MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WARGA BELAJAR MENCAPAI KOMPETENSI KEAKSARAAN USAHA MANDIRI:Studi Pengembangan pada Kelompok Belajar di Desa Tugumukti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

(1)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………... PERNYATAAN ……… ABSTRAK ……… KATA PENGANTAR ………... UCAPAN TERIMA KASIH ……….

DAFTAR ISI ………

DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ……….

BAB I PENDAHULUAN ………

A.Latar Belakang Masalah ………... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………... C.Pembatasan Masalah ………. D.Tujuan Penelitian ……….. E. Definisi Operasional ………. F. Manfaat Penelitian ………. G.Kerangka Berfikir ……….

H.Penelitian yang relevan ……….

i ii iii iv v ix xiii xiv 1 1 10 14 14 15 18 20 24

BAB II KAJIAN TEORETIS ……….

A.Konsep Pembelajaran dalam Pendidikan Keaksaraan……….. 1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran ……… 2.Model Pembelajaran ……….. a. Model Pemrosesan Informasi ……….. b. Model Personal ……….. c. Model Interaksi Sosial ……… d. Model Perilaku ………...

e. Model Pembelajaran Partisipatif ……….

f. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ………...

B. Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi) ……… 1.Makna Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi) ………... 2.Asumsi dan Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa ……… 3.Rancangan Pembelajaran Orang Dewasa ………

C.Hakekat Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri ………..

1. Perkembangan Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia ………..

2. Paradigma Baru Keaksaraan ………...

3. Pengertian Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri ………

4. Kompetensi Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri ……….

33 33 33 43 46 47 48 49 51 56 94 95 96 101 106 106 116 132 140

BAB III METODE PENELITIAN………

A.Pendekatan Penelitian ……….. B. Prosedur Penelitian ………..

C.Subjek dan Lokasi Penelitian ………...

152 152 156 163


(2)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu x

D.Pengembangan Instrumen Penelitian ……….... 161

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..

A.Hasil Penelitian……….. 1. Kondisi Empirik Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan

Usaha Mandiri di Desa Tugumukti ……….………. a. Deskripsi Umum Sasaran Lokasi ……….. b. Kebijakan Program Keaksaraan Usaha Mandiri ……… c. Deskripsi Profil Penyelenggara KUM …………... d. Deskripsi Sasaran Penelitian ……….. e. Masalah Pembelajaran KUM ………... f. Deskripsi Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Usaha

Mandiri ………... 2. Model Konseptual Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ………... a. Deskripsi Model Konseptual ……….. b. Validitas Model Konseptual ………. c. Deskripsi Model Konseptual yang dikembangkan ... 3. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ………... a. Deskripsi Lingkungan Belajar ... b. Perencanaan ... c. Pelaksanaan ... d. Evaluasi ... 4. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ………

B.Pembahasan ………

1. Kondisi Empirik Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri di Desa Tugumukti ……… 2. Model Konseptual Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ………... 3. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ………... 4. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ………...

166 166 169 169 171 172 178 180 182 207 207 235 237 259 259 261 269 278 283 286 286 298 296 299

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...

A. Kesimpulan... B. Rekomendasi ...

307 307 314

DAFTAR PUSTAKA ………. 318


(3)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu xi

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

2.1 Sintak Pembelajaran Berbasis Masalah ……….. 2.2 Tahapan Penyelesaian Masalah ……….. 2.3 Standar Kompetensi Lulusan Keaksaraan Usaha Mandiri ………. 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ……….. 3.1 Jumlah Penyebaran Subjek Penelitian ……….... 4.1 Nilai Kompetensi Warga Belajar Pasca Aksara Dasar ……….. 4.2 Kegiatan Yang Telah Dilakukan ……… 4.3 Pekerjaan Peserta Program Keaksaraan Usaha Mandiri Subsidi

Program……….... 4.4 Data Kelompok Belajar ……….. 4.5 Minat Warga Belajar Keaksaraan Dasar (Calon WB KUM) …………. 4.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ……….. 4.7 Matrik Wawancara ………. 4.8 Model Konseptual Perencanaan Yang Diharapkan ………... 4.9 Model Konseptual Pelaksanaan Yang Diharapkan ………... 4.10 Model Konseptual Evaluasi Yang Diharapkan ………. 4.11 Jadwal Pertemuan Program KUM ………. 4.12 Distribusi Kelompok Belajar ... 4.13.Pelaksanaan Pembelajaran Berorientasi Masalah ... 4.14 Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ………... Halaman 90 93 125 126 164 170 176 178 183 211 226 240 250 252 256 263 270 274 302


(4)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

1.1 Kerangka Fikir Penelitian ……… 2.1 Model Mengajar ………... 2.2 Kebutuhan Untuk Berhasilnya Belajar Orang Dewasa ... 2.3 Model “T” Penyusunan Materi Pembelajaran Program Paket A ... 2.4 Kompetensi-komptensi permukaan dan sentral ……….. 3.1 Langkah-Langkah dan Alur Penelitian ……… 4.1 Model Konseptual Pembelajaran PBL dalam Program KUM ……… 4.2 Penyelenggaraan Program KUM ……… 4.3 Langkah Implementasi PBL dalam program KUM ………....

Halaman 23 42 105 115 144 159 218 260 273


(5)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia, dan merupakan hak bagi setiap warga negara dalam rangka mememnuhi kebutuhan dasarnya, dan meningkatkan kualitas hidupnya. Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan pasal 28 B Ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi peningkatan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia.

Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia yang penting baik bagi negara maupun perorangan, karena pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia (human potential

development), sehingga lebih fungsional dalam menjawab semua tantangan yang

datang pada dirinya (Abdulhak, 1990; Suryadi, 2005). Investasi melalui pendidikan perlu diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan pembelajaran yang dapat diikuti oleh setiap orang yang membutuhkannya. Melalui kegiatan pendidikan, seseorang memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk melahirkan perubahan tingkah laku yang bermakna. Di samping itu, kegiatan pendidikan dapat mencetuskan harapan, karena memang harapan itu sendiri terdapat pada


(6)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pendidikan (Santoso S. Hamijoyo dalam Abdulhak, 1990). Usaha-usaha yang berhubungan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang yang bisa berdampak kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat, disertai dengan usaha perluasan pendidikan agar dapat menunjang terselenggaranya kegiatan dan pelayanan pendidikan bagi setiap orang yang membutuhkannya.

Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa secara sistemik Pendidikan Nasional diselenggarakan melalui tiga jalur yaitu jalur pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Ketiga jalur tersebut bermuara pada tujuan nasional yang sama yakni “dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri secara optimal baik dalam aspek fisik material maupun aspek mental spiritual”. Dalam pasal 1 ayat (12), ditegaskan bahwa “Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Pasal 26 ayat (1), berbunyi: “Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat”.

Pasal 26 ayat (2), berbunyi: “Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional”. Kemudian pasal 26 ayat (3), menyatakan bahwa


(7)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pasal 26 ayat (4), berbunyi: “Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis”.

Upaya mengangkat manusia sebagai tujuan utama pembangunan sebenarnya telah muncul dengan lahirnya konsep “ basic needs development “ dimana

mengukur keberhasilan pembangunan dengan Indeks Mutu Hidup (Physical

Quality of Life) yang memiliki tiga parameter yaitu : Angka Kematian Bayi

(AKB), Angka Harapan Hidup (AHH) dan Tingkat Melek Huruf (AMH). Upaya tersebut selanjutnya memunculkan paradigma baru tentang pembangunan manusia yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development

Index (IPM/HDI). Program-program untuk pencapaian Indeks Pembangunan

Manusia merupakan upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan parameter sebagai berikut :

1. Derajat kesehatan dan panjangnya umur yang terbaca dari Angka Harapan Hidup (AHH), bertujuan untuk mengukur keadaan sehat dan berumur panjang.


(8)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2. Pendidikan yang diukur dengan Angka Melek Huruf (AMH) dan rata-rata lamanya sekolah, bertujuan untuk mengukur manusia yang cerdas, kreatif, terampil, terdidik dan bertakwa.

3. Pendapatan yang diukur dengan Daya Beli Masyarakat, untuk mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses yang layak.

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut menandatangani Deklarasi Dakar tentang pendidikan untuk semua, secara konsisten perlu melaksanakan komitmen sebagai berikut:

1. Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung.

2. Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan, anak-anak dalam keadaan sulit, mereka yang termasuk minoritas etnik, mempunyai akses dan dapat menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas, dengan kualitas baik.

3. Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia muda dan orang dewasa terpenuhi melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup (life skills) yang sesuai.

4. Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi semua orang dewasa. 5. Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah


(9)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

menjelang tahun 2015 dengan suatu fokus jaminan bagi perempuan atas akses penuh dan sama pada prestasi dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.

6. Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar yang diakui dan terukur dapat diraih oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting.

Upaya pengentasan penduduk buta huruf sangat penting dalam pembangunan manusia. United Nations Development Programme (UNDP) menjadikan angka melek huruf sebagai salah satu komponen dari empat indikator penentu Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu negara, di samping rata-rata lama pendidikan, rata-rata usia harapan hidup (indeks kesehatan) dan pengeluaran keluarga (indeks ekonomi). Bahkan bisa jadi komponen melek huruf merupakan prasyarat sekaligus trigger bagi peningkatan indeks komposit lainnya yang menjadi penentu IPM. Oleh karena itu, dilihat dari perspektif kepentingan nasional, pemberantasan buta huruf mempunyai nilai sangat strategis dan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan pendidikan.

Prioritas pemberantasan buta aksara terhadap penduduk orang dewasa dalam pembangunan pendidikan, didasari oleh pertimbangan: (1) satu-satunya cara meningkatkan HDI yang paling murah dan cepat adalah dengan cara menurunkan jumlah buta aksara secara signifikan; (2) tingkat keaksaraan penduduk suatu negara sangat mempengaruhi tingkat kesehatan, gizi, kematian ibu dan anak,


(10)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kesejahteraan, dan angka harapan hidup; (3) pendidikan merupakan hak asasi setiap warga Negara, oleh sebab itu penduduk yang masih buta akasara wajib dan prioritas memperoleh layanan pendidikan; (4) penyandang buta aksara erat kaitan dengan kebodohan, keterbelakangan, pengangguran, dan ketidakberdayaan menjadi miskin yang bermuara pada rendahnya produktivitas penduduk. (Suryadi, 2007).

Sebagai wujud pencanangan gerakan nasional pemberantasan buta aksara intensif, diimplementasikan dalam bentuk rencana aksi nasional, dengan target pada tahun 2015 adalah “tercapainya peningkatan sebesar 50% pada tingkat keaksaraan orang dewasa yaitu kelompok usia 15 tahun ke atas dan perempuan pada tahun 2015 dan akses yang sama terhadap pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan bagi semua orang dewasa”. Sementara target yang ingin dicapai oleh Kabinet Indonesia Bersatu, adalah “Tercapainya peningkatan sebesar 95% pada tingkat keaksaraan orang dewasa yaitu kelompok usia 15 tahun ke atas dan perempuan pada tahun 2009”. (RPJM 2004-2009). Pelayanan pendidikan bagi masyarakat yang masih menyandang predikat buta huruf dilakukan melalui pendidikan keaksaraan. Pendidikan keaksaraan merupakan salah satu upaya untuk memenuhi hak-hak dasar memperoleh pendidikan, juga merupakan bagian dari pemenuhan hak-hak asasi manusia.

Penuntasan angka buta huruf terutama untuk kelompok produktif dibutuhkan sistem dan model pembelajaran masal, mustari, menarik dan mumpuni yang mampu memberdayakan warga belajar sehingga out put pendidikan keaksaraan tidak saja mampu mencapai standar kompetensi keaksaraan tingkat


(11)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dasar dalam kemampuan calistung saja, melainkan sistem dan model pembelajaran tersebut harus mampu memberdayakan warga belajar untuk dapat mengembangkan kompetensi dasar tersebut secara berkelanjutan kearah kemampuan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar pada umumnya masih merasa sulit keluar dari jerat kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Bahkan masih terjadi para lulusan yang pernah mendapat surat keterangan melek aksara tingkat dasar mengalami penurunan kemampuan menjadi buta aksara kembali. Hal ini disebabkan karena mereka yang telah tergolong pasca pendidikan keaksaraan dasar masih belum memiliki kesempatan untuk memelihara dan mengembangkan kemampuan keaksaraan yang fungsional bagi peningkatan kualitas diri dan kehidupannya. Oleh karena itu warga belajar yang telah selesai menguasai kompetensi keaksaraan dasar perlu dikembangkan lagi kompetensi keaksarannya melalui program pendidikan keaksaraan yang dapat membantu dirinya untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.

Sejalan dengan itu, dewasa ini sedang dikembangkan program Keaksaraan Usaha Mandiri yang selanjutnya disingkat dengan KUM. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keberdayaan penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan untuk berusaha secara mandiri.


(12)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Untuk memberdayakan warga belajar yang telah mencapai kompetensi keaksaraan tingkat dasar, perlu dilanjutkan dengan program pendidikan keaksaraan yang dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk mampu berusaha secara mandiri. Untuk mengembangkan kompetensi keaksaraan usaha mandiri perlu dikembangkan model pembelajaran yang relevan yang di samping memperkuat kompetensi keaksaraan dasarnya juga dapat memberdayakan mereka untuk memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk dapat berusaha secara mandiri dalam rangka memenuhi kebutuhan nafkah kehidupannya.

Pelaksanaan pembelajaran KUM selama ini masih memiliki kelemahan dari berbagai sudut pandang, salah satunya strategi pembelajaran KUM yang dilaksanakan selama ini. Kelemahan KUM dalam proses pembelajaran diantaranya: 1) Tutor cenderung masih menerapkan strategi pembelajaran yang klasikal atau tradisional, metode ceramah sebagai andalan dalam proses pembelajaran. 2) Pelaksanaan pembelajaran KUM belum menyentuh pada ranah kebutuhan atau masalah dari warga belajar, cenderung keputusan lebih banyak dilakukan oleh Tutor. 3) Kewirausahaan atau jenis usaha yang dilakukan oleh warga belajar, hanya sebatas pengetahuan bukan hasil pengalaman mendalam. 4) Tindak lanjut kewirausahaan sebagai strategi keaksaraan, masih berkendala dari aspek jaringan usaha dan modal usaha, sehingga proses pembelajaran hanya sebatas tuntutan bantuan proyek saja.

Sehubungan dengan kondisi tersebut penelitian ini bermaksud mengembangkan suatu model pembelajaran yang dapat memberdayakan warga belajar pendidikan keaksaraan baik dalam rangka memelihara dan memperkuat


(13)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kompetensi keaksaraan mereka, maupun dalam rangka memberdayakan warga belajar pasca pendidikan keaksaraan agar dapat berusaha secara mandiri. Upaya peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran KUM ini, diantaranya untuk meminimalisir kelemahan pembelajaran KUM. Pembelajaran KUM kental dengan model pembelajaran “learning by doing” sebagai pengalaman belajar yang

mampu menarik perhatian warga belajar dengan mengungkap “problem” warga belajar dalam kehidupan ekonomi. “Learning by doing to explore problem learning of needs” dalam pembelajaran KUM, dilakukan dengan strategi

Watching – Learning – Doing. Sedangkan materi pembelajaran harus menyentuh kebutuhan dan masalah dari warga belajar itu sendiri sebagai kompetensi KUM yang dicapai setiap individu. Dalam pembelajaran KUM, diutamakan adalah “experience” warga belajar, sehingga yang paling penting dalam KUM adalah konten dan makna usahanya dalam pembelajaran keaksaraan, bukan besar atau kecilnya modal jenis wirausaha, asumsinya setiap warga belajar akan mampu melakukan dan jaringan usahapun tidak sulit. Dari gambaran tersebut, maka diperlukan model pembelajaran keaksaraan yang mengintegrasikan problem dan berbasis project, yaitu dengan model pembelajaran PBL (Problem Based

Learning).

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengungkap model pembelajaran KUM tersebut, melalui Disertasi dengn judul Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri ( Studi di Desa Tugumukti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)


(14)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa selama ini penyelenggaraan pendidikan keaksaraan masih menghadapi berbagi persoalan, terutama yang terkait antara lain dengan kurangnya profesionalitas pengelolaan rendahnya mutu proses pembelajaran, kurang fungsionalnya hasil belajar pendidikan keaksaraan dalam memenuhi kebutuhan untuk usaha mandiri.

Hasil penelitian Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (PLSP) bekerja sama dengan BPS pada tahun 2004 pada sejumlah kabupaten di Indonesia dengan prevalensi kemiskinan dan buta huruf yang tinggi, mencatat adanya kelemahan dalam pengelolaan program keaksaraan, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, koordinasi, maupun monitoring. Masalah lainnya adalah putus sekolah (drop out) warga belajar masih tinggi, kekurangan sarana-prasarana, model program pembelajaran tidak jelas, buku paket kurang, kekurangan tutor dan atau tutor belum terlatih, serta salah sasaran (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda dan Biro Pusat Statistik, 2004).

Kendala-kendala tersebut secara empirik dapat diidentifikasi dari beberapa indikasi: Pertama, warga belajar kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat miskin, yang disamping masih buta huruf, mereka juga secara ekonomi hidupnya masih kembang kempis karena belum memiliki keterampilan bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, meskipun pelaksanaan pembelajaran tidak menuntut biaya pada warga belajar, namun hampir keseluruhan waktu yang dimiliki warga belajar digunakan untuk bekerja dan


(15)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

berusaha mencari nafkah dengan keterampilan yang sangat terbatas dan tidak menetap, sehingga mereka merasa sulit menyisihkan waktu untuk mengikuti kegiatan belajar pendidikan keaksaraan . Ketiga, warga belajar kurang memahami secara jelas tujuan belajar serta kecenderungan pemanfaatan hasil belajar pada kehidupan di masa yang akan datang, karena model pembelajaran dan bahan belajar yang digunakan dalam pendidikan keaksaraan selama ini lebih menekankan pada aspek kemampuan membaca, menulis dan berhitung tingkat dasar tanpa dihubungkan secara langsung dengan mata pencaharian dan kemampuan berusaha warga belajar. Keempat, usia penduduk buta aksara rata-rata sudah dewasa (usia 15 tahun ke atas) tidak mudah untuk dibelajarkan, apabila tidak bersentuhan langsung dengan usaha peningkatan pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelima, program pembelajaran pendidikan keaksaraan yang selama ini berkembang, lebih banyak menitikberatkan pada kompetensi calistung semata, lebih menitikberatkan pada percepatan pemberantasan buta aksara, sehingga para penyelengara di lapangan seolah berlomba melakukan akselerasi dalam hitungaan bulan, minggu atau jumlah hari atau jam pembelajaran tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kemampuan berusaha warga belajar pasca melek aksara. Padahal tujuan yang paling utama pendidikan keaksaraan adalah membantu menumbuhkan kesadaran warga belajar akan kekuatan dan potensi yang dimilikinya sebagai manusia yang bebas dan merdeka serta mampu mengatur dirinya secara otonom untuk berdaya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa bergantung apa lagi menjadi beban bagi orang lain.


(16)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Kondisi tersebut antara lain diakibatkan oleh ketidaksesuaian antara model pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan keaksaraan dengan tujuan dan kebutuhan warga belajar sebagai manusia yang bebas dan merdeka yang menyadari akan potensi dan kekuatan dirinya baik secara sosial, ekonomi, politik untuk dapat berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Disamping itu hal tersebut diakibatkan oleh ketidaksesuaian antara bahan belajar pada buku paket dengan kebutuhan warga belajar yang realistik guna meningkatkan pendapatan mereka. Kemudian pembelajaran pendidikan yang selama ini berlangsung kurang menumbuhkan motivasi belajar warga belajar, baik untuk mempertahankan kompetensi keaksaraannya, maupun untuk menumbuhkan sikap berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.

Bertolak dari kondisi permasalahan di atas, penelitian ini bermaksud merancang pengembangan model pembelajaran pasca pendidikan keaksaraan dasar untuk meningkatkan kompetensi warga belajar agar mampu berusaha secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara ekonomi maupun sosial.

Model pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan keaksaraan ini mencakup: tujuan pembelajaran, bahan ajar, strategi pembelajaran, kurikulum, media belajar dan alat evaluasi belajar. Pendidikan keaksaraan usaha mandiri didefinisikan sebagai sebuah proses mendidik warga belajar yang sudah memiliki kemampuan calistung (membaca-menulis dan berhitung) dintegrasikan dengan pemberian keterampilan berusaha atau bermatapencaharian sehingga warga belajar (sasaran didik) memiliki daya tahan (survive) di dalam kehidupan secara


(17)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mandiri. Pendidikan keaksaraan usaha mandiri adalah kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan melalui pembelajaran keterampilan usaha yang dapat meningkatkan produktivitas seseorang maupun kelompok secara mandiri bagi warga belajar yang telah mengikuti dan/atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar.

Program pendidikan keaksaraan usaha mandiri bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan usaha mandiri untuk mengembangkan dan mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimiliki warga belajar, (2) meningkatkan keberdayaan warga belajar melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan dan berusaha secara mandiri, (3) memelihara dan mengembangkan keberaksaraan warga belajar yang telah mengikuti dan/atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar (Shantini, 2010).

Mengacu pada pokok permasalahan pendidikan keaksaraan yang terjadi, mutu proses dan hasil pembelajaran pendidikan keaksaraan selama ini, diperlukan model pembelajaran pendidikan keaksaraan yang mampu memelihara, mempertahankan atau melestarikan kompetensi keaksaraan dasarnya. Selanjutnya diperlukan model pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi warga belajar, agar mampu meningkatkan keterampilan berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehubungan dengan itu, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan dengan pertanyaan sebagai berikut: Model Pembelajaran Berbasis

Masalah yang Bagaimana Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri?


(18)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah proses pemecahannya, pokok permasalahan penelitian ini dapat dirinci menjadi empat pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi empirik model pembelajaran pendidikan keaksaraan selama ini di lapangan?

2. Bagaimana model konseptual pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri ?

4. Bagaimana efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merancang model pembelajaran pendidikan keaksaraan berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha mandiri.


(19)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri

3. Mendeskripsikan hasil implementasi model konseptual pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri

4. Memperoleh gambaran mengenai efektivitas model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri

Akhir dari penelitian ini adalah menemukan sebuah model pembelajaran yang difokuskan pada model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu model pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar dalam mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan tafsir dalam memaknai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan dijelaskan definisi operasional istilah yang berkaitan dengan variabel penelitian.

1. Model pembelajaran dalam pendidikan keaksaraan usaha mandiri.

Model adalah abstraksi suatu identitas (Ismadi, 2007) yang dimaknai sebagai upaya penyederhanaan suatu fenomena alamiah sehingga mudah dipahami dan dianalisis. Dengan demikian model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu hal yang akan dihasilkan sebagai kerangka konseptual. Sedangkan yang dimaksud dengan model dalam penelitian ini adalah


(20)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

penyederhanaan dalam bentuk represntatif akurat program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), sebagai proses aktual yang memungkinkan warga belajar bertindak berdasarkan model yang diujicobakan yaitu model PBL (Problem Based

Learning).

Dalam Pasal 1 butir 20 UU No 20 th 2003 tentang sisdiknas dinyatakan bahwa pembelajaran adalah “…proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar..” Makna pendidikan dalam penelitian ini mengacu pada pendidikan dalam arti sempit, yaitu pembelajaran. Pendidikan dalam arti sempit dapat diartikan sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang belajar. Makna pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses atau interaksi edukasi warga belajar dengan tutor atau sumber belajar lainnya dalam program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dengan model

Problem Based Learning (PBL). Sedangkan yang dimaksud pengelolaan

pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian sistem interaksi aktivitas belajar warga belajar dan tutor yang melakukan tugas pengajaran dalam mencapai tujuan belajar warga belajar.

Program pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dalam penelitian ini adalah salah satu bentuk layanan pendidikan luar sekolah bagi masyarakat yang belum dan ingin memiliki kemampuan calistung, dan setelah mengikuti program ini (hasil belajarnya) mereka memiliki kemampuan baca-tulis-hitung yang didasari pendidikan kecakapan hidup yang berarti. Setelah mengikuti program pendidikan keaksaraan warga belajar tidak hanya memiliki kemampuan


(21)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

calistung saja tetapi mereka juga memiliki keterampilan berusaha atau bermata-pencaharian sehingga dapat survive dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya. 2. Kompetensi Keaksaraan

Kompetensi keaksaraan dalam penelitian ini adalah ukuran minimal kemampuan keaksaraan yang harus dimiliki oleh warga belajar, untuk mengembangkan keaksaraan dan keterampilan baca-tulis-hitungnya sesuai dengan kebutuhan sehari-hari warga belajar. Penguasaan kemampuan seseorang warga belajar tercermin dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Keaksaraan Usaha Mandiri merupakan kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraan melalui pembelajaran keterampilan usaha yang dapat meningkatkan produktivitas perorangan maupun kelompok secara mandiri bagi warga belajar yang telah mengikuti dan/ atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar. Standar Kompetensi Lulusan KUM adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melakukan usaha mandiri.

Standar Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai warga belajar setelah mengikuti suatu proses pembelajaran keterampilan usaha mandiri pada satuan pendidikan keaksaraan tertentu. Kompetensi Dasar KUM adalah seperangkat kemampuan Keaksaraan Usaha Mandiri minimal yang meliputi kemampuan memilih jenis usaha, merancang usaha, melaksanakan usaha dan memelihara kelangsungan usaha.


(22)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Menurut Arends dalam (Trianto, 2009: 68), “Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

warga belajar pada masalah autentik, agar warga belajar dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi, inkuiri dan mengembangkan kemandiriannya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Makna Pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam penelitian ini adalah metode yang menghubungkan dunia pembelajaran dengan dunia nyata yang mengelilingi warga belajar keaksaraan. Lingkungan warga belajar yang nyata secara komprehensif menuntut pemenuhan kebutuhan pengetahuan dan keterampilan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran keaksaraan usaha mandiri, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan baru setelah mengalami proses pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis hasil dan temuan penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan dan kajian pendidikan nonformal, khususnya berkaitan dengan pengelolaan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan demikian akan


(23)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

memperkuat dan memperkaya khasanah keilmuan pendidikan non formal dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan andragogi dan metodologi pembelajarannya. Hasil penelitian ini juga memberikan pengayaan dan penguatan terhadap kurikulum program pendidikan keaksaraan yang mempunyai implikasi terhadap pengemasan bahan belajar, strategi pembelajaran dan evaluasi proses dan hasil belajar. Dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan, kurikulum dan pengelolaan pembelajaran akan berdampak terhadap keberhasilan pendidikan non formal dalam meningkatkan kompetensi warga belajar. Temuan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat tentang model pembelajaran pendidikan keaksaraan berbasis life skill pada satuan-satuan pendidikan non formal terutama sistem pembelajaran pendidikan keaksaraan untuk memberdayakan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri.

2. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi perluasan pemberian layanan pendidikan keaksaraan berbasis kecakapan hidup untuk pemberdayaan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri. Hasil pengembangan model pembelajaran ini dapat direflikasi dan didesiminasikan secara lebih luas kepada masyarakat sasaran program pendidikan keaksaraan. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi penyelenggara, tutor, fasilitator, keluarga, serta pemerintah dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilannya untuk memberdayakan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri.


(24)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

G. Kerangka Pikir Penelitian

Program Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), merupakan program pendidikan luar sekolah untuk meningkatkan kemampuan keberaksaraan bagi warga belajar yang telah mengikuti dan atau mencapai keaksaraan dasar, melalui pembelajaran keterampilan usaha (kewirausahaan) yang dapat meningkatkan produktivitas warga belajar, baik secara perorangan maupun kelompok sehingga diharapkan memiliki mata pencaharian dan berpenghasilan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya.

Penyelenggaraan program KUM dengan pendekatan wirausaha dan keteterampilan fungsional dilakukan, agar keberaksaraan tetap lestari dan mampu memecahkan masalah kesejahteraannya. Namun disinyalir program KUM belum optimal menjadi keberaksaraan yang lestari, dikarenakan beberapa sebab diantaranya:

1. Masih terjadinya buta aksara kembali, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: faktor usia yang sebagian besar berusia 44 tahun keatas mengalami gangguan penglihatan; mayoritas warga belajar berasal dari keluarga miskin, sehingga waktu yang ada diperlukan untuk mencari nafkah; kondisi geografis warga belajar yang tersebar di pelosok-pelosok, sehingga menjadi sulit untuk mencari satu kelompok belajar (10 orang).

2. Warga belajar hasil pendidikan keaksaraan dasar belum memiliki keterampilan berusaha, sehingga menyebabkan motivasi warga belajar yang mengikuti program KUM (pasca aksara dasar) menjadi rendah, karena sudah


(25)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

ada kesan bahwa program keaksaraan tidak bermanfaat berdasarkan keminatan.

3. Pembelajaran Keaksaraan KUM yang dilaksanakan belum sepenuhnya fungsional bagi warga belajar, hal ini dikarenakan iklim pembelajaran konvensional yang belum membentuk pribadi kritis dan berfikir konstruktif pada program pendidikan keaksaraan.

4. Pembelajaran masih berorientasi pada percepatan kompetensi calistung, sehingga belum menjadi solusi kesejahteraan warga belajar yang menyebabkan terjadinya buta huruf kembali, karena waktu warga belajar lebih banyak digunakan untuk mencari nafkah dari pada memanfaatkan kemampuan keaksaraanya.

5. Belum tumbuhnya kesadaran warga belajar pendidikan keaksaraan memiliki potensi utk berusaha mandiri, dikarenakan pola pembelajaran KUM yang dilaksanakan belum menciptakan pribadi warga belajar yang kritis dan masih berorientasi pada calistung, belum kearah pemberdayaan pada sektor ekonomi. 6. Warga belajar pendidikan keaksaraan belum siap memiliki pekerjaan / mata

pencaharian yang tetap, karena materi yang disampaikan pada program keaksaraan belum fokus pada pengembangan kepribadian wirausaha dan pengelolaan wirausaha.

7. Warga belajar keaksaraan belum siap membentuk kelompok usaha mikro yang produktif, karena materi kewirausahaan hanya sebagai pengetahuan saja, sedikit diimplementasikan, beberapa penyebabnya seperti modal, lokasi usaha, pemasaran, motivasi berwirausaha warga belajar.


(26)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Bertolak dari permasalahan tersebut, diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan belajar dalam program KUM. Dalam hal ini peneliti mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran yang dianggap tepat, dan sesuai dengan tujuan kurikulum dan kompetensi KUM. Model pembelajaran yang dianggap tepat yaitu model PBL (Problem Based Learning), karena dengan model ini diasumsikan akan membentuk pribadi warga belajar yang kritis dan berfikir konstruktif, dalam memecahkan masalah pendapatan warga belajar. Prinsip pembelajaran keaksaraan yang terdiri dari desain lokal, partisipatif, fungsional dan kontekstual relevan dengan konsep PBL yang dikembangkan, sehingga akan memberikan penguatan model pembelajaran yang lebih fokus pada langkah-langkah operasional pembelajaran. Dengan model PBL ini, maka akan ditemukan klasifikasi kebutuhan warga belajar berdasarkan keminatan, dengan output pembelajaran yaitu warga belajar yang memiliki lapangan pekerjaan baru dan siap membentuk kelompok kewirausahaan yang produktif.

Fokus kajian penelitian ini adalah pada model pembelajaran keaksaraan yang mampu mendorong warga belajar untuk memiliki kompetensi keaksaraan dan usaha mandiri (KUM). Untuk meningkatkan kompetensi warga belajar menuju keaksaraan usaha mandiri, maka yang diperlukan adalah penguatan model pembelajaran pada aspek pengelolaan pembelajaran KUM, strategi pembelajaran dan fungsionalisasi keterampilan warga belajar yang berbasis wirausaha. Kerangka piker penelitian ini dapat diragakan pada gambar 1.1. halaman berikut


(27)

23

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Analisis peneliti, 2012

Kajian Empirik

Fokus Kajian Pembelajaran Keaksaraan yang Mendorong

WB Usaha mandiri Permasalahan:

1. WB KUM masih ada

yang buta huruf kembali, 2. WB hasil KUM belum

memiliki keterampilan berusaha

3. Pembelajaran Keaksaraan belum fungsional,

4. Pembelajaran KUM

masih berorientasi pada percepatan kompetensi calistung.

5. belum tumbuhnya

kesadaran WB KUM

akan potensinya utk berusaha mandiri 6. WB hasil PK belum siap

memiliki pekerjaan / mata pencaharian yang tetap

7. WB KUM belum siap

membentuk kelompok

usaha mikro yang

produktif Kurikulum dan Pengelolaan Pendidikan Keaksaraan Siap Membentuk Kelompok Keaksaraan

usaha mandiri yang Produktif Warga Belajar yang

memiliki pekerjaan

Standar Kompetensi Keaksaraan usaha

mandiri

Proses pembelajaran yang relevan dan fungsional untuk kebutuhan WB dan

masyarakat dalam usaha mandiri Pembelajaran Pendidikan

Keaksaraan yang meningkatkan Kompetensi

usaha mandiri 1. Kondisi empirik

program KUM 2. Pengembangan

model

konseptual PBL untuk mencapai kompetensi KUM 3. Implementasi

model PBL

untuk mencapai kompetensi KUM

4. Uji efektivitas

model PBL

untuk mencapai kompetensi KUM

Kajian Teoritik

Lulusan yang melek aksara KUM siap memilki

pekerjaan dan Usaha Mandiri PBL (Problem Based Learning) Penguatan pengelolaan pembelajar an KUM Penguatan strategi pembelajaran KUM Fungsionalisasi keterampilan


(28)

24

H. Penelitian yang Relevan

Pada studi ini, dijelaskan secara ringkas mengenai penelitian yang relevan mengenai aspek yang sama tetapi sasaran yang berbeda dengan tidak merubah kajian teoeri mengenai pembelajaran berbasis masalah dan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah kepada warga belajar keaksaran yang di integrasikan dengan kehidupan dan kondisi lingkungan serta dalam merancang sebuah usaha yang telah disepakati denga kelompok belajar.

1. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa (Winny Liliawati dan Erna Puspita Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Pendidikan Indonesia)

Kreativitas perlu dikembangkan sejak dini karena diharapkan dapat menjadi bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan. Salah satunya melalui pembelajaran Fisika karena konsep dan prinsipnya dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah yang membutuhkan kreativitas. Fisika sebagai wahana untuk menumbuhkan keterampilan berpikir berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan mata pelajaran Fisika antara lain adalah agar peserta didik memiliki keterampilan untuk mengembangkan keterampilan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Salah satu keterampilan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan


(29)

sehari-Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

hari diantaranya adalah keterampilan berpikir kreatif. Namun bertolak belakang dengan fenomena pembelajaran fisika saat ini masih bersifat

teacher-oriented dan siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan

keterampilan berpikir. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada saat pembelajaran, ternyata keempat aspek keterampilan berpikir kreatif yaitu fluency, flexibility, originality dan elaboration, yang terlihat hanya aspek fluency pada aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan guru itupun frekuensinya sangat kecil dari semua jumlah murid dalam satu kelas hanya sekitar 8% saja yang menunjukkan hal tersebut. Dari kenyataan di lapangan tersebut, kegiatan pembelajaran masih kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya. Permasalahan tersebut perlu diupayakan, salah satu caranya adalah dengan melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.

Adapun untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah/ PBM (Problem Based Instruction/ PBI). PBM menurut Ibrahim dan Nur (2005: 7) mengemukakan bahwa: “PBM memiliki tujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa dengan melibatkan mereka dalam pengalaman nyata, menjadi pembelajar otonom dan mandiri”. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan


(30)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan pembelajaran tradisional.

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan penyajian pembelajaran yang menghadapkan siswa pada situasi masalah di dunia nyata yang terjadi di lingkungannya sebelum siswa mempelajari materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan tersebut. Menurut Arends (Trianto 2007: 68), pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Mengenai tujuan pembelajaran berbasis masalah Ibrahim dan Nur (2005: 7) menyatakan bahwa:

PBM dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri yang mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri serta belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalamhidupnya kelak.

Tahap-tahap yang tercakup dalam pembelajaran berbasis masalah adalah (1) tahap orientasi siswa pada masalah, (2) tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) tahap membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Ibrahim dan Nur, 2005: 13).

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan control group pretest-posttest design menggunakan teknik rotasi, yaitu


(31)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

setiap dapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan control group pretest-posttest design menggunakan teknik rotasi, yaitu setiap kelompok dijadikan sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol secara bergiliran. Teknik rotasi digunakan dengan maksud untuk mengantisipasi sampel penelitian yang tidak homogen.

Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan yang ditunjukkan dengan gain yang dinormalisasi pada kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih besar dari kelas yang mendapatkan pembelajaran tradisional, begitupun peningkatan pada tiap aspeknya yaitu fluency, flexibility, originality dan elaboration. Maka dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan Usaha dan Energi dapat lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagi pihak, diantaranya untuk menambah wawasan pengetahuan dan memberikan alternatif bagi guru mata pelajaran Fisika khususnya untuk menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

2. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemodelan Matematika di Kelas VII SMP Negeri 18 Palembang (Tri Noviansyah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSRI 2012)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah (PBM) terhadap kemampuan pemodelan matematika di kelas VII SMP Negeri 18 Palembang. Selain itu dalam penelitian ini juga bertujuan mengetahui gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan


(32)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

mengunakan model PBM. Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 18 Palembang dan sampel penelitiannya adalah siswa kelas VII.1. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Rancangan yang digunakan adalah rancangan pre-eksperimental dengan desain One Group Pretest-Posttest

Design.

Pengumpulan data dilakukan dengan tes terdiri dari pretest yang diberikan sebelum perlakuan dan posttest yang diberikan sesudah perlakuan, angket serta wawancara untuk melengkapi data angket. Data tes yang terkumpul dianalisis mengunakan uji-t pada taraf signifikan 5 % didapat t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel ) yaitu 3,210 > 1,686, maka Ho

ditolak dan Ha diterima disimpulkan bahwa ada pengaruh positif model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemodelan matematika di kelas VII SMP Negeri 18 Palembang. Sedangkan berdasarkan data angket dan wawancara didapat bahwa siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan model PBM.

3. Model Akselerasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Keaksaraan Untuk Mencapai Kemandirian Dan Keberlanjutan Belajar Warga Belajar (Studi di Propinsi Jawa Barat oleh Jajat S. Ardiwinata )

Gerakan Pemberantasan Buta Aksara (PBA) baru dipahami sebagai komitmen internasional dan kebijakan di tingkat nasional, pada level bawah (grass roots) masih belum secara optimal dapat diimplementasikan. Hal ini disebabkan belum semua elemen aparat di lapangan memiliki apresiasi yang sama, rendahnya pemahaman, dan dukungan masyarakat. Lama belajar hanya


(33)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dua sampai tiga hari (6-9 jam) dalam seminggu, padahal kesiapan belajar masyarakat melebihi frekwensi belajar selama ini. Peran tutor, masih terkonsentrasi pada tugas pembelajaran dalam kelompok (learning teaching

proses), belum mengakses strategi pembelajaran yang mengoptimalkan

potensi lingkungan. Pembelajaran kurang mempertimbangkan perbedaan pengalaman dan kemampuan warga belajar. Pencapaian SKK masih dikonsentrasikan pada calistung, belum diproyeksikan ke arah pencapaian kemandirian dan keberlanjutan belajar. Masalahnya, apakah model akselerasi penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan tingkat dasar, dapat meningkatkan kompetensi keaksaraan sebagai landasan untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan belajar warga belajar?

Penelitian ini dikembangkan berlandaskan kepada teori pembelajaran yang berdasarkan pengalaman (experiential learning), self directed learning

(SDL), teori pemberdayaan, konsep keaksaraan, dan pembelajaran yang

berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan (research and development), menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Model pengujian menggunakan desain ekperimen pre-test dan post-test yang diujicobakan pada kelompok tunggal (One-Group

Pretest-Posttest Design), dan tidak menggunakan kelompok kontrol.

Berhasil diungkapkan potensi, permasalahan serta komponen-komponen penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan di Jawa Barat. Implementasi model konseptual, dengan berbagai komponen yang dikembangkan mampu meningkatkan kompetensi keaksaraan warga belajar secara efektif dan efisien,


(34)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

artinya hasil uji efektivitas memberi keyakinan bahwa kelompok eksperimen memiliki nilai kompetensi keaksaraan tingkat dasar yang lebih baik setelah diberlakukan perlakuan model ini.

Dapat disimpulkan bahwa model akselerasi penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan tingkat dasar terbukti mampu meningkatkan kompetensi keaksaraan tingkat dasar dan memberi indikasi dapat menjadi landasan untuk mencapai kemandirian dan keberlanjutan belajar, hal ini diharapkan menjadi masukan dan mendukung keberhasilan program akselerasi pemberantasan buta huruf di Jawa Barat maupun di Indonesia.

4. Mutu Layanan Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Budaya Lokal Untuk Peningkatan Kompetensi Dasar Warga Belajar (Studi pengembangan model pendidikan keaksaraan fungsional pada kelompok belajar di PKBM kabupaten subang oleh Uyu Wahyudin)

Masalah penelitian ini diangkat dari kondisi belum optimalnya penggunaan pendekatan budaya dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pendidikan keaksaraan fungsional berbasis budaya lokal untuk peningkatan mutu layanan belajar pada kelompok belajar yang diselenggarakan oleh PKBM. Pengumpulan data dilakukan melalui angket, wawancara dan studi dokumentasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri atas 5 orang pengelola, 10 orang tokoh masyarakat, 10 orang tutor, dan 100 warga belajar (masing-masing 50 orang sebagai kelompok eksperimen dan 50 orang sebagai kelompok kontrol) yang tersebar pada lima PKBM di lima kecamatan yaitu kecamatan Cipunagara, Pagaden, Cijambe, Cisalak dan Tanjungsiang.


(35)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Hasil penelitian ini secara umum menyimpulkan: (1) warga belajar belum bisa mengenali potensi diri yang dimiliki disebabkan relatif masih rendahnya kesadaran, pengertian dan kepekaan terhadap diri dan masalah yang dihadapi dalam situasi perubahan di luar dirinya yang begitu cepat. (2) model mutu layanan pendidikan keaksaraan fungsional berbasis budaya lokal secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi dasar warga belajar. Unsur-unsur budaya local dikembangkan kedalam kurikulum pembelajaran, materi bahan belajar, strategi dan media pembelajaran, serta alat evaluasi hasil belajar yang sarat dengan warna budaya lokal; (3) implementasi model pendidikan keaksaraan fungsional berbasis budaya lokal dikemas melalui tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi; (4) mutu layanan belajar pada kelompok belajar yang menerapkan model pendidikan keaksaraan fungsional berbasis budaya lokal lebih baik dibandingkan dengan kelompok belajar yang tidak menggunakan intervensi model tersebut. Mutu pengelolaan pembelajaran, mutu layanan pendidikan dan kompetensi warga belajar dalam keaksaraan fungsional, satu sama lain memiliki hubungan yang positif signifikan. Mutu pengelolaan dan mutu layanan, baik secara parsial maupun simultan, berpengaruh positif signifikan terhadap kompetensi tingkat dasar warga belajar dalam keaksaraan fungsional.

Bersandar pada kesimpulan tersebut, model pendidikan keaksaraan berbasis budaya lokal dan mutu layanan belajar yang dikembangkan dalam studi ini secara fungsional memiliki kemanfaatan yang tinggi pada tataran aplikasi. Secara substansial bisa menguatkan landasan rasional dalam


(36)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dengan menerapkan berbagai strategi yang inovatif untuk mengakomodasi keragaman budaya yang ada di masyarakat.


(37)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Karena itu penelitian ini menggunakan metode yang menggambarkan prosedur pengumpulan data kualitatif, dan prosedur pengumpulan data kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar pendidikan keaksaraan mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development), dengan menggunakan analisis data secara gabungan yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Menurut Borg dan Gall (2003: 569) research and development merupakan penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang mesti dilakukan pengujian lapangan secara sistematis, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria keefektifan tertentu. Produk dan prosedur baru dalam pendidikan, menurut Borg dan Gall tidak semata-mata berupa wujud material tetapi juga mencakup keseluruhan termasuk proses atau prosedur seperti metode, pendekatan dan strategi dan pengorganisasian pembelajaran. Penelitian dengan menggunakan pendekatan R&D bertujuan untuk mengembangkan dan memvadilasi hasil-hasil pendidikan dan untuk menemukan


(38)

pengetahuan-Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

menjawab pertanyaan-pernyataan khusus tentang masalah-masalah bersifat praktis melalui ‘applied research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

Pendekatan penelitian dan pengembangan, menurut Borg dan Gall (2003: 570) ada sepuluh langkah kegiatan yang perlu ditempuh yaitu: (1) survey terbatas dan pengumpulan informasi (research and information collection), (2) melakukan perencanaan (planning), (3) mengembangkan rancangan model produk awal (develop preliminary form of product), (4) melakukan ujicoba produk awal (preliminary field testing), (5) menyempurnakan (main product revision), (6) melakukan uji lapangan produk utama (main field testing), (7) memperbaiki kembali hasil uji lapangan (operational product revision), (8) melakukan ujicoba kembali (operational field testing), (9) menyempurnakan model untuk mengembangkan model akhir (final product revision), dan (10) diseminasi dan sosialisasi model (dissemination and distribution).

Penelitian dan pengembangan pendidikan keaksaraan yang tergolong pada kajian bidang pendidikan nonformal, khususnya model juga merupakan interpretasi atas fenomena yang terjadi dalam praksis penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan, karena melalui model dapat dirumuskan serangkaian kegiatan yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan yang dikembangkan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha


(39)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

diharapkan akan dapat memberikan gambaran tetang kegiatan yang agar dalam pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan terjadi perubahan kea rah yang diinginkan, yakni mampu meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri; dan Kedua melalui pengembangan model pembelajaran ini pula diharapkan agar dapat menyajikan data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah ke dalam bentuk model dan gambaran yang mudah untuk dipahami dan digunakan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai keaksaraan usaha mandiri, secara umum ditempuh melalui dua tahap utama, yaitu tahap studi eksplorasi (studi pendahuluan) dan tahap pengembangan model. Tahap pertama studi pendahuluan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan dan daya dukung serta sumber-sumber yang berkenaan dengan kegiatan pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha mandiri yang terjadi di lapangan. Tahap yang kedua kegiatan pengembangan model, yaitu penyusunan model konseptual pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri. Model konseptual disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan dan studi kepustakaan serta studi dokumentasi yang diujicobakan dalam kancah lapangan dengan kuasi eksperimen. Melalui kegiatan uji coba di lapangan dengan kuasi eksperimen, diberikan perlakuan, dilakukan pengamatan intensip akan ditemukan dan diperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan warga belajar dalam


(40)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

uji coba lapangan akan menjadi bahan yang dapat digunakan untuk merevisi model konseptual, sehingga model tersebut dapat terapkan mejadi menjadi model empirik yang layak untuk diimplementasikan dan didesiminasikan secara luas. Pengembangan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri ini meliputi, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pendampingan pasca pembelajaran, agar warga belajar meningkat kemampuannya untuk mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri.

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran pendidikan keaksaraan untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri ini mengacu pada penggunaan desain kuasi eksperimen melalui pendekatan pretest dan posttest. Desain kuasi eksperimen dilaksanakan pada tahapan uji lapangan dari model pembelajaran yang dikembangkan. Uji lapangan model pembelajaran dikenakan hanya pada kelompok perlakuan yang ditentukan, serta pengumpulan dan analisis data hasil uji lapangan didesain dengan teknik-teknik analisis kuantitatif agar terlihat pengaruh implementasi model. Sedangkan untuk memvalidasi dan menyempurnakan model yang dikembangkan dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisis data digunakan teknik-teknik analisis kualitatif.

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran pendidikan keaksaraan untuk meningkatkan kemampuan warga


(41)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan ujicoba untuk menghasilkan model akhir sebagai model yang direkomendasikan. Oleh karena itu dalam implementasi atau uji lapangan model, metode yang relevan digunakan adalah metode kuasi eksperimen melalui desain pretest dan posttest terhadap kelompok ujicoba yang dikenai perlakuan (treatment)

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar pendidikan keaksaraan mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni menghasilkan sebuah model pembelajaran pendidikan keaksaraan untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai keaksaraan usaha mandiri yang valid untuk direkomendasikan, maka prosedur penelitian ini secara garis besar diarahkan pada dua tahap kegiatan utama, yaitu tahap kegiatan studi pendahuluan (exploration study), dan tahap kegiatan studi eksperimen (Experimental study).

Kegiatan tahap pertama studi pendahuluan dilaksanakan secara kualitatif dengan prosedur sebagai berikut :

1. Studi eksplorasi (exploration study), yaitu kegiatan awal berupa studi

penjajagan antara lain melalui kajian pustaka tentang konsep dan model pembelajaran, konsep pendidikan orang dewasa, konsep pendidikan keaksaraan, dan konsep kompetensi keaksaraan usaha mandiri. Selanjutnya dilakukan pengkajian terhadap hasil penelitian dan laporan-laporan serta


(42)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

keaksaraan usaha mandiri, pengumpulan dan pengkajian data sekunder, laporan dan dokumen-dokumen tentang penyelenggaraan pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan melakukan pengamatan terhadap pengelolaan dan kegiatan pelaksanaan pembelajaran pendidikan keaksaraan. Melalui kegiatan studi eksplorasi ini akan digali berbagai data dan informasi serta gejala yang berada di lapangan sehingga dapat dilakukan refleksi tentang situasi yang terjadi dalam pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan. Gambaran data dan informasi yang digali melalui studi eksplorasi antara lain berkaitan dengan (a) program dan permasalahan pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan di Kabupaten Bandung Barat khususnya di lokasi penelitian, yaitu di Desa

Tugumukti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat (b) model

pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan fungsional tingkat dasar; (c) model pengelolaan pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha mandiri, (d) kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan yang diselenggarakan kelompok-kelompok belajar di lokasi penelitian. (e) gambaran tentang kemampuan awal warga belajar dalam menguasai kompetensi keaksaraan usaha mandiri. Berdasarkan data dan informasi hasil studi eksplorasi disusunlah desain penelitian, yang kemudian setelah diseminarkan dan mendapat masukan dan saran dari para pembimbing, desain awal tersebut diperbaiki seperlunya. Selanjutnya berdasarkan permasalahan yang akan diteliti serta data yang diperlukan dalam penelitian dikembangkan


(43)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

tes dan non tes. Instrumen tes meliputi tes kompetensi keaksaraan tingkat dasar dan tes kompetensi keaksaraan usaha mandiri yang diepruntukan bagi warga belajar pendidikan keaksaraan. Instrumen dalam bentuk non tes terdiri atas pedoman wawancara untuk pengelola, pedoman wawancara untuk tutor pendidikan keaksaraan, pedoman wawancara untuk warga belajar, dan pedoman wawancara untuk tokoh masyarakat terkait dengan pendidikan keaksaraan.Instrumen penelitian dalam bentuk pedoman observasi dikembangkan untuk pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran pendidikan keaksaraan yang sedang diselenggarakan kelompok belajar di lokasi penelitian.

2. Penyusunan model konseptual; pada tahap ini kegiatan yang ditempuh

antara lain meliputi penyusunan draft model, yang terdiri atas kegiatan merancang model konseptual pembelajaran pendidikan keaksaraan berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keakasaraan usaha mandiri. Kegiatan tersebut berdasarkan hasil kajian teoretik, kondisi obyektif lapangan, hasil-hasil kajian penelitian terdahulu yang relevan, dan kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Selanjutnya melakukan analisis kesenjangan antara kompetensi warga belajar pendidikan keaksaraan usaha mandiri dengan standar kompetensi keaksaraan usaha mandiri, dan mendeskripsikan model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri berdasarkan


(44)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu kelayakan model yang dikembangkan.

3. Verifikasi model konseptual, terhadap model konseptual yang telah

disusun kemudian dilakukan verifikasi melalui kegiatan validasi model, dengan maksud untuk menyempurnakan model konseptual yang telah disusun. Validasi model konseptual tersebut dilakukan melalui tukar pendapat, diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dengan para ahli pendididikan non formal khususnya ahli pendidikan keaksaraan (pembimbing), nara sumber ahli, dan praktisi di lapangan, pengelola, penyelenggara, warga belajar dan masyarakat sekitar, dan lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan keaksaraan. Di samping itu untuk penyempurnaan model pada tahap ini dilakukan pula pemeriksaan silang (cross cek) terhadap fakta-fakta temuan studi lain (fact finding) yang terkait dan relevan dengan penelitian yang sedang dikembangkan. Berdasarkan validasi tersebut dilakukan revisi model konseptual seperlunya untuk kemudian siap dilakukan uji coba secara terbatas.

4. Uji coba model secara terbatas, terdiri atas kegiatan uji coba model

pembelajaran pendidikan keaksaraan untuk meningkatkan kemampuan warga belajar mencapai kompetensi keaksaraan usaha mandiri kepada warga belajar pada tiga kelompok belajar pendidikan keaksaraan yang ada di Kabupaten Bandung Barat, yaitu : (1) kelompok belajar Insan kamil yang berdomisili di Kampung Pasir Jati RT 01 RW 18 Desa Citatah Kecamatan Cipatat. (2) Kelompok Belajar Kemuning Senja, yang


(1)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Munandar, U. (1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.

Munthe, B. ( 2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Seng Tan, O. (2009). Problem-Based Learning And Creativity. Singapore:

Cengage Learning Asia Pte Ltd

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya W, (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Santyasa, I W. (2003). Pembelajaran fisika berbasis keterampilan berpikir sebagai alternatif implementasi KBK. Makalah. Disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran, 22-23 Agustus 2003, Di Hotel Inna Garuda Yogyakarta.

Shantini, Y. (2010). Model Pembelajaran Mandiri Dalam Meningkatkan Kompetensi Dan Kemandirian Peserta Kursus (Studi di LKP Pelita Massa Jawa Barat). Disertasi. Bandung: Prodi PLS Pascasarjana UPI.

Shower, Well B, Joyce B. (1992). Models of Teaching. (fourth edition). USA: Needham Heights: Massachusetts

Simarmata, DJ. A. (1983). Operations Research Sebuah Pengantar Teknik-teknik Optimasi Dari Sistem Operasional. Jakarta: PT. Gramedia

Smith, R. (1982). Learning How To Learn: Applied Theory For Adult. Atlanta:Follett Publishing Company.

Spencer, Lile M, Spencer Signe,M (1993). Competence at Work, Models for Superior Performance, New York : John Wiley & Sons Inc.

Srinivasan, L (1977). Perspectives on Non Formal Adult Learning: Functional Education For Individual, Community and National Development, Connecticut Prentice Hall.


(2)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Sudjana, D., (1996), Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Azas, Bandung: Nusantara Press.

_________, (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

_________, (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.

Sudjana, D. (2005).Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Badung : Falah Production.

_________, (2005). Metode dan Teknik Pembelajaran partisipatif. Bandung : Falah Production

_________, (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana S, D. (2004). Pendidikan Nonformal (Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat & Teori Pendukung, serta Asas). Bandung: Falah Production. Suryadi, A. (2005). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan.

Jakarta: Gramedia.

Suryadi, A. (2007). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar. Jakarta: Ditjen PNFI Depdiknas.

Syafaruddin. (2005). Manajemen lembaga pendidikan Islam, Cetakan I.Jakarta: Ciputat Press

Tim Redaksi Fokus Media, (2006). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, Cet.1, Bandung: Fokus Media

Tim Redaksi Fokus Media, (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003,Cet.1, Bandung: Fokus Media.

Tim Redaksi Fokus Media, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,Cet.1, Bandung: Fokus Media.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: kencana

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka


(3)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2004) Menyongsong Hari Esok UPI, Bandung : UPI

Wahyudin, U. (2008). Mutu Layanan Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Budaya Lokal Untuk Peningkatan Kompetensi Dasar Warga Belajar (studi pengembangan model pendidikan keaksaraan fungsional pada kelompok belajar di PKBM Kabupaten Subang). Disertasi. Bandung: Prodi PLS Pascasarjana UPI.

Winataputra S, Udin (2006) Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis, Tinjauan Psiko Pedagogis, Bahan Diskusi dan Latihan pada Diklat Pedagogik Widyaiswara LPMP dan PPPG, FKIP dan PPS Universitas Terbuka

Sumber Departemen :

Badan Pusat Statistik dan Depdiknas. (2004). Studi Efektivitas Program Keaksaraan Fungsional. Kerjasama Ditjen PLSP dengan BPS. Jakarta: Depdiknas.

Balitbang Pusat Data dan Informasi Pendidikan., (2003), Statistik Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda tahun 2002/2003. Jakarta: Balitbang Pusat Data dan Informasi Pendidikan Depdiknas

Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. (2006). Keaksaraan Melalui Bahasa Ibu. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Masyarakat, (2005) Laporan Akhir Penelitian Kompetensi Tutor Dalam Proses Pembelajaran Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Keaksaraaan Ditjen PLSP, Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Masyarakat. (2004). Data Sasaran Program Tahun 2004. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah.

---, (2004), Pengembangan Alat Pengukuran dan Evakuasi Kecakapan Hidup, Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.

---, (2003), Data Buta Aksara Propinsi dan Kabupaten Seluruh Indonesia Tahun 2003, Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.


(4)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

---, (2003), Pendidikan Keaksaraan dan Rencana Aksi Nasional, Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.

---, (2003), Buku Pedoman Tutor Program Keaksaraan Fungsional, Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.

---, (1998), Pedoman Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional, Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat.

---, (2009), Acuan Bantuan Penyelenggaraan Program PBA, Inovasi Keaksaraan Untuk pemberdayaan, Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga/Organisasi Mitra, Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal, Jakarta : Depdiknas

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2006. Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan wajib Belajar Pendidikan dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UNESCO. (2000). Education for All 2000 Assessment Synthesis. Dakar :World Education Forum.

UNESCO. (1999). Treasure Within. Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty-fisrt Century. Paris: UNESCO Publishing.

World Bank, EAPRO. (1988). Education in Indonesia: From Crisis to Recovery. Jakarta: EAPRO.

Sumber Internet:

Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [7 Desember 2007] Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia :

http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [ akses 21 Juli 2010].

Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging perspectives on learning, teaching, and technology [Online].


(5)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm. [akses 17 Juni 2005].

Hafis Muaddab(2011) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) [Online]. Tersedia di : http://hafismuaddab.wordpress.com /2011/06/07/model-pembelajaran-berbasis-masalah-problem-based learning [akses 7 Juni 2011]

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online].

Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : http://www.rapidintellect.com/AE Qweb/mop4spr01.htm [ akses 14 Juli 2010]

Santyasa, I W. (2004). Seminar dan Lokakarya: Desain Pembelajaran Berbasis

Model SOI. [Online]. Tersedia:

http://www.freewebs.com/santyasa/PDF_Files/PEMBELAJARAN_MOD EL_SOI.pdf. [akses: 12 April 2010]

__________. (2005). Model Pembelajaran Inovatif dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online]. Tersedia: http://www.freewebs.com/santyasa/PDF_Files/PEMBELAJARAN_INOV ATIF_1.pdf. [akses: 12 April 2010]

__________. (2006). Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. [Online]. Tersedia: http://www.freewebs.com/santyasa/PDF_Files/COLLABORATIVE_MOD EL__PROJECT_BASED__DAN_ORIENTASI_NOS.pdf. [akses: 12 April 2010]

Susento dan M. Andy Rudhito. (2009) Pendekatan Pembelajaran Berbasis

Masalah, [Online]. Tersedia :

http://warungpendidikan.blogspot.com/2009/01/pendekatan-pembelajaran-berbasis_24.html [akses: 17 April 2011]


(6)

Babang Robandi, 2012

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Warga Belajar Mencapai Kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Pendidikan Keaksaraan Fungsional Berbasis Keunggulan Lokal Dengan Kemampuan Calistung Warga Belajar Keaksaraan Fungsional (Studi Pada Program Keaksaraan Fungsional Kelompok Kenitu Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Ta

0 15 3

IMPLEMENTASI PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (UPAYA PENINGKATA KEBERDAYAAN WARGA BELAJAR KEAKSARAAN RAFLESIA DI DESA GAPLEK KECAMATAN PASIRIAN KABUPATEN LUMAJANG)

0 5 3

Sistem tataniaga tomat (Kasus di Desa Tugumukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat

3 19 147

PENGARUH KOMPETENSI TUTOR TERHADAP MINAT BELAJAR WARGA BELAJAR PADA KELOMPOK BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DI PKBM ASUHAN AYAH BUNDA KOTA BINJA.

0 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas IV SDN Sitimulyo 02 Kecamatan Pucakwangi

0 2 14

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BERBASIS POTENSI LOKAL DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN WARGA BELAJAR KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (KUM) DI KABUPATEN KARAWANG.

0 1 67

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA, MENULIS DAN BERHITUNG PADA WARGA BELAJAR PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR :Suatu Studi Kuasi Eksperimen Di PKBM Kinanti Desa Jayagiri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 0 45

MODEL PEMBELAJARAN TRANSLITERASI SEBAGI INOVASI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI WARGA BELAJAR PENDIDIKAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL : Studi Kasus di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

0 0 57

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN KEAKSARAAN BERBASIS KOMPETENSI :Studi Evaluasi pada Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Fungsional.

0 2 68

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Warga Belajar Program PKH

0 2 14