Perbandingan Perilaku Konsumen (Consumer Behaviour) Di Pasar Tradisional Ujung Berung Bandung Dan Pasar Modern BIP Hypermart Bandung.

(1)

PERBANDINGAN

PERILAKU KONSUM EN

(CONSUMER BEHAVIOUR)

DI PASAR TRADISIONAL UJUNG BERUNG BANDUNG

DAN PA SAR M ODERN BIP

HYPERMART

BANDUNG

M AKA LA H ILM IA H

Oleh:

Drs. Dede M ulkan, M .Si. Nip. 131 832 051

Fakultas Ilmu Komunikasi - Universitas Padjadjaran

Bandung 2007


(2)

PERBA NDINGA N

PERILA KU KONSUM EN (CONSUM ER BEHAVIOUR) DI PA SA R TRA DISIONA L UJUNG BERUNG BA NDUNG

DA N PA SA R M ODERN BIP HYPERM ART BA NDUNG

A bstrak: Ini merupakan laporan pengamatan langsung tentang perilaku konsumen (consumer behaviour) di pasar tradisional Ujung Berung Bandung dan pasar modern BIP Hy permart Bandung, M inggu, 30/4/2007. Pengamatan sengaja diambil pada hari minggu (week-end) dengan dugaan pada hari itu merupakan hari santai yang tipikal berbeda dengan hari-hari biasa (week-day s).

I. PENDAHULUAN

Perilaku konsumen (consumer behaviour) ketika berbelanja di pasar

tradisional atau modern merupakan aktivitas masyarakat yang sangat bersifat

fenomeno logis. A pa yang dilakukan oleh ko nsumen merupakan perilaku

yang suka berubah-ubah dan tidak selalu dapat diramalkan.

Menurut Sumarwan (1997), perilaku konsumen merupakan kegiatan,

tindakan, serta proses psikolo gis yang mendoro ng tindakan tersebut pada saat

membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa

setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Schiftmann

dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah

bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan

sumberdaya yang tersedia (waktu, uang, usaha dan energi).

Penulis sengaja mengambil hari pengamatan pada hari minggu


(3)

ko nsumen mungkin akan berberda dengan hari-hari biasa (week-deys)

Pengamatan di pasar tradisional Ujung Berung Bandung, dan pasar modern

BIP Hypermart Bandung, Minggu, 30/ 4/ 2007.

Secara umum, pasar sering didefisikan sebagai sebuah tempat

bertemunya penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual-beli berbagai

produk kebutuhan primer dan sekunder, serta sebagian kebutuhan tetrier.

Dilihat dari segi katego rinya, pasar kita bagi menjadi dua: pasar

tradisional dan pasar modern.

PA SA R TRA DISIO NA L . Pada pasar tradisional biasanya terdiri dari

kio s-kios atau gerai yang dibuka o leh penjual. Kebanyakan menjual

kebutuhan sehari-hari seperti

bahan-bahan makanan berupa

ikan, buah, sayur-sayuran, telur,

daging dan lain-lain. Selain itu,

ada pula yang menjual kue-kue

dan barang-barang lainnya. Pasar

seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak

dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.

PA SA R M ODERN . Sebenarnya Pasar modern tidak banyak berbeda dari


(4)

pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh

pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan

seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual

adalah barang yang dapat bertahan lama. Co ntoh dari pasar modern adalah

pasar swalayan dan hypermarket.

Dalam studi ini, penulis melakukan observasi mengenai perilaku para

ko nsumen yang datang ke pasar tradisional Ujung Berung Bandung dan BIP

Hypermart Bandung; suasana dan simbol-simbol yang ada di dua tempat

tersebut

II. GAM BARAN UM UM : PASAR TRADISIONAL Vs PASAR BIP HYPERMART A. PASAR TRADISIONAL: KUM UH & TIDAK TERTATA

Pasar tradisonal Ujung Berung Bandung, meskipun terletak di

tengah kota Bandung, menunjukkan ko ndisi yang kumuh dan

tidak tertata. Disebut kumuh, karena jalan masuk ke pasar ini

becek dan penuh dengan PKL (Pedagang Kaki Lima). Di dalam

pasar, sampah-sampah pasar berserakkan, dan pembeli harus

jalan sangat hati-hati.

Disebut tidak tertata,

karena barang-barang

yang dijual di pasar


(5)

Berung Bandung letaknya tidak rapih dan sembrawut.

Dagangan tidak tertata secara rapi di lapak mereka. Tidak

terdapat keran air di sekitar lapak. Memang ada upaya penataan

produk-produk jualan: seperti sayur-mayur, buah-buahan,

daging-dagingan, telor, dll, tetapi tetap terkesan sembarangan.

Pengelompokan jualan berdasarkan jenis jualan pun tidak

terlihat ditata di pasar ini.

Pasar tradisonal Ujung Berung Bandung, terkesan crowded.

Penuh sesak dan berhimpit-himpitan. Bagian depan pasar

tradiso nal ini sudah dapat ditemukan penjualan daging ayam,

padahal secara acak penjualan ayam juga terlihat di bagian pasar

lain. A da penjualan makanan yang bersebelahan dengan

penjual ikan, penuh lalat. Penjual pisang yang penuh dengan

lalar (drosofila-melanogaster).

Bila dilihat, ko ndisi

fisik pasar tradisional

yang rusak dan ko tor,

menurut pedagang di

Pasar Ujung Berung


(6)

banyaknya orang yang lebih memilih berbelanja di pasar

swalayan.

"Meski banyak pasar swalayan, kami tidak takut. Lihat saja yang

belanja ke pasar ini tetap saja ramai,“ kata Dedeh, yang berjualan

selama 20 tahun di Pasar Ujung Berung Bandung.

Saya mah tidak takut, meski banyak pasar swalayan Di pasar

tradisional mah harga jauh lebih murah daripada pasar swalayan. W alau pasar becek dan kotor tetap aja orang datang,”tambah Dedeh.

B. PASAR BIP HYPERM ART BANDUNG: NYAM AN, DAN RAPIH

Kondisi BIP Hypermart Bandung yang terletak di jantung ko ta

Bandung, terlihat tertata rapih berdasarkan kelo mpo k produk,

terdapat keragaman produk; banyak menawarkan pilihan

produk berdasarkan merek dan variasi harga; ada perhatian

kenyamanan terhadap konsumen, pramuniaga-pramuniaga

yang bergincu, pengeras suara untuk menyampaikan

pengumuman promo produk; menyediakan kelengkapan

belanja berupa keranjang dan trolly serta sekuriti.

Pasar BIP Hypermart Bandung terkesan cosy dan comfortable.

Nyaman dan rapih dengan berbagai pelayanan yang sangat

bersahabat, serta sirkulasi udara yang baik dengan pendingin


(7)

Di sekitar BIP Hypermart Bandung terdapat berbagai toko-toko,

gerai, dan outlet-outlet pendukung, dari restoran, penjual VCD,

salo n kecantikan, to ko-toko elektro nik, dll. Konsep one-stopped

shopping memang menjadi fo rmat bisnis mereka.

Ini merupakan alasan

yang dinungkapkan Lilis (35),

warga Taman Sari Bandung,

yang mengungkapkan bahwa ia

senang berbelanja di pasar

Hypermart karena alasan lebih praktis.

"Di Hypermart, buah-buahan, seperti apel dan jeruk bisa dibeli dengan

cara satuan, sedangkan di pasar tradisional tidak bisa, harus beli kiloan” .

Sementara, Tina (30), warga Sarijadi, lebih senang berbelanja di pasar

swalayan karena tempatnya bersih.

" M eski lebih mahal, gue lebih senang berbelanja untuk keperluan keluarga di pasar swalayan karena lebih bersih dan nyaman. Ha..ha..ha.

III. EM OSI DAN KOM UNIKASI DI PASAR TRADISIONAL & HYPERM ART

Memainkan faktor emosi merupakan taktik penjualan di pasar


(8)

ko munikasi merupakan faktor yang menyebabkan terbinanya hubungan

timbal balik dengan pembeli.

3.a. Julukan Terhadap Pembeli Di Pasar Tradisional

Di pasar tradisio nal

Ujung Berung Bandung terdapat

cara untuk memainkan emo si

(emotional function) dengan

memberikan julukan kepada

pembeli, seperti: geulis, kasep, boss, bu aji, pak aji, bahkan julukan

sayang.

Penjual (wanita) : Mau beli apa sayang? Ayam? Berapa

ekor?

Pembeli (wanita) : Berapa?

Penjual : Sebelas ribu, sayang

Pembeli : Ga sepuluh saja (menawar)?

Penjual : Ga dapat sayang, lagi mahal

Pembeli : Minta tiga aja ya!

Penjual : Po tong berapa sayang?

Komunikasi dan emo si terbangun dari julukan-julukan yang

diberikan para penjualan. Komunikasi dapat terbangun di pasar


(9)

mendapatkan kesepakatan harga selalu ada transaksi tawar-menawar

yang membutuhkan dialo g.

3.b. Ledek-Ledekan dan tertawa

Bercanda dan

ledek-ledekan merupakan ciri

khas sesame penjualan, sehingga

membuat suasana pasar

tradisional yang sumpek menjadi

hidup dan dinamis, penuh tawa.

Ledek-ledekan itu sering terjadi di antara pedagang sambil

melayani pembeli, bahkan kerap kali pembeli ikut menimpali.

Terdapat suasana lain, pedagang yang pintar bernyanyi

berjualan diselingi bernyanyi dangdut.

3.c. Faktor Memainkan Emosi di Hypermart

Karena semua harga dagangan di Hypermart bersifat tetap (fixed

price), boleh dikatakan nyaris tidak ada dialo g harga dengan

pramuniaga. Harga sudah tercantum di stiker dan bar-code.

Dialo g antara pembeli dan pramuniaga umumnya menyangkut


(10)

Fakto r emosi dimainkan oleh Hypermart dari cara-cara

pelayanan, promo -promo produk baru, dan brand awreness

(kesadaran merek) yang disusun rapi, misalnya produk-produk

sabun lux, penataan yang rapi buah-buah segar, daging impor,

dll.

3.d. Stress dan Tanpa Senyum M enjelang Kassa Pembayaran

Karena nyaris tanpa

ko munikasi antara pembeli dan

pramuniaga, dapat terlihat

suasana yang umum bahwa pembeli

yang ngantri di depan kassa nyaris

tidak ada yang tersenyum dan

terkesan sedang stress karena bo san. Hal ini disebabkan karena pengantri

sudah kelelahan berbelanja dan ngantri.

A ntrian semakin lama apalagi bila pembeli di depan membayar dengan

menggunakan kartu kredit (credit card) atau kartu debit (debit card).

Umumnya yang ngantri sambil mendo rong tro lly dengan wajah


(11)

IV. MOTIF DAN PILIHAN PRODUK BERBELANJA

Motif berbelanja dan apa saja yang

dibelanjakan di pasar tradisional

dan modern Menarik untuk

diperhatikan. Masing-masing

pembeli memberikan argumen

yang sama.

Inilah alasan seorang Ibu yang bernama Ibu Elis (45) ketika

berbelanja di Pasar Ujung Berung Bandung.

" Biar harus berbecek-becek, namun jatuhnya lebih murah," kata Elis, yang sedang berbelanja di Pasar Ujung Berung.

Jawaban lebih lengkap disampaikan seorang Ibu yang tidak ingin

disebutkan namanya.

“ W ah, ada beberapa alasan mengapa saya memilih belanja langsung ke pasar. Salah satunya adalah harganya lebih murah dan barang yang tersedia lebih segar. Fresh. Langsung dari penjualnya. Hal ini yang sangat jarang saya dapatkan dari penjual sayur keliling yang sering lewat di depan rumah. Selain itu, dengan berbelanja langsung di pasar tradisional, saya juga dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat kecil dan mendengarkan keluh kesah mereka,” tutur Ibu yang terlihat


(12)

Ibu Elis dan seo rang Ibu yang tidak ingin disebutkan namanya tadi. Setiap

berbelanja ke pasar selalu memilih bahan-bahan po kok seperti: sayur-mayur,

bumbu-bumbu masak, daging, ikan, telor, tahu, tempe, dan buah-buahan. Jadi

dapat disimpulkan bahwa motif orang berbelanja di pasar tradisional karena

faktor harga dan fresh (kesegaran pro duk).

Bagaimana dengan motif

dan produk apa saja yang

dibeli di Hypermart? Ibu

Maria (45) yang ditemain

suaminua ketika ditanya

alasan mengapa berbelanja

di pasar modern, ia menyampaikan alasan yang sama dengan

pembeli di pasar tradisional.

“ Di sini bersih dan praktis. Soal harga banyak produk yang lebih murah dari pada pasar tradisional, misalnya buah dan hati ay am jauh lebih murah daripada pasar tradisional. Sayur-sayur di sini segar-segar, terjamin kualitasnya. Kualitas daging impor terjamin. Enaknya kalau belanja ke sini, habis belanja bisa ke salon, anak-anak dan suami bisa main game atau makan di restoran. Ha ha asyikk atuh..,” tuturnya.


(13)

Soal apa yang dibelanja, umumnya dia membeli bahan-bahan

po kok, seperti: sayur-mayur, daging impor, ayam, ikan,

makanan kaleng, mie instan, bumbu-bumbu, gula, ko pi, susu,

dan ditambah beberapa bahan pokok kebutuhan kedua, dll.

Dari beberapa informan yang diinterview dan dio bservasi

penulis, maka secara umum terdapat beberapa alasan berbelanja

di pasar modern yakni:

1. Selain berbelanja dapat sekaligus melakukan aktivitas lain

2. Banyak Pilihan/ variasi barang

3. Kualitas Barang Terjamin

4. Kelengkapan Barang Terjamin

5. Pelayanan ke pembeli

6. Suasana tempat belanja

7. Kepastian harga

V. PERILAKU KONSUMTIF REMAJA

A nak remaja banyak juga datang berbelanja di pasar modern yang

terletak di dalam mal. Umumnya remaja yang datang berpasangan

(couple), ketika berbelanja jarang membawa trolly, tetapi membawa

keranjang yang disediakan. Hal ini menyimpulkan bahwa belanjaan


(14)

Bagi pro dusen, kelo mpo k usia remaja merupakan salah satu pasar yang

po tensial. A lasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang

terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah

terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan

cenderung bo ro s dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja

inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki

pasar remaja.

Dari observasi di Hypermart

Bandung, umumnya anak remaja

yang berbelanja tidak terburu-buru;

lebih banyak melihat-lihat, dan

berbelanja khusus produk kecantikan

dan kebugaran tubuh.

Dari o bservasi penulis, terdapat perbedaan dalam pola ko nsumsi

antara pria dan wanita. Juga terdapat sifat yang berbeda antara pria

dan wanita dalam perilaku membeli di Hypermarket Bandung.

Perbedaan perilaku belanja remaja pria dan wanita tersebut sbb:


(15)

REMAJA PRIA: REMAJA WANITA:

* m udah terpengaruh bujukan

pram uniaga wanita

* sering tidak sabaran dalam m em ilih

barang

* m em punyai perasaan kurang enak

bila tidak m em beli sesuatu setelah

m em asuki Hyperm art

* kurang m enik m ati kegiatan

berbelanja sehingga sering

terburu-buru m engam bil keputusan

m em beli.

* lebih tertarik pada warna dan bentuk,

buk an pada hal tek nis dan

kegunaannya

* tidak m udah terbawa arus bujukan

pram uniaga

* m enyenangi hal-hal yang rom antis

daripada obyek tif

* cepat m erasakan suasana Hyperm art

* senang m elakuk an kegiatan

berbelanja walau hanya window

shopping (m elihat-lihat saja tapi

tidak m em beli).

VI. KEIKUTSERTAAN SUAM I DI PASAR TRADISIONAL & HYPERM ART

Keikutsertaan suami

dalam berbelanja sering menjadi

sorotan dalam berbelaja di pasar

tradisional maupun di pasar


(16)

6.1. DI PASAR TRADISIONAL, SUAM I SELALU M ENUNGG U

Umumnya para suami yang mengantar istrinya berbelanja di

pasar tradisional lebih banyak memutuskan untuk menunggu

istri berbelanja di dalam mobil, atau sambil baca ko ran

menunggu dambil minum ko pi/ teh warung di luar pasar.

Umumnya pakaian yang digunakan suami:

1. Kaos oblong

2. Celana pendek

3. Menggunakan sandal

6.2. DI PA SA R HYPERM ART, SUA MI DA N A NA K IKUT M ENEM A NI

Pasar Hypermarket ramai dikunjungi ibu-ibu yang belanja

ditemani oleh suami dan anak-anak, terutama pada hari Minggu.

Salah satu ibu yang selalu belanja di pasar ini adalah Marda (35).

Yang paling membahagiakan Marda, suami dan anak-anak tak

segan mengantarnya ke Hypermart. Usai berbelanja keluarga

dapat langsung ke restoran secara bersama.

Meskipun berbelanja ke Hypermart, umumnya pakaian para

suami: kaos o blo ng, celana pendek/jean, dan menggunakan


(17)

Ciri yang juga terlihat jelas berbeda dengan pasar tradisional,

ketika di pasar modern, para ibu atau bapak kadang melakukan

hubungan telepon melalui telepon seluler. Pemandangan ini

tidak akan mungkin didapatkan di pasar-pasar tradisional.

VII. KESIM PULAN

PERBANDINGAN PERILAKU KONSUMEN

DI PASAR TRADISIONAL UJUNG BERUNG BANDUNG DAN PASAR BIP HYPERMART BANDUNG

SUBJECT PASAR TRADISIONAL HYPERMART I. PERILAKU

KONSUMEN

1 .1 .Term inologi Belanja Shopping 1 .2 . Pelak u Um um nya Ibu-Ibu,

sedangk an suam i m enunggu di m obil atau m inum sam bil baca k oran

Suam i-Istri dan anak-anak

Anak Muda Jarang Banyak Anak m uda 1 .3 . Motif Belanja Fok us pada belanja

keb.Prem ier

Tdk selalu fokus belanja (prim er dan tetrier juga banyak );

One Stopped shopping Dibarengi ak tivitas lain 1 .4 . Pak aian

1 .4 .1 .Ibu-Ibu Pakaian rum ah Rapi

1 .4 .2 .Bapak Pakai Kaos, celana pendek / jean dan sandal 1 .4 .3 .Anak m uda Rapih/ Agak fashion

1 .5 . Kom unikasi Banyak k om unik asi di antara pem beli dan penjual

* Ada Julukan * Ada Ledek-ledek an

Kom unik asi sangat terbatas antara pem beli dan penjual

1 .6 . Raut Muka Pem beli

Sering Tersenyum , canda, dan

Um um nya m uka ketat tanpa senyum k hususnya


(18)

saat antri pem bayaran 1 .7 .Antri Pelanggan tidak m au

antri

Tertib dan antri

1 .8 .Produk Yang dibelanja

1 .8 .1 .kebutuhan sehari2 (sayur m ayur, ikan, daging, dan

buah-buahan)

1 .8 .2 . Bapak-Bapak: Perk akas pertukangan & alat elektronik

1 .8 .3 .Anak m uda Um um nya kebutuhan sehari-hari

1 .8 .1 .Kebutuhan sehari-hari, plus sekunder dan tetrier (Makanan,

m inum an, m ie instant, sabun deterjen, roti, daging dan buah2 an)

1 .8 .2 .Bapak-bapak : Elek tronik dan alat sport

1 .8 .3 . Kosm etik dan kebugaran tubuh

II. KONDISI

2 .1 .Layout Tidak tertata dan crowded Tertata, cosydan comfortable

2 .2 .Kenyam anan Tdk nyam an Nyam an dan dingin 2 .3 .Pram uniaga Tidak ada pram uniaga Banyak

Pram uniaga/ berseragam 2 .4 .Price Floating dan dapat

ditawar

Fixed

2 .5 .Term of Paym ent Hard Cash Hard cash, kredit, CC 2 .6 .Sales Prom o Tidak ada Banyak

2 .7 .Service Pendukung Tidak ada trolly Ada keranjang & trolly

III.MOTIF LAIN

3 .1 .Usai Belanja Um um nya habis belanja, langsung pulang

Habis shopping, bisa m inum , k e salon, atau janjian dengan yang lain am bil ATM


(19)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT Remadja Rosdakarya

Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin, (1985), Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Karya. ---, 1997, “TV Sudah Menjadi The First god” dalam Deddy Mulyana dan LS

lbrahim (Ed), Bercinta dengan Televisi, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Vredenbregt, J. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Edisi IV. PT Gramedia. Jakarta.

Sri Andayani dan Hanif Suranto, (1997), Perilaku Antisosial di Layar Kaca;


(1)

Bagi pro dusen, kelo mpo k usia remaja merupakan salah satu pasar yang

po tensial. A lasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang

terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah

terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan

cenderung bo ro s dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja

inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki

pasar remaja.

Dari

observasi

di

Hypermart

Bandung, umumnya anak remaja

yang berbelanja tidak terburu-buru;

lebih

banyak

melihat-lihat,

dan

berbelanja khusus produk kecantikan

dan kebugaran tubuh.

Dari o bservasi penulis, terdapat perbedaan dalam pola ko nsumsi

antara pria dan wanita. Juga terdapat sifat yang berbeda antara pria

dan wanita dalam perilaku membeli di Hypermarket Bandung.

Perbedaan perilaku belanja remaja pria dan wanita tersebut sbb:


(2)

REMAJA PRIA: REMAJA WANITA: * m udah terpengaruh bujukan

pram uniaga wanita

* sering tidak sabaran dalam m em ilih barang

* m em punyai perasaan kurang enak bila tidak m em beli sesuatu setelah m em asuki Hyperm art

* kurang m enik m ati kegiatan berbelanja sehingga sering

terburu-buru m engam bil keputusan m em beli.

* lebih tertarik pada warna dan bentuk, buk an pada hal tek nis dan

kegunaannya

* tidak m udah terbawa arus bujukan pram uniaga

* m enyenangi hal-hal yang rom antis daripada obyek tif

* cepat m erasakan suasana Hyperm art * senang m elakuk an kegiatan

berbelanja walau hanya window shopping (m elihat-lihat saja tapi tidak m em beli).

VI. KEIKUTSERTAAN SUAM I DI PASAR TRADISIONAL & HYPERM ART

Keikutsertaan suami

dalam berbelanja sering menjadi

sorotan dalam berbelaja di pasar

tradisional maupun di pasar

Hypermart.


(3)

6.1. DI PASAR TRADISIONAL, SUAM I SELALU M ENUNGG U

Umumnya para suami yang mengantar istrinya berbelanja di

pasar tradisional lebih banyak memutuskan untuk menunggu

istri berbelanja di dalam mobil, atau sambil baca ko ran

menunggu dambil minum ko pi/ teh warung di luar pasar.

Umumnya pakaian yang digunakan suami:

1.

Kaos oblong

2.

Celana pendek

3.

Menggunakan sandal

6.2. DI PA SA R HYPERM ART, SUA MI DA N A NA K IKUT M ENEM A NI

Pasar Hypermarket ramai dikunjungi ibu-ibu yang belanja

ditemani oleh suami dan anak-anak, terutama pada hari Minggu.

Salah satu ibu yang selalu belanja di pasar ini adalah Marda (35).

Yang paling membahagiakan Marda, suami dan anak-anak tak

segan mengantarnya ke Hypermart. Usai berbelanja keluarga

dapat langsung ke restoran secara bersama.

Meskipun berbelanja ke Hypermart, umumnya pakaian para

suami: kaos o blo ng, celana pendek/

jean

, dan menggunakan

sandal (jarang yang menggunakan sepatu).


(4)

Ciri yang juga terlihat jelas berbeda dengan pasar tradisional,

ketika di pasar modern, para ibu atau bapak kadang melakukan

hubungan telepon melalui telepon seluler. Pemandangan ini

tidak akan mungkin didapatkan di pasar-pasar tradisional.

VII. KESIM PULAN

PERBANDINGAN PERILAKU KONSUMEN

DI PASAR TRADISIONAL UJUNG BERUNG BANDUNG

DAN PASAR BIP HYPERMART BANDUNG

SUBJECT PASAR TRADISIONAL HYPERMART

I. PERILAKU KONSUMEN

1 .1 .Term inologi Belanja Shopping 1 .2 . Pelak u Um um nya Ibu-Ibu,

sedangk an suam i m enunggu di m obil atau m inum sam bil baca k oran

Suam i-Istri dan anak-anak

Anak Muda Jarang Banyak Anak m uda 1 .3 . Motif Belanja Fok us pada belanja

keb.Prem ier

Tdk selalu fokus belanja (prim er dan tetrier juga banyak );

One Stopped shopping Dibarengi ak tivitas lain 1 .4 . Pak aian

1 .4 .1 .Ibu-Ibu Pakaian rum ah Rapi

1 .4 .2 .Bapak Pakai Kaos, celana

pendek / jean dan sandal 1 .4 .3 .Anak m uda Rapih/ Agak fashion 1 .5 . Kom unikasi Banyak k om unik asi di

antara pem beli dan penjual

* Ada Julukan

Kom unik asi sangat terbatas antara pem beli dan penjual


(5)

saat antri pem bayaran 1 .7 .Antri Pelanggan tidak m au

antri

Tertib dan antri 1 .8 .Produk Yang

dibelanja

1 .8 .1 .kebutuhan sehari2 (sayur m ayur, ikan, daging, dan

buah-buahan)

1 .8 .2 . Bapak-Bapak: Perk akas pertukangan & alat elektronik

1 .8 .3 .Anak m uda Um um nya kebutuhan sehari-hari

1 .8 .1 .Kebutuhan sehari-hari, plus sekunder dan tetrier (Makanan,

m inum an, m ie instant, sabun deterjen, roti, daging dan buah2 an) 1 .8 .2 .Bapak-bapak : Elek tronik dan alat sport

1 .8 .3 . Kosm etik dan kebugaran tubuh

II. KONDISI

2 .1 .Layout Tidak tertata dan crowded Tertata, cosydan comfortable

2 .2 .Kenyam anan Tdk nyam an Nyam an dan dingin 2 .3 .Pram uniaga Tidak ada pram uniaga Banyak

Pram uniaga/ berseragam 2 .4 .Price Floating dan dapat

ditawar

Fixed

2 .5 .Term of Paym ent Hard Cash Hard cash, kredit, CC 2 .6 .Sales Prom o Tidak ada Banyak

2 .7 .Service Pendukung Tidak ada trolly Ada keranjang & trolly III.MOTIF LAIN

3 .1 .Usai Belanja Um um nya habis belanja, langsung pulang

Habis shopping, bisa m inum , k e salon, atau janjian dengan yang lain am bil ATM


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT Remadja Rosdakarya

Bandung.

Rakhmat, Jalaluddin, (1985), Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Karya.

---, 1997, “TV Sudah Menjadi The First god” dalam Deddy Mulyana dan LS

lbrahim (Ed), Bercinta dengan Televisi, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Vredenbregt, J. 1981. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Edisi IV. PT

Gramedia. Jakarta.

Sri Andayani dan Hanif Suranto, (1997), Perilaku Antisosial di Layar Kaca;

Bercinta dengan Televisi, Bandung: Remaja Rosda Karya.