PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BER Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa, Kelas VII SMP N 5 Sukoharjo, Tahun Ajaran 2011/2012.
PEN
ENGGUNAA
AN MEDIA
IA WAYANG
NG UNTUK
K ME
MENINGK
GKATKAN
N
K
KEMAMPU
MPUAN BERB
BICARA SISWA,
SIS
KEL
ELAS VII
II SMP N 5
SUK
UKOHARJO
JO, TAHUN
N AJARAN
A
N 2011/
2011/2012
NAS
ASKAH PUB
UBLIKASI
Untuk mem
emenuhi sebagian
sebag persya
syaratan
Guna mencapai
encapai derajat
deraj Sarjana
ana S
S-1
Pendi
endidikanBahasa
ahasa S
Sastraa Indonesia
I
dan D
Daerah
Diajukan
ukan Oleh:
O
LUCY
CY PRASET
ETYO SIWI
IWI
A. 310 080 106
PEN
ENDIDIKAN
AN BAHASA
SA SASTRA
A INDONES
ESIA DAN
N DAERAH
D
FAKULT
LTAS KEGU
URUAN DAN
DA ILMU
MU P
PENDIDIK
IKAN
UNIVER
ERSITAS MU
MUHAMMA
MMADIYAH S
SURAKART
RTA
2013
3
Surakart
rakarta
ss
ii
2
ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA SISWA, KELAS VII SMP N 5
SUKOHARJO, TAHUN AJARAN 2011/2012
Lucy Prasetyo Siwi. A.310080 106. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2012. 83 halaman.
Ada dua tujuan yang dicapai dalam penelitian ini,(1) Mengetahui
peningkatan kemampuan keterampilan berbicara peserta didik kelas VII A SMP N
5 Sukoharjo dalam menceritakan tokoh Pandawa dengan menggunakan media
wayang. (2) Mengetahui tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran berbicara
atau bercerita dengan menggunakan media wayang.Bentuk penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan tiga
siklus. Setiap siklus dimulai dengan perencanaan tindakan berupa penyusunan
rpp, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk tindakan berikutnya.
Teknik pengumpulan data diambil dari observasi, wawancara, angket,
dokumentasi dan praktek berbicara.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang penggunaan media
wayang untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIISMP Negeri 5
Sukoharjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Pada siklus 1 diketahui nilai
terendah 50 dan nilai tertinggi 75, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2335 dan
64,88. Pada silus II diketahui nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80, dengan
jumlah nilai dan rata-rata 2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir siklus 3
diketahui nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90, dengan jumlah nilai dan rata-rata
2860 dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus 1 ke siklus II dan 10,64
% dari siklus II ke siklus III. Setelah menggunakan media wayang, siswa menjadi
mudah dalam menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih banyak
beraktifitas karena dianggap media wayang adalah media yang menyenangkan
sambil belajar budaya Indonesia. Selain itu dengan adanya media wayang, peserta
didik juga dapat belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh Pandawa.
Penggunaan media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta didik karena
peserta didik dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa
harus malu maupun grogi.
Kata kunci: media wayang, kemampuan berbicara.
iii
1
A. PENDAHULUAN
Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat
berbicara dan sebagai pengembang kebudayaan. Fungsi utama bahasa
adalah untuk berkomunikasi, baik komunikasi secara lisan maupun
komunikasi secara tulis. Manusia di dalam kehidupan sehari-hari selalu
mengadakan hubungan dengan manusia lainnya. Peranan bahasa di dalam
kehidupan manusia sangat penting sebab bahasa selalu diperlukan oleh
masyarakat untuk berkomunikasi antaranggotanya ( Nasucha, 2008: 4).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik, dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Penguasaan bahasa sangat erat
kaitannya dengan kemampuan kognisi peserta didik
karena memang
masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian potensinya dapat disaring
dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Kesadaran pentingnya penggunaan bahasa Indonesia merupakan
suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa
serta sikap positif terhadap pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia yang bertujuan mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan
berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu (a) aspek
lisan aktif berupa kegiatan berbicara (speaking skills), (b) aspek lisan pasif
berupa kegiatan mendengar/menyimak (listening skills), (c) aspek tulis
aktif berupa kegiatan menulis (writing skills), (d) aspek tulis pasif berupa
kegiatan membaca (reading skills) (Nasucha, 2008:4).
Berbicara merupakan kegiatan lisan yang melibatkan organ fisik,
seperti gerakan bibir, tangan, mata dan yang lainnya (Nasucha, 2008:5).
Setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara
lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara
baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran berbicara seharusnya
2
mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa, karena
dengan pembelajaran berbicara peserta didik dapat berkomunikasi di
dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan
keterampilan itu seorang peserta didik akan mampu mengembangkan
kemampuan berbicara, membaca, menulis, dan menyimak.
Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi, rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan
media pembelajaran membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan
motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran membantu peserta
didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi.
Kedudukan media pengajaran dapat digunakan sebagai salah satu
upaya untuk mempertinggi proses interaksi antara guru dan peserta didik.
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar bagi
guru. Penggunaan media diharapkan dapat mempertinggi proses belajar
dan kualitas hasil belajar sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Media wayang merupakan seni kerajinan yang masih erat kaitannya
dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia. Media wayang
digunakan karena sangat menarik bagi peserta didik untuk proses
pembelajaran, selain melestarikan budaya khususnya Jawa dan memelihara
kebudayaan tradisional dengan baik. Media wayang juga dapat memotivasi
siswa dalam belajar. Sedangkan wayang yang akan digunakan adalah
tokoh-tokoh pandawa (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, sadewa) (Nanda,
2010: 5)
3
Banyak peneliti menggunakan media dalam proses belajar
mengajar, tetapi sebagian besar belum menggunakan media wayang.
Penulis merasa tertarik dan berkeinginan untuk meneliti tentang
penggunaan media wayang. Penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan
judul “Penggunaan Media Wayang untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Siswa, dalam Bahasa Indonesia Kelas VII SMP N5 Sukoharjo
Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Arikunta (2007:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian tindakan kelas dilakukan beberapa tahap yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observising), dan refleksi
(reflecting).
Objek penelitian ini adalah proses pembelajaran peningkatan
kemampuan berbicara dengan menggunakan media wayang. Subjek
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo tahun
ajaran 2011/2012.
Data dalam penelitian ini berupa kemampuan berbicara dengan
menceritakan tokoh Pandawa, sedangkan sumber data meliputi aktivitas
peserta didik kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo, dalam menggunakan media
wayang dan dokumen yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang dibuat peneliti dan dokumentasi yang berupa foto dalam
kegiatan proses belajar mengajar.
Prosedur dalam penelitian ini, Peneliti menyusun beberapa
tindakan dan mengaplikasikannya dalam beberapa siklus. Tiap siklus terdiri
dari 4 kegiatan yaitu: perencanaan (planning), tindakan (implementing),
observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Proses Penelitian Tindakan
Kelas ini akan dilaksanakan menjadi tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan
siklus III.
4
Pengambilan data dalam Penelitian tindakan kelas ini meliputi:
wawancara yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung, observasi merupakan pengumpulan data dengan aktivitas yang
dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk melanjutkan sebuah penelitian, dokumentasi merupakan pengumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara membaca, mengambil
gambar, menulis, merekam dan lain-lain, angket merupakan sumber data
yang
komperhensif
bila
dilakukan
pengukuran
terhadap
suatu
kebutuhan.dan praktek berbicara merupakan melihat kemampuan peserta
didik dalam berbicara baik secara kelompok maupun individu selama proses
pembelajaran berlangsung (Sarwono, 2006: 225-226).
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini penulis berhasil meningkatkan kemampuan siswa
dalam berbicara dengan metode wayang. Siswa menjadi lebih aktif di dalam
kelas ketika pelajaran berlangsung. Media wayang dapat menarik minat
siswa untuk belajar berbicara, sehingga peneliti dapat dengan mudah
menyampaikan materi bahasa Indonesia kepada siswa.
Keberhasilan siswa dalam berbicara dapat dilihat melalui
peningkatan nilai siswa setiap siklusnya. Pada pra siklus mencapai nilai dan
jumlah rata-rata 2070 dan 57,50. Pada siklus 1 tercapai nilai dan jumlah
rata-rata 2335 dan 64,88. Pada silus II tercapai nilai dan jumlah rata-rata
2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir siklus 3 tercapai nilai 2860
dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus 1 ke siklus II dan 10,64
% dari siklus II ke siklus III.
Aktivitas observasi pada siklus I dalam mengemukakan identitas
dan keunggulan tokoh yang diidolakan.
Nama : Anita Utaminingsih
No : 8
Kelas : VII A
Yudistira
Anak pertama atau tertua dari Dewi Kunthi dan
ayahnya Pandudewanata. Dia memiliki sifat yang baik yaitu
5
pandai, jujur, baik hati, tabah, rajin, dan pandai memainkan
senjata tombak dan menjinakkan hewan dengan cara
menaruhkan tanganya dikepala hewan itu. Dia juga berasal
dari negara Amarta.
Alasan mengidolaknnya, karena dia bijaksana, pandai,
tabah dan suka menolong. Dia memimpin negara Amarta
dengan bijaksana dan adil, tidak membedakan yang satu
dengan yang lain.
Setelah siswa selesai dengan prakteknya, maka peneliti meminta
siswa untuk mengulang kembali tentang pandawa tanpa ada pengulangan
materi dari peneliti. Peneliti pada awalnya tidak memaksakan mereka
dengan menunjuk, tetapi memberi kesempatan kepada mereka untuk berani
aktif. Tetapi karena mereka masih teringat dengan kegiatan mereka apalagi
dengan bentuk dan ciri khas wayang yang telah dijelaskan oleh peneliti, ada
beberapa siswa yang berani angkat tangan, dan berbicara tentang tokoh
pandawa tersebut berdasarkan apa yang telah mereka pelajari. Pada
observasi di siklus I ternyata siswa memang terlihat kurang begitu minat
dengan pelajaran bahasa Indonesia, karena banyak bahasa-bahasa baru yang
belum begitu dikenal oleh siswa. Kemampuan siswa pada siklus pertama
dapat dilihat dengan nilai rata-rata adalah 65 nilai meningkat dari sebelum
observasi hingga observasi siklus pertama.
Siklus berikutnya (siklus II), Aktivitas peserta didik dalam
menceritakan tokoh pandawa yang diidolakan.
Nama
No
Kelas
: Muh. Irfan k
: 25
: VII A
Arjuna
Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan
Pandudewnata, ia merupakan penjelmaan dari dewa Indra (
sang dewa perang), tinggal di Negara madukara. Arjuna
memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap
sebagai satria terbaik. Kemahiran dalam peperangannya
menjadikan sebagai tumpuan para pandawa agar mampu
memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di
Kurushetra.
Arjuna mempunyai segudang istri dan kekasih karena
dia tampan dan berhati lembut. Berbeda dengan Yudistira,
dia sangat menikmati hidup didunia sedangkan Arjuna
6
petualangan cintanya memukau sehingga para putri dan
dayang banyak yang mengejar cintanya.
Arjuna berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira
di angkat menjadi raja. Ia melakukan perjalanan suci ke
gunung Himalaya bersama dengan saudaranya yang lain
sebagai tujuan akhir kehidupannya. Setelah menempuh
perjalanan yang panjang, pa meninggal dalam perjalanan
dan arwahnya mencapai surga.
Karena itulah saya mengiidolakan Arjuna, semua
orang di dunia ini sebenarnnya banyak yang
mengidolakannya, ketampananannyza menbuat para wanita
jatuh cinta.
Setelah siswa selesai dengan prakteknya, maka peneliti meminta
siswa untuk mengulang dengan menceritakan kembali tantang pandawa
secara keseluruhan dari yang mereka tahu tak terlepas dari tokoh yang
mereka sukai. Peneliti mulai menunjuk satu-satu siswa sesuai dengan
aktifitas yang mereka lakukan saat pemberian materi dan praktek. Siswa
mulai terbiasa dengan peneliti sebagai guru dan metode pembelajaran yang
berganti topik, membuat siswa lebih fresh di tiap kali pertemuan. Pada
siklus II materi sedikit lebih sulit dan lebih banyak jadi akan membuat siswa
lebih fokus. Siswa merasa sedikit kesulitan dengan beberapa kata-kata baru
dalam dunia perwayangan karena ada kata yang menggunakan bahasa jawa,
hingga peneliti harus lebih hati-hati dan lebih banyak bertanya tentang
penguasaan siswa. Pada siklus II ini mencapai keberhasilan dalam nilai,
terlihat dari rata-rata nilainya adalah 73. Peningkatan nilai antara siklus I
dan siklus 2 adalah
10% hingga dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, perlu adanya pengajaran yang
bertahap.
Siklus berikutnya (siklus III), Aktifitas peserta didik dalam
berdialog.
Anita : Hai Dika, menurut kamu dari kelima tokoh pandawa siapa
yang kamu idolakan?
Dika : Kalau aku lebih mengidolakan si kembar Nakula dan
Sadewa, tapi lebih mengidolakan Sadewa. Lha kamu
siapa?
Anita : Aku jelas mengidolakan tokoh Pandawa yang paling tua,
hayo kamu tahu tidak siapa?
7
Dika : Jelas tahulah, Yudistira kan?memangnya apa kelebihan
Yudistira sehingga kamu mengidolakannya?
Anita : Betul sekali. Yudistira merupakan anak tertua dari Dewi
Kunthi dan Prabu Paudu Dewanata. Dia memiliki sifat
pandai, rajin, tabah, dan pandai menjinakkan hewan
dengan mudah. Itulah mengapa aku sangat
mengidolakan Yudistira. Sifat-sifatnya yang baik hati
dan tabah dapat menjadi tauladan bagi kita semua.
Kamu sendiri mengapa mengidolakan Sadewa, Dika?
Dika : Kalau aku jelas mengidolakan Sadewa. Sadewa merupakan
anak dari Dewi madrim dan Prabu Pandu Dewanata.
Dia ahli dalam memainkan lembing dan dia merupakan
titisan dari Dewa Aswin (dewa Pengobatan), sifatnya
juga patut dicontoh,karena tidak sombong dan suka
menolong. Alasan utama aku mengidolakan sadewa,
karena dia ahli dalam bidang pengobatan. Karena
hanya dia yang ahli dalam pengobatan dibandingkan
anggota Pandawa yang lain.
Anita : Jadi dari tokoh Pandawa kita mendapatkan pelajaran yang
berarti, yakni kita harus mencontoh semua sifat-sifat
Pandawa
Dika : Iya benar katamu Anita
Pada praktek siklus terakhir ini siswa lebih terbiasa dengan peneliti
sebagai guru dan metode pembelajaran yang berganti topik dan diskusi
(kooperatif) yang berubah-ubah pula membuat siswa lebih fresh di tiap kali
pertemuan. Pada siklus III materi sedikit lebih meningkat tingkat
kesulitannya karena perlu penggabungan semua hal yang berhubungan
dengan berbicara yaitu, suara, lafal, intonasi, gestur dan mimik untuk
menyelesaikan tugas praktek, itu akan membuat siswa lebih fokus. Tetapi
karena siswa sudah terbiasa dengan kata-kata baru tersebut hingga tidak
terjadi
permasalahan
pada
penggunaan
kata-kata
sulit
di
bidang
pewayangan. Pada siklus III ini mencapai keberhasilan dalam nilai, terlihat
dari jumlah nilai tertinggi yaitu 90 atau dengan persentase siswa 94,44%.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada sesi berbicara
dengan media wayang, maka yang dapat diperoleh dari data keadaan siswa
dan guru selama pembelajaran adalah:
1. Guru lebih menguasai materi.
2. Guru akan lebih terlibat dalam aktifitas siswa
8
3. Adanya kesan bermain oleh siswa
4. Pada saat pembelajaran siswa memiliki antusias tinggi.
5. Siswa akan memiliki motivasi yang tinggi.
6. Melatih siswa mengeluarkan pendapat.
7. Melatih siswa untuk bekerja sama
8. Membiasakan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang diperoleh
selama pembelajaran.
9. Akan melatih tanggung jawab siswa.
Adapun kelemahan dan pembelajaran yang dilakukan dalam
pembelajaran:
1. Efisien waktu kurang dapat dicapai.
2. Siswa terkadang kurang memperhatikan penjelasan guru, tetapi lebih
memperhatikan media yang dibawa oleh peneliti.
3. Guru sulit mengontrol kelas karena suasana ramai.
4. Guru terasa sulit mengelokasikan waktu.
Berdasarkan data penelitian tersebut, tindak belajar mengajar yang
dilakukan melalui media wayang dapat mendorong siswa untuk lebih
meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Siswa juga lebih
semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru terutama ketika
dilaksanakannya praktek pada tiap-tiap siklus.
Tanggapan peserta didik sesudah menggunakan media wayang
siswa mempunyai beberapa pandangan berbeda dengan metode pengajaran
yang dilakukan oleh peneliti, dimana mereka merasa bahwa mata pelajaran
Bahasa Indonesia menjadi lebih menyenangkan. Seperti dikatakan oleh
beberapa siswa:
“Sangat menyenangkan, setelah belajar berbicara dengan
menggunakan media wayang lebih mudah dalam menyampaikan sesuatu
(Isnaini/19/17 Mei 2012)”
9
“Sangat mendukung karena pada jaman sekarang banyak sekali
orang yang mengabaikan seni pewayangan dan dengan cerita wayang kita
dapat memahami budaya adat kuno (Khoirul Putri/20/17 Mei 2012)”
“Menggunakan media wayang itu asik, karena kita dapat berlatih
berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus malu
(Hanifan Juliyanti/17/17 Mei 2012)”
Media yang digunakan oleh penulis adalah media wayang untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa, karena memang berbicara
adalah salah satu kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa kelas VII A SMP
N 5 Sukoharjo. Setelah penerapan dengan media wayang, siswa menjadi
mudah dalam menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih
banyak beraktifitas karena dianggap media wayang adalah media yang
menyenangkan sambil belajar budaya Indonesia.
Selain itu dengan adanya media wayang, peserta didik juga dapat
belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh Pandawa. Penggunaan
media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta didik karena peserta didik
dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus
malu maupun grogi. Penggunaan media wayang cukup efektif sebagai
media pembelajaran berbicara, hasil dari wawancara bahwa peserta didik
merasa menggunakan media wayang cukup menarik sehingga mampu
membangkitkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.
D. SIMPULAN
Terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri
5 Sukoharjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
media wayang dari setiap siklus. Pada siklus 1 diketahui nilai terendah 50
dan nilai tertinggi 75, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2335 dan 64,88.
Pada silus II diketahui nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80, dengan
jumlah nilai dan rata-rata 2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir
siklus 3 diketahui nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90, dengan jumlah
10
nilai dan rata-rata 2860 dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus
1 ke siklus II dan 10,64 % dari siklus II ke siklus III.
Setelah menggunakan media wayang, siswa menjadi mudah dalam
menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih banyak beraktifitas
karena dianggap media wayang adalah media yang menyenangkan sambil
belajar budaya Indonesia. Selain itu dengan adanya media wayang, peserta
didik juga dapat belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh
Pandawa. Penggunaan media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta
didik karena peserta didik dapat berlatih berbicara di depan umum dengan
baik dan benar tanpa harus malu maupun grogi.
DAFTAR PUSTAKA
-------. 2010. Bercerita.
(http://www.organisasi.org, diakses Selasa 26 Oktober 2011
pukul 11.00 WIB).
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Larasati. 2004. “Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Teknik Debat
pada Siswa Kelas III PS SMKN 8 Semarang Tahun Ajaran
2003/2004”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
(http://www.diglib.unnes.ac.id. Diakses pada kamis 8 Desember
2011 pukul 15.00)
Nasucha, Yakup. 2008. Teori Berbicara Untuk Terampil. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nanda. 2010. Ensiklopedi Wayang. Jogjakarta: Absolut.
Pradikta. 2009. “ Peningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Kegiatan
Bermain Peran Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Srengat
Kabupaten Blitar dengan Menggunakan Media Rekaman Iklan
Televisi”. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastraindonesia/article/view/4824). Diakses pada kamis 8 Desember
2011 pukul 15.00).
11
Sufanti, Main. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suprapti. 2009. “Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui
Penggunaan metode Role Playing: Penelitian Tindakan kelas pada
Siswa Kelas VIII B MTs Negeri Kebumen Tahun Ajaran
2009/2010”. Skripsi. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.
Suwandi, Sarwiji. 2009. Modul Penilaian Kelas dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk
Pengembangan Profesi Guru Praktis dan Mudah. Bandung:
Alfabeta.
Wahyuningsih. 2009. “Upaya Peningkatan keterampilan Bercerita Siswa
dengan metode Problem Based Learning pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA Negeri I Kutowinangun Kebumen”.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuliatun. 2010. “Peningkatan Kemampuan Bercerita Menggunakan Media
Film Kartun Siswa Kelas VII F SMP N 1 Mandiraja Banjarnegara”.
Skripsi.
Semarang:
Universitas
Negeri
Semarang.
(http://www.google.com/urlpeningkatan_kemampuan_bercerita_).
Diakses pada kamis 8 Desember pukul 15.00.
ENGGUNAA
AN MEDIA
IA WAYANG
NG UNTUK
K ME
MENINGK
GKATKAN
N
K
KEMAMPU
MPUAN BERB
BICARA SISWA,
SIS
KEL
ELAS VII
II SMP N 5
SUK
UKOHARJO
JO, TAHUN
N AJARAN
A
N 2011/
2011/2012
NAS
ASKAH PUB
UBLIKASI
Untuk mem
emenuhi sebagian
sebag persya
syaratan
Guna mencapai
encapai derajat
deraj Sarjana
ana S
S-1
Pendi
endidikanBahasa
ahasa S
Sastraa Indonesia
I
dan D
Daerah
Diajukan
ukan Oleh:
O
LUCY
CY PRASET
ETYO SIWI
IWI
A. 310 080 106
PEN
ENDIDIKAN
AN BAHASA
SA SASTRA
A INDONES
ESIA DAN
N DAERAH
D
FAKULT
LTAS KEGU
URUAN DAN
DA ILMU
MU P
PENDIDIK
IKAN
UNIVER
ERSITAS MU
MUHAMMA
MMADIYAH S
SURAKART
RTA
2013
3
Surakart
rakarta
ss
ii
2
ABSTRAK
PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA SISWA, KELAS VII SMP N 5
SUKOHARJO, TAHUN AJARAN 2011/2012
Lucy Prasetyo Siwi. A.310080 106. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2012. 83 halaman.
Ada dua tujuan yang dicapai dalam penelitian ini,(1) Mengetahui
peningkatan kemampuan keterampilan berbicara peserta didik kelas VII A SMP N
5 Sukoharjo dalam menceritakan tokoh Pandawa dengan menggunakan media
wayang. (2) Mengetahui tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran berbicara
atau bercerita dengan menggunakan media wayang.Bentuk penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan tiga
siklus. Setiap siklus dimulai dengan perencanaan tindakan berupa penyusunan
rpp, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk tindakan berikutnya.
Teknik pengumpulan data diambil dari observasi, wawancara, angket,
dokumentasi dan praktek berbicara.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang penggunaan media
wayang untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIISMP Negeri 5
Sukoharjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Pada siklus 1 diketahui nilai
terendah 50 dan nilai tertinggi 75, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2335 dan
64,88. Pada silus II diketahui nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80, dengan
jumlah nilai dan rata-rata 2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir siklus 3
diketahui nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90, dengan jumlah nilai dan rata-rata
2860 dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus 1 ke siklus II dan 10,64
% dari siklus II ke siklus III. Setelah menggunakan media wayang, siswa menjadi
mudah dalam menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih banyak
beraktifitas karena dianggap media wayang adalah media yang menyenangkan
sambil belajar budaya Indonesia. Selain itu dengan adanya media wayang, peserta
didik juga dapat belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh Pandawa.
Penggunaan media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta didik karena
peserta didik dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa
harus malu maupun grogi.
Kata kunci: media wayang, kemampuan berbicara.
iii
1
A. PENDAHULUAN
Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat
berbicara dan sebagai pengembang kebudayaan. Fungsi utama bahasa
adalah untuk berkomunikasi, baik komunikasi secara lisan maupun
komunikasi secara tulis. Manusia di dalam kehidupan sehari-hari selalu
mengadakan hubungan dengan manusia lainnya. Peranan bahasa di dalam
kehidupan manusia sangat penting sebab bahasa selalu diperlukan oleh
masyarakat untuk berkomunikasi antaranggotanya ( Nasucha, 2008: 4).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik, dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan. Penguasaan bahasa sangat erat
kaitannya dengan kemampuan kognisi peserta didik
karena memang
masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian potensinya dapat disaring
dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
Kesadaran pentingnya penggunaan bahasa Indonesia merupakan
suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa
serta sikap positif terhadap pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia yang bertujuan mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan
berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu (a) aspek
lisan aktif berupa kegiatan berbicara (speaking skills), (b) aspek lisan pasif
berupa kegiatan mendengar/menyimak (listening skills), (c) aspek tulis
aktif berupa kegiatan menulis (writing skills), (d) aspek tulis pasif berupa
kegiatan membaca (reading skills) (Nasucha, 2008:4).
Berbicara merupakan kegiatan lisan yang melibatkan organ fisik,
seperti gerakan bibir, tangan, mata dan yang lainnya (Nasucha, 2008:5).
Setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara
lisan, tetapi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara
baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran berbicara seharusnya
2
mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa, karena
dengan pembelajaran berbicara peserta didik dapat berkomunikasi di
dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan
keterampilan itu seorang peserta didik akan mampu mengembangkan
kemampuan berbicara, membaca, menulis, dan menyimak.
Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi, rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan
media pembelajaran membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan
motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran membantu peserta
didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi.
Kedudukan media pengajaran dapat digunakan sebagai salah satu
upaya untuk mempertinggi proses interaksi antara guru dan peserta didik.
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar bagi
guru. Penggunaan media diharapkan dapat mempertinggi proses belajar
dan kualitas hasil belajar sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Media wayang merupakan seni kerajinan yang masih erat kaitannya
dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia. Media wayang
digunakan karena sangat menarik bagi peserta didik untuk proses
pembelajaran, selain melestarikan budaya khususnya Jawa dan memelihara
kebudayaan tradisional dengan baik. Media wayang juga dapat memotivasi
siswa dalam belajar. Sedangkan wayang yang akan digunakan adalah
tokoh-tokoh pandawa (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, sadewa) (Nanda,
2010: 5)
3
Banyak peneliti menggunakan media dalam proses belajar
mengajar, tetapi sebagian besar belum menggunakan media wayang.
Penulis merasa tertarik dan berkeinginan untuk meneliti tentang
penggunaan media wayang. Penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan
judul “Penggunaan Media Wayang untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Siswa, dalam Bahasa Indonesia Kelas VII SMP N5 Sukoharjo
Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Arikunta (2007:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian tindakan kelas dilakukan beberapa tahap yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observising), dan refleksi
(reflecting).
Objek penelitian ini adalah proses pembelajaran peningkatan
kemampuan berbicara dengan menggunakan media wayang. Subjek
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo tahun
ajaran 2011/2012.
Data dalam penelitian ini berupa kemampuan berbicara dengan
menceritakan tokoh Pandawa, sedangkan sumber data meliputi aktivitas
peserta didik kelas VII A SMP N 5 Sukoharjo, dalam menggunakan media
wayang dan dokumen yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang dibuat peneliti dan dokumentasi yang berupa foto dalam
kegiatan proses belajar mengajar.
Prosedur dalam penelitian ini, Peneliti menyusun beberapa
tindakan dan mengaplikasikannya dalam beberapa siklus. Tiap siklus terdiri
dari 4 kegiatan yaitu: perencanaan (planning), tindakan (implementing),
observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Proses Penelitian Tindakan
Kelas ini akan dilaksanakan menjadi tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan
siklus III.
4
Pengambilan data dalam Penelitian tindakan kelas ini meliputi:
wawancara yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung, observasi merupakan pengumpulan data dengan aktivitas yang
dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk melanjutkan sebuah penelitian, dokumentasi merupakan pengumpulan
data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara membaca, mengambil
gambar, menulis, merekam dan lain-lain, angket merupakan sumber data
yang
komperhensif
bila
dilakukan
pengukuran
terhadap
suatu
kebutuhan.dan praktek berbicara merupakan melihat kemampuan peserta
didik dalam berbicara baik secara kelompok maupun individu selama proses
pembelajaran berlangsung (Sarwono, 2006: 225-226).
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini penulis berhasil meningkatkan kemampuan siswa
dalam berbicara dengan metode wayang. Siswa menjadi lebih aktif di dalam
kelas ketika pelajaran berlangsung. Media wayang dapat menarik minat
siswa untuk belajar berbicara, sehingga peneliti dapat dengan mudah
menyampaikan materi bahasa Indonesia kepada siswa.
Keberhasilan siswa dalam berbicara dapat dilihat melalui
peningkatan nilai siswa setiap siklusnya. Pada pra siklus mencapai nilai dan
jumlah rata-rata 2070 dan 57,50. Pada siklus 1 tercapai nilai dan jumlah
rata-rata 2335 dan 64,88. Pada silus II tercapai nilai dan jumlah rata-rata
2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir siklus 3 tercapai nilai 2860
dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus 1 ke siklus II dan 10,64
% dari siklus II ke siklus III.
Aktivitas observasi pada siklus I dalam mengemukakan identitas
dan keunggulan tokoh yang diidolakan.
Nama : Anita Utaminingsih
No : 8
Kelas : VII A
Yudistira
Anak pertama atau tertua dari Dewi Kunthi dan
ayahnya Pandudewanata. Dia memiliki sifat yang baik yaitu
5
pandai, jujur, baik hati, tabah, rajin, dan pandai memainkan
senjata tombak dan menjinakkan hewan dengan cara
menaruhkan tanganya dikepala hewan itu. Dia juga berasal
dari negara Amarta.
Alasan mengidolaknnya, karena dia bijaksana, pandai,
tabah dan suka menolong. Dia memimpin negara Amarta
dengan bijaksana dan adil, tidak membedakan yang satu
dengan yang lain.
Setelah siswa selesai dengan prakteknya, maka peneliti meminta
siswa untuk mengulang kembali tentang pandawa tanpa ada pengulangan
materi dari peneliti. Peneliti pada awalnya tidak memaksakan mereka
dengan menunjuk, tetapi memberi kesempatan kepada mereka untuk berani
aktif. Tetapi karena mereka masih teringat dengan kegiatan mereka apalagi
dengan bentuk dan ciri khas wayang yang telah dijelaskan oleh peneliti, ada
beberapa siswa yang berani angkat tangan, dan berbicara tentang tokoh
pandawa tersebut berdasarkan apa yang telah mereka pelajari. Pada
observasi di siklus I ternyata siswa memang terlihat kurang begitu minat
dengan pelajaran bahasa Indonesia, karena banyak bahasa-bahasa baru yang
belum begitu dikenal oleh siswa. Kemampuan siswa pada siklus pertama
dapat dilihat dengan nilai rata-rata adalah 65 nilai meningkat dari sebelum
observasi hingga observasi siklus pertama.
Siklus berikutnya (siklus II), Aktivitas peserta didik dalam
menceritakan tokoh pandawa yang diidolakan.
Nama
No
Kelas
: Muh. Irfan k
: 25
: VII A
Arjuna
Arjuna merupakan putra bungsu Kunti dengan
Pandudewnata, ia merupakan penjelmaan dari dewa Indra (
sang dewa perang), tinggal di Negara madukara. Arjuna
memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap
sebagai satria terbaik. Kemahiran dalam peperangannya
menjadikan sebagai tumpuan para pandawa agar mampu
memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di
Kurushetra.
Arjuna mempunyai segudang istri dan kekasih karena
dia tampan dan berhati lembut. Berbeda dengan Yudistira,
dia sangat menikmati hidup didunia sedangkan Arjuna
6
petualangan cintanya memukau sehingga para putri dan
dayang banyak yang mengejar cintanya.
Arjuna berhasil memperoleh kemenangan dan Yudistira
di angkat menjadi raja. Ia melakukan perjalanan suci ke
gunung Himalaya bersama dengan saudaranya yang lain
sebagai tujuan akhir kehidupannya. Setelah menempuh
perjalanan yang panjang, pa meninggal dalam perjalanan
dan arwahnya mencapai surga.
Karena itulah saya mengiidolakan Arjuna, semua
orang di dunia ini sebenarnnya banyak yang
mengidolakannya, ketampananannyza menbuat para wanita
jatuh cinta.
Setelah siswa selesai dengan prakteknya, maka peneliti meminta
siswa untuk mengulang dengan menceritakan kembali tantang pandawa
secara keseluruhan dari yang mereka tahu tak terlepas dari tokoh yang
mereka sukai. Peneliti mulai menunjuk satu-satu siswa sesuai dengan
aktifitas yang mereka lakukan saat pemberian materi dan praktek. Siswa
mulai terbiasa dengan peneliti sebagai guru dan metode pembelajaran yang
berganti topik, membuat siswa lebih fresh di tiap kali pertemuan. Pada
siklus II materi sedikit lebih sulit dan lebih banyak jadi akan membuat siswa
lebih fokus. Siswa merasa sedikit kesulitan dengan beberapa kata-kata baru
dalam dunia perwayangan karena ada kata yang menggunakan bahasa jawa,
hingga peneliti harus lebih hati-hati dan lebih banyak bertanya tentang
penguasaan siswa. Pada siklus II ini mencapai keberhasilan dalam nilai,
terlihat dari rata-rata nilainya adalah 73. Peningkatan nilai antara siklus I
dan siklus 2 adalah
10% hingga dapat disimpulkan bahwa untuk
mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, perlu adanya pengajaran yang
bertahap.
Siklus berikutnya (siklus III), Aktifitas peserta didik dalam
berdialog.
Anita : Hai Dika, menurut kamu dari kelima tokoh pandawa siapa
yang kamu idolakan?
Dika : Kalau aku lebih mengidolakan si kembar Nakula dan
Sadewa, tapi lebih mengidolakan Sadewa. Lha kamu
siapa?
Anita : Aku jelas mengidolakan tokoh Pandawa yang paling tua,
hayo kamu tahu tidak siapa?
7
Dika : Jelas tahulah, Yudistira kan?memangnya apa kelebihan
Yudistira sehingga kamu mengidolakannya?
Anita : Betul sekali. Yudistira merupakan anak tertua dari Dewi
Kunthi dan Prabu Paudu Dewanata. Dia memiliki sifat
pandai, rajin, tabah, dan pandai menjinakkan hewan
dengan mudah. Itulah mengapa aku sangat
mengidolakan Yudistira. Sifat-sifatnya yang baik hati
dan tabah dapat menjadi tauladan bagi kita semua.
Kamu sendiri mengapa mengidolakan Sadewa, Dika?
Dika : Kalau aku jelas mengidolakan Sadewa. Sadewa merupakan
anak dari Dewi madrim dan Prabu Pandu Dewanata.
Dia ahli dalam memainkan lembing dan dia merupakan
titisan dari Dewa Aswin (dewa Pengobatan), sifatnya
juga patut dicontoh,karena tidak sombong dan suka
menolong. Alasan utama aku mengidolakan sadewa,
karena dia ahli dalam bidang pengobatan. Karena
hanya dia yang ahli dalam pengobatan dibandingkan
anggota Pandawa yang lain.
Anita : Jadi dari tokoh Pandawa kita mendapatkan pelajaran yang
berarti, yakni kita harus mencontoh semua sifat-sifat
Pandawa
Dika : Iya benar katamu Anita
Pada praktek siklus terakhir ini siswa lebih terbiasa dengan peneliti
sebagai guru dan metode pembelajaran yang berganti topik dan diskusi
(kooperatif) yang berubah-ubah pula membuat siswa lebih fresh di tiap kali
pertemuan. Pada siklus III materi sedikit lebih meningkat tingkat
kesulitannya karena perlu penggabungan semua hal yang berhubungan
dengan berbicara yaitu, suara, lafal, intonasi, gestur dan mimik untuk
menyelesaikan tugas praktek, itu akan membuat siswa lebih fokus. Tetapi
karena siswa sudah terbiasa dengan kata-kata baru tersebut hingga tidak
terjadi
permasalahan
pada
penggunaan
kata-kata
sulit
di
bidang
pewayangan. Pada siklus III ini mencapai keberhasilan dalam nilai, terlihat
dari jumlah nilai tertinggi yaitu 90 atau dengan persentase siswa 94,44%.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada sesi berbicara
dengan media wayang, maka yang dapat diperoleh dari data keadaan siswa
dan guru selama pembelajaran adalah:
1. Guru lebih menguasai materi.
2. Guru akan lebih terlibat dalam aktifitas siswa
8
3. Adanya kesan bermain oleh siswa
4. Pada saat pembelajaran siswa memiliki antusias tinggi.
5. Siswa akan memiliki motivasi yang tinggi.
6. Melatih siswa mengeluarkan pendapat.
7. Melatih siswa untuk bekerja sama
8. Membiasakan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang diperoleh
selama pembelajaran.
9. Akan melatih tanggung jawab siswa.
Adapun kelemahan dan pembelajaran yang dilakukan dalam
pembelajaran:
1. Efisien waktu kurang dapat dicapai.
2. Siswa terkadang kurang memperhatikan penjelasan guru, tetapi lebih
memperhatikan media yang dibawa oleh peneliti.
3. Guru sulit mengontrol kelas karena suasana ramai.
4. Guru terasa sulit mengelokasikan waktu.
Berdasarkan data penelitian tersebut, tindak belajar mengajar yang
dilakukan melalui media wayang dapat mendorong siswa untuk lebih
meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Siswa juga lebih
semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru terutama ketika
dilaksanakannya praktek pada tiap-tiap siklus.
Tanggapan peserta didik sesudah menggunakan media wayang
siswa mempunyai beberapa pandangan berbeda dengan metode pengajaran
yang dilakukan oleh peneliti, dimana mereka merasa bahwa mata pelajaran
Bahasa Indonesia menjadi lebih menyenangkan. Seperti dikatakan oleh
beberapa siswa:
“Sangat menyenangkan, setelah belajar berbicara dengan
menggunakan media wayang lebih mudah dalam menyampaikan sesuatu
(Isnaini/19/17 Mei 2012)”
9
“Sangat mendukung karena pada jaman sekarang banyak sekali
orang yang mengabaikan seni pewayangan dan dengan cerita wayang kita
dapat memahami budaya adat kuno (Khoirul Putri/20/17 Mei 2012)”
“Menggunakan media wayang itu asik, karena kita dapat berlatih
berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus malu
(Hanifan Juliyanti/17/17 Mei 2012)”
Media yang digunakan oleh penulis adalah media wayang untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa, karena memang berbicara
adalah salah satu kegiatan yang dianggap sulit oleh siswa kelas VII A SMP
N 5 Sukoharjo. Setelah penerapan dengan media wayang, siswa menjadi
mudah dalam menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih
banyak beraktifitas karena dianggap media wayang adalah media yang
menyenangkan sambil belajar budaya Indonesia.
Selain itu dengan adanya media wayang, peserta didik juga dapat
belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh Pandawa. Penggunaan
media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta didik karena peserta didik
dapat berlatih berbicara di depan umum dengan baik dan benar tanpa harus
malu maupun grogi. Penggunaan media wayang cukup efektif sebagai
media pembelajaran berbicara, hasil dari wawancara bahwa peserta didik
merasa menggunakan media wayang cukup menarik sehingga mampu
membangkitkan minat dan motivasi dalam pembelajaran.
D. SIMPULAN
Terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas VII SMP Negeri
5 Sukoharjo pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan
media wayang dari setiap siklus. Pada siklus 1 diketahui nilai terendah 50
dan nilai tertinggi 75, dengan jumlah nilai dan rata-rata 2335 dan 64,88.
Pada silus II diketahui nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80, dengan
jumlah nilai dan rata-rata 2585 dan 71,80 sedangkan pada siklus terakhir
siklus 3 diketahui nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90, dengan jumlah
10
nilai dan rata-rata 2860 dan 79,30. Terjadi peningkatan 10,66 % dari siklus
1 ke siklus II dan 10,64 % dari siklus II ke siklus III.
Setelah menggunakan media wayang, siswa menjadi mudah dalam
menyampaikan sesuatu, menyenangkan, dan siswa lebih banyak beraktifitas
karena dianggap media wayang adalah media yang menyenangkan sambil
belajar budaya Indonesia. Selain itu dengan adanya media wayang, peserta
didik juga dapat belajar mengenai nama-nama wayang terutama tokoh
Pandawa. Penggunaan media wayang ini sangat bermanfaat bagi peserta
didik karena peserta didik dapat berlatih berbicara di depan umum dengan
baik dan benar tanpa harus malu maupun grogi.
DAFTAR PUSTAKA
-------. 2010. Bercerita.
(http://www.organisasi.org, diakses Selasa 26 Oktober 2011
pukul 11.00 WIB).
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Larasati. 2004. “Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Teknik Debat
pada Siswa Kelas III PS SMKN 8 Semarang Tahun Ajaran
2003/2004”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
(http://www.diglib.unnes.ac.id. Diakses pada kamis 8 Desember
2011 pukul 15.00)
Nasucha, Yakup. 2008. Teori Berbicara Untuk Terampil. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nanda. 2010. Ensiklopedi Wayang. Jogjakarta: Absolut.
Pradikta. 2009. “ Peningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Kegiatan
Bermain Peran Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Srengat
Kabupaten Blitar dengan Menggunakan Media Rekaman Iklan
Televisi”. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
(http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastraindonesia/article/view/4824). Diakses pada kamis 8 Desember
2011 pukul 15.00).
11
Sufanti, Main. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suprapti. 2009. “Upaya Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui
Penggunaan metode Role Playing: Penelitian Tindakan kelas pada
Siswa Kelas VIII B MTs Negeri Kebumen Tahun Ajaran
2009/2010”. Skripsi. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.
Suwandi, Sarwiji. 2009. Modul Penilaian Kelas dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk
Pengembangan Profesi Guru Praktis dan Mudah. Bandung:
Alfabeta.
Wahyuningsih. 2009. “Upaya Peningkatan keterampilan Bercerita Siswa
dengan metode Problem Based Learning pada pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA Negeri I Kutowinangun Kebumen”.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuliatun. 2010. “Peningkatan Kemampuan Bercerita Menggunakan Media
Film Kartun Siswa Kelas VII F SMP N 1 Mandiraja Banjarnegara”.
Skripsi.
Semarang:
Universitas
Negeri
Semarang.
(http://www.google.com/urlpeningkatan_kemampuan_bercerita_).
Diakses pada kamis 8 Desember pukul 15.00.