EMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SD.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hipotesis ... 8

F. Asumsi ... 9

G. Definisi Operasional ... 9

H. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 10

BAB II PEMBELAJARAN KONSEP LISTRIK MENGGUNAKAN MODEL PBL DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP ILMIAH SISWA ... 12

A. IPA Sekolah Dasar ... 12


(2)

D. Penguasaan Konsep Sains dan Sikap Ilmiah ... 26

E. Deskripsi Konsep Energi Listrik Kelas VI ... 31

F. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Metode Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 39

C. Prosedur Penelitian ... 40

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Analisis Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 51

G. Analisa Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Penguasaan Konsep Sains ... 67

2. Sikap Ilmiah Siswa ... 72

3. Gambaran Proses Pembelajaran Guru Menggunakan PBL 76

4. Kemampuan Guru Melaksanakan Aspek PBL ... 79

4. Tanggapan Guru tentang Pelaksanaan Model PBL ... 86

B. Pembahasan ... 87

1. Penguasaan Konsep Energi Listrik ... 87


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran-saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran I A. Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep ... 124

B. Hasil Uji Validasi Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 140

C. Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Tes Penguasaan Konsep ... 149

D. Lembar Soal Tes Penguasaan Konsep Energi Listrik ... 151

E. Kisi-kisi Angket ... 159

F. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 164

Lampiran II A. Data Skor Tes Penguasaan Konsep ... 198

B. Rekapitulasi Skor dan Nilai Tes Penguasaan Konsep ... 206

C. Data Skor Sikap Ilmiah ... 210

D. Rekapitulasi Skor Sikap Ilmiah ... 218

E. Rekapitulasi Hasil Analisis Videograph Pelaksanaan Mengajar Guru .... 228

F. Hasil Wawancara Tanggapan Guru tentang PBL ... 236


(4)

A. SK Pembimbing Tesis

B. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian C. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian RIWAYAT HIDUP


(5)

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk sekolah dasar merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah mengubah paradigma pendidikan sekolah dasar (SD) dari pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Paradigma ini menuntut para guru agar lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berprestasi melalui kegiatan-kegiatan nyata yang menyenangkan dan mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Sampai saat ini, pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan pembelajaran konvensional dengan salah satu cirinya adalah lebih banyak mengunakan metode ceramah yang kegiatannya lebih berpusat pada guru. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Kurikulum Departeman Pendidikan Nasional (2007), ternyata metode ceramah dengan menulis di papan tulis merupakan metode yang paling banyak digunakan. Dampak dari penggunaan metode tersebut yaitu aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukkan informasi/konsep pada siswa dapat saja kurang bermanfaat bahkan bisa tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut


(7)

2

hanya dikomunikasikan oleh guru pada siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dapat dipahami oleh siswa. Pentingnya penguasaan konsep dalam kegiatan pembelajaran sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara pemecahan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subyek didik.

Temuan Sliming (dalam Wahidin, 2006), yang meneliti perilaku mengajar guru di Indonesia, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu menggunakannya konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang telah dimilikinya. Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara mengenai proses pembelajaran dan pengajaran IPA yang sering membuat kita kecewa, apalagi dikaitkan dengan penguasaan siswa terhadap materi ajar. Penguasaan konsep selama ini dianggap sebagai bentuk hapalan pada sejumlah konsep atau materi ajar IPA. Padahal sesungguhnya penguasaan konsep dalam IPA adalah penguasaan siswa terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru dalam kehidupan nyata.

Sains adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi. Sains hakikatnya terlahir melalui sebuah proses yang pada titik akhirnya


(8)

terwujud produk sains. Kemudian dari proses dan produk tersebut harus berimplikasi terhadap sikap. Sikap tersebut harus dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan sikap ilmiah sains (Winataputra, 1993).

Terkait dengan penjelasan di atas, mengajarkan konsep-konsep IPA tidak hanya sebatas produk saja. Produk sains tersebut di antaranya termuat dalam buku teks pelajaran IPA, yang merupakan bahan ajar untuk diberikan guru kepada siswa di sekolah. Selain produk, yang lebih penting adalah membelajarkan siswa pada proses, aplikasi, dan sikap. Proses sains adalah usaha membelajarkan untuk mendapatkan IPA itu sendiri menjadi miliknya. Aplikasi sains adalah penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari Sedangkan sikap merupakan wujud rasa ingin tahu siswa tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

Berdasarkan Standar Isi IPA dalam Kurikulum SD, pembelajaran IPA diharapkan pola pembelajaran yang digunakan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menanamkan pada siswa sikap ilmiah dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah adalah tujuan utama dari pembelajaran IPA. Sehingga diharapkan siswa lebih aktif dalam belajarnya, dan dari hasil belajar tersebut siswa akan mampu memecahkan masalah-masalah yang ditemukan melalui kerja ilmiah.

Hakikat tujuan pendidikan IPA adalah mengantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehar-hari. Kata menguasai artinya bahwa IPA harus menjadikan siswa


(9)

4

Seperti dijelaskan di atas, proses pembelajaran IPA, tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang konsep-konsep IPA, melainkan siswa memahami (understand) konsep-konsep IPA dan menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep lainnya (Wahyudi, 2002).

Jadi, jelas pembelajaran IPA menuntut guru untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan belajar siswa ke dalam dimensi produk, proses, dan sikap. Dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif tersebut tujuan utama IPA dapat tercapai. Maka, untuk mencapai tujuan IPA tersebut dapat menggunakan model inovasi pembelajaran IPA yang dewasa ini dikembangkan yaitu model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning).

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran

yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan pengajaran IPA di atas. Menurut Arends (2007), PBL sangat berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah belajar yang bersifat kontekstual. Model pembelajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah nyata, meningkatkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah, mempelajari peran orang dewasa melalui pengalamannya dalam situasi yang nyata, serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai pebelajar yang otonom.


(10)

Dijelaskan juga oleh Holil (2008), bahwa PBL pada pelajaran IPA merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik, karena: (1) pembelajaran berbasis masalah mengajak siswa dalam penyelesaian kasus atau permasalahan yang berhubungan dengan IPA, (2) meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan mendorong kegiatan belajar, (3) membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya, yang berfungsi untuk pengembangan pengetahuan dasar dan kompleks pada diri siswa.

Secara garis besar PBL merupakan model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. PBL tidak dirancang umtuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBL utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa (perilaku mereka), melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi mereka) pada saat mereka melakukan kegiatan belajar. Peran guru dalam PBL terkadang melibatkan presentasi dan penjelasan sesuatu kepada siswa, namun yang lebih lazim guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan oleh mereka sendiri (Akinoglu dan Ozkardes, 2007; Arends, 2007; Tiwari, 2006).

Di Indonesia sudah banyak dilakukan penelitian terhadap model pembelajaran ini khususnya pada pendidikan SMP dan SMA. Namun sedikit


(11)

6

peneliti yang melakukan penelitian model pembelajaran ini di tingkat SD. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, Redjeki, dan Saefudin (2007) tentang aplikasi PBL untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa SMA pada konsep sistem respirasi, dan hasilnya penguasaan siswa kelas PBL berbeda jauh di atas siswa yang belajar model konvensional. Selain itu, penelitian yang dilakukan Sahara, Setiawan dan Hamidah (2004) tentang penerapan PBL dalam upaya peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis pada konsep kalor di kelas X SMA, dan hasilnya ada peningkatan kemampuan cukup signifikan kelas PBL dibanding kelas non PBL.

Penelitian Adnyana (2004), dengan PBL dapat memberikan pengalaman belajar otentik dan keterampilan pemecahan masalah bagi siswa SMA, siswa belajar secara kooperatif menggali dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk memecahkan masalah. Ada lagi penelitian yang dilakukan Tiwari (2006), yang menyatakan bahwa ada peningkatan secara signifikan kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan yang diajarkan melalui PBL dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ceramah.

Berdasarkan kajian teoritis dan bukti empiris di atas, maka padapenelitian ini difokuskan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penggunaan model PBL dalam meningkatkan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa kelas VI SD dalam pelajaran IPA konsep energi listrik.

B. Rumusan Masalah

Sebagai dasar dan acuan untuk dapat memperoleh hasil penelitian yang akurat, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana


(12)

peningkatan penguasaan konsep sains tentang materi energi listrik dan sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model PBL dibanding dengan model non PBL?”.

Rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model non PBL?

2. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model non PBL? 3. Bagaimanakah proses pembelajaran menggunakan model PBL dalam

peningkatan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep sains tentang materi energi listrik dan sikap ilmiah siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model PBL dibanding dengan model non PBL.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model non PBL.

2. Mengetahui peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model non PBL.


(13)

8

3. Mengetahui proses pembelajaran menggunakan model PBL dalam peningkatan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru dalam memperbaiki proses dan hasil pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam upaya meningkatkan kualitas belajar siswa. Adapun manfaat lain dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru, untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang penerapan model PBL di dalam kelas, sehingga dapat menambah wawasan guru untuk melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam rangka mengembangkan dan menanamkan sikap-sikap positif pada siswa terkait dengan belajar melalui masalah.

2. Bagi siswa, melalui penggunaan model PBL ini lebih dapat meningkatkan motivasi belajar dan memiliki sikap ilmiah sehingga mampu memecahkan permasalahan-permasalahan sederhana yang dihadapinya.

3. Bagi peneliti lain, temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk kegiatan penelitian lebih lanjut.

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan penelitian yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model non PBL.


(14)

2. Terdapat perbedaan peningkatan sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model non PBL.

F. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. PBL dapat menumbuhkan siswa terampil menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam proses pembelajarannya dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dan Ozkader, 2007).

2. PBL dapat memberikan kesempatan pada siswa bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data untuk memecahkan masalah melalui proses berpikir sistematis, analitis, sistematis dan logis dalam menemukan alternatif pemecahan masalah (Sanjaya, 2006).

G. Definisi Operasional

Agar diperoleh kesamaan persepsi dan menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah yang digunakan. Berikut ini dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pembelajaran yang terdiri atas lima tahapan yaitu: orientasi masalah, pengorganisasian


(15)

10

belajar, peneyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis proses pemecahan masalah.

2. Penguasaan konsep sains merupakan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep sains yang terdapat dalam materi energi listrik dengan benar, yang meliputi pokok bahasan: listrik statis, listrik dinamis, sumber-sumber energi listrik, penghantar energi listrik, rangkaian listrik, penggunaan energi listrik, perubahan energi listrik, dan penghematan energi listrik.

3. Sikap ilmiah adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa sebagai bentuk kepribadian hasil berpikir dan belajar yang meliputi sikap ingin tahu (curiousity), sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality), sikap kerja sama (cooperation), sikap bertanggung jawab (responsibility), sikap berpikir bebas (independence in thinking), dan sikap kedisiplinan diri (self discipline).

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI, yang berada dua sekolah dasar negeri, yaitu SD Negeri Cisurupan 02 dan SD Negeri Balewangi 01 di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Adapun yang menjadi alasan kedua sekolah ini dijadikan lokasi penelitian adalah:

1. Kedua SD ini memiliki tingkat homogenitas yang relatif sama dilihat dari prestasi sekolah, tingkat pendidikan gurunya, latar belakang siswa, jumlah siswa, bangunan sekolah yang berada di ibu kota kecamatan.

2. Kedua SD ini adalah SD inti yang merupakan pusat (center) kegiatan bagi guru dan siswa di lingkungan SD-SD imbasnya dalam rangka peningkatan


(16)

kemampuan guru dan siswa, seperti: Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S), kegiatan ekstra kurikuler bagi siswa, dan lain-lain.

3. Sejak tahun 2007 kedua SD ini mendapat pembinaan badan dunia UNICEF dalam program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), dan program Peran Serta Masyarakat (PSM).


(17)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa, hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran guru dilihat dari kemunculan indikator dalam aspek PBL setiap pertemuan mengajar dan dilengkapi tanggapan guru dalam menggunakan model PBL pada pembelajaran IPA.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk desain kelompok acak pretest dan posttest dengan kelompok kontrol ”A randomized

pretest – posttest control group design” (Arikunto, 2006). Dalam pelaksanaanya,

terlebih dahulu dipilih secara acak kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah didapat dua kelompok, kemudian dilakukan test awal dan angket sikap ilmiah awal terhadap kedua kelompok tersebut. Selanjutnya, kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda berupa penggunaan model PBL untuk kelas eksperimen dan penggunaan non PBL untuk kelas kontrol.

Setelah selesai kedua kelompok tersebut mendapatkan perlakuan, selanjutnya dilakukan tes akhir dan angket sikap ilmiah akhir terhadap kedua kelompok dengan menggunakan perangkat instrumen yang sama sebelum perlakuan. Sebagai gambaran desain penelitian ini, dapat dilihat seperti tabel di


(18)

bawah ini

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Eksperimen : X1 P X2

Kelas Kontrol : X1 O X2

Keterangan:

X1 = Tes awal tentang penguasaan konsep energi listrik. P = Perlakuan dengan model PBL

O = Perlakuan pembelajaran biasa.

X2 = Tes akhir penguasaan konsep energi listrik.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang model PBL, dan studi lapangan untuk mengetahui proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru di kelas.

b. Menentukan subjek penelitian, yaitu penelitian ini akan dilaksanakan pada dua sekolah. SD pertama sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model PBL, sedangkan SD kedua sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model non PBL.


(19)

41

model mengajar dengan menggunakan PBL.

d. Menyusun instrumen penelitian berupa instrumen tes (tes penguasaan konsep), dan instrumen non tes (lembar observasi kegiatan guru mengajar dengan indikator PBL, pedoman wawancara tentang tanggapan guru, dan angket sikap ilmiah siswa).

e. Penimbang instrumen (judgement) dari ahli. f. Uji validasi instrumen.

g. Analisis hasil uji coba instrumen. h. Revisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilaksanakan perlakuan.

b. Pemberian angket sikap ilmiah awal untuk mengetahui sikap awal siswa sebelum dilaksanakan perlakuan

c. Pelaksanaan pembelajaran model PBL pada kelas eksperimen, dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan permasalahan pokok tentang energi listrik.

2) Menyiapkan peralatan dan logistik yang dibutuhkan dalam melakukan percobaan yang berhubungan dengan energi listrik.

3) Melaksanakan proses di dalam kelas sebanyak empat kali pertemuan. d. Pelaksanaan pembelajaran non PBL (pembelajaran biasa) di kelas kontrol. e. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan


(20)

oleh guru pada kedua kelas tersebut pada waktu guru melakukan perlakuan (pembelajaran).

f. Pelaksanaan tes akhir untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep sains siswa pada kedua kelas tersebut.

g. Menyebarkan angket sikap pada siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui sikap ilmiah siswa setelah perlakuan.

h. Pelaksanaan wawancara pada guru di kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model PBL pada konsep energi listrik.

3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data.

a. Mengolah skor tes awal dan tes akhir penguasaan konsep energi listrik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menjadi nilai dengan menggunakan skala 100.

b. Memberi skor pada angket siswa kelas eksperimen.

c. Menghitung uji normalitas dan homogenitas data nilai penguasaan konsep dan skor angket sikap sikap ilmiah siswa.

d. Melakukan uji komparasi tes awal dengan tes akhir pada kedua kelas, skor angket awal dan skor angket sikap ilmiah siswa, dan N-Gain dengan uji-t (bila data normal) atau uji Mann-Whitney (bila data tidak normal).

e. Menganalisis hasil observasi dengan menggunakan software Videograph

dan SPSS (Statistical Package for Sosial Science) versi 17. f. Menganalisis tanggapan guru tentang PBL hasil wawancara.


(21)

43

Adapun alur untuk mewujudkan desain dan prosedur penelitian tersebut di atas ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Alur Penelitian D. Populasi dan Sampel

Identifikasi Masalah Pembelajaran SD Penentuan Masalah berupa “Pembelajaran Berbasis Masalah”

Menyusun Model

Pembelajaran PBL Menyusun Instrumen

Uji Coba Instrumen

Analisis Hasil Uji Coba

Revisi Instrumen Penentuan Subjek

Penelitian

Tes Awal & Angket Sikap

Ilmiah Awal

Studi Literatur Studi Lapangan

Data

Analisis Data

Kesimpulan Eksperimen

Pembelajaran PBL

Kontrol

Pembelajaran Non PBL

Tes Akhir Observasi

Pelaksanaan Pembelajaran

Tes Akhir

Angket Sikap Ilmiah Pelatihan PBL pada Guru

Kelas Eksperimen

Judgement Instrumen


(22)

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Cisurupan 02 dan SD Negeri Balewangi 01 Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jumlah siswa siswa kelas VI SD Negeri Cisurupan 02 sebanyak 66 orang dan SD Negeri Balewangi 01 sebanyak 62 orang.

Penarikan sampel dilakukan dengan cara acak sehingga diperoleh sampel yang terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengacakan dilakukan terhadap kelas populasi, bukan terhadap individu. Dari hasil pemilihan secara acak, yang terpilih sebagai kelas eksperimen mempelajari konsep energi listrik dengan desain model PBL sebanyak 32 orang yaitu SD Negeri Cisurupan 02. Sedangkan untuk kelas kontrol siswa mempelajari konsep energi listrik dengan model pembelajaran biasa (desain non PBL) sebanyak 31 orang yaitu SD Negeri Balewangi 01.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pembelajaran pada pokok bahasan energi listrik dikembangkan berdasarkan model PBL, artinya RPP yang dibuat guru mengikuti alur dari sintaks PBL. RPP ini dibuat menjadi empat buah untuk empat kali pertemuan. Tiap pertemuan alokasi waktunya direncanakan selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran normal atau sekitar 70 menit). Adapun pokok bahasan setiap pertemuan tersebut adalah:


(23)

45

a. Pertemuan I tentang: Listrik statis dan listrik dinamis.

b. Pertemuan II tentang: Sumber-sumber dan penghantar energi listrik. c. Pertemuan III tentang: Rangkaian listrik dan perubahan energi listrik. d. Pertemuan IV tentang: Penggunaan dan penghematan energi listrik.

2. Tes Penguasaan Konsep

Tes penguasaan konsep ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif pendekatan pilihan ganda dengan jumlah pilihan (option) sebanyak empat yang berjumlah 35 butir soal, dengan memperhatikan aspek atau ranah kognitif mulai dari paling rendah ke yang paling tinggi. Tes penguasaan konsep yang digunakan ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam materi energi listrik dan penghematannya. Dengan demikian tes ini bersifat konseptual. Tes ini diberikan kepada siswa sebanyak dua kali, yaitu pada saat tes awal sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan tujuan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap konsep-konsep energi listrik. Selanjutnya diberikan lagi pada tes akhir setelah pembelajaran energi listrik selesai dilaksanakan, yang bertujuan untuk mengukur penguasaan terhadap konsep yang telah diajarkan baik untuk PBL di kelas eksperimen maupun non PBL di kelas kontrol.

Penyebaran tes penguasaan konsep ini disusun berdasarkan subkonsep, indikator, dan aspek kognitif seperti pada tabel di bawah ini.


(24)

Subkonsep Indikator Aspek Kognitif No. Soal Jml. Soal

(1) (2) (3) (4) (5)

Listrik statis dan listrik dinamis.

- Mengelompokkan alat rumah tangga yang menggunakan energi listrik.

C2 1 5

- Mencontohkan percobaan seder-hana tentang gejala listrik statis.

C2 2

- Menjelaskan peristiwa penyebab benda dapat ditarik oleh benda lain pada gejala listrik statis.

C2 3, 4

- Menghitung besar tegangan ba-terai pada alat-alat elektronik.

C3 7

Sumber-sumber dan penghantar energi listrik.

- Mengelompokkan sumber-sumber energi listrik..

C2 5 6

- Menyebutkan bagian-bagian sum-ber energi listrik baterai.

C1 6

- Menyebutkan bagian-bagian dan fungsi dari akumulator (accu).

C1 8

- Menjelaskan fungsi dan ke-untungan dari sel surya.

C2 9

- Mengorganisasikan antara sum-ber-sumber energi yang dapat menghasilkan listrik.

C2 10

- Mengimplemantasikan konsep listrik kaitannya dengan peng-gunaan benda konduktor dan isolator.

C3 20

Rangkaian listrik dan perubahan energi listrik.

- Menganalis gambar tentang rangkaian listrik tertutup dan terbuka.

C4 11 9

- Menganalisis fenomena yang terjadi pada rangkaian listrik seri dan paralel.

C4 12, 13

- Mengorganisasikan konsep listrik pada rangkaian listrik seri dan paralel

C4 14, 15

- Mencontohkan dan menge-mukakan alasan tentang manfaat rangkaian listrik paralel dalam kehidupan sehari-hari.

C2 16,17

- Mendeteksi nyala lampu pada rangkaian seri dan rangkaian paralel.

C5 18, 19


(25)

47

Penggunaan dan penghematan energi listrik

- Memberikan tanggapan hal-hal dan fenomena yang berhubungan de-ngan aliran arus listrik.

C4 21, 22, 23 - Menggunakan perubahan energi

listrik yang terjadi pada alat-alat elektronik.

C3 24, 25, 26 - Mengorganisasikan hubungan

antara energi listrik dengan alat-alat listrik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

C4 27, 28, 31, 32

- Mengkoreksi tentang peng-gunaan alat-alat listrik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

C4 29, 30

- Memberi contoh sikap yang termasuk cara menghemat energi listrik.

C5 34, 35

3. Angket Sikap Ilmiah

Instrumen angket dibuat untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah penggunaan model PBL di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pernyataan yang dimuat dalam angket ini disusun berdasarkan tujuan dan indikator serta aspek sikap yang ingin dilihat, dan telah dilakukan judgement pada ahli untuk menentukan layak dan tidaknya instrumen angkei ini. Adapun secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Distribusi Pernyataan Angket Sikap Ilmiah

Tujuan Indikator Nomor

Pernyataan

Jumlah Pernyataan

(1) (2) (3) (4)

Mengetahui sikap sis-wa terhadap rasa ingin tahu (curiousity) terha-dap hal-hal yang akan dipelajari tentang kon-sep listrik.

Sikap siswa terhadap rasa ingin tahu pada hal-hal yang akan dipelajari mengenai konsep listrik.


(26)

(1) (2) (3) (4) Mengetahui sikap

sis-wa untuk mendapatkan sesu-atu yang baru (originality) pada hal-hal yang dipela-jari mengenai konsep lis-trik.

Sikap siswa terhadap ingin mendapatkan sesu-atu yang baru dalam mempelajari konsep lis-trik.

2, 6, 11, dan 16

4

Mengetahui sikap sis-wa dalam bekerja sama (cooperation) untuk memecahkan perma-salahan yang ditemu-kan dalam mempelajari konsep listrik.

Sikap siswa untuk bekerja sama memecahkan per-masalahan yang ditemu-kan dalam mempelajari konsep listrik.

3, 7, dan 17 3

Mengetahui sikap sis-wa tentang tanggung jawab (responsibility) dalam melaksanakan eksperimen sesuai de-ngan langkah yang telah ditetapkan.

Sikap siswa menunjukkan tanggung jawab dalam melaksanakan eksperimen sesuai dengan langkah yang telah ditetapkan.

4, 8, dan 18 3

Mengetahui sikap sis-wa untuk berpikir bebas (indepedence in thinking) dalam diskusi menjawab permasalah-an ypermasalah-ang muncul.

Sikap siswa cara berpikir bebas dalam berdiskusi menjawab permasalahan yang muncul.

10, 12, dan 19 3

Mengetahui sikap sis-wa tentang kedisiplinan diri (self discipline) melakukan eksperimen, berdiskusi, dan mem-presentasikan hasil ker-ja kelompok.

Sikap siswa yang berhu-bungan kedisiplinan diri melakukan eksperimen, berdiskusi, dan mempre-sentasikan hasil kerja kelompok.

13, 14, dan 20 3

Angket diberikan pada siswa sebanyak 32 orang di kelas eksperimen dan 31 orang di kelas kontrol untuk melihat sikap ilmiah siswa dalam belajar IPA konsep energi listrik menggunakan model PBL. Angket ini menggunakan skala

likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan dengan

jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif diberi skor SS = 4, S = 3, TS = 2 dan


(27)

49

STS = 1 dan sebaliknya untuk pernyataan negatif beri skor SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dibuat untuk melihat kemunculan indikator PBL di kedua kelas. Agar hasil observasi datanya lebih obyektif, maka observasi dilakukan dengan cara diambil gambar (direkam) kegiatan guru mengajar oleh kamera, kemudian hasilnya dianalisis menggunakan videograph.

Hasil analisis dari lembar observasi ini akan dianalisis dan dikaitkan sampai sejauh mana hubungan keterkaitan dan pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.Adapun lembar observasi tersebut seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4 Aspek Kemunculan Indikator pada Model PBL

Sintaks PBL Indikator yang diperhatikan Ya Tidak

(1) (2) (3) (4)

1. Orintasi masalah Adanya kegiatan untuk memunculkan masalah sebagai topik pembelajaran, seperti: - Guru memunculkan wacana atau

pertanyaan sebagai permasalahan.

- Guru menjelaskan jenis dan bentuk eksperimen yang akan dilaksanakan siswa. - Guru bersama siswa merumuskan hipotesis


(28)

(1) (2) (3) (4) 2. Pengorgansasian

belajar siswa

Adanya kegiatan dalam pengelolaan kelas, seperti, seperti:

- Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa atau tim-tim studi.

- Guru bersama siswa menentukan langkah-langkah untuk melakukan percobaan.

- Guru bersama siswa mempersiapkan peralatan (logistik) yang diperlukan untuk percobaan.

- Guru memberikan LKS sebagai panduan bagi siswa melakukan percobaan.

3. Penyelidikan individual maupun kelompok.

Adanya kegiatan melaksanakan percobaan sederhana, seperti:

- Siswa mengecek kelengkapan dari alat-alat yang akan digunakan eksperimen. - Siswa melaksanakan eksperimen sesuai

dengan langkah yang telah ditetapkan dalam LKS.

- Guru membimbing siswa dalam mengumpulkan data hasil eksperimen. - Guru membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam melakukan percobaan. - Guru membantu siswa dalam

mengembangkan hipotesis percobaan. 5.Mengembangkan

dan menyajikan hasil karya.

Adanya kegiatan melaporkan hasil percobaan sederhana, seperti:

- Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan tentang keterkaitan antara hasil percobaan dengan permasalahan yang dibahas.

- Guru megecek kebenaran laporan siswa dengan peralatan percobaan yang digunakan siswa.

- Guru membantu siswa dalam menganalisa hasil percobaan.

- Guru membantu siswa dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang di-sampaikan oleh kelompok lain.


(29)

51

(1) (2) (3) (4)

5. Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Adanya kegiatan pemecahan permasalahan hasil pembelajaran berupa:

- Siswa melaporkan hasil percobaannya baik secara tertulis maupun lisan kepada guru atau kelompok lain.

- Siswa mengkritisi hasil percobaan kelompok lain.

- Siswa menghargai hasil kerja kelompok lain.

- Guru bersama siswa menyimpulkan permasalahan hasil belajar.

- Guru mendorong siswa dalam mengaplikasikan hasil belajar dengan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

6. Lembar Panduan Wawancara

Lembar panduan wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru berkenaan dengan pembelajaran energi listrik menggunakan model PBL. Data hasil wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

F. Analisis Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka dibutuhkan perangkat instrumen yang baik. Instrumen yang digunakan tersebut perlu dianalisis dahulu sebelum digunakan, terutama instrumen tes penguasaan konsep.

Sebelum dipergunakan dalam penelitian, maka sebaiknya tes tersebut

di-jugdgement terlebih dahulu oleh ahli, selanjutnya diuji coba untuk mendapatkan

gambaran tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitasnya. Setelah diujicobakan selanjutnya dianalisis tentang validitas, reliabilitas, tingkat


(30)

kesukaran, daya pembeda, dan klasifikasi soal berdasarkan subkonsep dari energi listrik.

1. Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian, diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment (Arikunto, 2005).

Untuk mengetahui tingkat validitas suatu instrumen tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel dan berpedoman pada penafsiran, jika thitung > ttabel berarti data valid, dan jika thitung < ttabel berarti data tidak valid.

Dari 55 item soal pilihan ganda yang direncanakan sebagai alat pengukuran penguasaan konsep, setelah dilakukan uji coba diperoleh hasilnya seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes No.

Soal

Koefisien

Korelasi thitung ttabel

Kesimpulan ( thitung > ttabel )

(1) (2) (3) (4) (5)

1. 0,034 0,335 2,627 Tidak Valid

2. 0,279 2,991 2,627 Valid

3. 0,433 5,271 2,627 Valid

4. 0,007 0,074 2,627 Tidak Valid

5. 0,309 3,386 2,627 Valid

6. 0,471 5,994 2,627 Valid

7. 0,412 4,911 2,627 Valid

8. 0,964 0,963 2,627 Tidak Valid

9 0,226 2,358 2,627 Tidak Valid

10. 0,326 3,607 2,627 Valid


(31)

53

(1) (2) (3) (4) (5)

12. 0,098 0,982 2,627 Tidak Valid

13. 0,190 1,955 2,627 Tidak Valid

14. 0,331 3,673 2,627 Valid

15. 0,441 4,900 2,627 Valid

16. 0,208 2,152 2,627 Tidak Valid

17. 0,147 1,484 2,627 Tidak Valid

18. 0,390 4,551 2,627 Valid

19. 0,208 2,155 2,627 Tidak Valid

20. 0,313 3,437 2,627 Valid

21. 0,417 5,004 2,627 Valid

22. 0,275 2,946 2,627 Valid

23 0,385 4,476 2,627 Valid

25. 0,313 3,431 2,627 Valid

25. 0,313 3,431 2,627 Valid

26. 0,272 2,917 2,627 Valid

27. 0,407 4,828 2,627 Valid

28. 0,342 3,841 2,627 Valid

29. 0,212 2,000 2,627 Tidak Valid

30. 0,408 4,851 2,627 Valid

31. 0,042 0,416 2,627 Tidak Valid

32. 0,452 5,626 2,627 Valid

33. 0,415 4,968 2,627 Valid

34. 0,302 3,295 2,627 Valid

35. 0,317 3,494 2,627 Valid

36. 0,195 2,003 2,627 Tidak Valid

37. 0,428 5,189 2,627 Valid

38. 0,249 2,623 2,627 Tidak Valid

39. 0,282 3,034 2,627 Valid

40. 0,261 2,781 2,627 Valid

41. 0,333 3,703 2,627 Valid

42. 0,400 4,720 2,627 Valid

43. 0,311 3,420 2,627 Valid

44. -0,012 -0,116 2,627 Tidak Valid

45. 0,378 4,368 2,627 Valid

46. 0,317 3,492 2,627 Valid

47. -0,104 -1,042 2,627 Tidak Valid

48. -0,077 -0,763 2,627 Tidak Valid

49. 0,290 3,136 2,627 Valid

50. -0,012 -0,118 2,627 Tidak Valid

51. 0,263 2,796 2,627 Valid

52. 0,230 2,398 2,627 Tidak Valid

53. 0,218 2,270 2,627 Tidak Valid

54. 0,302 3,292 2,627 Valid


(32)

Berdasarkan hasil perhitungan validitas tes penguasaan konsep yang berjumlah 55 butir soal diperoleh 36 butir soal yang valid yaitu nomor: 2, 3, 5, 6, 7, 10, 11, 14, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 49, 51, 54, dan 55. Sedangkan 19 butir soal tidak valid yaitu: 1, 4, 8, 9, 12, 13, 16, 17, 19, 29, 31, 36, 38, 44, 47, 48, 50, 52, dan 53. Selanjutnya soal yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 dari 36 butir soal, jadi ada yang tidak dipakai satu soal yaitu soal nomor 49.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan pada subyek yang sama, dan untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Pengujian reliabilitas setiap butir soal yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment Setelah didapat koefisien korelasi, selanjutnya dihitung reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearmen Brown (Akdon, 2008).

Untuk mengetahui tingkat reliabilitas (r11) suatu instrumen tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara r11 dengan rtabel dan berpedoman pada penafsiran, jika r11 > rtabel berarti data reliabel, dan jika thitung < ttabel berarti data tidak reliabel.

Dari 55 item soal pilihan ganda yang direncanakan sebagai alat pengukuran penguasaan konsep, setelah dilakukan uji coba diperoleh hasilnya seperti pada tabel di bawah ini.


(33)

55

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes

No. Koefisien

Korelasi r11 rtabel

Kesimpulan ( r11 > rtabel )

(1) (2) (3) (4) (5)

1 0,034 0,065 0,199 Tidak Reliabel

2 0,279 0,436 0,199 Reliabel

3 0,433 0,604 0,199 Reliabel

4 0,007 0,015 0,199 Tidak Reliabel

5 0,309 0,472 0,199 Reliabel

6 0,471 0,641 0,199 Reliabel

7 0,412 0,584 0,199 Reliabel

8 0,964 0,176 0,199 Tidak Reliabel

9 0,226 0,369 0,199 Reliabel

10 0,326 0,491 0,199 Reliabel

11 0,350 0,519 0,199 Reliabel

12 0,098 0,179 0,199 Tidak Reliabel

13 0,190 0,320 0,199 Reliabel

14 0,331 0,497 0,199 Reliabel

15 0,441 0,583 0,199 Reliabel

16 0,208 0,344 0,199 Reliabel

17 0,147 0,256 0,199 Reliabel

18 0,390 0,561 0,199 Reliabel

19 0,208 0,345 0,199 Reliabel

20 0,313 0,477 0,199 Reliabel

21 0,417 0,589 0,199 Reliabel

22 0,275 0,431 0,199 Reliabel

23 0,385 0,556 0,199 Reliabel

25 0,313 0,476 0,199 Reliabel

25 0,313 0,503 0,199 Reliabel

26 0,272 0,428 0,199 Reliabel

27 0,407 0,578 0,199 Reliabel

28 0,342 0,510 0,199 Reliabel

29 0,212 0,350 0,199 Reliabel

30 0,408 0,580 0,199 Reliabel

31 0,042 0,081 0,199 Tidak Reliabel

32 0,452 0,623 0,199 Reliabel

33 0,415 0,587 0,199 Reliabel

34 0,302 0,464 0,199 Reliabel

35 0,317 0,482 0,199 Reliabel

36 0,195 0,326 0,199 Reliabel

37 0,428 0,600 0,199 Reliabel

38 0,249 0,400 0,199 Reliabel

39 0,282 0,440 0,199 Reliabel

40 0,261 0,415 0,199 Reliabel

41 0,333 0,500 0,199 Reliabel

42 0,400 0,572 0,199 Reliabel


(34)

(1) (2) (3) (4) (5)

44 -0,012 -0,024 0,199 Tidak Reliabel

45 0,378 0,549 0,199 Reliabel

46 0,317 0,482 0,199 Reliabel

47 -0,104 -0,232 0,199 Tidak Reliabel

48 -0,077 -0,166 0,199 Tidak Reliabel

49 0,290 0,450 0,199 Reliabel

50 -0,012 -0,024 0,199 Tidak Reliabel

51 0,263 0,416 0,199 Reliabel

52 0,230 0,373 0,199 Reliabel

53 0,218 0,359 0,199 Reliabel

54 0,302 0,464 0,199 Reliabel

55 0,362 0,532 0,199 Reliabel

Berdasarkan hasil uji coba menggunakan bantuan program ANATES for

Window Versi 4.0 diperoleh data reliabilitas (r11) tes secara keseluruhan sebesar

0,81. Apabila diinterpretasikan reliabilitas tersebut sesuai tabel di bawah ini, maka termasuk kategori sangat tinggi..

Tabel 3.7 Kategori Reliabilitas Instrumen Tes Koefisien Kategori 0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Cukup 0,20 < ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2005)

Dari 55 butir soal yang diujikan, terdapat 46 butir soal termasuk kategori reliabel, yaitu nomor: 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 49, 51, 54, dan 55. Sedangkan yang tidak termasuk kategori reliabel sebanyak 9 butir soal, yaitu nomor: 1, 4, 8, 12, 31, 44, 47, 48, dan 50.


(35)

57

3. Tingkat Kesukaran

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran setiap butir soal (indeks kesukaran), yang akan digunakan dalam menentukan apakah butir soal itu termasuk dalam kelompok soal mudah, soal sedang, atau soal sukar. Indeks kesukaran dihitung dengan menggunakan bantuan program ANATES

for Window Versi 4.0. Selanjutnya indeks kesukaran diklasifikasikan seperti

pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.8 Kategori Indeks Kesukaraan

Batasan Kategori

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Soal mudah

(Arikunto, 2005)

Dari 55 item soal pilihan ganda yang direncanakan sebagai alat pengukuran penguasaan konsep, setelah dilakukan uji coba diperoleh tingkat kesukarannya seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.9 Hasil Uji Tingkat Kesukaraan No.

Soal

Jumlah

Jawaban Betul Kesukaran Kesimpulan

(1) (2) (3) (4)

1. 99 0,99 Sangat Mudah

2. 49 0,49 Sedang

3. 49 0,49 Sedang

4. 53 0,53 Sedang

5. 57 0,57 Sedang

6. 17 0,17 Sukar

7. 35 0,35 Sedang

8. 48 0,48 Sedang


(36)

(1) (2) (3) (4)

10. 69 0,69 Sedang

11. 56 0,56 Sedang

12. 33 0,33 Sedang

13. 36 0,36 Sedang

14. 22 0,22 Sukar

15. 22 0,22 Sukar

16. 17 0,17 Sukar

17. 27 0,27 Sukar

18. 32 0,32 Sedang

19. 28 0,28 Sukar

20. 27 0,27 Sukar

21. 26 0,26 Sukar

22. 43 0,43 Sedang

23. 41 0,41 Sedang

24. 39 0,39 Sedang

25. 42 0,42 Sedang

26. 45 0,45 Sedang

27. 29 0,29 Sukar

28. 33 0,33 Sedang

29. 63 0,63 Sedang

30. 40 0,40 Sedang

31. 61 0,61 Sedang

32. 50 0,50 Sedang

33. 53 0,53 Sedang

34. 66 0,66 Sedang

35. 16 0,16 Sukar

36. 65 0,65 Sedang

37. 48 0,48 Sedang

38. 50 0,50 Sedang

39. 69 0,69 Sedang

40. 42 0,42 Sedang

41. 36 0,36 Sedang

42. 57 0,57 Sedang

43. 32 0,32 Sedang

44. 16 0,16 Sukar

45. 36 0,36 Sedang

46. 29 0,29 Sukar

47. 23 0,23 Sukar

48. 22 0,22 Sukar

49. 32 0,32 Sedang

50. 28 0,28 Sukar

51. 40 0,40 Sedang

52. 67 0,67 Sedang

53. 32 0,32 Sedang

54. 28 0,28 Sukar


(37)

59

Berdasarkan kriteria tersebut, dari 55 buah soal tes penguasaan konsep sebanyak 1 butir soal termasuk kategori sangat mudah yaitu nomor 1. Yang termasuk kategori sedang sebanyak 37 butir soal nomor: 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 49, 51, 52, dan 53. Sedangkan yang termasuk kategori sukar sebanyak 17 butir soal yaitu nomor: 6, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 27, 35, 44, 46, 47, 48, 50, 54, dan 55.

4. Daya Pembeda

Untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, maka soal tersebut perlu dianalisis daya pembedanya. Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk dapat membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan dalam menjawab soal dengan siswa yang tidak mampu menjawab soal.

Hasil penghitungan daya pembeda diinterpretasikan seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.10 Kategori Daya Pembeda Butir Soal Koefisien Kategori 0,70 < ≤ 1,00 Baik sekali 0,40 < ≤ 0,70 Baik 0,20 < ≤ 0,40 Cukup 0,00 ≤ ≤ 0,20 Jelek

(Arikunto, 2005)

Sama halnya seperti tingkat kesukaran, daya pembeda pun dihitung dengan menggunakan bantuan program ANATES for Window Versi 4.0. dan diperoleh data seperti pada tabel di bawah ini:


(38)

Tabel 3.11 Hasil Uji Daya Pembeda No

Soal Indeks DP Keputusan

(1) (2) (3)

1. 0,00 Jelek

2. 0,34 Cukup

3. 0,48 Baik

4. 0,00 Jelek

5. 0,31 Cukup

6. 0,40 Cukup

7. 0,49 Baik

8. 0,12 Jelek

9. 0,30 Cukup

10. 0,49 Baik

11. 0,30 Cukup

12. -0,08 Jelek

13. 0,07 Jelek

14. 0,28 Cukup

15. 0,41 Baik

16. 0,15 Jelek

17. 0,18 Jelek

18. 0,36 Cukup

19. 0,19 Jelek

20. 0,26 Cukup

21. 0,45 Baik

22. 0,33 Cukup

23. 0,33 Cukup

24. 0,37 Cukup

25. 0,33 Cukup

26. 0,37 Cukup

27. 0,37 Cukup

28. 0,37 Cukup

29. 0,26 Cukup

30. 0,52 Baik

31. 0,08 Jelek

32. 0,55 Baik

33. 0,51 Baik

34. 0,52 Baik

35. 0,03 Jelek

36. 0,22 Cukup

37. 0,48 Baik

38. 0,14 Jelek

39. 0,33 Cukup

40. 0,30 Cukup

41. 0,30 Cukup

42. 0,52 Baik


(39)

61

(1) (2) (3)

44. 0,15 Jelek

45. 0,40 Cukup

46. 0,26 Cukup

47. -0,11 Jelek

48. -0,04 Jelek

49. 0,29 Cukup

50. -0,11 Jelek

51. 0,41 Baik

52. 0,26 Cukup

53. 0,15 Jelek

54. 0,34 Cukup

55. 0,33 Cukup

Berdasarkan hasil perhitungan tentang daya pembeda soal, dari 55 butir soal yang diujicobakan diperoleh 16 butir soal dengan kategori jelek yaitu nomor: 1, 4, 8, 12, 13, 16, 17, 19, 31, 36, 38, 44, 47, 48, 50, dan 53. Yang termasuk kategori cukup berjumlah 26 butir soal yaitu nomor: 2, 5, 6, 9, 11, 14, 18, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 35, 39, 40, 41, 45, 46, 49, 52, 54, dan 55. Sedangkan yang termasuk kategori baik berjumlah 13 butir soal yaitu nomor: 3, 7, 10, 15, 21, 30, 32, 33, 34, 37, 42, 43, dan 51.

Rekapitulasi hasil uji coba instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran I bagian B .

G. Analisis Data

Analisis data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan penghitungan secara statistik. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil nilai tes penguasaan konsep dan skor angket sebelum dan sesudah perlakuan. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain faktor (N-Gain) yaitu:


(40)

= −

− (Meltzer, 2002)

Keterangan:

: Hasil perhitungan N-Gain : Skor posttest (skor tes akhir)

: Skor pretest (skor tes awal) : Skor maksimal (skor ideal)

Setelah mendapat hasil perhitungan, kemudian dilihat kriterianya seperti dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.12 Kategori N-Gain Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dan diolah dengan uji statistik deskriptif Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk (Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk descriptive statistic test) pada program SPSS Versi 17. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Ho : angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal Hi : angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.


(41)

63

2. Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas yaitu menggunakan uji statistik deskriptif Leven

(Leven statistic descriptive test) pada program SPSS Versi 17. Adapun kriteria

pengujiannya adalah sebagai berikut:

Ho : angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data homogen Hi : angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak homogen

3. Uji Komparasi

Uji komparasi dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil nilai tes awal dengan nilai tes akhir penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol, skor angket sikap awal dan skor angket sikap akhir, dan N-Gain penguasaan konsep dan skor angket sikap ilmiah. Apabila data berdistribusi normal, uji komparasi menggunakan uji-t sampel berpasangan (paired sampel t-tes), sedangkan apabila datanya tidak berdistribusi normal, uji komparasi menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon (Mann-Whitney and Wilcoxon test) pada program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) V.17. Adapun kriteria uji komparasi ini menggunakan kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil tes penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran ( Sig < ttabel ).

Ha : Terdapat perbedaan hasil tes penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran ( Sig > ttabel ).

4. Analisis Penguasaan Konsep Siswa terhadap Materi Energi Listrik Kegiatan analisis ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan guru


(42)

baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Tingkat penguasaan ini dihitung kemudian dipersentasekan sesuai dengan subkonsep soal yang telah ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

=∑ × 100%

Keterangan:

: Persentase sikap terhadap setiap pernyataan.

∑ : Jumlah jawaban siswa yang benar : Skor ideal

Hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.13 Kategori Tingkat Penguasaan Konsep

Batasan Kategori

T < 60% Kurang 60% ≤ T < 70% Cukup 70% ≤ T < 80% Baik

T ≥ 80% Baik sekali

5. Analisis Angket Sikap Ilmiah

Setelah data dianalisis dengan uji normalitas, selanjutnya pengolahan angket sikap ilmiah siswa dilakukan dengan melihat skor perolehan siswa berdasarkan kelompok sikapnya yang terdiri atas: sikap rasa ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap bekerja sama, sikap tanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri. Setiap jawaban siswa terhadap pernyataan, dikelompokkan atas sikap sangat setuju (SS), setuju (S),


(43)

65

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Jawaban yang telah dikelompokkan tersebut dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut:

= ∑

∑ × 100%

Keterangan:

: Persentase sikap terhadap setiap pernyataan.

∑ : Jumlah jawaban setiap kelompok sikap

∑ : Jumlah siswa

Kemudian untuk menentukan skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan digunakan rumus sebagai berikut:

=∑ ×

Keterangan:

: Skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pernyataan : Skor setiap kelompok

: Jumlah siswa

6. Analisis Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan PBL

Untuk teknik pengolahan data observasi PBM guru menggunakan

videograph. Mula-mula video ditransfer ke bentuk digital, selanjutnya untuk

keperluan analisis video ditranskrip. Semua percakapan antara guru dengan siswa ditranskrip apa adanya tanpa diedit ataupun dipotong. Proses transkrip dan analisis dilakukan dengan menggunakan software videograph. Dengan software ini peneliti bisa menganalisis setiap adegan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil pengkodean (coding) ditransfer ke dalam SPSS Versi 17 untuk diolah secara otomatis.


(44)

Adapun yang menjadi inti dari analisis ini berupa kemunculan aspek PBL, dan hasilnya akan dipaparkan sampai sejauh mana hubungan keterkaitan dan pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(45)

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di Kelas VI SD dengan N-Gain sebesar 0,53 yang termasuk kategori sedang. Sedangkan penggunaan model non PBL dapat meningkatkan penguasaan konsep sains siswa pada materi energi listrik di Kelas VI SD dengan N-Gain sebesar 0,36 yang termasuk kategori sedang. 2. Penggunaan model PBL dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa Kelas VI SD

dengan N-Gain sebesar 0,65 yang termasuk kategori sedang. Sebaliknya penggunaan model non PBL meningkatkan sikap ilmiah siswa Kelas VI SD dengan N-Gain sebesar 0,19 yang termasuk kategori rendah.

3. Proses pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen dapat memunculkan aspek-aspek PBL karena guru yang melaksanakan proses pembelajaran di kelas tersebut telah mengikuti sintaks PBL secara berurutan, sehingga berpengaruh besar terhadap peningkatan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa SD.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dalam penggunaan model PBL untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep sains dan sikap ilmiah siswa di kelas VI SD, maka disarankan:


(46)

1. Melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan model PBL bukan merupakan hal yang mudah baik bagi guru maupun siswa. Oleh karena itu, agar pelaksanaan PBL berhasil dengan baik perlu kesabaran pada saat-saat permulaan.

2. Tersedianya masalah untuk siswa merupakan syarat awal yang harus dipenuhi dalam PBL dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Masalah yang relevan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah haruslah berupa masalah-masalah kontekstual (contextual problems).

3. Untuk dapat melaksanakan model PBL, guru harus memperhatikan: (a) sajian bahan ajar berupa masalah yang memicu terjadinya konflik kognitif di dalam diri siswa, (b) tidak perlu cepat-cepat memberi bantuan pada siswa, agar perkembangan aktual siswa maksimal, (c) intervensi yang diberikan harus minimal dan ketika benar-benar dibutuhkan siswa, dan (d) agar intervensi yang dilakukan efektif, perlu mengetahui pengetahuan siap siswa (prior

knowledge) dan mempertimbangkan berbagai alternatif solusi masalah yang

berada dalam koridor pengetahuan siswa.


(47)

119

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, P.B. (2004). “Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Biologi SMA”. Makalah pada Seminar Pembelajaran Kontekstual dalam Rangka Implementasi KBK. IKIP Singaraja.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan

Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Akinoglu, O. dan Ozkader, R.T. (2007). The Effect of Problem Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Cocept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science &

Technology Education. 3, (1), 71-81

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode Discovery dan Inquairy, Bagian I. Jakarta:

Depdikbud.

Arend, R. (2007). Learning to Teach (Seventh Edition). New York: The Mc.Graw Hill Company.

Arend, R. (1997). Classroom Instructional Management. New York: Mc.Graw Hill Company.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang

Pendidikan Dasar. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kebijakan

Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Asyik Belajar dengan PAKEM: IPA. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Dewi, S. (2008). Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Emas Publishing. Djoyonegoro,W. (1992). “Pengajaran MIPA di SD dan Menengah Menyongsong

Keperluan IPTEK di Masa Depan: Sebuah Sumber Pemikiran”. Makalah Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Bandung.


(48)

Edward, C.H. (1997). Promoting Student Inquairy. The Science Teacher Academic Research Library. Page 18. [Online] Tersedia: http://proquest.umi.com/pqdweb? Index=11&srchmode. [15 Mei 2009] Fogarty, R. (1997). Problem Based Leraning and Multiple Intelligences

Classroom. Melbourne: Hawker Brownlow Education.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Offset Holil, A. (2008). Menjadi Manusia Pembelaja (Pembelajaran Berbasis Masalah).

[Online]. Tersedia: http: //www.garduguru.com/holil?html/ [11 Nopember 2008].

Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Indrawati. (1999). Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud.

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Jatmiko, B. (2007). “Kurikulum IPA Masa Depan”. Makalah pada Seminar Kurikulum Masa Depan. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta. Joyce, B., and Weil. (1992). Models of Teaching (Fourth Edition). Allyn and

Bacon Publishing Company: Messachussetts.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: ‘hidden variable’ in Diagnostic Pretestt Scores”. American Journal of Physics. 70, (12), 1259-1267.

Muhibbinsyah. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rodakarya.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan

Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhasanah., Redjeki, S., dan Saefudin (2007). “Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sistem Respirasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA”. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2, (2), 296-310.

Nuriwati. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Prediksi Inferensi Sains dan Pemahaman pada Materi


(49)

121

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran

Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto (2008). Ensiklopedi Eksperimen Sains Listrik dan Magnet. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Ratnaningsih, N. (2003). Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa

SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis PPS UPI: Tidak

diterbitkan.

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rositawati, S., dan Muharam, A. (2008). Senang Belajar IPA untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sahara, L., Setiawan, A., dan Hamidah, I. (2008). “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor”. Jurnal Penelitian

Pendidikan IPA. 2, (2). 143-156.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santrock, J.W. (2004). Educational Psychologi, 2nd Edition. New York: Mc.Graw Hill Company.

Savery, J.R. and Duffy, T.M. (1991). “Problem Based Learning: An Instructional Model and Its Constructivist Framework”. Constructivis Learning

Environment. 3, (2). 135-148.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suartini, K. (2007). Mari Mencoba Sains Listrik, Magnet, dan Energi (Mengenal

Sains dengan Bereksperimen). Bogor: CV. Regina Publishing & Printing.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, S. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya

dalam KTSP.Semarang: Tiara Wacana.


(50)

Suparno, P. (2006). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil

Tes: Implementasi Kurikulum 2004.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sururi dan Suharto, N. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Mengelola Data

Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.

Susilawati, S. (2004). Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan dan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa SLP Negeri di Bandung. Tesis PPs UPI. Bandung: tidak

diterbitkan.

Sutrisno, L., Kresnadi, H., dan Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran

IPA SD. Jakarta: Ditjen Dikti.

Syaiful, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Syaodih. N.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tiwari, A. (2006). A Comparison of the Effect of Problem Based Learning and

Lecturing on the Development of Student’s Critical Thinking. [Online].

Tersedia: http://www.blackwell-synergy.com. [11 Nopember 2008]. Tobing, R.L. (1981). Model Mangajar IPA di Sekolah Lanjutan, Jakarta:

Depdikbud.

Torrance, E.P & Khatena, J. (1976). Creative Perception Inventory. Chicago: Stoelting Company.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Uyanto, S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu. Wahidin. (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga

Buana.

Wahyudi. (2002). Tinjauan Aspek Budaya pada Pembelajaran IPA: Pentingnya

Kurikulum IPA Berbasis Kebudayaan Lokal. [Online]. Tersedia:

http://depdiknas.go.id/jurnal/43/wahyudi.htmal [11 Nopember 2008]. Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Malang: Universitas Negeri


(51)

123

Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud. Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Yuliati, L. (2005). Pemberdayaan Alat Peraga dalam Mengimplementasikan Model Konstruktivis untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Optik pada

Siswa SMA. Bandung: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 10

November 2005.

Yusuf, S. dan Nurihsan, J. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(1)

118

1. Melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan model PBL bukan merupakan hal yang mudah baik bagi guru maupun siswa. Oleh karena itu, agar pelaksanaan PBL berhasil dengan baik perlu kesabaran pada saat-saat permulaan.

2. Tersedianya masalah untuk siswa merupakan syarat awal yang harus dipenuhi dalam PBL dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Masalah yang relevan untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah haruslah berupa masalah-masalah kontekstual (contextual problems).

3. Untuk dapat melaksanakan model PBL, guru harus memperhatikan: (a) sajian bahan ajar berupa masalah yang memicu terjadinya konflik kognitif di dalam diri siswa, (b) tidak perlu cepat-cepat memberi bantuan pada siswa, agar perkembangan aktual siswa maksimal, (c) intervensi yang diberikan harus minimal dan ketika benar-benar dibutuhkan siswa, dan (d) agar intervensi yang dilakukan efektif, perlu mengetahui pengetahuan siap siswa (prior knowledge) dan mempertimbangkan berbagai alternatif solusi masalah yang berada dalam koridor pengetahuan siswa.


(2)

119

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, P.B. (2004). “Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Biologi SMA”. Makalah pada Seminar Pembelajaran Kontekstual dalam Rangka Implementasi KBK. IKIP Singaraja.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Akinoglu, O. dan Ozkader, R.T. (2007). The Effect of Problem Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Cocept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3, (1), 71-81

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquairy, Bagian I. Jakarta: Depdikbud.

Arend, R. (2007). Learning to Teach (Seventh Edition). New York: The Mc.Graw Hill Company.

Arend, R. (1997). Classroom Instructional Management. New York: Mc.Graw Hill Company.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Naskah Akademik: Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Asyik Belajar dengan PAKEM: IPA.

Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Dewi, S. (2008). Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Emas Publishing. Djoyonegoro,W. (1992). “Pengajaran MIPA di SD dan Menengah Menyongsong

Keperluan IPTEK di Masa Depan: Sebuah Sumber Pemikiran”. Makalah Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Bandung.


(3)

120

Edward, C.H. (1997). Promoting Student Inquairy. The Science Teacher Academic Research Library. Page 18. [Online] Tersedia: http://proquest.umi.com/pqdweb? Index=11&srchmode. [15 Mei 2009] Fogarty, R. (1997). Problem Based Leraning and Multiple Intelligences

Classroom. Melbourne: Hawker Brownlow Education.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika Offset Holil, A. (2008). Menjadi Manusia Pembelaja (Pembelajaran Berbasis Masalah).

[Online]. Tersedia: http: //www.garduguru.com/holil?html/ [11 Nopember 2008].

Ibrahim, M., dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Indrawati. (1999). Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud.

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Jatmiko, B. (2007). “Kurikulum IPA Masa Depan”. Makalah pada Seminar

Kurikulum Masa Depan. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Jakarta. Joyce, B., and Weil. (1992). Models of Teaching (Fourth Edition). Allyn and

Bacon Publishing Company: Messachussetts.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: ‘hidden variable’ in Diagnostic Pretestt Scores”. American Journal of Physics. 70, (12), 1259-1267.

Muhibbinsyah. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rodakarya.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhasanah., Redjeki, S., dan Saefudin (2007). “Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sistem Respirasi untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA”. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2, (2), 296-310.

Nuriwati. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Prediksi Inferensi Sains dan Pemahaman pada Materi Kelarutan. Tesis PPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto (2008). Ensiklopedi Eksperimen Sains Listrik dan Magnet. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama.

Ratnaningsih, N. (2003). Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rositawati, S., dan Muharam, A. (2008). Senang Belajar IPA untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sahara, L., Setiawan, A., dan Hamidah, I. (2008). “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor”. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 2, (2). 143-156.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santrock, J.W. (2004). Educational Psychologi, 2nd Edition. New York: Mc.Graw Hill Company.

Savery, J.R. and Duffy, T.M. (1991). “Problem Based Learning: An Instructional Model and Its Constructivist Framework”. Constructivis Learning Environment. 3, (2). 135-148.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suartini, K. (2007). Mari Mencoba Sains Listrik, Magnet, dan Energi (Mengenal Sains dengan Bereksperimen). Bogor: CV. Regina Publishing & Printing. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sulistyorini, S. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP.Semarang: Tiara Wacana.


(5)

122

Suparno, P. (2006). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surapranata, S. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes: Implementasi Kurikulum 2004.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sururi dan Suharto, N. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Mengelola Data Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.

Susilawati, S. (2004). Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajukan dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLP Negeri di Bandung. Tesis PPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Sutrisno, L., Kresnadi, H., dan Kartono. (2007). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Ditjen Dikti.

Syaiful, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Syaodih. N.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tiwari, A. (2006). A Comparison of the Effect of Problem Based Learning and Lecturing on the Development of Student’s Critical Thinking. [Online]. Tersedia: http://www.blackwell-synergy.com. [11 Nopember 2008]. Tobing, R.L. (1981). Model Mangajar IPA di Sekolah Lanjutan, Jakarta:

Depdikbud.

Torrance, E.P & Khatena, J. (1976). Creative Perception Inventory. Chicago: Stoelting Company.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.

Uyanto, S. (2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Graha Ilmu. Wahidin. (2006). Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga

Buana.

Wahyudi. (2002). Tinjauan Aspek Budaya pada Pembelajaran IPA: Pentingnya Kurikulum IPA Berbasis Kebudayaan Lokal. [Online]. Tersedia: http://depdiknas.go.id/jurnal/43/wahyudi.htmal [11 Nopember 2008]. Wartono. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Malang: Universitas Negeri


(6)

Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud. Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Yuliati, L. (2005). Pemberdayaan Alat Peraga dalam Mengimplementasikan Model Konstruktivis untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Optik pada Siswa SMA. Bandung: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA 10 November 2005.

Yusuf, S. dan Nurihsan, J. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.