IMPLIKASI PEMBELAJARAN ANGKLUNG TERHADAP PERKEMBANGAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK BERMAIN DAN TAMAN KANAK-KANAK ISLAM BINTANG CERIA BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Hipotesis... F. Metode Penelitian... G. Populasi dan Sampel...

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Anak Usia Dini... B. Perkembangan Sosial Pendidikan Anak Usia Dini... C. Pembelajaran Angklung...

1. Pengertian Angklung………

2. Perkembangan Jenis-jenis Kesenian Angklung…..………. 3. Instrumen Angklung………..………. D. Manfaat Belajar Musik Bagi Anak... E. Keterkaitan Pembelajaran Angklung dengan perkembangan

Sosial Anak Usia Dini... BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian…...

1. Tempat Penelitian……….

2. Waktu Penelitian………...

B. Metode Penelitian... i ii v viii ix 1 5 6 6 7 7 8 9 11 15 15 16 18 19 21 26 26 26 30


(2)

C. Populasi dan Sampel Penelitian...

1. Populasi………

2. Sampel………...

D. Variabel Penelitian dan Sumber Data...

1. Variabel Penelitian………..

2. Sumber Data……….

E. Instrumen Penelitian…………...

1. Pedoman Observasi………

2. Pedoman Wawancara………...

3. Studi Dokumentasi………...

F. Teknik Analisis Data... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 1. Deskripsi Umum Implikasi Pembelajaran Angklung

Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Dini………. 2. Deskripsi Khusus Perkembangan Perilaku Sosial dan Anti

Sosial Siswa Selama Proses Pembelajaran Angklung……….. a. Perkembangan Perilaku Sosial Siswa………. b. Perkembangan Perilaku Anti Sosial Siswa………. 3. Deskripsi Khusus Perkembangan Perilaku Sosial dan Anti

Sosial Siswa Selama Proses Pembelajaran Perkusi………….. a. Perkembangan Perilaku Sosial Siswa………. b. Perkembangan Perilaku Anti Sosial Siswa………. B. Pembahasan... BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 30 30 31 32 32 33 33 33 34 35 36 38 38 40 40 45 46 46 52 56 59 60


(3)

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Musik adalah gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai wujud pikiran dan perasaannya. Setiap cetusan hati nurani atau daya cipta manusia dalam bentuk suara maupun alat musik itu sendiri merupakan suatu penjelmaan dari buah pikiran manusia yang dinyatakan dalam suatu bentuk yang bernama musik. Menurut Aristoteles dalam Wikipedia bahasa Indonesia (ensiklopedia bebas), musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.

Angklung termasuk dalam katagori musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat yang cukup berpengaruh bagi perkembangan musik di Indonesia pada khususnya dan di dunia international pada umumnya. Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan. Bunyi yang dihasilkan disebabkan oleh benturan badan bambu yang berbentuk seperti pipa, sehingga menghasilkan suara yang bergetar. Angklung bisa saja dimainkan oleh satu orang, namun harmonisasi bunyi angklung yang


(5)

2

sahut menyahut yang dimainkan oleh beberapa orang akan terdengar lebih indah dan unik. Karena itulah angklung penuh dengan unsur pendidikan, bukan sekedar bermain musik tetapi justru proses bermain angklung-lah yang penting. Sehingga dalam bermain angklung terkandung nilai-nilai gotong royong, disiplin, kreativitas, ketangkasan, konsentrasi, dan tanggungjawab.

Berbicara tentang angklung, maka tidak akan terpisahkan dengan tokoh yang bernama Daeng Sutigna. Daeng Sutigna adalah tokoh angklung modern dari tatar Sunda, yang berhasil membuat angklung diatonis (do-re-mi-fa-so-la–si) yang digubahnya dari angklung pentatonis (da-mi-na-ti-la). Tanpa beliau, angklung (pentatonis) hanya bisa menyanyikan lagu-lagu tradisional, namun kini dengan angklung diatonis dapat pula dimainkan lagu-lagu modern.

Sejak tahun 1938, Daeng sutigna dengan tekun mengadakan eksperimen-eksperimen tentang angklung. Sebagai salah satu unsur seni budaya bangsa, angklung merupakan warisan yang pantas dipupuk dan dikembangkan agar mendapat tempat yang layak di kalangan masyarakat luas. Pada perkembangannya di dunia pendidikan, angklung ditetapkan sebagai salah satu alat pendidikan. Melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, tanggal 23 Agustus 1963, No. 082/1968 menyebutkan :

1. Menetapkan angklung sebagai alat pendidikan musik dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Menugaskan Direktur Jenderal Kebudayaan untuk mengusahakan agar angklung dapat ditetapkan sebagai alat pendidikan musik tidak hanya dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Penulisan skripsi ini lebih dititikberatkan pada penelitian pembelajaran angklung pada siswa taman kanak-kanak. Anak taman kanak-kanak termasuk


(6)

3

dalam kelompok umum prasekolah atau dengan kata lain anak usia dini. Pada umur 2-6 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukannya secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.

Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru, dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya.

Perkembangan sosial anak juga mempengaruhi tumbuh dan berkembanganya anak pada usia remaja dan dewasa. Banyak pendapat dan gagasan tentang perkembangan anak usia dini, Montessori dalam ( Introduction to Psychology) yakin bahwa pendidikan dimulai sejak bayi lahir. Bayipun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, diajak bercanda, dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran


(7)

4

sampai usia enam tahun, biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu juga dipengaruhi seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak usia dini. Karena perkembangan mental usia-usia awal berlangsung cepat, maka periode ini tidak boleh disepelekan. Pada tahun-tahun awal ini anak-anak memiliki periode-periode sensitive, atau kepekaan untuk mempelajari dan berlatih sesuatu. Sebagian besar anak-anak berkembang pada masa yang berbeda, dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka.

Berdasarkan pengamatan pembelajaran angklung yang di terapkan penulis pada taman kanak-kanak, banyak hal yang penulis dapatkan. Diantaranya anak pada usia ini rasa ingin tahu akan sesuatu hal sangat menonjol. Ketika penulis memperkenalkan alat musik angklung, ada anak yang merasa tertarik, dan ada anak yang tidak begitu tertarik untuk mempelajari angklung. Dengan bimbingan dan pelatihan maka anak-anak pun berantusias untuk mempelajari angklung.

Keindahan suara angklung hanya dapat dinikmati apabila angklung dimainkan secara bersama-sama karena satu angklung hanya dapat memainkan satu nada sehingga butuh banyak angklung untuk dapat memainkan suatu karya musik. Melalui pembelajaran alat musik angklung kepada anak usia dini di taman kanak-kanak, secara tidak langsung berimplikasi terhadap perkembangan sosial anak. Secara teoritis anak memiliki rasa ingin tau tentang angklung, dan belajar untuk memainkannya. Diperlukan kebersamaan, kekompakan dalam memainkan angklung untuk menghasilkan bunyi yang sempurna.


(8)

5

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut,bagaimana implikasi pembelajaran angklung dalam membangun kemampuan sosial anak taman kanak-kanak( TK )

B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang telah di uraikan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, “Bagaimanakah Implikasi pembelajaran angklung terhadap perkembangan kemampuan sosial anak usia dini pada “Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung?” Permasalahan ini dapat di uraikan kembali menjadi beberapa pertanyaan penelitian antara lain:

1. Bagaimana perkembangan perilaku sosial siswa TK ? 2. Bagaimana perkembangan perilaku anti sosial siswa TK ?

Adapun uraian tentang permasalahan sebagai identifikasi variable ada 3 hal utama yang perlu di jelaskan yakni :

1. Implikasi : Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia penerbit lintas media Jombang, Implikasi ; keterlibatan/keadaan terlibat. Dalam Kamus Bahasa Inggris Implikasi: Implication yang artinya Maksud,pengertian,terlibatnya Jadi implikasi adalah suatu keterlibatan secara tidak langsung

2. Angklung : Salah satu jenis alat musik idophone yang berasal dari daerah jawa barat. Angklung terbuat dari potongan bambu yang tipis atau dari bambu yang bersurat berwarna coklat, untuk membunyikannya dengan cara di gerakan atau di goyangkan dengan tabung suara sebagai sumber bunyinya.


(9)

6

3. Perkembangan sosial anak usia dini : suatu proses yang berkesinambungan dan terus menerus terjadi didalam suatu individu yang mana terdapat perubahan-perubahan perilaku dan sikap dari umur 0-6 tahun yang termasuk anak usia dini

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana Implikasi dari pembelajaran angklung terhadap perkembangan kemampuan sosial anak usia dini yaitu perkembangan perilaku sosial dan anti sosial pada siswa “Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung”.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk melestarikan musik angklung. selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, terutama :

1. Peneliti

Merupakan pengalaman berharga dalam membuat formula penelitian dari awal sampai pada hasil kesimpulan yang diperoleh.

2. Kelompok bermain dan taman kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung

Selain Penanaman rasa mencintai, memiliki kebudayaan Indonesia khususnya musik angklung, di harapkan nilai-nilai budaya seperti gotong royong


(10)

7

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, dan di lingkungan keluarga mulai dari usia dini.

3. Mahasiswa Universitas pendidikan Indonesia

Sebagai bahan masukan pengembangan pembelajaran musik angklung bagi siswa usia dini, dan sebagai bahan kajian bagi penelitian berkaitan dengan manfaat pembelajaran angklung. Memberikan arahan bagi mahasiswa UPI yang akan meneliti lebih lanjut tentang musik angklung.

4. Masyarakat umum

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini masyarakat kita akan lebih mencintai, peduli dan berusaha untuk melestarikan warisan kebudayaan nenek moyang.

E. HIPOTESIS

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Hipotesis alternatif ( Ha ) : terdapat peningkatan perilaku sosial dan penurunan perilaku anti sosial pada siswa

2. Hipotesis Nihil ( Ho ) : tidak ada peningkatan perilaku sosial dan penurunan perilaku anti sosial pada siswa

F. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ex post facto yang berarti penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Dalam


(11)

8

pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

2. Studi Dokumentasi 3. Wawancara

Sedangkan instrument penelitian yang di gunakan meliputi : 1. Pedoman observasi


(12)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung yang berlokasi di jalan Terusan Sukamulya no 15 Bandung. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki semua aspek pendukung agar penelitian dapat berjalan dengan baik.

2. Waktu penelitian

Penelitian di laksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2007 yaitu antara bulan Juli 2007 sampai dengan Bulan Desember 2007 dengan alokasi sebagai berikut :

Jadwal kegiatan Bulan Pelaksanaan 2007

Juli Agustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.Pra pelaksanaan

penelitian a.Survei

b.Menentukan Judul & Topik Penelitian c.Pembuatan Proposal d.Menyelesaikan Administrasi Penelitian e.Menentukan Instrumen Penelitian 2.Pelaksanaan a. Pengumpulan data


(13)

27

Adapun penjelasan dari tabel waktu penelitian di atas sebagai berikut : 1. Pra Pelaksanaan Penelitian

a. Survei

Survei yang dilakukan oleh peneliti disini adalah meninjau secara langsung lokasi penelitian yang akan dijadikan sebagai objek penelitian yaitu KB.TK Islam Bintang Ceria Bandung.

b. Menentukan Judul dan Topik Penelitian

Setelah melakukan survei lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menetukan judul penelitian yang diikuti oleh rumusan masalah penelitian.

c. Pembuatan Proposal

Berdasarkan hasil dari survei di lapangan, selanjutnya disusunlah proposal penelitian untuk diajukan kepada dewan skripsi.

d. Menyelesaikan Administrasi Penelitian

Setelah proposal disetujui oleh dewan skripsi, maka langkah selanjutnya yang harus diselesaikan sebelum penelitian melaksanakan penelitian adalah menyelesaikan masalah administrasi yang berhubungan erat dengan surat perizinan, berupa :

SK (Surat Keputusan) pengangkatan Pembimbing I & II b.Proses Bimbingan

c.Pengolahan data 3.Penyusunan Laporan a.Penyusunan data b.Pengetikan Data c.Penggandaan Laporan Penelitian


(14)

28

1. Surat permohonan izin penelitian dari Rektor UPI yang melalui proses terlebih dahulu dari urusan bagian BAAK UPI.

2. Mengurus surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan.

3. Mengurus surat rekomendasi dari pihak sekolah yang menjadi lokasi penelitian yakni KB.TK Islam Bintang Ceria Bandung.

e. Menentukan Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini merupakan alat yang dapat mengumpulkan data-data tentang hasil kemampuan siswa.

(1) Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan studi dokumentasi.

(2) Sistem Penilaian

Penilaian dilakukan ketika awal kegiatan, selama kegiatan berlangsung dan terus diamati sampai dengan akhir kegiatan. Hal yang dinilai oleh peneliti adalah tingkat kemampuan sosial siswa,

2. Pelaksanaan 2.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Proses pengumpulan data lebih banyak menggunakan data dokumenter catatan tentang perilaku siswa yang ditunjang dengan hasil observasi dan wawancara.


(15)

29 2.2 Proses Bimbingan

Melalui proses bimbingan dengan pembimbing I & II yang ditetapkan oleh dewan skripsi telah peneliti lakukan mulai dari persiapan penelitian sampai menjelang ujian sidang skripsi.

2.3.Pengolahan Data

Untuk menguji kebenaran informasi, dilakukan pengolahan data dengan cara melengkapi data yang telah disusun menjadi tulisan, sehingga data yang telah diolah tersebut menjadi akurat dan valid.

Validitas Menurut Sutrisno Hadi (1990 : 102) Validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan benar gejala atau sebagian gejala yang hendak diukur, artinya tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

3. Penyusunan Laporan 3.1. Penyusunan Data

Penyususnan data/informasi penelitian dilakukan setelah melalui tahap pengolahan data. Langkah penyusunan data ini dilaksanakan agar laporan penelitian menjadi sistematis.

3.2. Pengetikan Data

Proses ini dilakukan setelah data tersusun dengan sistematis melalui proses bimbingan terlebih dahulu.


(16)

30 3.3. Penggandaan Laporan Penelitian

Penggandaan laporan penelitian dilakukan setelah semua isi laporan penelitian telah disetujui oleh pembimbing I & II.

B. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ex post facto yang berati penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.

Dalam pengertian yang lebih khusus, (Furchan, 383:2002) menguraikan bahwa penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah

perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami.

Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung, sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya sesuatu.


(17)

31 C. Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 115) bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas TK.B di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (arikunto, 2002: 117). Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik “sampling purposive” yaitu dengan cara memilih siswa yang sekiranya dianggap dapat mendukung pelaksanaan penelitian. Sesuai pernyataan Sugiyono, bahwa “Sampling Purposive adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” ( 2006: 124). Dalam hal ini yang menjadi sampel dalam penelitian adalah siswa kelas TK.B yang berjumlah 10 orang

Tabel Sampel Penelitian

No. Nama Siswa Jenis Kelamin L/P

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Akmal Axel Dafa Habib Hasya Hana Lutfi Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki


(18)

32 8.

9. 10.

Mia Nanta Ralita

Perempuan Laki-laki Perempuan

D. Variabel Penelitian dan sumber data 1. Variabel Penelitian

Variabel menurut Nana Sudjana adalah ciri atau karakteristik dari individu objek peristiwa yang nilainya berubah-ubah. Ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan baik secara kuantitaif maupun kualitatif (2001 : 21).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel sebagai kerangka penelitian sebagai berikut :

Variabel Penelitian

- Variabel bebas x adalah pembelajaran angkung

- Variabel y adalah perkembangan kemampuan sosial anak 1. Variabel bebas ( x )

“Variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi secara sistematis, misalnya metode mengajar, jumlah kelompok dan sebagainya” (Sukardi :179). Maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran angklung.

Variabel dependent ( y ) Perkembangan kemampuan

sosial anak Variabel Independent (x )


(19)

33 2. Variabel Terikat ( y )

“Variabel terikat adalah variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi variabel bebas” (Sukardi : 179).

Maka variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan kemampuan sosial anak usia dini.

2. Sumber data

a. Data tentang pembelajaran Angklung

Sumber data atau informasi yang penulis gunakan untuk variabel pembelajaran angklung, di dapat dari proses pembelajaran angklung yang dilakukan siswa di sekolah. Dimana peneliti bertindak langsung sebagai guru mata pelajaran seni musik.

b. Data tentang kemampuan sosial anak

Sumber data yang penulis gunakan untuk variabel ini didapat dari siswa taman kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung yang berjumlah 10 orang siswa dan menjadi sampel dalam penelitian ini, dengan cara melihat perkembangan sosial anak setelah mendapatkan pembelajaran angklung kemudian diolah dan dianalisis untuk kebenaran hipotesis penelitian.

E. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu penelitian.


(20)

34 1. Pedoman Observasi

Observasi yang di lakukan penulis adalah dengan mengamati secara langsung proses kegiatan belajar mengajar di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung. Seperti yang sudah di jelaskan di atas sumber data yang di kumpulkan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran angklung dan kemampuan sosial anak. Hasil perilaku kemampuan sosial anak merupakan implikasi dari pembelajaran angklung yang di lakukan oleh siswa taman kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung. Dalam hal ini peneliti mengadakan perbandingan dengan perilaku sosial siswa pada saat mendapatkan pelajaran seni musik yang sama yaitu permainan perkusi. Perkusi adalahadalah alat musik yang menghasilkan suara dengan dipukul, ditabuh, digoyang, digosok, atau tindakan lain yang membuat objek bergetar, baik dengan suatu alat, tongkat, maupun dengan tangan kosong. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa, talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya. Mengingat bahwa penulis pernah mengadakan pembelajaran perkusi yaitu jimbe maka penulis membandingkan perilaku perkembangan sosial siswa pada saat mendapakan pembelajaran jimbel dan perilaku sosial siswa pada saat mendapatkan pembelajaran angklung.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang erat kaitanya dengan objek penelitian, alat bantu


(21)

35

yang digunakan peneliti berupa lembar pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan data secara kuantitatif.

Adapun wawancara yang dilakukan oleh penulis meliputi : a. Orang tua siswa. Point-point yang di tanyakan antara lain :

1) Bagaimana perilaku sosial orang tua dan anak pada saat berada di rumah ? 2) Bagaimana perilaku sosial anak dengan saudara kandungan ( jika ada ) di

rumah ?

3) Bagaimana perilaku sosial anak dan teman-teman bermain di lingkungan rumah ?

4) Apakah ada perilaku anti sosial yang tampak ketika anak berada di lingkungan rumah ?

b. Guru wali kelas. Point-point yang ditanyakan antara lain : 1) Bagaimana perilaku siswa dengan guru wali kelas ? 2) Bagaimana perilaku siswa dengan guru-guru yang lain ? 3) Bagaimana perilaku siswa dengan teman-teman sekelasnya ?

4) Bagaimana perilaku siswa dengan teman- teman di lingkungan sekolah ? 5) Apakah ada perilaku anti sosial siswa baik kepada guru maupun kepada

teman-teman di lingkungan sekolah ? 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi sangat membantu melengkapi data dalam hal pengecekan kebenaran informasi atau data yang diperoleh peneliti melalui wawancara dan observasi. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam studi dokumentasi ini adalah :


(22)

36

a. Melakukan pengambilan gambar pada saat proses pembelajaran berlangsung berupa foto.

b. Untuk memperoleh data mengenai perkembangan kemampuan sosial anak penulis membuat Buku penghubung antara pihak sekolah dan orang tua siswa, untuk mempermudah didalam penelitian dimaksud.

F. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih sederhana. Data penelitian akan dianalisis secara kuantitatif. Data kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran hasil observasi selama penelitian dilakukan serta untuk mempertajam analisis data.


(23)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini penulis menyampaikan beberapa kesimpulan. Pertama, hasil perbandingan perkembangan perilaku sosial siswa Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanan Islam Ceria Bandung sebelum dan selama proses pembelajaran angklung menunjukan perubahan yang signifikan.

Sebelum siswa mendapatkan pembelajaran angklung jumlah frekuensi indikator berbagi makanan selama lima minggu 27 , membantu guru merapikan mainan 28, dan berbagi bekal makanan 22. Selama siswa mendapatkan pembelajaran angklung jumlah frekuensi indikator berbagi makanan 40, membantu guru merapikan mainan 37, dan berbagi mainan dengan teman 37 . Sehingga jumlah keseluruhan perilaku sosial sebelum pembelajaran angklung 77, dan jumlah keseluruhan perilaku sosial siswa selama pembelajaran angklung 114. Dari hasil perhitungan di atas maka perilaku sosial siswa sebelum mendapatkan pembelajaran angklung dan selama mendapatkan pembelajaran angklung yaitu 77<114 dalam artian bahwa ada peningkatan perilaku perkembangan sosial.

Pengujian hipotesis berdasarkan data yang ada yaitu perkembangan sosial siswa sebelum pembelajaran angklung 77 dan perkembangan sosial siswa selama pembelajaran angklung 114 ( 77 < 114 ) maka demikian hipotesa nihil ( H0 )


(24)

yang berbunyi “tidak ada peningkatan perilaku sosial dan penurunan perilaku anti sosial pada siswa “ di tolak. Sedangkan Hipotesa alternatif ( Ha ) yang berbunyi “ Terdapat peningkatan perilaku sosial dan penurunan perilaku anti sosial pada siswa” di terima.

Dengan demikian Pembelajaran angklung secara tidak langsung berpengaruh positif kepada perkembangan perilaku sosial siswa.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat di ajukan saran-saran sebagai berikut :

Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan perkembangan perilaku sosial siswa baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, maka disarankan adanya kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Bagi guru-guru pengajar diharapakan dapat memasukan unsur- unsur perilaku sosial dalam menyampaikan materi serta memperhatikan perkembangan sosial siswa, baik antara siswa dan guru, maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Dalam penelitian ini penulis menemukan banyak sekali fakta-fakta yang tidak penulis jabarkan dalam karya tulis ini, hal ini memberikan peluang kepada mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai implikasi dari pembelajaran angklung terhadap anak usia dini.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Awi Supardiman, Budi. (2004) Panduan Memainkan Angklung. [On Line]. Tersedia :

http//angklung-web-institute.com/content/view/22/25/lang, en/.[5 Maret 2008] Goode, Caron B. (2005) Optimizing Your Child’s Talent. Jakarta : PT Bhuana Ilmu

Populer.

Hanifah, Ifah. (2006) Traditional Music. [On Line]. Tersedia :

http//angklung-web-institute.com/content/view/22/25/lang, en/.[5 Maret 2008]

Hartati, Sofia. (2005) Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta : Dirjen

Dikti.

Isjoni, H. (2008) Model Pembelajaran Yang Efektif Pendidikan Anak Usia Dini. [On

Line]. Tersedia : http//www.isjoni.net/web/-isjoni.net. [24 April 2008]

Kurnia, Ganjar. (2003) Deskripsi kesenian Jawa Barat.[On Line]. Tersedia :

http://id.wikipedia.org/wiki/Angklung.[ 23 November 2008 ]

Masunah, Juju, DKK. (2003) Angklung Di Jawa Barat Jilid I. Bandung : P4ST

UPI-Bandung.

Nugroho, A. (1999) Psikologi Anak 2. Jakarta : PT Intisari Mediatama

Semiawan, Conny R. (2002) Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Usia Dini.

Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.


(1)

34 1. Pedoman Observasi

Observasi yang di lakukan penulis adalah dengan mengamati secara langsung proses kegiatan belajar mengajar di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung. Seperti yang sudah di jelaskan di atas sumber data yang di kumpulkan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran angklung dan kemampuan sosial anak. Hasil perilaku kemampuan sosial anak merupakan implikasi dari pembelajaran angklung yang di lakukan oleh siswa taman kanak-kanak Islam Bintang Ceria Bandung. Dalam hal ini peneliti mengadakan perbandingan dengan perilaku sosial siswa pada saat mendapatkan pelajaran seni musik yang sama yaitu permainan perkusi. Perkusi adalahadalah alat musik yang menghasilkan suara dengan dipukul, ditabuh, digoyang, digosok, atau tindakan lain yang membuat objek bergetar, baik dengan suatu alat, tongkat, maupun dengan tangan kosong. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa, talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya. Mengingat bahwa penulis pernah mengadakan pembelajaran perkusi yaitu jimbe maka penulis membandingkan perilaku perkembangan sosial siswa pada saat mendapakan pembelajaran jimbel dan perilaku sosial siswa pada saat mendapatkan pembelajaran angklung.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang erat kaitanya dengan objek penelitian, alat bantu


(2)

35

yang digunakan peneliti berupa lembar pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan data secara kuantitatif.

Adapun wawancara yang dilakukan oleh penulis meliputi : a. Orang tua siswa. Point-point yang di tanyakan antara lain :

1) Bagaimana perilaku sosial orang tua dan anak pada saat berada di rumah ? 2) Bagaimana perilaku sosial anak dengan saudara kandungan ( jika ada ) di

rumah ?

3) Bagaimana perilaku sosial anak dan teman-teman bermain di lingkungan rumah ?

4) Apakah ada perilaku anti sosial yang tampak ketika anak berada di lingkungan rumah ?

b. Guru wali kelas. Point-point yang ditanyakan antara lain : 1) Bagaimana perilaku siswa dengan guru wali kelas ? 2) Bagaimana perilaku siswa dengan guru-guru yang lain ? 3) Bagaimana perilaku siswa dengan teman-teman sekelasnya ?

4) Bagaimana perilaku siswa dengan teman- teman di lingkungan sekolah ? 5) Apakah ada perilaku anti sosial siswa baik kepada guru maupun kepada

teman-teman di lingkungan sekolah ? 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi sangat membantu melengkapi data dalam hal pengecekan kebenaran informasi atau data yang diperoleh peneliti melalui wawancara dan observasi. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam studi dokumentasi ini adalah :


(3)

36

a. Melakukan pengambilan gambar pada saat proses pembelajaran berlangsung berupa foto.

b. Untuk memperoleh data mengenai perkembangan kemampuan sosial anak penulis membuat Buku penghubung antara pihak sekolah dan orang tua siswa, untuk mempermudah didalam penelitian dimaksud.

F. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih sederhana. Data penelitian akan dianalisis secara kuantitatif. Data kuantitatif digunakan untuk memberikan gambaran hasil observasi selama penelitian dilakukan serta untuk mempertajam analisis data.


(4)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini penulis menyampaikan beberapa kesimpulan. Pertama, hasil perbandingan perkembangan perilaku sosial siswa Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanan Islam Ceria Bandung sebelum dan selama proses pembelajaran angklung menunjukan perubahan yang signifikan.

Sebelum siswa mendapatkan pembelajaran angklung jumlah frekuensi indikator berbagi makanan selama lima minggu 27 , membantu guru merapikan mainan 28, dan berbagi bekal makanan 22. Selama siswa mendapatkan pembelajaran angklung jumlah frekuensi indikator berbagi makanan 40, membantu guru merapikan mainan 37, dan berbagi mainan dengan teman 37 . Sehingga jumlah keseluruhan perilaku sosial sebelum pembelajaran angklung 77, dan jumlah keseluruhan perilaku sosial siswa selama pembelajaran angklung 114. Dari hasil perhitungan di atas maka perilaku sosial siswa sebelum mendapatkan pembelajaran angklung dan selama mendapatkan pembelajaran angklung yaitu 77<114 dalam artian bahwa ada peningkatan perilaku perkembangan sosial.

Pengujian hipotesis berdasarkan data yang ada yaitu perkembangan sosial siswa sebelum pembelajaran angklung 77 dan perkembangan sosial siswa selama pembelajaran angklung 114 ( 77 < 114 ) maka demikian hipotesa nihil ( H0 )


(5)

yang berbunyi “tidak ada peningkatan perilaku sosial dan penurunan perilaku anti sosial pada siswa “ di tolak. Sedangkan Hipotesa alternatif ( Ha ) yang berbunyi “ Terdapat peningkatan perilaku sosial dan penurunan perilaku anti sosial pada siswa” di terima.

Dengan demikian Pembelajaran angklung secara tidak langsung berpengaruh positif kepada perkembangan perilaku sosial siswa.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat di ajukan saran-saran sebagai berikut :

Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan perkembangan perilaku sosial siswa baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga, maka disarankan adanya kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Bagi guru-guru pengajar diharapakan dapat memasukan unsur- unsur perilaku sosial dalam menyampaikan materi serta memperhatikan perkembangan sosial siswa, baik antara siswa dan guru, maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Dalam penelitian ini penulis menemukan banyak sekali fakta-fakta yang tidak penulis jabarkan dalam karya tulis ini, hal ini memberikan peluang kepada mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai implikasi dari pembelajaran angklung terhadap anak usia dini.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Awi Supardiman, Budi. (2004) Panduan Memainkan Angklung. [On Line]. Tersedia :

http//angklung-web-institute.com/content/view/22/25/lang, en/.[5 Maret 2008] Goode, Caron B. (2005) Optimizing Your Child’s Talent. Jakarta : PT Bhuana Ilmu

Populer.

Hanifah, Ifah. (2006) Traditional Music. [On Line]. Tersedia :

http//angklung-web-institute.com/content/view/22/25/lang, en/.[5 Maret 2008]

Hartati, Sofia. (2005) Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta : Dirjen

Dikti.

Isjoni, H. (2008) Model Pembelajaran Yang Efektif Pendidikan Anak Usia Dini. [On

Line]. Tersedia : http//www.isjoni.net/web/-isjoni.net. [24 April 2008]

Kurnia, Ganjar. (2003) Deskripsi kesenian Jawa Barat.[On Line]. Tersedia :

http://id.wikipedia.org/wiki/Angklung.[ 23 November 2008 ]

Masunah, Juju, DKK. (2003) Angklung Di Jawa Barat Jilid I. Bandung : P4ST

UPI-Bandung.

Nugroho, A. (1999) Psikologi Anak 2. Jakarta : PT Intisari Mediatama

Semiawan, Conny R. (2002) Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Usia Dini.

Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.