IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP TENTANG EKOSISTEM.

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode Week experiment dengan “the one group pretest posttest design” digunakan dalam penelitian ini karena menggunakan satu kelompok perlakuan, tidak menggunakan kelompok kontrol tetapi padanya diberikan tes awal dan tes akhir (Fraenkel, 2009). Pada penelitian ini, tidak digunakan kelompok kontrol karena peneliti ingin melihat pengaruh dari implementasi model siklus belajar dan subjek penelitian berasal dari sekolah yang sama sehingga kemungkinan besar metode yang digunakan dalam pembelajaran relatif sama. Materi tentang ekosistem belum dipelajari di kelas VIIF. Selain itu desain ini dipilih karena belum diketahui pembelajaran yang setara pengalaman belajarnya dengan model siklus belajar untuk digunakan sebagai kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model siklus belajar, sedangkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah sebagai variabel terikat.

Desain weak experiment yang digunakan adalah One-Group Pre test-Post test Design (Fraenkel, 2009).

Sumber: Fraenkel, 2009 Keterangan:

O1 = tes awal (pretest) O2 = tes akhir (post test)

X = perlakuan pembelajaran biologi dengan menggunakan model siklus belajar

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri kota Bengkulu. Salah satu SMP umum dilihat dari aspek kemampuannya sehingga dapat mencerminkan sekolah-sekolah yang ada di kota Bengkulu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VII SMP kota Bengkulu


(2)

yang sedang menempuh mata pelajaran IPA materi ekosistem. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak satu kelas (VIIF) yang diambil dari populasi dengan menggunakan teknik purvosive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Kelas VIIF menjadi sampel karena siswa-siswinya lebih antusias dan memiliki semangat belajar, kemampuan siswa homogen, dan materi ekosistem belum dipelajari di kelas tersebut.

C. Defenisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran ganda, maka diberikan definisi operasional beberapa istilah terkait tentang penelitian ini. Berikut definisi operasionalnya:

1. Implementasi model siklus belajar adalah suatu penerapan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Siklus belajar 5E terdiri dari lima tahap yaitu, engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Model pembelajaran ini menggunakan lembar kerja yang berfungsi sebagai alat untuk membimbing siswa dalam belajar. Sehingga guru berperan sebagai fasilitator.

2. Penguasaan konsep merupakan skor tes konsep ekosistem berdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi bloom, meliputi C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Soal penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda, diberikan pada awal dan akhir pembelajaran.

3. Sikap ilmiah merupakan kualifikasi skala sikap ilmiah siswa sebelum dan setelah diterapkan model siklus belajar. Aspek sikap ilmiah yang dikaji meliputi; (1) rasa ingin tahu; (2) mengutamakan bukti; (3) sikap skeptis; (4) menerima perbedaan; (5) dapat bekerja sama; (6) sikap positif terhadap kegagalan. Sikap ilmiah siswa dijaring melalui Skala Likert (1-4) yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran.


(3)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh sejumlah data penelitian. Pada sejumlah penelitian, data mempunyai kedudukan yang sangat penting karena merupakan penggambaran variabel yang diteliti serta berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, tes objektif, dan angket skala sikap yang digunakan untuk mengukur sikap siswa yang muncul selama pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar.

1. Lembar pengamatan kegiatan keterlaksanaan pembelajaran untuk observer. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan implementasi model siklus belajar 5E. Lembar observer dibuat berisi daftar fase kegiatan yang sesuai dengan model siklus belajar 5E. Pengamat (observer) memberikan nilai dengan memberi tanda (√) pada kolom yang diamati. Pengamatan mengenai keterlaksanaan pembelajaran akan dilakukan setiap kali pertemuan oleh dua orang observer yaitu guru mata pelajaran IPA.

2. Tes Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep siswa diukur dengan menggunakan soal tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda. Penyusunan soal tes berdasarkan ranah kognitif taksonomi Bloom yang belum direvisi jenjang C1-C4 dengan pertimbangan jenjang kognitif yang masih sering dipergunakan di sekolah untuk merumuskan tujuan pembelajaran adalah taksonomi Bloom yang belum direvisi, termasuk disekolah yang dijadikan tempat penelitian. Selain itu soal-soal yang sering dibuat oleh guru masih pada jenjang C1-C3 sehingga peneliti menyesuaikan dengan jenjeng kognitif yang diterapkan oleh guru. a. Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep Ekosistem

Uji coba tes dilakukan pada siswa SMP kelas VIII di salah satu sekolah di Bandung. Soal tes penguasaan konsep yang diuji cobakan berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Analisis instrument dilakukan dengan menggunakan program Anates V4 untuk menguji validitas soal, realibilitas tes, tingkat


(4)

kesukaran, dan daya pembeda soal. Hasil uji coba soal penguasaan konsep dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.1. Hasil Analisis Kualitas Butir Soal

Kategoti Nomor Butir Soal Jumlah Persentase (%)

Baik 8, 9, 10, 11, 14, 15, 19, 29, 30 9 30 Revisi 1, 3, 4, 6, 23, 24, 25, 26, 27 9 30 Tidak Baik 2, 5, 7, 12, 13, 16, 17, 18, 20,

21, 22, 28

12 40

Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 3.1 dari 30 soal yang diuji cobakan diperoleh bahwa 9 soal baik dan 9 soal direvisi untuk digunakan sehingga jumlah soal yang digunakan untuk pretest dan posttest berjumlah 18 soal. Pertimbangan dalam menentukan 18 soal karena masing-masing soal mewakili tiap indikator dalam materi ekosistem, sehingga soal dapat mewakili semua indikator yang telah dibuat (Lampiran C.1). Dari 18 soal yang dipilih diperoleh soal pada tiap jenjang kognitif taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 3.2:

Tabel 3.2 Soal Penguasaan Konsep tentang Ekosistem

No Jenjang Kognitif

No Soal Persentase

(%)

1. C1 1, 2, 12, 13 22.22

2. C2 3, 4, 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18 55.56

3. C3 5, 6, 7 16.67

4. C4 10 5.55

3. Skala Sikap Ilmiah

Skala sikap digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur sikap, dengan menggunakan skala sikap model Likert 4 alternatif jawaban. Angket diberikan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran IPA berdasarkan model siklus belajar. Angket dalam penelitian ini berupa pernyataan sebanyak 24 soal, yang terdiri dari 12 pernyataan positif (favorable) dan 12 pernyataan negatif (unfavorable). Pernyataan-pernyataan yang diajukan pada angket tersebar pada sikap rasa ingin tahu, mengutamakan bukti, sikap skeptis, menerima perbedaan, dapat bekerja sama, dan sikap positif terhadap kegagalan.


(5)

dengan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Empat kategori jawaban ini dipilih agar dapat mengetahui kedudukan sikap siswa secara jelas dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model siklus belajar. Pedoman penskoran jawaban skala sikap yang di gunakan terdapat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Jawaban Skala Sikap

Pernyataan positif Skor Pernyataan negatif Skor

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 4 (Arikunto, 2009) Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah adalah sebagai berikut: a. Menentukan indikator pernyataan sikap ilmiah.

b. Menyusun pernyataan sikap ilmiah berdasarkan indikator, masing-masing pernyataan memiliki kecenderungan positif atau negatif.

c. Konsultasi dan judgement dengan pembimbing untuk mendapatkan validasi isi, menelaah kesesuaian indikator dengan butir pernyataan.

d. Melakukan uji coba terhadap pernyataaan sikap yang telah disusun. Uji coba sikap ilmiah diberikan kepada siswa kelas VIII.

e. Menganalisis hasil uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas setiap pernyataan skala sikap.

Instrumen sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas sebesar 0.718 (Tinggi). Validitas masing-masing butir pernyataan dapat dilihat pada lampiran C.1. Berdasarkan data pada (Lampiran C1) dari 24 pernyataan terdapat 6 pernyataan yang tidak valid dan 18 penyataan valid sehingga terdapat 18 penyataan yang akan digunakan menjadi penyataan sikap ilmiah siswa.

4. Instrumen pendukung

Selain dua instrumen di atas, penelitian juga didukung oleh instrumen lain yang berupa: Lembar kegiatan siswa (LKS), yang bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing siswa agar mandiri selama kegiatan


(6)

pembelajaran berlangsung. Pernyataan dalam LKS mendorong siswa untuk saling berdiskusi dan bekerjasama dalam berfikir dan bertindak.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti berdasarkan taksonomi bloom pada Lestari (2013) untuk penguasaan konsep siswa; Carin (1997) untuk skala sikap ilmiah. Tes penguasaan konsep dalam bentuk soal pilihan ganda. Sebelum digunakan soal divalidasi dengan dua strategi yakni (1) validitas logis melalui judgement ahli evaluasi dan pertimbangan peneliti; (2) validitas empiris yaitu instrument diujikan pada kelas lain yang sudah mengalami pembelajaran konsep ekosistem (kelas VIII). Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya dianalisis dengan tujuan untuk mencari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

1. Validitas

Agar diperoleh instrument yang baik maka sebelum digunakan instrument tersebut akan melalui uji coba instrumen. Sebuah tes dapat dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menentukan kevalidan instrument menggunakan rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2009):

Rxy =

  

 

}{

 

}

{N x2 x 2 N y2 y 2

y x xy N           Keterangan :

Rxy: koefisien korelasi antara x dan y

n : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X : skor untuk butir ke-i

Y : skor total (dari subyek uji coba)

Nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r product moment dalam tabel, sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika nilai r hitung lebih kecil dari nilai r dalam tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan (tidak


(7)

valid), dan jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r dalam tabel maka korelasi tersebut signifikan/valid (Arikunto, 2009).

Tabel 3.4. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,800 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,600 < rxy ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < rxy ≤ 0,600 Cukup

0,200 < rxy ≤ 0,400 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009)

Setelah dilakukan uji validitas, bahwa dari 30 butir soal yang diuji coba dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Hasil Analisis Uji Coba Validitas Butir Soal

Jumlah butir soal (bs)/Nomor soal Kriteria

1 butir soal/ 29 Tinggi

2 butir soal/ 11, 19 Cukup

15 butir soal/ 1, 3, 6, 8, 9,10, 14, 15, 20, 23, 24,

25, 26, 27, 30 Rendah

12 butir soal/ 2, 4, 5, 7, 12, 13, 16, 17, 18, 21, 22,

28 Sangat Rendah

2. Reliabilitas

Pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Uji reliabilitas dapat ditentukan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu K-R 20 (Arikunto, 2009).

r11=       1 n n      2 2 S pq S Keterangan :

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan.

p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar.

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q =1-p) pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : banyaknya item S : standar deviasi dari tes


(8)

Tabel 3.6. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,800 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,600 < r11≤ 0,800 Tinggi 0,400 < r11 ≤ 0,600 Cukup 0,200 < r11≤ 0,400 Rendah

0,00 < r11 ≤ 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009)

Hasil uji coba menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien penguasaan konsep 0.51, dengan demikian seluruh soal pada instrumen memiliki tingkat reliabilitas cukup.

3. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2009).

Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.

Rumus Indeks kesukaran

JS B

P

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.7. Klasifikasi indeks kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < P ≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Soal Mudah


(9)

Hasil dari analisis uji coba perhitungan uji tingkat kesukaran soal dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.8. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda

Jumlah butir soal (bs)/Nomor soal Kritria

6 butir soal/ 5, 12, 16, 18, 20, 22 Soal Sukar 5 butir soal/ 8, 15, 19, 21, 27 Soal Sedang 19 butir soal/ 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11,

13, 14, 17, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30 Soal Mudah

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa dari 30 butir soal terdapat enam butir soal dengan kriteria sukar, sehingga soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji daya pembeda terdapat 18 butir soal yang dapat digunakan untuk penelitian.

4. Daya pembeda

Daya pembeda soaal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk pilihan ganda digunakan persamaan:

D = = PA-PB

(Arikunto, 2008) Keterangan:

J = jumlah pesarta test

JA = banyak peserta kelompok atas JB = banyak peserta kelompok bawah

BA = banyak kelompok atas yang menjawab benar BB = banyak kelompok bawah yang menjawab benar PA = proposi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar


(10)

Tabel 3.9. Kategori daya pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2009)

Hasil dari analisis uji coba perhitungan uji daya pembeda soal dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.10. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda

Jumlah butir soal (bs)/Nomor soal Kriteria

16 butir soal/ 1, 2, 4, 5, 7, 12, 13, 16, 17, 18, 20,

21, 22, 25, 28 Jelek

9 butir soal/ 3, 8, 9, 10, 11, 14, 30 Cukup

5 butir soal/ 15, 19, 26, 27, 29 Baik

Tabel 3.10 menunjukkan bahwa dari 30 butir soal terdapat 4 butir soal dengan kriteria jelek yang direvisi yaitu butir soal no 1, 4, 6, dan 25 selebihnya tidak digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, berdasarkan hasil uji daya pembeda terdapat 18 butir soal yang dapat digunakan untuk penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, memiliki beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi:

1. Tahap persiapan a. Persiapan penelitian

Pada tahap ini, peneliti mengawali dengan pengkajian literatur terlebih dahulu mengenai topik penelitian, yaitu model pembelajaran siklus belajar 5E, penguasaan konsep, sikap ilmiah, dan konsep materi ekosistem. Literatur didapatkan dari berbagai sumber buku, jurnal, tesis, maupun situs internet. Hasil dari pengkajian literature selanjutnya disusun dalam bentuk proposal


(11)

b. Perizinan penelitian

Peneliti selanjutnya mengurus surat perizinan penelitian yang ditujukan untuk sekolah tempat peneliti. Perizinan ini melalui bagian Jurusan Pendidikan Biologi dan diajukan kebagian Akademik Pascasarjana.

c. Penyusunan instrument

Peneliti menyusun instrument berupa, lembar keterlaksaaan pembelajaran, soal-soal penguasaan konsep, pembuatan angket skala sikap, RPP, dan lembar kegiatan siswa.

d. Penimbangan (judgement) instrumen penelitian oleh pakar.

Instrumen penelitian yang telah dibuat diberikan penilaian dan masukan dari dosen pembimbing dan dosen ahli.

e. Uji coba dan refisi instrument.

Instrumen selanjutnya diuji cobakan kepada sampel-sampel penelitian untuk diuji validitas, reliabilitas. Sampel siswa untuk uji coba terdiri dari siswa kelas VIII. Hasil dari uji coba menjadi acuan revisi untuk instrument yang digunakan dalam penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan pengambilan data untuk penguasaan konsep melalui pemberian tes awal (pretest) dan pemberian angket skala sikap untuk penguasaan sikap ilmiah sebelum penerapan siklus belajar 5E.

b. Penerapan siklus belajar 5E di kelas VII SMP salah satu sekolah di kota Bengkulu dilakukan sebanyak empat kali pertemuan masing-masing dua jam pelajaran (2 x 40 menit) dan tiga jam pelajaran (3 x 40 menit). Penilaian keterlaksanaan penerapan siklus belajar 5E selama pembelajaran menggunakan lembar observasi oleh dua orang observer.

c. Pemberian tes akhir (posttest) dan angket skala sikap untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah setelah penerapan siklus belajar 5E.

3. Tahap pengolahan dan analisa data a. Pemasukan data


(12)

Seluruh data yang telah diperoleh melalui tahap pelaksanaan selanjutnya dimasukkan data mentahnya dalam bentuk file Microsoft Word dan Microsoft Excel.

b. Pengolahan data

Menghitung persentase lembar observasi, rata-rata gain yang dinormalisasi penguasaan konsep dan melakukan uji normalitas rata-rata gain yang dinormalisasi, uji homogenesis, uji hipotesis, persentase skala sikap.

c. Analisis dan pembahasan hasil penelitian

Pengkajian untuk hasil penelitian dan pembahasan mengenai keterlaksanaan pembelajaran, penguasaan konsep, sikap ilmiah siswa, hubungan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa, serta kelemahan dan kelebihan model siklus belajar 5E. berdasarkan pada pertanyaan penelitian yang sudah dirancang pada bab I. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji teori dan penelitian relevan yang sesuai dengan kajian pustaka pada bab II.

d. Penyusunan laporan tesis

Penyusunan laporan tesis dimulai dari pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan, dan penyusunan lampiran.


(13)

Gambar 3.1 Alur penelitian Menyusun Proposal

Penentuan Sampel

Penyusunan Instrumen Perizinan Penelitian

Uji coba instrument Pelaksanaan Penelitian

Judgment Instrument Persiapan Penelitian

Seminar Proposal

Kesimpulan

Pengolahan data dan analisis Pembelajaran biologi dengan model siklus

belajar 5E

Posttest

Pemberian angket pernyataan sikap siswa Pretest dan angket

Data


(14)

G. Teknik Pengumpulan

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penelitian disebut teknik pengumpulan data. Sedangkan alat yang digunakan untuk memperoleh data disebut instrument penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi; untuk menjaring data berupa keterlaksanaan pembelajaran model siklus belajar.

2. Menjaring data penguasaan konsep siswa dengan tes menggunakan soal pilihan ganda.

3. Menjaring data sikap ilmiah siswa menggunakan skala sikap ilmiah.

H. Analisis Data

Analisa data yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk membuat penafsiran data yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran, peningkatan penguasaan konsep, dan sikap ilmiah. Data yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif. Data peningkatan penguasaan konsep dianalisis dengan uji statistik. Dalam penelitian ini analisis data statistik menggunakan program SPSS for Windows 16.0, untuk melihat normalitas dan uji hiotesis.

1. Analisis Lembar Observasi

Keterlaksanaan model siklus belajar 5E dapat diketahui dengan cara mencari persentase keterlaksanaan. Untuk menghitung persentase keterlaksanaaan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Tumini 2010):

% Keterlaksanaan Pembelajaran =


(15)

Tabel 3.11 Kriteria persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Model Siklus Belajar 5E

Persentase (P) Kriteria

P = 0 Tak satu kegiatan pun

0 ≤ P < 25 Sebagian kecil kegiatan 25 ≤ P < 50 Hampir setengah kegiatan

P = 50 Setengah kegiatan

50 < P < 75 Sebagian besar kegiatan 75 ≤ P < 100 Hampir seluruh kegiatan

P = 100 Seluruh kegiatan

2. Analisis Peningkatan Penguasaan Konsep

a. Memberikan skor pada tiap lembar jawaban siswa berdasarkan kunci jawaban.

b. Perhitungan gain ternormalisasi

Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake sebagai berikut:

g = Keterangan:

Spost = Skor posttest Spre = Skor pretest

Smaks = Skor maksimun ideal

Gain yang dinormalisasi ini diinterprestasikan untuk menyatakan peningkatan penguasaan konsep ekosistem dengan kriteria seperti dibawah ini:

Tabel 3.12. Kategori rata-rata gain yang dinormalisasi

Batasan Kategori

< g > > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ < g > > ≤ 0,7 Sedang < g > > 0,3 Rendah

(Hake, 1999)

Pengolahan data dan pengujian uji statistik dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berukut:


(16)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dimaksud untuk menunjukkan apakah data pretest dan posttest berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Wilxocon, uji ini merupakan uji prasyarat untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan. Uji normalitas ini dilakukan menggunakan software SPSS 16.0 pada taraf nilai signifikasi 95% atau α= 0,05. Hipotesis yang dikemukakan yaitu:

H0: Data dalam sampel berdistribusi normal H1: Data dalam sampel tidak berdistribusi normal

Jika nilai signifikansi lebih besar dari α= 0,05, maka H0 diterima, artinya bahwa data sampel yang digunakan berdistribusi normal dan selanjutnya dapat dilakukan uji statistik secara parametrik. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari α= 0,05, maka H0 ditolak, artinya bahwa data dalam sampel yang digunakan tidak berdistribusi normal dan selanjutnya dapat dilakukan uji statistik non parametrik. Pada penelitian ini digunakan uji statistik secara parametrik (Lampiran D.3).

b. Uji Homogenitas

Uji ini merupakkan uji homogenitas data kelompok eksperimen. Uji ini untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki rata-rata dan varians identik. Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah peubah bebas dengan Levene Test (Uyanto, 2009). Dari hasil Levene Test di dapatkan p-value, jika p-value lebih besar dari α = 0,05 maka kedua varians sama besar (homogen). Jika p-value lebih kecil dan α = 0,05 maka kedua varians tidak sama besar (tidak homogen). Uji tersebut berdasarkan rumus statistik (Ruseffendi, 1998) yaitu:

F =

dengan S 2

= varians

Dengan kriteria pengujiannya, jika Fhitung ≤ Ftabel maka varians data homogen dan jika Fhitung ≥ Ftabel maka varians data tidak homogen (Tumini


(17)

2010). Pada penelitian ini p-value lebih besar dari α = 0,05 maka kedua varians sama besar (homogen) dapat dilihat lampiran D.3.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan sikap siswa sebelum dan sesudah pembelajaran model siklus belajar. Jika data berdistribusi normal, maka uji paired sampel t-test menjadi uji hipotesis secara parametrik yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan pengetatahuan konsep dan sikap siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Namun, jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji Wilxocon untuk menguji hipotesis non parametrik terhadap peningkatan penguasaan konsep dan sikap siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Pengujian ini dilakukan berdasarkan hipotesis berikut:

H0: tidak terdapat peningkatan nilai yang signifikan setelah pembelajaran H1: terdapat peningkatan nilai yang signifikan antara setelah

pembelajaran

Jika nilai signifikansi lebih besar dari α= 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada peningkatan nilai yang signifikan setelah pembelajaran. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari α= 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada peningkatan nilai yang signifikan setelah pembelajaran (Lampiran D.3).

3. Analisis Peningkatan Sikap Ilmiah

Menghitung persentase skala sikap yang telah diisi oleh siswa menggunakan rumus:

% persetujuan =

Persentase persetujuan kemudian dirata-ratakan dan ditapsirkan. Tanggapan siswa diinterpertasikan positif jika persentase skor rata-rata ≥ 75%. Tanggapan siswa diinterpertasikan negatif jika persentase skor rata-rata ≤ 50%. Jika persentase skor rata-rata berada di rentang 50% ≤ % skor rata-rata


(18)

≤ 75% maka interpertasinya dengan memperhatikan sebaran jawaban siswa terhadap keempat pilihan jawaban.

4. Analisis Hubungan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah

Analisis menggunakan uji korelasi digunakan untuk mengetahui bagaimana kekuatan atau keeratan hubungan dua kejadian. Pengujian korelasional untuk data yang normal digunakan uji Perason, sedangkan pada data yang tidak normal digunakan uji Spearman. Adapun ketentuan dari koefisien korelasi (r) menurut Boediono dan Koster, 2004:184 adalah sebagai berikut:

1) Bila 0,90 < r < 1,00 atau -1,00 < r < -0,90 ; artinya hubungan yang sangat kuat.

2) Bila 0,70 < r < 0,90 atau -0,90 < r < -0,70 ; artinya hubungan yang kuat. 3) Bila 0,50 < r < 0,70 atau -0,70 < r < -0,50 ; artinya hubungan yang cukup. 4) Bila 0,30 < r < 0,50 atau -0,50 < r < -0,30 ; artinya hubungan yang lemah. 5) Bila 0,0 < r < 0,30 atau -0,30 < r < -0,0 ; artinya hubungan yang sangat

lemah.

Selain menghitung koefisien korelasi, dihitung pula koefisien determinasi dengan perhitungan koefisien korelasi (r) telah diketahui maka perhitungan koefisien determinasi (r2).


(19)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka implementasi model siklus belajar dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem.

Keterlaksanaan implementasi siklus belajar terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem yaitu hampir seluruh kegiatan terlaksana.

Implementasi siklus belajar dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa SMP tentang ekosistem. Peningkatan pemahaman konsep siswa SMP dengan pembelajaran model siklus belajar 5E memiliki rata-rata pretest dengan kategori kurang sekali (45.1), rata-rata posttest dengan kategori cukup (67.5), dan N-Gain dengan kategori sedang (0.41).

Implementasi model siklus belajar dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem. Peningkatan sikap ilmiah siswa SMP memiliki rata-rata sikap ilmiah awal siswa dengan kategori negatif (60.41%), rata-rata sikap ilmiah akhir siswa dengan kategori positif (75.3%), dan N-Gain dengan kategori sedang (0.37).

Kelebihan implementasi model siklus belajar 5E pada materi ekosistem yaitu: a. Pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa; b. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menguasai konsep secara optimal; c. Memberikan siswa kesempatan untuk mengamati dan menjelaskan; d. Siswa antusias ketika pembelajaran; e. Aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam fase siklus belajar 5E memperjelas materi ekosistem dan mempermudah pemahaman siswa; f. Memfasilitasi praktikum yang penting dilakukan seperti alat kuadran dan wadah terarium cacing; g. Menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa pada materi ekosistem.

Kelemahan dari implementasi model siklus belajar 5E pada materi ekosistem yaitu: a. Beberapa siswa belum terbiasa belajar mandiri masih tergantung kepada guru; b. Keterbatasan guru dalam mengontrol siswa pada


(20)

pase Exploration; c. Memerlukan waktu yang banyak untuk siswa melakukan pengamatan; d. Pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien jika guru tidak menguasai tiap fase pembelajaran dengan baik.

B.Implikasi

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa implementasi model siklus belajar 5E dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem, hasil peneliti ini memberikan beberapa implikasi, antara lain :

1. Bahan bacaan konsep ekosistem pada implementasi model siklus belajar merupakan materi esensial sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki siswa sebagai bahan ketika fase exploration, maka sebaiknya disediakan peneliti (selain yang ada disekolah) sebagai bahan materi pada proses pembelajaran).

2. Guru harus menyadari bahwa siswa memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda dalam minat, pengalaman, cara belajar, status sosial ekonomi, dan latar belakang budaya. Karena itu kegiatan pembelajaran, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam.

C.Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis menyarankan:

1. Proses pembelajaran IPA pada materi ekosistem dengan model siklus belajar 5E perlu terus dikembangkan misalnya dengan pembentukan kelompok secara homogen agar siswa dapat aktif dalam kelompok dan diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa. 2. Pembentukan dan pengembangan sikap siswa sebaiknya dirancang secara

khusus dalam rencana pembelajaran agar tujuan pembentukan sikap siswa dapat tercapai.

3. Guru hendaknya mendedikasikan waktu dan usaha untuk melakukan pembentukan sikap di dalam pembelajaran sesuai tujuan yang ditetapkan.


(21)

4. Diharapkan guru untuk dapat meningkatkan kualitas diri sehingga mampu menjalankan peran sebagai pendidik, pengajar, dan sebagai teladan bagi siswa.

5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan konsep yang berbeda untuk memenuhi kriteria bahwa penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa penting dilatihkan dalam proses secara terus menerus dan konsisten.

6. Penelitian selanjutnya perlu ditambah kelas pembanding untuk memperkuat hasil penelitian.


(22)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i KATA PENGANTAR ... ii UCAPAN TERIMA KASIH ... iii ABSTRAK ... iv ABSTRACT ... v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7 C. Pertanyaan Penelitian ... 7 D. Batasan Masalah Penelitian ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 8 F. Manfaat Penelitian ... 9 G. Asumsi ... 9 H. Hipotesis ... 10 I. Struktur Organisasi Tesis ... 10

BAB II MODEL SIKLUS BELAJAR, PENGUASAAN KONSEP,

SIKAP ILMIAH, DAN MATERI EKOSISTEM ….. ...…….… 12

A.Model Siklus Belajar ... 12 B. Penguasaan Konsep ... 17 C.Sikap Ilmiah ... 25 D.Materi Ekosistem ... 28 E. Penelitian yang Relevan ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A.Metode dan Desain Penelitian ... 35 B. Populasi dan Sampel... 35 Halaman


(23)

D.Instrumen Penelitian ... 37 E. Proses Pengembangan Instrumen ... 40 F. Prosedur Penelitian ... 44 G.Teknik pengumpulan ... 48 H.Analisis Data ... 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Temuan Penelitian ... 53 1. Keterlaksanaan Model Siklus Belajar 5E ... 53 2. Peningkatan Penguasaan Konsep ... 54 3. Peningkatan Sikap Ilmiah ... 55 4. Hubungan antara Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah

Siswa ... 63 B. Pembahasan ... 63 1. Keterlaksanaan Model Siklus Belajar 5E ... 63 2. Penguasaan Konsep Siswa tentang Ekosistem ... 67 3. Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa tentang Ekosistem ... 75 4. Hubungan antara Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah

Siswa ... 79 5. Keunggulan dan Kelemahan Implementasi Model Siklus

Belajar 5E ... 81

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 83

A.Simpulan ... 83 B. Implikasi ... 84 C.Rekomendasi ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 90


(24)

DAFTAR TABEL

2.1 Perbandingan Perbandingan Fase dari Model SCIS dan Model 5E BSCS.. 13 2.2 Lembar Kegiatan Siswa berbasis model siklus belajar 5E ... 33 3.1 Hasil Analisis Kualitas Butir Soal ... 38 3.2 Soal Penguasaan Konsep tentang Ekosistem ... 38 3.3 Pedoman Penskoran jawaban skala sikap ... 39 3.4 Kategori Validitas Butir Soal ... 41 3.5 Hasil Analisis Uji Coba Validitas Butir Soal ... 41 3.6 Hasil Analisis Uji Coba Validitas Butir Soal ... 42 3.7 Klasifikasi indeks kesukaran ... 42 3.8 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda ... 43 3.9 Kategori Daya Pembeda... 44 3.10 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda ... 44 3.11Kriteria persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Model Siklus Belajar

5E ... 49 3.12 Kategori Rata-rata Gain yang Dinormalisasi ... 49 4.1 Keterlaksanaan Model Siklus Belajar 5E ... 53 4.2 Rekapitulasi Perhitungan N-Gain Penguasaan Konsep ... 54 4.3 Rekapitulasi Perhitungan Skor Sikap Ilmiah ... 55 4.4 Hasil Uji Korelasi antara penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa ... 63 Halaman


(25)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Alur penelitian ... 47 4.1 Rata-rata Skor Pretest dan Posttest Setiap Jenjang Kognitif C1, C2, C3,

dan C3 ... 54 4.2 Rata-rata N-Gain Tiap Indikator C1, C2, C3, dan C4 ... 55 4.3 Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VIIF ... 56 4.4 Rata-rata N-Gain Tiap Indikator Sikap Ilmiah ... 56 4.5 Sikap Ilmiah Siswa Berupa Sikap Ingin Tahu Terhadap Implementasi

Model Siklus Belajar ... 57 4.6 Sikap Ilmiah Siswa Berupa Sikap Mengutamakan Bukti Terhadap

Implementasi Model Siklus Belajar ... 58 4.7 Sikap Ilmiah Siswa Berupa Sikap Skeptis Terhadap Implementasi

Model Siklus Belajar ... 59 4.8 Sikap Ilmiah Siswa Berupa Sikap Menerima Perbedaan Terhadap

Implementasi Model Siklus Belajar ... 60 4.9 Sikap Ilmiah Siswa Berupa Sikap Dapat Bekerja Sama Terhadap

Implementasi Model Siklus Belajar ... 61 4.10 Sikap Ilmiah Siswa Berupa Sikap Positif Terhadap Kegagalan

Terhadap Implementasi Model Siklus Belajar ... 62 Halaman


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat pembelajaran ... 90

1. RPP ... 90 2. Lembar Kegiatan Siswa ... 99

Lampiran B Instrument Penelitian ... 112

1. Kisi-kisi tes Kemampuan Kognitif ... 112 2. Kisi-kisi Sikap Ilmiah Siswa ... 123 3. Soal Uji Coba Tes Kemampuan Kognitif ... 126 4. Uji Coba Skala Sikap Ilmiah Siswa ... 133 5. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 135 6. Instrumen Pernyataan Sikap Ilmiah Siswa... 139 7. Lembar Panduan Wawancara... 141 8. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 143

Lampiran C Rekapitulasi Uji Coba Instrumen ... 144

1. Rekapitulasi Skor dan Pengolahan Uji Coba Kemampuan Kognitif ... 144 2. Rekapitulasi Skor dan Pengolahan Uji Coba Sikap Ilmiah Siswa ... 145

Lampiran D Pengolahan Data Penelitian ... 146

1. Rekapitulasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 146 2. Rekapitulasi Skor Pretest Kemampuan Kognitif ... 154 3. Rekapitulasi Skor Posttest Kemampuan Kognitif ... 156 4. Rekapitulasi Analisis Statistik Kemampuan Kognitif ... 158 5. Rekapitulasi Posttest Skor Tiap Aspek Kemampuan Kognitif C1, C2,

C3, C4 ... 162 6. Rekapitulasi N-Gain Kemampuan Kognitif ... 167 7. Rekapitulasi Skor Tiap Item Sikap Ilmiah Awal Siswa ... 168 8. Rekapitulasi Skor Tiap Item Sikap Ilmiah Akhir Siswa ... 170 9. Rekapitulasi Skor N-Gain Skala Sikap Ilmiah Siswa ... 172 10. Rekapitulasi N-Gain Tiap Indikator Sikap Ilmiah Siswa... 174 11. Rekapitulasi Persentase Persetujuan Sikap Ilmiah Siswa ... 180 12. Rekapitulasi Persentase Skala Sikap Ilmiah Siswa ... 184 Halaman


(27)

13. Rekapitulasi Analisis Statistik Hubungan Penguasaan Konsep dan

Sikap Ilmiah ... 186 14. Rekapitulasi Wawancara Dengan Guru IPA Kelas VIIF ... 187

Lampiran E Dokumen Pendukung ... 189

1. Foto-foto Penelitian ... 189 2. Surat Keterangan Penelitian ... 191 3. Riwayat Penulis ... 193


(28)

IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH

SISWA SMP TENTANG EKOSISTEM

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Biologi Sekolah Lanjutan

Oleh :

Wahyu Eka Jayanti NIM 1302868

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA


(29)

IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH

SISWA SMP TENTANG EKOSISTEM

Oleh

Wahyu Eka Jayanti

S.Pd KIP Universitas Bengkulu, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Biologi

© Wahyu Eka Jayanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(30)

(31)

IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP TENTANG

EKOSISTEM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi model siklus belajar terhadap peningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem. Metode penelitian yang digunakan adalah metode weak experiment dengan desain one group pretest-posttest. Penelitian dilaksanakan di salah satu SMP Negeri Kota Bengkulu kelas VII tahun ajaran 2014/2015. Data diperoleh dari instrument lembar observasi implementasi siklus belajar, soal penguasaan konsep, dan angket sikap ilmiah siswa. Data dianalisis menggunakan SPSS for Windows 16.0 untuk melihat normalitas, homogenitas, dan uji hipotesis. Soal penguasaan konsep yang diukur meliputi jenjang taksonomi Bloom meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis. Indikator sikap ilmiah yang diukur ada enam yaitu rasa ingin tahu, mengutamakan bukti, bersikap skeptis, menerima perbedaan, mampu bekerjasama, dan bersikap positif terhadap kegagalan. Implementasi model siklus belajar dengan kategori hampir seluruh kegiatan terlaksana. Rerata N-Gain penguasan konsep 0.40 yang termasuk kategori sedang. Rata-rata persentase sikap ilmiah siswa 75.3 % yang bernilai positif. Hubungan korelasi antara penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa adalah 0,171 yang menunjukkan adanya hubungan yang sangat lemah dan positif. Disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas VII setelah implementasi model siklus belajar pada materi ekosistem diterapkan.


(32)

THE IMPLEMENTATION OF LEARNING CYCLE MODEL TO INCREASE CONCEPT MASTERY AND SCIENTIFIC ATTITUDE THE JUNIOR HIGT

STUDENTS ON ECOSYSTEM ABSTRACT

This study aimed to analyze the implementation of learning cycle model on the learning material about ecosystem in order to increase the junior higt students concept mastery and scientific attitude. This study used weak experimental method with one group pretest-posttest. This study was conducted in one of SMPN Kota Bengkulu involving the students at class VII in academic year of 2014/2015. Data were gathered through learning cycle implementation observation protocols, test on concept mastery, and questionnaire about the students scientific attitude. Data were analyzed using SPSS for windows 16.0 to see the normality, homogeneity, hipotesis, and to calculate the percentage of attitude scale. The test concept mastery used taxonomy Bloom’s cognitive level consisting knowledge, comprehension, application, and analysis. Scientific attitude indicators that were measured consists of six components, they are curiosity, evident priority, skeptic, respect differences, able to work in group, and positive towards failure. The implementation the activities in the learning cyclemodel is categorized almost fulfilled. The result shous that on average, students N-Gain on concept mastery is 0.40, which is categorized moderate, while the students scientific attitude is 75.3 %, which is categorized positive. Correlation between concept mastery and scientific attitude of students is 0,171 a very weak correlation and positive. It can be concluded that there is improvement on the students concept mastery and scientific attitude after the implementation of learning cycle method.


(33)

Wahyu Eka Jayanti, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi.

Ajaja, O., Patrick. (2013). Which why do we go in the teaching of biology? Concept mapping, cooperative learning, or learning cycle?. Internasional Journal of Science and Technology Education Research, 4 (2), htm. 18-29.

Amin, M. (1987). Mengajar IPA Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiri Bagian I. Jakarta: Depdikbud.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Artun, H., dan Costu, B. (2012). Effect of the 5E Model on Prospecktive Teacher’

Conceptual Understanding of Diffusion and Osmosis: A Mixed Method Approach. J Sci Educ Technol-Springer Science+Business Media. Baharuddin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan

Pemahaman dalam Fisika terhadap Kemampuan Siswa di Sulawasi Selatan Membangun Model Menrtal. Disertasi Dokter FPS IKIP Bandung, Tidak Diterbitkan.

Bloom., Madaus., dan Hastings. (1981). Evaluation to Improve Learning. USA: McGraw-Hill, Inc.

Boediono & Koster, W. (2004). Teori dan Aplikasi Statistikdan Probabilitas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Budiningsih, A. C. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Bybee, R.W., Taylor , J.A., Gardner , A., Van, P.S., Carlson, J.P., Westbrook, A.,

Landes, N. (2006). The BSCS 5E Instructional Model:Origins, Effectiveness, and Applications. Journal Colorado Springer, BSCS. Carin, A., dan Sund, B. (1997). Teaching Science through Discovery. Columbus,

Ohio: Merill Publishing.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Diknas. (2004). Undang-undang Tentang Sisdiknas dan Peraturan

Pelaksanaannya 2000-2004. Jakarta: Tamita Utama.


(34)

Forehand. (2011). Bloom’s Taksonomi from Emerging Perspective on Learning, Teaching, and Technology. [Online]. Tersedia: http://www.d41.org/enews/think_tank_articles/articles/BloomsTaksonom i. pdf. Diakses 29 November 2013.

Fraenkel, J.R. (2009). How To Design And Evaluate Research In Education. Sixth Edition. Published by McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Ghony, D. M. (1982). Hakekat Ilmu Pengetahuan Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Gronlund, N. E. (1985). Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Collier MacMillan Canada, Inc.

Hagerman, C.L. (2012). Effect of The 5E Learning Cycle on Student Content Comprehension and Scientific Literacy. Montana: Montana State University.

Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Score. [online]. Diakses dari: http:/www. Physic Indiana. Edu/-sdi/AnaliyzingChange-Gain.pdf.

Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. 2008. Jakarta: Bumi Aksara. Husna, P. H. (2013). Pembelajaran Berbasis Praktikum Virtual untuk

Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X pada Materi Invertebrata. (Tesisi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Ismunandar., Budiarti, S., Zbaedah, S. (2013). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: ISBN.

Lawson, A. E. (2001). Using the Learning Cycle to Teach Biology Concepts and Reasoning Patterns. Journal of Biological Education, 35 (4), htm. 165-168.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan). Padang: Akademi Permata.

Max, E. M. (2010). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, sikap ilmiah, dan Kemampuan Bertanya Siswa SMA pada Topik Keanekaragaman Hayati. (Tesisi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Mudjiono & Dimyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Patrick., Ajaja, O., Urhievwejire., Eravwoke, O. (2012). Effects of 5E Learning


(35)

Richard dan Arrend. (2008). Learning to Teach/ Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ridawati, D. (2012). Global Warming: Pengertian, Penyebab, Efek, Cara mengatasi. [Online]. Tersedia di: https://id-id.facebook.com/notes/debit- ridawati/global-warming-pengertian-penyebab-efek-cara-mengatasi-/10150531758072256. Diakses 10 Februari 2015.

Rizema, S. P. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta; Diva.

Sadi, O., dan Cakiroglu, j. (2010). Effects of 5E Learning Cycle on Students’ Human Circulatory System Achievement. Journal of Applied Biological Sciences, 4 (3), htm. 63-67.

Safrizal, R. (2013). Pengertian Sikap Ilmiah. [Online]. Tersedia di:

http://berbagireferensi.blogspot.com/2010/06/lebih-jauh-tentang-pengertian-sikap.html. Diakses 12 Desember 2014.

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana.

Sickel, A. J., Witzing, S. B., Vanmali, B. H., Abell, K.S. (2012). The Nature of Discourse throughout 5E Lessons in a Large Enrolment College Biology Course. Springer Science+Business Media, DOI 10.1007/s11165-012-9281-6.

Siti, I. F. (2011). Pengaruh Praktikum Virtual Pada Konsep Sistem Saraf Terhadap Perkembangan Kemampuan berfikir kritis, Pemahaman Konsep, dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas IX. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Stiggins, R. J. (1994). Student-Centered Classroom Assessmemt. New York: Macmillan College Publishing Company, Inc.

Sudaryono. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:Graha Ilmu. Susiwi, S. (2007). Siklus Belajar Suatu Model dalam Pembelajaran Kimia.

(Handout). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Syah. (1999). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Syamsuri. (2007). IPA Biologi untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran Kontekstual (contextual teaching and learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.


(36)

Tri, S. P. (2013). Pengertian Belajar. [Online]. Tersedia di: http://jsetyotri.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar.html. Diakses 29 Juli 2015.

Tumini. (2010). Penerapan Siklus Belajar 5 E pada Materi Bunyi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa SMP. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tuna, A dan Kacer, A. (2013). The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching Trigonometry on Students’ Academic Achievement and The Paramanence of Their Knowledge. International Jurnal on New Trends in Education and Their Implications, 4, (7), htm. 73-87.

Wasis. (2008). Ilmu Pengethuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.

Widi, E. W. ( 2009). Mengajar IPA Secara Bermakna. Bengkulu: UNIB Press. Yudhawati, R dan Haryanto, D. (2011). Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Prestasi Pustaka.


(37)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam suatu bangsa. Pendidikan menyiapkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga emosional, sosial, spiritual, dan kinestetik. Keintegrasian kecerdasan tersebut sangat diperlukan oleh peserta didik untuk menghadapi masa depannya yang penuh tantangan dan perjuangan. Hasan (dalam Ghony, 1982) mengungkapkan bahwa pendidikan sebagai salah satu alat kemajuan dan ketinggian bagi seseorang dan masyarakat secara keseluruhan, sebagai langkah pokok kearah pembinaan kemahiran dan sikap yang ingin dibina pada diri individu. Dalam UU sisdiknas no 20 tahun 2003 disebutkan ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara” (Diknas, 2004). Jika kita kaitkan dengan pendidikan di sekolah, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut, dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem pengajaran.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Kehadiran dan profesionalisme seorang guru sangat berpengaruh dalam mewujudkan program pendidikan nasional. Abidin (2009) menyatakan bahwa guru dituntut untuk melaksanakan praktik terbaik dalam proses pembelajaran guna mampu membantu siswa mempelajari keterampilan dan sikap yang esensial yang berguna untuk menjadikannya manusia seutuhnya. Sedangkan Syah (1999) menyatakan bahwa "Guru yang berkualitas adalah guru yang berkompetensi, yang berkemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak". Tanggung jawab guru dalam mendidik


(38)

siswanya menyangkut berbagai aspek yaitu menyangkut tujuan, pelaksanaan, penilaian dan termasuk umpan balik dari penyelenggaraan tugas tersebut.

Abidin (2009) menjelaskan bahwa tantangan bagi seorang guru dalam konteks pendidikan berkualitas adalah guru harus mengajar agar siswa mampu mengkonstruksi makna. Konsep pembelajaran berbasis guru berarti harus segera ditinggalkan. Guru juga harus melaksanakan pembelajaran dengan menetapkan model pembelajaran aktif sebagai model pembelajaran utama yang digunakan. Belajar dianggap bukan sebagai siswa-siswa secara pasif menerima informasi dari guru melainkan siswa-siswa yang terlibat aktif di dalam pengalaman yang relevan dan memiliki kesempatan untuk berdialok sehingga makna dapat berkembang dan dikonstruksikan. Belajar berlangsung bukan di dalam kelas-kelas yang pasif tetapi di dalam komunitas yang ditandai oleh partisipasi dan keterlibatan yang tinggi.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Thorndike (dalam Mudjiono dan Dimyati, 2002) mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise” yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan -latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial”. Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Proses belajar mengajar (PBM) pada intinya bertumpu pada persoalan bagaimana guru memberikan motivasi agar siswa dapat belajar dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai sasaran tersebut di perlukan upaya yang terencana dan terarah dalam satu kemasan sistem pendidikan yang solid, berorentasi pada pendekatan kemanusiaan serta mengembangkan seluruh potensi individu secara optimal. Budiningsih (2005) pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.


(39)

Guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Hal ini dapat dilakukan oleh guru salah satunya dengan memilih metode yang tepat.

Metode mengajar merupakan suatu cara yang harus dilakukan dalam mengajar (Hamalik, 2008). Mengajar merupakan penyajian bahan pelajaran oleh guru kepada siswa dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran. Banyak sekali konsep dalam pembelajaran IPA di mana konsep-konsep pembelajaran ini yang sering kali dihapal oleh siswa. Padahal menghapal konsep memiliki keterbatasan, dalam jangka waktu panjang tidak bertahan lama, jika jarang diulas kembali siswa akan cepat lupa pada konsep yang dipelajari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA SMP, diperoleh informasi bahwa siswa SMP mengalami kesulitan dalam memahami konsep IPA, dan bahkan siswa lebih cepat lupa dengan materi IPA yang telah diajarkan. Siswa SMP jarang melakukan atau melaksanakan praktikum IPA karena laboratorium disekolah baru selesai di bangun. Selain itu, guru sedikit mengetahui tentang model-model pembelajaran dan jarang menerapkannya dikelas. Padahal pembelajaran bisa dilakukan di lingkungan sekolah, tidak selalu di dalam kelas. Kurangnya inovasi guru dalam pembelajaran membuat proses pembelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa.

Siklus belajar berbasis kontruktivisme adalah salah satu model pembelajaran yang inovatif. Ketika menerapkan siklus belajar dalam pembelajaran IPA, guru dan siswa bersama-sama aktif untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa. Hal ini didukung oleh penelitian Patrick (2012) menyatakan bahwa partisipasi aktif dari siswa selama pembelajaran pada setiap tahap dari Learning cycle meningkatkan level berfikir dan belajar siswa. Selain itu konsep pembelajaran yang diajarkan menggunakan Learning cycle memiliki potensi untuk lebih mudah dipahami, diinternalisasi, dan dipertahankan dari pada konsep yang diajarkan dengan metode dimana siswa hanya pasif saja. Apalagi jika guru mampu dengan cerdas merancang pembelajaran dalam pembelajaran siklus belajar. Dengan


(40)

adanya perancangan pembelajaran yang tepat ini, selain penguasaan konsep juga diharapkan bisa memudahkan pembentukan sikap ilmiah pada siswa.

Siklus belajar adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Siklus belajar merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompotensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan cara berperan aktif (Susiwi, 2007). Pada awalnya Karplus dan teman-temannya selama pengembangan SCIS (Science Curriculum Improvement Study) mengemukakan bahwa ketiga tahap siklus belajar adalah exploration, invention, dan discovery (Lawson, 2001). Siklus belajar tiga fase ini telah dikembangkan dengan modifikasi fase-fasenya.

Siklus belajar tiga fase telah dikembangkan menjadi siklus belajar 5E. Siklus belajar 5E adalah modifikasi siklus belajar berbasis kontruktivisme. Model siklus belajar 5E memiliki lima tahap: engagement, exploration, explanation, elaboration, and evaluation. Guru bertindak sebagai pemandu siswa belajar pada siklus belajar 5E yaitu dengan menimbulkan pertanyaan, memberikan peluang mengeksplorasi, menyajikan fakta yang mendukung penjelasan siswa, melatih siswa mengaplikasikan konsep baru. Siklus belajar 5E mengharuskan siswa lebih bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Budiningsih (2005) melalui kegiatan siklus belajar 5E dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial sehingga memungkinkan untuk menumbuhkan sikap ilmiah siswa.

Menurut model belajar kognitif, siswa membangun sendiri pemahaman mengenai suatu konsep. Selama pengajaran berlangsung, siswa membangkitkan pemahamannya sendiri yang didasarkan pada latar belakang, sikap, kemampuan, dan pengalamannya. Siswa memilih informasi yang disajikan, dan prakonsepsi mereka menentukan informasi mana yang menarik perhatiannya kemudian secara aktif otak menerjemahkannya dan membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang telah diperoleh oleh siswa. Wise dan Okey (dalam Ajaja, 2013) menyatakan bahwa pembelajaran sains lebih efektif pada kelas dimana para siswanya aktif, dengan tetap berfokus pada tujuan


(41)

pembelajaran dan adanya umpan balik terhadap kemajuan yang ditunjukkan oleh para siswa.

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penerapan siklus belajar memberikan dampak positif terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa diantaranya, Artun (2012) mengungkapkan bahwa aktifitas pembelajaran berdasarkan model Learning cycle 5E konstruktifisme merupakan cara yang efektif untuk terciptanya konseptual. Data yang terkumpul mengungkapkan bahwa setelah intervensi model Learning cycle 5E terjadi peningkatan terhadap pemahaman para siswa. Ada beberapa yang tetap mempertahankan konsepsi awal mereka bahkan setelah kegiatan pengajaran, namun sebagian besar konsepsi mereka mengalami perubahan. Patrick (2012) model Learning cycle memberikan efek yang signifikan terhadap hasil belajar Biologi dan Kimia. Dapat dijelaskan dengan adanya fakta bahwa penerapan Learning cycle dalam pembelajaran Biologi dan Kimia membuat siswa lebih mudah memahami dan menginternalisasi konsep yang diajarkan.

Ajaja (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yaitu siswa yang diajarkan menggunakan learning cycle cenderung lebih mempertahankan pengetahuan mereka. Sickel (2012) analisis terhadap data yang dikumpulkan dari tiap tahap model siklus belajar 5E mengemukakan bahwa hakikat diskusi telah mengubah tahapan pembelajaran secara keseluruhan, yang bertolah pada kekhasan dari aspek-aspek diskusi pada masing-masing tahap dari model 5E. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih dalam pembelajaran model 5E. Sadi (2010) diperoleh hasil bahwa terdapat efek yang signifikan dari penerapan model learning cycle 5E terhadap hasil belajar siswa pada konsep peredaran darah manusia. Adapun hasil penelitian Husna (2013) menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa meningkat secara signifikan pada pembelajaran berbasis praktikum virtual, peningkatan sikap ilmiah siswa hanya dapat terjadi pada kategori rendah. Max (2013) pembelajaran berbasis masalah pada topik keanekaragaman hayati dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa dengan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian diatas, penelitian ini menambah


(42)

pengetahuan mengenai efektifitas model Learning cycle 5E dalam pembelajaran IPA.

Penguasaan konsep sangat penting dimiliki oleh siswa yang telah mengalami proses belajar. Abidin (2009) menguraikan bahwa siswa dituntut tidak sebatas mengingat kembali pelajaran, namun lebih dari itu siswa mampu mendefinisikannya. Supaya siswa mampu menguraikan kembali pelajaran yang telah dipelajari siswa harus menguasai konsep. Siswa mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Tentunya konsep-konsep yang dipelajari terdapat dalam kompetensi.

Tujuan pendidikan pada KTSP dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompotensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir dan bertindak (Lestari, 2013). Ekosistem adalah salah satu materi dalam mata pelajaran IPA di SMP sesuai dengan KTSP pada kelas VII semester II. Ekosistem merupakan salah satu materi yang sangat berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. Siswa dapat memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran. Dengan demikian Pengalaman langsung adalah langkah terpenting di dalam cara mengetahui sesuatu. Hal ini sejalan dengan Abidin (2009) mejelaskan bahwa pandangan konstruktivisme diperkuat dengan asumsi bahwa pada dasarnya manusia dikaruniai kemampuan untuk mengkonstruksi atau membangun pengetahuan setelah ia berinteraksi dengan lingkungannya yaitu alam.

Guru ditantang untuk mengubah pola ajar pada pembelajaran IPA sebelumnya yang cendrung tidak memperhatikan aspek penguasaan konsep dan sikap. Kemampuan penguasaan konsep merupakan kemampuan yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar IPA secara optimal. Oleh karena itu aspek konstruktuvisme anak tentu menjadi tantangan yang harus dilaksanakan guru agar dapat membangun konsep IPA anak. Sanjaya (2005) mengungkapkan bahwa guru berperan dalam mengelola pembelajaran dan menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan nyaman. Suatu usaha perlu dilakukan guru untuk perbaikan dalam model pengajaran IPA yang dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dalam


(43)

proses belajar mengajar. Sehingga pembelajaran IPA perlu diinovasi sehingga menarik bagi siswa.

Sebagai upaya dalam penguasaan konsep dan pembentukan sikap ilmiah siswa, maka diperlukan desain pembelajaran IPA yang dapat memfasilitasi kedua kemampuan tersebut. Selain itu dalam pembelajaran IPA perlu ditanamkan sikap ilmiah pada materi ekosistem yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui peristiwa hubungan antara komponen biotik dan abiotik dilingkungan sekolah maka pembahasan materi ekosistem akan semakin bermakna bagi siswa. Ketika proses pembelajaran siswa diharapkan dapat berperan aktif untuk materi yang melibatkan fenomena-fenomena yang sangat sering dan mudah teramati dalam kehidupan sehari-hari. Informasi ini dapat diperoleh dengan menganalisis implementasi model siklus belajar 5E dalam proses pembelajaran tentang ekosistem.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dirumuskan masalah penelitian: “Bagaimanakah implementasi model siklus belajar terhadap peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem?”

C.Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian:

1. Bagaimanakah keterlaksanaan implementasi siklus belajar terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem?

2. Bagaimanakah hasil implementasi siklus belajar pada peningkatan penguasaan konsep siswa SMP tentang ekosistem?

3. Bagaimanakah hasil implementasi model siklus belajar pada peningkatan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem?

4. Bagaimanakah hubungan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa setelah implementasi model siklus belajar?


(44)

5. Keunggulan dan kelemahan implementasi model siklus belajar dalam penguasaan konsep dan pembentukan sikap ilmiah siswa SMP?

D.Batasan Masalah Penelitian

Untuk memperjelas permasalahan penelitian ini, maka ruang lingkupnya dibatasi sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri kota Bengkulu tahun ajaran 2014/2015 kelas VII F.

2. Model Siklus Belajar yang digunakan terdiri atas lima fasa, yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation.

3. Penguasaan konsep yang akan diukur berdasarkan jenjang kognitif taksonomi Bloom meliputi C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Penentuan jenjang kognitif berdasarkan pembelajaran yang diberikan kepada siswa.

4. Sikap ilmiah siswa tersebut merujuk pada indikator pernyataan sikap ilmiah Carin (1997). Aspek yang diukur meliputi: (1) rasa ingin tahu; (2) mengutamakan bukti; (3) sikap skeptis; (4) menerima perbedaan; (5) dapat bekerja sama; (6) sikap positif terhadap kegagalan.

5. Pembelajaran IPA yang dipelajari yaitu materi ekosistem, meliputi: (1) tingkat organisasi dalam ekosistem; (2) menghitung satuan makhluk hidup dalam ekosistem; (3) komponen-komponen ekosistem; (4) hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik; (5) keseimbangan ekosistem; (6) membuat jaring-jaring makanan; (7) jenis-jenis interaksi antarorganisme.

E.Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi model siklus belajar terhadap peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran konkret implementasi model siklus belajar dalam pembelajaran IPA dan tentang sikap ilmiah, serta kelebihan dan


(45)

kekurangan dalam implementasi model siklus belajar selama proses pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pembelajaran, dapat memberikan sumbangsih mengenai bukti empirik pencapaian hasil belajar IPA khususnya pada aspek penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa melalui model siklus belajar.

2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan pembinaan profesional secara lebih efektif dan efisien tentang pembelajaran IPA.

3. Manfaat bagi guru adalah sebagai masukan untuk pengintegrasian sikap materi ekosistem dalam upaya membentuk sikap ilmiah siswa yang sesuai dengan karakter yang ingin dicapai.

4. Manfaat bagi siswa adalah diharapkan dapat membentuk sikap ilmiah siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas VII. 5. Manfaat bagi peneliti adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa, serta dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis pada konsep yang berbeda.

6. Sebagai masukan bagi para pembaca terutama guru untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA terutama dalam menanamkan konsep-konsep ekosistem pada anak SMP.

7. Sebagai masukan bagi guru dan pembaca tentang pentingnya meningkatkan dan menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

G.Asumsi

1. Model siklus belajar 5E merupakan model yang efektif untuk terciptanya konseptual (Artun, 2012).


(46)

H.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem, melalui implementasi model siklus belajar”.

I. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, temuan dan pembahasan serta simpulan, implikasi dan saran.

Pada bagian bab pendahuluan disajikan kerangka berpikir dari penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berpikir ini dilengkapi dengan latar belakang pentingnya dilakukan penelitian ini yang didukung dengan beberapa hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung pertanyaan penelitian, rumusan masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, batasan-batasan masalah dalam penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat penelitian yang diharapkan bagi berbagai pihak, asumsi, dan hipotesis.

Pada bagian kajian pustaka berisi kajian-kajian materi dan landasan teoritis yang terkait dengan penelitian. Kajian pustaka pada tesis ini berisi tentang model siklus belajar 5E, fase model siklus belajar 5E, penguasaan konsep, sikap ilmiah, konsep ekosistem, dan penelitian yang relevan.

Pada bagian metodologi penelitian berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian dalam mengambil dan mengolah data. Pada tesis ini metodologi penelitian berisi desain dan prosedur penelitian dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan hingga tahap akhir pelaksanaan, jenis instrumen yang digunakan untuk menjaring data, serta teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

Pada bagian hasil dan pembahasan penelitian berisi tentang penjabaran mengenai hasil temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertayaan penelitian yang telah dijabarkan pada bagian bab pendahuluan. Hasil temuan dianalisis dan dibahas dalam pembahasan untuk menjawab rumusan masalah utama. Pembahasan


(47)

penelitian dilakukan dengan mengaitkan hasil temuan dengan landasan teori dan beberapa hasil penelitian lain sejenis yang mendukung hasil temuan.

Pada bagian bab simpulan, implikasi, dan rekomendasi berisi tentang inti dari hasil penelitian yang di rangkum secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan saran yang disampaikan oleh peneliti.


(1)

pengetahuan mengenai efektifitas model Learning cycle 5E dalam pembelajaran IPA.

Penguasaan konsep sangat penting dimiliki oleh siswa yang telah mengalami proses belajar. Abidin (2009) menguraikan bahwa siswa dituntut tidak sebatas mengingat kembali pelajaran, namun lebih dari itu siswa mampu mendefinisikannya. Supaya siswa mampu menguraikan kembali pelajaran yang telah dipelajari siswa harus menguasai konsep. Siswa mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Tentunya konsep-konsep yang dipelajari terdapat dalam kompetensi.

Tujuan pendidikan pada KTSP dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Kompotensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir dan bertindak (Lestari, 2013). Ekosistem adalah salah satu materi dalam mata pelajaran IPA di SMP sesuai dengan KTSP pada kelas VII semester II. Ekosistem merupakan salah satu materi yang sangat berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa. Siswa dapat memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran. Dengan demikian Pengalaman langsung adalah langkah terpenting di dalam cara mengetahui sesuatu. Hal ini sejalan dengan Abidin (2009) mejelaskan bahwa pandangan konstruktivisme diperkuat dengan asumsi bahwa pada dasarnya manusia dikaruniai kemampuan untuk mengkonstruksi atau membangun pengetahuan setelah ia berinteraksi dengan lingkungannya yaitu alam.

Guru ditantang untuk mengubah pola ajar pada pembelajaran IPA sebelumnya yang cendrung tidak memperhatikan aspek penguasaan konsep dan sikap. Kemampuan penguasaan konsep merupakan kemampuan yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar IPA secara optimal. Oleh karena itu aspek konstruktuvisme anak tentu menjadi tantangan yang harus dilaksanakan guru agar dapat membangun konsep IPA anak. Sanjaya (2005) mengungkapkan bahwa guru berperan dalam mengelola pembelajaran dan menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan nyaman. Suatu usaha perlu dilakukan guru untuk perbaikan dalam model pengajaran IPA yang dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dalam


(2)

proses belajar mengajar. Sehingga pembelajaran IPA perlu diinovasi sehingga menarik bagi siswa.

Sebagai upaya dalam penguasaan konsep dan pembentukan sikap ilmiah siswa, maka diperlukan desain pembelajaran IPA yang dapat memfasilitasi kedua kemampuan tersebut. Selain itu dalam pembelajaran IPA perlu ditanamkan sikap ilmiah pada materi ekosistem yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui peristiwa hubungan antara komponen biotik dan abiotik dilingkungan sekolah maka pembahasan materi ekosistem akan semakin bermakna bagi siswa. Ketika proses pembelajaran siswa diharapkan dapat berperan aktif untuk materi yang melibatkan fenomena-fenomena yang sangat sering dan mudah teramati dalam kehidupan sehari-hari. Informasi ini dapat diperoleh dengan menganalisis implementasi model siklus belajar 5E dalam proses pembelajaran tentang ekosistem.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dirumuskan masalah penelitian: “Bagaimanakah implementasi model siklus belajar terhadap peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem?”

C.Pertanyaan Penelitian

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian:

1. Bagaimanakah keterlaksanaan implementasi siklus belajar terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem?

2. Bagaimanakah hasil implementasi siklus belajar pada peningkatan penguasaan konsep siswa SMP tentang ekosistem?

3. Bagaimanakah hasil implementasi model siklus belajar pada peningkatan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem?

4. Bagaimanakah hubungan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa setelah implementasi model siklus belajar?


(3)

5. Keunggulan dan kelemahan implementasi model siklus belajar dalam penguasaan konsep dan pembentukan sikap ilmiah siswa SMP?

D.Batasan Masalah Penelitian

Untuk memperjelas permasalahan penelitian ini, maka ruang lingkupnya dibatasi sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri kota Bengkulu tahun ajaran 2014/2015 kelas VII F.

2. Model Siklus Belajar yang digunakan terdiri atas lima fasa, yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation.

3. Penguasaan konsep yang akan diukur berdasarkan jenjang kognitif taksonomi Bloom meliputi C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Penentuan jenjang kognitif berdasarkan pembelajaran yang diberikan kepada siswa.

4. Sikap ilmiah siswa tersebut merujuk pada indikator pernyataan sikap ilmiah Carin (1997). Aspek yang diukur meliputi: (1) rasa ingin tahu; (2) mengutamakan bukti; (3) sikap skeptis; (4) menerima perbedaan; (5) dapat bekerja sama; (6) sikap positif terhadap kegagalan.

5. Pembelajaran IPA yang dipelajari yaitu materi ekosistem, meliputi: (1) tingkat organisasi dalam ekosistem; (2) menghitung satuan makhluk hidup dalam ekosistem; (3) komponen-komponen ekosistem; (4) hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen abiotik; (5) keseimbangan ekosistem; (6) membuat jaring-jaring makanan; (7) jenis-jenis interaksi antarorganisme.

E.Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi model siklus belajar terhadap peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran konkret implementasi model siklus belajar dalam pembelajaran IPA dan tentang sikap ilmiah, serta kelebihan dan


(4)

kekurangan dalam implementasi model siklus belajar selama proses pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pembelajaran, dapat memberikan sumbangsih mengenai bukti empirik pencapaian hasil belajar IPA khususnya pada aspek penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa melalui model siklus belajar.

2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan pembinaan profesional secara lebih efektif dan efisien tentang pembelajaran IPA.

3. Manfaat bagi guru adalah sebagai masukan untuk pengintegrasian sikap materi ekosistem dalam upaya membentuk sikap ilmiah siswa yang sesuai dengan karakter yang ingin dicapai.

4. Manfaat bagi siswa adalah diharapkan dapat membentuk sikap ilmiah siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas VII. 5. Manfaat bagi peneliti adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar terhadap penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa, serta dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis pada konsep yang berbeda.

6. Sebagai masukan bagi para pembaca terutama guru untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA terutama dalam menanamkan konsep-konsep ekosistem pada anak SMP.

7. Sebagai masukan bagi guru dan pembaca tentang pentingnya meningkatkan dan menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

G.Asumsi

1. Model siklus belajar 5E merupakan model yang efektif untuk terciptanya konseptual (Artun, 2012).


(5)

H.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat peningkatan

penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa SMP tentang ekosistem, melalui

implementasi model siklus belajar”.

I. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, temuan dan pembahasan serta simpulan, implikasi dan saran.

Pada bagian bab pendahuluan disajikan kerangka berpikir dari penelitian yang akan dilakukan. Kerangka berpikir ini dilengkapi dengan latar belakang pentingnya dilakukan penelitian ini yang didukung dengan beberapa hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang mendukung pertanyaan penelitian, rumusan masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, batasan-batasan masalah dalam penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat penelitian yang diharapkan bagi berbagai pihak, asumsi, dan hipotesis.

Pada bagian kajian pustaka berisi kajian-kajian materi dan landasan teoritis yang terkait dengan penelitian. Kajian pustaka pada tesis ini berisi tentang model siklus belajar 5E, fase model siklus belajar 5E, penguasaan konsep, sikap ilmiah, konsep ekosistem, dan penelitian yang relevan.

Pada bagian metodologi penelitian berisi tentang metode yang digunakan dalam penelitian dalam mengambil dan mengolah data. Pada tesis ini metodologi penelitian berisi desain dan prosedur penelitian dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan hingga tahap akhir pelaksanaan, jenis instrumen yang digunakan untuk menjaring data, serta teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

Pada bagian hasil dan pembahasan penelitian berisi tentang penjabaran mengenai hasil temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertayaan penelitian yang telah dijabarkan pada bagian bab pendahuluan. Hasil temuan dianalisis dan dibahas dalam pembahasan untuk menjawab rumusan masalah utama. Pembahasan


(6)

penelitian dilakukan dengan mengaitkan hasil temuan dengan landasan teori dan beberapa hasil penelitian lain sejenis yang mendukung hasil temuan.

Pada bagian bab simpulan, implikasi, dan rekomendasi berisi tentang inti dari hasil penelitian yang di rangkum secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan saran yang disampaikan oleh peneliti.