PERANAN SANGGAR PURING SARI DALAM MELESTARIKAN TARI KRETEK DI DESA BARONGAN KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS

(1)

i

PERANAN SANGGAR PURING SARI DALAM

MELESTARIKAN TARI KRETEK DI DESA

BARONGAN KECAMATAN KOTA KABUPATEN

KUDUS

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Ikha Sulis Setyaningrum NIM : 2501411089

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Keajaiban adalah kata lain dari kerja keras (Mario Teguh).

 Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)

 Eksistensi itu dengan berkarya, bukan dengan bicara (Hitam Putih)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, atas segala karuniaNya skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua Bapak Suharto, Ibu Suyatmi, yang selalu mendukung baik secara moral maupun material serta doa yang selalu terucap selama pembuatan sekripsi

2. Adik Bima dan Adik Tegar yang selalu mendoakan kelancaran dalam pembuatan skripsi

3. Fadhli Dzil Ikram yang selalu mendukung dan membantu dalam penulisan ini


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dapat selesai dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan studi di Universitas Negeri Semarang, 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,

3. Joko Wiyoso, S.Kar., M. Hum, ketua jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,

4. Moh. Hasan Bisri, S.Sn., M.Sn, Dosen pembimbing Skripsi yang telah memberi bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini,

5. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama penyusunan skripsi ini,

6. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Sendratasik yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti.

7. Sanggar Puring Sari yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi selama penyusunan skripsi ini,


(7)

vii

8. Teman-teman pergelaran srikandi edan dan koreografi dewi sekar arum dan semua angkatan pendidikan seni tari 2011 yang menemani peneliti selama belajar di Unnes.

9. Keluarga besar Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 16 April 2015


(8)

viii

SARI

Setyaningrum, Ikha Sulis. 2015. Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Moh. Hasan Bisri, S.Sn.,M.Sn.

Kata Kunci: peran, sanggar, pelestarian

Tari tradisi suatu bangsa merupakan bentuk seni pertunjukan perlu untuk dilestarikan. Salah satu cara melestarikan yaitu melalui Peranan Sanggar di masyarakat. Sanggar Puring Sari merupakan sanggar yang terdapat di Kabupaten Kudus. Sanggar Puring Sari sebagai wadah penciptaan Tari Kretek dan memiliki peran untuk melestarikan Tari Kretek tersebut. Berdasarkan paparan tersebut rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk Sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari (2) Bagaimana peran Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami (1) bentuk sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari, (2) peran Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek. Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis yaitu Bagi peneliti, dapat memberi wawasan tentang Tari Kretek yang diciptakan dan dilestarikan di Sanggar Puring Sari dan manfaat praktis dapat memberikan sumbangan pikiran pada penelitian lebih lanjut dalam melestarikan tari “Kretek”. Lokasi dan sasaran penelitian yang dipilih peneliti adalah Sanggar Puring Sari yang berada di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang merupakan pusat penciptaan, pelatihan dan pelestarian Tari Kretek di Kabupaten Kudus.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi, sintesisasi dan verifikasi/penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk sajian Tari Kretek terdiri dari sejarah terbentuknya Tari Kretek , ragam gerak, musik iringan, tatarias wajah dan busana, serta tempat pertunjukkan. Sanggar Puring Sari memiliki peran terhadap perkembangan Tari Kretek dengan cara pelestarian, pementasan dan pelatihan. Pelestarian yang dilakukan Sanggar Puring Sari yaitu dengan cara pementasan disetiap kegiatan dan pelatihan yang dilakukan oleh Sanggar Puring Sari sendiri ataupun bekerjasama dengan pihak luar, contohnya dengan PT.Djarum, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus.

Saran dari hasil penelitian ini yaitu Bagi Sanggar Puring Sari, lebih meningkatkan pelatihan-pelatihan tari khususnya Tari Kretek, lebih membenahi dalam bidang managemen, administrasi, untuk pemerintah dan masyarakat ikut mempromosikan Tari Kretek, dapat lebih melestarikan Tari Kretek di Kabupaten Kudus.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Skripsi ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Peranan ... 7

2.2 Sanggar ... 8

2.3 Pelestarian ... 11

2.4 Tari... 14

2.5 Kajian Pustaka ... 17 Halaman


(10)

x

2.6 Kerangka Berfikir... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Pendekatan Penelitian ... 21

3.2 Sasaran Penelitian ... 22

3.3 Objek Penelitian ... 22

3.4 Data dan Sumber Data ... 22

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5.1 Observasi ... 23

3.5.2 Wawancara ... 26

3.5.3 Dokumentasi ... 27

3.5.4 Studi Pustaka ... 28

3.6 Teknik Analisis Data ... 28

3.6.1 Reduksi Data... 29

3.6.2 Penyajian Data ... 29

3.6.3 Verifikasi Data ... 29

3.7 Teknik Keabsahan Data ... 31

3.7.1 Triangulasi Sumber... 31

3.7.2 Triangulasi Teknik ... 31

3.7.3 Triangulasi Waktu ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kudus ... 33

4.1.1 Lokasi Dan Geografis Desa Barongan ... 34

4.1.2 Demografi Desa Barongan ... 35

4.2 Sanggar Puring Sari ... 37

4.2.1 Profil Sanggar Puring Sari ... 36

4.2.2 Struktur Organisasi ... 37 Halaman


(11)

xi

4.2.3 Administrasi Sanggar Puring Sari ... 41

4.2.4 Program Sanggar Puring Sari ... 44

4.2.4.1 Pelatihan Rutin Sanggar Puring Sari ... 44

4.2.4.2 Pementasan Intern/Ekstern ... 47

4.2.5 Sarana dan Prasarana Sanggar Puring Sari ... 48

4.2.6 Keadaan Siswa Sanggar Puring Sari ... 54

4.3 Tari Kretek ... 57

4.3.1 Sejarah Terbentuknya Tari Kretek ... 57

4.3.2 Bentuk Penyajian Tari Kretek ... 59

4.3.2.1 Bentuk Tari Kretek ... 59

4.3.2.2 Musik Iringan Tari Kretek ... 71

4.3.2.3 Tata Rias dan Busana Tari Kretek ... 74

4.3.2.3.1 Tata Rias Tari Kretek ... 74

4.3.2.3.1 Busana Tari Kretek ... 77

4.3.2.4 Tempat Pertunjukan ... 80

4.4 Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek ... 80

4.4.1 Pelestarian Tari Kretek Sanggar Puring Sari ... 80

4.4.1.1 Pelatihan Tari Kretek ... 80

4.4.1.2 Pementasan Tari Kretek ... 81

BAB V PENUTUP ... 90

5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Profesi/Mata Pencaharian ... 36

Tabel 4.3 Data Siswa Sanggar Puring Sari 2009-2012 ... 41

Tabel 4.4 Data Siswa Sanggar Puring Sari 2013-2015 ... 42

Tabel 4.5 Koleksi Kostum Sanggar Puring Sari ... 50

Tabel 4.6 Koleksi Kaset Sanggar Puring Sari ... 51

Tabel 4.7 Koleksi Property ... 52

Tabel 4.8 Ragam Gerak Tari Kretek ... 59 Halaman


(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ... 19 Bagan 3.1 Analisis Data Model Interaktif... 30 Bagan 4.1 Struktur Organisasi Sanggar ... 40 Halaman


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kudus ... 33

Gambar 4.2 Pelatihan Materi Wajib (Tari Kretek) ... 45

Gambar 4.3 Pelatihan Materi Pokok (Golek Manis) ... 45

Gambar 4.4 Latihan Rutin Modelling di Sanggar Puring Sari ... 46

Gambar 4.5 Arena Latihan Sanggar Puring Sari ... 48

Gambar 4.6 Sarana Tape Polytron dan GMC Sanggar Puring Sari ... 49

Gambar 4.7 Koleksi Kostum Sanggar Puring Sari... 50

Gambar 4.8 Koleksi Kaset Sanggar Puring Sari ... 51

Gambar 4.9 Koleksi Property Sanggar Puring Sari ... 52

Gambar 4.10 Koleksi Sampur dan Jarit Sanggar Puring Sari ... 53

Gambar 4.11 Koleksi Selendang Tohwatu Tari Kretek ... 53

Gambar 4.12 Proses Latihan di Desa Barongan... 55

Gambar 4.13 Proses Latihan di Gang Gazebo Perum Muria ... 56

Gambar 4.14 Tari Kretek Pertama di Pentaskan ... 58

Gambar 4.15 Ragam Gerak Nampeni ... 60

Gambar 4.16 Ragam Gerak Ngayak ... 61

Gambar 4.17 Ragam Gerak Milahi ... 62

Gambar 4.18 Ragam Gerak Ngiteri ... 63

Gambar 4.19 Ragam Gerak Melembar ... 64

Gambar 4.20 Ragam Gerak Ngiping ... 65

Gambar 4.21 Ragam Gerak Mbathil ... 66

Gambar 4.22 Ragam Gerak Sembahan ... 67

Gambar 4.23 Ragam Gerak Mrikso Rokok... 68 Halaman


(15)

xv

Gambar 4.24 Ragam Gerak Ngepak ... 69

Gambar 4.25 Ragam Gerak Pemasaran ... 71

Gambar 4.26 Rias Wajah (Make Up) Tari Kretek ... 75

Gambar 4.27 Rias Rambut (Sanggul) Tari Kretek ... 76

Gambar 4.28 Busana Tari Kretek... 78

Gambar 4.29 Property Tari Kretek... 78

Gambar 4.30 Pementasan Intern (Ujian Sanggar Puring Sari) ... 83

Gambar 4.31 Pementasan Hari Jadi Kota Kudus ... 84

Gambar 4.32 Pementasan Car Free Day ... 84

Gambar 4.33 Pementasan Gelar Budaya Jawa Tengah ... 85

Gambar 4.34 Pementasan Tari Kretek Oleh Polwan Kudus ... 86

Gambar 4.35 Penari Kretek Tampil di Amerika ... 87

Gambar 4.36 Foto Penari Kretek di Festival Borobudur ... 87

Gambar 4.37 Tari Kretek Berkolaborasi dengan Bedhaya Lala ISI SOLO .. 88

Gambar 4.38 Tari Kretek dalam Festival Pagelaran di ISI SOLO ... 88


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Pedoman Wawancara) ... 94

Lampiran 2 Instrumen Penelitian (Pedoman Observasi) ... 97

Lampiran 3 Instrumen Penelitian (Dokumentasi) ... 98

Lampiran 4 Program Tahunan Sanggar ... 99

Lampiran 5 Daftar Pengurus Sanggar Puring Sari ... 102

Lampiran 6 Daftar Siswa Sanggar Puring Sari 2013-2015 ... 103

Lampiran 7 Surat Tugas Pembimbing... 105

Lampiran 8 Surat Tugas Izin Penelitian ... 106

Lampiran 9 Surat Tugas Panitia Ujian Sarjana ... 107

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 108

Lampiran 11 Hasil Dokumentasi ... 109


(17)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kabupaten Kudus merupakan daerah yang mempunyai potensi alam dan industri yang sangat baik. Selain potensi alam dan industri, Kabupaten Kudus juga memiliki potensi lain dibidang seni tradisional khususnya dalam bidang seni tari.

Tari merupakan salah satu bentuk cabang seni perlu dikembangkan dan dilestarikan. Tari bisa menjadi ciri khas dalam sebuah daerah. Tari merupakan salah satu bentuk budaya yang memiliki nilai atau makna dalam kehidupan di masyarakat. Berlatih tari dan bahkan mementaskan sebuah tarian secara tidak langsung telah melestarikan budaya. Terdapat jenis-jenis dalam tari yaitu tari tradisi dan tari kreasi.

Sanggar Puring Sari merupakan sanggar seni yang menyelenggarakan kegiatan tentang kesenian. Sanggar ini berada di Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Pendiri Sanggar Puring Sari adalah Ibu Endang Tonny Supriyadi, sanggar ini dibentuk pada tanggal 14 Februari 1980. Hal yang menarik dari sanggar Puring Sari ini yaitu lebih mengedepankan Pelatihan dan Pementasan Tari Kretek dalam upaya melestarikan budaya.

Sanggar Puring Sari memiliki Peranan dalam melestarikan Tari Kretek kepada masyarakat Kabupaten Kudus. Melalui pementasan tari di Museum Kretek Kabupaten Kudus, Sanggar Puring Sari pada tahun 1986 untuk pertama kali memperkenalkan hasil karya ciptanya yaitu Tari Kretek. Kemudian Sanggar


(18)

Puring Sari melestarikan Tari Kretek mulai dari mengadakan kegiatan perlombaan Tari Kretek tingkat Jawa Tengah maupun DIY sebagai program kerja tahunan Sanggar Puring Sari yang diselenggarakan pada bulan April atau Mei, diselenggarakannya lomba bertujuan bahwa Tari Kretek supaya lebih dikenal daerah lain. Dokumentasi kegiatan tahunan (Lampiran hal.99)

Sanggar Puring Sari Selain mengadakan pelatihan tari, juga mengadakan pelatihan keterampilan lain, yaitu : (1) Mengadakan pelatihan Modeling, (2) Mengadakan pelatihan Olah Vocal, dan (3) mengadakan pelatihan Dansa untuk kalangan Orang Tua. Barongan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Tari Kretek adalah tarian kebanggaan masyarakat kudus. Tarian ini melambangkan bahwa Kota Kudus adalah “Kota Kretek” artinya pusat produksi rokok kretek, baik pembuatannya tradisional dengan tangan maupun modern dengan mesin. Bentuk tarian diwujudkan dengan gerak tari simbol-simbol indah, dinamis, dan menarik. Tarian ini menggambarkan seluruh rangkaian proses produksi rokok kretek tradisional.

Tari kretek merupakan sebuah tari asli Kudus yang menceritakan para buruh rokok yang sedang bekerja membuat rokok, mulai dari pemilihan tembakau hingga rokok siap dipasarkan. Tarian ditarikan beberapa penari perempuan sebagai representasi buruh Mbathil dan penari lelaki sebagai representasi dari seorang mandor. Awal diciptakannya Tarian tersebut Tari Kretek diberi nama Tari


(19)

diganti dengan nama Tari Kretek, Tari ini mulai populer tahun 1986 dalam Peresmian Museum Kretek. Marilis (2012 : 9)

Tari Kretek merupakan salah satu karya yang paling diunggulkan oleh sanggar Puring sari dan yang paling diketahui oleh masyarakat terutama masyarakat kudus. Sehingga sanggar puring sari mengadakan pelatihan wajib bagi anak didik sanggar sebagai upaya melestarikan tari kretek.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

“Peranan Sanggar Puring Sari Dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa

Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus”

1.2Rumusan Masalah

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimanakah Bentuk Sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari?

1.2.2 Bagaimanakah Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus?

1.3Tujuan Penelitian

Usaha penelitian diarahkan untuk mengungkapkan sejumlah data mengenai Tari Kretek Sanggar Puring Sari di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang bertujuan untuk mendeskripsikan :

1.3.1 Mengetahui Bentuk Penyajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari

1.3.2 Mengetahuin Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.


(20)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini, dapat memberikan manfaat, baik secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat penelitian antara lain :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini mampu menghasilkan manfaat teoritis, yaitu dengan memberikan sumbangan pikiran pada penelitian lebih lanjut dalam melestarikan tari “Kretek”.

1.4.2

Manfaat Praktis

1.4.2.1Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang Tari Kretek yang ada di Sanggar Puring Sari

1.4.2.2Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum, khususnya generasi muda sebagai pewaris dan penerus kebudayaan Bangsa, untuk dapat melestarikan Tari Kretek sebagai tarian khas Kabupaten Kudus.

1.4.2.3Bagi Sanggar, hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi latihan pada kegiatan pelatihan tari “Kretek” di Sanggar Puring Sari.

1.4.2.4Bagi generasi penerus dapat memberikan motivasi untuk mempelajari tari “Kretek” dan berusaha menjaga kelestariannya.

1.5Sistematika Skripsi

Untuk mengetahui garis besar isi penelitian ini maka terlebih dahulu penulis akan menguraikan secara singkat. Garis besar yang penulis maksud adalah sebagai berikut :


(21)

1.5.1 Bagian awal

Bagian ini berisi tentang halaman judul, pengesahan, persetujuan bimbingan, pernyataan keaslian skripsi, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, serta daftar lampiran.

1.5.2 Bagian Isi

Bagian ini terbagi menjadi lima bab yaitu : Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang alasan pemilihan judul (Latar Belakang Masalah), rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi.

Bab II : Landasan teori

Berisi tentang pengertian Peranan, sanggar, Pelestarian, Tari dan kerangka berfikir.

Bab III : Metode Penelitian

Berisi tentang metode penelitian, sasaran penelitian dan lokasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.

Bab IV : Hasil penelitian dan Pembahasan

Mencakup tentang gambaran umum lokasi penelitian, sejarah berdirinya sanggar, kegiatan-kegiatan sanggar, bentuk sajian tari Kretek, dan Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan tari Kretek.

Bab V : Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 1.5.3 Bagian Akhir


(22)

Bagian Ini terdapat daftar pustaka yang berkaiatan dengan penelitian dan lampiran yang memuat kelengkapan-kelengkapan penelitian.


(23)

7

BAB 2

LANDASAN TEORI 2.1 Peranan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:641) Peranan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.

Menurut (Malarsih, 2007 : 3) Peranan adalah pola kelakuan yang dikaitkan dengan status atau kedudukan. Status dalam Peranan individu atau kelompok sosial senantiasa muncul dalam berbagai bentuk perilaku. Unsur pokok dalam suatu Peranan adalah (1) Peranan yang diharapkan masyarakat, (2) Peranan sebagaimana dianggap oleh masing-masing individu, dan (3) Peranan yang dijalankan didalam kenyataan.

Menurut (Ahmadi 2007:106) Peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Peranan merupakan pengertian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam penunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan dua variable yang mempunyai hubungan sebab akibat (Rahadinta, 2011: 8).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Peranan merupakan pengertian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam menunjang pencapaian tujuan yang ditetapkan sebagai hubungan sebab akibat.


(24)

2.2 Sanggar

Sanggar tari adalah salah satu bentuk pendidikan luar sekolah (PLS). Pendididkan luar sekolah adalah bentuk pembelajaran yang menggunkan pendekatan dan strategi yang berbeda dri pembelajaran formal. PLS memiliki ruang lingkup dan sasaran yang berbeda dari pembelajaran formal. Dalam proses pembelajaran diperlukan seni bagi tutornya, sebab sasaran yang di didik dan yang menjadi peserta didik bukan hanya dari anak-anak usia sekolah, melankan para pemuda dan orang dewasa. (Pramesthi, 2010 : 27)

Sanggar tari merupakan tempat yang digunakan untuk aktivitas yang berkaitan dengan kesenian tari. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar berupa kegiatan pembelajaran yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian besar didalam sanggar (tergantung ada atau tidaknya fasilitas dalam sanggar) (Yulistio, 2011: 38-39).

Menurut Sutopo dalam Hartono (2000: 45-46) komponen yang dapat menunjang kehidupan seni meliputi seniman sebagai karya, karya seni yang merupakan bentuk nyata dari suatu karya seni yang dapat dihayati, dinikmati dan ditangkap dengan panca indera dan penghayat yaitu masyarakat konsumen tari. Ketiga komponen tersebut harus ada. Bila tidak ada maka syarat untuk kehidupan berkesenian akan gagal.

Sanggar tari merupakan tempat yang digunakan untuk aktivitas yang berkaitan dengan kesenian tari. Menurut Sutopo dalam Hartono (2000 : 45-46) komponen yang dapat menunjang kehidupan seni meliputi seniman sebagai karya, karya seni yang merupakan bentuk nyata dari suatu karya seni yang dapat


(25)

dihayati, dinikmati dan ditangkap dengan pancaindera dan penghayat yaitu masyarakat konsumen tari. Ketiga komponen tersebut harus ada. Bila tidak ada maka syarat untuk kehidupan berkesenian akan gagal. Beberapa hal yang terdapat dalam sebuah sanggar yaitu organisasi sanggar, administrasi dan manajemen sanggar itu sendiri.

2.2.1 Organisasi

Hakekat organisasi adalah sebuah bentuk yang secara sadar diciptakan manusia guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Fenomena organisasi adalah suatu sistem yang mempunyai aktivitas dengan fungsi dan tujuan yang diperhitungkan (Jazuli, 2001: 14). Sebuah kegiatan akan dapat berjalan manakala suatu wadah yang disebut organisasi dapat berkembang secara optimal didalam mencapai tujuannya (Sutomo, 2011: 3).

Menurut Louis dalam Sutomo (2011: 101-102) pengorganisasian adalah proses mengatur dan menghubungkan pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tugas organisasi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh orang-orang. Pada intinya organisasi adalah koordinasi secara rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama yang dirumuskan secara eksplesit, melalui pengaturan dan pembagian kerja serta melalui hierarki kekuasaan dan tanggungjawab.

2.2.2 Administrasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 19) administrasi adalah usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organiasi. Administrasi dalam arti sempit yaitu


(26)

sebuah kegiatan yang meliputi catat-mencatat, pembukuan ringan, agenda dan segala sesuatu yang bersifat teknis dengan ketatausahaan.

Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna. Administrasi erat kaitannya dengan istilah manajemen. Dalam perkembangannya istilah manajemen disamakan secara substansial dengan istilah administrasi. Administrasi lebih luas ruang lingkupnya dibandingkan dengan manajemen. Keduanya menekankan pada tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja untuk keuntungan yang lebih besar (Sutomo, 2011: 1-2).

2.2.3 Manajemen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 547) Manajemen merupakan pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dimaksudkan. Manajemen merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer, didalam sebuah sanggar, manajer yang dimaksud adalah pengelola sanggar itu sendiri. Seorang pengelola sanggar dalam pencapaian tujuan sanggar tentunya akan melakukan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki tingkatan jenjang tertentu.

2.2.4 Program

Program merupakan kata, ekspresi, atau pernyataan yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur yang berupa aturan, langkah untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrogaman sehingga dapat dieksekusi oleh computer.


(27)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 672) program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan(dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya).

2.3 Pelestarian

Pelestarian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:531) adalah proses atau cara untuk melindungi agar tidak musnah dan menjadikan teteap seperti keadaan semula, tetap bertahan.

Strategi pelestarian warisan budaya berkenaan dengan dua aspek, yaitu (1) kelembagaan dan (2) sumber daya manusia. Disamping itu harus pula ditetapkan lebih dahulu, apa tujuan dari pelestarian warisan budaya itu. Pelestarian mempunyai makna bahwa didalamnya terdapat dua aspek yaitu pemertahanan dan dinamika (Sedyawati, 2008: 208).

Pelestarian budaya yang dirumuskan dalam draf RUU tentang Kebudayaan (1999) dijelaskan bahwa pelestarian budaya berarti pelestarian terhadap eksistensi suatu kebudayaan dan bukan berarti membekukan kebudayaan didalam bentuk-bentuknya yang sudah pernah dikenal saja. Pelestarian dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) perlindungan, (2) pengembangan, dan (3) pemanfaatan (Sedyawati, 2008: 152).

Tiga tujuan pemanfaatan budaya yang dapat diidentifikasikan, yaitu (1) pendidikan (baik terstruktur maupun tidak terstruktur; formal maupun non formal atau pendidikan masyarakat), (2) industri, dalam hal ini untuk menghasilkan


(28)

produk kemasan-kemasan industry budaya, (3) pariwisata, baik untuk wisatawan umum maupun wisatawan minat khusus (Sedyawati, 2008: 152)

Pemanfaatan kebudayaan untuk tujuan pendidikan adalah sebagai substansi untuk disosialisasikan, demi berbagai tujuan yang khusus, seperti: (1) untuk memacu internalisasi nilai-nilai budaya yang dapat memperkuat integritas sebagai bangsa yang mampu menjunjung moral yang tinggi, (2) untuk menumbuhkan kepekaan dan toleransi dalam pergaulan antar golongan, dan (3) untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sejarah. Apabila ketiganya terlaksana, maka tercapailah tujuan umum kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Sedyawati, 2008: 152).

Pemanfaatan untuk tujuan pengembangan industri budaya berarti memberikan pada kemasan-kemasan industri budaya (buku, piringan hitam, video, film) isi yang bermanfaat. Kemanfaatan isi tersebut dilihat dari kekuatan pengaruhnya untuk miningkatkan mutu pengetahuan orang mengenai berbagai hal yang bersifat budaya ataupun dilihat dari kemampuannya membentuk selera (seni) yang baik, serta dari kegunaannya sebagai pemberi hiburan yang sehat (Sedyawati, 2008: 153).

Tindakan-tindakan pelestarian yang dapat ditempuh yaitu: (1) pendokumentasian secermat mungkin dengan menggunakan berbagai media yang sesuai; hasil dokumentasi ini selanjutnya dapat menjadi sumber acuan, tentunya apabila disimpan di tempat yang aman dan diregistrasi secara sistematis dengan kemungkinan penelusuran yang mudah, (2) pembahasan dalam rangka penyadaran, khususnya mengenai nilai-nilai budaya, norma, dan estetika, (3)


(29)

pengadaan acara penampilan yang memungkinkan orang “mengalami” dan “menghayati”. Tanpa ketiga tindakan tersebut maka pelestarian mungkin tidak akan terjadi dengan sendirinya secara alamiah (Sedyawati, 2008: 280).

2.3.1 Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi kegiatan sekarang maupun yang akan datang.

(https://teorionline.wordpress.com/2010/06/27/pelatihan-sdm/) diunduh tanggal 30 Maret 2015.P

2.3.2 Pementasan

Pementasan adalah suatu kegiatan apresiasi yang bertujuan menampilkan suatu karya seni yang mana bertujuan sebagai hiburan atau untuk apresiasi suatu karya seni yang dilakukan oleh manusia/penonton sebagai pencipta dan penikmat karya seni (http://sagiyantaruna.blogspot.com/2011/02/pementasan) diunduh tanggal 30 maret 2015

Pementasan tari, adalah kegiatan mempertunjukkan karya-karya di depan penonton, rangkaian kegiatan pementasan tari adalah latihan, pementasan dan pembahasan atau evaluasi. (http://irfanpandu.blogspot.com/pengertian-tari)


(30)

2.4 Tari

Menurut Rosjid dan Iyus (1979 : 4 - 45) Tari di Indonesia dapat dibagi menjadi dua bentuk karya tari, yaitu karya tari yang termasuk tari lepas dan karya tari yang berbentuk drama tari. Tari lepas adalah tari-tarian yang hanya menggambarkan suatu keadaan atau peristiwa atau kejadian baik berlatar belakang suatu cerita (legenda, sejarah, wayang, atau gubahan dan sebagainya) maupun tarian yang tidak berlatar belakang suatu cerita, yang tergolong dalam tari lepas yaitu tari tradisional dan tari kreasi baru. Sedangkan yang dimaksud dengan drama tari adalah pertunjukan tari yang pola atau kerangka khususnya dalam plot dan susunan cerita sama dengan pola yang digunakan oleh drama.

Menurut Jazuli (1994 : 5) gerak tari adalah gerak yang berasal dari hasil proses pengolahan yang berasal dari hasil proses pengolahan yang telah mengalami stilisasi (digayakan), distorsi (pengubahan). Hasil dari pengelolaan ituadalah gerak murni dan gerak maknawi.

Adapun unsur-unsur pendukung tari antara lain : (1) gerak tari (2) tema (3) pelaku, (4) musik atau iringan, (5) tata pentas, (6) tata rias dan busana

1. Gerak Tari

Gerak merupakan berpindahnya posisi suatu benda, baik sekali maupun berkali-kali. Gerak tari menurut Jazuli (1994 : 5) adalah gerak yang berasal dari hasil proses pengolahan yang telah mengalami stilasi (digayakan), distorsi

(pengubahan). Hasil pengolahan itu adalah gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni (pure movement)adalah gerak yang hanya memperlihatkan


(31)

keindahan semata, sedangkan gerak maknawi (gesture)adalah gerak yang memiliki arti dan makna yang jelas.

2. Tema

Tema adalah gagasan utama atau dapat disebut juga dengan ide dasar. Sumber tema dapat berasal dari apa saja yang dapat kita dengar, kita lihat, kita rasakan, maupun yang kita pikirkan. Menurut Jazuli (1994 : 14-15) sumber tema pada dasarnya tidak terlepas dari tiga faktor yaitu Tuhan, manusia, dan lingkungan alam.

3. Pelaku

Pelaku dalam sebuah pertunjukan seni merupakan aspek terpenting, tanpa adanya pelaku sebuah totonan seni tidak akan berjalan. Pertama-tama muncul dari wajah penonton adalah sosok atau figur penarinya, menampakan gerakan yang lemah gemuali didukung oleh tata busana, polesan wajah dan tubuh penari. Dalam sebuah pertunjukan seni dimana pelaku seni mempunyai aspek daya tarik tersendiri. Hal ini secara langsung atau tidak langsung sangat mungkin menimbulkan kesan yang mampu merangsang libido penonton (Jazuli, 2001: 7). 4. Musik atau Iringan

Musik dalam tari merupakan suatu patner yang tidak boleh ditinggalkan, karena musik adalah patner tari, maka musik yang akan dipergunakan untuk mengiring sebuah tarian harus betul-betul digarap sesuai dengan garapan tarinya (Soedarsono 1981 : 46-47).


(32)

5. Tata Pentas

Suatu pertunjukkan pastilah memerlukan tempat pentas guna menyelenggarakan pertunjukkan tersebut. Tempat pentas dapat berupa gedung, panggung, halaman, maupun lapangan.

Pentas adalah suatu bagian yang sangat berarti bagi keberlangsungan suatu pementasan dalam seni pertunjukan, karena disanalah gerak dan laku seorang pemain atau penari mengatur posisinya dan membentuk suatu komposisi yang berarti dan dinamis, panggung adalah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi dan atau lantai yang ketinggian di rumah untuk bermain sandiwara, balkon atau podium. Dalam istilah seni pertunjukan panggung dikenal dengan istilah stage, melingkupi pengertian seluruh panggung. (Halilintar 1986:2),

6. Tata Rias dan Busana

Tata rias merupakan karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang diperlukan, untuk memperkuat ekspresi dan menambah daya tarik penari pada penampilannya (Jazuli 1994 : 18).

Jenis-jenis tari tradisional terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Tari Tradisional Kerakyatan

Yaitu tari yang hidup dan berkembang dikalangan rakyat. Tarian ini berkembang dikalangan rakyat yang bersifat bebas tanpa ada aturan yang mengikat.

2. Tari Klasik

Yaitu tari yang semula berkembang dikalangan kerajaan dan bangsawan yang telah mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah


(33)

menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang sehingga memiliki nilai tradisional.

3. Tari Kreasi

Yaitu suatu bentuk garapan tari/karya tari setelah bentuk-bentuk tari tradisi hidup berkembang cukup lama di di masyarakat. Bentuk tari kreasi bermunculan sebagai ungkapan rasa bebas.

Tari Kreasi dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 3.1 Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi

Merupakan tari tradisi yang mempunyai pola garap dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, music/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya

3.2 Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi)

Tari kreasi baru tidak berpolakan tardisi disebut juga dengan tari modern. Tari modern merupakan tari yang pola garapnya lepas dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya.

2.5 Kajian Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Shara Marsita (2013) yang berjudul “Peranan Sanggar Seni Kaloka Kelurahan Pelutan Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Terhadap

Perkembangan Tari Selendang Pemalang”. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana bentuk Tari Selendang Pemalang di Sanggar Seni Kaloka dan


(34)

Bagaimana Peranan Sanggar Seni Kaloka terhadap perkembangan Tari Selendang Pemalang. Sanggar Seni Kaloka memiliki Peranan dalam memperkembangkan Tari Selendang Pemalang kepada Kabupaten Pemalang.

Persamaan dengan penelitian shara yaitu tentang Peranan Sanggar sedangkan Perbedaannya, shara meneliti perkembangan Tari Selendang Pemalang dan peneliti mencari data tentang pelestariannya.

Penelitian berikutnya terdapat pada penelitian Veni Budiyanti (2012) dengan judul “Tari Kretek Sebagai Identitas Kota Kudus”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menjelaskan Sejarah Tari Kretek sebagai Identitas Kota Kudus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Kretek dijadikan sebagai Identitas Kota Kudus dikarenakan Kudus yang terkenal dengan sebutan Kota Kretek kemudian didalam Tari Kretek menggambarkan tentang bagaimana proses pembuatan rokok dan dapat dijadikan sebagai gambaran penggarapan ragam gerak. Penelitian ini mempunyai kesamaan dengan penelitian peneliti yaitu sama-sama meneliti Tari Kretek namun mempunyai perbedaan jika Veni meneliti tentang tari kretek sebagai identitas Kota, dan peneliti meneliti tentang Peranan Sanggar dan bagaimana melestarikan Tari Kretek.


(35)

2.6 Kerangka Berfikir

Sumber: Ikha Sulis Setyaningrum

Pada penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Tari Kretek merupakan tari yang diciptakan oleh Sanggar Puring Sari. Tarian yang sudah diciptakan oleh sanggar puring sari yaitu Tari Kretek, Tari Siskampling, Tari Gotongroyong, Tari Pesta Rakyat, semua tarian tersebut mempunyai makna tersendiri, makna tersebut diambil dari cerita atau kisah masyarakat. Dari empat tari tersebut yang terkenal di daerah Kudus adalah Tari Kretek, karena dalam penciptaan tari kretek adalah sebuah permintaan dari bapak Supardjo Rusatam sebagai gubertnur jawa tengah yang meminta perlu adanya tari khas kudus yang nantinya akan digunakan dalam

Sanggar Puring Sari

Peranan

Penciptaan Pelatihan Pengembangan

1. Tari Kretek 2. Tari Siskampling 3. Tari

Gotongroyong 4. Tari Pesta

Rakyat

1. Tari 2. Olah Vocal 3. Modeling 4. Membatik

1. Pelatihan 2. Pementasan 3. Misi

Pelestarian Tari Kretek Tari Kretek:

1. Bentuk/Struktur sajian

2. Kostum 3. Tata rias


(36)

acara resmi di Kudus. Sebagai sanggar yang telah terdaftar di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, memiliki Peranan terhadap pelestarian Tari Kretek di Kabupaten Kudus. Hal ini dilihat dari kegiatan-kegiatan Sanggar Puring Sari yang mengarah pada pelestarian dan pengembangan Tari Kretek.

Sanggar Puring Sari mengembangkan tari keretek melalui Misi, Pementasan dan pelatihan. Didalam Sanggar Puring Sari mengadakan pelatihan yaitu Tari (Tari Klasik. Tari Kreasi, Tari Tari Modern), Olah Vocal, Modeling, Batik.

Kerangka berfikir di atas maka penelitian akan diarahkan pada Peranan Sanggar Puring Sari terhadap pelestarian Tari Kretek, yang meliputi kajian bentuk atau strukstur sajian, kostum, tata rias dan faktor-faktor lain yang terkait dengan bentuk atau struktur Tari Kretek.


(37)

21

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Metode kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Bogdan dan Taylor dalam Sugiyono (2008: 73) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.

Pendekatan fenomenologi yaitu pendekatan yang mempelajari terbentuknya kehidupan masyarakat bagaimana individu-individu ikut serta dalam proses pembentukan dan pemeliharaan fakta sosial (Jazuli, 2011: 96). Pendekatan fenomenologi menempatkan pokok pikiran kedalam empat perhatian yaitu: (1) Memustkan perhatian kepada aktor, (2) Memusatkan kepada suatu kenyataan yang pokok, penting, dan wajar atau alamiah (natural attitude) karena tidak keseluruhan gejala kehidupan social mampu diamati, (3) Mempelajari proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan sosial pada saat interaksi tatap muka selaras dengan situasi dan kondisinya, (4) Memperhatikan keteraturan (pola tertentu) dalam masyarakat yang terpelihara pada kehidupan sehari-hari, sebab aturan dan norma yang mengendalikan tindakan aktor dan yang memantabkan


(38)

struktur sosial merupakan hasil interpretasi aktor dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya (Jazuli, 2011: 96-97).

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menguraikan pelestarian tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

3.2 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah :

3.2.1 Bentuk Sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

3.2.2 Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah di sebuah sanggar yang bernama Sanggar Puring Sari beralamatkan di Jalan Bubutan 208 Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Alasan dipilihnya Sanggar Puring Sari karena merupakan pusat pelatihan tari Kretek dan sekaligus pencipta tari Kretek di Kudus.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Data pada penelitian ini diperoleh dari Bentuk Sajian Tari Kretek dan


(39)

Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikannya. Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan maka ditentukan sumber data atau informasi yang terdiri dari nara sumber yang dipandang memiliki pengetahuan atau wawasan yang memadahi tentang informasi yang diperlukan. Nara sumber yang dimaksud adalah Pemilik Sanggar Puring Sari, pengurus Sanggar Puring Sari.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bacaan atau melalui kegiatan studi keperpustakaan, membaca jurnal dan contoh laporan tugas akhir yang terkait dengan penelitian. Serta browsing menggunakan internet yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian sebab tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2008: 308).

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian “Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus”


(40)

sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian terhadap informasi sanggar atau keterangan yang diperoleh dari Sanggar Puring Sari.

Menurut Masnur (2009: 59) ada empat metode observasi yang dapat diterapkan, yaitu terbuka, terfokus, terstruktur, dan sistematis.

3.5.1.1Observasi terbuka dimulai dengan pemikiran netral, kosong dan tidak diadakan pengarahan sebelumnya sehingga pengamatan harus berimprovisasi untuk merekam hal–hal penting dalam proses pembelajaran dalam rangka penerapan tindakan perbaikan. Tujuannya agar pengamat dapat merekonstruksi proses penerapan tindakan perbaikan dalam kerangka diskusi balikan.

3.5.1.2Observasi terfokus adalah observasi yang dilakukan secara spesifik, yaitu observasi yang diarahkan kepada aspek tertentu dalam tindakan guru atau aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

3.5.1.3Observasi terstruktur adalah observasi yang ditandai dengan perekam data yang sederhana, tetapi dengan format lebih rinci.

3.5.1.4Observasi sistematis adalah bentuk observasi yang diarahkan pada pengkategorian bentuk dan jenis data amatan yang disusun secara rinci.

Manfaat observasi menurut Patton dalam Sugiyono (2008: 313) adalah: 3.5.1.5Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh

3.5.1.6Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi


(41)

oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery

3.5.1.7 Observasi, peneliti dapat melihat hal–hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara 3.5.1.8Observasi peneliti dapat menemukan hal–hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga

3.5.1.9Observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif

Peneliti melakukan observasi di Sanggar Puring Sari yang merupakan tempat berlatih dan pusat pelestarian tari Kretek. Hal-hal yang akan diobservasi yaitu mengamati dan mencatat bentuk sajian tari Kretek. Peneliti mengamati dan menganalisis Peranan sanggar dalam melestarikan tari Kretek. Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang mendukung pelestarian tari Kretek di Sanggar Puring Sari.

Metode pengamatan ini, peneliti menggunakan alat bantu sebuah buku, alat tulis dan alat bantu berupa kamera pada saat melakukan observasi. Melalui observasi dapat dilakukan usaha-usaha untuk memperoleh gambaran-gambaran yang konkret tentang bentuk sajian, dan Peranan sanggar dalam melstarikan tari Kretek di Sanggar Puring Sari Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.


(42)

3.5.2 Wawancara

Wawancara (Interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,1993: 145). Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai data pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, keterlibatan, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu mengenai bentuk sajian tari dan Peranan sanggar puring sari dalam melestarikan tari kretek. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1991: 138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Wawancara berfokus, yaitu pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan.

2. Wawancara bebas, yaitu pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian.

3. Wawancara sambil lalu, yaitu pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada narasumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin yaitu pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar


(43)

tentang hal yang akan diteliti. Teknik pengumpulan datanya dengan cara mewawancarai pelaku seni atau seniman.

Pertanyaan ini secara khusus ditujukan kepada informan peneliti, yakni Endang Toni Supriyadi selaku pencipta Tari Kretek dan Pemilik Sanggar Puring Sari serta Aan selaku anggota Sanggar Puring Sari. Metode pencatatan dalam penelitian ini menggunakan beberapa media yaitu, media pencatat berupa buku tulis, dan kamera digital. Menggunakan media tersebut diharapkan dapat memperoleh data yang jelas dan valid serta sebagai bukti dari pelaksanaan penelitian terhadap pelestarian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berhubungan dengan dokumen baik dalam bentuk laporan, surat-surat resmi maupun catatan harian dan sebagainya.

Dokumentasi adalah bahan tertulis atau film lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumentasi digunakan untuk memperluas penelitian, karena alasan-alasan yang dapat di pertanggung jawabkan, Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dukumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, serta kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar yaitu foto, gambar hidup, dan sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya seni dapat berupa gambar, patung, film. Namun Perlu


(44)

dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi (Sugiyono, 2008: 329 - 330).

Peneliti dapat mempelajari dokumen yang berhubungan dengan materi Peranan sanggar dalam melestarikan Tari Kretek dengan teknik dokumentasi. Dokumen diperoleh dari buku-buku, foto-foto, arsip-arsip. Berkenaan dengan penelitian ini, dokumen tersebut diharapkan dapat memberikan uraian dan wujud Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan tari Kretek. Dokumen-dokumen yang akan disertakan dalam penelitian ini antara lain foto, data Sanggar Puring Sari.

3.5.4 Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan alat pendukung berupa buku atau artikel-artikel yang digunakan untuk mendukung memberikan penjelasan dan melengkapi segala hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber pustaka dapat diperoleh melalui : buku-buku jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian ( Skripsi ) dan sumber-sumber lainya yang sesuai (koran maupun internet ).

3.6 Teknis Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008: 335).


(45)

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiyono, 2008: 335). Untuk menganalisis data ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 1984).

3.6.1 Tahap Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telak direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2008: 338).

3.6.2 Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, semakin akan mudah dipahami (Sugiyono, 2008: 341)

3.6.3 Verifikasi Data

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab dari rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, akan tetapi mungkin juga tidak karena dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2008: 245).


(46)

Berikut ini merupakan skema analisis data kualitatif model interaktif menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono adalah:

Bagan 3.1 Analisis data model interaktif (Miles dan Huberman, 1984) Penelitian ini data yang diperoleh bersifat kualitatif. Oleh karena itu analisis data yang digunakan adalah sesuai dengan data kualitatif, yaitu analisis kualitatif. Proses analisis data melalui proses reduksi data, sajian data dan verifikasi data.

Reduksi data merupakan data yang diperoleh melalui observasi atau pengumpulan dokumen yang masih berupa uraian panjang dan perlu direduksi. Menurut Sugiyono (2008: 338) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data-data tersebut dipisahkan sesuai dengan permasalahan yang dimunculkan kemudian dideskripsikan, diasumsi, serta disajikan dalam bentuk rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disederhanakan dalam pengertian bahwa sejumlah data yang terkumpul melalui teknik wawancara, teknik observasi, dan dokumentasi digabung menjadi satu kemudian dicoba untuk

Pengumpulan

Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)


(47)

interpretasi dan diolah serta dipilah-pilah menurut jenis-jenis atau golongan pokok bahasannya.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Peneliti dalam melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2008: 372).

3.7.1 Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2008: 373). Teknik pengujian keabsahan ini, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan sumber yang berbeda namun pertanyaan yang diajukan sama agar dapat memperkuat keabsahan data sehingga data yang diperoleh benar-benar teruji keabsahannya.

3.7.2 Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2008: 373). Pada penelitian ini, yaitu mengecek hasil penelitian berdasarkan teknik yang sama yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi apakah saling terjadi kesinambungan atau adakah keganjalan pada kegiatan penelitian mengenai Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.


(48)

3.7.3 Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono 2008: 374).


(49)

33

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kudus

Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di lereng gunung muria. Secara astronomis Kabupaten Kudus terletak antara 110036’ BT dan 110050’ BT dan antara 6051’ dan 7016’ LS. Kabupaten Kudus memiliki luas wilayah sebesar 42.516 Ha.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kudus


(50)

Gambar 4.1 merupakan gambaran umum lokasi, Kabupaten Kudus di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pati dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Demak.

Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 125 desa dan 9 kelurahan. Kecamatan yang ada di Kudus tersebut adalah Kota, Bae, Jekulo, Dawe, Gebog, Jati, Mejobo, Undaan, Kaliwungu.

Kabupaten Kudus memiliki berbagai potensi seni diantaranya kesenian Barongan, Kethoprak, Reyog, Orkes. Dari sekian banyak seni di Kabupaten Kudus, Kecamatan Kota khususnya Desa Barongan memiliki potensi dibidang seni yaitu seni tari. Potensi seni yang ada di Kecamatan Kota salah satunya sanggar seni yang ada di Kecamatan Kota.

Hasil penelitian mendiskripsikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan Sanggar Puring Sari. Gambaran umum lokasi penelitian yang didiskripsikan yaitu mengenai letak geografis, kependudukan, pendidikan di Desa Barongan. Hasil penelitian mengenai Sanggar Puring Sari pada penelitian ini mendeskripsikan mengenai sejarah sanggar, profil sanggar, kondisi sanggar yang meliputi sarana prasarana, serta kegiatan sanggar yang meliputi pelatihan, dan pementasan.

4.1.1 Lokasi dan Geografis Desa Barongan

Desa Barongan terletak di Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Kecamatan Kota secara administratif terbagi dalam 16 desa dan 9 kelurahan, meliputi Desa


(51)

Mlati Lor, Nganguk, Kramat, Demaan, Demangan, Janggalan, Damaran, Kauman, Langgar Dalam, Krandon, Singo Candi, Glantengan, Barongan, Rendeng, Kaliputu, Burikan, dan Kelurahan Purwosari, Sunggingan, Panjunan, Wergu Kulon, Wergu Wetan, Mlati Kidul, Kerjasan, Mlati Norowito, Kajeksan

Batas wilayah desa Barongan antara lain sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kaliputu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Panjunan, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Glantengan dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kramat.

4.1.2 Demografi Desa Barongan

Keadaan demografi Desa Barongan Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus sampai dengan Januari 2015 berjumlah 3062 jiwa, terdiri dari laki-laki 1508 jiwa dan perempuan 1554 jiwa. Adapun klasifikasi menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, serta menurut lapangan usaha, adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan NO Tingkat

Pendidikan

PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK

KETERANGN LK PR

1 TT SD 104 216 320

2 SD 253 264 517

3 SLTP 349 393 742

4 SMA 426 503 929

5 SMK 268 118 386

7 D – 3 Akademi 28 68 96

8 S – 1 31 39 70

9 S – 2 1 1 2

Jumlah 1508 1554 3062

Sumber: Data Monografi Desa Barongan Januari 2015

Data tabel 4.1 terlihat bahwa masyarakat Desa Barongan terbanyak berada di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/SLTA) yaitu 929 jiwa. Dan dilanjutkan


(52)

dengan SLTP yang berjumlah 742 jiwa. Sekolah Dasar berjumlah 517 jiwa. Jumlah masyarakat yang bersekolah di tingkat SD, SMP/SLTP dan SMA/SLTA lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang bersekolah di Akademi, Sarjana, maupun Pasca Sarjana. Sehingga kesenian mudah diajarkan serta dilestarikan kepada masyarakat tingkat SD, SMP, SMA yang berusia produktif dan relatif muda sehingga dalam bidang pendidikan dapat diterapkan materi wajib di pendidikan formal.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Profesi / Mata pencaharian NO Profesi / Mata

Pencaharian

PENDUDUK JUMLAH

PENDUDUK

LK PR

1 Pertanian 498 274 772

2 Industri 277 896 1173

3 Listrik,gas,air 12 0 12

4 Bangunan 316 0 316

5 Perdagangan 253 452 705

6 Bank dan Keuangan 2 7 9

7 Jasa-jasa 69 6 75

Jumlah 1508 1554 3062

Sumber: Data Monografi Desa Barongan bulan Januari 2015

Table 4.2 terlihat bahwa ada tujuh jenis mata pencaharian yang ada di Desa Barongan. Jumlah mata pencaharian terbanyak yaitu di bidang Industri dengan jumlah 1173 yang terbagi atas laki-laki 277 orang dan perempuan 896 0rang.

Penduduk Desa Barongan mayoritas berprofesi dibidang Industri (pabrik rokok) dengan adanya pabrik rokok dapat dijadikan sebagai objek dalam penciptaan tari kretek.


(53)

4.2 Sanggar Puring Sari

4.2.1 Profil Sanggar Puring Sari

Sanggar Puring Sari berdiri pada tahun 1980 yang didirikan oleh Endang Toni Supriyadi. Kata “ Puring Sari” yang berarti bunga, bunga dilambangkan dengan seorang perempuan. Puring sari juga diartikan bahwa pendiri atau pemilik sanggar tersebut seorang wanita yaitu ibu Endang Toni. Jadi dengan harapan Sanggar Puring Sari yang didirikan oleh seorang wanita agar semua karya tari dari Sanggar Puring Sari dapat berkembang dan lestari. Endang Toni mendirikan sanggar Puring Sari dengan tujuan agar budaya bangsa Indonesia khususnya kesenian tari maupun kesenian lainnya dapat dilestarikan serta dikembangan oleh generasi muda.

Pelatihan seni di Sanggar Puring Sari meliputi Tari, Modelling, Olah Vocal, Dansa. Sanggar Puring Sari memiliki tempat pelatihan yaitu di Jalan Bubutan 208 Desa Barongan. Pusat dari Sanggar Puring Sari di gunakan dalam penggarapan tari dan pelatihan para pelatih tari. Sanggar Puring Sari memiliki cabang yang digunakan untuk pelatihan tari. Yaitu berada di Perumahan Muria Indah 849 gang Gazebo Bae. (Wawancara dengan Endang Toni, 23 Januari 2015)

Sanggar Puring Sari merupakan sanggar yang bergerak dalam bidang pelatihan seni yaitu Tari, Modelling, Olah Vocal, dan Dansa. Pada pelatihan tari meliputi Tari klasik, kreasi dan modern. Materi tari klasik yaitu meliputi tarian putri sebagai latihan dasar yaitu tari Gambyong, golek manis, srimpi. materi tari kreasi yaitu tari kretek, tari langen kusumo, pesona nusantara, gotong royong. Sedangkan tari modern di berikan kepada kalangan remaja, dewasa, dan orang tua


(54)

materi tari modern yaitu cha-cha, waltz, samba. Pelatihan tari di Sanggar Puring Sari biasanya diawali dengan menarikan tari kretek sebelum memulai materi inti, hal ini di biasakan karena sebagai upaya pelestarian tari Kretek. Pelatihan Olah Vocal yaitu meliputi nyanyi, MC, teater, dan baca puisi. Sedangkan pelatihan Modelling yaitu meliputi dari gerak jalan, dan Kepribadian. Gerak jalan dalam pelatihan modelling yaitu meluputi lenggak-lenggok berjalan yang baik, ekspresi mimik wajah dan pandangan. Kepribadian dalam modelling dapat membentuk mental, dan rasa percaya diri bagi siswa.

4.2.2 Struktur Organisasi Sanggar Puring Sari

Struktur Organisasi Sanggar Puring Sari terdiri dari Pembina, ketua, pelatih. Pembina Sanggar adalaha Bapak Supriyadi, Ketua Sanggar adalah Ibu Endang Toni Supriyadi yang juga merangkap sebagai pemilik Sanggar, pelatih Sanggar adalah Ibu Endang Toni, Bapak Supriyadi, Aan Driasmara, Safira Putri Ananta, Bagus Wicaksono, Indra Driasmara. yang terlibat dalam organisasi sanggar puring sari yaitu keluarga besar pemilik sanggar yaitu Ibu Endang Supriyadi. Pembina sanggar bapak Supriyadi adalah suami dari ibu endang toni, dan Aan Driasmara adalah Anak pertama, Indra Driasmara adalah anak kedua, Bagus Wicaksono adalah anak ketiga, dan Safira Putri Ananta adalah anak keempat dari ibu endang dan bapak supriyadi.

Ketua Sanggar (Endang Toni S) memiliki tanggung jawab atas segala perkembangan sanggar dan melaporkan keberadaan sanggar setiap tahunnya di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus. Ketua


(55)

Sanggar juga bertugas menyetujui atau mengesahkan kegiatan-kegiatan Sanggar yang diadakan setiap tahun.

Pelatih sanggar (Endang Toni S, Aan Driasmara, Indra Driasmara) bertanggung jawab dalam pelatihan tari yang di ajarkan pada Sanggar Puring Sari. Pelatih juga memiliki tanggung jawab pada hasil pelatihan yang diajarkan oleh pelatih. Para pelatih tari memiliki tanggung jawab dalam pementasan-pementasan tari yang diadakan oleh Sanggar Puring Sari, diantaranya adalah pemilihan siswa dalam pementasan, pelatihan dan kematangan mental dalam pemantasan.

Siswa bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam menangkap materi yang diberikan oleh pelatih. Untuk menjadi siswa di Sanggar Puring Sari ada beberapa ketentuan yaitu diantaranya : pria atau wanita berusia 5 - 40 tahun, mengisi identitas diri, membayar biaya pendaftaran siswa baru sebesar 375.000, dan membayar iuiran bulanan sebesar 150.000. Siswa berhak memilih pelatihan apa yang ingin di pelajari sesuai dengan minat dan bakat. Siswa Sanggar Puring Sari diperbolehkan mengikuti pelatihan tari, modelling dansa, dan olah vocal.


(56)

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Sanggar Puring Sari Sumber : Sanggar Puring Sari

Bagan 4.2 merupakan struktur organisasi Sanggar Puring Sari yang terdiri dari Pembina, Ketua, Pelatih. Pembina adalaha Bapak Supriyadi, Ketua Sanggar adalah Ibu Endang Toni Suriyadi, pelatih Tari adalah Ibu Endang Toni, Aan Driasmara, Indra Driasmara, pelatih Modelling Ibu Endang Toni, pelatih Olah Vocal bapak Supriyadi, pelatih Dansa adalah Ibu Endang Toni, Safira Putri Ananta, Bagus Wicaksono. Siswa yang mengikuti kegiatan pelatihan Tari sebanyak, pelatihan Modelling, pelatihan Olah Vocal, pelatihan Modelling di Sanggar Puring Sari bulan Januari 2015

KETUA Endang Toni Supriyadi

PELATIH

SISWA PEMBINA

Supriyadi

PELATIH DANSA

-Endang Toni S

-Safira Putri Ananta

-Bagus Wicaksono PELATIH

MODELLING - Endang Toni S PELATIH TARI

-Endang Toni S -Aan Driasmara -Indra Driasmara

-PELATIH OLAH VOCAL - Supriya


(57)

4.2.3 Administrasi Sanggar Puring Sari

Sanggar Puring Sari tidak melakukan pendataan siswa atau pencatatan secara rinci setiap tahunnya. (Wawancara dengan Endang Toni, 23 Januari 2015) pada tahun 1980 sampai dengan 2012 pendataan siswa dilakukan secara terperinci tetapi karena Sanggar Tari mengalami kebakaran pada tahun 2012 sehingga data-data siswa sanggar terbakar, Sehingga data-data yang ada hanya data-data terbaru yaitu data-data siswa 2013 sampai 2014.

Data administrasi Sanggar Puring Sari, menurut pelatih Sanggar Puring Sari yaitu Aan Driasmara dapat menyampaikan informasi secara lisan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran seni di Sanggar Puring Sari, diantaranya sebagai berikut.

Tabel 4.3

Data Siswa Sanggar Puring Sari Periode 2009-2012

No Nama Peserta Usia Tahun

Masuk

Jenis Latihan

Tari Model OV Dansa

1 Putri 21 Tahun 2009 √ √ √

2 Yanu 22 Tahun 2009 √ √ √

3 Wiwin 21 Tahun 2009 √ √ √

4 Tiara 20 Tahun 2010 √ √

5 Nur Cahyati 31 Tahun 2010 √ √ 6 Febrian 19 Tahun 2010 √ √ √

7 Dina 21 Tahun 2011 √ √ √

8 Linda 22 Tahun 2011 √ √ √

9 Tiwi 19 Tahun 2011 √ √

10 Nining 18 Tahun 2012 √ √

11 Ajeng 17 Tahun 2012 √ √ √

12 Sinta 16 Tahun 2011 √ √ √

13 Lina 20 Tahun 2012 √ √ √

14 Windiar 14 Tahun 2012 √ √

15 Shasa 16 Tahun 2012 √ √ √

Jumlah 15 14 4 6


(58)

Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran tari sebanyak 15 siswa, modelling 14 siswa, olah vocal 5 siswa, Dansa 6 siswa di Sanggar Puring Sari pada tahun 2009 sampai dengan 2012. Siswa lama tersebut berPeranan dalam sebuah pementasan tari yaitu melatih adik-adik sanggar dan membantu persiapan pada saat pementasan (tata rias dan busana).

Sejak tahun 2013 sampai dengan 2015, Sanggar Puring Sari mulai membuat data administrasi sanggar. Peningkatan administrasi sanggar terbukti bahwa Sanggar Puring Sari telah melakukan pendataan atau pencatatan data siswa yang mengikuti pembelajaran seni di Sanggar Puring Sari.

Tabel 4.4

Data Siswa Sanggar Puring Sari Periode 2013-2015

No Nama Usia Tahun

Masuk

Jenis Latihan Tari Model OV Dansa

1 Vina 12 Tahun 2013 √ √ √ 2 Neni 12 Tahun 2013 √ √

3 Hana 12 Tahun 2013 √ √ √ 4 Vera 12 Tahun 2013 √ √

5 Rena 8 Tahun 2013 √ √ √ 6 Reni 8 Tahun 2013 √ √ √ 7 Lely 8 Tahun 2013 √ √ √ 8 Diana 16 Tahun 2013 √ √

9 Retno 16 Tahun 2013 √ √ √ 10 Saina 15 Tahun 2013 √ √ √ 11 Mareta 15 Tahun 2013 √ √ √ 12 Nana 16 Tahun 2013 √ √ √ 13 Salsa 15 Tahun 2013 √ √

14 Friska 15 Tahun 2013 √ √ 15 Nia 15 Tahun 2013 √ √

16 Nia 18 Tahun 2013 √ √ √ 17 Cika 19 Tahun 2013 √ √

18 Kaila 18 Tahun 2013 √ √ √ 19 Yuli 17 Tahun 2013 √ √ √


(59)

20 Fika 20 Tahun 2013 √ √ √ 21 Tegar 12 Tahun 2013 √ √ 22 Bima 13 Tahun 2013 √ √ 23 Anam 12 Tahun 2013 √ √ 24 Hamim 16 Tahun 2013 √ √ 25 Seto 15 Tahun 2013 √ √ 26 Koko 14 Tahun 2013 √ √ 27 Diandra 14 Tahun 2013 √ √ 28 Dimas 10 Tahun 2014 √ √ √ 29 Yayan 13 Tahun 2014 √ √ 30 Kenno 12 Tahun 2014 √ √ 31 Johan 10 Tahun 2014 √ √ √ 32 Teni 12 Tahun 2014 √ √ √ 33 Tata 12 Tahun 2014 √ √

34 Nita 11 Tahun 2014 √ √ √ 35 Sanas 11 Tahun 2014 √ √ √ 36 Lena 11 Tahun 2015 √ √

37 Tian 12 Tahun 2015 √ √ 38 Ani 12 Tahun 2015 √ √ 39 Anis 10 Tahun 2015 √ √ 40 Sari 12 Tahun 2015 √ √ 41 Weni 10 Tahun 2015 √ √

42 Tutik 9 Tahun 2015 √ √ √ 43 Erni 9 Tahun 2015 √ √ √ 44 Jihan 9 Tahun 2015 √ √

45 Sita 22 Tahun 2015 √ √ √

Jumlah 45 36 21 10

Sumber : data administrasi Siswa Sanggar Puring Sari 2013-2015

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pelatihan Tari 45 siswa, pelatihan modelling 36 siswa, pelatihan Olah Vocal 21 siswa, pelatihan Dansa 10 siswa, di Sanggar Puring Sari pada tahun 2013 sampai dengan 2015. Jumlah pendaftar paling banyak pada tahun 2013 yaitu sebanyak 27 siswa. (Wawancara dengan Aan Driasmara selaku pelatih sanggar, 23 januari 2015)


(60)

4.2.4 Program Sanggar Puring Sari

Program-program sanggar antara lain program kerja tahunan dan program mingguan yaitu program yang dilaksanakan setiap minggunya. Program kerja mingguan adalah program kerja yang rutin dilaksanakan setiap minggu dalam kepengurusan Sanggar Puring Sari. Program kerja tahunan adalah program kerja yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali oleh Sanggar Puring Sari, yaitu Evaluasi Tari, dan Lomba Tari Kretek.

4.2.4.1 Latihan rutin

Latihan rutin Sanggar Puring Sari dilakukan tiga kali dalam satu minggu. Latihan rutin tari dilaksanakan pada hari senin, rabu, jum’at. Latihan Tari setiap hari senin, rabu, jum’at pukul 15.30 dan latihan Modelling dilaksanakan setelah pelatihan Tari pukul 16.15 Dan Olah Vocal setiap hari Juma’at pukul 14.30 (Wawancara dengan Endang Toni 23 Januari 2015) latihan rutin di Sanggar Puring Sari dilaksanakan sesuai jadwal latihan.

Kegiatan pelatihan di Sanggar Puring Sari yaitu pelatihan tari dimulai jam 15.30 dan menarikan tari kretek sebelum memasuki materi pokok, materi pokok yang dimaksut adalah materi pelatihan yang diberikan tidak hanya Tari Kretek, menarikan Tari Kretek sebuah kebiasaan di Sanggar Puring Sari, matei pokok yang diberikan yang pertama adalah Tari Klasik (Golek Manis). Pelatihan modelling dimulai pukul 16.15, yang diajarkan pada pelatihan modelling yaitu cara berjalan, ekspresi dan kepribadian. Pelatihan olah vocal dimulai Juma’t pukul 14.30, yang diajarkan adalah pengolahan suara, pengaturan nafas. Pelatihan olah vocal meliputi latihan menyanyi, MC, teater, dan baca puisi.


(61)

Gambar 4.2 Materi Wajib (Tari Kretek) Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, 2 November 2014

ukuran foto : 14 cm x 9,5 cm

Gambar 4.3 Materi Tari Pokok Sanggar Puring Sari Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, 28 Januari 2015


(62)

Gambar 4.2 merupakan kegiatan latihan dengan materi wajib yaitu Tari Kretek. Gambar 4.3 merupakan kegiatan latihan rutin di Sanggar Puring Sari. Latihan rutin ini dilaksanakan pada 28 Januari 2015 pada pukul 15.30 WIB. Latihan tari diikuti oleh 10 siswa yang berusia 8 tahun sampai dengan 21 tahun. Latihan tari pada Rabu 28 Januari 2015 Sanggar Puring Sari memberikan materi tari Golek Manis. Pada latihan ini tari golek manis akan digunakan sebagai pembuka acara di Oasis Djarum Kudus. Siswa sudah 70% menguasi materi yang diberikan oleh pelatih sanggar, ragam gerak tari golek manis sudah diajarkan, pelatih hanya memantau siswa menari dan membenarkan gerak-gerak yang belum tepat.

Gambar 4.4 Latihan Rutin Modelling Sanggar Puring Sari Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, Rabu 28 Januari 2015


(63)

Pada gambar 4.4 merupakan kegiatan latihan modelling di Sanggar Puring Sari. Latihan modelling dilaksanakan setelah latihan tari yaitu pukul 16.15 pada hari rabu selesai tari dilanjutkan pelatihan modelling dan diikuti oleh peserta modelling. Latihan modelling ini dipersiapkan untuk lomba pemilihan putra-putri budaya Kudus, materi yang diberikan pada latihan yaitu cara berjalan, irama tubuh, dan ekspresi.

4.2.4.2 Pementasan Intern/ekstren

Pementasan intern sanggar yaitu pementasan untuk kepentingan sanggar. Misalnya pergelaran sanggar, yaitu pementasan dalam rangka ujian/evaluasi bagi siswa sanggar Puring Sari. Pergelaran merupakan pementasan yang boleh dilihat atau disaksikan oleh pihak umum/siapapun. Pementasan ini bisa menjadi sarana untuk mengenalkan serta menyebarluaskan tari terhadap masyarakat sekaligus bisa dijadikan sarana hiburan bagi masyarakat. Sanggar Puring Sari mengadakan ujian/evaluasi untuk para siswa dari tahun 2009 sampai pada tahun 2014, sampai sekarang puring sari masih mengadakan evaluasi pelatihan tari yaitu mengevaluasi siswa dan mengetahui kemampuan siswa sejauhmana pemahaman terhadap materi yang sudah di berikan oleh pelatih sanggar, dan dengan adanya evaluasi pelatih juga lebih baik dalam mengajarkan pelatihan tari, dan pergelaran tari di sanggar Puring Sari yaitu karya-karya yang diciptakan oleh sanggar Puring Sari yang diajarkan dan siswa sanggar memamerkan hasil karya Sanggar Puring Sari, biasanya dilaksanakan pada bulan April atau Mei. (Wawancara dengan Endang, tanggal 28 Januari 2015). Pementasan ekstern yaitu pementasan yang dilaksanakan diluar sanggar untuk kepentingan acara tertentu. Sanggar Puring Sari


(64)

melaksanakan pementasan Tari Kretek untuk mengisi acara-acara yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah di Kabupaten Kudus maupun perorangan/swasta misalnya hari jadi kota Kudus di peringati pada 23 September Sanggar Puring Sari mementaskan Tari Kretek untuk memeriahkan Hari Jadi Kota Kudus.

4.2.5 Sarana dan Prasarana Sanggar Puring Sari

Sarana dan Prasarana Sanggar Puring Sari terdiri dari tempat latihan, kaset-kaset tari, kostum-kostum tari, tape. Gedung tempat pelatihan Sanggar Puring Sari bertempat di Halaman Belakang yang luas di Rumah Ibu Endang Toni, Gang Gazebo ini beralamatkan di Perum muria indah Kudus. Gang Gazebo tempat latihan Sanggar Puring Sari digabungkan dengan tempat latihan Modelling dan tempat latian Dansa. Ukuran tempat pelatihan tari, Modelling dan Dansa berukuran 9x19 meter. Penggarapan tari Sanggar Puring Sari bertempat di Jalan Bubutan 208 Barongan yang merupakan pusat dari Sanggar Puring Sari. (Wawancara dengan Endang Toni, 23 Januari 2015)

Gambar 4.5 Area Tempat Latihan Sanggar Puring Sari 9 x 19 m Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015


(65)

Pada Gambar 4.5 merupakan area tempat latihan Tari, Modelling, Olah Vocal, dan Dansa Sanggar Puring Sari yang berukuran 9 x 19 m yang bertempat di Perum Muria Gang Gazebo Kudus.

Gambar 4.6 Tape Polytron dan Tape GMC Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015

Gambar 4.6 merupakan Tape Polytron untuk kaset pita dan Tape GMC untuk flasdishk dan kaset VCD sebagai salah satu sarana yang dimiliki oleh Sanggar Puring Sari. Tape merupakan sarana paling utama yang digunakan sebagai penunjang kegiatan pelatihan tari, modelling, dan dansa di Sanggar Puring


(66)

Sari.Sanggar Puring Sari memiliki 3 Tape untuk memutar kaset pita yaitu 2 rusak dan satu masih terpakai untuk iringan latihan, dan mempunyai 1 Tape GMC baru yang digunakan untuk iringan yang tersimpan di flasdick.

Tabel 4.5

Koleksi Kostum di Sanggar Puring Sari

No Nama Barong Jumlah Kondisi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kostum tari gambyong kostum tari bondan kostum tari golek manis kostum tari golek sulung kostum tari sri rejeki kastum tari bedhaya kostum tari kijang kostum tari kukilo kostum tari kupu-kupu kostum tari kretek kostum wira pratiwi kostum yapong kostum pesta rakyat

50 stel 20 stel 20 stel 10 stel 20 stel 15 stel 5 stel 14 stel 6 stel 100 stel 30 stel 15 stel 50 stel Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Sumber : wawancara dengan Endang 31 Januari 2015

Gambar 4.7 Koleksi Kostum di Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015


(67)

Tabel 4.6

Koleksi kaset iringan Sanggar Puring Sari No Nama Barang Jumlah Kondisi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tari Kretek Tari Pesta Rakyat Tari Siskampling Tari Gotong Royong Tari Puspita Ria Tari Gema Nusantara Tari Anak Soleh Tari Gambyong Tari Golek Manis Tari Bondan

Tari Golek Sulung Dyg Tari Wira Pertiwi

2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat Terawat

Gambar 4.8 Koleksi kaset di Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 27 Februari 2015


(68)

Tabel 4.7

Koleksi Property Sanggar Puring Sari

No Nama Barang Jumlah Kondisi

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Cundrik Gendhewa Keris Pedang Tameng Topeng Kipas Tampah 20 30 15 10 10 12 5 100 Terawat Terawat Terawat 2 rusak 2 rusak Terawat Hilang 15 kurang baik

Gambar 4.9 Koleksi Property di Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015


(69)

Gambar 4.10 Koleksi sampur dan Jarit di Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015

Gambar 4.11 Koleksi selendang tohwatu Tari Kretek di Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015


(70)

4.2.6 Keadaan Siswa Sanggar Puring Sari

Siswa Sanggar Puring Sari pada Januari 2015 melakukan aktivitas latihan di sanggar tepatnya jam 15.30 dan sekaligus latihan untuk persiapan pementasan di Oasis Jarum Kudus pada bulan Februari bekerjasama dengan PT.Djarum. Tarian yang akan dibawakan pada acara di Oasis yaitu Tari Kretek dan Tari Golek Manis.

Pelatihan di Sanggar Puring Sari Pendaftaran siswa baru tidak ada batasan pendaftaran tetapi biasanya di buka awal tahun pada bulan Januari, latihan dilaksanakan tiga kali dalam seminggu. Sanggar Puring Sari mengadakan evaluasi tari atau ujian tari biasanya dilaksanakan antara bulan april dan mei, sedangkan pada bulan April Sanggar Puring Sari mengadakan agenda tahunan yaitu Lomba Tari Kretek dan Pemilihan Putra Putri Budaya tingkat Se-Jawa Tengah dan DIY.

Menurut data administrasi Sanggar tercatat pada tahun 2013 dan 2015 berjumlah 45 siswa, dengan rincian siswa 34 perempuan dan 11 siswa laki-laki, pelatihan Tari 45 siswa, pelatihan modelling 36 siswa, pelatihan Olah Vocal 21 siswa, pelatihan Dansa diikuti 10 siswa, materi Pelatihan Dansa yaitu Cha-cha, Waltz. Sanggar Puring Sari tidak mengelompokan siswa sesuai dengan tingkatan kelas di Sekolah. Materi pembelajaran tari yang di ajarkan sama semua tidak membedakan tingkat sekolah, sehingga siswa sanggar dapat menguasai semua tarian. Sanggar Puring Sari membiasakan siswanya dalam pelatihan di Sanggar sebelum latihan dimulai siswa menarikan tari Kretek terlebih dahulu setelah menarikan tari kretek dilanjutkan materi pokok latihan di sanggar. (Wawancara dengan Supriyadi selaku Pembina Sanggar Puring Sari)


(71)

Gambar 4.12 proses latihan di Barongan Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 7 November 2014

Gambar 4.12 merupakan kegiatan rutin Sanggar Puring Sari, Latihan rutin ini dilaksanakan pada Jum’at 7 November 2014 pada pukul 15.30 WIB. Latihan tari kretek diikuti oleh siswa yang berusia 7 tahun sampai dengan 11 tahun. Latihan tari kretek pada 7 November 2014 yang akan dipentaskan pada acara Ulang Tahun SD N Barongan. Latihan bertempat di Sanggar Puring Sari yang tepatnya di jalan Bubutan Desa Barongan Kudus yang berdekatan dengan SD N Barongan. Inilah bukti bahwa Sanggar Puring Sari terlibat dalam Pelestarian di luar Sangggar.


(72)

Gambar 4.13 proses latihan di Gang Gazebo Perum Muria Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 29 Januari 2015

Gambar 4.13 merupakan kegiatan latihan rutin di Sanggar Puring Sari. Latihan rutin ini dilaksanakan pada 28 Januari 2015 pada pukul 15.30 WIB. Latihan tari diikuti oleh 10 siswa yang berusia 8 tahun sampai dengan 21 tahun. Latihan tari pada Rabu 28 Januari 2015 Sanggar Puring Sari memberikan materi tari Golek Manis. Pada latihan ini tari golek manis akan dipentaskan dalam pembukaan acara di Oasis Djarum Kudus. Latihan bertempat di Sanggar Puring Sari yang tepatnya di Perumahan Muria Kudus di Gang Gazebo Kudus, tempatnya yang berdekatan dengan Oasis Djarum Kudus.


(73)

4.3 Tari Kretek

4.3.1 Sejarah Terbentuk Tari Kretek

Adanya ide dan gagasan gagasan dari Gubernur Jawa Tengah yang mendapatkan tanggapan baik dari Pemerintah Kudus. sehingga Pemerintah melimpahkan perwujudannya kepada Dwidjo Sumono selaku Kasi Kebudayaan di Kudus pada tahun 1986. Dwidjo Sumono selanjutnya memberikan tanggung jawab penuh kepada Endnag Toni selaku pimpinan Sanggar Puring Sari yang dibantu oleh Supriyadi dan Fandelan selaku seniman karawitan di Kota Kudus. Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi ke tempat produksi rokok untuk mengangakat kegiatan produksi rokok menjadi bahan untuk pembuatan tarian yang mencerminkan kehidupan mata pencaharian mayoritas masyarakat Kudus.

Setelah melakukan observasi, Endang Toni berhasil menyusun sebuah karya tari berdasarkan pengalamanya ketika nyantrik di Padepokan Bagong Kusudiarjo Yogyakarta pada tahun 1980-1983. Tersusunlah sebuah karya tari yang memiliki nilai keislaman dengan corak kehidupan masyarakat Kudus dan yang paling utama adalah menggambarkan proses pembuatan rokok dengan nama Tari Kretek. Menurut Endang Toni dipilihnya Tari Kretek adalah Karena Kudus terkenal dengan Kretek nya dan mayoritas penduduk di kudus bekerja sebagai buruh rokok, dan tarian tersebut dipakai pada saat peresmian Museum Kretek dan didalam gerakan tari tersebut menggambarkan tentang proses produksi rokok dari pembuatan sampai pemasaran rokok.


(1)

Tempat Latihan Sanggar Puring Sari di Barongan Ikha Sulis S, 27 Februari 2015

Pembina dan Pelatih Olah Vocal Sanggar Puring Sari Ikha Sulis Setyaningrum, 27 Februari 2015


(2)

Dokumentasi Pemilik Sanggar dan Pembina Sanggar Ikha Sulis Setyaningrum, 27 Februari 2015

Dokumentasi Piagam Penghargaan dalam Festival Borobudur 2013 Ikha Sulis Setyaningrum, 28 Januari 2015


(3)

Dokumentasi Piagam Penghargaan sebagai Citra Kartini Terbaik 2007 Ikha Sulis Setyaningrum, 28 Januari 2015

Dokumetasi Pengiring Tari Kretek Ikha Sulis Setyaningrum, 28 Januari 2015


(4)

Desain Undangan Lomba Tari Kretek 2014 Dokumen pribadi Sanggar Puring Sari

Pamflet Lomba Tari Kretek 2012 Dokumen Pribadi Sanggar Puring Sari


(5)

BIODATA NARASUMBER

1. Pembina Sanggar dan Pelatih (Olah Vocal) Nama : Supriyadi

Status : Pembina Sanggar, Pelatih Olah Vocal TTL : Kudus, 16 April 1959

Umur : 56 Tahun

Alamat : Perum Muria Indah Bae Kudus 2. Pemilik Sanggar dan Pelatih (Tari, Modelling, Dansa)

Nama : Endang Toni Supriyadi

Status : Pemilik Sanggar, Pelatih Tari, Modelling, dan Dansa TTL : Kudus, 13 Januari 1962

Umur : 53 Tahun

Alamat : Perum Muria JL. Kelud Raya Gg Gazebo Blok i Kudus 3. Pelatih dan Penari Kretek

Nama : Aan Driasmara

Satatus : Pelatih Tari dan Penari Tari keretek TTL : Kudus, 19 Maret 1984

Umur : 31 Tahun


(6)

Satatus : Pelatih Dansa dan Penari Tari kretek Umur : 15 Tahun

Alamat : Perum Muria Indah Gg Barongan Bae Kudus 5. Pelatih dan Penari Kretek

Nama : Bagus Wicaksono

Satatus : Pelatih Dansa dan Penari Tari kretek Umur : 17 Tahun

Alamat : Perum Muria Indah Gg Barongan Bae Kudus 6. Pelatih dan Penari Kretek

Nama : Indra Driasmara

Satatus : Pelatih Tari dan Penari Tari kretek Umur : 26 Tahun