Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring Dengan Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Assa’adiyah Attahiriyah VII Tahun Ajaran 2015/2016
Skripsi
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Siti Herawati NIM. 1812018300031
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
vi
Rasa syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dengan semua kemuliaan-Nya dan keagungan-Nya telah mempermudah langkah penulis dalam menyelesaikan laporan PTK ini. Dalam penulisan laporan ini banyak pelajaran yang diperoleh baik itu ketika mengalami kesulitan, kebingungan, dan menghadapi tantangan. Namun atas bimbingan-Nya dan motivasi berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.Ag. Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI).
3. Asep Ediana Latip, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI).
4. Bapak Dindin Ridwanuddin, M.Pd. Ketua pengelola Dual Mode System
(DMS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Nafia Wafiqni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
6. Seluruh Dosen Prodi PGMI Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.
7. Ibu Suyati, S.Pd.I. Selaku Kepala Sekolah MI. Assa’adiyah Attahiriyah VII
Ciracas, yang telah memberikan izin dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian skripsi.
(7)
vii
membalasnya, semoga penulis memberikan yang terbaik untuk kalian.
9. Sahabat-sahabat seperjuanganku, mahasiswa kelas F Program Dual Mode
System Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyahangkatan 2012 yang selalu
memberikan semangat serta do’a kepada penulis.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
mudah-mudahan bantuan bimbingan, semangat dan do’a yang telah diberikan menjadi
pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umum.
Jakarta, 22 Juni 2016
(8)
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 3
C.Pembatasan Masalah ... 4
D.Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian... ... 4
F. Manfaat Penelitian ... ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A.Landasan Teori... 6
1. Keterampilan ... 6
a. Pengertian Keterampilan ... 6
b. Macam-Macam Keterampilan ... 6
2. Membaca ... 7
a. Pengertian Membaca ... 7
b. Hakikat Membaca ... 8
c. Tujuan Membaca ... 9
d. Beberapa Fase Perkembangan Membaca ... 12
e. Fungsi Membaca ... 12
(9)
ix
b. Keterampilan-Keterampilan Yang Dituntut Dalam Membaca
Nyaring ………. 16
c. Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring ………... 17
4. Keterampilan Membaca ... 18
a. Keterampilan Membaca ... 18
b. Mengembangkan Keterampilan Membaca ... ... 19
c. Bacaan yang Baik dan Ciri-Cirinya ... 21
d. Membaca yang Baik dan Pembaca yang Baik ... 22
e. Ciri-Ciri Pembaca yang Baik ... 22
f. Kendala-Kendala Membaca dan Cara Mengatasinya ... 23
g. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca ... 24
h. Langkah-Langkah Penting yang Kita Tempuh/Lakukan dalam Mengatasi Kendala-Kendala Membaca ... 24
5. Media ... 25
a. Pengertian Media ... 25
b. Media Sebagai alat Bantu ... 29
c. Media Sebagai Sumber Belajar ... 30
6. Gambar ... 32
a. Pengertian Gambar ... 32
b. Kelebihan Gambar ... 32
c. Kekurangan Gambar ... 33
7. Media Gambar/Pembelajaran ... 33
a. Pengertian Media Gambar/Pembelajaran ... 33
b. Media Gambar untuk Pembelajaran Keterampilan Berbahasa 34
c. Macam-macam Media ... 37
d. Klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran ... 38
e. Kegunaan Media Pembelajaran ... 41
(10)
x
i. Dasar Pertimbangan Pemilihan dan Penggunaan Media ... 45
j. Fungsi Media Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 46
k. Wujud dan Jenis Media Pembelajaran ... 47
l. Kriteria Pemilihan Media Pengajaran ... 48
B.Hasil Penelitian yang Relevan... 48
C.Kerangka Berpikir ... 49
D.Hipotesa Tindakan... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51
C.Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 51
1. Metode Penelitian ... 51
2. Rancangan Siklus Penelitian ... 52
D.SubjekPenelitian ... 54
E. Peran dan Posisi dalam Penelitian ... 55
F. TahapanIngtervensiTindakan ... 55
G.Hasil IntervensiTindakan yang Diharapkan ... 56
H.Data danSumber Data... 57
I. Instrument Pengumpulan Data ... 57
J. Teknik Pengumpulan Data ... 63
K.Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Data ... 64
L. Analisis dan Interpretasi Hasil Analisis ... 64
M.Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 67
BAB IV PEMBAHASAN A.Deskripsi Data Sekolah ... 68
B.Deskripsi Data Hasil Pengamatan ... ... 72
C.Analisis Data ... 94
(11)
xi DAFTAR PUSTAKA
(12)
xii
….……….
Tabel 3.2. Lembar Observasi Aktivitas Guru ………. 55
Tabel 3.3. Lembar Observasi Aktivitas iswa ……… 57
Tabel 3.4. Rubrik Pretest Keterampilan Membaca……… 59
Tabel 3.5. Klasifikasi Aktifitas Guru ………..…. 62
Tabel 3.6. Klasifikasi Aktifitas Siswa……….. 62
Tabel 3.7. Skor Penilaian Keterampilan Membaca……….. 63
Tabel 4.1. Lembar Observasi Aktivitas Guru ……….. 77
Tabel 4.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ………. 79
Tabel 4.3. Hasil Belajar Pretest Keterampilan Membaca Siklus I ..…… 81
Table 4.4. Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I………. 82
Tabel 4.5. Catatan Penelitian Siklus I………. ……….. 83
Tabel 4.6. Lembar Observasi Aktivitas Guru ……… 85
Table 4.7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ………. 87
Table 4.8. Hasil Belajar Pretest Siklus II …..……….. 88
Tabel 4.9. Tingkat Penguasaan Siswa .………. 90
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan komponen yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui bahasa, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain, Sehingga hubungan antar sesama dapat terjalin dengan baik. Selain itu, bahasa juga dapat menunjukkan pribadi seseorang bahkan pribadi bangsa. Sebagian besar anggota masyarakat beranggapan bahwa orang yang santun dalam berbahasa pasti memiliki kepribadian yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi pada kenyataannya sebagian besar masyarakat kita, khususnya anak-anak dan remaja lebih suka menggunakan bahasa Indonesia yang sudah mendapatkan pengaruh dari bahasa lain atau yang lebih dikenal dengan bahasa gaul. Sedangkan bahasa Indonesia hanya digunakan oleh orang-orang tertentu dan dalam situasi tertentu pula. Dengan demikian tanpa disadari bahasa Indonesia akan semakin terpinggirkan dengan sendirinya, padahal sebagai bahasa yang baik, serta dalam rangka menjalin persatuan dan kesatuan bangsa, maka kita harus menggunakan salah satu alat pemersatu bangsa, yakni bahasa Indonesia.
Untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka diperlukan pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Karena itu pemerintah membuat kurikulum bahasa Indonesia yang wajib diajarkan kepada seluruh jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan sampai Perguruan Tinggi (PT).
(14)
Hal itu dimaksudkan agar siswa mampu menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan berbahasa dengan segala aspeknya, yakni menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca dan menulis dengan tepat.
Bagi guru, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu tantangan tersendiri, mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah merupakan sebagai bahasa pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain. Sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada saat ini, mata pelajaran bahasa Indonesia sering diremehkan oleh sebagian besar siswa, bahkan dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, khususnya dalam aspek membaca. Siswa menganggap bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang selalu membaca, membaca dan membaca. Peristiwa itu bisa dilihat ketika siswa diminta untuk membaca buku cerita atau puisi sederhana, mereka sering mengeluh kurangnya keterampilan membaca siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan terlihat bingung dengan apa yang ingin mereka ceritakan atau sampaikan. Khususnya pada aspek membaca, secara otomatis menyebabkan prestasi belajar (hasil belajar) siswa kurang mencapai target yang diharapkan.
Menurunnya keterampilan membaca siswa berakibat pada menurunnya prestasi belajar (hasil belajar) siswa dapat dibuktikan dengan hasil tes yang
dilaksanakan pada siswa kelas II MI Assa‟Adiyah Attahiriyah VII. Dari tes
tersebut diperoleh nilai rata-rata yang seharusnya mencapai angka 7, pada
kenyataannya hanya mencapai angka 50. Untuk membaca buku cerita bergambar atau teks pendek sederhana, hanya beberapa anak yang mampu bercerita atau menyampaikan, sementara lebih dari 30% anak yang dikagorikan membaca dengan kesalahan ejaan terparah dalam menyampaikan atau menceritakan dan hanya beberapa anak yang membaca atau menceritakan bacaannya dapat dinilai baik, karena yang diungkapkan jelas dengan urutan yang logis.
(15)
Dengan permasalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka guru harus mengambil tindakan, yakni dengan mencari dan menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang efektif, inovatif dan berpotensi memperbaiki pembelajaran membaca, sehingga meningkatkan keterampilan membaca dan sikap siswa terhadap pembelajaran membaca. Dengan demikian guru dapat menggunakan media gambar.
Media merupakan sumber belajar. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak didik akan lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media. Hal ini pula yang membantu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring Dengan Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas II MI Assa’Adiyah Attahiriyah VII”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini ialah :
1. Keterampilan siswa dalam membaca sangat kurang.
2. Belum terampilnya guru menggunakan media pembelajaran.
3. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia.
4. Belum tersedianya media pembelajaran yang memadai di sekolah.
5. Banyaknya guru yang belum menggunakan media pembelajaran dalam
(16)
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini ialah :
1. Yang dimaksud dengan keterampilan membaca yakni sebagai salah satu
aspek keterampilan berbahasa.
2. Media gambar yang dimaksud yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
3. Materi pelajaran bahasa Indonesia yang akan di gunakan dalam penelitian
yakni
SK : Mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (nyaring) teks pendek cerita anak dan buku cerita bergambar.
KD : Membaca nyaring teks pendek atau buku cerita bergambar. Indikator :
a. Membaca teks cerita dengan lafal dan intonasi yang tepat.
b. Menjawab atau mengajukan pertanyaan sehubung dengan isi teks
yang dibaca.
c. Menceritakan isi teks yang dibaca menggunakan kalimat atau
kata-kata sendiri. D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
dari penelitian tindakan ini ialah “Bagaimana Peningkatkan Keterampilan
Membaca dengan Penggunaan Media Gambar pada siswa kelas II (dua) MI
Assa‟Adiyah AttahiriyahVII”. E. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas II
(dua) MI Assa‟Adiyah Attahiriyah VII dengan penggunaan media gambar.
2. Untuk mengetahui dampak penggunaan media gambar bagi meningkatkan
(17)
F. Manfaat Penelitian
1. Sebagai motivasi dalam meningkatkan kemampuan dengan penggunaan
media gambar.
2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan
khususnya tentang penggunaan media gambar.
3. Untuk mengembangkan kemampuan guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran membaca yang benar-benar efektif dengan penggunaan media gambar.
4. Untuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar
dan kompetensi siswa dalam mengembangkan kemampuan membaca, sehingga diharapkan kemampuan membaca dapat ditingkatkan.
(18)
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Landasan Teori 1. Keterampilan
a. Pengertian Keterampilan
Menurut Dunnette pengertian keterampilan membaca adalah
“Kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang
didapat.”1
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kecakapan atau kemahiran yang dimiliki untuk melakukan beberapa tugas dalam suatu pekerjaan dan hanya dapat diperoleh melalui praktek, baik latihan maupun melalui pengalaman serta dapat bekerja lebih baik dan mampu menggunakan fasilitas yang disediakan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya.
b. Macam-Macam Keterampilan
Pada dasarnya keterampilan dapat dikatagorikan menjadi empat, yaitu:
1) Basic Literacy skill
2) Technical Skill
3) Interpersonal Skill
4) Problem Solving
Basic Literacy skill atau Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis, dan mendengar.
1
Mokoginta, Pengertian keterampilan dan Jenisnya, dalam: http://rapendik.com/ program/pengayaan-pembelajaran/keterampilan/2118-pengertian-keterampilan-dan-jenisnya, diakses pada tanggal 25 Juni 2013.
(19)
Technical Skill atau Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer.
Interpersonal Skill atau Keahlian Interpersonal merupakan keterampilan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim.
Problem Solving atau Menyelesaikan masalah merupakan proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta keterampilan untuk mengetahui penyebab, mengembangkan
alternatif dan menganalisa serta memilih penyelesaian yang baik.2
2. Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca adalah kegiatan yang sering kita lakukan, tapi kadang-kadang kita tidak mengetahui apa sebenarnya membaca. Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan terpadu yang mencakup beberapa kegiatan, seperti mengenal huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi serta maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud
bacaan.3
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/media tulis (H.G. Tarigan, 1983:7).
Membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir Burhan, 1971:90). Disamping itu, membaca adalah laku penguraian tulisan, suatu analisis bacaan. Dengan demikian membaca adalah
2
Ibid, hl. 245.
3
Dra. Novi Resmini, M. Pd dan Drs. Dadan Juanda, M.Pd, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 71.
(20)
penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan
jiwa dalam menghayati naskah.4
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan melalui
kata-kata/bahasa tulis.5
Membaca adalah satu keterampilan berbahasa disamping menyimak,
berbicara dan menulis.6
Membaca adalah suatu proses (dengan tujuan tertentu), pengenalan, penafsiran, dan menilai gagasan yang berkenaan dengan bobot mental atau
kesadaran total sang pembaca.7
b. Hakikat Membaca
Pada hakikatnya, membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca
sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri beberapa aspek. Asep-aspek tersebut:
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat
dianggap pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini
mencakup:
a) unsur-unsur linguistic (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa,
kalimat, dan lain-lain)
b) pengenalan bentuk huruf
4
Kundharu Saddhono-St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: IKAPI Jawa Barat, 2012), cet. 1, hl. 64.
5
Dra. Isah Cahyani. M.Pd dan Dra. Hodijah. M. Pd, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 98.
6
Budinuryanta Y, Kusuriyanta dan Imam Koermen, Materi Pokok Pengajaran Keterampilan Berbahasa 1-12; PISA 4372/4 SKS, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), cet. 2, hl. 11.2.
7
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa, (Bandung: Angkasagroup, Edisi Revisi, 2009), cet. 1, hl. 42.
(21)
c) pengenalan Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan
bunyi (kemampuan menyuarahkan bahan tulis atau “to bark at print”)
d) kecepatan membaca ke taraf lambat.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension siklls) yang
dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:
a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
b) memahamki signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca).
c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)
d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
dengan keadaan.8
c. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi. Mencakup isi, memahami makna bacaan. Tujuan membaca dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh sang tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus.
2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang
baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.
3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula, pertama, kedua, ketiga/seterusnya. setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, agenda-agenda dan kejadian-kejadian buat dramatisasi.
8
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Edisi Revisi 2008), cet. 1, hl. 12-13.
(22)
4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pangarang kepada pembaca.
5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak
biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang benar.
6) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh
berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang
tokoh menyerupai pembaca.9
Menurut Akhadiah tujuan membaca dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Untuk mendapatkan informasi.
2) Meningkatkan citra diri.
3) Melepaskan diri dari kenyataan.
4) Membaca untuk tujuan rekreatif (kesenangan atau hiburan).
5) Mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis.10
Tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa, yaitu:
1) Tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan
pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya.
2) Tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang
dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret.
3) Tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota
suatu masyarakat yang menggunakan bahasa atau dialek itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu.
4) Tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin
mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu
kebudayaan atau masyarakat.11
9
Dra. Isah Cahyani, M. Pd dan Dra. Hodijah, M. Pd, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 99-100.
10
Dra. Novi Resmini, M. Pd dan Drs. Dadan Juanda, M. Pd, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 76.
11
Budinuryanta Y, Kusuriyanta dan Imam Koermen, Materi Pokok Pengajaran Keterampilan Berbahasa; 1-12, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), cet. 2, hl. 11.2.
(23)
Berikut kemukakan beberapa tujuan membaca:
1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh sang tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh.
2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang
baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.
3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada
setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula, pertama, kedua, ketiga/seterusnya. setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, agenda-agenda dan kejadian-kejadian buat dramatisasi.
4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh
merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pangarang kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.
5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak
biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak.
6) Membaca menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh, bekerja dalam cerita itu.
7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh
berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang
tokoh menyerupai pembaca.12
12
Prof.Dr.Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Edisi Revisi, 2008), cet. 1, hl. 9-10.
(24)
d. Beberapa Fase Perkembangan Membaca
1) Fase pramembaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan
mempelajari perbedaan huruf dan angka.
2) Fase ke- 1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh
pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita.
3) Fase ke- 2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat
menganalisis kata-kata yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan
4) Fase ke- 3 dari kelas empat sampai dengan kelas dua SMP, anak
dapat memahami bacaan.
5) Fase ke- 4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu
menyimpulkan dan mengenal maksud penulis dalam bacaan.
6) Fase ke- 5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang
dewasa dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dan menanggapi materi bacaan secara kritis.13
e. Fungsi Membaca
1) Fungsi intelektual, Dengan banyak membaca kita dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar kita.
2) Fungsi pemacu kreativitas, Hasil membaca kita dapat mendorong, menggerakan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keluasan wawasan dan pemilikan kosakata.
3) Fungsi praktis, Kegiatan membaca dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan.
4) Fungsi rekreatif, Membaca digunakan sebagai upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan.
13
Dra. Isah Cahyani, M. Pd dan Dra. Hodijah, M. Pd, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 101.
(25)
5) Fungsi informatif, Dengan banyak membaca informatif seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain dapat memperoleh berbagai informasi yang sangat kita perlukan dalam kehidupan.
6) Fungsi religius, Membaca digunakan untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan meningkatkan diri kepada Tuhan.
7) Fungsi sosial, Kegiatan membaca mempunyai fungsi soaial tinggi manakalah dilaksanakan secara lisan atau nyaring.
8) Fungsi pembunuh sepi, Kegiatan membaca dapat juga dilakukan
untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang.14
f. Manfaat Membaca
Selain fungsi di atas, kegiatan mendatangkan manfaat, antara lain:
1) Memperoleh banyak pengalaman hidup.
2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu
yang sangat berguna bagi kehidupan.
3) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam beradaban dan
kebudayaan suatu bangsa.
4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mutakhir di dunia.
5) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker,
meningkatkan taraf hidup dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.
6) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat
mengantarkan seseorang menjadi cerdik pandai.
7) Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, dan lain-lain
yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis.
8) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap
eksistensi dan lain-lain.15
14
Kundharu Saddhono-St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia, (Bandung: IKAPI Jawa Barat, 2012), cet. 1, hl. 65-66.
(26)
g. Jenis-Jenis Membaca
1) Membaca pemahaman atau reading for understanding adalah salah
satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan.
2) Membaca memindai atau disebut juga membaca tatap (scanning),
merupakan kegiatan membaca yang sangat cepat untuk memperoleh informasi tertentu dari bahan bacaannya.
3) Membaca layap atau membaca sekilas (skimming) adalah membaca
yang membuat mata kita bergerak cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan.
4) Membaca intensif atau intensive reading adalah proses membaca
yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan pada saat membaca, karena kegiatan membaca intensif ini tidak semata-mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi dari bacaan.
5) Membaca nyaring atau membaca bersuara keras merupakan kegiatan
membaca yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak.
6) Membaca dalam hati merupakan jenis kegiatan membaca yang
berbeda dengan membaca nyaring tetapi memiliki kesamaan tujuan
dalam mendalami materi yang terdapat dalam bacaan.16
15
Ibid, hl. 66.
16
Dra. Novi Resmini, M. Pd dan Drs. Dadan Juanda, M. Pd, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 80-82.
(27)
3. Membaca Nyaring
a. Pengertian Membaca Nyaring
Membaca nyaring, membaca bersuara dan membaca lisan (read-ing out loud, oral reading, reading aloud). Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang
pengarang.17
Orang yang membaca nyaring pertama haruslah mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahasa bacaan. Dia juga harus memperlajari keterampilan-keterampilan penafsiran atas lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup.
Menurut Dawson (et al) 1963 : 215 – 216, bahwa membaca nyaring
adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat. Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan membaca nyaring, guru harus memahami proses komunikasi dua arah.
Menurut Broughton (et al) 1978 : 91, bahwa membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks dan banyak seluk beluknya. Membaca nyaring itu pada hakikatnya merupakan suatu masalah lisan atau oral matter. Oleh karena itu, khusus dalam pengajaran bahasa asing, aktivitas membaca nyaring lebih dekat atau lebih ditujukan
pada ucapan (pronounciation) daripada ke pemahaman (comprehension).
Membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran) dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita (Moulton 1970:15).
17
Prof. DR. Henry Guntur Tarigan, Membaca, (Bandung: Angkasa, Edisi Revisi, 2008), cet. 1, hl. 23
(28)
b. Keterampilan-Keterampilan Yang Dituntut Dalam Membaca Nyaring
Dibawah ini, dikemukakan sejumlah keterampilan dasar yang dituntut dalam membaca nyaring pada setiap kelas sekolah dasar, antaranya sebagai berikut:
Kelas 1:
1. Mempergunakan ucapan yang tepat.
2. Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata).
3. Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah
terpahami.
4. Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan
baik.
5. Menguasai tanda-tanda baca sederhana, seperti:
a) Titik ( . )
b) Koma ( , )
c) Tanda Tanya ( ? )
d) Tanda seru ( ! )
Kelas II:
1. Membaca dengan terang dan jelas
2. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi.
3. Membaca tanpa ragu-ragu, tanpa terbata-bata.
Kelas III:
1. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi.
2. Mengerti serta memahami bahan bacaan.
Kelas IV:
1. Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
(29)
Kelas V:
1. Membaca dengan pemahaman dan perasaan.
2. Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan.
3. Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.
Kelas VI:
1. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi.
2. Membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan
mempergunakan frase atau susunan kata yang tepat.18
c. Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring
Seorang pembaca nyaring yang baik biasanya berhasrat sekali menyampaikan sesuatu yang penting kepada para pendengarnya. Sesuatu yang penting tersebut dapat berupa informasi yang baru, sesuatu pengalaman yang berharga, uraian yang jelas, karakter yang menarik hati, sekelumit humor yang segar atau sebait puisi. Pembaca hendaklah
mengetahui serta mendalami keinginan serta kebutuhan para
pendengarnya, serta menginterpretasikan bahan bacaan itu secara tepat. Agar membaca nyaring dengan baik, sang pembaca haruslah menguasai keterampilan-keterampilan persepsi (penglihatan dan daya tanggap) sehingga dia mengenal/memahami kata-kata dengan cepat dan tepat. Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud pengarang, pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara, antara lain:
a) Dia menyoroti ide-ide baru dengan mempergunakan penekanan yang
jelas.
b) Dia menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya.
c) Dia menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik.
d) Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga
suaranya agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.
e) Mejelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang
baik dan tepat.19
18
(30)
Keterampilan-keterampilan membaca nyaring akan berkembang secara wajar, secara alamiah dalam membaca drama. Membaca drama menambahi sejumlah nilai pada pembaca, antara lain:
1) Memperoleh kesenangan dalam dramatisasi yang terlihat pada
pemupukan keyakinan anak-anak sehari-hari.
2) Memperkaya daya khayal, imajinasi dalam membaca fiksi.
3) Menanamkan disiplin yang tidak terdapat pada jenis-jenis membaca
lainnya.
4) Mempertinggi pemahaman, pengembangan kosa kata, membaca
frase/paragraf, ekspresi/perasaan, serta keterampilan-keterampilan berbicara pada umumnya.
4. Keterampilan Membaca a. Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa biasanya tanggung jawabnya diserahkan pada guru bahasa Indonesia. Hal itu perlu diluruskan kalau ada anggapan demikian. Setiap guru dalam mata pelajaran apa pun harus turut bertanggung jawab atas keterampilan para siswanya, sebab faktor sangat dominan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Setiap keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu erat sekali hubungannya dengan keterampilan lainnya dengan beraneka ragam.
Penggunaan bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Kemampuan berbahasa lisan, meliputi berbicara dan menyimak.
2) Kemampuan bahasa tulisan, meliputi kemampuan membaca dan
menulis.20
Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:
19
Ibid, hl. 27
20
Dr. Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta, Prenadamedia Group, Edisi pertama, 2013), cet. 1, hl.242-243.
(31)
1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
2) Korelasi aksara berserta tanda-tanda baca dengan unsure-unsur
linguistik yang formal.
3) Hubungan lebih lanjut dari a dan b dengan makna atau meaning.21
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulai lingkungan keluarga sebelum masuk sekolah anak belajar menyimak dan berbicara, setelah sekolah baru belajar membaca dan menulis. Dari jaman ke jaman model membaca selalu dipengaruhi perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan. Pada antara tahun 1950 an dan tahun 1960 an model membaca dipengaruhi definisi dan penjelasan membaca, pada tahun 1970 an timbul model-model dan teori membaca yang bertitik tolak dari pandangan ahli psikologi perkembangan, psikologi kognitif, proses informasi psikolinguistik, sedangkan pada tahun 1980 an proses membaca dipengaruhi psikologi eksperimental. Membaca merupakan suatu keterampilan yang pemilikan
keterampilannya memerlukan suatu latihan yang intensif, dan
berkesinambungan.
Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Seorang guru di sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa yakni keterampilan membaca. Agar dapat tercapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus dapat menentukan metode yang dianggap lebih mudah pelaksanaanya dari metode atau alat lain.
b. Mengembangkan Keterampilan Membaca
Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan membaca itu, antara lain:
1) Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata.
21
Prof.Dr.Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Edisi Revisi, 2008), cet. 1, hl. 11.
(32)
2) Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat, dan sebagainya.
3) Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau
pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, pribahasa, dan lain-lain.
4) Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar
dengan berbagai cara, misalnya “Ali dokter”.
5) Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar.22
Singkatnya, dalam mengembangkan serta meningkatkan
keterampilan membaca para pelajar, sang guru mempunyai tanggung jawab berat, paling sedikit meliputi enam hal utama, yaitu:
1) Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka akan
memahami keadaan dan selak-beluk kebudayaan.
2) Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) dan makna-makna kata-kata
baru.
3) Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau simbol.
4) Membantu para pelajar memahami struktur-struktur (termasuk
struktur kalimat yang biasanya tidak begitu mudah bagi pelajar bahasa).
5) Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman
(comprehension skills) kepada para pelajar.
6) Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam
membaca.23
22
Ibid, hl.14-15.
23
(33)
c. Bacaan yang Baik dan Ciri-Cirinya
1) Bacaan itu merupakan nilai kehidupan tertentu, berupa kebenaran,
keadilan, kebijakan, kemanusiaan, atau keahlian.
2) Bacaan itu mempunyai sifat edukatif, artinya ia memberikan
pengaruh positif pada pembacanya, bermanfaat memacu orang untuk berbuat lebih baik dan lebih tertib.
3) Bacaan itu mempunyai kadar inteletualitas tertentu, mengajak
pembacanya aktif berpikir dan merenungkan kehidupan ini.
4) Bacaan itu bersifat inovatif, baik dalam ide-ide maupun pilihan
kata-katanya, mengedepankan sesuatu yang baru, serta
memancarkan semangat kreativitas.
5) Bacaan itu bersifat otentik (murni dan punya kesejatian), ada unsur
orisionalitas (keaslian) dan keunikan atau kekhasan di dalamnya, tidak imilatif/pulasan dan tidak pula epigonistik.
6) Bacaan itu disampaikan dalam bahasa yang benar, baik dan
menarik, segar, dinamis dan bernas, tidak klise, dan tidak klobotistik.
7) Bacaan menyampaikan ide-ide secara runtut, komunikatif, dan
cukup efektif, tidak acak-acakan, tidak membingungkan dan juga tidak terlalu cair.
8) Cukup etis dan sublim, menjauhi pornografi dan kevulgaran.
9) Berwawasan luas serta membahas suatu persoalan secara intensif
atau mendalam.
10) Mempunyai selera artistik tertentu, lebih-lebih kalau bacaan itu
karya sastra.
11) Bersifat inspiratif, bacaan itu bisa mengubah semangat kretif para
pembacanya, mengilhami seseorang untuk aktif menulis.24
24
Kundharu Saddhono-St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia, (Bandung: IKAPI Jawa Barat, 2012), cet. 1, hl. 79-80.
(34)
d. Membaca yang Baik dan Pembaca yang Baik
1) Sikap mental dan sikap nalar yang baik.
2) Sikap fisik yang baik.
3) Bahan yang baik, yang memberi makna kepada kehidupan.
4) Bahan yang banyak dan beraneka ragam.
5) Jenis yang sesuai dengan tujuan dan kepentingan pembaca.25
e. Ciri-Ciri Pembaca yang Baik
1) Bisa bersikap selektif, artinya ia bisa memilih bahan-bahan yang
penuh nilai guna baginya.
2) Bisa mencerna manakah naskah dengan baik atau memahami
secara tepat, dengan pemahaman ide-ide naskah sampai ke relung-relungnya.
3) Bersikap kritis dan terbuka, tidak asal mengiyakan ide-ide naskah,
cukup punya wawasan yang luas.
4) Punya daya interaktif dan asosiatif, punya kemampuan
mengabstraksi.
5) Punya atensi yang tinggi terhadap dunia keilmuan pada umumnya,
juga kebudayaan dalam arti luas dan agama.
6) Punya sikap apresiatif dan kecintaan terhadap nilai-nilai kehidupan,
baik ilmiah maupun literis, baik yang berdimensi humanistik maupun religius.
7) Punya kemampuan merespon/mengomentari dan menganalisis
naskah.
8) Punya kepekaan yang baik terhadap nilai-nilai moral dan social,
cukup sensitive juga dalam hal menangkap hal-hal yang etis dan tidak benar, cukup korektif, bisa membetulkan yang salah dan janggal.
25
(35)
9) Punya semangat baca yang menggebu-gebu, tidak pembosan, bisa memanfaatkan setiap waktu luang untuk kegiatan ini, di samping kegiatan lain.
10) Punya kreativitas dan daya mengolahkembangkan apa-apa yang
dibacanya dalam ekpresi lisan dan tulis.26
f. Kendala-Kendala Membaca dan Cara Mengatasinya
1) Sikap mental yang menganggap bahwa banyak membaca tidak ada
bedanya dengan sedikit membaca, tidak ada pengaruhnya dalam berbagai kegiatan hidup.
2) Sikap asing orang tertentu terhadap mereka yang rajin membaca
dengan menyebut mereka sebagai kutu buku, sebagai sekelompok orang-orang yang bermental priyayi yang kurang mempunyai etos kerja.
3) Langkanya buku-buku, mahalnya harga buku sehingga tidak
terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah, ketidaklengkapan buku-buku perpustakan, prosedur peminjaman yang rumit, pelayanjan perpustakaan yang kurang simpatik.
4) Rendahnya kompetensi bahasa dan tingkat pemahaman membaca.
5) Budaya santai dan menerebas, orang berambisi cepat sukses tanpa
mau berusaha payah. Akibatnya jalan yang ditempuh bukanlah
ketekunan belajar dan bekerja keras melainkan politik Machiavelli
(menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan).27
Masalah yang dihadapi anak dalam membaca, yakni:
1) Kurang mengenali huruf
2) Membaca kata demi kata yang seringkali disebabkan oleh gagal
menguasai keterampilan pemecahan kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar membaca.
3) Pemparafrasekan yang salah.
4) Miskin pelafalan/penghilangan.
26
Ibid, hl. 81-82.
27
(36)
5) Pengulangan.
6) Pembalikan.
7) Penyisipan.
8) Penggantian.
9) Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk, dan menggerakan kepala.
10) Kesulitan konsonan, kesulitan kluster, diftong, dan digrapf.
11) Kesulitan menganalisis struktur kata
12) Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara
mengucapkannya.28
g. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca
Tiga hal pokok yang perlu diperhatiakan guru dalam pengajaran bahasa membaca, yakni:
1. Pengembangan aspek sosial anak, yakni: kemampuan bekerja
sama, percaya diri, kestabilan emosi, dan rasa tanggungjawab.
2. Pengembangan fisik, yaitu pengaturan gerakan motorik.
3. Perkembangan kognitif, yakni membedakan bunyi, huruf,
menghubungkan kata dan makna.
Strategi meningkatkan kemampun membaca, yaitu:
1) Pemilihan Bahan Ajar Membaca.
2) Metode Pengajaran Membaca.
3) Strategi pengucapan.
4) Strategi pengenalan makna kata.29
h. Langkah-Langkah Penting yang Kita Tempuh/Lakukan dalam Mengatasi Kendala-Kendala Membaca
1) Mengubah sikap mental dengan menunjukkan diri sendiri dan
orang lain dengan banyak membaca, kita bisa meningkatkan kualitas intelektual, spiritual, dan sosialitas kita.
28
Dra. Isah Cahyani, M. Pd dan Dra. Hodijah, M. Pd, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), cet. 1, hl. 101
29
(37)
2) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sehingga kita memiliki daya beli yang kuat.
3) Kita mempelajari bahas dan selak-beluknya, baik struktur,
kosakata, semantik maupun penerapannya, sehingga kita bisa meningkatkan kompetensi bahasa kita.
4) Tidak henti-hentinya membina minat baca dengan berbagai upaya
yang memungkinkan kita selalu bergaul akrab dengan buku-buku, dan bila kita sudah membaca buku-buku, kita pusatkan perhatian, pemikiran, perenungan kita terhadap buku-buku tersebut.
5) Terus menerus membina etos studi, dengan jalan banyak
mengadakan observasi lingkungan, berbagai penelitian, aktif dalam dunia tulis- menulis, dan karang-mengarang, mempunyai cita-cita
untuk mencetak prestasi tertentu.30
5. Media
a. Pengertian Media
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.”Bila media adalah sumber belajar,
maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan.”31
Kata “media” berasal dari bahasa latin “medium”, yang secara harfiah berarti „tengah‟, ‟perantara’ atau „pengantar”. Dalam bahasa Arab,
media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
30
Kundharu Saddhono-St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Bahasa Indonesia, (Bandung: IKAPI Jawa Barat, 2012), cet. 1, hl. 82-83.
31
Dra. Hindun, M. Pd, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter diMadrasah Ibtidaiyah/sekolah dasar, (Depok: Nufa Citra mandiri, 2014), cet. 2, hl. 91
(38)
Menurut Gerlach dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Heinich, dan kawan-kawan mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Menurut Hamidjojo dalam Latuheru member batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau penyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
Menurut Gagne‟ dan Briggs mengatakan bahwa media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Menurut National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual, dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi,
dilihat, didengar, atau dibaca.32
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
32
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A., Media Pembelajaran (Jakarta: Edisi Revisi, 2014), cet. 17, hl. 3-4.
(39)
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.
Menurut Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanupulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa hingga proses belajar terjadi.33
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan
anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.34
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari sumber kepada
penerimanya.35
33
Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc, dkk, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan Manfaatnya), (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), cet. Ed. 1-13, hl. 6-7.
34
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.ag. dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Edisi revisi, 2006), cet. 3, hl. 120.
(40)
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar.
Menurut Heinich, Molenda, dan Russel diungkapkan bahwa media
is a channel of communication. Derived from the Latin word for
”between”, the term refers “to anything that carries information between
a saurce and a receiver.
Menurut Gerlach dan Ely menyatakan: “A medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acguire knowledge, skill and attitude”.
Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Jadi, dalam
pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide,
bahkan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah keterampilan.
Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media
meliputi perangkat keras (hard-ware) dan perangkat lunak (software).
Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan soft-ware adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan,
grafik, diagram, dan lain sebagainnya.36
35
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: 2015), cet. 1, hl. 134.
36
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M. Pd, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 4, hl. 204-205.
(41)
b. Media Sebagai Alat Bantu
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik, terutama bahan pelajaran
yang rumit dan kompleks.37
Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan palajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu.
Anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan tentu tidak dapat mereka hindari, disebabkan pelajaran guru yang sukar dicerna dan dipahami. Guru yang bijaksana tentu sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik adalah berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru bersimpang siur, tidak ada fokus masalahnya. Hal ini harus dicarikan jalan keluarnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, apa salahnya jika menghadirkan media sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran.
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu cukup lama. Itu berarti
37
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M. Ag dan Drs, Aswan Zain, Starategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Edisi Revisi, 2006), cet. 3, hl. 121.
(42)
kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan
proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media.38
Walaupun begitu, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri patut dijadikan perhitungan. Apakah mampu atau tidak untuk mempergunakn media tersebut. Jika tidak, maka jangan mempergunakannya. Sebab hal ini akan sia-sia. Malahan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Dan gurulah yang mempergunakannya untuk
membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pengajaran.39
c. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikomsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, di perdesaan, dan sebagainya. Udin Saripuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima katagori, yaitu manusia, buku/perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan
pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.40
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber pengetahuan
38
Ibid, hl. 122.
39
Ibid, hl. 122
40
(43)
bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya secara langsung ke hadapan anak didik di kelas. Dengan menghadirkan bendanya seiring dengan penjelasan mengenai benda itu,
maka benda itu dijadikan sebagai sumber belajar.
Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik, sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah kini, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untatan media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan uk mencapai tujuan. Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar.
Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarang, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan intruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainnya.
Anjuran dalam penggunaan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari akan hal itu, disarankan kembali agar tidak memasakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai mengguanakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa manipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
(44)
6. Gambar
a. Pengertian Gambar
Gambar adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar
berbicara lebih banyak daripada seribu kata.41
Gambar/Alat Peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Alat peraga di sini mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang bersifat abstrak, kemudian dikongkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang dan dirasakan. Dengan demikian, alat peraga lebih khusus dari media dan teknologi pembelajaran karena berfungsi
hanya untuk memperagakan materi yang bersifat abstrak.42
Alat Peraga ialah alat-alat yang digunakan guru yang berfungsi membantu guru dalam proses mengajarnya dan membantu peserta didik dalam proses belajarnya, (Simak Yaumi dan Syafei, 2012, media dan
teknologi dalam pembelajaran. Fak. Tarbiyah UIN Alauddin, modul 1).43
b. Kelebihan Gambar:
1) Gambar cukup murah dan tersedia cukup banyak.
2) Gambar memberikan pengalaman bagi kelompok.
3) Detil gambar memungkinkan sesuatu yang tidak mungkin untuk
dipelajari.
4) Gambar dapat membantu menghindari dan membetulkan kesalahan
konsep.
5) Gambar dapat menimbulkan stimulus untuk belajar lebih lanjut
seperti membaca dan meneliti.
41
Dr. Arief S, Sadiman, M.Sc, dkk, Media Pendidikan (pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya), (Jakarta: Rajawali Press, 2009), hl. 29.
4242
Prof. Dr. Azhar Arsyad, M.A, Media pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, Edisi Revisi, 2014), cet. 17, hl. 9
43
(45)
6) Gambar dapat membantu memfokuskan perhatian, dan mengembangkan daya kritis.
7) Gambar mudah dibuat dan diperagakan.
c. Kekurangan Gambar:
1) Ukuran dan jarak sering berubah.
2) Yang buram mengurangi ketepatan interpretasi.
3) Siswa tidak selalu tahu bagaimana membaca gambar.44
7. Media Gambar/Pembelajaran
a. Pengertian Media Gambar/Pembelajaran
Media gambar/pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.45
Media gambar/pembelajaran adalah alat yang digunakan oleh siswa maupun guru untuk memperlancar proses belajar mengajar bahasa Indonesia yang akan disampaikan kepada peserta didik.Contohnya adalah papan panel, gambar dan bumbung substitusi. Penggunaan media dalam pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya guru sebagai sentral perencana pembelajaran harus pandai memilih dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi dengan mempertimbangkan factor spikologis siswanya sehingga bisa membangkitkan minat belajar dan suasana pembelajaran bisa hidup menyenangkan. Sebab untuk memvisualisasikan konsep kepada siswa guru
harus pandai memilih media yang tepat.46
Guru harus pandai menghidupkan suasana pembelajaran dengan memilih dan menggunakan media dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki minat balajar tinggi. Sebab menggunakan media yang menarik
44
Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indeonesia PGMI, (Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah ibtidaiyah, pakat 8, 2009), Edisi Pertama, hl. 8-11.
45
Prof. Dr Azhar Arsyad, M.A, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, Edisi Revisi, 2014), cet. 17, hl. 10.
46
(46)
perhatian bisa membuat siswa lebih giat belajarnya. Suasana kelas yang menyenangkan akan secara otomatis meningkatkan prestasi belajarnya. Suasana kelas yang menyenangkan akan secara otomatis meningkatkan prestasi saat membuat perencanaan kegiatan belajar yang mengacu pada tujuan pembelajaran maka di situlah letak kreatifitas guru memilih media yang akan digunakan. Guru SD hendaknya bisa mengubah pola lama dalam memberikan pelajaran yang terkesan monoton tanpa menggunakan media pembelajaran.
b. Media Gambar Untuk Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Muakibatul Hasanah memberikan uraian tentang penggunaan media gambar. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Keterampilan Mendengarkan:
a) Pembelajaran makna butir-butir baru dapat menggunakan media
gambar untuk keperluan penerapan metode terjemahan, metode langsung, dan kontekstual.
b) Dalam menyimak diskriminasi dapat digunakan media gambar
untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa.
c) Dalam menyimak ekstensif dan intensif, media gambar membantu
siswa memahami inti dari apa yang di dengar (ekstensif). Misalnya, dengan memilih gambar yang sesuai dengan isi cerita.
d) Media gambar juga membantu siswa memahami bagian-bagian
dari apa yang didengar (intensif), misalnya, guru menyiapkan gambar-gambar dengan nomor kemudian guru membacakan kalimat-kalimat untuk gambar, sementara siswa mencatat nomor dan gambar yang sesuai.
2) Keterampilan Berbicara:
a) Media gambar dapat digunakan untuk berlatih menirukan ucapan,
Misalnya, siswa disuruh mengulang sesudah guru, gambar berfungsi memberikan teks apa yang mereka ucapkan.
(47)
b) Media gambar dapat pula digunakan untuk berlatih menyatakan kembali gambar-gambar yang berurutan ditunjukkan kepada siswa untuk membimbing apa yang harus diucapkan dengan catatan gambar cukup banyak cerita.
c) Media gambar juga dapat digunakan untuk memanipulasi kata
atau kalimat. Misalnya, dengan menunjukkan gambar benda-benda yang dapat diterjemahkan ke dalam kata-kata untuk melengkapi kalimat-kalimat.
d) Media gamabar dapat digunakan untuk melatih berbicara
terbimbing dan berbicara bebas. Misalnya, untuk berbicara terbimbing digunakan gambar yang berisi cerita untuk berbicara bebas disajikan gambar tunggal, kemudian siswa disuruh menceritakan isinya.
3) Keterampilan Membaca
a) Media gambar dapat digunakan untuk berlatih membaca bersuara
keras. Misalnya, disediakan gambar berkalimat kemudian siswa (1) disuruh mengambil dari tumpukan gambar berisi kalimat
“Mengapa kamu mengambil jaketku?”, (2) siswa disuruh
mengambil gambar dari tumpukan yang lain dengan kalimat
jawaban “Karena saya kedinginan”.
b) Media gambar dapat digunakan untuk membaca intensif.
Misalnya, dengan bermain kartu kalimat atau teks yang bergambar, isi gambar memperjelas detail di dalam teks.
c) Media gambar dapat digunakan untuk membaca ekstensif.
Misalnya, dengan gambar yang berisi artikel promosi.
4) Keterampilan Menulis:
a) Media gambar dapat digunakan untuk pengenalan lafal bunyi
bahasa. Misalnya, dengan kartu berkantong bunyi-bunyi bahasa.
b) Media gambar dapat digunakan untuk menirukan tulisan.
(48)
siswa diminta mengelompokkan kalimat ke dalam dua kelompok benar salah.
c) Media gambar dapat digunakan untuk menulis kembali. Misalnya,
disajikan kartu kata di papan, siswa membacanya dan berusaha keras menyusun kata-kata menjadi kalimat. Setelah kartu diambil siswa menuliskan kalimat.
d) Media gambar dapat digunakan untuk menulis terbimbing dan
menulis bebas. Untuk menulis terbimbing digunakan rangkaian gambar lengkap atau tidak lengkap, sedangkan untuk menulis bebas digunakan gambar tunggal. Media yang dapat digunakan untuk menyajikan gambar dapat berupa papan tulis, OHP, papan bermagnet, papan flame, dinding chart, dinding poster, dinding
gambar, slide laboratorium bahasa dan penyusunan kalimat.47
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat media gambar adalah (1) Isi gambar, (2) bentuk dan komposisi gambar, (3) kepadatan dan ruang gambar, (4) warna gambar, (5) nada/sifat gambar, (6) garis gambar, (7) gerakan gambar, dan perubahan, (8) realita ke simbolis. Isi gambar, sifat, dan bentuk gambar harus disesuaikan dengan isi materi agar terjadi kesepadanan dan keterkaitan dengan materi sehingga membantu proses pemahaman siswa. Gambar juga harus disesuaikan dengan realitas. Pada dasarnya pembelajaran pakem ditekankan pada realita dan pemecahan masalah sehari-hari yang dialami siswa. Karena itu, media gambar harus memenuhi persyaratan tersebut.
Di samping hal di atas, ada beberapa media pembelajaran menurut Taksonomi Leshin, yaitu (1) media berbasis manusia seperti guru, tutor, instruktur, (2) media berbasis cetakan buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas, (3) media berbasis visual seperti gambar
47
Jauharoti Alfin, dkk, Pembelajaran Bahasa Indeonesia PGMI, (Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah ibtidaiyah, 2009), Edisi Pertama, hl. 8-13.
(49)
representasi: lukisan, gambar, foto, diagram, peta, grafik, dan bagan, (4)
media berbasis audio- visual (5) media berbasis komputer.48
c. Macam-Macam Media
Klasifikasi media bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya.
1) Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a) Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piring hitam.
b) Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, cetakan.
c) Media audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini di bagi lagi ke dalam:
(1) Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan (sound slides), film rangkai suara, cetak suara.
(2) Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan
video-cassette. Pembagian lain dari media ini adalah:
(a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsure gambar berasal dari suatu sumber seperti film
video-cassette
(b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda,
48
(50)
misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
2) Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh: radio dan telivisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang
Media ini dalam penggunaanya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. Termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran berkomputer.
3) Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a) Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
a. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan
penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.49
d. Klasifikasi Dan Macam-Macam Media Pembelajara
Media pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
49
Dra. Hindun, M.Pd, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2014), cet. 2, hl. 95-96.
(51)
a) Media auditif, yaitu media yang dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media garfis.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke
dalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak, seperti
radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
3) Dilihat dari atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip,
transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan
film slide, Over Head Projector (OHP) untuk memproyeksikan
transparansi. Tanpa ada dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
b) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gamabar, foto, lukisan,
(52)
Menurut Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:
1) Media audiovisual gerak, seperti film suara, pita video, film tv.
2) Media audiovisual diam, seperti film rangkai suara.
3) Audio semigerak, seperti tulisan jauh bersuara.
4) Media visual bergerak, seperti film bisu.
5) Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, micro-phone, slide.
6) Media audio, seperti radio, telepon, pita audio.
7) Media cetak, seperti buku, modul, bahan ajar mandiri.
Pengelompokan media juga dikemukakan oleh Anderson, yaitu sebagai berikut:
No. Kelompok Media Media Instruksional
1. Audio Pita audio (rol atau kaset)
Piringan audio
Radio (rekaman siaran)
2. Cetak Buku teks terprogram
Buku pegangan/manual
Buku tugas
3. Audio-Cetak Buku latihan dilengkapi kaset
Gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyek Visual Diam Film bingkai (slide)
Film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek Visual Diam
dengan Audio
Film bingkai (slide) suara
Film rangkai suara
6. Visual Gerak Film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan
Audio
Film suara
Video/vcd/dvd
8. Benda Benda nyata
(53)
9. Komputer Media berbasis computer; CAI (computer Assisted Instructional) dan CMI (computer Managed
Instructional)50
e. Kegunaan Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, kegunaan media pembelajaran adalah:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya:
a) objek yang terlalu besar-bisa digantikan dengan realitas, gambar,
film, atau model.
b) objek yang kecil- dibantu dengan proyektor mikro, film atau
gambar.
c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau highspeed photography.
d) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan
lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal.
e) objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat
disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain.
f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan
lain-lain)dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan sebagainya.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
a. menimbulkan kegairahan belajar.
b. memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dengan kenyataan.
50
Prof. Dr. H. Wina Sarjaya, M.pd, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 4, hl. 211-213.
(1)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media gambar meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II MI Assa‟Adiyah Attahiriya Ciracas Tahun Ajaran 2015/2016.
Hal ini dapat dilihat dari hasil yang didapat pada siklus I nilai rata-rata kelas diperoleh siswa dari 65,16 menjadi 72,25 pada siklus II. Siswa yang tuntas belajar dari 11 (sebelas) siswa pada siklus I menjadi 18 (delapan belas) siswa pada siklus II. Ini menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan membaca dengan media gambar hasilnya sangat baik dan meningkat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti memberikan saran untuk guru, siswa dan sekolah sebagai berikut:
1. Saran untuk guru
Guru diharapkan menggunakan media gambar dalam proses kegiatan belajar mengajar, agar keterampilan membaca siswa dapat berhasil dan meningkat.
2. Saran untuk siswa
Siswa diharapkan pada saat kegiatan pembelajaran memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan dan diajarkan, supaya hasil dari prestasi belajarnya ada peningkatan seperti halnya pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini.
3. Saran untuk sekolah
Sekolah diharapkan memberikan dukungan baik dari sarana prasarana kepada guru, untuk dapat menggunakan media dan metode yang sesuai dalam kegiatan belajar mengajar, supaya hasil belajar siswa dapat meningkat.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Alfin Jauharoti, dkk, Pembelajaran Bahasa Indeonesia PGMI, Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah ibtidaiyah, pakat 8, 2009, Edisi Pertama.
Arsyad, Azhar, Media pembelajaran, Jakarta: Rajawali Press, Edisi Revisi, 2014, cet. 17.
Djamarah, Syaiful Bahri, Zain Aswan, Starategi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Edisi Revisi, 2006, cet. 3.
Cahyani, Isah dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, Bandung: UPI PRESS, 2007, cet. 1.
Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter diMadrasah
Ibtidaiyah/sekolah dasar, Depok: Nufa Citra mandiri, 2014, cet. 2. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru, Jakarta: Rajawali pers: 2009, cet. 1.
Mokoginta, Pengertian keterampilan dan Jenisnya, dalam: http://rapendik.com/
program/pengayaan-pembelajaran/keterampilan/2118-pengertian-keterampilan-dan-jenisnya, diakses pada tanggal 25 Juni 2013.
Mulyasa, H.E, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, cet. 6.
Nurgiyantoro, Burhan, Penilaian Pembelajaran Bahasa, Jakarta: UNY: 2010, cet.1.
Resmini, Novi, dan Juanda Dadan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bandung: UPI PRESS, 2007, cet. 1.
Ridwanudin, Dindin, Bahasa Indonesia, Ciputat: UIN Press, 2015, cet. 1.
Rozak, Abd dan Fatra Maifalinda, Penelitian Tindakan Kelas, Bahan ajar PLPG, Jakarta: FITK UIN, 2012, cet. 3.
Sadiman, Arief S, dkk, Media Pendidikan, pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya, Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011, cet. 4.
Susanto, Ahmad, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta, Prenadamedia Group, Edisi pertama, 2013, cet. 1.
(3)
Tarigan, Henry Guntur, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, Edisi Revisi 2008, cet. 1.
Tarigan, Henry Guntur, Metodologi Pengajaran Bahasa, Bandung: Angkasa group, Edisi Revisi, 2009, cet. 1.
Y, Budinuryanta, Kusuriyanta dan Koermen Imam, Materi Pokok Pengajaran Keterampilan Berbahasa; 1-12, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, cet. 2.
Y, Slamet Kundharu Saddhono-St, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Bandung: IKAPI Jawa Barat, 2012, cet. 1.
(4)
UJI REFERENSI
Nama : Siti Herawati
Nim : 1812018300031
Fakultas : FITK
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Nyaring
Dengan Penggunaan Media Gambar Pada Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Assa’Adiyah Attahiriyah VII.
Pembimbing : Nafia Wafiqni, M.Pd.
No BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Paraf Pembimbing
1
Mokoginta, Pengertian keterampilan dan Jenisnya, dalam: http://rapendik.com/program/pengayaan-pembelajaran/ keterampilan/2118-pengertian-keterampilan-dan-jenisnya, diakses pada tanggal 25 Juni 2013.
2
Y. Slamet Kundharu Saddhono-St., Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Indonesia, Bandung: IKAPI Jawa
Barat, 2012, cet. 1, hl. 64 – 66.
3
Dra. Cahyani Isah. M.Pd dan Dra. Hodijah. M. Pd, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, Bandung: UPI PRESS, 2007, cet. 1, hl. 98.- 101.
4
Y Budinuryanta, Kusuriyanta dan Koermen Imam, Materi
Pokok Pengajaran KeterampilanBerbahasa 1-12; PISA 4372/4
SKS, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, cet. 2, hl. 11.2.
5
Prof. Dr. Tarigan Henry Guntur, Metodologi Pengajaran Bahasa, Bandung: Angkasagroup, Edisi Revisi, 2009, cet. 1, hl.9-13, 42.
(5)
6
Dra. Resmini Novi, M. Pd dan Drs. Juanda Dadan, M. Pd, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bandung: UPI PRESS, 2007, cet. 1, hl. 76, 80-82.
7
Y Budinuryanta, Kusuriyanta dan Koermen Imam, Materi Pokok Pengajaran Keterampilan Berbahasa; 1-12, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, cet. 2, hl. 11.2.
8
Dr. Susanto Ahmad, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta, Prenadamedia Group, Edisi pertama, 2013, cet. 1, hl.242-243.
9
Dra. Hindun, M. Pd, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter diMadrasah Ibtidaiyah/sekolah dasar, Depok: Nufa Citra mandiri, 2014, cet. 2, hl. 91,95-98.
10 Prof. Dr. Arsyad Azhar, M.A., Media Pembelajaran, Jakarta: Edisi Revisi, 2014, cet. 17, hl. 3-4, 79-98.
11
Dr. Sadiman Arief S, M.Sc, dkk, Media Pendidikan,
Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta:
Rajawali Pers, 2009, cet. Ed. 1-13, hl. 6-7,29.
12
Drs. Djamarah Syaiful Bahri, M.ag. dan Drs. Zain Aswan, Strategi Belajar-Mengajar, Jakarta: Edisi revisi, 2006, cet. 3, hl. 98-100, 120-123, 128, 132-133.
13 Ridwanudin Dindin, Bahasa Indonesia, Ciputat: 2015, cet. 1, hl. 134-136.
14
Prof. Dr. Sanjaya H. Wina, M. Pd, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011, cet. 4, hl. 204-205, 211-213.
15 Prof. Dr. Arsyad Azhar, M.A, Media pembelajaran, Jakarta: Rajawali Press, Edisi Revisi, 2014, cet. 17, hl. 9-10.
16
Alfin Jauharoti, dkk, Pembelajaran Bahasa Indeonesia PGMI, Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah ibtidaiyah, pakat 8, 2009, Edisi Pertama, hl. 8.
(6)
No BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Paraf Pembimbing
17 Prof. DR. Mulyasa H. E., M. PD, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, cet. 6. hl. 34.
18
Rozak Abd dan Fatra Maifalinda, Penelitian Tindakan Kelas, Bahan ajar PLPG, Jakarta: FITK UIN, 2012, cet. 3.
hl. 12-13.
19
Kunandar, S. Pd, M, Si, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali pers: 2009, cet. 1. hl. 45.
20 Nurgiyantoro Burhan, Penilaian Pembelajaran Bahasa, Jakarta: UNY: 2010, cet. 1. Hlm 391-392.