuskan tujuan penelitian serta mengkaji mengenai pentingnya masalah itu diteliti.

c. Menelaah beragam bahan-bahan studi literatur dan mempertimbangkan serta menetapkan tindakan perbaikan apa yang sekiranya dapat dilakukan.

d. Merumuskan desain penelitian, menentukan alternatif instrumen yang tepat, menentukan analisa data dan menyusun rencana prosedur penelitian.

Pada penelitian ini yang dijadikan tolak ukur pencapaian pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model matematika realistik ini adalah dapat


(27)

memahami konsep dasar perkalian sehingga hasil belajar siswa pada konsep dasar perkalian ini meningkat.

2. Pelaksanaan tindakan

Prosedur pelaksanaan tindakakan pada penelitian ini menggunakan desain Kemmis & Mc Taggart model spiral. Setelah perencanaan disusun dengan matang, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yaitu proses pembelajaran dengan menerapkan model matematika realistik. Adapun skenario pembelajaran yang dijadikan acuan pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. a. Kegiatan awal (10 menit)

1) Mengkondisikan siswa ke arah yang kondusif. 2) Memotivasi siswa.

3) Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi yang telah dipelajari mengenai penjumlahan berulang dengan materi yang akan dipelajari yaitu perkalian.

4) Menginformasikan tujuan pembelajaran. b. Kegiatan inti (30 menit)

1) Penyampaian materi perkalian dengan menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa (komponen menggunakan masalah yang kontekstual).

2) Mengembangkan pembelajaran dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memahami materi dengan cara pemberian Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mengembangkan model/alat peraga (komponen menggunakan model-model).


(28)

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil kerja dihadapan teman-temannya dan saling mengungkapkan pendapat (komponen interaktif).

4) Membahas beberapa masalah yang berhubungan dengan perkalian serta menghubungkan materi penjumlahan dengan perkalian (komponen interviewment).

c. Kegiatan akhir (30 menit) 1) Menyimpulkan materi. 2) Melaksanakan tes.

3) Mengumpulkan tes akhir. 4) Menutup pembelajaran.

3. Observasi

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai guru yang diamati oleh observer. Pengamatan difokuskan pada kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Tahap ini juga merupakan tahap pelaksanaan pengumpulan data melalui observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran, serta tes hasil belajar.

4. Refleksi

Tahapan ini merupakan tahap mengkaji dan membahas secara menyeluruh tindakan pembelajaran yang telah dilaksanakan serta penelusuran data agar data yang terkumpul akurat. Berdasarkan data yang telah terkumpul dan jika perlu dilakukan member check maka wawancara dilakukan. Setelah data terkumpul dilakukanlah evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya, apakah


(29)

tindakan ini perlu dilanjutkan atau tidak. Evaluasi refleksi difokuskan mengenai hal-hal berikut.

a. Mengiventalisir masalah yang timbul ketika proses atau sesudah proses pembelajaran,

b. Menganalisis masalah, situasi, kondisi, keadaan yang diharapkan,

c. Menghubungkan hasil-hasil analisis dengan literatur dan dikembalikan ke teori serta didiskusikan dengan ahli dan pembimbing.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pedoman observasi

Karl Popper (Wiriaatmadja, 2005: 104) mengungkapkan bahwa ”observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dari teori”.

Observasi dilakukan untuk mengetahui dan mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

Pedoman observasi guru merupakan alat pengumpul data berupa sebuah format yang berisi indikator tentang keadaan yang menggambarkan kinerja guru pada penelitian ini. Instrumen ini berjumlah 15 aspek yang diamati disertai dengan deskriptor penskoran.

Pedoman observasi siswa ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati terdiri dari komponen-komponen dalam model matematika realistik yaitu


(30)

menggunakan masalah yang kontekstual, menggunakan model-model, interaktif, dan interviewment.

2. Pedoman wawancara

Hopkins (Wiriatmadja, 2005: 117) mengungkapkan bahwa „wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain‟.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa dan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi volume balok yang telah berlangsung serta masalah-masalah yang dihadapi.

Pedoman wawancara berisi pertanyaan yang harus dijawab oleh objek penelitian dan pihak yang terkait dengan pembelajaran tersebut mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk memperoleh data verbal yang mungkin tidak muncul dalam observasi dan tes.

3. Catatan lapangan

Menurut Maulana (2008), “catatan lapangan adalah cara lain untuk merekam/mencatat tingkah laku individu”. Tidak ada bentuk yang baku mengenai catatan lapangan ini, karena peneliti bebas mencatat apa saja yang dirasakan penting sehubungan dengan penelitiannya, dan tidak perlu terfokus pada tingkah laku yang sama untuk seluruh subjek. Berikut ini adalah empat jenis yang diceritakan dalam catatan lapangan, yaitu: 1) menilai atau menentukan apakah tingkah laku anak itu baik atau buruk, diharapkan atau tidak diharapkan, diterima atau tidak diterima-merupakan pernyataan evaluatif yang harus dihindari; 2)


(31)

menceritakan atau menjelaskan tentang tingkah laku anak didasarkan kepada sebuah fakta atau dugaan-merupakan pernyataan interpretif yang harus dihindari; 3) menceritakan tingkah laku tertentu secara garis besarnya, misalnya apa yang sering terjadi atau apa yang menjadi ciri anak tersebut-merupakan pernyataan generalisasi yang harus dihindari; dan 4) menceritakan dengan tepat apa yang diperbuat atau dikatakan anak, yang menggambarkan secara konkret suatu situasi dimana perbuatan atau percakapan itu terjadi-pernyataan spesifik atau deskripsi konkret yang diperbolehkan/diinginkan.

4. Lembar tes hasil belajar

Menurut Hermawan (2007: 170) “Tes yaitu sebuah alat atau prosedur

sistematis bagi pengukuran sebuah sampel perilaku”. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi mengenai peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa, khususnya mengenai pemahaman materi atau pokok bahasan yang diajarkan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Lembar tes dalam penelitian ini terdiri dari lima soal yang harus dikerjakan siswa secara individu. Tujuannya adalah untuk memperoleh data mengenai tingkat keberhasilan siswa dalam menenentukan hasil perkalian.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam materi menentukan perkalian adalah melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.


(32)

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Sebelum melakukan pengolahan data, dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat. Berdasarkan pernyataan Spradley (Kasbolah, 1998: 87), “Jika data yang diperoleh merupakan data kualitatif, maka teknik analisis data yang cocok dipakai adalah teknik analisis

kualitatif”. Dengan melihat pernyataan tersebut, maka data yang diperoleh

selanjutnya dianalisis dengan tknik yang sesuai.

1. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil dari observasi, catatan lapangan, wawancara dan tes hasil belajar yang dilakukan terhadap siswa kelas II SDN Orimalang, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon pada tahun ajaran 2012/2013. Data observasi catatan lapangan dan wawancara diperoleh pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan format observasi atau pengamatan terlampir. Adapun proses pengumpulan data adalah sebagai berikut ini.

a. Teknik pengolahan data proses

Data proses diperoleh dari pelaksanaan tindakan yang diperlukan untuk mengetahui gambaran penerapan model matematika realistik yang berupa deskripsi proses pembelajaran dalam menentukan hasil perkalian dengan menggunakan format observasi terhadap kinerja guru, aktivitas siswa, catatan lapangan dan wawancara.


(33)

1) Observasi kinerja guru

Data hasil observasi terhadap kinerja guru diolah dengan teknik penskoran yang berpedoman pada deskriptor penskoran yang kemudian ditentukan jumlah skor serta dipersentasekan (%) terhadap aspek yang diamati selanjutnya dibandingkan dengan target yang harus dicapai kemudian dideskripsikan.

Kinerja guru yang diamati terdiri dari perencanaan, pelaksanaan yang terdiri dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran dan kegiatan akhir pembelajaran, serta evaluasi. Perencanaan terdiri dari 4 aspek yang diamati, pelaksanaan terdiri dari 10 aspek yang diamati, dan evaluasi terdiri dari 1 aspek yang diamati. Untuk masing-masing aspek memiliki 4 deskriptor. Kemunculan keempat deskriptor ini dimasukan kedalam penskoran. Skor berkisar antara 0-4. Setiap skor yang diperoleh pada semua aspek yang ada dalam perencanaan dipersentasikan untuk diisi di dalam kolom daya capai indikator. Jumlah skor pada perencanaan dipersentasekan terhadap skor ideal setiap aspek yaitu 16, dengan cara sebagai berikut.

Persentase = �� � ℎ �� � � ℎ

� � � (16) × 100%

Selanjutnya menghitung jumlah skor pada aspek pelaksanaan dan evaluasi yang kemudian dipersentasekan seperti cara di atas hanya bedanya terletak pada skor ideal saja. Skor ideal untuk kegiatan awal pembelajaran adalah 16, kegiatan inti pembelajaran adalah 16, kegiatan akhir pembelajaran 8 dan evaluasi mempunyai skor ideal 4.

Langkah berikutnya ialah menentukan jumlah dan persentase masing-masing skor. Jumlah untuk skor 4, diperoleh dengan cara menjumlahkan setiap


(34)

skor 4 yang diperoleh. Selanjutnya dipersentasekan dengan skor idealnya 60. Begitupula untuk skor 3, 2, 1, dan 0 hanya bedanya skor ideal masing-masing skor berbeda. Skor 3 mempunyai skor ideal 45, skor 2 memiliki skor ideal 30, skor 1 memiliki skor ideal 15 dan skor 0 tentu saja skor idealnya juga 0.

Setelah itu menentukan jumlah skor dan persentase keseluruhan. Cara perhitungan persentase sebagai berikut.

Persentase = �� � ℎ �� � � ℎ

� � � (60) × 100%

Target kinerja guru yang dicapai dalam penelitian ini adalah 80% untuk setiap aspek yang diamati.

2) Observasi aktivitas siswa

Data hasil aktivitas siswa diolah dengan teknik penskoran. Aspek yang diamati terdiri dari 4 aspek. Setiap aspek memiliki 4 indikator yang harus muncul sehingga setiap aspek menyajikan skor antara 0-4. Jumlah skor yang didapat siswa kemudian dijumlahkan dan dipersentasekan dengan skor ideal yaitu 16. Persentase yang diperoleh kemudian diinterpretasikan kedalam kategori sebagai berikut. 68 – 100 % : Baik

34 – 67 % : Cukup 0 – 33 % : Kurang

Selanjutnya menghitung jumlah dan persentase dari murid yang mendapatkan kriteria B (baik), C (cukup), dan K (kurang) yang dipersentasekan terhadap jumlah siswa.

Target yang dicapai dalam aktivitas siswa ialah 80% dari jumlah siswa (20 orang siswa) berada pada kategori Baik.


(35)

3) Catatan Lapangan

Data hasil catatan lapangan diolah dengan cara dianalisis kemudian dideskripsikan menjadi berupa penjelasan atau pembahasan. Teknik pengolahan data hasil catatan lapangan tidak dibuatkan dengan lebih rinci, karena catatan lapangan digunakan untuk memperkuat data hasil dari observasi kinerja guru maupun aktivitas siswa selama pembelajaran.

4) Wawancara

Pengolahan data hasil wawancara sama dengan data catatan lapangan yakni diolah dengan cara dianalisis kemudian dideskripsikan menjadi berupa penjelasan atau pembahasan. Teknik pengolahan data hasil wawancara tidak dibuatkan dengan lebih rinci, karena wawancara digunakan untuk memperkuat data hasil dari observasi kinerja guru maupun aktivitas siswa selama pembelajaran.

b. Teknik pengolahan data hasil

Pengolahan data hasil diperoleh dari jawaban siswa dalam tes tulis yang diberikan guru. Adapun pengolahannya adalah sebagai berikut:

1) Jumlah soal terdiri dari 5 soal. Setiap soal memiliki jumlah skor yang berbeda-beda. Skor setiap soal terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Skor setiap soal

No. Soal Skor

1 4

2 6

3 8

4 8


(36)

Jumlah skor ideal dari semua soal adalah 36. Nilai = skor yang diperoleh siswa ×100

36

2) Siswa dikatakan lulus belajar tentang materi perkalian jika nilai yang diperoleh sama atau di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Matematika yang telah ditetapkan di SD Negeri Orimalang yaitu 55,56. Dengan rincian dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kriteria Ketuntasan Minimal No.

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan

Indikator

Kriteria Ketuntasan Minimal Kriteria Penetapan Ketuntasan

Nilai KKM Kompleksitas Daya

dukung

Intake siswa 4. Menghitung volume kubus

dan balok dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Hasil dari rata-rata nilai KKM dari semua standar kompetensi yang ada.

4.1. Menghitung volume kubus dan balok.

Hasil dari rata-rata indikator yang ada. 4.1.1. Menggunakan rumus

untuk menentukan volume balok.

2 2 1 5/9 x 100 = 55,56

Melihat KKM pada tabel 3.2, maka siswa dinyatakan tuntas apabila nilai yang diperolehnya ≥ 55,56.

2. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yang terkumpul yaitu dari hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa ketika pembelajaran, catatan lapangan, tes akhir serta wawancara terhadap observer dan siswa yang dijadikan subjek penelitian. (Moleong, 2002:103) mengemukakan bahwa “analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan


(37)

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.

Sebelum data dianalisis Maulana (2008) mengemukakan bahwa ada lima tahap yang harus dipersiapkan yaitu: a) pemberian skor dan tranformasi data, b) pengeditan data, c) mentabulasi dan meberikan kode terhadap data, d) penafsiran data, e) penyajian data.

Senada dengan hal tersebut, Moleong (2002: 103) berpendapat bahwa, “setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data”. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan dan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi sebuah kesimpulan.

Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah dan mempelajari seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, kemudian data tersebut direduksi dengan jalan membuat abstraksi, selanjutnya data tersebut disusun dan dikatagorisasikan, kemudian disajikan dan dimaknai, dan terakhir ditarik kesimpulan.

G. Validasi Data

Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005) ada beberapa bentuk validasi yang digunakan untuk menguji derajat kepercayaan atau derajat kebenaran penelitian


(38)

tindakan kelas yaitu: (1) member chek, (2) triangulasi, (3) audit trail, (4) expert opinion, dan (5) key respondents review. Adapun bentuk validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Member Check menurut Sugiyono (2005: 129) adalah “proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”.

Member check dilakukan untuk memeriksa kembali keterangan yang tidak pasti kebenarannya dari data yang telah diperoleh dengan cara mengkonfirmasikannya kepada mitra peneliti dengan tujuan agar keterangan dari data yang diperoleh dipastikan akurat. Member check dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada observer dan para siswa yang bersangkutan.

2. Triangulasi dilakukan untuk membandingkan kebenaran hipotesis dengan hasil yang diperoleh oleh mitra peneliti dan pembimbing secara kolaboratif. Triangulasi dilakukanbersama Bapak Drs. H. Ali Sudin, M.Pd. dan Ibu Riana Irawati, M.Si.

3. Audit trail dilakukan untuk mendiskusikan kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan sahabat-sahabat yang sedang melakukan penelitian. 4. Expert opinion dilakukan untuk bertukar pikiran untuk meminta nasihat,

arahan kepada para ahli untuk memeriksa semua kegiatan peneliti dengan tujuan untuk memeriksa hasil penelitian. Expert opinion ini dilakukan bersama Bapak Drs. H. Ali Sudin, M.Pd dan Ibu Riana Irawati, M.Si.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, tentang pelaksanaan dan hasil tindakan dengan penerapan model matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konsep perkalian di kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan di dalam tahap ini sepenuhnya dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan meliputi mempersiapkan RPP, mempersiapkan media pembelajaran, mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan alat evaluasi dan instrumen penelitian. Pada tahap ini, kegiatan yang terpenting adalah mempersiapkan media pembelajaran yang kontekstual dengan dunia nyata siswa. Media yang digunakan adalah benda yang ada di sekitar siswa. LKS dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga bisa membantu siswa dalam pembelajaran. Pada siklus II LKS mengalami perubahan, yaitu dengan memberikan masalah yang lebih rumit dari siklus sebelumnya. Pada tahap perencanaan kinerja guru ini


(40)

mengalami peningkatan setiap siklusnya. Adapun persentase ketercapaian indikator kinerja guru pada perencanaan setiap siklus telah mencapai 100%.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru.

a. Kinerja Guru

Kinerja guru pada tahapan ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mengadakan apersepsi. Pada kegiatan inti, guru melaksanakan komponen-komponen pada model matematika realistik yaitu

menggunakan masalah yang kontekstual dengan memberikan

pertanyaan˗pertanyaan yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa.

Komponen kedua, menggunakan model˗model dengan melibatkan siswa ke dalam

kelompok belajar dan mengerjakan LKS yang di dalamnya memungkinkan siswa untuk langsung menggunakan model sebagai alat bantu pemecahan masalah. Interaktif dengan melakukan tanya˗jawab dalam setiap kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Interviewment dengan membahas beberapa masalah yang berhubungan dengan perkalian.

Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa menyimpulkan materi dan melakukan refleksi dengan mengulas kembali pembelajaran yang telah dilaksanakan, mengungkapkan kekurangannya untuk diperbaiki pada pembelajaran berikutnya dan pada tahap evaluasi guru melakukan tes


(41)

pemahaman. Perbaikan pada kegiatan siklus II yaitu guru menyampaikan penjelasan pengerjaan LKS dan penggunaan media sebelum LKS dibagikan untuk mengatasi keributan siswa selama penjelasan. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase ketercapaian target pelaksanaan kinerja guru dalam penelitian ini adalah pada tindakan siklus I sebesar 70 %, pada tindakan siklus II sebesar 100%, dengan target pencapaian ketuntasan 80%.

b. Aktivitas Siswa

Pada aktivitas siswa yang di dalamnya meliputi empat aspek yang diobservasi yaitu menggunakan masalah yang kontekstual, menggunakan

model˗model, interaktif dan interviewment. Serangkaian aktivitas siswa tersebut

pada setiap siklusnya dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Hal ini diperoleh dari data hasil observasi penilaian aktivitas siswa. Adapun persentase interpretasi aktivitas siswa dari setiap siklusnya adalah untuk tindakan siklus I siswa yang berada pada kategori baik sebesar 44%, tindakan siklus II sebesar 88%, dengan target pencapaian ketuntasan ≥80%.

3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, yang terdiri dari kegiatan guru dan aktivitas siswa. Untuk kinerja guru pada saat penilaian dari ketiga siklus dalam penelitian ini telah mencapai target yaitu 100 % dari siklus I dan siklus II. Kemudian pada tahap ini, untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan nilai tes tertulis. Untuk nilai tertulis persentase rata-rata kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan siklus I sebesar 69%, tindakan siklus II sebesar 84 %. Sedangkan peningkatan


(42)

nilai aktivitas siswa telah dijelaskan di atas. Nilai hasil belajar tersebut dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika nilai siswa kurang dari KKM, maka dinyatakan belum tuntas, dan jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari KKM, maka dinyatakan tuntas. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 55,56. Sehingga peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi perkalian dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa. Adapun persentase ketuntasan untuk tindakan siklus I adalah 76%, tindakan siklus II adalah 92%dengan target pencapaian ketuntasan ≥ 80%.

Berdasarkan gambaran yang telah peneliti paparkan di atas, telah membuktikan bahwa “jika guru melaksanakan pembelajaran dengan penerapan model matematika realistik, maka pemahaman siswa mengenai konsep perkalian di kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon akan meningkat”.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan model matematika realistik untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran konsep perkalian di kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Guru

Berdasarkan pada keberhasilan penerapan model matematika realistik untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran konsep perkalian di


(43)

kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, maka diharapkan agar penerapan model matematika realistik dapat dikembangkan dan diterapkan pada materi dan mata pelajaran yang lainnya. Selain itu, agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara efektif, kondusif dan optimal, guru hendaknya berusaha untuk mengelola kelas dengan baik, melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, serta guru harus bertindak sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Siswa

Dalam penelitian ini terbukti dengan penerapan model matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar. Diharapkan dampak pengiring setelah pembelajaran perkalian dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah mengenai perkalian dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu sikap sosial yang perlu diaplikasikan oleh siswa adalah sikap bekerjasama, bertanggung jawab, dan kepercayaan diri dalam mengungkapkan pendapat atau pertanyaan.

3. Lembaga

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, lembaga hendaknya lebih memfasilitasi mahasiswa dari segi pengadaan buku-buku, bahan informasi dan inovasi-inovasi baru pada pembelajaran. Pembelajaran dengan menerapkan model matematika realistik ini hendaknya diterapkan pada materi dan mata pelajaran lainnya.


(44)

4. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian lain yang berkaitan dengan penerapan model matematika realistik. Dan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi dari segi penulisan, isi, dan kelengkapan.


(45)

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BP. Dharma Bakti.

Desmita, (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Karim, Muchtar A. (1996). Pendidikan Matematika I. Malang: Depdikbud.

Maulana. (2002). Peranan Lembar Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran Aritmatika Sosial Berdasarkan Pendidikan Realistik. Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Maulana (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan. Nasution. N. (1995). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Kasbolah, K. (1999). Penelitian Pendidikan Kelas. Malang: Depdikbud.

Rosida, Pipip. (2004). Belajar Matematika dengan Oreintasi Penemuan dan Pemecahan Masalah. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa.

Ruseffendi, E. T. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Sumiati, S. (2008). Penggunaan Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Perkalian Bilangan Asli. Skripsi S1 PGSD UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suwangsih, E. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS. Tarigan, Daitin. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Windayana, H. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Kritis, serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. No. 8. Halaman 21-24.


(46)

(1)

pemahaman. Perbaikan pada kegiatan siklus II yaitu guru menyampaikan penjelasan pengerjaan LKS dan penggunaan media sebelum LKS dibagikan untuk mengatasi keributan siswa selama penjelasan. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase ketercapaian target pelaksanaan kinerja guru dalam penelitian ini adalah pada tindakan siklus I sebesar 70 %, pada tindakan siklus II sebesar 100%, dengan target pencapaian ketuntasan 80%.

b. Aktivitas Siswa

Pada aktivitas siswa yang di dalamnya meliputi empat aspek yang diobservasi yaitu menggunakan masalah yang kontekstual, menggunakan model˗model, interaktif dan interviewment. Serangkaian aktivitas siswa tersebut pada setiap siklusnya dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Hal ini diperoleh dari data hasil observasi penilaian aktivitas siswa. Adapun persentase interpretasi aktivitas siswa dari setiap siklusnya adalah untuk tindakan siklus I siswa yang berada pada kategori baik sebesar 44%, tindakan siklus II sebesar 88%, dengan target pencapaian ketuntasan ≥80%.

3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, yang terdiri dari kegiatan guru dan aktivitas siswa. Untuk kinerja guru pada saat penilaian dari ketiga siklus dalam penelitian ini telah mencapai target yaitu 100 % dari siklus I dan siklus II. Kemudian pada tahap ini, untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan nilai tes tertulis. Untuk nilai tertulis persentase rata-rata kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan siklus I sebesar 69%, tindakan siklus II sebesar 84 %. Sedangkan peningkatan


(2)

95

nilai aktivitas siswa telah dijelaskan di atas. Nilai hasil belajar tersebut dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika nilai siswa kurang dari KKM, maka dinyatakan belum tuntas, dan jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari KKM, maka dinyatakan tuntas. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 55,56. Sehingga peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi perkalian dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa. Adapun persentase ketuntasan untuk tindakan siklus I adalah 76%, tindakan siklus II adalah 92%dengan target pencapaian ketuntasan ≥ 80%.

Berdasarkan gambaran yang telah peneliti paparkan di atas, telah membuktikan bahwa “jika guru melaksanakan pembelajaran dengan penerapan model matematika realistik, maka pemahaman siswa mengenai konsep perkalian di kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon akan meningkat”.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan model matematika realistik untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran konsep perkalian di kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Guru

Berdasarkan pada keberhasilan penerapan model matematika realistik untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran konsep perkalian di


(3)

kelas II SDN Orimalang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, maka diharapkan agar penerapan model matematika realistik dapat dikembangkan dan diterapkan pada materi dan mata pelajaran yang lainnya. Selain itu, agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara efektif, kondusif dan optimal, guru hendaknya berusaha untuk mengelola kelas dengan baik, melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, serta guru harus bertindak sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Siswa

Dalam penelitian ini terbukti dengan penerapan model matematika realistik dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar. Diharapkan dampak pengiring setelah pembelajaran perkalian dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah mengenai perkalian dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu sikap sosial yang perlu diaplikasikan oleh siswa adalah sikap bekerjasama, bertanggung jawab, dan kepercayaan diri dalam mengungkapkan pendapat atau pertanyaan.

3. Lembaga

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, lembaga hendaknya lebih memfasilitasi mahasiswa dari segi pengadaan buku-buku, bahan informasi dan inovasi-inovasi baru pada pembelajaran. Pembelajaran dengan menerapkan model matematika realistik ini hendaknya diterapkan pada materi dan mata pelajaran lainnya.


(4)

97

4. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian lain yang berkaitan dengan penerapan model matematika realistik. Dan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi dari segi penulisan, isi, dan kelengkapan.


(5)

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BP. Dharma Bakti.

Desmita, (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Karim, Muchtar A. (1996). Pendidikan Matematika I. Malang: Depdikbud.

Maulana. (2002). Peranan Lembar Kegiatan Siswa dalam Pembelajaran

Aritmatika Sosial Berdasarkan Pendidikan Realistik. Karya Ilmiah

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Maulana (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Tidak diterbitkan. Nasution. N. (1995). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Kasbolah, K. (1999). Penelitian Pendidikan Kelas. Malang: Depdikbud.

Rosida, Pipip. (2004). Belajar Matematika dengan Oreintasi Penemuan dan

Pemecahan Masalah. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa.

Ruseffendi, E. T. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud.

Sumiati, S. (2008). Penggunaan Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap

Perkalian Bilangan Asli. Skripsi S1 PGSD UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Suwangsih, E. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS. Tarigan, Daitin. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis.

Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Windayana, H. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Kritis, serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. No. 8. Halaman 21-24.


(6)

Zulkardi. (2001). Realistic Matematics Education (RME):Contoh Pembelajaran,

dan Taman Belajar di Internet. Makalah pada seminar sehari RME di

Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung pada tanggal 4 April 2001.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV M

1 40 213

PENGGUNAAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN III POKOH KIDUL WONOGIRI TAHUN 2011

1 8 110

PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III Semester II SDN Jati Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat).

0 3 55

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN DATAR :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Barunagri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

1 3 26

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIK : Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Matematika di Kelas II SDN 1 Parungtanjung Kecamatan Gunungputri – Kabupaten Bogor.

0 0 36

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP PEMBAGIAN DI SD : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas II, SDN Sumbersari Indah 3 Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung.

0 0 35

PENDEKATAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ALAT INDERA MANUSIA.

0 0 28

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA KONSEP PERKALIAN BILANGAN CACAH MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas II Sekolah Dasar Negeri Cikawung Kecamatan Gununghalu Kabupaten Bandung Barat.

0 1 37

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PENCERMINAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 4 SDN 2 SUNTENJAYA: Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Matematika di kelas IV SDN 2 Suntenjaya DesaSuntenjaya Kecamatan Lembang.

0 0 46

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP OPERASI BILANGAN BULAT : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas IV SD Negeri Pasirwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 2 40