Upaya Melestarikan Seni Budaya Tradisional Pada Masyarakat Batak Toba Di Kabupaten Samosir

(1)

UPAYA MELESTARIKAN SENI BUDAYA TRADISIONAL PADA

MASYARAKAT BATAK TOBA DI KABUPATEN SAMOSIR

KERTAS KARYA DISUSUN

O L E H

AFRINA BUTARBUTAR NIM : 072204017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NONGELAR DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(2)

Disetujui Oleh :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Medan, Maret 2010 Program Studi Pariwisata Ketua Jurusan

Drs. Ridwan Azhar, M.Hum NIP. 1955 0923 1982 03 1 001


(3)

Pengesahan

Diterima Oleh :

PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Pada : Tanggal :

Hari :

PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Prof. Syaifuddin, M.A., Ph.D NIP. 132098531

Panitia Penilaian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Marzaini Manday, MSPD ( )

2. Drs. Mukhtar Madjid, S.Sos., S.Par.,MA ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat dan karunia Tuhan, karena memberikan rahmat-Nya kepada Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Kertas karya ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada program studi pariwisata dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh ujian Diploma III dalam Program Studi Pariwisata, bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun penyajiannya. Namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, nasehat dan bantuan yang telah diberikan sebelum dan sesudahnya kepada :

1. Bapak Prof. Syaifuddin, MA.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Solahuddin Nasution, S.E, M.SP, selaku Koordinator Praktek Bidang keahlian Usaha Wisata, Jurusan Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utrara


(5)

4. Bapak Drs. Marzaini Manday, MSPD, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan kertas karya ini

5. Bapak Mukhtar Madjid, S.Sos, S.Par, MA, selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan petunjuk dan saran atas penyempurnaan kertas karya ini

6. Yang sangat berarti dan teristimewa dalam kehidupan Penulis Ayahanda dan Ibunda tercinta H. Butarbutar dan E.Sitanggang,S.Pd, terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukungan moril maupun materi yang telah diberikan selama ini. 7. Adik penulis Christman Exaudi Butarbutar dan Jendri Yosafat Butarbutar yang

sangat penulis sayangi. Buat sepupu Marudut, Jona , Eliza, Sonia dan keluarga besar Sitanggang dan Butarbutar

8. Buat orang tersayang “Rianto Doloksaribu, S.Si” yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis

9. Buat teman-teman yang memberi dukungan, sahabat Christivan , Ruth, Juli, Devi, Yuni, Tri Utami, UW 07 , junior 08-09, dan teman – teman kost rebab 63 kak Ika, kak Pipin, kak Meli, kak Bifah, bang Jonris,bang Selamat dan bang Toga.

Akhir kata Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi Penulis dan khususnya bagi para pembaca.

Medan, Februari 2010 Penulis

Afrina Butarbutar Nim: 072204017


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat dan karunia Tuhan, karena memberikan rahmat-Nya kepada Penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Kertas karya ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada program studi pariwisata dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh ujian Diploma III dalam Program Studi Pariwisata, bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun penyajiannya. Namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bimbingan, nasehat dan bantuan yang telah diberikan sebelum dan sesudahnya kepada :

10.Bapak Prof. Syaifuddin, MA.,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

11.Bapak Drs. Ridwan Azhar M.Hum, selaku Ketua Program Studi Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara

12.Bapak Solahuddin Nasution, S.E, M.SP, selaku Koordinator Praktek Bidang keahlian Usaha Wisata, Jurusan Pariwisata, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utrara


(7)

13.Bapak Drs. Marzaini Manday, MSPD, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan kertas karya ini

14.Bapak Mukhtar Madjid, S.Sos, S.Par, MA, selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan petunjuk dan saran atas penyempurnaan kertas karya ini

15.Yang sangat berarti dan teristimewa dalam kehidupan Penulis Ayahanda dan Ibunda tercinta H. Butarbutar dan E.Sitanggang,S.Pd, terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukungan moril maupun materi yang telah diberikan selama ini. 16.Adik penulis Christman Exaudi Butarbutar dan Jendri Yosafat Butarbutar yang

sangat penulis sayangi. Buat sepupu Marudut, Jona , Eliza, Sonia dan keluarga besar Sitanggang dan Butarbutar

17.Buat orang tersayang “Rianto Doloksaribu, S.Si” yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis

18.Buat teman-teman yang memberi dukungan, sahabat Christivan , Ruth, Juli, Devi, Yuni, Tri Utami, UW 07 , junior 08-09, dan teman – teman kost rebab 63 kak Ika, kak Pipin, kak Meli, kak Bifah, bang Jonris,bang Selamat dan bang Toga.

Akhir kata Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi Penulis dan khususnya bagi para pembaca.

Medan, Februari 2010 Penulis

Afrina Butarbutar Nim: 072204017


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Manfaat Penulisan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II Uraian Teoritis tentang Kepariwisataan dan Kebudayaan 2.1 Beberapa Pengertian Tentang Seni ... 6

2.2 Uraian Tentang Kebudayaan ... 8

2.3 Hubungan Pariwisata Dengan Kebudayaan ... 12

BAB III IDENTIFIKASI MASYARAKAT BATAK TOBA 3.1 Letak Geografis Kabupaten Samosir ... 14

3.2 Sejarah Asal – Usul Masyarakat Batak Toba ... 15

3.3 Sistem Kepercayaan dan Religi ... 16

3.4 Sistem Kekerabatan ... 17

3.5 Sistem Kesenian ... 20

3.6 Mata Pencaharian ... 20

BAB IV UPAYA PELESTARIAN SENI BUDAYA TRADISIONAL MASYARAKAT BATAK TOBA 4.1 Bagaimana Upaya Melestarikan Seni Budaya Masyrakat Batak Toba ... 22

4.2 Bagaimana Upaya Tradisional Masyarakat Batak Toba Dalam Menarik wisatawan ... 24


(9)

4.3 Bagaimana Upaya Melestarikan Seni Budaya Tradisional Pada Masyarakat Batak Toba ... 29

BAB V PENUTUP ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... .35

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(10)

A B S T R A K

Seni budaya tradisional di Indonesia sangat banyak corak dan ragamnya, bahkan pada suatu daerah saja di jumpai bermacam – macam seni tradisional. Umumnya kesenian semacam itu muncul atau ditampilkan pada waktu upacara – upacara seperti : perkawinan, musim panen, upacara selamatan, dan lain – lain. Dalam dunia pariwisata hal tersebut dapat dijadikan sebagai potensi wisata yang sangat besar dan menguntungkan bagi negara, karena umunya wisatawan , baik domestik maupun macanegara yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata memilih dan menghendaki untuk melihat rakyat dengan adat istiadat dan seni tradisionalnya yang hidup di dalamnya.

Namun dalam membina suatu seni budaya tradisional khususnya bagi konsumsi wisatawan bukanlah hal yang mudah. Hal ini harus dilakukan dengan sadar dan direncanakan, karena tujuannya bukan hanya untuk disajikan kepada wisatawan tetapi juga untuk memelihara dan melesatarikan kualitas dan keberadaannya. Umumnya alasan utama pengembangan kegiatan kepariwisataan adalah bersifat ekonomi. Hal ini berlandaskan keyakinan bahwa usaha – usaha yang berkaitan dengan kepariwisataan dapat memberikan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat setempat. Namun pengembangan pariwisata itu juga berdampak pada masyarakat yaitu adanya pengaruh – pengaruh yang merugikan antara lain terjadinya perubahan terhadap perubahan terhadap pola hidup dan tingkah laku masyarakat dengan meniru wisatawan sehingga mengubah kepribadian mereka yang berbeda dengan kebiasaanya.

Demikian juga pada masyarakat di Kabupaten Samosir yang merupakan daerah tujuan wisata di Sumatera Utara banyak dikunjungi wisatawan mancanegara juga mulai menghadapi dampak tersebut, yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan seni budaya tradisionalnya. Untuk itu diperlukan upaya untuk melestarikan budaya tradisional sejak dini agar kelestarian dan keaslian tetap terjaga dan demi kelangsungan pariwisata di Kabupaten Samosir

Key Words: pariwisata, kepariwisataan, kebudayaan, keyboard, dalihan na tolu, komersialisasi seni budaya.


(11)

A B S T R A K

Seni budaya tradisional di Indonesia sangat banyak corak dan ragamnya, bahkan pada suatu daerah saja di jumpai bermacam – macam seni tradisional. Umumnya kesenian semacam itu muncul atau ditampilkan pada waktu upacara – upacara seperti : perkawinan, musim panen, upacara selamatan, dan lain – lain. Dalam dunia pariwisata hal tersebut dapat dijadikan sebagai potensi wisata yang sangat besar dan menguntungkan bagi negara, karena umunya wisatawan , baik domestik maupun macanegara yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata memilih dan menghendaki untuk melihat rakyat dengan adat istiadat dan seni tradisionalnya yang hidup di dalamnya.

Namun dalam membina suatu seni budaya tradisional khususnya bagi konsumsi wisatawan bukanlah hal yang mudah. Hal ini harus dilakukan dengan sadar dan direncanakan, karena tujuannya bukan hanya untuk disajikan kepada wisatawan tetapi juga untuk memelihara dan melesatarikan kualitas dan keberadaannya. Umumnya alasan utama pengembangan kegiatan kepariwisataan adalah bersifat ekonomi. Hal ini berlandaskan keyakinan bahwa usaha – usaha yang berkaitan dengan kepariwisataan dapat memberikan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat setempat. Namun pengembangan pariwisata itu juga berdampak pada masyarakat yaitu adanya pengaruh – pengaruh yang merugikan antara lain terjadinya perubahan terhadap perubahan terhadap pola hidup dan tingkah laku masyarakat dengan meniru wisatawan sehingga mengubah kepribadian mereka yang berbeda dengan kebiasaanya.

Demikian juga pada masyarakat di Kabupaten Samosir yang merupakan daerah tujuan wisata di Sumatera Utara banyak dikunjungi wisatawan mancanegara juga mulai menghadapi dampak tersebut, yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan seni budaya tradisionalnya. Untuk itu diperlukan upaya untuk melestarikan budaya tradisional sejak dini agar kelestarian dan keaslian tetap terjaga dan demi kelangsungan pariwisata di Kabupaten Samosir

Key Words: pariwisata, kepariwisataan, kebudayaan, keyboard, dalihan na tolu, komersialisasi seni budaya.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam dan panorama dengan iklim yang sejuk, peninggalan – peninggalan purbakala, adat-istiadat dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa – desa tradisional, potensi rekreasi. Banyak Negara di Dunia berlomba-lomba untuk memajukan kepariwisataan di negaranya masing-masing tidak hanya Indonesia karena pariwisata dapat memperluas lapangan kerja, tetapi Indonesia dalam pengembangannya tidak terlepas dari usaha untuk menjaga agar terpeliharannya kepribadian dan budaya bangsa.

Kehidupan manusia merupakan suatu proses sosial dan budaya yang selalu berubah-ubah. Perubahan itu menyebabkan adanya suatu unsur nilai budaya yang hilang. Apabila nilai tersebut ditinggalkan begitu saja maka catatan kehidupan manusia pada suatu periode dimasa lampau akan hilang. Yang hal ini akan berdampak pada generasi seterusnya terutama di dalam pembinaan karakter dan identitas suatu bangsa.

Maka hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab kita untuk memelihara dan menyelamatkan warisan seni dan budaya nenek moyang kita. Salah satu peninggalannya berupa kehidupan seni budaya tradisional yang perlu dilestarikan dan dipertahankan oleh generasi muda.


(13)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menulis kertas karya berjudul “Upaya Melestarikan Seni Budaya Tradisional Pada Masyarakat Batak Toba di Kabupaten Samosir”

Judul tersebut dipilih oleh penulis pada pertimbangan sebagai berikut :

a. Sumatera Utara sebagai salah satu daerah wisata yang memiliki potensi kepariwisataan yang besar berupa keindahan alam, keanekaragaman seni budaya beserta adat istiadatnya dan peninggalan sejarah

b. Pembangunan bidang kepariwisataan memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan nasional.

c. Pengenalan akan seni budaya Batak Toba mempunyai arti sendiri dalam dunia kepariwisataan serta turut menambah khasanah budaya di daerah Sumatera Utara

d. Penulis sebagai putri daerah terpanggil untuk memperkenalkan seni budaya Batak Toba kepada masyarakat luas

e. Upaya pelestarian seni budaya merupakan suatu usaha yang mutlak dilakukan dalam rangka meningkatkan daya tarik bagi wisatawan

f. Memenuhi persyaratan akademis dalam melengkapi tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara


(14)

1.2Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup seni budaya Batak Toba maka dalam penyusunan kertas karya ini penulis membatasi permasalahannya dan hanya menyangkut pada :

a. Bagaimana upaya Melestarikan Seni Budaya masyarakat Batak Toba

b. Bagaimana budaya tradisional masyarakat Batak Toba dalam menarik wisatawan

c. Bagaimana upaya masyarakat dalam melestarikan budaya tradisional untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Samosir

1.3Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

a. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sisi sosial masyarakat Batak Toba beserta kehidupan seni budaya yang ada didalamnya

b. Untuk memberikan sumbangan pikiran yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya pengembangan dan pelestarian kehidupan seni budaya di Pulau Samosir

c. Mengetahui lebih jelas sejauh mana pengaruh pariwisata terhadap perkembangan kehidupan seni budaya yang ada didalamnya


(15)

1.4Metode Penelitian

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis mengumpulkan data dan informasi melalui dua cara yaitu :

a. Penelitian Pustaka ( Library Research)

Merupakan suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan cara membaca dan mempelajari berbagai buku literature yang berhubungan dengan kertas karya ini

b. Penelitian Lapangan ( Field Research)

Merupakan suatu cara pengumpulan data dan informasi secara langsung ke lapangan dan berbicara langsung kepada informan yang sedikit banyaknya mengetahui tentang penulisan.

1.5Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan kertas karya ini, penulis membaginya dalam enam bab. Adapun ruang lingkup pembahasannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang alasan pemilihan judul, batasan masalah yang akan dibahas, tujuan penulisan, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan yang merupakan garis besar dari kertas karya ini.


(16)

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KEBUDAYAAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang beberapa pengertian seni, uraian tentang kebudayaan serta hubungan pariwisata dengan kebudayaan .

BAB III IDENTIFIKASI MASYARAKAT BATAK TOBA

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai letak geografis Kabupaten Samosir, sejarah asal usul masyarakat Batak Toba, sistem kepercayaan dan religi, sistem kekerabatan masyarakat batak toba di Pulau Samosir, sistem kesenian dan mata pencaharian penduduk

BAB IV UPAYA MELESTARIKAN SENI BUDAYA PADA

MASYARAKAT BATAK TOBA

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai kondisi seni budaya tradisional masyarakat Batak Toba saat ini, pengembangan dan pembinaan seni budaya tradisional Batak Toba, masalah yang dihadapi dalam pengembangan dan pembinaan serta upaya pelestarian tradisional Batak Toba

BAB V PENUTUP

Merupakan kesimpulan dari penelaah pada bab – bab sebelumnya dan memberikan saran – saran yang mungkin bermanfaat untuk pengembangan dan pelestarian kehidupan seni budaya tradisional masyarakat Batak Toba sebagai asset wisata budaya di Kabupaten Samosir


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

KEBUDAYAAN

2.1 Uraina Tentang Seni

Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/atau karya dari sebuah kegiatan. Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding – dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa coretan - coretan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan modern yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia modern adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada masanya adalah semata – mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figur yang masih terkurung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya "mungkin". Dengan kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal – hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian pada jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magic, karena memang


(18)

demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam

Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama. karya – karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua – gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan – peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri.

Seni pada perkembangannya di jaman moderen mengalami perubahan atau pembagian yakni seni murni atau seni terapan/ seni dan desain yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir kesenian yang oleh orang tuanya di beri nama Theodor Adorno di beri nama "Seni Tinggi" untuk Seni Murni dan "Seni Rendah" untuk Seni Terapan atau Desain. Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adorno menganggap seni harus berbeda harus berbeda dengan benda lain (barang), ia harus mempunyai "sesuatu". Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan dari atas oleh seorang produsen http://id.wkipedia.org/wiki/seni


(19)

2.2 Uraian tentang kebudayaan

Istilah kebudayaan dalam pengertian sehari – hari sering juga disamakan dengan suatu kesenian seperti seni musik, seni tari, seni rupa, seni sastra, ilmu pengetahuan maupun filsafat merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan akal. Dengan demikian kebudayaan diartikan sebahai hal – hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.

Istilah culture yang merupakan istilah dalam bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari bahasa latin colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan (dalam hal mengolah tanah dan bertani). Dari asal arti tersebut yaitu colere kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Kebudayaan sendiri memiliki berbagai ragam arti, tergantung dari sudut pandang ilmu apa yang dilihat. Bahkan dua sarjana antropologi yaitu A.L Kroeber dan C. Kluchohn (dalam Salim, 1978: 51) telah mengumpulkan 160 macam defenisi tentang kebudayaan yang berasal dari berbagai buku dengan pengarang yang berbeda. Defenisi yang sampai sekarang merupakan defenisi sistematis dan ilmiah adalah yang dikemukakan oleh E.B.Taylor dalam bukunya Primitive Culture, yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, hukum, adat – istiadat dan kemampuan – kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.


(20)

Menurut Koentjaraningrat (1969: 77) kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakuan manusia yang harus didapatkan dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Koentjaraningrat yang mengatakan kebudayaan itu sendiri merupakan suatu wujud. Wujud kebudayaan dapat digolongkan kedalam tiga wujud yaitu :

a. Wujud Ideal merupakan kebudayaan sebagai suatu kompleks ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan – peraturan dan sebagainya. Wujud ini sifatnya abstrak atau tidak dapat dilihat dan diraba manusia

b. Wujud Sosial / tingkah laku berpola manusia dalam masyarakat. Kompleks tindakan berpola serta tindakan berpola manusia dalam masyarakat. Tindakan berpola dan bertingkah laku ini dituangkan dalam bentuk adat – istiadat, peraturan – peraturan, dan sebagainya.

c. Wujud Fisik merupakan suatu kebudayaan sebagai suatu hasil karya manusia yang dituangkan dalam bentuk benda – benda atau objek – objek fisik yang dapat dilihat dan diraba manusia.

Koentjaraningrat (1969:79) menyebutkan ada tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal yang sudah pasti terdapat dalam semua bangsa didunia.

Tujuh unsur kebudayaan adalah : a. Sistem religi / kepercayaan

Dalam sistem ini pada umumnya mengandung sistem tentang kepercayaan dan pandangan manusia tentang dunia alam, hidupnya, maupun maut, dan sebagainya tentang kesustraan suci / mitologi seperti pengetahuannya dan hal – hal yang bersifat


(21)

tabu atau pantangan dan lain – lainnya tentang sistem upacara yang bertujuan menjalankan ide – ide yang terkandung didalam sistem kepercayaan. Konsep ini sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat baik secara individu maupun secara kolaktif

b. Organisasi sosial / kepercayaan

Dalam hal ini organisasi tidak harus selalu bersifat formal namun dapat juga bersifat non formal. Organisasi yang paling kecil dalam masyarakat akan terikat dengan sistem organisasi lainnya misalnya sistem hukum, sistem perkawinan, organisasi politik, dan sebagainya.

c. Sistem Pengetahuan

Tiap – tiap suku bangsa di dunia umumnya mempunyai pengetahuan tertentu yang didapat dari hasil pengalaman dan disimpulkan kedalam suatu rumusan atau teori tertentu yang mempengaruhi pola pikir masyarakat itu sendiri. Misalnya pengetahuan tentang musim sifat – sifat dari gejala alam dan binatang, pengetahuan tentang ilmu pengobatan, pengetahuan tentang ilmu menghitung angka, mengukur waktu dan sebagainya.

d. bahasa

bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang berguna agar dapat berinteraksi dengan sesame manusia dengan komunikasi. Bahasa terdiri dari tiga macam yaitu bahasa lisan, tulisan, dan isyarat. Bahasa ini juga penting dalam pengembangan kebudayaan, karena tanpa bahasa maka suatu masyarakat tidak akan dapat mengembangkan kebudayaan


(22)

e. Kesenian

Kesenian dapat dibagi menjadi dua macam yaitu seni suara dan seni rupa, karena seni hanya bisa dinikmati oleh indra pendengaran atau telinga bila ia berupa seni suara begitu juga dengan seni rupa hanya bias dinikmati oleh indera penglihatan atau mata. Kesenian pada jaman dahulu selalu dikaitkan dengan keagamaan dalam fungsinya sebagai pelengkap suatu upacara keagamaan dan sebagai dasar – dasar keindahan yang diwujudkan dalam motif - motif perhiasaan dan nyanyian serta tarian rakyat ataupun simbol – simbol atau lambang suatu benda yang dilukiskan atau dilambangkan

f. Sistem Mata Pencaharian

Mata pencaharian rakyat umumnya tergantung pada potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Sistem mata pencaharian yang dimulai dari tradisional yaitu meramu dan berburu, bercocok tanam diladang. Sistem mata pencaharian ini sangat berpengaruh pada perkembangan tingkat perekonomian suatu masyarakat.

g. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Sistem peralatan hidup dan teknologi dari suatu suku bangsa mengandung unsur- unsur khusus, diantaranya mengenai bahan – bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tujuan atau manfaat dari alat tersebut. Proses pembuatan hidup tersebut akan selalu berkembang seiring dengan semakin bertambahnya pengetahuan manusia.


(23)

2.3 Hubungan Pariwisata dengan Kebudayaan

Kepariwisataan merupakan suatu unsur yang utama dan memegang peranan yang sangat penting. Demikan pentingnya, sehingga didalam memajukan promosi industri pariwisata masalah penerangan tentang kebudayaan merupakan bahan – bahan pendidikan tambahan.

Hubungan pariwisata dengan kebudayaan ini dimana wisatawan yang datang kesuatu tempat atau negeri bukan hanya untuk melihat pemandangan alam dan mengagumi semua wujud dari kebudayaan rakyat yang dilihatnya tetapi juga dapat menimbulkan pengalaman baru dan menambah pengetahuan akan suatu budaya. Bagi masyarakat atau penduduk hubungan pariwisata dan kebudayaan berdampak pada bidang perekonomian. Hubungan ini dinyatakan dalam bentuk penggunaan kekayaan kebudayaan untuk maksud – maksud atraksi seperti pertunjukan, pameran, demonstrasi, pesta dan sebagainya. Dengan adanya pendekatan antara wisatawan dengan masyarakat setempat yang mempunyai latar belakang peradaban yang berbeda akan meengakibatkan tumbuhnya rasa saling mengerti, kerja sama dan perdamaian.

Hubungan kebudayaan dan pariwisata dinyatakan dalam bentuk penggunaan kekayaan kebudayaan sebagai daya tarik wisata seperti atraksi pertunujukkan, pameran, pesta atau festival dan sebagainya. Hubungan antara kebudayaan dan pariwisata tidaka saja ditinjau dari segi hubungan antara wisatawan dengan benda – benda hasil kerja kebudayaan melainkan juga dari sudut kegunaan pariwisata dalam hubungannya dengan kebudayaan yang sedang hidup dan berkembang dalam masyarakat.


(24)

Kebudayaan sebagai milik rakyat merupakan manifestasi dan pengucapan karya dan kreasi yang spiritual dan artistik dari manusia – manusia yang membentuk rakyat negeri itu menjadi sasaran utama perasaan ingin tahu orang asing akan negeri tersebut.

Dalam Konfrensi Pariwisata Internasional yang disponsori oleh Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB), yang sangat diselenggarakan pada tanggal 22 Agustus – 5 September 1963 di Roma menekankan akan pentingnya arti nilai sosial dan budaya kepariwisataan ini dimana hubungan internasional yang dihasilkan dari pariwisata merupakan faktor dan cara yang paling utama untuk menyebarkan ide – ide dan pengertian tentang kebudayaan Negara – Negara lain ( Wali, 2000: 45)


(25)

BAB III

IDENTIFIKASI MASYARAKAT BATAK TOBA

3.1 Letak Geografis Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai. Terbentuknya Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Kabupaten ini terletak di tengah – tengah Danau Toba dengan sebuah Pulau yakni Pulau Samosir. Kabupaten samosir beribukota Pangururan. Menurut Wikipedia kabupaten Samosir (Danau Toba) terletak pada 2 01' - 2 04' LU dan 87 - 99 BT, luas seluruhnya meliputi 243.415 Ha terdiri dari luas perairan danau toba 110.260 Ha dan luas daratan Pulau Samosir 133.155 Ha. Secara Geografis Kabupaten Samosir terletak pada 20 24 - 20 25 Lintang Utara dan 980 21 - 990 55 BT. Secara Administratif Wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh Kabupaten, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun; di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir; di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan; dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau Samosir di tengah Danau Toba dan 3 kecamatan di daerah lingkar luar Danau Toba


(26)

tepat pada punggung pegunungan Bukit Barisan yaitu : Harian, Sianjur Mula Mula, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Pangururan, Ronggur Nihuta, Simanindo, Sitiotio (www.samosir.go.id)

3.2 Sejarah Asal Usul Masyarakat Batak Toba

Versi sejarah mengatakan si Raja Batak dan rombongannya datang dari Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba. Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus. Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.

Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur danau Toba (Simalungun sekarang), dari selatan danau Toba (Portibi) atau dari barat danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang orang Tamil di Barus. Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat


(27)

Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun). Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dsb, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah. Selanjutnya anak si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga Marga Batak.( http://gindagelo.blog.friendster.com/tag/sejarah-marga)

3.3 Sistem Kepercayaan atau Religi

Kepercayaan masyarakat Batak Toba sebelum mengenal agama, dulunya kepercayaan masyarakat ini adalah PARMALIM, ada juga yang animisme dan dinamisme.

Menurut N. Nainggolan, orang batak percaya bahwa alam beserta isinya diciptakan oleh Debata Mula jadi Nabolon yang bertempat tinggal di langit. Masyarakat batak juga mengenal tiga konsep jiwa dan roh, yaitu tondi, sahala, dan begu.

Tondi merupakan jiwa atau roh yang juga merupakan kekuatan. Tondi diterima sewaktu seorang berada dalam rahim ibu. Jika tondi keluar sementara, seseorang akan sakit, dan seterusnya akan mati.

Sahala adalah kekuatan yang menetukan hidup seseorang yang didapatkan bersama tondi sewaktu masih dalam rahim ibu. Sahala atau roh setiap orang tidak sama.


(28)

Begu adalah tondi yang meninggal. Begu dapat bertingkah laku sebagaimana manusia, ada yang baik ada juga yang jahat. Supaya tidak menggangu, begu diberi sesajen

Sebelum suku batak menganut agama Kristen Protestan, mereka mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mula Jadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaanNya terwujud dalam Debata Natolu. Tetapi seiring dengan datangnya missionaris dari Jerman yang bernama Prof.DR.IL.Nomensen pada tahun 1863 masyarakat Batak Toba menganut agama Kristen. Tetapi ada juga masyarakat yang menganut agama muslim.

Namun setelah masuk dan berkembangnya agama dari luar seperti islam, Kristen Protestan, dan Katolik yang berlangsung secara damai, maka terjadi perubahan pemikiran kepercayaan ini terutama bagi pemeluk agama ini tetapi hal ini tidak membawa perpecahan ataupun keretakan didalam kehidupan masyarakat Batak Toba itu sendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak)

3.4 Sistem Kekerabatan

Menurut Sinaga (1997: 21) dalam buku Leluhur Marga Batak Dalam Sejarah Silsilah dan Legenda, sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba berdasarkan garis keturunan ayah yang dikenal dengan istilah patrilineal. Susunan penduduk dalam lingkungan satu desa ditentukan oleh faktor geneologi, yaitu didiami oleh satu kelompok marga. Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan selalu dihubungkan dengan anak laki laki. Seorang Batak merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki laki yang meneruskan marganya. Sesama satu marga


(29)

dilarang saling mengawini. Kalau ada marga lain, mereka itu adalah pendatang yang mengawini salah seorang puteri kelompok marga dari desa itu. Kekerabatan yang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu( Hula-hula, Dongan Tubu, Boru).

Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah. Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam marga. Bila orang Batak berkenalan pertama kali, biasanya mereka saling Tanya Marga dan Tarombo. Hal tersebut dilakukan untuk saling mengetahui apakah mereka saling "mardongan sabutuha" (semarga) dengan panggilan "ampara" atau "marhula - hula" dengan panggilan "lae/tulang". Dengan tarombo, seseorang mengetahui apakah ia harus memanggil "Namboru" (adik perempuan ayah/bibi), "Amangboru/Makela", (suami dari adik ayah/Om) "Bapatua/Amanganggi/Amanguda" (abang/adik ayah), "Ito/boto" (kakak/ adik), PARIBAN atau BORU TULANG (putri dari saudara laki laki ibu) yang dapat kita jadikan istri, dan lain – lain.

Masyarakat Batak toba memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatan (kekerabatan)nya Dalihan na Tolu, yakni Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru ditambah Sihal-sihal.

1.Hulahula adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak). Sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat kepada Hulahula (Somba marhula-hula).

2.Dongan Tubu disebut juga Dongan Sabutuha adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang


(30)

pohon yang saling berdekatan, saling menopang, walaupun karena dekatnya terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, manat mardongan tubu.

3.Boru adalah pihak keluarga yang mengambil isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap upacara adat. Namun walaupun burfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek marboru.

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifak kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.

Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Ni berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru (http://id.wikipedia.org/wiki/Dalihan_Natolu)


(31)

3.5 Sistem Kesenian

a. Rumah adat; rumah adat batak toba memberi kesan kokoh karena konstruksi tiang – tiangnya terbuat dari kayu gelondongan. Dulu ketika sering terjadi pertikaian antarsuku, rumah – rumah dikelompokkan sebagai benteng di atas bukit. Lingkungannya dikelilingi pohon sebagai pagar yang cukup rapat

b. Pakaian adat; perlengkapan pakaian adapt suku batak toba yang khas adalah ulos yang berbentuk segi empat panjang (panjang sekitar 1,80m, lebar 1 m) dan ujungnya berumbai – umbai. Pembuiatannya ditenun tangan yang umumnya dikerjakan oleh wanita.

c. Seni Tari; tarian batak toba yang dikenal dengan tortor sangat banyak ragam dan variasinya. Tarian yang dibawakan baik oleh pria maupun wanita dan diiringi oleh seperangkat alat musik. Alat musik yang mengiringi tarian tersebut adalah agung ( 4 buah), tagading (6 buah, 5 kecil dan 1 besar), sarune, yaitu sejenis alat tiup (1 atau 2 buah), dan hesek (Mulyadi, 1999: 70)

3.6 Mata Pencaharian Penduduk

Sebagai daerah pertanian dan sebagian penduduknya hidup dan menggantungkan dengan pertanian, curah hujan merupakan salah satu faktor eksternal yang menentukan keberhasialn pertanian penduduk. Rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir pada tahun 2003 berdasarkan hasil pengamatan dari 7 (tujuh) stasiun pengamatan adalah sebesar 177 mm / bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 11 hari.


(32)

Temperatur Kabupaten Samosir berkisar antara 170 C - 290 C dengan kelembaban udara rata-rata 85 persen dan tergolong dengan beriklim tropis.

Curah hujan tertinggi terjadi bulan November dengan rata-rata 440 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni s/d Agustus berkisar dari 31 s/d 56 mm per bulan, dengan hari hujan 5 s/d 7 hari. Kecamatan yang tertinggi rata-rata curah hujannya adalah Harian sebesar 302 mm, sedangkan yang terendah adalah Nainggolan rata-rata sebesar 120 mm

Kabupaten Samosir adalah sebuah kabupaten yang berada di tengah – tengah Danau Toba. Mata pencaharian masyarakat ini bertani dan nelayan. Hasil panen dari daerah ini adalah padi dan bawang. Tingkat kesuburan daerah ini sangat kurang. Berbeda dari Kabupaten Karo yang sangat subur dengan hasil panen buah – buahan dan sayur – sayuran. Sedangkan dari hasil nelayan masyarakat ini adalah ikan mas, ikan nila, ikan mujahir, dan ikan pora – pora. (www.samosirkab.go.id)

Menurut H. Sitio mata pencaharian masyarakat Kabupaten ini bukan saja bertani dan nelayan, ada juga masyarakatnya yang bekerja di instansi pemerintah maupun di swasta, pedagang, berwiraswasta, dan lain – lain. Bahkan banyak masyarakat Batakk Toba dari Kabupaten Samosir yang merantau ke luar daerahnya menuju kota – kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung, Batam, dan kota – kota lainnya di Indonesia untuk mengadu nasib dan selain itu untuk bersekolah dan tidak sedikit dari mereka yang berhasil dan sukses.


(33)

BAB IV

UPAYA MELESTARIKAN SENI BUDAYA TRADISIONAL PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KABUPATEN SAMOSIR

4.1 Bagaimana Upaya Melestarikan Seni Budaya Masyarakat Batak Toba

Kehidupan seni budaya dan tata cara hidup yang bersifat tradisioanl dari masyarakat Batak Toba merupakan salah satu potensi yang amat penting untuk ditawarkan pada wisatawan. Namun kegiatan pariwisata dapat pula menimbulkan masalah sosial budaya, terutama di tempat – tempat yang terdapat perbedaan tingkat sosial, ekonomi dan kebudayaan sebagai tingkah laku penduduk setempat yang suka meniru tingkah laku wisatawan tanpa mengerti latar belakang kebudayaan bangsa lain tersebut.

Kemerosotan seni budaya tradisional ini juga mulai dirasakan didalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Kemerosotan ini antara lain disebabkan karena pengaruh modernisasi, selera masyarakat dan penduduk setempat mulai beralih pada seni modern, atau mungkin juga karena kesenian – kesenian tradisional yang mulai melanda desa ini, dapat kita lihat dari masukknya alat musik keyboard pada kesenian Batak Toba.

Masalah lain yang dihadapi dalam usaha pengembangan dalam usaha pengembangan dan pembinaan pariwisata adalah kurangnya informasi yang lengkap tentang objek – objek kebudayaan terutama yang menyangkut sejarah dan nilai – nilai budayanya dalam rangka pemanfaatan dalam keperluan wisata budaya. Kemudian


(34)

dirasakan pula kurangnya pembinaan tenaga pramuwisata akan pengetahuan khusus tentang seni dan budaya pada masyarakat Batak Toba

Dilain pihak hingga kini belum ada pedoman – pedoman khusus bagi biro – biro perjalanan untuk meningkatkan peran sertanya dalam penyebarluasan dan pemanfaatan asset – asset kebudayaan untuk pengembangan wisata budaya. Kemudian dirasakan pula terjadinya benturan kepentingan antara cita – cita demi perekonomian yang dihadapakan pada kepentingan untuk mengejar dolar sang wisatawan. Demikian pula pada barang – barang kuno yang merupakan peninggalan leluhur nenek moyang, dengan mudahnya dialihkan dengan wisatwan. Hal ini jarang terjadi pada masyarakat Batak Toba yang tidak mengerti tentang tingginya nilai dari barang peninggalan leluhurnya. Mereka menjual barang – barang pusaka nenek moyangnya kepada wisatawan demi mendapat uang.

Dengan demikian mereka secara tidak sadar menghilangkan unsur – unsur kebudayaannya sendiri. Hal ini sangat disayangkan mengingat bahwa jika peninggalan tersebut hilang maka sangat susah menimbulkannya kembali. Pencegahan kearah itu sebaiknya segera dilakukan misalnya dengan menggantikan barang – barang pusaka yang asli dengan barang tiruan yang dapat dijual kepada wisatawan asing tersebut.

Dalam masalah pengembangan dan pembinaan seni budaya ini umumnya terdapat pada masyarakat pendukung itu sendiri yang mendapat pengaruh dari pariwisata itu sendiri. Namun harus disadari pula bahwa masyrakat tidaklah statis, mereka selalu bergerak sesuai dengan perkembangan zamannya. Yang harus menjadi perhatian sekarang adalah kurangnya perhatian masyarakat dan cenderung untuk


(35)

tidak mau bersusah payah untuk melakukan penggalian akan seni budaya tradisionalnya sendiri khususnya seni tradisional Batak Toba

4.2 Bagaimana Seni Budaya Tradisional masyarakat Batak Toba dalam menarik wisatawan

Setiap daerah berusaha untuk menarik lebih banyak wisatawan. Salah satu usaha yang dapat kita lakukan untuk menarik kedatangan wisatawan adalah dengan jalan memelihara dan membina seni budaya yang dimiliki daerahnya itu sendiri. Dengan dasar pemikiran, bila suatu daerah sama – sama memiliki keindahan alam, fasilitas sarana dan prasarana, dan tempat – tempat rekreasi yang lengkap dan sama pula maka pilihan terakhir yang kita tawarkan pada wisatawan terletak pada kekhasan objek dan atraksi yang dimiliki oleh tiap daerah.

Membina dan mengembangkan seni budaya tradisional bukanlah suatu yang mudah. Hal ini haruslah dilakukan secara sadar dan terencana. Apalagi tujuan utamanya adalah untuk konsumsi wisatawan, karena harus memperhatikan kualitas yang seharusnya dipelihara. Dalam lokakarya dan Rapat Kerja Direktorat Jendral Pariwisata tangggal 13 – 16 Oktober 1980 di Medan, Direktorat Jendral Kebudayaan dalam makalahnya dikatakan bahwa adanya suatu petunjuk pelaksanaan penyusunan program m pengembangan dan pembinaan objek – objek kebudayaan yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan wisata budaya. Namun sebenarnya satu – satu jalan untuk pengembangan dan pembinaan seni budaya ini adalah dengan membenahi seni budaya yang dimiliki, memugarnya, menggali dan mengembangkannya dan kemudian dalam jangka panjang dan terus – menerus dibina


(36)

secara teratur. Disamping itu barang – barang seni budaya kita telah dibawa diluar negeri perlu diusahakan pula untuk dikembalikan ke asalnya.

Dalam Undang – Undang Republik Indonesia No 9 tahun 1990, tentang kepariwisataan disebutkan adanya beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam usaha pengembangan dalam usaha pengembangan objek dan daya tarik wisata, yakni:

a. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya

b. Nilai – nilai agama, adat – istiadat, serta pandangan dan nilai – nilai yang hidup dalam masyarakat

c. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup d. Kelangsungan usaha periwisata itu sendiri

Pengembangan dan pembinaan seni budaya sering dikaitkan dengan usaha perlawanan terhadap pengaruh dari kedatangan wisatawan asing yang menyentuh semua aspek kehidupan sehingga mempengaruhi pola hidup dan sikap masyarakat serta dapat menggoyahkan nilai – nilai luhur masyarakat yang mendukung kebudayaan itu sendiri. Pengaruh – pengaruh yang merugikan itu perlu mendapat perhatian khususnya yang terhadap kegiatan – kegiatan seni budaya. Untuk mengatasi pengaruh negatif ini Pemerintah Tingkat II Kabupaten Samosir melakukan pembinaan masyarakat untuk sadar wisata. Usaha pembinaan masyarakat sadar wisata ini berupa menggalakkan pemeliharaan segi – segi positif yang merupakan kegiatan sifat masyarakat yang langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi


(37)

pengembangan masyarakat itu sendiri ataupun bagi wisatawan (www.samosirkab.go.id)

Kegiatan – kegiatan ini meliputi kegiatan kebersihan, pemeliharaan lingkungan, (penghijauan atau reboisasi hutan, pengindahan kota dan menanam bunga), keramahtamahan masyarakat dalam menerima dalam menerima dan melayani wisatawan, dan juga meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pendidikan keagamaan di kalangan remaja sesuai dengan kepercayaan masing – masing untuk mencegah pengaruh negatif yang mungkin dibawa oleh wisatawan asing.

Pengembangan dan pembinaan seni dan budaya tradisional ini tidak mungkin dikerjakan sambil lalu saja, melainkan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan sangat kompleks serta memerlukan keterlibatan berbagai pihak. Tiap – tiap pihak ini harus dikoordianasi dan dimotivasi agar tercipta persamaan persepsi dalam pelaksanaannya, khususunya sebagai suatu daya tarik wisata. Disamping itu dalam pengembangan dan pembinaan membutuhkan suatu keterampilan yang tinggi serta harus digerakkan secara professionalisme itu tidak cukup hanya diperoleh dari pendidikan formal saja melainkan harus dipupuk dengan tekun melalui pengalaman yang bertahun – tahun. Dengan demikian harus ada rencana dan kegiatan terus – menerus dalam usaha pengembangan dan pembinaanya. Tinggal sekarang bagaimana kita merencakannya agar dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhannya.


(38)

4.3 Upaya Melestarikan Seni Budaya Pada Masyarakat Batak Toba Dalam Pengembangan Parwisata di Kabupaten Samosir

Melestarikan seni budaya tradisional merupakan hal yang sangat mendukung wisata budaya yang dilihat dari kepentingan parwisatanya dan apabila dilihat dari segi kepentingan bangsa, usaha meletarikan itu bertujuan agar bangsa kita tidak kehilangan ciri – ciri kebudayaannya dalam gejolak kemajuan dan pengembangan teknologi untuk mencapai pembangunan yang sedang digalakkan pemerintah.

Upaya melestarikan ini khususnya dalam kehidupan seni budaya Batak Toba, seperti usaha pertenunan ulos, usaha – usaha rumah tangga yang menghasilkan barang – barang kerajinan baik untuk konsumsi wisatawan amaupun untuk menunjang berkembangnya kesenian itu sendiri. Namun hendaknya barang – barang kerajinan yang digunakan sebagai souvenir atau oleh – oleh bagi wisatawan tersebut hendaklah dibuat dengan mutu yang baik dan terjamin dan dijual dengan harga yang terjangkau. Dengan demikian kiranya wisatawan akan tetap membelinya dan sekaligus dapat mengharumkan daerah tempat barang itu dibuat dan hal itu merupakan suatu promosi yang baik bagi keparwisataan kita.

Berdasarkan hasil interview yang dilakukan dan olahan saya sendiri, dapat disimpulkan untuk menunjang agar pelestarian seni budaya tradisional dapat berhasil, maka upaya – upaya melestarikan yang dapat dilakukan antara lain adalah :

a. Pemerintah harus menggalakan sadar wisata pada penduduk dan mengarahkan penduduk serta para penghasil industri pariwisata untuk menciptakan suasana yang bersih, aman, dan tentram sehingga memudahkan wisatawan yang berkunjung.


(39)

b. Menyediakan pusat – pusat informasi bagi wisatawan, tempat mereka dapat memperoleh penjelasan tentang segala sesuatu objek budaya yang hendak dikunjungi dengan dilengkapi selebaran atau brosur yang menerangkan masing – masing objek wisata seni budayanya secara terperinci

c. Pramuwisata yang memandu wisatawan yang harus dapat berfungsi sebagai juru penerang yang baik sehingga para wisatawan dapat menghayati betapa pentingnya memelihara seni budaya seni bangsa, karena selain disaksikan untuk mengagumi keindahan juga dapat sebagai objek penelitian yang tidak habis – habisnya

d. Pemerintah tidak menciptakan peraturan yang berbelit – belit yang sifatnya menyusahkan dunia usaha kepariwisataan terlebih lagi bagi wisatawan itu sendiri

e. Pemerintah bekerjasama dengan dunia usaha kepariwisataan dalam membuat patokan tentang larangan barang peninggalan sejarah yang dapat dijual dan yang tidak dapat dijual

f. Perlunya ditingkatkan fasilitas dan mutu pendidikan di Kabupaten Samosir untuk mencegah generasi muda agar tidak meninggalkan pendidikannya sebagai akibat usaha pengembangan kepariwisataan yang banyak menyerap tenaga kerja

g. Perlunya diadakan investarisme dan evaluasi tentang objek wisata potensial yang dapat digali, dikembangkan dan diharapkan dapat melestarikan warisan seni budaya yang hampir punah


(40)

h. Museum hendaknya dapat menggugah wisatawan yang datang untuk menghargai benda – benda seni budaya dan ikut seta menjaga warisan budaya yang langkah tersebut

Usaha yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menanamkan kesadaran di kalangan para wisatawan sendiri untuk bersama – sama memelihara dan menghargai objek – objek wisata yang terdiri dari warisan budaya nenek moyang bangsa kita. Sebenarnya ada pertentangan antara hasrat untuk melestarikan dan keinginan adanya keterbukaan untuk dilihat dan dikunjungi orang, sehingga menjadi sumber masalah yang tidak henti – hentinya. Masyarakat yang terbuka lambat laun akan menyerap atau bahkan memasukkan unsur budaya asing kedalam budaya tradisionalnya.

Namun sesungguhnya kita dapat menutup diri terhadap kunjungan orang banyak, karena pengunjung itulah maka benda – benda seni budaya itu menjadi berarti. Para wisatawan dalam negeri mengunjungi karena setiap warisan budaya ada yang merupakan bagian dari warisan budaya umat manusia didunia sebagai suatu keseluruhan. Oleh karena itu satu – satunya jalan ialah membuka pintu warisan budaya di Kabupaten Samosir terhadap kunjungan wisatawan dan mencoba menggali warisan – warisan budaya yang masih terpendam dalam alam dan waktu, tetapi dilain pihak kita tetap mengimbangi dengan pemeliharaan yang memadai. Disinilah perlunya suatu konsep dan strategi dalam membina dalam membina seni budaya dan tentunya tidak membuat jarak antara seni budaya itu dan para pengagumnya.


(41)

BAB V

PENUTUP

Kebudayaan merupakan bagian dari sejarah dan warisan leluhur suatu suku bangsa dan merupakan identitas suatu daerah yang membedakannya dengan yang lain. Kehidupan seni budaya tradisional pada masyarakat Samosir merupakan suatu seni budaya yang mempunyai ciri khas tersendiri dan mempunyai nilai seni yang tinggi oleh karena itu harus terus dilestarikan keberadaannya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai asset kepariwisataan di Kabupaten Samosir.

Upaya pelestarian seni budaya tradisional Batak Toba sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan secara bijaksana serta harus peka terhadap perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perkembangan teknologi, modrenisasi, pola hidup dan cara berpikir masyarakatnya agar seni budaya Batak Toba tersebut tidak hilang begitu saja di dalam gejolak modrenisasi dan perkembangan teknologi, dan juga agar pembangunan kepariwisataan Batak Toba dapat terus berjalan secara berkelanjutan.

Namun sekarang keberadaan seni budaya tradisional Batak Toba sudah banyak yang hampir pudar. Hal ini terjadi karena beberpa faktor diantaranya pengaruh modrenisasi, sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modren, pola hidup dan cara berpikir yang lebih praktis yang cenderung membuat semakin berkurangnya perhatian masyarakat, khususnya masyarakat Batak Toba untuk melekukkan penggalian terhadap seni budaya peninggalan leluhurnya. Keadaan ini bila tidak diadakan pembinaan sedini mungkin dikhawatirkan daya tarik wisata di


(42)

Kabupaten Samosir akan menjadi hilang karena tidak lagi mempunyai kehasan dan kepribadian sendiri. Padahal salah satu cara untuk menarik kedatangan wisatawan adalah dengan jalan memelihara dan membina seni budaya yang dimiliki daerah tersebut, dengan harapan bila keindahan alam sebagai objek wisata, fasilitas sarana dan prasarana telah juga dimiliki di daerah lain maka pilihan terakhir terletak pada kekhasan seni budaya tradisional di daerah tersebut.

Pengembangan dan pembinaan seni budaya Batak Toba akan sangat baik bila suatu instansi/lembaga yang khusus mengembangkan dan membina kebudayaan daerah Batak Toba, dalam hal ini menunjang pariwisata daerah misalnya dengan membuat atraksi wisata budaya Batak Toba sebagai event atau pertunjukan yang berlangsung secara periodik dalam jangka waktu tertentu sepanjang tahun. Namun yang sangat penting adalah dibutuhkan kesadaran dalam diri masyarakat Batak Toba sendiri untuk mendukung dan melestarikan seni budaya tradisonal Batak Toba.

Kesadaran dapat ditumbuhkan dengan baik misalnya melalui media massa, seminar, karya tulis, maupun pendidikan atau pengetahuan tentang kehidupan budaya Batak Toba dalam lingkungan masyarakat dan keluarga khusunya bagi generasi muda. Pembangunan kepariwisataan adalah pembangunan yang lintas sektoral yang menyangkut sektor lain maka diperlukan dukungan dan kerja sama dari semua pihak untuk melaksanakanya, yakni pemerintah dalam menciptakan iklim yang sehat dan kesejahteraan bagi masyarakat dan pihak masyarakat dalam menghadapi dan menerima dampak dari kegiatan kepariwisataan ini

Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara perlu terus dikembangkan prasarana dan sarana kepariwisataan serta kesadaran


(43)

masyarakatnya untuk sadar wisata dalam meningkatkan arus kunjungan wisatawan dengan tetap memelihara kepribadian masyarakatnya yang utuh sehingga memberikan andil yang besar bagi pembangunan nasional berupa peningkatan penerimaan devisa negara, peningkatan pendapatan daerah, memperluas kesempatan kerja dan turut membina dan menggalang persaudaraan antar bangsa melalui pengenalan seni budaya dan adat istiadat suatu daerah.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Denpasar: PT. Upada Sastra

Koentjaraningrat, 1969. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara

Koentjaraningrat, 1982. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Salim, Warsani. 1978. Pengantar Antropologi Budaya. Medan: Fakultas Hukum USU

Sinaga, Richard. 1997. Leluhur Marga Batak Dalam Sejarah Silsilah dan Legenda. Jakarta: PT Dian Utama

Spillane, James. 1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Yoeti, Oka A. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wali, Abdullah. 2000. Peraturan Pariwisata.

Medan: Badan Pariwisata Daerah Sumatera Utara Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak Wikipedia, (http://www.samosirkab.go.id)


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Djoeli, Hazed. 1999. Bahan Baku Informasi Objek Wisata di Sumatera Utara. Medan

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Denpasar: PT. Upada Sastra

Koentjaraningrat, 1969. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara

Koentjaraningrat, 1982. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Salim, Warsani. 1978. Pengantar Antropologi Budaya. Medan: Fakultas Hukum USU

Sinaga, Richard. 1997. Leluhur Marga Batak Dalam Sejarah Silsilah dan Legenda. Jakarta: PT Dian Utama

Spillane, James. 1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Yoeti, Oka A. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wali, Abdullah. 2000. Peraturan Pariwisata.


(1)

h. Museum hendaknya dapat menggugah wisatawan yang datang untuk menghargai benda – benda seni budaya dan ikut seta menjaga warisan budaya yang langkah tersebut

Usaha yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menanamkan kesadaran di kalangan para wisatawan sendiri untuk bersama – sama memelihara dan menghargai objek – objek wisata yang terdiri dari warisan budaya nenek moyang bangsa kita. Sebenarnya ada pertentangan antara hasrat untuk melestarikan dan keinginan adanya keterbukaan untuk dilihat dan dikunjungi orang, sehingga menjadi sumber masalah yang tidak henti – hentinya. Masyarakat yang terbuka lambat laun akan menyerap atau bahkan memasukkan unsur budaya asing kedalam budaya tradisionalnya.

Namun sesungguhnya kita dapat menutup diri terhadap kunjungan orang banyak, karena pengunjung itulah maka benda – benda seni budaya itu menjadi berarti. Para wisatawan dalam negeri mengunjungi karena setiap warisan budaya ada yang merupakan bagian dari warisan budaya umat manusia didunia sebagai suatu keseluruhan. Oleh karena itu satu – satunya jalan ialah membuka pintu warisan budaya di Kabupaten Samosir terhadap kunjungan wisatawan dan mencoba menggali warisan – warisan budaya yang masih terpendam dalam alam dan waktu, tetapi dilain pihak kita tetap mengimbangi dengan pemeliharaan yang memadai. Disinilah perlunya suatu konsep dan strategi dalam membina dalam membina seni budaya dan tentunya tidak membuat jarak antara seni budaya itu dan para pengagumnya.


(2)

BAB V

PENUTUP

Kebudayaan merupakan bagian dari sejarah dan warisan leluhur suatu suku bangsa dan merupakan identitas suatu daerah yang membedakannya dengan yang lain. Kehidupan seni budaya tradisional pada masyarakat Samosir merupakan suatu seni budaya yang mempunyai ciri khas tersendiri dan mempunyai nilai seni yang tinggi oleh karena itu harus terus dilestarikan keberadaannya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai asset kepariwisataan di Kabupaten Samosir.

Upaya pelestarian seni budaya tradisional Batak Toba sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dilakukan secara bijaksana serta harus peka terhadap perubahan yang disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perkembangan teknologi, modrenisasi, pola hidup dan cara berpikir masyarakatnya agar seni budaya Batak Toba tersebut tidak hilang begitu saja di dalam gejolak modrenisasi dan perkembangan teknologi, dan juga agar pembangunan kepariwisataan Batak Toba dapat terus berjalan secara berkelanjutan.

Namun sekarang keberadaan seni budaya tradisional Batak Toba sudah banyak yang hampir pudar. Hal ini terjadi karena beberpa faktor diantaranya pengaruh modrenisasi, sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modren, pola hidup dan cara berpikir yang lebih praktis yang cenderung membuat semakin berkurangnya perhatian masyarakat, khususnya masyarakat Batak Toba untuk melekukkan penggalian terhadap seni budaya peninggalan leluhurnya. Keadaan ini bila tidak diadakan pembinaan sedini mungkin dikhawatirkan daya tarik wisata di


(3)

Kabupaten Samosir akan menjadi hilang karena tidak lagi mempunyai kehasan dan kepribadian sendiri. Padahal salah satu cara untuk menarik kedatangan wisatawan adalah dengan jalan memelihara dan membina seni budaya yang dimiliki daerah tersebut, dengan harapan bila keindahan alam sebagai objek wisata, fasilitas sarana dan prasarana telah juga dimiliki di daerah lain maka pilihan terakhir terletak pada kekhasan seni budaya tradisional di daerah tersebut.

Pengembangan dan pembinaan seni budaya Batak Toba akan sangat baik bila suatu instansi/lembaga yang khusus mengembangkan dan membina kebudayaan daerah Batak Toba, dalam hal ini menunjang pariwisata daerah misalnya dengan membuat atraksi wisata budaya Batak Toba sebagai event atau pertunjukan yang berlangsung secara periodik dalam jangka waktu tertentu sepanjang tahun. Namun yang sangat penting adalah dibutuhkan kesadaran dalam diri masyarakat Batak Toba sendiri untuk mendukung dan melestarikan seni budaya tradisonal Batak Toba.

Kesadaran dapat ditumbuhkan dengan baik misalnya melalui media massa, seminar, karya tulis, maupun pendidikan atau pengetahuan tentang kehidupan budaya Batak Toba dalam lingkungan masyarakat dan keluarga khusunya bagi generasi muda. Pembangunan kepariwisataan adalah pembangunan yang lintas sektoral yang menyangkut sektor lain maka diperlukan dukungan dan kerja sama dari semua pihak untuk melaksanakanya, yakni pemerintah dalam menciptakan iklim yang sehat dan kesejahteraan bagi masyarakat dan pihak masyarakat dalam menghadapi dan menerima dampak dari kegiatan kepariwisataan ini

Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara perlu terus dikembangkan prasarana dan sarana kepariwisataan serta kesadaran


(4)

masyarakatnya untuk sadar wisata dalam meningkatkan arus kunjungan wisatawan dengan tetap memelihara kepribadian masyarakatnya yang utuh sehingga memberikan andil yang besar bagi pembangunan nasional berupa peningkatan penerimaan devisa negara, peningkatan pendapatan daerah, memperluas kesempatan kerja dan turut membina dan menggalang persaudaraan antar bangsa melalui pengenalan seni budaya dan adat istiadat suatu daerah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Denpasar: PT. Upada Sastra

Koentjaraningrat, 1969. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara

Koentjaraningrat, 1982. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Salim, Warsani. 1978. Pengantar Antropologi Budaya. Medan: Fakultas Hukum USU

Sinaga, Richard. 1997. Leluhur Marga Batak Dalam Sejarah Silsilah dan Legenda. Jakarta: PT Dian Utama

Spillane, James. 1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Yoeti, Oka A. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wali, Abdullah. 2000. Peraturan Pariwisata.

Medan: Badan Pariwisata Daerah Sumatera Utara Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak Wikipedia, (http://www.samosirkab.go.id)


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Djoeli, Hazed. 1999. Bahan Baku Informasi Objek Wisata di Sumatera Utara. Medan

Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi. Denpasar: PT. Upada Sastra

Koentjaraningrat, 1969. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara

Koentjaraningrat, 1982. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Salim, Warsani. 1978. Pengantar Antropologi Budaya. Medan: Fakultas Hukum USU

Sinaga, Richard. 1997. Leluhur Marga Batak Dalam Sejarah Silsilah dan Legenda. Jakarta: PT Dian Utama

Spillane, James. 1994. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Yoeti, Oka A. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wali, Abdullah. 2000. Peraturan Pariwisata.