UPAYA POLAH SAKINTEN DALAM MELESTARIKAN SENI TARI DI KABUPATEN GARUT.

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Seni Tari Merupakan Bagian Dari Kebudayaan ... 9

B. Penggolongan Jenis Dan Fungsi Seni Tari ... 14

C. Upaya Pelestarian Budaya ... 18

D. Melestarikan Seni Tari Tradisi ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A.Metode Penelitian ... 24

B.Definisi Operasional ... 24

C.Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 26

D.Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Teknik Pengolahan Data ... 33

G.Tahap-Tahap Penelitian ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1.Visi Dan Misi Polah Sakinten ... 39

2.Struktur Organisasi Polah Sakinten ... 39

3.Nama Dan Logo Polah Sakinten ... 40

4.Jenis Tari Yang Dipilih Polah Sakinten Di Kabupaten Garut ... 42

5.Tahapan Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut ... 56

6.Pencapaian Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut ... 64

B. Pembahasan... 71

Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut ... 71


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 78


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang di dalamnya terdapat beberapa provinsi, kabupaten, kota, dan desa, sehingga pemerintah pusat menemukan kesulitan untuk mengatur dan mengawasinya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan, maka pemerintah pusat mengawasi dan mengaturnya dengan memberlakukan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan wewenang tiap daerah untuk mengatur serta mengawasi keadaan lingkungan dan masyarakat yang berada di daerah tersebut. Otonomi daerah diberlakukan untuk menjaga, memanfaatkan, serta menggali potensi yang dimiliki tiap daerah agar dapat memerangi tuntutan perkembangan zaman, sehingga kekayaan dan potensi daerah dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Salah satu otonomi daerah yang harus direalisasikan adalah mengembangkan identitas kedaerahannya, yaitu seni budaya. Terkait dengan hal tersebut, maka muncul kesadaran dari sebagian masyarakat untuk menggali, mengembangkan, serta melestarikan kearifan lokal, termasuk pada bidang seni.

Salah satu kabupaten yang menjalankan otonomi daerah, yaitu kabupaten Garut. Kabupaten ini merupakan salah satu wilayah yang terdapat di provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 3.065,19 km2. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah kabupaten Garut mengajak masyarakat untuk melestarikan beberapa


(4)

kebudayaan, yang salah satunya adalah kesenian yaitu seni tari. Kita sebagai pemilik kekayaan haruslah mempunyai rasa bangga karena telah diwarisi beragam kesenian. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan kabupaten Garut, sambutan dalam buku “Masyarakat Adat Kampung

Dukuh kabupaten Garut” bahwa, keanekaragaman suku bangsa dan tradisinya di Indonesia, selain menempatkan kekayaan yang perlu dibanggakan juga menjadi sesuatu yang perlu diperhatikan terutama yang berkenaan dengan nilai-nilai budaya khas yang membedakan jati diri mereka dengan suku bangsa lainnya.

Dahulu, di kabupaten Garut sempat berkembang Tari Wayang. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin hari semakin memudahkan masyarakat untuk menerima pengaruh budaya yang datangnya dari luar, maka keberadaan Tari Wayang pun lambat laun dijauhi para peminat dan penikmatnya, sehingga pada saat ini Tari Wayang kurang berkembang dan kurang dikenal oleh masyarakat yang berada di kabupaten Garut. Tari Wayang yang memiliki aturan-aturan tertentu dengan pakemnya yang kuat dan nilai keindahannya yang tinggi, mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat yang berada di kabupaten Garut. Dengan demikian, beberapa tarian yang estetikanya tidak terlalu jauh dengan estetika Tari Wayang mulai berkembang di kabupaten ini, yaitu gerakan-gerakan yang dilakukan tidak erotis, tetapi ada sedikit perbedaan dari Tari Wayang tersebut, seperti gerak dan musiknya. Untuk saat ini, masyarakat lebih mudah menerima tarian yang sifatnya energik, dinamis, dan hiburan, seperti tarian yang diperkenalkan oleh Polah Sakinten.


(5)

Polah Sakinten adalah organisasi yang didirikan oleh Rs. Afandi atau Aom Emon pada tahun 1962, ketika menjabat sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum kabupaten DT.II Garut, setelah kota Garut menyandang julukan sebagai Kota Inten karena telah menjadi kota terbersih se-Indonesia. Pada awalnya, Polah Sakinten bernama Sari Kota Inten dengan bidang garap atau pembinaan terhadap jenis kesenian tradisional, seperti: Tembang Sunda, Seni Tari, Wayang Golek, Reog, Calung, Degung, Pencak Silat, Gending Karesmen, dan Sendra Tari.

Dengan nama Polah Sakinten, organisasi ini menyederhanakan bidang garapnya, yaitu pada: Seni Sastra dan Drama, Karawitan, dan Seni Tari. Tarian yang disosialisasikan/diperkenalkan oleh Polah Sakinten kepada masyarakat Garut tidak hanya tarian yang berasal dari Jawa Barat, namun tarian yang berasal dari luar Jawa Barat pun dipilihnya, asalkan tarian tersebut tidak mengandung unsur

gerak yang erotis. Poerwanto (2010: 170) berpendapat, bahwa “perubahan kontak

yang terarah atau terencana memang disengaja oleh pihak luar, misalnya para change agent (pembawa perubahan), yang secara intensif guna suatu tujuan tertentu berusaha memperkenalkan ide-ide baru”. Seperti halnya Polah Sakinten yang membawa tari-tarian luar Jawa Barat kepada masyarakat, seperti:

1. Tari Gembira 2. Tari Yapong 3. Tari Mulatwani 4. Tari Satria Tangguh 5. Tari Rereogan


(6)

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperkenalkan kekayaan yang ada di negara kita sendiri, sehingga seni budaya (seni tari) yang dimiliki dapat terjaga keberadaannya.

Apabila dilihat dari pembagian wilayah, seni budaya tiap daerah memiliki ciri khas yang dapat membedakan seni budaya daerah yang satu dengan yang lainnya, maka peminat dan penikmatnya pun akan berbeda selera. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan iklim, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Berbeda halnya dengan seni tari, meskipun seni tari berasal dari luar Jawa Barat, tetapi antusias masyarakat yang berada di kabupaten Garut hampir sama terhadap keberadaan seni tari yang berasal dari Jawa Barat, asalkan tarian tersebut tidak erotis. Dengan demikian, estetika yang terkandung dalam Tari Wayang yang kental, sedikitnya mampu mempengaruhi pola pikir dan minat masyarakat Garut untuk mempertahankan kelangsungan hidup seni tari yang mendekati nilai-nilai dari Tari Wayang. Sekilas, tari Jawa Barat dan luar Jawa Barat tidaklah sama, namun dengan mempelajari tarian daerah lain yang masih sama dalam satu negara, berarti masyarakat ikut serta dalam menjalankan salah satu tujuan pemerintah yaitu melestarikan dan mengembangkan seni budaya.

Pada bidang seni tari, Polah Sakinten bersusah payah merencanakan, menyusun, mengatur, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk menjaga eksistensi seni tari di kabupaten Garut. Oleh karena itu, untuk menjalankan tujuannya, Polah Sakinten memilih jenis tarian yang dapat diterima masyarakat dan disenangi, sehingga muncul kesadaran dan minat masyarakat untuk mempelajari tarian yang ada dan berkembang di negara ini.


(7)

Untuk menembus perhatian masyarakat agar menyenangi tarian yang merupakan warisan dari orang-orang terdahulu atau nenek moyang, sangatlah tidak mudah. Dibutuhkan kesabaran, pengorbanan, serta kerja keras yang dapat menguras waktu, tenaga, pikiran, bahkan materi. Mulai dari pemilihan jenis tari yang akan diperkenalkan atau disosialisasikan kepada masyarakat Garut, sampai kepada cara menerapkan tari tersebut. Mengingat tarian yang disosialisasikan/diperkenalkan Polah Sakinten pun tidak hanya tarian yang berasal dari Jawa Barat, maka dibutuhkan waktu dan sumber daya manusia (tenaga pengajar/pelatih tari) untuk memperkenalkan seni tari yang dipilih supaya diminati kalangan masyarakat yang berada di kabupaten Garut.

Cara-cara untuk melaksanakan atau menjalankan suatu tujuan akan mempengaruhi atau menentukan suatu keberhasilan. Berhasil atau tidaknya suatu maksud tergantung pada usaha yang dijalankan atau dilaksanakan. Begitu pula dengan Polah Sakinten yang mempunyai maksud ingin melestarikan seni tari di kabupaten Garut. Berhasil atau tidaknya maksud Polah Sakinten untuk memasyarakatkan seni tari, sehingga eksistensi seni tari di kabupaten Garut tetap terjaga, bahkan seni tari yang ada, dapat dikembangkan pula oleh masyarakat sekitar. Hal ini bergantung pada upaya-upaya yang telah direncanakan, disusun, diatur, serta dilaksanakan atau dijalankan oleh Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.

Hal ini merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti, sehingga peneliti tergugah untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut”.


(8)

B. Perumusan Masalah

Agar bahasan penelitian fokus, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pemilihan jenis tari yang dilakukan oleh Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut?

2. Bagaimana tahapan yang dilakukan oleh Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut?

3. Bagaimana pencapaian Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan oleh Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, di antaranya:

a. Mendeskripsikan pemilihan jenis tari yang dilakukan oleh Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.

b. Mendeskripsikan tahapan yang dilakukan oleh Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.


(9)

c. Mendeskripsikan pencapaian Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan bagi orang lain.

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang upaya pelestarian budaya, yaitu beberapa cara untuk melestarikan seni tari, khususnya di kabupaten Garut.

2. Bagi Pelaku Seni

Memberikan masukan dan motivasi bagi pelaku seni dalam upaya pelestarian seni tari di kabupaten Garut untuk meningkatkan, mempertahankan, serta mengembangkan seni budaya yang dimiliki.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Garut untuk menggerakan masyarakat agar lebih peka terhadap keberadaan seni budaya yang ada dan berkembang di daerah, khususnya pada bidang seni tari.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam penyusunan hasil penelitian, maka peneliti membagi pokok bahasan yang terdiri atas beberapa bagian, yaitu:


(10)

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, yang berisi tentang seni tari merupakan bagian dari kebudayaan, penggolongan jenis dan fungsi seni tari, upaya pelestarian budaya, dan melestarikan seni tari tradisi.

Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang metode penelitian, definisi operasional, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengolahan data, dan tahapan-tahapan penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisikan tentang hasil dari penelitian dan pembahasan tentang upaya Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.

Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan dari pembahasan penelitian yang telah dilakukan dan analisis masalah yang dikaji serta disarankan untuk masalah yang diteliti.


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, ada hal yang paling penting dan harus diperhatikan agar penelitian yang dilakukan mendapatkan jawaban-jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Untuk itu, dalam suatu penelitian harus memperhatikan metode yang digunakan. Metode penelitian merupakan cara untuk mendapatkan informasi. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi, 2010: 203).

Dalam penelitian yang berjudul “Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut”, peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian, dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi, 2004: 76 & 97). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena penelitian ini dilakukan agar memperoleh gambaran yang nantinya disusun secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai subjek yang diteliti.

B. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menegaskan fokus penelitian dan menghindari terjadinya kesalahpahaman, maka disini peneliti memberikan penjelasan mengenai judul


(12)

penelitian “Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut”, sebagai berikut.

Upaya merupakan usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud, akal, ikhtiar (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1985: 1132). Dalam judul penelitian ini, upaya yang dimaksud adalah cara atau usaha Polah Sakinten mulai dari memilih, memperkenalkan, melaksanakan, serta mengembangkan seni tari di kabupaten Garut.

Polah Sakinten adalah singkatan dari nama Pondok Olah Seni Sari Kota Inten. Polah Sakinten merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang kesenian, yaitu seni sastra dan drama, karawitan dan seni tari di kabupaten Garut. Organisasi ini didirikan pada tahun 1962 oleh Rs. Afandi.

Melestarikan, yaitu menjaga, mempertahankan keberadaan sesuatu. Melestarikan yang dimaksud dalam judul penelitian ini, yaitu menjaga, mempertahankan eksistensi seni tari yang sempat ada di Garut untuk tetap dilaksanakan, bahkan dikembangkan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka Upaya Polah Sakinten dalam Melestarikan Seni Tari di kabupaten Garut merupakan cara atau usaha yang dilakukan oleh organisasi yang bernama Polah Sakinten untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi seni tari di kabupaten Garut dengan merancang dan melaksanakan beberapa kegiatan untuk mengajak masyarakat yang berada di daerah Garut, sehingga timbul kesadaran masyarakat untuk mempelajari, melestarikan, serta mengembangkan seni tari.


(13)

C. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi atau tempat dilaksanakannya pengambilan informasi atau data-data yaitu di Gedung Nasional (KNPI) Jl. Ahmad Yani Garut, karena gedung ini merupakan tempat latihan semua siswa Polah Sakinten, sehingga peneliti dapat memperoleh data-data yang sesuai dengan permasalahan. Selain gedung Nasional (KNPI), peneliti melakukan penelitian di Sekretariat Polah Sakinten yang berada di Jl. Rengganis Gg. III No. 55/135 Kel. Paminggir Kec. Garut Kota Kab. Garut, karena di tempat inilah data-data disimpan, diabadikan/didokumentasikan mengenai beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Polah Sakinten dari mulai berdirinya organisasi hingga saat ini.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh Polah Sakinten (Pondok Olah Seni Sari Kota Inten) pimpinan Entin M. Sobarnas, karena upaya-upaya yang dilakukan oleh Polah Sakinten merupakan cara untuk mengajak, dan menarik perhatian masyarakat yang berada di kabupaten Garut untuk menjaga/melestarikan seni tari, baik itu tari yang berasal dari daerah Jawa Barat, maupun luar Jawa Barat.


(14)

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mendapatkan informasi atau data-data yang berkenaan dengan Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut, peneliti membutuhkan teknik pengumpulan data. Teknik penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Abdurrahmat, 2006: 104).

Peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara langsung ke sekretariat Polah Sakinten di Jl. Rengganis Gg. III No. 55/135 Kel. Paminggir Kec. Garut Kota Garut, dan tempat latihan para siswa Polah Sakinten yang berlokasi di Gedung Nasional (KNPI). Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi atau data-data yang berkaitan dengan upaya polah sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang dapat merekam suara maupun gambar. Observasi dilakukan secara berulang-ulang agar peneliti memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Observasi pertama dilaksanakan pada tanggal 22 April 2012 di sekretariat Polah Sakinten, hal ini dilakukan untuk menemui pimpinan Polah Sakinten yaitu Entin M. Sobarnas, sekaligus meminta kesediaannya mengenai upaya yang dilakukan Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut, untuk dijadikan sebagai subjek penelitian.


(15)

Pada tanggal 20 Mei 2012, dilakukan observasi kedua untuk mendapatkan data tentang kegiatan Polah Sakinten. Pengamatan dilakukan pada hari minggu, pada saat siswa Polah Sakinten sedang melaksanakan latihan rutin seni tari, sehingga peneliti mendapatkan data-data yang berkaitan dengan jenis tarian yang disosialisasikan Polah Sakinten kepada masyarakat Garut (siswa yang mengikuti pelatihan tari). Pada tanggal 8 Juli 2012, dilakukan observasi ketiga untuk mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di Garut.

Pada tanggal 10 dan 11 Juli 2012, dilakukan observasi keempat dan kelima. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data-data tentang tahapan-tahapan Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut. Selain itu, peneliti juga mendapatkan data-data tentang pencapaian Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.

Pada tanggal 10 Agustus 2012, dilakukan observasi keenam untuk melengkapi data-data yang telah diolah untuk dijadikan laporan, karena data yang diperoleh belum lengkap, seperti busana yang digunakan dalam jenis tarian yang paling diminati oleh masyarakat yang berada di kabupaten Garut.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara (Abdurrahmat, 2006: 105). Peneliti melakukan tanya jawab kepada beberapa narasumber yang mempunyai kedudukan/jabatan dalam organisasi Polah Sakinten (Pondok Olah


(16)

Seni Sari Kota Inten). Wawancara yang peneliti lakukan menggunakan teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, yang ditujukan kepada beberapa narasumber, antara lain:

a. Kepada Entin M. sobarnas, selaku pimpinan Polah Sakinten. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 8 Juli 2012 untuk mendapatkan data-data atau informasi tentang jenis tari yang disosialisasikan Polah Sakinten kepada masyarakat sekitar Garut.

b. Wawan Somarwan, selaku sekretaris Polah Sakinten. Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 8, 10, dan 11 Juli 2012 untuk mendapatkan data-data atau informasi tentang upaya yang dilakukan Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di Garut.

c. Diana Nastini, selaku ketua bidang seni tari dan pelatih seni tari. Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2012 untuk mendapatkan data-data atau informasi mengenai pencapaian Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di Garut.

3. Studi Pustaka

Selain observasi dan wawancara yang merupakan cara untuk mendapatkan informasi, dalam penelitian ini, peneliti mencari informasi atau data-data dari buku-buku yang berkaitan dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan landasan teori, sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis data penelitian. Buku yang diperlukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, tidak semua buku mudah ditemukan. Buku atau sumber yang sulit ditemukan adalah sumber tentang


(17)

pelestarian seni tari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka peneliti menggunakan buku atau sumber yang berkaitan dengan pelestarian budaya karena buku tersebut yang dapat ditemukan oleh peneliti.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden (Abdurrahmat, 2006: 112).

Selain observasi, wawancara, dan studi pustaka, peneliti mengumpulkan data atau bukti keterangan dengan mendokumentasikan, mengambil gambar beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di Kabupaten Garut.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, seorang peneliti memerlukan alat bantu untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data, seperti:

1. Pedoman Observasi

Observasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan dengan berpedoman pada pedoman observasi yang peneliti buat (terlampir). Hal ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh gambaran mengenai upaya Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut, yang nantinya dikaji dengan mengacu pada masalah yang telah dirumuskan.


(18)

2. Pedoman Wawancara

Dalam hal ini, pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu peneliti sendiri, dan pedoman lainnya yaitu pedoman wawancara terstruktur yang diajukan pada saat wawancara yang telah disiapkan oleh peneliti berupa pertanyaan-pertanyaan (terlampir), untuk mendapatkan keterangan yang berkaitan dengan subjek penelitian. Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti agar lebih terfokus, sehingga mendapatkan jawaban-jawaban yang akan mendukung pada subjek penelitian. Beberapa pertanyaan disusun dan diajukan dengan mengarah pada upaya pelestarian seni tari, seperti tentang materi/jenis tari yang disosialisasikan Polah Sakinten kepada masyarakat yang berada di kabupaten Garut, tahapan yang dilaksanakan Polah Sakinten untuk melestarikan seni tari, dan pencapaian Polah Sakinten dalam melestarikan seni tari di kabupaten Garut.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan landasan teori/kajian pustaka dalam penelitian yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa buku digunakan, seperti yang ditemukan dalam buku Oka A. Yoeti yang berjudul Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. (Jakarta, Depdikbud: 1985), membahas tentang perlunya warisan budaya untuk dilestarikan, agar generasi selanjutnya dapat menyaksikan warisan budaya tersebut. Hal ini berkaitan dengan pentingnya seni tari sebagai


(19)

bagian dari budaya untuk dilestarikan, sehingga anak cucu kita atau generasi penerus dapat melihat dan menikmati budaya orang-orang terdahulu.

Dalam buku Pengantar Bahan Ajar Pendidikan Seni Tari dan Drama (Bandung, UPI: 2006), Karyati, dkk. membahas tentang jenis dan fungsi seni tari. Bahasan tersebut digunakan peneliti untuk landasan pemikiran untuk membahas jenis seni tari. Sementara itu, dalam buku Tentang Tari, Bagong Kussudiardjo membahas tentang pengertian seni tari (Yogyakarta, CV. Nur Cahaya: 1981).

Buku yang berjudul Ilmu Budaya Dasar (2009) yang ditulis oleh Supartono, membahas tentang langkah-langkah untuk mempertahankan kebudayaan, faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan. Dalam hal ini peneliti menggunakan bahasan buku tersebut yang berkaitan dengan pengaruh dan cara mempertahankan suatu kebudayaan yang salah satunya adalah seni tari, untuk dijadikan landasan pemikiran.

Pada tahun 1984, Taralamsyah dan Suwandono dalam buku yang ditulis oleh Edy Sedyawati dengan judul Tari, Tinjauan dari Berbagai Segi, membahas tentang sikap selektif yang harus dimiliki untuk kelangsungan hidup seni tari, dan beberapa tahapan yang dilakukan untuk menjaga seni tari tradisi agar tetap ada dan berkembang. Bahasan tersebut digunakan peneliti sebagai landasan untuk mengupas tahapan-tahapan pelestarian seni tari.

4. Pedoman Studi Dokumentasi

Pedoman studi dokumentasi yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data atau informasi yaitu kamera yang dapat merekam gambar


(20)

(media visual) atau video (media audio visual). Media audio digunakan oleh peneliti untuk merekam suara pada saat melakukan penelitian adalah voice recorder (perekam). Sedangkan audio visual digunakan pula dengan video camera (kamera video) untuk merekam para siswa yang sedang latihan seni tari di Gedung Nasional (KNPI). Selain itu, peneliti menggunakan VCD yang merupakan arsip Polah Sakinten, VCD yang diperoleh peneliti dikaji untuk mengetahui beberapa jenis tarian beserta geraknya yang disosialisasikan kepada masyarakat Garut.

F. TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Data-data atau keterangan merupakan bahan mentah yang harus diolah sehingga nantinya akan menghasilkan informasi yang akurat berupa fakta. Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi dikumpulkan. Data yang telah diperoleh peneliti dikelompokan sesuai dengan permasalahannya. Selanjutnya data yang dianggap mendukung untuk hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode yang dipilih oleh peneliti, yaitu metode deskriptif. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian tersebut. Setelah itu, peneliti menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh, dan peneliti mendeskripsikan laporan.


(21)

G. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Untuk mencapai suatu tujuan, maka seorang peneliti harus melewati beberapa tahapan untuk dijalani terlebih dahulu, di antaranya sebagai berikut: 1. Persiapan

Persiapan sebelum melakukan penelitian, peneliti memfokuskan permasalahan yang akan diteliti di lapangan.

a. Pra Survei

Peneliti menentukan permasalahan dan lokasi untuk melakukan penelitian, sehingga dapat diperoleh judul yang akan diajukan peneliti kepada dewan skripsi.

b. Survei

Menurut Donald, dkk (1985) dalam Suharsimi (2009: 236), survei dapat dilakukan untuk sesuatu hal data yang sifatnya nyata (tangible).

Dalam hal ini, peneliti mengunjungi tempat latihan siswa Polah Sakinten yang berada di Gedung Nasional (KNPI) Jl. Ahmad Yani Garut untuk menemui pimpinan dan pelatih tari di Polah Sakinten. Hal ini dimaksudkan untuk meminta izin melakukan penelitian di Polah Sakinten. Selain meminta izin kepada pimpinan Polah Sakinten, peneliti juga berusaha mencari sumber-sumber yang menunjang untuk melakukan penelitian, sehingga dapat membantu peneliti dalam mendapatkan gambaran yang sesuai dengan maksud dan tujuan.


(22)

c. Pengajuan Judul

Dalam tahapan ini, peneliti mengajukan judul yang diajukan kepada dewan skripsi. Judul yang peneliti ajukan adalah “Tari Mulatwani Di Pondok Olah Seni Sari Kota Inten Kabupaten Garut”.

d. Penyusunan Proposal

Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti menentukan judul. Peneliti menyusun proposal untuk diajukan dan disidangkan.

e. Sidang Proposal

Peneliti mengikuti sidang pada gelombang ke-II. Pada kegiatan ini, peneliti diberi kritik dan saran oleh beberapa dosen dan dewan skripsi jurusan pendidikan seni tari agar penelitian lebih fokus dan terarah. Setelah sidang proposal, dewan skripsi menentukan pembimbing I dan II untuk membimbing peneliti dalam melakukan penelitian, dan pembimbing yang ditentukan disesuaikan dengan judul penelitian.

f. Revisi Proposal

Setelah peneliti melakukan bimbingan kepada pembimbing I dan II, peneliti mendapat masukan sehingga ada perubahan mengenai arah dan fokus penelitian. Judul penelitian yang semula “Tari Mulat Wani Di Pondok Olah Seni Sari Kota Inten”, diganti menjadi “Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut”. Hal ini terjadi atas berbagai pertimbangan. Setelah fokus penelitian disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I, II, dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari, maka peneliti


(23)

mengajukan proposal untuk mendapatkan Surat Keterangan (SK) Penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS).

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan beberapa kegiatan, di antaranya:

a. Observasi

Untuk mendapatkan data-data atau gambaran umum mengenai subjek yang akan diteliti, maka peneliti melakukan observasi ke Polah Sakinten di kabupaten Garut.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan beberapa cara agar peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan. Selain mengumpulkan data dari beberapa narasumber, peneliti juga mengunjungi perpustakaan untuk memperoleh data yang diperlukan atau mendukung dengan subjek yang diteliti.

c. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Data yang terkumpul dianalisis oleh peneliti, selanjutnya disusun secara sistematis. 3. Penulisan Hasil Penelitian/Laporan

Dalam hal ini, peneliti menyusun data-data yang diperoleh untuk dilaporkan dan disahkan oleh dewan skripsi. Sebelum disidangkan, penyusunan dan penulisan laporan penelitian dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing I dan pembimbing II.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengumpulkan data, mengolah, dan menganalisis, maka dapat disimpulkan bahwa Polah Sakinten (Pondok Olah Seni Sari Kota Inten) merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang seni budaya di kabupaten Garut, memilih jenis seni tari Tradisional dan tari Kreasi (Kreasi Baru) untuk dilestarikan di kabupaten Garut. Polah Sakinten merupakan satu-satunya organisasi di kabupaten Garut yang mampu melestarikan seni tari Tradisi dari tahun 1962 hingga saat ini.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu melestarikan seni tari di kabupaten Garut, maka Polah Sakinten melaksanakan beberapa tahapan, mulai dari menyadap seni tari pada seniman-seniman (Endang Koncar Dipaguna, Bagong Kussudiardjo, Kodir Ilyas, dan Gugum Gumbira), mengadakan kegiatan yang disusun dan direncanakan, serta dilaksanakan, seperti pelatihan/pembinaan seni tari untuk masyarakat yang berada di kabupaten Garut, mengadakan pergelaran seni tari yang dapat dijadikan sebagai proses evaluasi, dan inovasi atau penemuan baru mengenai seni tari (pengembangan gerak tari) tanpa menghilangkan nilai seni tradisi, karena dengan tarian yang inovatif, maka ketertarikan masyarakat terhadap seni tari akan timbul.


(25)

Dengan dilaksanakannya beberapa tahapan di atas, perjuangan, semangat, dan kerja keras yang dilakukan oleh Polah Sakinten di kabupaten Garut terhadap keberadaan seni budaya daerah, yaitu seni tari Nusantara (tari Tradisional, dan tari Kreasi) tidak sia-sia. Perjuangan tersebut dapat membuahkan hasil dengan mendapat atau memperoleh beberapa penghargaan. Penghargaan tersebut merupakan suatu bentuk pengakuan dari masyarakat dan instansi/lembaga pemerintah maupun swasta terhadap organisasi yang berada di kabupaten Garut yang bernama Polah Sakinten (Pondok Olah Seni Sari Kota Inten).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan di lapangan, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

1. Kepada Pelaku Seni

Agar lebih memasyarakatkan seni budaya daerah, yang salah satunya adalah seni tari Nusantara, baik itu seni tari Tradisional maupun Kreasi, serta terus-menerus mengajak dan memberikan pelatihan/pembinaan seni tari kepada masyarakat, khususnya kepada masyarakat yang berada di kabupaten Garut. 2. Kepada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dengan membaca laporan penelitian ini, disarankan agar mahasiswa seni tari memiliki kesadaran untuk melestarikan, serta mengembangkan seni tari Nusantara, baik itu seni tari Tradisional maupun Kreasi di daerahnya masing-masing, agar kekhasan daerah dapat terjaga, walaupun pengaruh budaya dari luar


(26)

bermunculan. Selain itu, peneliti mengharapkan adanya penelitian lanjutan dari penelitian ini, karena berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh, nampaknya diperlukan penelitian lanjutan secara total mengenai Upaya-Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

A. Yoeti, Oka. (1985). Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta: Depdikbud.

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Karyati, Dewi. dkk. (2006). Pengantar Bahan Ajar Pendidikan Seni Tari dan Drama. Bandung: UPI

Kussudiardjo, Bagong. (1981). Tentang Tari. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya. Poerwadarminta, W. J. S. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN.

Balai Pustaka.

Poerwanto, Hari. (2010). Kebudayaan Dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Sedyawati, Edi. (1984). Tari, Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Sumakerti, M. dan Warjita. (2007). Masyarakat Adat Kampung Dukuh kabupaten Garut. Garut: Disparbud.

Suryabrata, Sumadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Upi Press.


(1)

Sely Fazriani, 2012

c. Pengajuan Judul

Dalam tahapan ini, peneliti mengajukan judul yang diajukan kepada dewan skripsi. Judul yang peneliti ajukan adalah “Tari Mulatwani Di Pondok Olah Seni Sari Kota Inten Kabupaten Garut”.

d. Penyusunan Proposal

Kegiatan ini dilakukan setelah peneliti menentukan judul. Peneliti menyusun proposal untuk diajukan dan disidangkan.

e. Sidang Proposal

Peneliti mengikuti sidang pada gelombang ke-II. Pada kegiatan ini, peneliti diberi kritik dan saran oleh beberapa dosen dan dewan skripsi jurusan pendidikan seni tari agar penelitian lebih fokus dan terarah. Setelah sidang proposal, dewan skripsi menentukan pembimbing I dan II untuk membimbing peneliti dalam melakukan penelitian, dan pembimbing yang ditentukan disesuaikan dengan judul penelitian.

f. Revisi Proposal

Setelah peneliti melakukan bimbingan kepada pembimbing I dan II, peneliti mendapat masukan sehingga ada perubahan mengenai arah dan fokus penelitian. Judul penelitian yang semula “Tari Mulat Wani Di Pondok Olah Seni Sari Kota Inten”, diganti menjadi “Upaya Polah Sakinten Dalam Melestarikan Seni Tari Di Kabupaten Garut”. Hal ini terjadi atas berbagai pertimbangan. Setelah fokus penelitian disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I, II, dan Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari, maka peneliti


(2)

mengajukan proposal untuk mendapatkan Surat Keterangan (SK) Penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS).

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan beberapa kegiatan, di antaranya:

a. Observasi

Untuk mendapatkan data-data atau gambaran umum mengenai subjek yang akan diteliti, maka peneliti melakukan observasi ke Polah Sakinten di kabupaten Garut.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan beberapa cara agar peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan. Selain mengumpulkan data dari beberapa narasumber, peneliti juga mengunjungi perpustakaan untuk memperoleh data yang diperlukan atau mendukung dengan subjek yang diteliti.

c. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul. Data yang terkumpul dianalisis oleh peneliti, selanjutnya disusun secara sistematis. 3. Penulisan Hasil Penelitian/Laporan

Dalam hal ini, peneliti menyusun data-data yang diperoleh untuk dilaporkan dan disahkan oleh dewan skripsi. Sebelum disidangkan, penyusunan dan penulisan laporan penelitian dikonsultasikan terlebih dahulu


(3)

Sely Fazriani, 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan mengumpulkan data, mengolah, dan menganalisis, maka dapat disimpulkan bahwa Polah Sakinten (Pondok Olah Seni Sari Kota Inten) merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang seni budaya di kabupaten Garut, memilih jenis seni tari Tradisional dan tari Kreasi (Kreasi Baru) untuk dilestarikan di kabupaten Garut. Polah Sakinten merupakan satu-satunya organisasi di kabupaten Garut yang mampu melestarikan seni tari Tradisi dari tahun 1962 hingga saat ini.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu melestarikan seni tari di kabupaten Garut, maka Polah Sakinten melaksanakan beberapa tahapan, mulai dari menyadap seni tari pada seniman-seniman (Endang Koncar Dipaguna, Bagong Kussudiardjo, Kodir Ilyas, dan Gugum Gumbira), mengadakan kegiatan yang disusun dan direncanakan, serta dilaksanakan, seperti pelatihan/pembinaan seni tari untuk masyarakat yang berada di kabupaten Garut, mengadakan pergelaran seni tari yang dapat dijadikan sebagai proses evaluasi, dan inovasi atau penemuan baru mengenai seni tari (pengembangan gerak tari) tanpa menghilangkan nilai seni tradisi, karena dengan tarian yang inovatif, maka ketertarikan masyarakat terhadap seni tari akan timbul.


(4)

Dengan dilaksanakannya beberapa tahapan di atas, perjuangan, semangat, dan kerja keras yang dilakukan oleh Polah Sakinten di kabupaten Garut terhadap keberadaan seni budaya daerah, yaitu seni tari Nusantara (tari Tradisional, dan tari Kreasi) tidak sia-sia. Perjuangan tersebut dapat membuahkan hasil dengan mendapat atau memperoleh beberapa penghargaan. Penghargaan tersebut merupakan suatu bentuk pengakuan dari masyarakat dan instansi/lembaga pemerintah maupun swasta terhadap organisasi yang berada di kabupaten Garut yang bernama Polah Sakinten (Pondok Olah Seni Sari Kota Inten).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan di lapangan, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

1. Kepada Pelaku Seni

Agar lebih memasyarakatkan seni budaya daerah, yang salah satunya adalah seni tari Nusantara, baik itu seni tari Tradisional maupun Kreasi, serta terus-menerus mengajak dan memberikan pelatihan/pembinaan seni tari kepada masyarakat, khususnya kepada masyarakat yang berada di kabupaten Garut. 2. Kepada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dengan membaca laporan penelitian ini, disarankan agar mahasiswa seni tari memiliki kesadaran untuk melestarikan, serta mengembangkan seni tari Nusantara, baik itu seni tari Tradisional maupun Kreasi di daerahnya


(5)

masing-Sely Fazriani, 2012

bermunculan. Selain itu, peneliti mengharapkan adanya penelitian lanjutan dari penelitian ini, karena berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh, nampaknya diperlukan penelitian lanjutan secara total mengenai Upaya-Upaya


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

A. Yoeti, Oka. (1985). Melestarikan Seni Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta: Depdikbud.

Fathoni, Abdurrahmat. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Karyati, Dewi. dkk. (2006). Pengantar Bahan Ajar Pendidikan Seni Tari dan Drama. Bandung: UPI

Kussudiardjo, Bagong. (1981). Tentang Tari. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya. Poerwadarminta, W. J. S. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN.

Balai Pustaka.

Poerwanto, Hari. (2010). Kebudayaan Dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosala, Dedi. dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press.

Sedyawati, Edi. (1984). Tari, Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Sumakerti, M. dan Warjita. (2007). Masyarakat Adat Kampung Dukuh kabupaten Garut. Garut: Disparbud.

Suryabrata, Sumadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Upi Press.