ANALISIS WACANA KRITIS: HEGEMONI MEDIA SOSIAL TWITTER MENGENAI ISU-ISU NASIONAL DI INDONESIA DAN IMPLIKASINYA PADA MATA KULIAH ANALISIS WACANA DI PERGURUAN TINGGI.

(1)

ANALISIS WACANA KRITIS: HEGEMONI MEDIA SOSIAL

TWITTER MENGENAI ISU-ISU NASIONAL DI INDONESIA

DAN IMPLIKASINYA PADA MATA KULIAH ANALISIS

WACANA DI PERGURUAN TINGGI

D I S E R T A S I

Diajukan kepada Panitia Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar doktor ilmu kependidikan

dalam bidang studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Promovendus

ELVI SUSANTI NPM 1006975

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

ABSTRAK

Elvi Susanti. 2015. Analisis Wacana Kritis: Hegemoni Media Sosial Twitter

mengenai Isu-isu Nasional di Indonesia dan Implikasinya pada Mata Kuliah Analisis Wacana di Perguruan Tinggi.

Penelitian ini bersinggungan dengan media sosial Twitter, di mana Twitter adalah salah satu layanan media sosial di Internet yang sangat populer saat ini di dunia, termasuk di Indonesia. Pada umumnya Twitter digunakan orang untuk menyiarkan status atau kegiatannya secara seketika, berbagi informasi dan tautan dan berdiskusi soal kebijakan politik, ekonomi dan sosial, termasuk melakukan gerakan atau kampanye tertentu. Penelitian ini penting dilakukan mengingat Twitter merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan secara tepat dan cepat. Melalui Twitter, bahkan semua orang bisa berperan sebagai ‘wartawan’ dan mampu membentuk opini secara cepat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter. Selain itu penelitian ini bertujuan membahas praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita dan untuk melihat bagaimana implikasi penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana.

Dengan menggunakan teori Fairclough khususnya mengenai analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, dan identitas, peneliti mencoba menelusuri bagaimana munculnya akar hegemoni terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter. Peneliti juga menawarkan sebuah fungsi baru untuk melengkapi pendekatan Fairclough dalam analisis teks di media sosial: transformasi –yang mencoba melihat perubahan peran partisipan berita dan pembaca awam sebagai ‘wartawan’ dan ikut serta dalam membentuk opini.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumen -- dalam hal ini teks-teks berupa status updates atau tweet dari pengguna Twitter dan menjadi pembicaraan hangat dalam kurun waktu tiga bulan (April-Juni 2013). Tweet tersebut berasal dari pengguna Twitter, baik sebagai personal maupun sebagai lembaga khususnya lima media arus utama. Kelima media daring tersebut adalah Kompas, MetroTVNews, TVOneNews, Detik, dan VivaNews.

Penelitian ini menemukan bahwa pejabat-pejabat pemerintah Indonesia mulai menggunakan Twitter sebagai wadah untuk menyampaikan pesan dan sebagai sarana komunikasi dengan rakyatnya. Mereka memilih menjangkau Twitter lebih dahulu daripada media massa. Media massa menjadikan Twitter sebagai sumber inspirasi di mana banyak tokoh dan pengguna awam yang pendapatnya layak dikutip dan dijadikan bahan penulisan berita. Media massa juga mempublikasikan dan mendistribusikan berita-berita tersebut melalui Twitter dengan harapan mendapatkan umpan balik dan ditanggapi oleh para pengguna Twitter, yang kemudian dijadikan bahan penulisan berikutnya. Di sinilah terlihat betapa kuatnya hegemoni Twitter.


(3)

ABSTRACT

ElviSusanti. 2015. Critical Discourse Analysis: The Hegemony of Twitter on National Issues in Indonesia and its Implications for Discourse Analysis Course in Universities.

This research is linked with Twitter, as one of social media services on the Internet that are extremely popular in the world, including in Indonesia. Twitter is generally used by people to instantly broadcast their status or activities, various information, links, and discuss about political, economic and social policies, including certain movements or campaigns. This research is important because Twitter is effective in quickly and accurately delivering messages. In fact, everyone can act as a 'reporter' and form quick opinions through this social media.

This research is aimed to investigate the emergence of the roots of hegemony based on text analysis that is linked with representation, relation, identity, and transformation of national issues that become trending topics on Twitter. Moreover, the research is to discuss the social media's discourse practice that influences media workers in producing news, and to see how it implicates the research on the study of discourse analysis.

By using the Fairclough theory, especially on text analysis that is linked with representation, relation, and identity, the researcher attempts to explore how the roots of hegemony emerge in the national issues that become trending topics on Twitter. The researcher also offers a new function to complete the approach of Fairclough in text analysis on social media: transformation – which is an attempt to see the change in roles of news participants and amateur readers as 'reporters' and participate in forming opinions.

This research utilizes a qualitative method as a scientific research that is aimed to understand a phenomenon in a scientific social context by improving the process of deep interactive communication between the researchers with the

phenomenon. The techniques of collecting used data are by observing, interviewing, and analyzing documents – in this case texts of status updates from the past three months (April – June 2013). Those tweets came from Twitter users, both as personal and from special institutions, especially these five main media institutions, Kompas, MetroTVNews, TVOneNews, Detik, and VivaNews.

This research found that the Indonesian government officials use Twitter as an apparatus to convey messages, and a communication facility to the public. They prefer to reach Twitter first rather than mass media. Mass media use Twitter as a source of inspirations, where many known figures and amateur users' opinions are worth quoted and used as materials to write news. The mass media also publish and distribute those news stories through Twitter by expecting to receive feedback and responded by Twitter users, which then used as materials for their next articles. This is where we can see how powerful the Twitter hegemony is.


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

ABSTRACT ……….. ii

GLOSARIUM ………. iii

KATA PENGANTAR ………. v

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. x

DAFTAR ISI ………... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Penelitian………... 1

1. Media dan Media Baru………..……….. 1

2. Masyarakat Jejaring dan Media Sosial……… 2

3. Media Sosial……….……… 4

4. Twitter di Indonesia………. 6

B. Fokus Penelitian……….. 9

C. Pertanyaan Penelitian ……….………. 10

D. Tujuan Penelitian………... 10

E. Manfaat Penelitian……… 11

BAB II. ANALISIS WACANA KRITIS DAN HEGEMONI MEDIA SOSIAL ………...……… 12

A.Wacana ……….. 12

1. Konsep-konsep Dasar tentang Wacana ……….. 13

2. Pendapat Para Pakar tentang Wacana ……… 13

3. Wacana dalam Hierarki Kebahasaan ……….. 16

4. Unsur-unsur Wacana ……….. 17


(5)

B. Analisis Wacana Kritis ……….………...……….. 22

1. Pengertian Analisis Wacana Kritis…..……….. 24

2. Lima Ciri Umum Analisis Wacana Kritis ...………... 28

3. Analisis Wacana versus Analisis Wacana Kritis………. 33

4. Karakteristik Analisis Wacana Kritis .………... 34

C. Wacana dan Ideologi ………..……….... 42

D. Hegemoni………… ………... 52

1. Pengertian Hegemoni …………...……….... 52

2. Memahami Ideologi Hegemoni ……… 54

3. Siapa Gramsci? ……… 56

4. Warisan dan Sumbangan Gramsci ……….. 57

5. Konsep Gramsci tentang Hegemoni ……… 58

E. Media Sosial ……… 69

F. Teori Norman Fairclough ………. 78

G. Kerangka Kerja Fairclough dalam Menganalisis Peristiwa Komunikasi. 82 1. Teks ……….. 82

2 .Praktik Wacana ………. 83

3. Praktik Sosiokuktural ……….. 85

G. Pendekatan Tambahan untuk Menganalisis Media Sosial: Transformasi ……….. 91

H. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi ……… 93

1. Bahan Ajar ……….. 93

2. Bahasa Indonesia ..……….…. 93


(6)

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia ..………. 99

I. Penelitian yang Relevan …..……….. 101

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………... 104

A. Metode Penelitian ………. 104

B. Prosedur Penelitian ………. 105

C. Sumber Data ……… 105

D. Teknik dan Analisis Data ……….... 106

E. Instrumen Pengumpulan Data ……… 109

BAB IV. DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ……..…… 111

A. Pendahuluan ………... 111

B. Analisis Teks Media Sosial Twitter ………. ..……….. 114

1. Kemunculan Akun Twitter Istana Negara ……… 114

2. Presiden SBY Resmi ‘Terjun’ di Twitter ………... 121

3. Polemik Twitter Mengenai Isu Kenaikan BBM ………... 135

4. Kicauan Twitter Soal Jatuhnya Lion Air di Bali ………. 140

5. Pesan Twitter Presiden untuk Peserta Ujian Nasional ……… 152

6. SBY Berbagi Resep Masakan di Twitter ………. 156

7. Kritikan terhadap Twitter Presiden ………. 161

8. Uluran Tangan SBY untuk Bocah Tasripin ……… 164

9. Tweet Terakhir Ustad Jefri ……….. 169

C. Praktik Wacana: Ketika Twitter Mempengaruhi Pekerja Media….. 172

1. Berawal dari Twitter, Kemudian Heboh di Media ………... 172


(7)

3. Twitter sebagai Media Efektif untuk Menyampaikan Pesan …….. 178

4. ‘Bola Liar’ di Twitter: Siapa Pun Bisa Jadi Ide Pemberitaan ……… 180

5. Twitter sebagai Hegemoni Baru: Memberi ‘Label’ ……… 182

D. Implikasi terhadap Pembelajaran Analisis Wacana Kritis ………... 183

1. Materi Perkuliahan Berbasis Trending Topic di Twitter …………... 183

2. Metode Pembelajaran ……… 188

3. Pembelajaran BIPA melalui Twitter ………. 188

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ……….. 189

A. Simpulan ……… 189

B. Saran ……….. 191

DAFTAR PUSTAKA ………... 192


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Secara substansial, menurut McLuhan dalam Teori Media Klasik-nya (McLuhan, 1964:7), media merupakan perpanjangan pikiran manusia, sehingga media akan membiaskan era historis tertentu. Seperti media yang mengikat waktu dan media yang mengikat ruang. Dengan kata lain, media sebagai sebuah perluasan pikiran manusia diciptakan untuk memaksa manusia dikuasai oleh manusia media.

1. Media dan Media Baru

Dalam teori media baru, ada dua pandangan mengenai era media. Pertama, pandangan interaksi sosial. Pandangan ini membedakan media menurut kedekatan media dengan model interaksi tatap muka. Kedua, pandangan integritas sosial: Pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam bentuk informasi, interaksi, atau penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat dengan menyatukan masyarakat dalam bentuk rasa saling memiliki.

Dilihat dari bentuknya, media baru dan teknologi secara terus-menerus mengubah konsepsi kita mengenai “media massa” (Straubhaar & LaRose, 2006 : xvii).Media massaadalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.


(9)

Media baru, yang kemudian telah menjadi teknologi sehari-hari, pada dasarnya tidak menggantikan media yang lebih lama, seperti dunia penyiaran (broadcasting) yang telah menggantikan media cetak pada pertengahan abad ke-20 (Lievrouw& Liviston, 2006:1). Tetapi, lebih merujuk pada pengertian bahwa lingkungan dan kebiasaan orang dalam menikmati komunikasi dan informasi menjadi lebih individual dan adanya kecenderungan saling berbagi satu sama lain (Lievrouw&Liviston, 2006:1). Media baru, menurut McQuail, secara umum melibatkan desentralisasi kanal-kanal pendistribusian pesan (Lievrouw & Liviston, 2006 : 56).

Perkembangan-perkembangan yang dikaitkan dengan media baru biasanya terkait dengan teknologi-teknologi seperti DVD dan CD-ROM; televisi kabel dan jaringan computer; berbagai macam perkembagan komunikasi dengan media computer (computer-mediated communication) seperti e-mail, newsgroup, mailing list, layanan real-time chat; dan layanan teleponi seperti SMS dan MMS. Memasuki abad ke-21, mulai muncul situs-situs personal yang disebut weblog atau blog dan diiringi dengan munculnya layanan yang mengakomodasi suara-suara personal itu menjadi suatu jejaring sosial di dunia maya.Jadi media sosial adalah media baru yang semakin mengukuhkan bahwa kekuatan pengguna, pembaca dan komunitas kini sangatlah besar.

2. Masyarakat Jejaring dan Media Sosial

Sebuah masyarakat terdiri atas individu-individu yang berinteraksi sehingga terjadi perubahan di dalam masyarakat. Atas dasar itu, proses sosial dapat


(10)

didefinisikan sebagai perubahan dalam struktur masyarakat sebagai hasil dari komunikasi dan usaha saling mempengaruhi antar-individu dalam sebuah kelompok. Secara tidak sadar, individu berusaha menyesuaikan diri dan melakukan perubahan tidak langsung (bersama individu lainnya) dalam masyarakat. Dapat dikatakan setiap individu dan kelompok mempunyai peranan atau fungsi sentral dalam masyarakatnya (Syam, 2014: 11-12).

Dalam konteks abad informasi, Manuel Castells (dalam Firman, 2013) mengemukakan masyarakat jejaring (network society) merupakan struktur ontology masyarakat kontemporer, yang dipicu oleh kemunculan dan masifnya penggunaan teknologi informasi, sebagai sarana pertukaran informasi dan pengetahuan. Lebih lanjut Firman Kurniawan Sujono (2013) menguraikan, melalui paradigm teknologi informasi, masyarakat jejaring memroduksi, memroses, dan bersaing menggunakan logika jejaring, yang memberi kemampuan memperluas jangkauan tindakan yang bersifat global.

Masih menurut Sujono, teknologi merupakan infrastruktur dari masyarakat, sehingga perubahan sifat dan karakter teknologi akan memicu perubahan struktur masyarakat berikut budaya yang menopangnya. Dari dialektika antara masyarakat dan teknologi, yang menggerakkan revolusi teknologi informasi, terjadi perubahan struktur masyarakat, menjadi bersifat berjejaring. Masyarakat berjejaring ini memiliki tiga fitur kunci: informasional, global, dan terjejaring. Pada masyarakat ini, tidak ada yang menjadi pusat dari masyarakat: semua terdiri dari simpul-simpul yang saling terhubung satu sama lain. Dan dalam relasinya, diterapkan karakter inklusi dan ekslusi, di mana yang mampu terserap menjadi bagian dari jejaring, sementara yang tak mampu beradaptasi dan mengakses teknologi informasi akan tereksklusi. Seluruh


(11)

keadaan di atas lambat laun, tanpa bisa ditolak, meniadakan identitas subjek. Subjek larut mengikuti tarikan jejaring.

Pada masyarakat jejaring, budaya yang membingkai masyarakat adalah budaya real virtuality. Menurut Sujono, virtualitas telah diserap sebagai kenyataan. Proses berlangsung dalam ruang-ruang aliran (space of flows) untuk melepaskan ikatan dari ruang-ruang tempat (space of place) yang terbatas dan meniadakan halangan waktu melalui waktu yang nir-waktu (timeless time) sebagai lawan dari waktu nyata (clock time) yang mengikat. Semua tindakan dapat terjadi lintas ruang yang tak terbatas dan real time. Dalam budaya real virtuality, tindakan mengikuti logika jejaring melalui akumulasi dan pertukaran informasi maupun pengetahuan secara terus-menerus. Budaya real virtualit menjadi realitas bagi subjek kontemporer. Untuk bertahan dalam jejaring, logika jejaring adalah cara terbaik untuk dipilih, atau terekslusi darinya.

3.Media Sosial

Pengguna media sosial adalah salah satu contoh aktual bagaimana masyarakat jejaring bekerja dan berinteraksi. Fenomena media baru menunjukkan bahwa suara individu dewasa ini telah menemukan momentum dan panggungnya sendiri. Dalam perspektif lain, gerakan-gerakan yang dilakukan melalui media sosial ini juga dilihat sebagai salah satu bentuk gerakan masyarakat sipil (civil society) dalam berhadapan dengan negara dan kekuasaan. Dukungan dan mobilisasi yang muncul melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter ternyata bisa mempengaruhi keputusan lembaga hukum seperti yang terjadi di Indonesia yakni dalam kasus Prita Mulyasari yang


(12)

digugat sebuah rumah sakit di Tangerang. Ini sebuah contoh aktual dan nyata di mana yang “virtual telah diserap sebagai kenyataan”.

Israel (2001:5) mengungkapkan, jika Tim Berners-Lee mendefinisikan Web sebagai “medium yang universal untuk berbagi informasi”, maka Twitter membuat hal itu lebih mudah untuk dilakukan. “Twitter bukanlah teknologi, tapi sebuah percakapan. Ia akan terus bergulir dengan atau tanpa Anda ikut di dalamnya,” ungkap Israel.

Mengapa kita perlu Twitter? Menurut wartawan teknologi Vala Afshar melalui akun Twitternya, Twitter adalah:

1. World’s largest community college 2. A personal learning network 3. Real-time news with commentary 4. A source of inspiration

Twitter adalah salah satu layanan media sosial di Internet yang sangat populer saat ini di dunia, termasuk di Indonesia. Media sosial lainnya antara lain Facebook, YouTube, flickr dan Foursquare. Jika Twitter merupakan media sosial yang berupa pesan-pesan pendek, Facebook merupakan layanan yang memiliki fitur beragam termasuk menampikan foto dan bermain game secara online. Sedangkan YouTube adalah layanan untuk menayangkan video, flickr adalah sarana yang menayangkan dan berbagi foto secara onlinedan Foursquare adalah layanan berbagi info lokasi (berbasis check-in).

Pada umumnya Twitter digunakan orang untuk menyiarkan status atau kegiatannya secara seketika (real-time), berbagi informasi dan tautan (links) dan berdiskusi secara online. Lebih dari sekadar berbagi status, Twitter juga sudah menjelma menjadi salah satu forum untuk berdiskusi secara real-time dan online. Pada umumnya para pengguna Twitter mendiskusikan hal-hal yang aktual seperti


(13)

kebijakan politik, ekonomi dan sosial, termasuk melakukan gerakan atau kampanye mengenai topik tertentu.

Kalau dilihat dari karakteristiknya, karakteristik pengguna Twitter lebih didominasi oleh kalangan menengah ke atas, profesional, menggemari topik-topik serius, bahkan tak kadang suka mengkritik lembaga tempat kerjanya sendiri. Maka tidaklah mengherankan kalau ada pengguna Twitter yang menyamarkan identitasnya (anonim).

Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jaringan sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya mengirim dan membaca pesan yang disebut „kicauan‟ (tweets). Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan bisa dilihat secara luar, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut.

Semua pengguna dapat mengirim dan menerima kicauan melalui situs Twitter, aplikasi eksternal yang kompatibel (telepon seluler), atau dengan pesan singkat (SMS) yang tersedia di negara-negara tertentu. Situs ini berbasis di San Bruno, California dekat San Francisco, di mana situs ini pertama kali dibuat. Twitter juga memiliki server dan kantor di San Antonio, Texas dan Boston, Massachusetts. Sejak dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Twitter telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia dan saat ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna. Hal ini kadang-kadang digambarkan sebagai "SMS dari Internet".


(14)

Di Indonesia Twitter sangat populer. Terlebih lagi kemudahan yang disediakan oleh telepon seluler yang ada serta aplikasi yang mendukung. Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai negara dengan pengguna Twitter terbanyak, meski Amerika masih menjadi negara nomor satu untuk urusan Twitter.

Beberapa fakta menarik tentang Twitter di Indonesia menurut sebuah survei oleh PoliticaWave pada Januari 2012:

a) Indonesia menyumbang 15 % dari total seluruh kicauan di dunia. Di bawah Brazil (27%) dan Amerika (25 %), serta di atas Inggris (7%) dan Belanda (4%).

b) Pada bulan Januari 2011 ada 22.707.725 tweet dari Indonesia dan ada 4.883.228 akun Twitter dari Indonesia

c) Jumlah kicauan dari Indonesia paling banyak terjadi pada jam 18.00 – 22.00 yaitu ada sekitar 1.400.000 – 1.600.000 tweets.

d) Pada weekend (akhir pekan) jumlah tweet juga banyak, yaitu ada 3.500.000 tweets atau rata-rata 5,59 tweets per akun.

e) Dari keseluruhan tweet terdiri dari 53% retweet dan 47 % tweet.

f) 10 besar kota dengan tweet terbanyak: Jakarta (16,33 %), Bandung (13,79%), Yogyakarta (11.05 %), Semarang (8,92 %), Surabaya (8,21 %), Malang (7,41 %), Medan (7,25 %), Bali (6,01 %), Riau (4,66 %), dan Palembang (3,62 %). g) Trending topics yang paling sering terjadi yaitu membahas seputar sepak


(15)

h) Dari seluruh pengguna Twitter di Indonesia, 43% menggunakan aplikasi UberTwitter (UberSocial), 16 % API, dan 11% menggunakan Twitter for Blackberry.

Fakta menarik lainnya adalah saat Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mulai memanfaatkan kekuatan media Twitter untuk berinteraksi dengan masyarakat. Kicauan pertamanya di akun @SBYudhoyono pada 13 April 2013 “Halo Indonesia. Saya bergabung ke dunia twitter untuk ikut berbagi sapa, pandangan dan inspirasi. Salam kenal *SBY*”. SBY mengetik tweet pertamanya dari Istana Cipanas pukul 19.25 WIB. Kicauan Presiden itu di-retweets 35.060 kali dan difavoritkan sebanyak 5.439 akun.

Kicauan kedua Presiden SBY berisi tanggapannya terhadap kecelakaan Lion Air di Bali. Beliau menulis “Terhadap kecelakaan Lion Air di Bali, saya telah instruksikan Menhub untuk merawat yang luka dan melakukan investigasi. *SBY*”. Bisa dipastikan semua media massa, baik media cetak, elektronik, dan daring ramai memberitakan tentang partisipasi SBY di twitter. Pasra pemilik akun di Twitter juga berlomba-lomba memfollow (mengikuti) akun SBY. Tercatat pada tanggal 1 Juni 2013, dua bulan setelah SBY mempunyai akun, pengikutnya berjumlah 2.293.796. Sedangkan SBY mengikuti 70 akun dan telah berkicau sebanyak 407 kali.

Hegemoni Twitter akan terlihat dalam penelitian ini, di mana pejabat-pejabat pemerintah Indonesia mulai menggunakan Twitter sebagai wadah untuk menyampaikan pesan dan sebagai sarana komunikasi dengan rakyatnya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono misalnya, memilih menjangkau Twitter lebih dulu ketimbang media massa.


(16)

Media massa menjadikan Twitter sebagai sumber inspirasi di mana banyak tokoh dan pengguna awam yang pendapatnya layak dikutip dan dijadikan bahan penulisan berita. Media massa juga mempublikasikan dan mendistribusikan berita-berita tersebut melalui Twitter dengan harapan mendapatkan umpan balik dan ditanggapi oleh para pengguna Twitter, yang kemudian dijadikan bahan penulisan berikutnya. Di sinilah terlihat betapa kuatnya hegemoni Twitter.

Berdasarkan fakta di atas penelitian ini penting dilakukan mengingat Twitter merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan secara tepat dan cepat. Twitter juga merupakan media yang diproduksi oleh khalayak luas dan mampu membentuk opini secara cepat dan membuat media massa terinspirasi untuk menjadikannya sumber dan topik berita.

Peneliti menggunakan teori Fairclough dalam analisis wacana kritis dengan menggunakan tiga kerangka kerja Fairclough dan teori dari peneliti sendiri. Kerangka kerja tersebut berdasarkan teks yang menurutnya, kalimat apapun di dalam teks dapat dianalisis dalam hal yang berkaitan dengan artikulasi fungsi-fungsi ini, yang telah dilabeli Fairclough dengan representasi, relasi, dan identitas, serta transformasi. Untuk memperkuat temuan hegemoni, penelitian ini juga dilengkapi dengan wawancara dari pengguna dan ahli media sosial Twitter.

B. Fokus Penelitian


(17)

1. Penelitian ini mengkaji munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter.

2. Penelitian ini membahas praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita.

Pembicaraan hangat itu diteliti setiap seminggu sekali berdasarkan apa yang menjadi isu terhangat dalam kurun waktu tiga bulan (April-Juni 2013).

3. Penelitian ini melihat bagaimana implikasi penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana.

C. Pertanyaan Penelitan

Dalam kajian ini, peneliti mencoba menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter?

2. Bagaimana praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita?

3. Bagaimana implikasi penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, secara umum tujuan penelitian ini untuk melihatbagaimana munculnya akar hegemoni media sosial Twitter


(18)

mengenai isu-isu nasional dan munculnya Twitter sebagai hegemoni baru yang mempengaruhi pemberitaan media massa di Indonesia.

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter.

2. Penelitian ini bertujuan membahas praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita. Pembicaraan hangat itu diteliti setiap seminggu sekali berdasarkan apa yang menjadi isu terhangat dalam kurun waktu tiga bulan (April-Juni 2013).

3. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana implikasi penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana.

E. Manfaat Penelitian

Dengan mengacu kepada tujuan dan pertanyaan yang hendak dijawab, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, antara lain: (1) bagi Program Studi Bahasa Indonesia dan program-program studi lain yang berkenaan dengan studi kebahasaan, untuk memperkaya karya-karya penelitian yang berkenaan dengan kajian Analisis Wacana Kritis; (2) bagi mahasiswa bahasa Indonesia, untuk memperkaya sumber-sumber acuan yang berkenaan dengan AWK; (3) bagi masyarakat umum, untuk memberikan perspektif dan pengetahuan baru dalam memaknai kehadiran media sosial seperti twitter yang mewarnai wacana-wacana nasional.


(19)

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (dalam Herdiansyah, 2010:9).

Saryono (2010:1) mengatakan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dan pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, dikukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

Penelitian bertumpu kepada kerangka kerja AWK dari Fairclough. Mengapa memilih teori Fairclough? Karena teori Fairclough lebih cocok dipakai dalam penelitian ini. Lain halnya dengan teori van Dijk yang lebih menitikberatkan pada content analysis yang hanya membahas masalah teks, tidak mempertimbangkan pengaruh dari luar. Sementara Fairclough menggunakan tiga komponen untuk menganalis teks, yaitu hubungan antar-wartawan, tokoh publik, dan khalayak.

Fokus analisis pertama dari model tiga dimensi Fairclough adalah teks. Analisis teks meliputi analisis linguistik yang berkaitan dengan kosakata, gramatika, semantik, sistem tatasuara, dan kohesi-organisasi di atas tingkatan kalimat (Fairclough, 1995b: 57). Fairclough juga memandang teks dari perspektif multifungsi. Menurut Fairclough dalam Sheyholislami (2001: 7), kalimat apapun di


(21)

dalam teks dapat dianalisa dalam hal yang berkaitan dengan artikulasi fungsi-fungsi ini, yang telah dilabeli Fairclough dengan representasi, relasi, dan identitas.

Namun, untuk menganalisis media sosial seperti Twitter, ketiga fungsi Fairclough tersebut terasa tidak cukup memadai. Peneliti mencoba menawarkan sebuah fungsi baru yang dapat digunakan untuk melengkapi pendekatan Fairclough dalam analisis teks di media sosial, yaitu: transformasi –yang mencoba melihat perubahan peran tokoh publik/partisipan berita dan pembaca awam sebagai ‗wartawan‘ dan ikut serta dalam membentuk opini.

B. Prosedur Penelitian

Teori diterapkan secara multidisipliner dalam penelitian dan berimplikasi metodologis terhadap rancangan penelitian, subyek penelitian, instrumen penelitian, data dan sumber data, analisis data, dan pemeriksaan keabsahan data dipaparkan sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan pendekatan ini, peneliti mencoba mendeskripsikan sasaran penelitian secara faktual tanpa mengisolasikan fenomena yang ditemui, tanpa mengadakan perlakuan, pengukuran dan penghitungan-penghitungan secara statistik.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah para pengguna Twitter (tweep) yang sering ―berkicau‖ soal-soal politik Indonesia dan isu-isu nasional di Twitter.


(22)

3. Instrumen Penelitian

Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai peneliti kunci. Peneliti dibantu oleh beberapa orang peneliti pembantu secara aktif mengamati dan mencatat diskusi-diskusi yang berlangsung di Twitter.

C. Sumber Data

Ada dua macam data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Data primer (dalam bentuk teks-teks yang digunakan sebagai sampel penelitian); 2. Data sekunder (dalam bentuk penelitian kepustakaan) dan wawancara. Data primer dalam penelitian ini adalah data-data berupa teks di Twitter yang menginformasikan, menceritakan, dan membahas topik yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini adalah media online yang membahas diskusi-diskusi yang menjadi trending topic di Twitter. Media online tersebut adalah Kompas (@kompascom), MetroTVNews (@Metro_TV), TVOneNews (@tvOneNews), Detik (@detikcom), dan VivaNews (@vivanews).

D. Teknik dan Analisis Data

Furqon & Emilia (2010:45) menjelaskan, teknik pengumpulan data yang paling umum dipakai dalam penelitian kualitatif seperti yang diungkapkan Patton (1987), Denzin& Lincoln (2003), Holliday (2003) dan Marshall &Rossman (2006) pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yakni observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Pemilihan ketiga teknik pengumpulan data ini, seperti ditegaskan oleh


(23)

Marshall & Rossman (2006:54) dalam Furqon& Emilia (2010:45), harus relevan dengan pertanyaan penelitian.

Observasi, wawancara, dokumen pribadi dan resmi, foto, rekaman, gambar, dan percakapan informal merupakan sumber data kualitatif. Sumber yang paling umum digunakan adalah observasi, wawancara, dokumen, kadang-kadang digunakan secara bersama-sama dan individual. Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum, analisisnya terutama tergantung kepada keterampilan integratif dan interpretatif dari peneliti. Interpretasi diperlukan karena data kaya rincian dan panjang (Gay & Airasian dalam Emzir, 2014:37).

Satori & Komariah (2009:146) mengungkapkan, teknik pengumpulan data yang juga berperan besar dalam penelitian kualitatif naturalistik adalah dokumentasi. Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang berasala dari bahasa Latin yaitu docere, yang berarti mengajar. Dalam bahasa Inggris disebut document yaitu ―something written or printed, to be used as a record or evidence‖ (A.S Hornby, 1987).

Ada dua macam data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

1. Data atau dokumen primer (dalam bentuk teks-teks yang digunakan sebagai sampel penelitian). Data primer dalam penelitian ini adalah data-data berupa teks (tweet) di Twitter yang menginformasikan, menceritakan dan membahas topik yang menjadi kajian dalam penelitian ini.

2. Data atau dokumen sekunder (dalam bentuk penelitian kepustakaan). Data sekunder dalam penelitian ini adalah media online yang membahas diskusi-diskusi yang menjadi trending topic di Twitter. Media online tersebut adalah Kompas (@kompascom), MetroTVNews (@Metro_TV), TVOneNews (@tvOneNews), Detik (@detikcom), danVivaNews (@vivanews).


(24)

Teknik analisis data dalam penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan, yakni:

a. Tahap penjaringan atau pengumpulan data (berupa hasil observasi dan catatan lapangan). Pada tahap ini semua data (tweet) dikumpulkan dalam kurun waktu tiga bulan (April sampai Juni 2013). Jumlah tweet yang terkumpul adalah 720 tweet terdiri dari 36 topik tweet dengan rata-rata tiga topik setiap minggu. Sebanyak 36 topik tweet –terdiri dari kategori politik, sosial, ekonomi, budaya, hiburan, lingkungan, dan berita luar negeri—berhasil terkumpul. Peneliti memutuskan hanya memilih topik tweet kategori politik, sosial, ekonomi, dan peristiwa nasional yang akhirnya terpilih sembilan topik tweet yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan pengguna dan ahli media sosial di Indonesia untuk menguji asumsi-asumsi dalam pengumpulan data. b. Tahap pendisiplinan data (terdiri atas pengorganisasian, interpretasi,

dan analisis). Setelah mempelajari 36 topik tweet yang diperoleh dari topik-topik terhangat (trending topic), peneliti memilih sembilan topik yang relevan, khususnya topik-topik seputar kebijakan politik, ekonomi, dan peristiwa nasional. Selain itu, peneliti mempertimbangkan hegemoni dari tweet tersebut, apakah tweet tersebut mendapat respon yang luas di Twitter dan mendapat liputan


(25)

dari media massa daring. Analisis dilakukan menggunakan teori Fairclough dan pendekatan baru dari peneliti sendiri.

c. Tahap penarikan simpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan setelah tahap analisis data selesai dikerjakan.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Satori dan Komariah (2009:61) mengungkapkan, konsep human instrument dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastik dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba (1985) dalam Satori dan Komariah (2009:62) menekankan bahwa manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan keuntungan, di mana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif.

Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai peneliti kunci. Peneliti sendiri adalah pengguna aktif Twitter dengan akun @elvisusanti yang memfollow (mengikuti) 113 akun dan difollow (diikuti) oleh 1.433 akun dan bergabung di media sosial Twitter pada tanggal 25 Juli 2009. Peneliti dibantu oleh beberapa orang peneliti pembantu secara aktif mengamati dan mencatat diskusi-diskusi yang berlangsung di Twitter.

Instrumen ini dianggap lebih sesuai untuk meneliti rumusan masalah penelitian:

1. Sebagai pengguna aktif di Twitter, instrumen ini membantu peneliti mengamati bagaimana munculnya akar hegemoni berdasarkan analisis teks yang terkait dengan representasi, relasi, identitas, dan transformasi terhadap isu-isu nasional yang menjadi trending topic di Twitter.


(26)

2. Selain itu, peneliti bisa mengungkapkan bagaimana praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita.

3. Instrumen ini juga bermanfaat bagi peneliti dalam merumuskan implikasi penelitian terhadap pembelajaran analisis wacana.

Penelitian ini menggunakan teori Fairclough dan peneliti sendiri. Menurut Fairclough, setiap teks pada dasarnya dapat diuraikan dan dianalisis berdasarkan ketiga unsur ini: representasi, relasi, dan identitas. Namun, untuk menganalisis media sosial seperti Twitter, ketiga fungsi Fairclough tersebut terasa tidak cukup memadai. Peneliti mencoba menawarkan sebuah fungsi baru yang dapat digunakan untuk melengkapi pendekatan Fairclough dalam analisis teks di media sosial, yaitu: transformasi –yang mencoba melihat perubahan peran tokoh publik/partisipan berita dan pembaca awam sebagai ‗wartawan‘ dan ikut serta dalam membentuk opini. Dengan demikian, matrik lengkapnya adalah:

Berikut ini digambarkan format instrumen yang digunakan dalam penelitian ini:

UNSUR PENGGAMBARAN TEKS

Representasi Bagaimana teks menggambarkan atau menampilkan peristiwa, situasi, orang atau apa pun.

Relasi Bagaimana teks menggambarkan atau menampilkan hubungan antara wartawan, khalayak dan partisipan berita/tokoh publik.

Identitas Bagaimana teks menggambarkan atau menampilkan identitas wartawan, khalayak dan partisipan berita/tokoh publik.

Transformasi Bagaimana teks menggambarkan atau menampilkan perubahan peran wartawan, khalayak dan partisipan berita/tokoh publik.


(27)

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab V ini menyajikan simpulan yang di dalamnya juga memuat hasil temuan dari analisis dan penelitian yang dilakukan peneliti. Selain simpulan pada bab ini juga dipaparkan saran-saran yang berkenaan dengan hasil penelitian analisis waca na kritis pada media sosial Twitter yang memakai teori Fairclough (representasi, relasi, dan identitas) dan teori dari peneliti sendiri: transformasi.

A. SIMPULAN

Berdasarkan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan hasil penelitian, maka penelitian AWK yang menganalisis hegemoni media sosial Twitter mengenai isu-isu nasional di Indonesia dan implikasinya pada mata kuliah Analisis Wacana di perguruan tinggi, maka peneliti merumuskan simpulan sebagai berikut:

1. Media sosial Twitter merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan dan memberikan tanggapan., di mana penggunanya bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk mengekspresikan diri dan menyuarakan opininya secara cepat dan luas.

2. Praktik wacana Twitter mempengaruhi pekerja media dalam memproduksi berita dengan cara menjadikan Twitter sebagai sumber inspirasi, di mana banyak tokoh dan pengguna awam yang pendapatnya layak dikutip dan dijadikan bahan penulisan berita.

3. Pemerintah Indonesia mulai menggunakan Twitter sebagai peranti untuk menyampaikan pesan dan sebagai sarana komunikasi dengan rakyatnya.


(29)

4. Media massa mempublikasi dan mendistribusikan berita-beritanya melalui Twitter dengan harapan untuk ditanggapi oleh para pengguna Twitter. 5. Saking kuatnya hegemoni, pengguna Twitter (khalayak dan partisipan)

bisa berperan sebagai ‘wartawan’.

6. Dengan demikian teori Fairclough terkoreksi, tiga partisipan dalam analisis media mengerucut menjadi satu, yaitu menjadi ‘wartawan’.

7. Fairclough tidak membayangkan adanya media sosial sebelumnya.

8. Teori Fairclough yang melibatkan tiga partisipan dalam analisis media: wartawan, publik, tokoh publik; maka penelitian ini menemukan bahwa publik dan tokoh publik juga berperan sebagai wartawan.

9. Temuan tersebut dijadikan sebagai sebuah teori baru sebagai alternatif untuk melengkapi teori Fairclough, yaitu dengan menambahk an pendekatan baru: transformasi. Transformasi mencoba melihat perubahan peran partisipan berita dan pembaca (pengguna) awam sebagai ‘wartawan’ dan ikut serta dalam membentuk opini.

10.Penelitian ini mempunyai implikasi yang signifikan pada mata kuliah Analisis Wacana di perguruan tinggi. Seperti bahasan Analisis Wacana bagi pendidikan, di mana materi ini memuat contoh aplikasi dari teori yang sudah dipelajari dalam bidang sekolah. Misalnya, ideologi dalam buku teks atau membongkar prasangka rasial siswa dalam karangan mereka, dominasi dan hegemoni dalam ruang pembelajaran. Atau yang lebih sederhana seperti kohesi dalam karangan siswa, tingkat keterpahaman teks dalam buku ajar. Penelitian ini memuat hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. Semisal dominasi dan hegemoni yang memang merupakan bahasan dalam topik penelitian ini.


(30)

B. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran dalam memanfaatkan media sosial Twitter dengan kekuatan hegemoninya:

1. Pejabat, politisi, pesohor bisa memanfaatkan media sosial twitter untuk menyuarakan suatu wacana atau pesan. Sekaligus berusaha mempengaruhi masyarakat dengan pencitraan yang baik.

2. Kalangan akademisi juga disarankan menggunakan penelitian ini sebagai alternatif studi media baru yang masih sedikit diteliti.

3. Mengingat selama ini Analisis Teks-nya Fairclough yang melihat representasi, relasi dan identitas hanya berbasis teks yang terdapat di media massa cetak dan online, ternyata analisa teks yang terdapat di media sosial seperti Twitter sangat menarik dan relevan untuk dilakukan. Jika penulis yang dimaksud dalam studi analisis teks Fairclough adalah wartawan dan penulis artikel, dalam penelitian ini justru para pengguna biasa yang bertindak sebagai orang yang memproduksi content atau berita.

4. Bagi dosen yang mengajar di Perguruan Tinggi, khususnya mata kuliah Analisis Wacana, penelitian ini bisa dijadikan salah satu sumber rujukan, setidaknya sebagai tahap awal sebelum mempelajari AWK.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Achbar, Mark dan Peter Wintonick. 1994. Manufacturing Consent: Noam Chomsky and The Media. London: Vintage.

Akbar, Ali. 2012. Welcome to Twitterland (Manfaatkan Twitter untukMengeruk Rezeki). Bandung: Mizan.

Alwasilah, Chaedar. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Alwi, Hasan, dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anshori, Dadang S dan Sumiyadi (editor). 2009. Wacana Bahasa: Mengukuhkan IdentitasBangsa. Bandung: FPBS UPI.

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabta.

Boyd-Barrett, Oliver. 1994. “Language and media: A question of convergence” dalam David Graddoldan Oliver Boyd-Barrett (ed). Media Texts: Authors and Readers. Clevendon: Multilingual Matters Ltd. (22-39).

Brown, Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedubes AS.


(32)

Brown, Gillian and George Yule. 1996. Discourse Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.

Brown, Gillian and George Yule, diterjemahkan I. Soetikno. 1996. Discourse Analysis (AnalisisWacana). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bryant, Jennings danDolfZillmann. 2002. Media Effects (Advances in Theory and Research) Second Edition. London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Castells, Manuel. 2004. The Power of Identity (Second Edition). UK: Blackwell Publishing.

Cook, Guy, 1997. Discourse. Oxford: Oxford University Press.

Creswell, John W. 2003. Research Design (Qualitative and Quantitative Approaches). London: Sage Publications.

Darma, YoceAliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya dan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UPI.

Denzin, Norman K and Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publication.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dipa, Ivan. 2013. Twitter is Money (7 Ladang Uang di Twitter). Jakarta: Mediakita.


(33)

University Press.

Eemeren, FransH.van, Rob Grootendorst, dan A. Fransisca Snoeck Henkemans. 2002. Argumentation, Analysis, Evaluation, Presentation. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Eemeren, FransH. van, Rob Grootendorst, dan A. Fransisca Snoeck Henkemans. 2007. Argumentative Indicators (A Pragma-Dialetical Study). Netherlands: Springer.

Eemeren, FransH. Van dan Rob Grootendorst. 2004. A Systematic Theory of Argumentation. UK: Cambridge University Press.

Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif (Analisis Data). Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Engkoswara. 1988. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran. Jakarta: PT Bina Aksara.

Eriyanto. 2006. Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media). Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara.

Fairclough, Norman. 1989.Language and Power. London: Longman.

Fairclough, Norman. 1992. Discourse and Social Change. Cambridge: Polity Press.

Fairclough, Norman. 1995a. Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Longman

Fairclough, Norman. 1995b. Media Discourse. London: Edward Arnold.


(34)

Dijk (ed.) Discourse as Social Interaction, 258-84. London: Sage Publications.

Fairclough, N. dan Chouliaraki, L. 1999. Rethinking Critical Discourse Analysis. Edinburg: Edinburg University Press.

Fairclough, Norman. 2010 (Second Edition). Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Pearson Education Limited.

Feiler, Jesse. 2008. How to Do Everything: Facebook Applications. Amerika: McGraw-Hill Companies.

Fowler, R. dan B. Hodge. 1979. “Critical linguistics” dalam R. Fowler et. al

(Ed.), Language and Control. London: Routledge and Keegan Paul.

Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 2008. How to Design and Evaluate Research in Education (Seventh Edition). New York: McGraw-Hill

Companies.

Furqon dan Emi Emilia. 2010. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (beberapa Isu Kritis). Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Gagne, Robert Mills, Holt, Rinehart and Winston. 1970. The Conditions of Learning. Google Play.

Gillmor, Dan. 2004. We the Media. California: O’Reily Media, Inc.

Grice, Paul Herbert. 1975. “Logic and Conversation”. Cole, P. and Morgan, J.L.

(eds) Syntax and Semantics. New York: Academic Press.

Hadi, Nova. 26 Januari 2008.“Diskursus (Wacana) dan Kekuasaan: Sebuah Investigasi Kritis”. DiunduhMinggu, 20 Februari 2011 http://bdi.lv/eGWSD4 Hartoko, Alfa. 2011. Resep Rahasia Master Twitter. Jakarta: PT Elex Media


(35)

Komputindo.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hidayat, Dedy Nur. 1999. “Metodologi Penelitian Ilmu-ilmu Komunikasi” (Diktat). Universitas Indonesia.

Hidayat, Kosadi. 1995. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.

Hikam, Mohammad A.S. 1996. Bahasa dan Politik: Penghampiran Discursive Practise. Bandung: Mizan.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Israel, Shel. 2009. Twitterville: How Businesses Can Thrive in the New Global Neighborhoods. New York: Penguin Group.

Jorgensen, Marianne W & Louise J. Phillips. 2002. Discourse Analysis as Theory and Method. London: Sage Publications.

Jorgensen, Marianne W & Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana (Teori & Metode) diterjemahkan Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jubilee Enterprise. 2012. 101 Tips Jualan Ala Perang Gerilya di Internet. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Jubilee Enterprise. 2012. Trik Pemasaran Getuk TularMenggunakan Internet. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


(36)

Jubilee Enterprise. 2012. Trik Facebook, Twitter, dan Kantoran Memakai Android. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Junaiyahdan E. ZaenalArifin. 2010. Keutuhan Wacana. Jakarta: PT Gramedia.

Kasiram, Mohammad. 2008. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press.

Keraf, Gorys. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

Khair, Alfi. 2011. Belajar Kaya dari Tokoh Utama di Balik 15 SitusNgetop. Jakarta: Super Computer Publishing.

Kolakowski, Leszek. 2007. Main Currents of Marxism: The Founders, The Golden Age, The Breakdown. London: W.W. Norton.

Kurniati, Sartika. 2009. Step By Step Facebook. Jakarta, Elex Media Komputindo.

LaRose, Straubhaar. 2006. Media Now (Understanding Media, Culture, and Technology). USA: Thomson Learning Inc.

Latif, Yudi dan Idi Subandy (editor). 1996. Bahasa dan Kekuasaan (Politik Wacana di Panggung Orde Baru). Bandung: Mizan.

Levinson. 1991. Pragmatics. Cambridge: CU Press.

Lievrouw, Leah A. and Sonia Livistone. 2006. The Handbook of New Media. London: SAGE Publications.

Lister, Martin, et.al, 2003. New Media: A Critical Introduction. London: Routledge.


(37)

Louw, Eric P. 2005. The Media and Political Process. London: SAGE Publications.

Lull, James. 2008. Media, Communication, Culture: A Global Approach. London: Willey.

Magnis-Suseno, Franz. 1992. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Jakarta: Kanisius.

Mannheim, Karl. 1991. Ideology and Utopia: An Introduction to The Sociology of Knowledge. London: Kessinger Publishing.

McCarthy, Michael. 1990. Vocabulary. Oxford: Oxford University Press.

McCarthy, Michael. 1997. Discourse Analysis for Language Teachers. Cambridge: Cambridge University Press.

McLuhan, Marshall. 1964. Understanding Media: The Extensions of Man. London: McGraw-Hill.

Mishan, Freda. 2005. Designing Authenticity into Languange Learning Materials. UK: Intellect Books.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(38)

Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. “AnalisisWacana Kritis”. Diunduh Minggu, 29 Februari 2011 http://bdi.lv/eQmSC9

Moloeng, Lexy J. 2004.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Munadi, Yudhi. 2006. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nababan, Sri Utari Subyakto. 2000. AnalisisWacana dan Pengajaran Bahasa (Modul Pembelajaran Program Pascasarjana IKIP Jakarta). Jakarta: IKIP Jakarta.

Nasution. 2003.Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Noer, Deliar. 1997. Pemikian Politik di Negeri Barat. Bandung: PenerbitMizan.

Nunan, David. 1993. Introducing Discourse Analysis. London: Penguin Books.

Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah.

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. 2013. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Pribadi, Benny Agus dan Yuni Katrin. 2004. Media Teknologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Prudjug, Cheng. “Mass Media and Communications Studies”

http://bit.ly/gkpY5Q. Diunduh Sabtu 12 Juni 2011.


(39)

Bahasa Unika Atmajaya.

Rao, Madanmohan (ed). 2003. News Media and New Media (The Asia-Pacific Internet Handbook) Episode V. Singapore: Nanyang University Press.

Reddick, Randy dan Elliot King. 1996. Internet untuk Wartawan (Terjemahan: Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rosidi, Sakban. “Analisis Wacana Kritis sebagai Ragam Paradigma

KajianWacana”. Diunduh Minggu, 20 Februari 2011 http://bdi.lv/gjLFlm Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: Rajawali Pers.

Said, Edward. 1979. Orientalism. London: Vintage.

Samsuri. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlanga.

Sanjaya, Ridwan. 2008. Pemanfaatan Blog Untuk Bisnis, Hobby, dan Pendidikan. Jakarta: Elex Media Koputindo.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana (diterjemahkan Abdul Syukur Ibrahim). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(40)

Sheyholislami, Jaffer. 2001. “Critical Discourse Analysis”. Diunduh 12 Januari 2012 http://www.carleton.ca/~jsheyhol/cda.htm

Simon, Roger. 1999. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Diterjemahkan oleh Kamdani dan Iman Baehaqi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 2004. AnalisisTeks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framming). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sorlenson, Sharon. 2010. Student Writing Handbook Fifth Edition. Canada: Wiley Hoboken.

Straubhaar, Joseph and Robert LaRose. 2006. Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology. USA: Thomson Wadsworth.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, S. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.

Sugiharto, Bambang I. 1996. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta: Kanisisus.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujono, Firman Kurniawan. Disertasi. 2013. "Masyarakat Jejaring: Telaah Filsafat Pemikiran Manuel Castells tentang Abad Informasi", Universitas Indonesia.


(41)

Sukarna. 1981. Analisis Politik. Bandung: MandarMaju.

Sumarlam, dkk. 2003. Teoridan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.

Sunarto, Kamanto. 2001. Pengantar Sosiologi: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Surbakti, Ramlam. 1997. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Swales, John.M. dan Christine B. Feak. 2004. Academic Writing for Graduate Students (Essential Tasks and Skills) Second Edition. USA: University of Michigan.

Syam, Nina.Winangsih. 2013. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Syam, Nina.Winangsih. 2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Syam, Nina.Winangsih. 2012. Sosiologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Syam, Nina.Winangsih. 2014. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Media Cendekia Publisher.

Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana (Teori, Analisis, Pengajaran). Bandung: Geger Sunten.

Syamsuddin A.R dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian

Pendidikan Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia danPT Remaja Rosdakarya


(42)

Syamsuddin A.R. 2009. “Wacana Bahasa (Mengukuhkan Identitas Bangsa). Editor: Dadang S. Anshori dan Sumiyati. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Titscher, Stefan, Michael Mayer, et. all. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana (diterjemahkan Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Toulmin, Stephen. 2003. The Uses of Argument. United Kingdom: Camridge University Press.

Turner, Bryan S. 2002. Runtuhnya Universalitas Sosiologi Barat, Bongkar Wacana atas Islam via a vis Barat, Orientalisme, Posmodernisme, dan Globalisme. Terjemahan Sirojuddin Arif, dkk. Yogyakarta: Ar-Ruzz, Press.

Van Dijk, Teun. 1985. Handbook of Discourse Analysis. London: Academic Press.

Van Dijk, Teun. 1988. News as Discourse. Hillside, NJ: Erlbaum. Van Dijk, Teun. 1991. Racism and the Press. London: Routledge.

Van Dijk, Teun. 1993. Elite Discourse and Racism. London: Sage Publications.

Walton, Douglas. 2006. Fundamentals of Critical Argumentation. UK: Cambridge University Press.


(43)

Weiss, Gilbert and Ruth Wodak. 2002. Critical Discourse Analysis. New York: Palgrave Macmillan.

Weston, Anthony. 2009. A Rulebook for Arguments. Fourth Edition. USA: Hackett Publishing Company.

Widdowson, H. G. 1995. “Discourse Analysis: A Critical View”. Language and Literature 4 (3): 157-172.

Widdowson, H. G. 1998. “The Theory and Practice of Critical Discourse

Analysis”. Applied Linguistics, 19/1: 136-151.

Zainuddin, A. Rahman. 2006. Sejarah Sosial Media: Dari Guttenberg Sampai Internet. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(1)

Globalisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. “AnalisisWacana Kritis”. Diunduh Minggu, 29 Februari 2011 http://bdi.lv/eQmSC9

Moloeng, Lexy J. 2004.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Munadi, Yudhi. 2006. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nababan, Sri Utari Subyakto. 2000. AnalisisWacana dan Pengajaran Bahasa (Modul Pembelajaran Program Pascasarjana IKIP Jakarta). Jakarta: IKIP Jakarta.

Nasution. 2003.Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Noer, Deliar. 1997. Pemikian Politik di Negeri Barat. Bandung: PenerbitMizan.

Nunan, David. 1993. Introducing Discourse Analysis. London: Penguin Books.

Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah.

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. 2013. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Pribadi, Benny Agus dan Yuni Katrin. 2004. Media Teknologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Prudjug, Cheng. “Mass Media and Communications Studies”


(2)

Bahasa Unika Atmajaya.

Rao, Madanmohan (ed). 2003. News Media and New Media (The Asia-Pacific Internet Handbook) Episode V. Singapore: Nanyang University Press.

Reddick, Randy dan Elliot King. 1996. Internet untuk Wartawan (Terjemahan: Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rosidi, Sakban. “Analisis Wacana Kritis sebagai Ragam Paradigma

KajianWacana”. Diunduh Minggu, 20 Februari 2011 http://bdi.lv/gjLFlm

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: Rajawali Pers.

Said, Edward. 1979. Orientalism. London: Vintage.

Samsuri. 1988. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlanga.

Sanjaya, Ridwan. 2008. Pemanfaatan Blog Untuk Bisnis, Hobby, dan Pendidikan. Jakarta: Elex Media Koputindo.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Schiffrin, Deborah. 2007. Ancangan Kajian Wacana (diterjemahkan Abdul Syukur Ibrahim). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(3)

Sheyholislami, Jaffer. 2001. “Critical Discourse Analysis”. Diunduh 12 Januari 2012 http://www.carleton.ca/~jsheyhol/cda.htm

Simon, Roger. 1999. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Diterjemahkan oleh Kamdani dan Iman Baehaqi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slamet. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, Alex. 2004. AnalisisTeks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framming). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sorlenson, Sharon. 2010. Student Writing Handbook Fifth Edition. Canada: Wiley Hoboken.

Straubhaar, Joseph and Robert LaRose. 2006. Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology. USA: Thomson Wadsworth.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, S. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah.

Sugiharto, Bambang I. 1996. Postmodernisme, Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta: Kanisisus.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujono, Firman Kurniawan. Disertasi. 2013. "Masyarakat Jejaring: Telaah Filsafat Pemikiran Manuel Castells tentang Abad Informasi", Universitas Indonesia.


(4)

Sukarna. 1981. Analisis Politik. Bandung: MandarMaju.

Sumarlam, dkk. 2003. Teoridan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta.

Sunarto, Kamanto. 2001. Pengantar Sosiologi: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Surbakti, Ramlam. 1997. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Swales, John.M. dan Christine B. Feak. 2004. Academic Writing for Graduate Students (Essential Tasks and Skills) Second Edition. USA: University of Michigan.

Syam, Nina.Winangsih. 2013. Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Syam, Nina.Winangsih. 2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Syam, Nina.Winangsih. 2012. Sosiologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Syam, Nina.Winangsih. 2014. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Media Cendekia Publisher.

Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana (Teori, Analisis, Pengajaran). Bandung: Geger Sunten.

Syamsuddin A.R dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian

Pendidikan Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia danPT Remaja Rosdakarya


(5)

Syamsuddin A.R. 2009. “Wacana Bahasa (Mengukuhkan Identitas Bangsa). Editor: Dadang S. Anshori dan Sumiyati. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Titscher, Stefan, Michael Mayer, et. all. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana (diterjemahkan Prof. Dr. Abdul Syukur Ibrahim). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Toulmin, Stephen. 2003. The Uses of Argument. United Kingdom: Camridge University Press.

Turner, Bryan S. 2002. Runtuhnya Universalitas Sosiologi Barat, Bongkar Wacana atas Islam via a vis Barat, Orientalisme, Posmodernisme, dan Globalisme. Terjemahan Sirojuddin Arif, dkk. Yogyakarta: Ar-Ruzz, Press.

Van Dijk, Teun. 1985. Handbook of Discourse Analysis. London: Academic Press.

Van Dijk, Teun. 1988. News as Discourse. Hillside, NJ: Erlbaum. Van Dijk, Teun. 1991. Racism and the Press. London: Routledge.

Van Dijk, Teun. 1993. Elite Discourse and Racism. London: Sage Publications.

Walton, Douglas. 2006. Fundamentals of Critical Argumentation. UK: Cambridge University Press.


(6)

Weiss, Gilbert and Ruth Wodak. 2002. Critical Discourse Analysis. New York: Palgrave Macmillan.

Weston, Anthony. 2009. A Rulebook for Arguments. Fourth Edition. USA: Hackett Publishing Company.

Widdowson, H. G. 1995. “Discourse Analysis: A Critical View”. Language and Literature 4 (3): 157-172.

Widdowson, H. G. 1998. “The Theory and Practice of Critical Discourse

Analysis”. Applied Linguistics, 19/1: 136-151.

Zainuddin, A. Rahman. 2006. Sejarah Sosial Media: Dari Guttenberg Sampai Internet. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.