Penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas III SDN Tunas Mekar

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF METODE PERMAINAN BINGO
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS III SDN TUNAS MEKAR

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Pencapaian Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
RESTU PERTIWI
1110018300031

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

I,EMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul "Penerapan Pembelajaran


Aktif Metode Permainan Bingo

untuk Nteningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN
Tunas Nlekar", disusun oleh Restu Pertirvi, NIM 1110018300031, Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah lbtidaiyah; Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinvatakan lulus
dalam LIjran Munaqasah pada tanggal l6 Januan 2015 dihadapan dervan penguji.
Karena itu. penulis berhak memDeroleh gelar sarjana

Sl (S.Pd)

dalam bidang

P.endidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Jakarta, l6 Januari 2015

Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan)


Tanggal

Dr. Fauzan. MA
MP. 19761107 200701 I 013

!?/e:r::t

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)
Asep Ediana Latip. M.Pd
NIP. 19810623 200912 I 003

*/* *u*

Penguji I

29/ bls

Dra. Afidah Mas'ud
198603 2 004


/04

MP. 196t0926
Penguji Il

Firdausi.SSi.MPd

NIP

19690629 200,s01

I 003

't " ""' '"''
"91,r-ot-{
Mengetahui,

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Hrdayatullah Jakarta


9591402 198603 2 001

Tanda Tangan

,rO{uur

W

,W

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF METODE PERIT{AINAN BINGO

T]NTI'K MEI\IINGKATKAI\i AKTTVITAS BELAJAR MATEMATIKA
SIS1VA KELAS

III

SDN TUNAS MEKAR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Saiah Satu Syamt Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Restu Pertiwi

NIM. I110018300031

Dibawah Bimbingan

Dr. Gcfar llwirahavu. M.Pd
NIP. 1979060t 200604 4 A04

JURUS$I PENDIDIKAN GURU MADRASAII IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBTYA}I I}AI\I KEGURUAN
UNIYERSITAS ISLAM NEGERI SYARIT HIDAYATULLAII

JAKARTA
20r5


SURAT PERNYATAAN KARYA

ILMIAII

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Pertiwi

Nama

: Restu

NIM

:

11

Jurusan


:

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Angkatan Tahun

:2010

Alamat

:

10018300031

Kp. Jarnpang Pulo RT. 003/003 Kec. Kemang Kab. Bogor

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Pembelajaran

Aktif Metode


Permainan Bingo untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa

Kelas

III

SIIN Tunas Mekar adalah benar hasil karya sendiri di

bawah

bimbingan dosen:

Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd

Nama

:

NIP


: 19790601 20A604 2 004

Dosen Jurusan

: Pendidikan

Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.

Jakafia,05 Januari 2015
Yang Menyatakan,

ffiremzu
IffiMPEL

ffi;*;;;;;


mp
Restu Pertiwi

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul "Penerapsn Pembelajaran

Aktif Metode Permainan

Bingo untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Kelas III
sDN Tunas Mekar" disusun oleh Restu Pertiwi, NIM. l t 10019300031, jurusan
Pendidikan Guru Madrasah IbJidaiyah, Universitas Islam Negeri Jakarta. Telah
melakukan bimbingan dan dinyatakan syah sebagai karya ilmiatr yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakart4 05 Januari 2015

Yang Mengesahkan,


Pembimbing

Dr. Gelar lhivirahavu. M.Pd
NrP. 19790601 200604 2 W4

ABSTRAK
Restu Pertiwi (1110013800031). “Penerapan Pembelajaran Aktif Metode
Permainan Bingo untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Kelas III SDN Tunas Mekar”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Peningkatan aktivitas
belajar matematika melalui penerapan pembelajaran aktif metode permainan
Bingo. 2) Respon siswa terhadap penerapan pembelajaran aktif metode permainan
Bingo pada pembelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tunas
Mekar tahun ajaran 2014/2015.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dua siklus dan tiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah lembar observasi aktivitas, tes hasil belajar, pedoman
wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 1) Aktivitas belajar matematika
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
aktif metode permainan Bingo mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata
persentase aktivitas belajar matematika siswa sebesar 66% dan meningkat pada
siklus II menjadi 85,20%. 2) Pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode permainan bingo dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
karena belajar matematika jadi tidak membosankan tetapi justru menyenangkan
dan menantang, dimana matematika menjadi permainan bukan pekerjaan atau
tugas. Siswa juga jadi lebih tertarik karena dengan permainan siswa dapat
termotivasi untuk bersaing sehat terhadap teman-temannya. Kesimpulan
penelitian ini adalah pembelajaran aktif metode permainan Bingo dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Kata kunci: Pembelajaran Aktif Metode Permainan Bingo, Aktivitas Belajar
Matematika Siswa

i

ABSTRACT
Restu Pertiwi (1110013800031). “Implementation of Active Learning with
Bingo Games to Improve Students’ Activities in Learning of Mathematics at
3rd grade State Elementary Schools Tunas Mekar”. A Thesis, Primary School
Teachers’ Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
The purpose of this study was to determine 1) Increased activity of
learning mathematics through the application of active learning methods Bingo
game. 2) The student response to the application of active learning methods Bingo
games on mathematics learning. The research was conducted in SDN Tunas
Mekar 2014/2015 academic year.
The method used in this research is the Classroom Action Research (CAR)
two cycles and each cycle consists of four stages of planning, action, observation,
dan reflection. The research instrument used is the observation sheet activity,
achievement test, interview sheet, and documentation.
Results of the study revealed that 1) Students' mathematics learning
activities in the learning process by applying active learning methods Bingo
game. In the first cycle the average percentage of students' mathematics learning
activity by 66% and increased in the second cycle into 85.20%. 2) Learning
mathematics using bingo games can create a fun learning environment for
learning mathematics so not boring but rather fun and challenging, where
mathematics becomes a game instead of a job or task. Students also become more
interested because the games students can be motivated to compete well against
his friends. The conclusion of this study is an active learning method Bingo
games can improve students' mathematics learning activities.
Keywords: Active Learning Method Bingo Games, Activities Learning Math
Students

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku
bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat serta
salam senantiasa menyelimuti Rasullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a,
dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian
skripsi ini., semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1.

Dra. Nurlena, MA.,Ph.D selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Dr. Fauzan, MA., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Asep Ediana Latip, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., Dosen Pembimbing yang dengan penuh
kesabaran dan perhatian telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan nasehat bagi penulis.

5.

Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang
telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

6.

Kepala SDN Tunas Mekar, Bapak Bambang Suherman, S.Pd beserta guru
dan stafnya yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam proses
penelitian skripsi ini.

iii

7.

Teristimewa untuk kedua orang tuaku ayahanda Herdi Suryadi dan ibunda
Nengsih yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya
mendoakan, melimpahkan kasih sayang, dan memberikan dukungan moril
maupun materiil kepadaku. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya,
semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.

8.

Sahabat-sahabatku Roro, Nc, Erien, Fika, Hilma, Vina, Wilky,

Nufus,

Zizah, Fitri, Ai, Lina, Aila, dan teman-teman seperjuangan Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2010 kelas A dan B yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya dalam
berjuang melewati hari-hari kuliah yang penuh suka duka, semoga
persahabatan kita abadi.
9.

Kakak-kakak kelas Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2009
dan 2008, terimakasih atas ketersediaannya dalam memberikan dukungan,
kasih sayang, serta perhatian kepada penulis.

10.

Adik-adik kelas Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2011,
terimakasih atas ketersediaannya dalam memberikan dukungan, kasih
sayang, serta perhatian kepada penulis.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-

mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan
menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah
ilmu pengetahuan umumnya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alalamiin.
Jakarta, Januari 2015

Penulis,

iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

iii

DAFTAR ISI .........................................................................................................

v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
BAB I

xi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian .............................................

4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ............................................................

4

D. Perumusan Masalah Penelitian ..........................................................

5

E. Tujuan Penelitian ...............................................................................

5

F. Manfaat Penelitian ............................................................................

5

BAB II KAJIAN

TEORITIK

DAN

PENGAJUAN

KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN
A. Deskripsi Teoritik ..............................................................................

6

1. Aktivitas Belajar .........................................................................

6

a. Pengertian Aktivitas Belajar .................................................

6

b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar .................................................

7

c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ......................................... 10
2. Pembelajaran Aktif Metode Permainan Bingo ............................

11

a. Pembelajaran Aktif ...............................................................

11

b. Metode Permainan ................................................................

14

c. Metode Permainan Bingo .....................................................

17

3. Operasi Hitung Bilangan ..............................................................

20

a. Penulisan Bilangan dalam Bentuk Panjang ..........................

20

b. Operasi Penjumlahan ............................................................

21

c. Operasi Pengurangan ............................................................

23

d. Menjumlahkan dan Mengurangkan Tiga Bilangan atau Lebih 25
e. Menyelesaikan Soal Cerita .................................................... 25

v

4. Penerapan Metode Permainan Bingo dapat Meningkatkan
Aktivitas Belajar Matematika ...................................................... 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..........................................................

28

C. Kerangka Berpikir .............................................................................

29

D. Hipotesis Penelitian ..........................................................................

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................

33

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ........................................

33

C. Subjek Penelitian ..............................................................................

36

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ......................................

36

E.

Tahapan Intervensi Tindakan ..........................................................

36

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ...................................

39

G. Data dan Sumber Data .....................................................................

39

H. Instrumen Pengumpulan Data .........................................................

40

I.

Teknik Pengumpulan Data ..............................................................

48

J.

Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ..................................................

48

K. Analisis Interpretasi Data ................................................................

49

L.

50

Pengembangan dan Perencanaan Tindakan .....................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksaan Penelitian .........................................................

51

B. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................. 72
C. Keabsahan Data ................................................................................. 77
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................

78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................

79

B. Saran ................................................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Indikator Aktivitas Belajar Siswa

Tabel 3.1

Rincian Kegiatan Penelitian

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II

Tabel 3.4

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Tabel 4.1

Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa Pada
Pembelajaran Siklus I

Tabel 4.2

Deskriptif Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I

Tabel 4.3

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I

Tabel 4.4

Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus I

Tabel 4.5

Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Pada Pembelajaran Siklus II

Tabel 4.6

Deskriptif Nilai Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II

Tabel 4.7

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus II

Tabel 4.8

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa

Tabel 4.9

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa

Tabel 4.10

Rekapitulasi Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Belajar
Siswa

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1

Papan Permainan Bingo

Gambar 2.2

Ilustrasi pembagian kelompok

Gambar 2.3

Kerangka Konseptual

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.2

Tahapan dalam Penelitian

Gambar 4.1

Aktivitas Siswa Mengerjakan LKS secara Individu pada Pertemuan
ke-1

Gambar 4.2

Aktivitas Siswa saat Melakukan Tanya Jawab

Gambar 4.3

Aktivitas Siswa pada saat Melakukan Permainan Bingo

Gambar 4.4

Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus I

Gambar 4.5

Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis

Gambar 4.6

Aktivitas Siswa Melakukan Permainan Bingo

Gambar 4.7

Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Tes Akhir Siklus II

Diagram 4.1

Perbandingan Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa
pada Siklus I dan Siklus II

Diagram 4.2

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Siklus I dan
Siklus II

viii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

83

Lampiran 2

Lembar Kerja Siswa Siklus I

93

Lampiran 3

Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Penyisihan Siklus I

95

Lampiran 4

Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Final Siklus I

99

Lampiran 5

Uji Instrumen Siklus I

102

Lampiran 6

Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus I

106

Lampiran 7

Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I

107

Lampiran 8

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

108

Lampiran 9

Lembar Kerja Siswa Siklus II

122

Lampiran 10

Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Penyisihan Siklus II

128

Lampiran 11

Soal dan Kunci Jawaban Bingo Babak Final Siklus II

131

Lampiran 12

Uji Instrumen Siklus II

134

Lampiran 13

Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II

138

Lampiran 14

Soal Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II

138

Lampiran 15

Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa

141

Lampiran 16

Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa
Siklus I dan Siklus II

144

Lampiran 17

Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

146

Lampiran 18

Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru

148

Lampiran 19

Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa

150

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengalami dinamika yang semakin lama semakin berkembang
dan berusaha beradaptasi dengan gerak perkembangan yang dinamis tersebut.
Oleh karenanya pendidikan yang diterapkan pada waktu sekarang tidak akan sama
dengan pendidikan pada masa yang lalu ataupun masa yang akan datang.
Sehingga akan selalu ada perubahan yang mengarah pada kemajuan pendidikan
yang lebih baik. Hal ini seharusnya diikuti keberhasilan kegiatan pembelajaran,
baik berupa peningkatan prestasi, motivasi, kreativitas, dan aktivitas peserta didik.
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Fungsi Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.1
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mewujudkan
tujuan tersebut. Salah satunya faktor guru dan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses belajar antara guru dan siswa,
hubungan interaksi antara guru dan siswa terlihat jelas dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran akan berhasil apabila terjadi perubahan
tingkah laku pada peserta didik dan sesuai dengan tujuan yang akan di capai.
Perubahan tingkah laku pada anak terjadi apabila dalam proses pembelajaran
siswa melakukan aktivitas.

1

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang SISDIKNAS 2003, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2003), h. 5-6.

1

2

Namun untuk mewujudkan fungsi pendidikan nasional tersebut masih
mendapatkan berbagai macam persoalan, salah satunya yaitu masih rendahnya
aktivitas siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, sebagai mata pelajaran
yang diajarkan pada semua tingkat pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan
tinggi. Dari masing-masing jenjang tersebut, banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga wajar jika matematika
termasuk dalam nominasi mata pelajaran yang tidak disenangi bahkan ditakuti
oleh sebagian peserta didik.
Pembelajaran matematika di kelas pada umumnya lebih mengutamakan
pada

penyampaian

informasi

bukan

penekanan

proses

pembelajaran.

Pembelajaran seperti itu kemudian akan melahirkan model pembelajaran pasif
dan tidak demokratis, karena peran inti di tangan guru dan bahkan guru seringkali
bersikap otoriter. Peserta didik selama ini hanya dianggap anak-anak yang dapat
dikembangkan secara mekanik. Dengan sikap guru yang demikian memperkuat
daya tekan yang dapat mematikan aspek positif yang semestinya dimiliki siswa.
Akibatnya siswa tidak dapat melakukan aktivitas belajar secara optimal,
kehilangan kemampuan mandiri (self-reliance), toleransi terhadap perbedaan
pendapat, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di kelas III-A
Sekolah Dasar Negeri Tunas Mekar Bogor, terdapat beberapa masalah yang
muncul, khususnya dalam proses pembelajaran matematika. Kegiatan pra
penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu dan setiap minggunya
terdapat dua kali pertemuan untuk pelaksanaan proses pembelajaran matematika.
Pembelajaran yang terlihat saat itu ialah pembelajaran konvensional yang hanya
terpusat pada guru semata (teacher centered). Disisi lain keberanian dan inisiatif
siswa untuk bertanya pun masih sangat rendah. Sehingga aktivitas siswa belum
nampak pada saat pembelajaran.
Menyikapi hal demikian, seorang guru matematika seharusnya dapat
melakukan tindakan alternatif yang berguna untuk meningkatkan aktivitas siswa
dalam

menerima

pembelajaran

matematika.

Sebaiknya

guru

berupaya

3

menciptakan proses pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dengan kata lain,
guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang memandang siswa sebagai
subjek belajar yang dinamis, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Selain itu, selama proses pembelajaran berlangsung, guru juga hendaknya mampu
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjadi interaksi antara
guru dan siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk
memecahkan masalah tersebut adalah dengan penerapan pembelajaran aktif
metode permainan bingo.
Dengan menerapkan metode permainan diharapkan siswa menjadi aktif
berpartisipasi, tidak hanya sebagian siswa tetapi semua siswa yang hadir
pembelajaran. Selain itu diharapkan agar komunikasi siswa dengan siswa lain dan
guru dapat terjalin dengan baik sehingga pesan yang disampaikan guru sama
dengan pesan yang diterima siswa.
Ada beberapa jenis metode permainan, salah satunya adalah metode
permainan bingo. Permainan ini berupa tabel bernomor, dimana apabila siswa
dapat menyelesaikan soal dengan benar dalam deretan secara horisontal, vertikal,
maupun diagonal, maka akan mendapatkan poin yang akan berpengaruh terhadap
nilai kelompoknya. Dengan bermain, siswa lebih mudah dalam belajar dan
termotivasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dan aktivitas
siswa. Selain itu dengan metode ini, diharapkan proses pembelajaran dapat
mewadahi siswa untuk bekerja sama, toleransi, saling menghargai, mampu
mengendalikan emosi, berkomunikasi serta bersifat kreatif dalam pembelajaran,
sehingga lebih mudah menguasai materi pelajaran matematika.
Berdasarkan dari uraian di atas peneliti ingin melakukan suatu penelitian
tindakan kelas guna meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
matematika melalui pembelajaran aktif metode permainan bingo pada siswa kelas
III SDN Tunas Mekar Bogor. Adapun judul penelitian ini yaitu “Penerapan
Pembelajaran Aktif Metode Permainan Bingo untuk Meningkatkan
Aktitivitas Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Tunas Mekar Bogor”.

4

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat di identifikasikan beberapa masalah yang timbul, antara lain:
1. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam mata
pelajaran matematika.
2. Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi bahkan ditakuti
oleh sebagian peserta didik.
3. Pembelajaran matematika di kelas pada umumnya lebih mengutamakan pada
penyampaian informasi bukan penekanan proses pembelajaran.
4. Pembelajaran di SD/MI saat ini masih banyak menggunakan pembelajaran
konvensional yang hanya terpusat pada guru semata (teacher centered).
5. Keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya khususnya dalam pelajaran
matematika masih sangat rendah.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, diperlukan adanya pembatasan
fokus penelitian. Adapun hal-hal yang dibatasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode permainan bingo. Metode
tersebut merupakan salah satu metode yang terdapat dalam pembelajaran aktif.
2. Aktivitas siswa dibatasi pada kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam kelas

atau dalam istilah proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan
apabila ada guru dan siswa. Aktivitas tersebut berupa memperhatikan, diskusi,
mengajukan dan menanggapi pertanyaan, memecahkan masalah, membuat
keputusan, menulis serta minat dan antusias siswa dalam proses pembelajaran
matematika.

D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan fokus penelitian
yang di kemukakan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah yang diajukan
adalah:

5

1. Apakah penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?
2. Apakah penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa?
3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan pembelajaran aktif metode
permainan bingo pada pembelajaran matematika?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika melalui
penerapan pembelajaran aktif metode permainan bingo.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan
pembelajaran aktif metode permainan bingo.
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran aktif
metode permainan bingo pada pembelajaran matematika.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian terkait penerapan pembelajaran aktif metode permainan
bingo terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa ini diharapkan memberikan
manfaat, antara lain:
1. Siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran
2. Siswa berani dalam mengungkapkan pendapat, dan mengajukan pertanyaan,
sehingga siswa mendapatkan pengalaman dalam belajar, khususnya dalam
pembelajaran matematika.
3. Siswa tidak merasa jenuh atau bosan selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah
(guru) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dengan
memberikan inovasi baru berupa penerapan pembelajaran aktif metode
permainan bingo.

BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik
1. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal
yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses
pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal.
Keaktifan tersebut dapat terlihat dalam aktivitas belajar siswa.
Menurut Mulyono, aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Segala
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu
aktivitas.1 Menurut Slameto dalam Desi Sumiati, dalam proses pembelajaran
guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.
Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan
berlalu begitu saja tetapi dipikirkan diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam
bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat,
menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan
perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari
pelajaran yang disajikan oleh guru, bila siswa menjadi partisipasi yang aktif
maka ia memiliki ilmu pengetahuan itu dengan baik. Dalam proses
pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik. Interaksi
tersebut menimbulkan aktivitas.2
Membahas mengenai belajar, Sardiman menyebutkan bahwa belajar
dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
1

Anton M. Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h.

26.

Desi Sumiati, ”Studi Tentang Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi di
SMA Negeri 1 Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman”, Maret 2013, h. 5
2

6

7

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.3
Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan diri para siswa.
Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik dilakukan di sekolah
secara formal maupun dilakukan di alam sekitar. Sesuai dengan pendapat
Masitoh dan Laksmi Dewi yang menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu
proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan
perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik4
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi
(guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar
adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik
sampai psikis yang tergolong dalam kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab
dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar aktif. Aktivitas yang timbul dari siswa diharapkan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan hasil maupun prestasi belajar peserta didik.

b. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar
Keinginan untuk mempelajari matematika dapat dilihat dari aktivitas
belajar siswa. Aktivitas merupakan hal penting dalam pembelajaran, tanpa
adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik.
Aktivitas siswa tidak hanya dinilai dari partisipasi dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan guru. Aktivitas siswa juga dapat dilihat dari
kemampuan siswa berpikir kritis dan kreatif.
Hal demikian dapat terjadi dalam sekolah, karena sekolah adalah salah
satu pusat kegiatan belajar. Sekolah merupakan arena untuk mengembangkan
3

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), Cet. Ke-19, h. 20-21.
4
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 4.

8

aktivitas. Oleh karena itu, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh
siswa di sekolah. Untuk melihat adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran,
Paul D. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan
siswa, antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:5
1) Visual activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
music, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan
sebagainya.
7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emosional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup.
Jadi, dengan klasifikasi seperti diuraikan diatas, menunjukkan bahwa
aktivitas disekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai macam
kegiatan tersebut dapat diciptakan disekolah, tentu pembelajaran disekolah
akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat
aktivitas belajar yang maksimal.

5

h. 101.

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. ke-1,

9

Selain itu keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.
Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti:6
1) Sering bertanya kepada guru atau siswa lain
2) Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru
3) Mampu menjawab pertanyaan
4) Senang diberi tugas belajar
5) Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru
6) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran
7) Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa
8) Mencoba sendiri konsep-konsep
9) Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya.
Lebih lanjut dapat dijelaskan indikator keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran adalah:
1. Siswa tidak hanya menerima informasi tetapi lebih banyak mencari dan
memberikan informasi.
2. Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada
siswa lainnya.
3. Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang
disampaikan oleh guru atau siswa lain.
4. Siswa memberikan respon yang nyata terhadap stimulus belajar yang
dilakukan guru.
5. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil
pekerjaannya, sekaligus

memperbaiki

dan menyempurnakan hasil

pekerjaan yang belum sempurna.
6. Siswa membuat kesimpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri.
6

Wasik
Islamiyah,
Aktivitas
Belajar,
diakses
dari
https://www.academia.edu/4570365/Aktivitas_Belajar, pada tanggal 19 Agustus 2014 pukul
10.47.

10

7. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada
disekitarnya secara optimal.
Dari ciri-ciri diatas, perlu diperhatikan bahwa peserta didik belajar
dengan gaya belajar masing-masing. Sehingga kepekaan dan keahlian guru
dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran sangatlah penting agar
aktivitas belajar siswa lebih optimal. Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas
didasarkan pada pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus
diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, meraba, dan sebagainya)
sendiri dan pengalaman sendiri.

c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran
Aktivitas siswa merupakan salah satu aspek yang penting diperhatikan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada proses pembelajaran. Sehingga,
suatu aktivitas memiliki beberapa nilai bagi pengajaran. Cucu Suhana
menjelaskan bahwa aktivitas dalam belajar memberikan nilai tambah (added
value) bagi peserta didik, antara lain:7
1) Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud
adanya motivasi internal atau driving force untuk belajar sejati.
2) Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang
dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
3) Menumbuhkembangkan

sikap disiplin dan suasana belajar

yang

demokratis dikalangan peserta didik.
4) Pembelajaran

dilaksanakan

menumbuhkembangkan

secara

pemahaman

kongkrit
dan

sehingga

berpikir

kritis

dapat
serta

menghindarkan terjadinya verbalisme.
5) Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik,
sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, serasi dengan kehidupan
masyarakat disekitarnya.

7

Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014),
Cet. keempat, h. 22.

11

Nilai-nilai aktivitas tersebut diatas menegaskan kembali bahwa
pelajaran tidak berpusat pada guru saja, melainkan siswa dituntut aktif dalam
proses belajar. Dengan demikian, pengajaran yang menjadikan aktivitas
sebagai acuannya dapat berdampak positif bagi siswa.

2. Pembelajaran Aktif Metode Permainan Bingo
a. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Selanjutnya, Kunandar menjelaskan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.8 Dalam pembelajaran tugas guru
yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.
Disisi lain, menurut Mohammad Surya pembelajaran adalah suatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.9
Corey pun menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek
khusus dari pendidikan.10
Mencermati beberapa konsep pembelajaran sebagaimana yang
dikemukakan diatas, dapat dimaknai bahwa didalam pembelajaran terdapat
interaksi antara peserta didik dan pendidik, melibatkan unsur-unsur yang

8

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), h. 287.
9
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 8.
10
Masitoh dan Laksmi Dewi. Ibid., h. 9.

12

saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan.
Belajar aktif menuntut siswa untuk bersemangat, gesit, menyenangkan,
dan penuh gairah, bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk untuk
bergerak leluasa dan berfikir keras (moving around and thinking aloud).
Selama proses belajar siswa dapat beraktivitas, bergerak dan melakukan
sesuatu dengan aktif. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pat
Hollingsworth dan Gina Lewis, yang menjelaskan bahwa siswa belajar aktif
ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental ataupun fisik.
Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambung, kuat,
dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika
siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang
dialami.11
Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang
baru kemudian menyimpannya dalam otak. Faktor kelemahan otak manusia
untuk menyimpannya informasi baru cepat dilupakan, sebagaimana terdapat
dalam konsep belajar aktif menurut Confusius filosof kenamaan dari Cina,
mengatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya pahami.
Dalam pembelajaran aktif, cara belajar dengan mendengar saja akan
cepat lupa, dengan mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan
mendenggar dan melihat akan ingat sedikit, dengan mendengar, melihat, dan
mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar,
melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.
Melvin L. Silberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan
Confisius tersebut menjadi apa yang ia sebut paham belajar aktif,
11

Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif, Meningkatkan Keasyikan
Kegiatan di Kelas, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), h. viii.

13

Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan
orang lain, saya mulai pahami.
Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.12
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab
kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu
jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan
berbicara guru dengan tingkat kemampuan siswa terhadap apa yang
disampaikan guru. Mel Silberman menjelaskan bahwa pada umumnya guru
berbicara dengan kecepatan 100-200 kata per menit, sementara anak didik
hanya mampu mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap 50-100 kata
per menitnya, karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil
berfikir.13
Jadi dari definisi terkait belajar aktif yang telah dipaparkan, maka
dalam pembelajaran aktif, proses pembelajaran haruslah menumbuhkan
suasana

sedemikian

rupa

sehingga

peserta

didik

aktif

bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang proses aktif
bagi siswa untuk membangun proses pengetahuannya, bukan proses pasif
yang hanya menerima ceramah guru dari materi yang diajarkan. Seperti yang
diungkapkan oleh Dimyati, bahwa sekolah yang melakukan pembelajaran
aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik, yaitu pembelajaran berpusat
pada siswa, guru membimbing dalam terjadinya pengalaman pembelajaran,
tujuan kegiatan tidak hanya sekedar mengejar standar akademis, pengelolaan
kegiatan pembelajaran, dan penilaian.14

12

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Jakarta: Nuansa,
2012), cet. VI, h. 23.
13
Melvin L. Silberman, Ibid., h. 24.
14
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 120-121.

14

Siswa berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri
dan guru bukan satu-satunya sumber informasi dalam proses pembelajaran,
guru hanya membimbing siswa, memotivasi siswa untuk memperoleh
pengetahuan keterampilannya melalui usaha mereka sendiri sehingga proses
belajar lebih bermakna untuk siswa.
Pembelajaran aktif mengacu kepada bagaimana menciptakan proses
pembelajaran yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai
informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran
dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja
menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis.
Secara umum pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya
beberapa hal. Pertama, penekanan proses pembelajaran bukan pada
penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan
ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan
yang dibahas. Kedua, peserta didik tidak hanya mendengarkan materi secara
pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Ketiga, penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi pembelajaran, selain itu peserta didik lebih banyak dituntut
untuk berpikir kritis, menganalisa, dan melakukan evaluasi, sehingga umpanbalik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

b. Metode Permainan
Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh
guru dalam mengadakan interaksi dengan siswa pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran, hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode perlu diperlukan oleh
guru, penggunaan bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir.
Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini, metode adalah suatu cara yang
teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untk digunakan dalam
mencapai suatu tujuan. jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan

15

pendidikan.15 Maka, metode didefinisikan sebagai seperangkat cara ataupun
jalan yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu yang
dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran.
Sedangkan membahas mengenai permainan, kebanyakan orang
menganggap bahwa permainan atau bermain hanyalah sebagai kegiatan yang
tidak memiliki manfaat dan hanya dianggap sebagai kegiatan yang dilakukan
oleh anak untuk mengisi waktu luang. Sejalan dengan perkembangannya, ilmu
pengetahuan dan para ahli pun mulai mengemukakan pendapat mengenai
manfaat bermain sebagai nilai praktis yang mendukung perkembangan anak,
para ilmuan telah menunjukkan bahwa bermain merupakan pengalaman
belajar yang berharga. Maka bermain tidak lagi dianggap sebagai kegiatan
yang membuang-buang waktu. Sedangkan definisi khusus mengenai
permainan ialah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama
lain dengan mengkuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pula.16
Menurut Ruslin Badru, bermain merupakan cara bagi anak untuk
memperoleh

pengetahuan

tentang

segala

sesuatu.

Bermain

akan

menumbuhkan anak untuk melakukan eksplorasi, melatih pertumbuhan fisik
serta imajinasi, serta memberikan peluang yang luas untuk berinteraksi dengan
orang dewasa dan ternan lainnya, mengembangkan kemampuan berbahasa dan
menambah kata-kata, serta membuat belajar yang dilakukan sebagai belajar
yang sangat menyenangkan.17
Selain itu, Frobel lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar
karena berdasarkan pengalamannya sebagai guru, dia menyadari bahwa

15

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014) h. 257.
16
Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007),
h. 75.
17
Ruslin Badru, “Pengembangan Model Pelatihan Permainan Tradisional Edukatif
Berbasis Potensi Lokal dalam Meningkatkan Kemampuan dan Keterampilan Orang Tua Anak
Usia Dini di Paud Kota Gorontalo”, dalam Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 08, No. 1, 2011, h.
71.

16

kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk
menarik perhatian serta mengembangkan pengetahuan mereka.18
Permainan sebagai metode pembelajaran juga memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
1. Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu
yang menyenangkan (menghibur)
2. Permainan memungkinkan adanya partisipatif aktif dari siswa untuk
belajar
3. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung
4. Permainan bersifat luwes, yaitu permainan yang dapat dipakai untuk
berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit alat, aturan, maupun
persoalannya
5. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.19
Melihat dari sisi kelebihan permainan sebagai metode pembelajaran,
maka metode permainan ini dapat bermanfaat bagi siswa, karena dengan
permainan ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, berfikir kritis, dan
kreatif. Siswa juga akan termotivasi untuk belajar berhitung dan semangat saat
belajar melalui permainan yang menyenangkan dan menantang tersebut.
Dengan demikian nampak bahwa metode permainan dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
Dan apabila dikaitkan dalam pembelajaran, maka metode permainan
merupakan salah satu cara untuk menyajikan bahan pengajaran dengan
memposisikan siswa sebagai pemain yang dapat berinteraksi satu sama lain
dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pula. Tujuan yang dimaksud dapat berupa tujuan instruksional
matematika yang menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, ataupun afektif.

18

Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Mainan, dan Permainan (Jakarta: Grasindo 2006), h.

19

Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007),

1-2.
h. 78-81.

17

c. Metode Permainan Bingo
Metode permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika tidaklah sedikit. Salah satu metode permainan tersebut adalah
metode permainan bingo, metode ini diadopsi dari pembelajaran aktif yang
dikembangkan oleh Melvin L. Silberman. Ia, menyebutkan bahwa metode ini
membantu mengingatkan kembali akan istilah-istilah yang telah siswa pelajari
selama menempuh mata pelajaran, dengan menggunakan format permainan
bingo.20 Selain itu Melvin L. Silberman juga menyebutkan terkait prosedur
dan variasi metode permainan bingo, diantaranya:21
1) Prosedur Permainan Bingo
Metode permainan bingo dapat diterapkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Susunlah sejumlah 24 atau 25 pertanyan tentang materi pelajaran anda
yang bisa dijawab dengan istilah baku yang digunakan dalam mata
pelajaran anda. Berikut adalah beberapa contoh istilahnya: Angka
penyebut yang paling sedikit, Hieroglifik, Inflasi, Otokrasi, Database,
Hokum humurabi, Byte, dan lain-lain.
b) Sortirlah pertanyaan menjadi lima tumpukan. Labeli tiap tumpukan
dengan huruf B-I-N-G-O…… kartu Bingo untuk tiap siswa. Kartu ini
mesti mirip betul dengan kartu Bingo biasa, dengan nomor-nomor dalam
tiap 24 celah dalam matrik 5 x 5 (celah tengah “Kosong”).
c) Bacalah sebuah pertanyaan dengan angka yang terkait. Jika seorang siswa
memiliki angkanya dan dia dapat menuliskan jawabannya dengan benar,
maka dia dapat mengisi celah tersebut.
d) Bila seorang siswa mencapai lima jawaban benar dalam sebuah deretan
(baik vertikal, horizontal, maupun diagonal), siswa tersebut boleh
meneriakkan “Bingo”. Permainan dapat diteruskan hingga ke 25 celah
tersebut terisi.

20

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Jakarta: Nuansa,
2012), cet. VI, h. 265

Dokumen yang terkait

Penerapan strategi pembelajaran aktif the power of two untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

1 5 212

Penerapan metode pembelajaran SQ3R untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

0 7 241

PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI Pembelajaran PKn Menggunakan Metode Permainan Ukar Tangga Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan HAsil Belajar siswa Kelas III SDN Blulukan I Colomadu.

0 2 15

PENERAPAN METODE OPEN ENDED AND REDIRECTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK Penerapan Metode Open Ended and Redirection Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Hi

2 5 14

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) Siswa Kelas III SDN Jimbaran 01 Kayen Pati Tahun 2012/2013.

0 1 16

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) Siswa Kelas III SDN Jimbaran 01 Kayen Pati Tahun 2012/2013.

0 0 16

MODIFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN KASTI UNTUK MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA : Studi Penelitian Tindakan Kelas di SDN Sirnasari Kabupaten Tasikmalaya.

0 0 37

PENERAPAN METODE PERMAINAN BINGO UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS I SMAN 17 Garut.

9 55 57

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLABASKET.

0 0 32

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KUIS BINGO (LECTURE BINGO) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 2 AMPENAN TAHUN AJARAN 20152016

0 1 14