STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN INTEGRITAS PADA PERGURUAN TINGGI UNHALU KENDARI
STRATEGI PENGARUSUTAMAAN ISU-ISU KORUPSI DAN INTEGRITAS PADA PERGURUAN TINGGI UNHALU KENDARI 1
Oleh:
H. Barlian 2
ABSTRAK. Data Internation Transparency Tahun 2009, Indonesia berada pada posisi pertama negara terkorup di Asia Tenggara, sedangkan hasil survey yang juga dilansir Internation Transparency tahun 2011 Indonesia masuk 10 besar negara terkorup di dunia, padahal data tahun 2009 Indonesia masih berada pada peringkat 111 dari 180 negara. Kondisi ini menunjukan bahwa betapa negara kita masih sangat rapuh dari aspek pendidikan integritas, minim kejujuran dan tanggungjawab. Mengklasifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam beberapa kasus korupsi, kenyataannya sebagian besar mereka yang memiliki pendidikan tinggi, atau luaran pendidikan tinggi. Tentunya kondisi ini sangat kontraproduktif dengan tujuan pendidikan itu sendiri baik secara filosofis maupun menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, yang pada garis besarnya ingin melahirkan generasi bangsa yang berakhlak mulia, jujur, cakap, mandiri, kreatif, tanggungjawab, dan demokratis. Prilaku korupsi termasuk bentuk kecurangan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan karena berdampak pada masyarakat dan bangsa secara luas. Lembaga pendidikan dan lembaga penegak hukum sama-sama memiliki peran penting dalam memberantas praktik korupsi di negeri ini. Akan tetapi, baik lembaga penegak hukum maupun lembaga pendidikan yang diharapkan dapat melakukan upaya-upaya preventif melalui pendidikan integritas dan karakter, penguatan nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai agama, pada umumnya belum berjalan dengan baik. Persoalan mendasar 95 persen pelaku korupsi adalah luaran strata satu (S1). Kondisi ini jelas kontra produktif dengan tujuan pendidikan. Hasil penelitian menunjukan internalisasi nilai-nilai integrasi dan karakter dalam pendidikan belum berjalan dengan baik, baik melalui proses pembelajaran maupun dalam sikap dan prilaku akademik mahasiswa dan dosen. Strategi utama yang harus dilakukan adalah gerakan bersama melawan korupsi baik secara struktural (kebijakan) maupun secara kultural. Mengawali dengan hal-hal yang kecil, anti plagiat dan anti mencontek harus dibudayakan dalam tradisi akademik, gerakan kampanye secara reguler, dan konsistensi kebijakan dalam memberikan punishman bagi yang melanggar kode etik dosen dan mahasiswa.
Kata Kunci: Korupsi dan Pendidikan Integritas
PENDAHULUAN
Secara filosofis, tujuan pendidikan adalah proses pembentukan manusia seutuhnya
Latar Belakang
yaitu mengembalikan hakikat dan fitrah manusia. Salah satu aspek tujuan bernegara adalah Menurut Freire pendidikan adalah proses untuk
humanisasi, bukan proses dehumanisasi, sehingga sebagaimana dalam Pembukaan UUD 1945. keseluruhan unsur dan proses pendidikan Instrumen negara dalam upaya mencerdaskan berupaya untuk mengembangkan potensi dan kehidupan bangsa adalah penyelenggaraan daya kritis manusia (Karim, 2000: 23). pendidikan secara utuh dan menyeluruh. Oleh Pandangan tersebut memiliki makna bahwa karenanya, tujuan, proses, dan output pendidikan pendidikan merupakan upaya untuk membangun seharusnya berorientasi pada mencerdaskan kesadaran kritis, bebas, kreatif, dan memiliki kehidupan bangsa, hal ini memiliki makna yang pemahaman integritas kemanusiaan sebagai dalam dan fundamental. mahluk sosial yang bertanggungjawab.
1 Ringkasan Hasil Penelitian 2 Dosen FKIP Unhalu Kendari
Begitu dalamnya manfaat pendidikan menempati peringkat pertama kasus korupsi di bagi pembentukan diri dan karakter seserorang,
Survey International sehingga
Asia.
Sedangkan
Transparency Tahun 2009 menempatkan mengutarakan “jika anda bertanya apa manfaat
Plato (428-347
SM)
pernah
Indonesia berada pada ranking 111 dari 180 pendidikan, maka jawabannya sederhana:
negara dengan skor 2,8 (Tjandra Sridjaja, pendidikan membuat orang menjadi baik dan
2010:17). Sedangkan data terbaru tahun 2011 orang baik tentu berprilaku mulia” (Naim, 2008:
dari IT bahwa Indonesia telah masuk 10 besar th). Pandangan tersebut pendidikan harus
di dunia. diarahkan pada pembentukan sikap dan karakter
negara
terkorup
(http://www.unpad.ac.id/archives/46805). Dalam melalui penguatan ranah afektif, kretaif dan
konteks Sulawesi Tenggara juga tiap hari kita profesional
disuguhkan dengan pemberitaan kasus korupsi. psikomotorik, pemahaman dan daya kritis melalui
Fakta-fakta ini tidak terlepas dari bagian penguatan ranah kognitif.
kegagalan pendidikan, krisis integritas dan Secara formal, penguatan tiga ranah
kehilangan roh spritualitas pendidikan. tersebut sesungguhnya telah dirumuskan secara
Kebohongan dan inkonsistensi seringkali konprehensif dan integratif dalam UU No 2
terjadi dan menjadi hal biasa dalam parkatik Tahun 1989, kemudian dirumuskan kembali
kehidupan kita, baik dalam proses pendidikan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan No. 20 Tahun 2003, yang memiliki enam
pembiaran mencontek atau bahkan membantu dimensi, yaitu; beriman dan bertaqwa kepada
siswa dalam proses pelaksanaan evaluasi dan Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat
ujian pendidikan adalah merupakan bentuk krisis jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan
integritas dan embrio untuk membangun generasi keterampilan, memiliki kepribadian mantap dan
pembohong dan korup.
mandiri, demokratis dan bertanggungjawab Menurut Yudi Latif, aib terbesar bagi terhadap masyarakat dan bangsa (Hasbullah,
seorang pemimpin adalah pembohong dan korup. 2009:11).
Perilaku korup seseorang selalu dimulai dengan Jika ditarik pada pemahaman yang lebih
korup terhadap prinsip dan aturan permainan spesifik tentang hakikat pendidikan di sini
(lihat Kompas, 19 Juli 2011). Jika prinsip dan adalah: pertama, untuk membangun spiritual
aturan secara faktual telah dilabrak oleh pelaku quotient atau kecerdasan spiritual (SQ); kedua,
pendidikan sendiri, maka bagaimana lembaga intelektual quotient atau kecerdasan intelektual
pendidikan bisa menghasilkan manusia-manusia (IQ); dan ketiga, emosional quotient atau
yang berbudi luhur, pemimpin yang bertanggung kecerdasan emosional (EQ); Ketiga aspek
jawab, dan bawahan ataupun rakyat yang saling tersebut merupakan bagian yang integral
menghargi satu sama lain. Kenyataan ini tentunya sehingga pada akhirnya akan membentuk
patut direnungkan, karena proses dan output manusia seutuhnya sebagaimana cita-cita dalam
pendidikan dewasa ini semakin kehilangan bernegara.
integritas (krisis integritas). Lalu kaitannya Kenyataannya, cita-cita itu masih jauh,
dengan itu pula, di manakah peran perguruan atau dalam istilah peribahasa jauh panggang dari
tinggi (PT) sebagai penghasil sumberdaya api. Bangsa kita masih diselimuti oleh segudang
manusia (SDM)? Apa yang bisa dilakukan untuk krisis multi
aspek. Hal yang paling memulihkan kembali harapan dan cita-cita mencengangkan adalah kasus korupsi. Setiap hari
bangsa ini? Dalam kontek ini, mau tidak mau berbagai pemberitaan media, baik cetak maupun
Unhalu harus ikut andil baik secara struktural elektronik tidak pernah luput dari kasus korupsi.
(komitmen kebijakan dan pimpinan) maupun Hal yang paling mengagetkan lagi ketika hasil
pendekatan kultural yaitu pendidikan integritas survey Indonesian Partnership Tahun 2006,
dan gerakan bersama, sehingga diperlukan menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup
strategi yang lebih baik dan konstruktif. urutan pertama di Asia. Hal yang sama juga ditunjukan oleh hasil survey yang dilakukan oleh PERC, sejak 3 tahun terkahir Indonesia masih
Rumusan Masalah
Sridjaja (2010) fenomena tersebut harus menjadi perhatian serius oleh bangsa ini, masalah ini tidak
Untuk menfokuskan arah dan capaian sekedar masalah hukum dan penegak hukumnya penelitian, maka rumusan masalah dari penelitian saja, akan tetapi merupakan bagian yang ini yaitu: kompleks karena terkait dengan mental dan sikap
1. Bagaimana kondisi permasalahan pendidikan atas seluruh pelaku-pelaku birokrasi. di Unhalu kaitannya dengan pengarusutamaan Hasil penelitian Indonesia Corruption isu-isu korupsi dan integritas?
Watch
(ICW)
yang diapload dari
2. Bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang dan http://gorontalonews.wordpress.com/2011/02/24 , tantangan Unhalu dalam mengembangkan Semester II periode 1 Juli sampai 31 Desember pengarusutamaan
2010 menunjukkan peningkatan jumlah kasus ingetritas? korupsi mencapai 272 kasus yang sudah masuk
penanganan penegak hukum. Sebelumnya pada pengarusutamaan
penelitian ICW Semester I sejak Januari sampai integritas di Unhalu Kendari? Juni 2010, jumlah kasus korupsi mencapai 176
kasus. Sektor dengan jumlah kasus terbesar adalah sektor infrasuktur berjumlah 53 kasus.
Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang dan Sebelumnya sektor keuangan daerah menjadi rumusan masalah tersebut, maka tujuan
catatan ICW sebagai sektor kasus tertinggi di penelitian ini adalah:
semester I mencapai 38 kasus. Dengan demikian
1. Melakukan identifikasi kondisi permasalahan terjadi peningkatan jumlah kasus korupsi di pendidikan di Unhalu kaitannya dengan
daerah maupun pusat. Menurut Ermansjah pengarusutamaan
(2009:23) kasus-kasus korupsi yang melibatkan integritas?
hampir sebagian besar birokrasi di Indonesia
harus dilakukan dengan pendekatan secara kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
2. Melakukan identifikasi
dan
rumusan
konfrehensif dan lebih mengedepankan upaya Unhalu
Dalam konteks Sulawesi Tenggara, kasus ingetritas?
korupsi masih banyak menghiasi berbagai
3. Merumuskan strategi pengarusutamaan isu-isu pemberitaan berbagai media. Hasil kajian berita korupsi dan integritas di Unhalu Kendari?
yang dilakukan oleh Lembaga Diskusi dan Kajian Jurnalis (2011), dari rentang pemberitaan yang
STUDI PUSTAKA DAN ROADMAP
dimuat oleh koran harian Kendari Pos dan Koran
PENELITIAN
Harian Kendari Ekspres, mulai Januari 2009 sampai Mei 2011, pada rubrik Headline (berita
Fenomena Korupsi
utama) kasus atau isu korupsi menempati urutan Menurut data Transparency International
kedua setelah isu politik. Kondisi ini menunjukan Corruption Perception tahun 2011 fenomena
bahwa pemberitaan masalah korupsi baik skala korupsi di Indonesia meningkat yaitu berada pada
kabupaten/kota hampir angka 2,5, hal ini menempatkan Indonesia masuk
propinsi
maupun
berbanding dengan berita politik. sepluh besar negara terkorup di dunia, hal ini
Hasil penelitian Pusat Studi Hukum dan sejajar dengan dengan Nigeria, dan negara-negara
(PSHK) Sultra tahun 2010, miskin
Kebijakan
menunjukkan bahwa dari beberapa kasus korupsi (http://www.unpad.ac.id/archives/46805). Fakata
lainnya di
Afrika
dan Asia
baik yang sudah diputus maupun yang sedang ini meningkat drastis bila dibandingkan oleh hasil
diproses, baik ditingkat kabupaten/kota maupun survey yang juga dilakukan oleh Transparency
ditingkat propinsi Sultra, banyak terjadi akibat International Corruption Perception tahun 2009
penyelewengan dana APBD. yang menempatkan Indonesia pada urutan 111
Terkait dengan berbagai kasus korupsi negara terkorup di dunia. Menurut Tjandra
tersebut, baik dalam konteks nasional maupun konteks Sultra, jika ditelusuri lebih dalam tersebut, baik dalam konteks nasional maupun konteks Sultra, jika ditelusuri lebih dalam
pendidikan pada strata S1 dan S2 paling banyak Ermansjah Djaja (2010: 19), beberapa faktor
yang terkait dengan kasus korupsi, hal ini bila penting yang menyebabkan korupsi yaitu:
dibandingkan dengan tamatan SMA maupun Rendahnya
integritas
dan
SMP jauh lebih rendah.
profesionalisme. Data-data tersebut menjukkan masih Lemahnya komitmen dan konsistensi
lemahnya konsep dan muatan pendidikan yang penegakan
mengarah pada penguatan integritas seorang perundang-undangan.
hukum dan
peraturan
anak. Menurut Tillaar (2009:12) faktor Adanya peluang dilingkungan kerja
kelemahan pendidikan saat ini adalah lebih jabatan dan dilingkungan masyarakat
menekankan pada evaluasi yang bersifat kognitif yang mendukung timbulnya korupsi.
saja yaitu pendidikan intelektual dan hafalan Sikap yang tamak, lemahnya keimanan,
anak, sehingga pada tataran sikap dan mental kejujuran dan rasa malu.
berupa atitute anak sangat lemah. Kondisi ini Sistim
sangat relevan dengan kajian Muh Yasin dalam professional.
(2010:6) menempatkan lemahnya integritas dan profesionalisme sebagai
Djaja
Lemahnya Pendidikan Integritas
faktor utama yang menyebabkan seseorang Secara sosiologis, pendidikan merupakan
melakukan tindakan korupsi. lembaga yang dapat melakukan transformasi
Integritas, kejujuran, dan tanggung jawab sikap dan integritas, mebangun nilai-nilai
lebih tepat dibangun dari lembaga pendidikan kejujuran dan tanggung jawab yang tinggi.
sejak dini. Muh. Padil (2007:65) menekankan Menurut KH Dewantara pendidikan adalah daya
bahwa seharusnya lembaga keluarga harus lebih upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran,
banyak menanamkan nilai-nilai pada anak sejak serta jasmani anak, agar dapat memajukan
kecil, akan tetapi pengaruh lingkungan begitu kesempurnaan
kuat, maka perlu ada penguatan yang lebih menghidupkan anak yang selaras dengan alam
sistematis melalui pendidikan. Pendidikan dan masyarakatnya (Hasbullah, 2009: 22).
integritas dengan cara terintegrasi dalam materi Pengertian tersebut memiliki unsur-unsur
pembelajaran, atau berdiri sendiri atau melalui fundamental dan relevan dengan konsepsi yang
gerakan simultan dari kalangan pelajar, guru, dirumuskan dalam Undang-Undang No 22 Tahun
mahasiswa dan dosen, melalui hal-hal yang kecil 2003 tentang sistim pendidikan nasional yaitu
dan berkelanjutan.
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Peranan
Dunia
Kampus dalam
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Pengembangan Pengarusutamaan Isu-Isu
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Korupsi dan Integritas
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Lembaga pendidikan memiliki peranan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
melakukan perubahan keterampilan
strategis
dalam
(transformasi) kebudayaan dan perilaku yang masyarakat, bangsa, dan negara.
membawa kemaslahatan manusia baik dalam Prilaku
kontek bermasyarakat maupun bernegara. Muh. penyelewengan dari hakekat dan tujuan
Padil (2007:149) menguraikan fungsi lembaga pendidikan itu sendiri, dengan kata lain apa yang
pendidikan (sekolah/PT) yaitu; (1) transmisi menjadi harapan dan tujuan pendidikan belum
kebudayaan masyarakat. Dalam hal ini sekolah terjewantahkan dalam kehidupannya. Beberapa
sebagai media pengembangan dan pembudayaan fakta menunjukan bahwa sebagian besar pihak
pengetahuan dan perilaku masyarakat; (2) yang melakukan tindakan korupsi adalah mereka
menolong individu memilih dan melakukan yang berpredikat sarjana. Penelitian ICW tahun
peranan sosialnya; (3) menjamin integrasi sosial. 2009 menunjukan tingkat pendidikan tenyata
Artinya melalui sekolah dapat menghindarkan tidak memiliki korelasi dengan sikap integritas Artinya melalui sekolah dapat menghindarkan tidak memiliki korelasi dengan sikap integritas
organisaction dan case studi. Untuk itu, lembaga pendidikan termasuk
Sasaran dan Penentuan Informan
PT harus mampu mengembalikan fungsi pendidikan bagi penataan kehidupan sosial
Sasaran utama dalam penelitian ini lebih masyarakat. Korupsi adalah merupakan kejahatan
mengarah pada membangun id participation dari sosial yang memiki dampak yang kuat bagi
informan dan pakar yang akan ditentukan secara hancurnya tatanan kehidupan sosial. Tidak cukup
sengaja dengan teknik snow ball sampling. pengendalian korupsi hanya dengan pendekatan
Teknik ini mengacu pada Syah (2003:5) yang struktural misalnya; penegakan hukum atau
menyatakan bahwa strategi dasatr teknik bola memperketat sistem, akan tetapi paling urgen
salju (snowball sampling) dimulai dengan juga harus pendekatan kultural yaitu pendidikan
menetapkan satu atau bebarapa orang informan anti korupsi sedini mungkin. PT harus dapat
kunci (key informants) untuk melakukan intevew memotori ini, sebagaimana selama ini telah di
dan wancara atau disksusi kepada mereka. mulai oleh Universitas Paramadina.
Selanjutnya pada merekalah mendapatkan Sebagai lembaga yang memiliki peran
petunjuk tentang infoman-infoman selanjutnya mencetak Sumberdaya Manusia, PT haruslah
pengetahuan dan bersifat dinamis, fleksibel dan mampu merespon
khususnya
keterkaitan
pengalamn dengan subjek yang diteliti. segala persoaln-persoalan kebangsaan dan kemanausiaan. Tantangan globalisasi tidak
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data sekedar mengejar ketertinggalan akademik
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan terminologi modernisasi yang kaku.
dengan teknik pertama, (1) Inventarisasi dan Muhamad Karim (2009) misalnya mengkritisi
kajian Dokumen terkait, yaitu mengumpulkan ideologi pendidikan saat ini yang terjebak pada
domumen-dokumen terkait berupa dokumen terminologi korporasi yang hanya fokus pada
rencana strategis (renstra) Unhalu, renstra FKIP, keterukuran dan hal-hal yang material, misalnya
Laporan terkahir Rektor Unhalu tahun 2010. (2) membangun kelas
yaitu melakukan memodernkan peralatan sekolah dengan alat-alat
baru,
fasilitas baru,
wawancara
mendalam,
wawancara secara mendalam kepada informan yang canggih, dan sebagainya; tetapi lupa dengan
yang dipilih secara sengaja sesuai dengan hakikatnya sebagai lokomotif perubahan karakter,
kepakaran dan bidang yang dibutuhkan. Dalam kepribadian
penelitian ini jumlah informan kunci sebanyak 8 terintegrasi dalam proses pendidikan.
orang. (3) Focus Group Discussion yaitu untuk Dalam konteks Sulawesi, dengan trend
mengkroscek dan mendalami berbagai infomasi perkembangan kasus-kasus korupsi yang terus
yang diperoleh juga terkait dengan membangun meningkat, tentunya Unhalu sebagai PT
konsensus pemahaman dan partisipasi untuk Terkemuka dan menjadi
melakukan rumusan strategi. Beberapa kelompok pengembangan pendidikan di sultra harus
pusat inovasi
yang terlibat dalam FGD ini yaitu kelompok berperan aktif dengan segala potensi yang
dosen muda, Pergerakan Mahasiswa Islam dimilikinya.
Indonesia (PMII) cabang Kendari, Himpunan Mahasiswa Islam Indoensia (HMI) komisariat METODE PENELITIAN FKIP, dan Lingkar Studi Ilmiah Mahasiswa Unhalu.
Jenis penelitian
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini
dilakukan
dengan
pendekatan penelitian deskriptif kualitatif yaitu Masalah Pendidikan Integritas di Unhalu mendiskripsikan data yang diperoleh secara
kualitatif sesuai dengan fakta dan informasi yang
masalah umum yang diperoleh dari informan. Tipe penelitian kualitatif
Beberapa
diidentifikasi sebagai indikator dari kelemahaman yang dilakukan ini mengacu pada Iskandar
pendidikan saat ini, ditemukan baik melalui wawancara mendalam dengan beberapa pakar pendidikan saat ini, ditemukan baik melalui wawancara mendalam dengan beberapa pakar
bagian penilaian pendidikan anak. (4) Masalah dan daerah untuk memberikan pelayanan dan
fundamental yaitu spiritual quotient atau pemerataan akses pendidikan yang layak dalam
kecerdasan spiritual (SQ); intelektual quotient berbagai jenjang pendidikan pada seluruh
atau kecerdasan intelektual (IQ); dan emosional pelosok melum merata dengan kata lain masih
quotient atau kecerdasan emosional (EQ) belum ada kesenjangan. (2) Arah dan kebijakan, serta
belum berjalan sebagai satu kesatauan yang utuh sumberdaya/kapasitas pengelolah pendidikan
dalam pendidikan. (5) Interaksi dan integrasi dalam mengembangkan pendidikannya belum
sosial (kaitannya dengan pendidikan multi relevan dengan kondisi lingkungannya. (3)
kultural) belum berjalan dengan baik di kelas. (6) Belum ada sinergis antara jalur pendidikan
Pendidikan sebagai transformai dan transmisi formal, nonformal, dan informal, sehingga beban
budaya juga belum efektif berjalan. (7) pendidikan karakter dan integritas seolah-seolah
Pengembangan bahan ajar yang kurang hanya menjadi kewenangan dan tanggung jawab
mengakomodir kearifan lokal. Hal ini selain sekolah formal, padahal peran lingkungan
karena kurangnya pemahaman akan berbagai pendidikan masyarakat dan pendidikan keluarga
kearifan lokal yang dapat dijadikan sebagai input tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak
bahan ajar juga kaku dalam menerapkan media tersebut. (4) Budaya Patriarki yang masih kuat:
pembelajaran.
anak-anak perempuan belum ditempatkan setara Kedua, Faktor Output yaitu (1) Alumni dengan laki-laki terkait hak-haknya memperoleh
lembaga pendidikan (khususnya pendidikan pendidikan dan keterampilan memadai dalam
biangkerok kerusakan lingkungan masyarakat dan keluarganya. (4)
formal)
menjadi
pengelolaan berbagai instansi pemerintah. Hal ini Komitmen perencanaan keluarga secara umum
terjadi karena pendidikan formal hanya berpikir belum tertata dengan baik; keluarga besar resiko
bagaiamana melahirkan generasi pintar tetapi tanggungan pendidikan dan kesejahteraan
minus moralitas dan tanggungjawab. (2) Image anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota
dan persepsi publik dan masyarakat bahwa keluarga maka mestinya semakin besar pula
pekerjaan yang terhormat adalah PNS; persediaan untuk tanggungan pendidikan, tetapi
akibatanya generasi enterpreneur dan upaya kenyataannya masih banyak keluarga yang tidak
alumni membuka lapangan kerja sendiri kurang seimbang, sehingga menyebabkan anak-anak
berjalan dengan baik, akibat selanjutnya mereka terlantar. (5) Iklim Sosial Politik
pengangguran meningkat. (3) Tarikan politik cenderung mempengaruhi eksistensi dan otonomi
menjadikan alumni banyak penyelenggaraan pendidikan yang kondusif dan
oportunisme;
menghalakan segala cara untuk kepentingan berkelanjutan. Bahkan berdampak sampai peserta
politik; arus Pilkada, Lesgilatif , bahkan Pilkades. didik termasuk mahasiswa ikut terlibat dalam
Padahal prilaku tersebut bertentangan dengan permainan kepentingan politik, pada akhirnya
prinsip-prinsip manusia terdidik, cenderung mereka ini tidak memiliki independensi,
mengarahkan menjadi manusia yang korup. integritas dan cenderung memainkan praktik-
Dalam kontek Unhalu, ternyata masih praktik politik busuk.
menyisihkan berbagai masalah terkait dengan Kedua, Faktor Proses yang meiputi (1)
masih lemahnya gerakan pengarusutamaan isu- Kapasitas/kompotensi pendidik yang terbatas:
isu korupsi dan pendidikan integritas. Hasil akibatnya pendidikan masih bersifat konvesional
identifikasi menunjukan yaitu: pertama dan stagnan, kondisi ini bisa dilihat dari metode
Kebijakan yang belum terlaksana dengan baik. dan pedekatan pembelajaran yang dipraktekan di
Banyak kebijakan dan goodwill pimpinan yang kelas. Masalah terjadi tidak terlepas dari
belum terinternalisiasi dalam sikap maupun kurangnya penguatan-penguatan kapasitas dan
pembelajaran dalam lingkup unhalu. Salah satu sumberdaya serta kemauan mengembangkan diri
contohnya yaitu matakuliah Budi pekerti dan bagi setiap tenaga pendidik. (2) Lemahnya
Etika yang diinstruksikan oleh Rektor agar pendidikan integritas. (3) Sistim evaluasi
menjadi salah satu matakuliah institusi yang pendidikan yang masih dominan pada ranah
masuk
dalam
kelompok pengembangan kelompok pengembangan
tarikan oportunisme. Prilaku korupsi yang beberapa
melibatkan beberapa oknum pemerintahan, menerapkannya.
legislatif dan swasta tidak terlepas dari pengaruh dilakukan
dan prilaku negatif saat mereka menjadi menerapkannya yaitu prodi berada dibawah
misalnya
prodi
yang belum
mahasiswa, salah satu diantaranaya adalah gaya naungan jurusan pendidikan MIPA, dan beberapa
hidup hedonis dan tarikan oportunisme. prodi di FMIPA. Selanjutnya masih ada program
Ketuju , Proses pembelajaran yang tidak studi yang belum memiliki dan menerapkan
sehat dan profesional. Salah satu bagian dan Standar Operasional Prosedure (SOP), serta tim
moment yang tepat dalam membentuk karakter penegakan Kode Etik yang berjalan dengan baik.
dan integritas mahasiswa adalah dalam proses Kedua, Komitmen tenaga pendidik
pembelajaran. Misalnya disiplin, adil dan (dosen) dan tenaga administrasi. Salah satu
demokratis serta metode pembelajaran yang kompotensi yang mestinya dimiliki oleh dosen
partisipatif dan menyenangkan. Melalui metode dan tenaga administrasi adalah kompotensi
yang tepat dan gerakan kecil-kecilan akan profesional dan personal yang harus ditunjukan
bagi pembinaan dan dalam setiap kinerjanya. Hasil FGD dengan
berdampak besar
pembentukan karakter. Sebaliknya dengan mahasiswa menunjukan bahwa masih ada model
metode pembelajaran yang tidak tepat misalnya pembelajaran yang menekan dan tidak
menakut-nakuti, menegangkan, dosen sebagai memberikan contoh yang baik pada mahasiswa.
otoritas penentu kebenaran, tidak adil dalam Disamping itu pula tenaga administrasi masih ada
penilaian, tidak menegakan sistim reward dan oknum yang tidak memberikan pelayanan yang
punishman, dan tidak berbabsis budaya dan prima
lingkungan sisiwa semuanya akan berdampak profesionalisme. Padahal salah satu kebijakan
jauh dari
pada pembentukan karakter pembangkan dan pimpinan periode ini adalah memberikan
penipu, tentunya ini merupakan embrio prilaku pelayanan secara profesional dan ikut serta
korupsi.
melawan tindakan korupsi. Ketiga, Evaluasi pendidikan yang belum
Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan
integral (kognitif, afektif dan psikomotorik).
Tantangan
Evaluasi pembelajaran
mahasiswa
yang
dilakukan selama ini, dari hasil wawancara pada
Kekuatan
beberapa dosen menunjukan evaluasi hanya pada
hasil identifikasi aspek kognitif saja. Hal terjadi karena sampai
Secara internal,
kekuatan diperoleh (1) Sumber daya manusia saat ini belum ada instrumen yang tepat untuk
lumayan besar yaitu ditopang oleh jumlah dosen melakukan evaluasi dari aspek efektif. Disamping
sebanyak 961 orang dengan jumlah guru besar itu tentunya membutuhkan komitmen dan
sebanyak 39 orang. (2) Jumlah fakultas dan prodi kemauan dosen dalam menerapkan aspek-aspek
semakin banyak dengan fasilitas memadai, saat afektif dan psikomotorik. Penilaian afektif
ini telah tersedia sebanyak 8 Fakultas dengan 43 tentunya membutuhkan rubrik pengamatan dan
program studi Strata-1 (S1) dan 9 program studi membutuhkan kesabaran dan keseriusan bersama.
Diploma, 8 Program studi Strata-2 (S2) dan 3 Keempat, Belum ada konsistensi antara
Program Studi Strata 3 (S3). (3) Jumlah nilai dengan sikap. Masalah ini tidak saja terjadi
mahasiswa yang banyak tersebar pada berbagai pada mahasiswa, juga terjadi pada dosen dan
bidang keilmuan, saat ini baik reguler maupun tenaga administrasi.
nono reguler jumlah mahasiswa sekitar 28.000 Kelima, Anti korupsi belum menjadi
orang. (4) Jaringan yang luas, dimana Unhalu gerakan bersama. Isu perlawanan terhadap
saat ini telah membangun kerjasama yang luas korupsi atau biasa disebut dengan gerakan anti
baik dengan universitas maupun dunia swasta korupsi sebenarnya telah menjadi gerakan
dalam maupun di luar negeri. (5) Adanya nasional dan isu yang sudah tidak asing lagi
lembaga kemahasiswaan baik intra mupun ekstra, dalam dunia akademik seperti Unhalu.
sebagai
wadah
mahasiswa dalam mahasiswa dalam
mengembangkan program pengarusutamaan isu- perkualiahan, jika dikembangkan dan disuport
isu korupsi. (4) Dukungan pemerintah pusat dan tentunya menjadi suatu kekuatan besar, karena
daerah. Hal ini jelas sebagai lembaga pendidikan hampir sebagian besar pelaku-pelaku yang
resmi dan terkemuka di Sultra menunjukan mengatur negara kita (eksekutif, legislatif
dukungan PEMDA sangat kuat. (5) Legitimasi maupun yudikatif) ditempa melalui organisasi
dan kepercayaan masyarakat bagi Unhalu masih tersebut.
kuat indikatornya jumlah peminat semakin
meningkat untuk masuk dan ditempa di Universitas ini.
Kelemahaman
Hasil identifikasi kelemahan, secara internal diperoleh beberapa masalah yaitu (1)
Tantangan
Nilai-nilai integritas belum terinternalisasi dalam Hasil identifikasi dan rumusan aspek sikap maupun proses pembelajaran, misalnya; tantangan diperoleh (1) Prilaku dan budaya nakal, sikap seorang dosen, prilaku mencontek, dan manja dan suka mencontek saat sekolah tingkat plagiat dalam penulisan karya ilmiah. (2) Materi SMA atau SMP, hal ini terbawa-bawa pada anti
korupsi belum
terintegrasi
dalam
tingkat ketika mereka menjadi mahasiswa. (2) pembelajaran, apakah terintegrasi dalam mata Tarikan kepentingan politik, hal ini sangat jelas kuliah tertentu atau berdiri sendiri. (3) Beberapa karena dengan adanya sistim pemilihan langsung mata kuliah untuk pembelajaran etika dan baik kepala daerah maupun legislatif menuntut karakter belum merata diterapkan pada semua mereka meluaskan jaringan dan permintaan program studi. (4) Sistim penilaian hanya spek dukungan dari pihak kampus baik dari kalangan kognitif saja, padahal aspek yang paling vital dosen maupun mahasiswa. (3) Gaya hidup dalam mengukur sikap da karakter seorang anak oportunisme dan budaya korup yang menjangkit adalah harus melalui penilaian afektifnya. (5) dan menular, hal ini melanda hampir sebagian Belum ada kebijakan khusus dalam bentuk besar mahasiswa karena ideologi kapitalisme dan program untuk gerakan anti korupsi di dalam tuntutan gaya hidup, padahl jauh dari nilai-nilai kampus, baik terstruktur dalam lembaga resmi budaya dan agama. (4) Para koruptor dan politisi kampus
maupun
lembaga-lembaga
busuk cenderung mencari perlindungan dan kemahasiswaan. (6) Gerakan mahasiswa yang dukungan dari kalangan kampus baik pada dosen terkontaminasi dengan kepentingan politik dan maupun mahasiswa. Tidak jarang mahasiswa oportunisme, akhirnya berdanpak pada praktek- melakukan demonstrasi hanya karena mendukung praktek yang identik dengan prilaku korup kepentingan individu bukan rakyat. (4) khususnya terjadi saat mereka setelah sarjana. Keprihatinan dan perhatian publik terhadap
masalah korupsi belum besar. (5) Lemahnya pendidikan luar formal (masyarakat dan
Peluang
Secara eksternal, beberapa peluang keluarga). Padahal pendidikan sikap anak sangat diidentifikasi dan dirumuskan antara lain (1)
besar pengaruhnya dari jalur keluarga dan Jaringan dan kerjasama yang sudah mulai
lingkngannya.
terbangun dengan baik, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa universitas yang sudah
Strategi Pengarusutamaan Isu-Isu Korupsi
mengembangkan dan dapat dijadikan kerjasama
dan Integritas di Unhalu
misalnya Universitas Paramadina, TIRI ataupun Langkah strategis dalam rancangan ini USAID. (2) Unhalu sebagai pencetak SDM di mengacu pada hasil analisis masalah dan SWOT, Sultra, memiliki peran strategis dan memiliki dengan demikian merupakan bagian dari legitimasi yang kuat dibidang pengembangan menjawab dan atau solusi bagi permasalahan SDM di Sultra. (3) Unhalu sebagai lumbung yang ada dan berbasis pada kebutuhan pakar dan refrensi bagi pembangunan daerah di stakeholders yang akan terlibat dalam gerakan Sultra, peluang ini dapat menjadi satu alasan melawan korupsi melalui pendidikan integritas.
Secara struktural, acuan utama dari strategi ini yaitu visi Unhalu: “Universitas Haluoleo yang maju, bermartabat, berbudaya akademik dalam rangka membangun sumber daya manusia cerdas komprehensif secara berkelanjutan ”. Visi yang sangat ideal dan salah satu term yang harus dikembangkan disini adalah bermartabat dan berbudaya akademik melalui pengembangan SDM yang cerdas konfrehensif, dalam makna yang lebih luas tentunya cerdas hanya tidak pada intelektualnya saja akan tetapi dari aspek emosional dan spritualnya. Inilah yang menjadi
dari strategi pengarustamaan
pintu
masuk
isu-isu korupsi sangat mendukung apa yang menjadi visi Unhalu.
Visi Civitas akademik dan alumni Unhalu memiliki nilai-nilai integritas dan komitmen untuk melawan korupsi dimanapun mereka berada.
Misi Strategis
1. Membangun gerakan anti korupsi dan pendidikan integritas secara berkelanjutan dan simultan oleh seluruh lembaga kampus dan kemahasiswa melalui suatu bentuk kerjasama
2. Penguatan kapasitas dan kesadaran melalui suatu kebijakan dan program terkait dengan pendidikan integritas dan isu-isu anti korupsi.
3. Internalisasi pendidikan integritas dan pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran mahasiswa.
Misi Strategis 1:
Sasaran Startegis
Tujuan Strategis
Output
Program strategis
1. Mengembangkan Adanya
1. Dalam waktu 2 tahun Unhalu telah melakukan bentuk gerakan bentuk gerakan dan
suatu
kerjasama dengan TIRI, Universitas dan program anti program kerjasama
Paramadina maupun lembaga donor luar korupsi melalui untuk melakukan
negeri, yang ditandai dengan suatu bentuk suatu
bentuk gerakan
korupsi di dalam
2. Seminar, workshop, maupun kampanye-
kampus
kampnye anti korupsi tiap tahun meningkat minimal 10 %.
1. BEM mapun lembaga ekstra seperti PMII, bentuk gerakan kerjasama antara
2. Meningkatnya
Terjalinnya
HMI, IMM, dan Kelompok Mushola rutin dari
lembaga- lembaga melakukan gerakan anti korupsi. lembaga
2. Dalam programnya melakukan bentuk-bentuk kemahaiswaan
kemahasiswaan
pertanggungjawaban yang sesuai dengan baik
baik ekstra maupun
melalui intra kampus dalam nilai-nilai integritas dan transparan. bentuk kampanye melakukan
3. Tidak melakukan kekerasan dalam setiap maupun diskusi- kegiatan-kegiatan
gerakannya.
diskusi intensif
anti korupsi dan
4. Mendukung suasana akademik yang disiplin,
penguatan
demokratis dan bermutu melalui tindakan
integritas.
kongkrit terhadap anggotanya.
5. Mengembangkan budaya jujur dalam kegiatan akademik, tidak mencontek dan memalsukan tulisan orang lain sebagai karya ilmiahnya.
Misi Strategis 2:
Sasaran Startegis
Program strategis Meningkatkan
Tujuan Strategis
Output
1. Optimalisasi pelatihan dosen dan tenaga kapasitas dan
Adanya
administrasi terkait pelayanan pendidikan secara kesadaran melalui
kebijakan yang
prima dan profesional sesuai nilai-nilai integritas suatu kebijakan
kuat dan
2. Optimalisasi pelatihan pekerti secara bertingkat dan program
meningkatnya
kapasitas dan
dan berkelanjutan
terkait dengan
3. Implementasi kebijakan rektor untuk menciptakan pendidikan
kesadaran para
susana akademik yang sehat dan pelayanan yang integritas dan isu-
dosen dan tenaga
profesional melalui suatu bentuk pengawasan yang isu anti korupsi
administrasi
dalam
brkelanjutan brkelanjutan
4. Gerakan anti mencontek dan anti palagiat ditandai pengarusutamaa
dengan suatu bentuk workshop dan langkah- n isu-isu korupsi
langkah inforcemen.
dan integritas
5. Kampanye anti korupsi dan anti suap dapat dilakukan baik dalam bentuk talk show, baleho yang dapat dipasang pada pusat-pusat pelayanan, setiap prodi dan melalui suatu disksui reguler.
6. Melakukan evaluasi bersama masing-masing fak ultas dalam bentuk “talk breek” setiap awal semester untuk mengevaluasi semester sebelumnya dan merancang perbaikan proses semester yang akan berjalan, dihadiri oleh seluruh dosen di masing-masing fakultas.
Misi Strategis 3: Sasaran Startegis Tujuan Strategis
Output Program strategis Internalisasi
1. Setiap program studi merancang suatu mata pendidikan
Terselenggaranya
proses pendidikan kuliah yang memuat nilai-nilai anti korupsi integritas dan
yang berbasis apakah berdiri sendiri dalam satu mata kuliah, pendidikan anti
pendidikan maupun terintegrasi dalam beberapa mata kuliah korupsi dalam
integritas dan
tertentu.
proses pendidikan anti
2. Dalam waktu minimal 1 tahun semua dosen yang pembelajaran
korupsi. menyelenggarakan pembelajaran dengan mahasiswa
mengacu pada SAP yang berbasis karakter sehingga dapat dilengkapi dengan rubrik penilaian pengamatan afektif.
3. Penilaian dosen harus berbasis pada tiga bentuk penilaian yaitu penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga dalam waktu 1 tahun telah ada suatu konsesus tentang interumen yang dipakai bersama dalam mengimpelementasikan penilaian tersebut.
4. Semua prodi telah mengembangkan dan menerapkan SOP dalam pelayanan akademik baik dosen maupun mahasiswanya.
5. Penegakan kode etik secara tegas dan konsisten.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan uraian dan rancangan Barlian. 2010. Gerakan Mahasiswa di Kota rumusan strategis tersebut maka dapat
Kendari Sulawesi Tenggara . Makassar: disimpulkan (1) Secara umum perkembangan
Disertasi UNM.
dan kebijakan pendidikan nasional telah Djaja, Ermansjah. 2010. Memberantas Korupsi menunjukan perbaikan dan perkembangan yang
Bersama KPK . Jakarta: Sinar Grafika. lebih baik namun masih menyisahkan masalah
Freire, Paulo. 2000. Politik Pendidikan, berupa luaran pendidikan yang minim karakter
Kekuasaan, dan dan integritas, hal ini disebabakan beberapa
Kebudayaan,
Yogyakarta: Pusataka masalah baik dari segi input proses maupun
Pembebasan .
Pelajar.
output, kondisi ini juga terjadi di lingkup Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Unhalu. (2) Sebagai perguruan tinggi negeri
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. terkemuka di Sultra, Unhalu memiliki kekuatan,
http://www.unpad.ac.id/archives/46805 kelemahan, peluang dan tantangan, dapat
Indonesia Coruption Watch (ICW), 2011. Data dianalisis dalam melahirkan suatu rancangan
Korupsi di Indonesia , diapload dari strategis kuat dan realistis. (3) Strategi
http://gorontalonews.wordpress.com/2011 pengarusutamaan isu-isu korupsi di lingkup
Unhalu mengembangkan bentuk gerakan Karim, Muhamad. 2009. Pendidikan Kritis bersama civitas akademik, melalui kampanye,
Jogyakarta: Ar-Ruzz diskusi-diskusi intensif, regulasi kebijakan dan
Transformatif .
Media.
program terkait dengan pendidikan integritas Latif, Yudi. Pesona yang Pudar. Media Haria dan isu-isu anti korupsi, dan Internalisasi
Kompas, 19 Juli 2011 pendidikan integritas dan pendidikan anti
Laporan Rektor Unhalu, 18 Agustus 2011. korupsi dalam proses pembelajaran mahasiswa.
Lembaga Diskusi dan Kajian Jurnalis (LDKJ), Hal-hal yang dapat disarankan yaitu (1)
2011. Pemetaan Rubrik Media Cetak Kepada pemerintah untuk segerah melakukan
Kendari Pos dan Kendari Ekspress di langkah-langkah antisipatif dan kebijakan
Sultra .
tentang pembangunan karakter dan nilai-nilai Naim, Ngainun. 2008. Pendidikan Multi integrasi melalui pendidikan formal. (2) Kepada
Kultural; Konsep dan Aplikasi . Cv. Ar- pimpinan Universitas Haluoleo untuk segera
Ruzz Media. Jogyakarya. merumuskan kebijakan dan langkah-langkah
Padil, Mohamad. 2007. Sosiologi Pendidikan. kongkrit terkait dengan permasalahan minimnya
Malang: UIN- Malang Press. integritas dosen dan mahasiswa misalnya
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan. 2010. perlunya gerakan anti mencontek, anti plagiat,
Kebijakan Pengelolaan gerakan anti demonstrasi bayaran, termasuk
Orientasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja mendorong program studi untuk melakukan
Daerah di Kabupaten Konawe Selatan internalisasi nilai-nilai integritas dan karakter
dan Kolaka.
dalam mata kuliahnya. Renstra Unhalu Tahun 2009-2014 Sridjaja, Tjandra. 2010. Sifat Melawan Hukum
dalam Tindak Pidana Korupsi . Jakarta: Indonesia Lawyers Club.
Tilaar, HAR. 2001. Membanahi Pendidikan Nasional . Jakarta: PT Rineka Cipta Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan dan Korupsi . Tanpa Tempat Terbit: Harvarindo.
PROFIL PEMETAAN HASIL UJIAN NASIONAL SMA DI KABUPATEN BOMBANA 1
Oleh:
Jamiludin 2
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil Ujian Nasional (UN) SMA di Kabupaten Bombana. Prosedur penelitian terdiri dari: (1) Persiapan, (2) Studi dokumentasi (dokumen nilai UN), (3) Pengolahan dan analisis data, dan (4) Penyusunan laporan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil UN di kabupaten Bombana berada pada kategori sedang dan berada di atas standar minimal kelulusan yang ditetapkan.
Kata kunci : Pemetaan, Ujian Nasional, kompetensi dasar
PENDAHULUAN
disebabkan
oleh kuatnya sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai
Pendidikan merupakan salah satu perilaku anomali sosial berlangsung di tengah- prasyarat utama dalam meningkatkan martabat dan tengah panggung kehidupan sosial. Ketiga, guru kualitas bangsa. Berbagai cara ditempuh agar dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi mendapatkan hasil yang optimal, mulai dari pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar, penyusunan program sampai evaluasi dan
maupun media perbaikan serta pengayaan. Masyarakat atau pembelajaran, sehingga siswa didik cenderung pengguna dari hasil pendidikan umumnya hanya pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer melihat dari satu sisi bahwa keberhasilan
metode
pembelajaran,
pembelajaran di kelas.
pendidikan ditentukan oleh hasil ujian akhir Berdasarkan data Nilai UN Murni nasional. persentase siswa dengan nilai < 6.00 sebagai
Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan berikut. Untuk jurusan IPA pada tahun pengukuran dan penilaian kompetensi siswa
2007/2008, BIND (7.52), BING (5.26), MAT secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
(20.68), FIS (21.43), KIM (2.26), BIO (4.89). menengah. Ujian ini bertujuan menilai pencapaian
Tahun 2008/2009, BIND (42.66), BING (5.78), kompetensi lulusan secara nasional pada mata
MAT (0.88), FIS (7.1), KIM (0.00), BIO pelajaran tertentu yaitu ilmu pengetahuan dan
(37.33). Sedangkan tahun 2009/2010, BIND teknologi. Hasil UN digunakan sebagai salah
(22.04), BING (24.91), MAT (12.66), FIS satu pertimbangan untuk pemetaan mutu
(10.61), KIM (8.57), BIO (58.37). pendidikan, seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta sebagai penentuan kelulusan
Untuk jurusan IPS pada tahun siswa.
2007/2008, BIND (26.28), BING (36.95), MAT Banyak
(47.25), EKO (7.9), SOS (17.35), GEO (44.33). rendahnya nilai UN yang dicapai oleh siswa,
faktor yang
menyebabkan
Tahun 2008/2009, BIND (51.54), BING (6.76), antara lain: Pertama, kurangnya motivasi siswa
MAT (11.86), EKO (24.23), SOS (26.41), GEO didik untuk meraih nilai akademis yang tinggi. Hal
(31.00). Sedangkan tahun 2009/2010, Jurusan itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan
IPS: BIND (41.35), BING (31.80), MAT dalam lingkungan keluarga yang kurang
(14.60), EKO (49.99), SOS (49.01), GEO mendukung. Kedua, merebaknya sikap instan yang
melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini
1 Ringkasan Hasil Penelitian PPMP tahun 2011 2 Dosen Pend. Sejarah FKIP Unhalu
Dari data di atas terlihat bahwa untuk seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau jurusan IPA mata pelajaran Fisika, Bahasa psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai Indonesia dan Biologi merupakan mata ujian kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan dengan jumlah siswa yang memiliki nilai < 6.00 administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya adalah yang terbesar. Sementara itu, untuk lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. jurusan IPS, mata pelajaran dengan persentase Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi tertinggi dari siswa yang memiliki nilai < 6.00 mensinkronkan berbagai input tersebut atau adalah mata pelajaran Geografi, Matematika, mensinergikan semua komponen dalam interaksi Sosiologi, Bahasa Indonesia, dan Ekonomi. (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa Kenyataan ini memberi indikasi bahwa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar penguasaan terhadap beberapa kompetensi dasar kelas;
kurikuler maupun yang ada masih relatif rendah.
baik
konteks
ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam
RUMUSAN MASALAH
suasana yang mendukung proses pembelajaran. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan
Antara proses dan hasil pendidikan yang di atas, permasalahan dalam penelitian ini bermutu saling berhubungan. Akan tetapi, agar dirumuskan sebagai berikut: ”bagaimanakah proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu gambaran profil hasil UN Jurusan IPA dan IPS dalam artian hasil (ouput) harus dirumuskan lebih siswa SMA di kabupaten Bombana ?”
dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai untuk setiap tahun atau kurun waktu
TUJUAN
lainnya. Berbagai input dan proses harus selalu Penelitian ini bertujuan untuk memberikan mengacu pada mutu-hasil (output) yang ingin
gambaran profil hasil UN Jurusan IPA dan IPS dicapai. Dengan kata lain tanggung jawab sekolah siswa SMA di kabupaten Bombana.
dalam school based quality improvement bukan hanya pada proses, tetapi tanggung jawab akhirnya
METODE adalah pada hasil yang dicapai. Untuk mengetahui hasil/prestasi yang dicapai oleh sekolah terutama
Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten yang menyangkut aspek kemampuan akademik Bombana tahun 2011. Pengumpulan data atau
dapat dilakukan dilakukan melalui metode studi dokumentasi. benchmarking (menggunakan titik acuan standar,
"kognitif"
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu misalnya: NEM oleh PKG atau MGMP). Evaluasi (1) reduksi data, (2) organisasi data, dan (3) terhadap seluruh hasil pendidikan pada tiap interpretasi data.
sekolah, baik yang sudah ada patokannya (benchmarking) maupun yang lain (kegiatan
TINJAUAN PUSTAKA
ekstrakurikuler) dilakukan oleh individu sekolah
Mutu Pendidikan
sebagai evaluasi diri dan dimanfaatkan untuk memperbaiki target mutu dan proses pendidikan
Dalam dunia pendidikan, mutu adalah tahun berikutnya. Dalam hal ini RAPBS harus agenda utama dan senantiasa menjadi tugas yang merupakan penjabaran dari target mutu yang ingin paling penting. Jerome S. Arcaro, (2007) mutu dicapai dan skenario bagaimana mencapainya. adalah sebuah proses struktur untuk memperbaiki
dalam konteks keluaran yang di hasilkan. Umaedi, (1999) pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses
Sedangkan
mutu
menjelaskan bahwa mutu mengandung makna dan output pendidikan. Input pendidikan adalah derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil segala sesuatu yang harus tersedia karena kerja) baik berupa barang maupun jasa; baik dibutuhkan
berlangsungnya proses. yang tangible maupun yang intangible. Dalam Misalnya: sumberdaya, perangkat lunak serta
untuk
konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini harapan-harapan sebagai pemandu bagi mengacu
proses. Proses pendidikan pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu
pada proses berlangsungnya
pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
dan kemampuan dalam penguasaan materi. Dalam konteks pendidikan mikro (tingkat
c) Siswa
kelembagaan/sekolah) proses dimaksud adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan
pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi kelembagaan, proses pengelolaan program, proses
: (1) Latar belakang siswa (pupil formative belajar mengajar, dan proses monitoring dan
experience); dan (2) Sifat yang dimiliki siswa evaluasi. Output pendidikan adalah merupakan
(pupil properties).
kenerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
d) Sarana dan prasarana