IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA DAN MENGEMBANGKAN NILAI KARAKTER SISWA SMP

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP FISIKA DAN MENGEMBANGKAN NILAI

KARAKTER SISWA SMP

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Fisika

oleh

Siti Masuti Suryanah 4201411027

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v untuk dirinya sendiri (Q.S Al- Ankabut: 6)

Sesungguhnya hati merupakan ladang, maka tanamilah dia dengan perkataan yang baik, sebab bila tidak tumbuh semuanya, maka niscaya akan tumbuh sebagian (Al Haditz)

Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan dan kekecewaan; tetapi kalau kita sabar, kita akan segera melihat bentuk aslinya (Joseph Addison)

PERSEMBAHAN:

Karya ini saya persembahkan untuk :

 Kedua orang tuaku: Ibu Suaeni dan Bapak Rachmat

 Kakak – kakakku: Khotimah, Abdurrahman Soleh, Wahyu Rokhimah Wati, Ahmad Tosim, Abdul Wahid Hasyim, Khaeriyah Hartati, Tuti Kurniasih

 Sahabat – sahabat seperjuanganku Tika, Uliya, Eni, Nia, Ranny, Nurul, Muyas, Putri, Cuci, Catur

 Teman – teman Pendidikan Fisika Angkatan 2011

 Teman – teman PPL SMP Negeri 25 Semarang

 Teman – teman KKN “CERIA” desa Karangmanggis

 Semua pihak yang sudah membantu terselesaikannya skripsi ini


(6)

vi

senantiasa tercurah sehingga tersusunlah skripsi berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika

dan Mengembangkan Nilai Karakter Siswa”. Penyusunan skripsi ini ditujukan

sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Budi Astuti, M.Sc., Dosen wali yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Sarwi, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Siti Khanafiyah, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

vii memberikan izin penelitian.

9. Widayanti, S.Pd., Guru IPA SMP Negeri 25 Semarang yang membimbing dan memberikan arahan selama penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan doa dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada saran dan kritik yang diberikan kepada penulis untuk menyempurnakan skrisi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca yang budiman.

Semarang, Agustus 2015


(8)

viii

Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika dan Mengembangkan Nilai Karakter Siswa SMP. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwi, M.Si., pembimbing II: Dra. Siti Khanafiyah, M.Si.

Kata Kunci : Inkuiri Terbimbing, Penguasaan Konsep, Getaran dan Gelombang, Nilai Karakter.

Banyak siswa yang belum mencapai KKM pada mata pelajaran IPA karena belum menguasai konsep Fisika. Selain itu, nilai karakter siswa juga kurang berkembang. Tujuan penelitian ini adalah menentukan peningkatan penguasaan konsep dan mendeskripsikan pengembangan nilai karakter siswa SMP setelah dilakukan implementasi model pembelajaran Inkuri terbimbing. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan penyelidikan kemudian peserta didik merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan penjelasan dari masalah yang diberikan. Dalam hal ini guru berperan membimbing siswa pada saat melakuan penyelidikan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 25 Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan menganggap semua kelas adalah homogen dan kelas yang menjadi sampel penelitian penelitian adalah kelas VIII F. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi dan angket. Analisis data penguasaan konsep dilakukan dengan perhitungan ketuntasan belajar klasikal, uji gain dan uji hipotesis sedangkan analisis data nilai karakter dilakukan dengan uji gain. Hasil analisis data penguasaan konsep diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal dengan kriteria tinggi, uji gain dengan kriteria sedang dan uji hipotesis menunjukan bahwa hasil tes penguasaan konsep sudah mencapai KKM. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep Fisika. Hasil analisis data nilai karakter dengan menggunakan uji gain menunjukan kriteria sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat mengembangkan nilai karakter siswa.


(9)

ix

Junior High School Students. Final Project, Physics Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Semarang. First advisor: Prof. Dr. Sarwi, M.Si., second advisor: Dra. Siti Khanafiyah, M.Si.

Keyword : Guided Inquiry, Mastery of Concept, Vibration and Waves, Character Value.

The problem why students do not pass the minimum score in Sciences Lesson because they have not mastered the concept of Physics. In addition, the

students’ character values are less developed. The purpose of this study is to determine the concept mastery improvement and describe the development of character values of Junior High School Students after being given an implementation of the guided inquiry learning model. The guided inquiry learning model is a learning model which involves teacher and students. The teacher provides the inquiry framework, later the students design the inquiry procedure and do investigation so that there will be an explanation of the problems given as

the output. In this case the teacher’s role is that guiding the students to do the

investigation. The population of this study is the second semester of the eighth grade students of State Junior High School 25 Semarang in the academic year 2014/2015. Sampling was done by using simple random sampling to consider all classes and classes that are homogeneous sample research study is class VIII F. The data collecting technique was collected using test, observation and questionnaire. The concept mastery analysis was done by calculating the mastery of the classical learning, gain test and hypothesis test, while the analysis of the character values were carried out using gain test. The result of the concept mastery analysis shows that the students obtained the high criteria on the completeness of the classical learning, gain test with the medium range while the hypothesis test shows that the test result of the concept mastery has achieved the minimum passing score. Thus, it can be concluded that the implementation of the guided inquiry learning model can improve the physics concept mastery. The character values analysis using gain test is in the medium criteria. Thus, it can be concluded that the impolementation of the guided inquiry learning model can develop students character values.


(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Penegasan Istilah... 5

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 9

2.2 Penguasaan Konsep Fisika... 12


(11)

xi

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.3 Desain Penelitian ... 30

3.4 Prosedur Penelitian ... 30

3.4.1 Persiapan Penelitian ... 30

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 31

3.4.3 Evaluasi ... 31

3.5 Teknik Pengumpulan Data... 31

3.5.1 Teknik Tes ... 31

3.5.2 Teknik Observasi ... 32

3.5.3 Teknik Angket ... 32

3.6 Teknik Analisis Uji Coba Instrumen ... 33

3.6.1 Validitas ... 33

3.6.1.1 Validitas Konstruk dan Isi ... 33

3.6.1.2 Validitas Butir Soal ... 34

3.6.1.3 Validitas Observasi dan Angket ... 35

3.6.2 Reliabilitas ... 35

3.6.2.1 Reliabiltas Tes... 36

3.6.2.2 Reliabilitas Observasi dan Angket ... 36

3.6.3 Taraf Kesukaran ... 37

3.6.4 Daya Pembeda ... 38


(12)

xii

3.7.1.3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal ... 41

3.7.1.4 Uji Hipotesis Penguasaan Konsep Fisika ... 42

3.7.1.5 Uji Peningkatan Rata – rata Penguasaan Konsep Fisika ... 42

3.7.2 Analisis Pengembangan Nilai Karakter Siswa ... 43

3.7.2.1 Persentase Nilai Karakter Siswa ... 43

3.7.2.2 Uji Pengembangan Rata – rata Nilai Karakter Siswa ... 44

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Deskripsi Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 45

4.2 Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika ... 47

4.3 Pengembangan Nilai Karakter ... 48

4.4 Keterbatasan Penelitian... 51

BAB 5 PENUTUP ... 52

5.1 Simpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(13)

xiii

Gelombang ... 58 Lampiran 2 Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 59 Lampiran 3 Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran

dan Gelombang ... 67 Lampiran 4 Analisis Butir Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran

dan Gelombang ... 68 Lampiran 5 Perhitungan Validitas Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep

Getaran dan Gelombang ... 70 Lampiran 6 Rekap Validitas Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep Getaran

dan Gelombang ... 71 Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep

Getaran dan Gelombang ... 72 Lampiran 8 Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Tes Uji Coba Penguasaan

Konsep Getaran dan Gelombang ... 73 Lampiran 9 Rekap Taraf Kesukaran Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep

Getaran dan Gelombang ... 74 Lampiran 10 Perhitungan Daya Pembeda Soal Tes Uji Coba Penguasaan

Konsep Getaran dan Gelombang ... 75 Lampiran 11 Rekap Daya Pembeda Soal Tes Uji Coba Penguasaan Konsep

Getaran dan Gelombang ... 76 Lampiran 12 Kisi – kisi Angket Uji Coba Nilai Karakter Siswa ... 77


(14)

xiv

Lampiran 16 Perhitungan Validitas Angket Uji Coba Nilai Karakter Siswa ... 85

Lampiran 17 Rekap Validitas Angket Uji Coba Nilai Karakter Siswa ... 87

Lampiran 18 Perhitungan Reliabilitas Angket Uji Coba Nilai Karakter Siswa .... 88

Lampiran 19 Silabus ... 90

Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 92

Lampiran 21 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 98

Lampiran 22 Lembar Kegiatan Siswa 1 ... 103

Lampiran 23 Lembar Kegiatan Siswa 2 ... 109

Lampiran 24 Kisi – kisi Soal Pretes – Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 112

Lampiran 25 Soal Pretes – Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang 113 Lampiran 26 Kunci Jawaban Pretes – Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 118

Lampiran 27 Kisi – kisi Lembar Observasi Nilai Karakter Siswa ... 119

Lampiran 28 Rubrik Observasi Nilai Karakter Siswa ... 120

Lampiran 29 Lembar Penilaian Observasi Nilai Karakter Siswa ... 123

Lampiran 30 Kisi – kisi Angket Awal – Akhir Nilai Karakter Siswa ... 124

Lampiran 31 Angket Awal – Akhir Nilai Karakter Siswa ... 125


(15)

xv

Gelombang ... 131

Lampiran 36 Analisis Hasil Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 132

Lampiran 37 Uji Normalitas Pretes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 133

Lampiran 38 Uji Normalitas Postes Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 134

Lampiran 39 Uji Ketuntasan Klasikal Peguasaan Konsep Fisika ... 135

Lampiran 40 Uji Peningkatan Rata –rata Penguasaan Konsep Fisika ... 137

Lampiran 41 Aalisis Butir Item Observasi Nilai Karakter Siswa ... 139

Lampiran 42 Perhitungan Validitas Observasi Nilai Karakter Siswa ... 140

Lampiran 43 Rekap Validitas Observasi Nilai Karakter Siswa ... 142

Lampiran 44 Perhitungan Reliabilitas Observasi Nilai Karakter Siswa ... 143

Lampiran 45 Hasil Observasi Nilai Karakter Rasa Ingin Tahu ... 144

Lampiran 46 Hasil Observasi Nilai Karakter Disiplin ... 145

Lampiran 47 Hasil Observasi Nilai Karakter Tanggung Jawab ... 146

Lampiran 48 Rekap Hasil Observasi Nilai Karakter Siswa ... 147

Lampiran 49 Hasil Angket Awal Nilai Karakter Siswa ... 148


(16)

xvi

Lampiran 54 Uji Pengembangan Rata – rata Karakter Tanggung Jawab ... 155

Lampiran 55 Uji Pengembangan Rata – rata Nilai Karakter Siswa ... 157

Lampiran 56 Dokumentasi Penelitian ... 159

Lampiran 57 Surat Keterangan Keputusan Dosen ... 160

Lampiran 58 Surat Izin Penelitian ... 161

Lampiran 59 Surat Keterangan Penelitian ... 162


(17)

xvii

Gambar 2.2 Gelombang Transversal pada Tali ... 22 Gambar 2.3 Gelombang Longitudinal pada Slinky ... 24 Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test and Post-test Design ... 30


(18)

xviii

Tabel 3.1 Klasifikasi Indeks Kesulitan Soal ... 38

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 39

Tabel 3.3 Penggolongan Rentang Ketuntasan Belajar ... 41

Tabel 3.4 Kategori Faktor Gain ... 43

Tabel 4.1 Nilai Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang ... 47


(19)

1

1.1.

Latar Belakang

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang zat dan energi. Fisika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari IPA sehingga mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA pada umumunya. Menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 1) IPA terdiri atas tiga unsur yaitu sikap, proses dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. IPA sebagai sikap, berupa rasa ingin tahu akan lingkungan, kepercayaan, nilai dan opini sehingga akan memunculkan suatu permasalahan. IPA sebagai proses, membantu siswa untuk memperoleh keterampilan tentang bagaimana cara kerja ilmuan dalam melakukan percobaan. IPA sebagai hasil, berupa hasil dari proses yang telah dilakukan meliputi fakta, prinsip teori dan lainnya. Jadi sikap, proses dan hasil merupakan unsur yang saling terkait dalam proses pembelajaran IPA.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 25 Semarang tahun ajaran 2014 -2015 beliau menyatakan bahwa banyak siswa yang masih kesulitan dalam menguasai konsep Fisika. Sekitar 60 % dari jumlah siswa kelas 8 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Guru lebih banyak memberikan materi Fisika melalui metode ceramah meskipun mestinya bisa diperjelas dengan adanya suatu percobaan. Kondisi tersebut


(20)

mengakibatkan siswa kurang menguasai konsep yang ada karena siswa hanya mendengar saja dan tidak membuktikan secara langsung.

Permasalahan lain yang timbul pada siswa SMP N 25 Semarang adalah nilai karakter yang kurang berkembang. Siswa tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, hal ini terlihat pada saat guru memberikan suatu permasalahan siswa tidak berusaha untuk mencari tahu jawaban dari permasaalahan tersebut, keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari juga masih kurang. Selain itu, kedisiplinan siswa juga kurang, hal ini terlihat dari siswa kurang tertib pada saat melakukan diskusi kelompok dan tidak mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Tanggung jawab siswa juga masih rendah, hal ini terlihat dari kondisi siswa yang ramai pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung dan tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.

Menurut Banchi & Bell, sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61) Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah kemudian peserta didik merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan penjelasan dari masalah yang diberikan. Dalam hal ini guru berperan membimbing siswa pada saat melakuan penyelidikan. Pada mata pelajaran Fisika, penyelidikan suatu masalah dapat dilakukan melalui suatu percobaan. Menurut Suparno (2013: 13) dengan melakukan percobaan, siswa akan belajar berfikir rasional, kritis dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid.

Suchman mengungkapkan bahwa dalam proses Inkuiri Terbimbing siswa diajarkan prosedur pemecahan masalah secara ilmiah atau disebut metode ilmiah


(21)

(Wena, 2009: 76). Langkah – langkah metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan (Yulianti & Wiyanto, 2009: 4). Dengan adanya metode ilmiah siswa diajari berfikir rasional, berfikir dengan data dan bukti, serta analisis berdasarkan kaidah-kaidah tertentu sehingga mereka akan menggunakan penalaran ketika mengambil suatu keputusan (Suparno, 2013: 10). Langkah – langkah metode ilmiah yang dilakukan oleh siswa diharapkan akan memunculkan karakter rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab siswa.

Guru harus menggunakan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Model pembelajaran yang akan digunakan diharapkan mampu meningkatkan penguasaan konsep Fisika dan mengembangkan nilai karakter siswa terutama rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab. Hasil penelitian Suparno pada tahun 2005 tentang gagasan, sikap dan praktek guru IPA dan Matematika yayasan Santa Ursula terhadap pendidikan nilai menemukan bahwa siswa mampu menanamkan nilai kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab lewat percobaan IPA dengan cara tidak memanipulasi data, mengerjakan PR tepat waktu dan menyelesaikan tugas dengan tanggung jawab. Oleh karena itu, proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan melalui percobaan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti bermaksud untuk membuat


(22)

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

FISIKA DAN MENGEMBANGKAN NILAI KARAKTER SISWA SMP”.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

1) Apakah implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep Fisika siswa SMP?

2) Apakah implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat mengembangan nilai karakter siswa SMP?

1.3.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Menentukan peningkatan pengusaan konsep Fisika siswa SMP setelah dilakukan implementasi model pembelajaran Inkuri terbimbing

2) Mendeskripsikan pengembangan nilai karakter siswa SMP setelah dilakukan implementasi model pembelajaran inkuri terbimbing

1.4.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi Peneliti

Implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat menambah pengetahuan peneliti sebagai bekal untuk menjadi seorang guru Fisika.


(23)

2) Bagi Guru

Implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat dijadikan sebagai referensi dalam menerapkan sistem pembelajaran di kelas.

3) Bagi Sekolah

Implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat dijadikan referensi sekolah dalam usaha perbaikan pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat meningkat.

1.5.

Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Inkuiri Terbimbing

Menurut Banchi & Bell, sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61). Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah kemudian siswa merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan penjelasan dari masalah yang diberikan. Guru tidak melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan siswa, tetapi berperan membimbing siswa pada saat melakuan penyelidikan.

2) Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) meningkatkan adalah menaikan; mempertinggi. Penguasaan adalah pemahaman. Konsep adalah ide. Fisika adalah


(24)

bagian dari ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari tentang zat dan energi. Penguasaan Konsep Fisika adalah kemampuan siswa dalam memahami makna dan ide – ide pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu tentang alam dan sekitarnya.

Maksud dari meningkatkan penguasaan konsep Fisika dalam penelitian ini adalah mempertinggi kemampuan siswa dalam memahami makna dan ide – ide pembelajaran Fisika terutama aspek kogintif pada materi getaran dan gelombang. Penguasaan konsep dikatakan meningkat apabila hasil uji gain meningkat secara signifikan.

3) Mengembangkan Nilai Karakter

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) mengembangkan adalah menjadikan besar; menjadikan maju. Nilai adalah sifat – sifat (hal –hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Karakter adalah akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan orang lain . Nilai karakter siswa merupakan macam

– macam akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik serta membedakan siswa yang satu dengan siswa yang lain.

Maksud dari mengembangkan nilai karakter pada penelitian ini adalah memperbesar sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik pada setiap siswa. Dalam penelitian ini nilai karakter yang dikaji adalah rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab siswa. Nilai karakter siswa dikatakan mengalami pengembangan apabila hasil uji gain meningkat secara signifikan.


(25)

1.6.

Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu : 1) Bagian Awal

Bagian ini terdiri dari halaman judul, lembar pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan persembahan, kata pegantar, lembar abstrak, lembar abstract, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu : a. Bab 1 Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

b. Bab 2 Tinjauan Pustaka

Berisi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, penguasaan konsep Fisika, nilai karakter, tinjauan materi, kerangka berpikir dan hipotesis.

c. Bab 3 Metode Penelitian

Berisi lokasi dan subjek penelitian, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis uji coba instrumen, dan teknik analisis data.

d. Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Berisi deskripsi implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, peningkatan penguasaan konsep Fisika, pengembangan nilai karakter, keterbatasan penelitian.


(26)

e. Bab 5 Penutup

Berisi simpulan dan saran. 3) Bagian Akhir


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan Pembelajaran adalah perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Model Pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan dikelas sehingga siswa belajar dan mampu menangkap materi pelajaran.

Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu “to inquire” yang artinya

bertanya atau menyelidiki. Menurut Sa’ud ( 200λμ 16λ ) Inkuiri merupakan proses

pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Wenning (2010: 12) menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis Inkuiri berdasarkan pengalaman dan tingkat kontrolnya, yaitu Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry), Inkuiri Terbatas (Bounded Inquiry) dan Inkuiri Bebas (Free Inquiry).

Inkuiri Terbimbing merupakan salah satu jenis Inkuiri. Menurut Banchi & Bell, sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61) Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah kemudian peserta didik merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan sehingga akan dihasilkan penjelasan


(28)

dari masalah yang diberikan. Inkuiri Terbimbing merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah sehingga ditemukan penjelasan dari apa yang diselidiki. Guru tidak melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan siswa tetapi berperan mengarahkan peserta yang memerlukan bimbingan.

Dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing guru menyediakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai pedoman siswa dalam melakukan penyelidikan. Penggunaan LKS membantu siswa dalam melakukan penyeldikan karena langkah

– langkah penyelidikan tersusun dengan rapi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmawati (2014) menunjukan bahwa pengembangan LKS menggunakan model Inkuiri Terbimbing sangat membantu dalam peningkatan penguasaan konsep. Oleh karena itu penggunaan LKS dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing sangat diperlukan agar siswa menguasai konsep yang dipelajari.

Menurut Wilson & Murdoch sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 60) karakteristik umum pembelajaran berbasis inkuiri adalah (1) berpusat pada peserta didik; (2) melibatkan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan; (3) berbasis konseptual; (4) pengalaman langsung.

Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan begitu pula model pembelajaran Inkuiri. Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 16) adalah (1) hasil belajar tahan lama diingat; (2) memperkaya pengalaman siswa; (3) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; (4) siswa terhindar dari verbalisme; (5) mengembangkan sikap suka bereksplorasi tentang sains.


(29)

Kekurangan model pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing adalah (1) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; (2) tidak semua materi dapat dieksperimenkan; (3) setiap eksperimen tak membuahkan hasil yang diharapkan.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No Tahap

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik 1. Identifikasi

dan penetapan ruang lingkup masalah

Mengajukan masalah untuk dipecahkan atau pertanyaan untuk diselidiki

Mendefinisikan sifat dan parameter masalah

2. Merencanakan dan

memprediksi hasil

Mendorong peserta didik untuk merancang prosedur atau sarana untuk memecahkan masalah atau jawaban pertanyaan yang diajukan

Mendorong peserta didik untuk memilih dengan tepat alat dan bahan yang diperlukan

Brainstorm (curah pendapat) tentang alternatif prosedur dan solusi pemecahan masalah

Memilih atau merancang strategi pemecahan masalah

Memilih ala dan bahan yang dibutuhkan dengan tepat

3. Penyelidikan untuk

pengumpulan data

Membimbing peserta didik dalam melakukan investigasi dan mendorong tanggung jawab individu para anggota kelompok

Mengarahkan peserta didik memanfaatkan sumber daya informasi lainnya untuk pemecahan masalah

Mengimplementasi

rencana untuk

memecahkan masalah

Menggunakan

keterampilan proses

sains untuk

mengumpulkan dan menganalisis informasi

Melakukan observasi, mengumpulkan data, berkomunikasi dan bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya

4. Interpretasi data dan menggembang kan

Membimbing peserta didik mengorganisasi data

Membimbing peserta

didik untuk

Membuat catatan pengamatan

Mengolah data yang terkumpul dalam bentuk


(30)

No Tahap Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik kesimpulan mengkomunikasikan

temuan dan penjelasannya

grafik dan tabel

Membuat pola – pola dan hubungan dalam data

Menarik kesimpulan dan merumuskan penjelasan

Mengkomunikasikan hasil penyelidikan 5. Melakukan

refleksi

Mendorong peserta didik untuk berfikir atau melakukan refleksi pada pengetahuan yang baru mereka temukan

Melakukan evaluasi terhadap proses inkuiri yang telah dilakukan

Mengajukan pertanyaan baru berdasarkan data yang terkumpul

(Kemendikbud, 2014: 71)

2.2.

Penguasaan Konsep Fisika

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Konsep adalah rancangan, ide. Fisika merupakan ilmu tentang zat dan energi. Jadi penguasaan konsep Fisika adalah kemampuan siswa dalam memahami makna dan ide – ide pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu tentang alam dan sekitarnya.

Tujuan proses pembelajaran yang ideal adalah konsep yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Menurut Nasution (2009: 38) faktor

– faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh diantaranya (1) bakat untuk mempelajari sesuatu; (2) mutu pengajaran; (3) kesanggupan untuk mamahami pengajaran; (4) ketekunan; (5) waktu yang tersedia untuk belajar.


(31)

Dalam penelitian ini penguasaan konsep Fisika yang dimaksud berkaitan dengan aspek kognitif pada materi getaran dan gelombang. Menurut Bloom, sebagai mana yang dikutip oleh Arikunto (2009: 117) ranah kognitif terdiri atas (1) mengungkap/meningat kembali (recall) yaitu siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta – fakta yang sederhana; (2) pemahaman (comprehension), yaitu siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta – fakta atau konsep; (3) penerapan atau aplikasi (aplication), yaitu siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar; (4) analisis (analysis), yaitu siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep – konsep dasar; (5) sintesis (syntesis), yaitu siswa diminta untuk melakukan generalisasi; (6) evaluasi (evaluation), yaitu siswa diminta untuk menilai suatu kasus yang diajukan penyusun soal.

2.3.

Nilai Karater

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) nilai adalah sifat – sifat (hal –hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Karakter merupakan Akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nilai karakter merupakan macam – macam akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik serta membedakan seseorang dengan yang lain. Nilai karakter siswa merupakan macam

– macam akhlak atau budi pekerti yang penting dan baik serta membedakan siswa satu dengan siswa yang lain.


(32)

Dalam dunia pendidikan keberadaan pendidikan karakter sangatlah penting. Menurut Pusat Kurikulum (2010: 4) pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai – nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, masyarakat dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Oleh karena itu pendidikan karakter sangat penting untuk pembentukan karakter yang baik dari siswa.

Fungsi pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2010: 5) diantaranya: 1) Pembentukan dan pengembangan potensi; pendidikan karakter berfungsi

membentuk dan mengembangkan potensi manusia agar berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.

2) Perbaikan dan penguatan; pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia yang bersifat negatif dan memperkuat peran manusia untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.

3) Penyaring; pendidikan karakater berfungsi memilah nilai – nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai – nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

Prinsip Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa menurut Pusat Kurikulum (2010: 11) :

1) Berkelanjutan; proses pengembangan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa merupakan proses yang panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.


(33)

2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah; proses pengembangan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui semua mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan; materi nilai budaya dan karakter bangsa tidak dijadikan pokok bahasan, tetapi materi pelajaran yang ada digunakan untuk mengembangkan nilai – nilai budaya dan karakter bangsa. 4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan;

proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh siswa bukan guru dalam suasana yang menyenangkan.

Tabel 2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

No Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan perarturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh – sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik – baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu yang menhasilkan cara atau hasil baru berdasarkan sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas – tugas.


(34)

No Nilai Deskripsi

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

10 Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12 Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/ komunikasi

Tindakan yang menunjukan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta damai Sikap, perkataan, tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 17 Peduli

lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam dan sekitarnya dan mengembangkan upaya – upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

18 Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan yang Maha Esa.


(35)

Dalam penelitian ini karakter yang akan dikembangkan adalah rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab.

2.3.1 Rasa Ingin Tahu

Menurut Pusat Kurikulum (2010: 9) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Pengembangan nilai karakter rasa ingin tahu sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Menurut Azzet (2014: 92) lembaga pendidikan sebagai tempat mempelajari ilmu pengetahuan akan mengalami kegagalan besar apabila tidak berhasil membangun karakter rasa ingin tahu pada diri anak didiknya. Oleh karena itu guru perlu mengadakan pembelajaran yang memunculkan rasa ingin tahu dari siswa.

Munculnya rasa ingin tahu disebabkan karena adanya motivasi. Menurut Hamalik (2009: 158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbunya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi mempunyai dua komponen yaitu komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan pada diri seseorang, keadaan merasa tidak puas dan ketegangan psikologis. Komponen luar adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen dalam adalah kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak di capai.

Indikator siswa yang menunjukan karakter rasa ingin tahu untuk siswa kelas 7 – 9 menurut Daryanto & Darmiatun (2013: 153) di antaranya (1) bertanya


(36)

kepada guru dan teman tentang materi pelajaran; (2) bertanya kepada sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi; (3) bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau televisi. Peneliti menyimpulkan Indikator rasa ingin tahu siswa di antaranya: (1) keinginan yang kuat untuk menguasai materi; (2) keberanian siswa untuk bertanya; (3) mencari solusi dari masalah yang diberikan guru.

2.3.2 Disiplin

Menurut Pusat Kurikulum (2010: 9) disiplin adalah sebuah tindakan yang menunjukan kepatuhan seseorang pada perarturan tertentu. Dalam lembaga pendidikan, guru harus menumbuhkan rasa aman kepada diri siswa agar mereka memiliki karakter disiplin. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Semiawan (2009: 93) bahwa disiplin terjadi bila pengaruh diberikan oleh seseorang yang memberikan rasa aman dan tumbuh dari pribadi yang berwibawa serta orang yang dicintai bukan dari orang yang ditakuti dan berkuasa.

Indikator siswa yang menujukan karakter disiplin untuk siswa kelas 7 – 9 menurut Daryanto & Darmiatun (2013 : 152) diantaranya (1) tertib dalam berbahasa lisan dan tulis; (2) menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam sebuah diskusi kelas; (3) tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis.

2.3.3 Tanggung Jawab

Menurut Pusat Kurikulum (2010: 9) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku sesorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarkat, lingkungan (alam, sosial dan


(37)

budaya), negara dan tuhan yang maha esa. Tanggung jawab adalah suatu sikap seseorang dalam melakukan apa yang sudah menjadi tugas dan kewajibannya. Menurut Suparno et al. (2006: 82) tolok ukur tanggung jawab seseorang terhadap tugas adalah menjalankan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan dilaksanakan dengan baik. Jadi tanggung jawab yang diberikan kepada siswa adalah mengerjakan tugas yang diberikan guru dan manjalankan apa yang menjadi kewajiban selama berada di sekolah.

Menurut Samani & Hariyanto (2012: 51) indikator siswa yang memiliki karakter tanggung jawab diantaranya (1) melakukan tugas sepenuh hati; (2) bekerja dengan etos kerja yang tinggi; (3) berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the best).

2.4.

Tinjauan Materi

2.4.1. Getaran

Gambar 2.1 Getaran pada ayunan sederhana

Gambar 2.1 menunjukan bandul yang ditarik ke A dan dilepaskan, bandul akan berayun seperti pada gambar . Bandul akan berayun melewati lintasan A – B

– C – B – A. Dalam hal ini, bandul dikatakan bergetar. Bandul akan terus berayun melewati lintasan yang sama. Jika bandul berada di posisi A, bandul akan


(38)

bergerak ke menuju B, dilanjutkan ke titik C. Ketika di titik B dan dilanjutkan ke titik A, begitu seterusnya. Semakin lama, simpangan AB atau BC akan semakin kecil sehingga akhirnya berhenti. Dari kegiatan tersebut, getaran dapat didefinisikan sebagai gerak bolak-balik di sekitar titik kesetimbangan. Dalam hal ini, titik kesetimbangannya adalah B. Titik kesetimbangan adalah titik di mana benda tidak mengalami gaya luar atau dalam keadaan diam. Lintasan A – B – C – B – A adalah lintasan yang ditempuh oleh satu getaran. Jika menetapkan titik B sebagai titik awal lintasan, maka B – C – B – A – B disebut satu getaran.

Simpangan adalah jarak yang ditempuh benda bergetar dan diukur dari titik kesetimbangan. Kedudukan benda setiap saat berubah-ubah. Dengan demikian simpangannya pun berubah pula. Pada saat benda berada di titik A atau C, simpangannya merupakan simpangan maksimum, sedangkan pada saat bandul berada di titik kesetimbangan yaitu titik B, simpangannya minimum yaitu sama dengan nol. Amplitudo didefinisikan sebagai simpangan getaran paling besar. Pada kegiatan ini amplitudo getaran yaitu sudut yang mengapit BA atau BC.

Berdasarkan gambar yang terlihat pada Gambar 2.1. satu getaran adalah gerak bandul dari titik A, ke titik B, ke titik C, ke titik B, dan kembali ke titik A. Apabila kita melepaskan bandul di titik A, kamu mengukur waktu membuat satu getaran yaitu dari A – B – C – B – A adalah 2 detik. Waktu ini dapat dikatakan waktu yang dibutuhkan oleh bandul untuk membuat satu getaran atau disebut periode.

Periode getaran dilambangkan dengan T. Untuk mengukur periode getaran digunakan persamaan sebagai berikut :


(39)

(2.1)

Keterangan :

T = periode getaran (sekon)

t = waktu yang diperlukan (sekon)

n = jumlah getaran

Jika periode sebuah getaran 5 detik, berarti untuk membuat satu getaran diperlukan waktu 5 detik. Jika dalam satu detik terjadi lima getaran berarti periodenya yaitu 1/5 detik Artinya dalam 1/5 detik detik terjadi satu getaran. Dengan kata lain, dalam satu detik terjadi lima getaran. Jumlah getaran setiap satu detik disebut sebagai frekuensi. Frekuensi getaran dilambangkan dengan f, dirumuskan:

(2.2)

Keterangan :

f = frekuensi getaran (Hertz) n = jumlah getaran

t = waktu (sekon)

Satuan frekuensi dinyatakan dalam hertz (Hz). Satu Hz = 1 getaran/ sekon. Berikut ini adalah konversi satuan Hertz.

1 KHz = 103 Hz

1 MHz = 103 KHz = 106 Hz 1 GHz = 106 KHz = 109 Hz


(40)

2.4.2. Gelombang

Gelombang adalah gejala rambatan dari suatu getaran. Gelombang akan terus teradi apabila sumber getaran bergetar terus – menerus. Dalam perambatannya, gelombang membawa energi dari satu tempat ke tempat lain. 1) Gelombang Berdasarkan Medium Perantaraya

a. Gelombang Mekanik

Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium untuk merambat. Contoh gelombang mekanik antara lain gelombang pada tali, gelombang air laut, dan gelombang bunyi.

b. Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang merambat melalui ruang hampa. Contoh gelombang elektromagnetik adalah gelombang cahaya, gelombang radio, dan sinar-X.

2) Gelombang Berdasarkan Arah Getarnya a. Gelombang Transversal

Gambar 2.2 Gelombang Transversal pada Tali

Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya. Gelombang transversal dapat diamati pada tali yang


(41)

digerakkan ke atas dan ke bawah. Pada tali akan terlihat arah getarannya adalah naik-turun sedangkan arah rambatnya menuju ke depan atau tegak lurus arah getar.

Berdasarkan gambar yang terlihat pada Gambar 2.2 Titik B dan F merupakan puncak gelombang, yaitu titik-titik tertinggi gelombang. Titik D dan H merupakan dasar gelombang, yaitu titik-titik terendah pada gelombang. Lengkungan ABC dan EFG disebut sebagai bukit gelombang. Sedangkan cekungan CDE dan GHI disebut lembah gelombang. Jarak BB’, DD’, FF’, dan

HH’ merupakan amplitudo gelombang, yaitu simpangan terbesar dari gelombang

tersebut.

Dalam konsep gelombang dikenal istilah panjang gelombang. Panjang

gelombang ( ) suatu gelombang transversal didefinisikan sebagaiμ

1. Panjang satu lembah gelombang dan satu bukit gelombang (ABCDE atau CDEFG) atau

2. Jarak antara dua puncak yang berdekatan (BCDEF) atau 3. Jarak antara dua lembah yang berdekatan (DEFGH) .

Contoh gelombang transversal antara lain gelombang permukaan air, gelombang radio, dan gelombang pada tali.

b. Gelombang Longitudial

Bagaimana bentuk gelombang longitudinal itu? Gelombang longitu- dinal dapat kita amati pada sebuah pegas panjang (slinky) yang dapat dirapatkan dan direnggangkan.


(42)

Gambar 2.3 Gelombang Longitudinal pada Slinky

Jika ujung slinky dirapatkan, kemudian dilepaskan akan terlihat pola gelombang yang berbeda dengan gelombang transversal. Pada gelombang longitudinal, slinky akan terlihat merapat kemudian merenggang, demikian seterusnya. Bagian yang merapat dinamakan rapatan, sedangkan bagian yang renggang dinamakan renggangan. Rapatan dan renggangan pada slinky akan merambat sepanjang slinky, sedangkan arah getaran berimpit dengan arah memanjang slinky.

Pola gelombang yang arah getarannya berimpit arah rambatnya inilah yang dinamakan gelombang longitudinal. Pada gelombang longitudinal terdapat rapatan dan renggangan. Panjang gelombang ( ) suatu gelombang longitudinal didefinisikan sebagai:

1. Jarak satu rapatan dan satu renggangan atau 2. Jarak antara dua rapatan yang berdekatan atau 3. Jarak antara dua renggangan yang berdekatan

Periode gelombang adalah selang waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu gelombang. Sedangkan frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi tiap sekon.Hubungan periode dan frekuensi gelombang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :


(43)

(2.3)

(2.4)

Keterangan :

periode (sekon)

frekuensi (Hz)

Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang setiap satuan waktu. Hubungan antara cepat rambat gelombang (v) , frekuensi (f) dan

panjang gelombang ( ) dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut μ

(2.5)

Keterangan :

cepat rambat gelombang (m/s)

panjang gelombang (m)

frekuensi (Hz)

2.5.

Kerangka Berfikir

Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah dan guru berperan membimbing siswa pada saat berlangsungnya penyelidikan. Pada mata pelajaran Fisika, penyelidikan suatu masalah bisa dilakukan melalui suatu percobaan. Materi Fisika yang bisa diajarkan dengan percobaan salah satunya adalah getaran dan gelombang. Percobaan getaran dan gelombang yang dilakukan secara langsung oleh siswa akan menciptakan pengetahuan yang lebih mendalam dari


(44)

pada hanya mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga akan meningkatkan penguasaan konsep Fisika pada materi getaran dan gelombang yang dipelajari.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, tahap pertama adalah siswa diberi masalah berkaitan dengan materi getaran dan gelombang. Pemberian masalah berkaitan dengan materi getaran dan gelombang diharapkan akan memunculkan karakter rasa ingin tahu siswa untuk mencari solusi dari masalah yang diberikan oleh guru.

Tahap kedua dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing yaitu merencanakan dan memprediksikan hasil. Pada tahap ini, guru mengenalkan alat – alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan getaran dan gelombang, sedangkan siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. Dengan memperhatikan penjelasan dari guru, diharapkan akan muncul karakter rasa ingin tahu dari siswa berupa keinginan yang kuat untuk mengusai materi. Selain pengenalan alat, dilakukan pula tanya jawab antara guru dan siswa berkaitan dengan materi pengantar percobaan getaran dan gelombang, diharapkan akan memunculkan karakter rasa ingin tahu dari siswa untuk berani bertanya tentang materi yang belum dipahami.

Tahap ketiga dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah penyelidikan untuk pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa melakukan percobaan getaran dan gelombang. Dengan memberi tugas kepada siswa untuk melakukan percobaan, diharapkan akan memunculkan karakter tanggung jawab dari siswa untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan sesuai petunjuk yang ada di LKS. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan akan


(45)

memunculkan karakter disiplin siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Selain melakukan percobaan, siswa juga diminta menjawab pertanyaan yang ada di LKS, diharapkan akan muncul karakter disiplin siswa untuk tertib dalam berbahasa tulis.

Tahap keempat dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah Interpretasi data dan mengembangkan kesimpulan. Pada tahap ini siswa mempresentasikan hasil percobaan getaran dan gelombang yang dilakukan. Dalam tahap ini diharapkan muncul karakter tanggung jawab yaitu siswa melakukan tugas yang diberikan guru untuk mempresentasikan hasil percobaan getaran dan gelombang. Selain karakter tanggung jawab, pada saat melakukan presentasi diharapkan akan muncul karakter disiplin dari siswa yaitu tertib dalam berbahasa lisan dan menaati aturan berbicara yang telah ditentukan.

Tahap kelima dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah melakukan refleksi. Pada tahap ini, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan tentang percobaan getaran dan gelombang. Pada tahap ini diharapkan akan muncul karakter tanggung jawab dari siswa yaitu tanggung jawab untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang telah diselidiki melalui percobaan getaran dan gelombang.

Setelah melakukan percobaan, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat laporan percobaan getaran dan gelombang, diharapkan akan muncul karakter tanggung jawab dari siswa yaitu mengerjakan tugas sepenuh hati dan berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik. Selain karakter tanggung jawab,


(46)

diharapkan juga muncul karakter disiplin dari siswa yaitu tertib dalam menerapkan aturan penulisan laporan.

Tahap – tahap dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing memunculkan adanya karakter rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing tidak hanya meningkatkan penguasaan konsep Fisika, tetapi juga akan mengembangkan nilai karakter siswa terutama karakter rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab.

Pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dikendalikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berbasis Inkuiri Terbimbing. Peningkatan penguasaan konsep Fisika dapat diketahui dengan uji gain dan uji t dari hasil pretes dan postes, sedangkan pengembangan nilai karakter dapat diketahui dengan uji gain dari hasil observasi dan angket nilai karakter siswa.

2.6.

Hipotesis

1) Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan penguasaan konsep Fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Semarang.

2) Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat mengembangkan nilai karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Semarang.


(47)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti adalah SMP Negeri 25 Semarang yang teletak di Jl. Kuala mas tanah mas Semarang. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 25 Semarang.

3.2

Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Semarang Tahun ajaran 2014/2015.

Menurut Sugiyono (2010: 62) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Simple Random Sampling. Pemilihan kelas untuk penelitian dilakukan secara acak dengan menggaggap semua kelas adalah homogen. Kelas yang menjadi sampel penelitian adalah kelas VIII F SMP Negeri 25 Semarang.


(48)

3.3

Desain Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen yang digunakan adalah Quasi Eksperimen. Quasi eksperimen adalah eksperimen semu yang tidak menggunakan kelompok kontrol. Desain penelitian menggunakan One Group Pre-test and Post-test Design. Di dalam desain ini pengamatan dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Desain penelitian One Group Pre-test and Post-test Design dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pre-test and Post-test Design

(Sugiyono, 2009: 75) 01 = observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (pre-test)

02 = observasi yang dilakukan sesudah eksperimen (post-test) X = treatment yang diberikan

3.4

Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Penelitian

Langkah – langkah yang ditempuh dalam persiapan penelitian :

1) Menentukan populasi dan sampel penelitian. Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling

2) Menyusun instrumen penelitian

3) Menyusun kisi – kisi tes uji coba dan angket uji coba


(49)

4) Menyusun instrumen uji coba berdasarkan kisi – kisi uji coba yang telah dibuat

5) Melakukan uji coba pada kelas yang telah ditentukan sebagai kelas uji coba

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut :

1) Pemberian soal pretes penguasan konsep dan angket awal nilai karakter sebelum penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

2) Penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar

3) Melakukan observasi untuk mengetahui pengembangan nilai karakter rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab siswa

4) Pemberian soal postes pengusaan konsep dan angket akhir nilai karakter setelah penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

3.4.3 Evaluasi

Hal yang dilakukan pada tahap evaluasi adalah menganalis data hasil penelitian yang berupa data pretes, postes, observasi, angket awal dan angket akhir.

3.5

Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam susasana dengan cara dan aturan – aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2009: 53). Dalam penelitian ini teknik tes digunakan untuk


(50)

mengukur seberapa besar peningkatan penguasaan konsep Fisika pada materi getaran dan gelombang. Bentuk tes dari penelitian ini adalah soal pilihan ganda. Skor untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban salah adalah 0. 3.5.2 Teknik Observasi

Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki (Narbuko & Achmadi, 2013: 70). Teknik observasi ini dilakukan untuk mengobservasi karakter siswa yang bisa diamati secara langsung pada saat implementasi model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dilakukan. Dalam penelitian ini karakter yang diobservasi adalah rasa ingin tahu, disiplin dan tanggung jawab. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi yang diisi oleh observer. Bobot skor untuk tiap aspek yang diobservasi adalah skor bertingkat mulai dari 1 – 3 (1,2,3).

3.5.3 Teknik Angket

Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko & Achmadi, 2013: 76). Tujuan penggunaan angket pada proses pembelajaran adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka (Sudijono, 2006: 85).

Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk mengukur seberapa besar pengembangan nilai karakter siswa yang tidak bisa diamati secara langsung melainkan hanya bisa diketahui oleh siswa itu sendiri. Sikap siswa yang tidak bisa diamati secara langsung terdiri atas tiga komponen yaitu kogntif, afektif dan


(51)

konatif. Menurut Azwar (2013: 24) komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi bagi objek sikap. Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Komponen konatif menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang diamatinya.

Alat pengumpulan data berupa lembar angket yang diisi oleh siswa sendiri. Bobot skor untuk item yang berbentuk pernyataan positif (favorable) yaitu SS= 4, S= 3, RR= 2, TS= 1, STS= 0 sedangkan bobot skor untuk item yang berbentuk pernyataan negatif (unfavorable) yaitu SS= 0, S= 1, RR= 2, TS= 3, STS=4. Keterangan: SS= Sangat Setuju; S= Setuju; RR= Ragu – ragu; TS= Tidak Setuju; STS= Sangat Tidak Setuju (Azwar, 2013: 147).

3.6

Teknik Analisis Uji Coba Instrumen

3.6.1 Validitas

Validitas adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku (Purwanto, 2008: 137).

3.6.1.1 Validitas Konstruk dan Isi

Validitas konstruk adalah validitas dengan menggunakan pendapat para ahli setelah instrumen dikontruksi tentang aspek –aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu (Sugiyono, 2010: 352). Validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian instrumen yang disusun dengan materi getaran dan gelombang. Selain melakukan validitas konstruk


(52)

dilakukan pula validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang mengukur apakah tujuan khusus tertentu sejajar materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2009: 67). Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesejajaran antara tujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep Fisika dan pengembangan nilai karakter dengan materi getaran dan gelombang yang akan diberikan. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai validator konstruk dan isi adalah dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.

3.6.1.2 Validitas Butir soal

Validitas butir soal adalah demikian sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Purwanto, 2008: 138). Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas butir soal tes yaitu :

(Arikunto, 2009: 72) Harga rxy yang diperoleh dikonsultasikan dengan rTabel product momen dengan taraf signifikasi 5%. jika harga rxy> rtabel maka item soal yang bersifat valid.

Hasil analisis validitas soal tes uji coba diperoleh jumlah soal yang valid ada 14 soal. Jumlah soal yang valid belum memenuhi semua konsep yang akan diukur. Oleh karena itu dilakukan validitas konstruk dan isi oleh dosen pembimbing terhadap soal yang belum valid sebanyak 6 soal. Jadi total soal yang valid ada 20 buah soal yaitu soal nomor 3,4,5,7,8,9,10,12,13,16,18,21, 2425,26,27,30,31,34,35. Soal tidak valid ada 15 soal yaitu nomor 1,2,6,11,


(53)

14,15,17,19,20,22,23,28,29,32,33. Perhitungan validitas butir soal dapat dilihat pada Lampiran 5.

3.6.1.3 Validitas Observasi dan Angket

Rumus yang digunakan untuk validitas observasi dan angket yaitu:

( )

(Azwar, 2013: 153) Keterangan :

responden pada pernyataan tertentu

skor responden pada skala sikap

banyak responden keseluruhan

Harga rix yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product momen dengan taraf signifikasi 5%. jika harga rix> rtabel maka item soal yang bersifat valid. Hasil analisis validitas observasi yang diperoleh menujukan bahwa semua item valid. Hasil analisis validitas angket uji coba diperoleh item yang valid sebanyak 22 item yaitu nomor 2,3,4,5,6,7,8,12,13,14,15,16,18,19, 20,21,22,23, 24,25,26,29. Item yang tidak valid ada 8 item yaitu nomor 1,9,10,11,17,27,28,30. Perhitungan validitas observasi dan angket dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Lampiran 41.

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes mempunyai reabilitas jika dapat dipercaya , konsisten atau stabil dan produktif.


(54)

Jadi yang dipentingkan disini adalah ketelitiannya , sejauh mana tes atau alat ukur tersebut dapat dipercaya kebenarannya (Purwanto, 2008: 139).

3.6.2.1Reliablitas Tes

Reliabilitas instrumen tes digunakan rumus K-R 20 dari Kuder dan Richardson :                

2

2 11 1 S pq S n n r

(Arikunto, 2009 : 100) Keterangan:

11

r

= reliabilitas tes secara keselurhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari tes

Harga

r

11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan rtabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga r11rtabel product moment maka instumen yang diuji bersifat reliabel. Berdasarkan hasil analisis soal tes uji coba diperoleh r11= 0,871 dan rtabel = 0,367 , karena r11 > rtabel maka uji coba tes bersifat reliabel. Perhitungan reliabilitas tes butir soal dapat dilihat pada Lampiran 7.

3.6.2.2Reliablitas Observasi dan Angket


(55)

(Azwar, 2013: 184)

koefisien reliabilitas Alpha

banyaknya belahan varins skor belahan

varians skor total

Harga

r

11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan product moment

dengan taraf signifikan 5%. Jika harga product moment maka instumen yang diuji bersifat reliabel. Berdasarkan hasil analisis observasi diperoleh r11= 0,747 dan rtabel = 0,367 , karena r11 > rtabel maka observasi bersifat reliabel dan untuk angket diperoleh r11= 0,778 dan rtabel = 0,367 , karena r11 > rtabel maka uji coba angket bersifat reliabel. Perhitungan reliabilitas observasi dan angket dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 44.

3.6.3 Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk mengukur sukar dan mudahnya soal tes penguasaan konsep getaran dan gelombang adalah sebagai berikut:


(56)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa yang menjawab soal itu dengan betul

Tabel 3.1 Klasifikasi Indeks Kesulitan Soal

(Arikunto, 2009: 210) Hasil analisis tingkat kesukaran soal tes uji coba diperoleh soal dengan kriteria sukar ada 10 soal, kriteria sedang ada 20 soal dan soal dengan kriteria mudah ada 5 soal. Perhitungan taraf kesukaran dapat dilihat pada Lampiran 8. 3.6.4 Daya Pembeda Soal

Daya pembeda atau indeks diskriminasi digunakan untuk membedakan antara siswa pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009: 211). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal tes penguasaan konsep getaran dan gelombang adalah:

(Arikunto, 2009: 213) Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

Nilai P Kriteria

1,00 < P ≤ 0,30 Sukar 0,30 > P ≤ 0,7 Sedang


(57)

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab salah

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Nilai D Kriteria

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,2 > D ≤ 0,40 Cukup

0,4 > D ≤ 0,70 Baik

0,7 > D ≤ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2009: 218) Hasil analisis daya pembeda soal tes uji coba diperoleh soal dengan kriteria jelek ada 19 soal, kriteria cukup ada 10 soal, kriteria baik ada 5 soal dan kriteria baik sekali ada 1 soal. Perhitungan daya pembeda soal dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.7

Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika 3.7.1.1Uji Normalitas Pretes dan Postes

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Langkah tersebut digunakan untuk mengetahui pengujian statistik yang digunakan yaitu parametris atau non parametris. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :


(58)

H0 = data berdistribusi normal Ha = data tidak berdistribusi normal

Rumus yang digunakan adalah rumus Chi Kuadrat adalah sebagai berikut :

(Sugiyono, 2010: 81) Keterangan :

frekuensi atau jumlah data hasil observasi

jumlah atau frekuensi yang diharapkan (persentase luas tiap bidang dikalikan dengan n)

selisih antara dan

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Ho diterima jika dengan derajat kebebasan dk= k-1 dan taraf signifikasi 5% maka data berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya memakai statistik paramterik

2. Ha diterima jika dengan derajat kebebasan dk= k-1 dan taraf signifikasi 5% maka data tidak berdistribusi normal sehingga uji selanjutnya memakai statistik nonparamterik

Berdasarkan analisis data hasil pretes yang dilakukan, diperoleh χ2hitung = 8,479. Pada Tabel distribusi Chi kuadrat dengan dk = 6-1 = 5 dan taraf signifikasi

5% harga χ2


(59)

terdistribusi normal sehingga statistik yang digunakan adalah statistik parametris. Perhitungan uji normalitas pretes dapat dilihat pada Lampiran 37.

Berdasarkan analisis data hasil postes diperoleh χ2

hitung = 9,743. Pada Tabel distribusi Chi kuadrat dengan dk = 6-1 = 5 dan taraf signifikasi 5% harga

χ2

Tabel= 11,070. Karena χ2hitung < χ2Tabel , maka Ho diterima dan data terdistribusi normal sehingga statistik yang digunakan adalah statistik parametris. Perhitungan uji normalitas postes dapat dilihat pada Lampiran 38.

3.7.1.2Persentase Nilai Penguasaan Konsep Fisika

Persentase nilai penguasaan konsep dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(Sudijono, 2009: 43) Keterangan :

angka presentase

frekuensi yang sedang dicari persentasenya

Number of cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu ) 3.7.1.3 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal

Tabel 3.3 Penggolongan Rentang Ketuntasan Belajar Nilai Angka Kriteria

80 % < N ≤ 100 % Tinggi 65 % < N ≤ 79 % Sedang

N< 65 % Rendah


(60)

3.7.1.4Uji Hipotesis Penguasaan Konsep Fisika

Uji hipotesis menggunakan uji satu pihak yaitu uji pihak kiri. Uji pihak kiri ini berfungsi untuk mengetahui peningkatkan penguasaan konsep pada pretes dan posttes. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ho = Hasil tes penguasaan konsep Fisika dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing lebih dari atau sama dengan 70

Ha = Hasil tes penguasaan konsep Fisika dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing kurang dari 70

(Sugiyono, 2010: 96) Keterangan :

t= nilai t yang dihitung, selanjutnya disebut t hitung

x = rata –rata xi

0= nilai yang dihipotesiskan s= simpangan baku

n= jumlah anggota sampel

Harga t yang diperoleh dibandingkan dengan taraf signifikasi 5 %. Jika thitung≥ ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.

3.7.1.5Uji Peningkatan Rata rata Penguasaan Fisika

Uji peningkatan rata –rata penguasaan konsep menggunakana uji Gain Ternormalisasi. Uji Gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan penguasaan konsep Fisika siswa sebelum diberi perlakuan dan


(61)

setelah mendapat perlakuan. Peningkatan penguasaan konsep siswa dapat dihitung menggunakan rumus normal gain sebagai berikut :

(Hake R. R., 1998)

Keterangan :

skor rata-rata awal (pretes) (%)

skor rata-rata akhir (postes) (%)

Tabel 3.4 Kategori Faktor Gain

3.7.2 Analisis Pengembangan Nilai Karakter Siswa 3.7.2.1Persentase Nilai Karakter Siswa

Persentase nilai karakter dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

(Sudijono, 2009: 43) Keterangan :

angka presentase

frekuensi yang sedang dicari persentasenya

Number of cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu ) Faktor Gain g Kriteria

( g ) ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > ( g ) ≥ 0,3 Sedang ( g )< 0,3 Rendah


(62)

3.7.2.2Uji Pengembangan Rata rata Nilai Karakter Siswa

Uji pengembangan rata –rata nilai karakter menggunakan uji Gain Ternormalisasi. Uji Gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui besar pengembangan nilai karakter siswa sebelum mendapatkan perlakuan dan setelah mendapatkan perlakuan. Pengembangan nilai karakter dapat dihitung menggunakan rumus normal gain sebagai berikut :

(Hake R. R., 1998)

Keterangan :

nilai gain

skor rata-rata awal (%)

skor rata-rata akhir (%)


(63)

BAB 5

PENUTUP

5.1

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Hasil analisis penguasaan konsep getaran dan gelombang diperoleh ketuntasan belajar klasikal dengan kriteria tinggi, hasil uji hipotesis menunjukan bahwa hasil tes penguasaan konsep sudah mencapai KKM dan hasil uji gain menunjukan kriteria sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat meningkatan penguasaan konsep Fisika.

2) Hasil analisis pengembangan nilai karakter siswa dengan menggunakan uji gain menunjukan kriteria sedang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat mengembangkan nilai karakter siswa.

5.2

Saran

1) Untuk Guru

Hasil penelitian ini mengungkap ranah kogntif level C1 – C4 pada konsep getaran dan gelombang. Oleh karena itu, diharapkan guru dapat mengimplementasikan model pembelajaran Inkuiri terbimbing untuk dapat


(64)

mengungkap ranah kognitif level C1 – C6 pada materi lain dengan mempertimbangkan kesesuaian.

2) Untuk Peneliti Lain

Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa dengan harapan tidak hanya mengamati karakter pada saat pembelajaran berlangsung tetapi juga di luar proses pembelajaran. Selain itu, dalam melakukan penelitian dapat memperpanjang waktunya sehingga tercapai pengembangan nilai karakter siswa yang maksimal.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009. Dasar – dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azzet, A. M. 2014. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Asmawati, E. Y. S. 2014. Lembar Kerja Siswa (LKS) Menggunakan Model

Guided Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro. 3(1): 1-16.

Daryanto & S. Darmiatun. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Depdiknas. 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jakarta: Depdiknas.

Fauzia, E. N. 2014. Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Ilmiah pada Topik Kacamata dan Lup. Jurnal- Online Universitas Negeri Malang. 2(1): 1-10.

Hake, R. R. 1998. Interactive-engagement vs Traditional Methods : A Six-Thousand-Student-Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physisc. 66(1): 67 -74.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hujri, S. 2014. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran, Hasil Belajar dan Mengembangkan Karakter Matematika Siswa kelas V B SD Negeri 19 Kota Bengkulu. Skripsi.

Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Jannah, M., Sugianto & Sarwi. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Nilai Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing Materi Cahaya


(66)

Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Journal of Inovative Science Education. 1(1): 1- 7.

Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Kemendikbud. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Maghfiroh, K., Asim, & Sumarjono. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Penugasan Portofolio untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-Cambridge MA Bilingual Batu.

Jurnal-Online Universitas Negeri Malang. 2(1): 1-6.

Munir, A. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta. Pedagogia.

Narbuko, C & A. Achmadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution, S. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, N. 2008. Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosdaya.

Pusat Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai – nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional.

Sabahiyah., A. A. I. N. Marhaeni, & I. W. Suastra. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V Gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar. 3(1): 1-8.

Samani, M & Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sa’ud, U. S. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Semiawan, C. R. 2009. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT.Indeks.


(67)

Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudijono, A. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suparno, P. 2005. Gagasan, Sikap, dan Praktek Guru IPA dan Matematika Terhadap Pendidikan Nilai. Jurnal Kependidikan (Majalah Ilmiah Kependidikan) Widya Dharma. 16(1): 1-14.

Suparno, M. Y. Koesoemo, D. Titisari & St. Kartono. 2006. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).

Suparno, P. 2013. Sumbangan Pendidikan Fisika Terhadap Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Thursinawati. 2012. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Pemahaman Hakikat Sains Siswa.

Ejournal Stkipgetsempena. 3(1): 83-99.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. 2009. Jakarta : Bumi Aksara.

Wenning, C.J. Level of Inquiry : Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science.Journal of Physics Teacher Education Online. 5(3): 11-20. Wijayanthi, A. A. Sagung Oka Vera., I. W. Lasmawan & I. N. Natajaya. 2014.

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kaerifan Lokal Terhadap Tanggung Jawab Belajar dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan. E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar. 4(1): 1-12.

Wiludjeng, S., Suyatno, & Tukiran. 2014. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional fisika. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya.

Yulianti, D & Wiyanto. 2009. Perancangan Pembelajaran Inovatif Prodi Pendidikan Fisika. Semarang: Univeritas Negeri Semarang.


(68)

(69)

KISI

KISI SOAL TES UJI COBA

PENGUASAAN KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

Jenjang Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : IPA Fisika

Materi : Getaran dan Gelombang Kelas /semseter : VIII/2

Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran gelombang , gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari – hari.

Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter – parameternya

No Indikator Soal Aspek Kognitif Jumlah

Soal

C1 C2 C3 C4

1. Mengidentifikasi Getaran pada kehidupan sehari hari

1 2, 3 3

2. Mengukur periode dan frekuensi getaran

4, 5 6, 7, 8 9, 10,11, 12, 13

10

3. Membedakan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal 14, 15, 16, 17, 19, 23 18, 20, 21, 22, 24, 11

4. Mendeskripsikan hubungan antara kecepatan rambat gelombang , frekuensi dan panjang gelombang

25 26, 27 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

11


(70)

SOAL TES UJI COBA

PENGUASAAN KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

Mata Pelajaran : IPA (Fisika)

Pokok Bahasan : Getaran dan Gelombang Kelas/ semester : IX / 2

Waktu : 60 menit Petunjuk Umum :

1. Tulis nama , nomor absen dan kelas pada lembar jawaban 2. Baca soal – soal dengan cermat sebelum menjawab 3. Kerjakan semua soal yang ada

4. Jawaban ditulis pada lembar jawaban yang tersedia Petunjuk Khusus :

Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di lembar jawaban yang tersedia!

1. Gerak bolak – balik secara teratur melalui titik keseimbangan disebut ... a. amplitudo

b. periode c. gelombang d. getaran

2. Istilah yang digunakan untuk menyatakan banyaknya waktu yang diperlukan untuk melakukan sekali getaran adalah ...

a. frekuensi b. periode c. amplitudo d. simpangan

3. Banyaknya getaran yang dihasilkan benda dalam satu detik disebut ... a. frekuensi

b. periode c. amplitudo d. simpangan


(1)

158

25 E-25 59,90 77,45

26 E-26 61,07 84,17

27 E-27 63,62 73,07

28 E-28 61,59 71,37

29 E-29 60,71 74,26

30 E-30 57,67 72,93

31 E-31 59,15 71,65

Rata - rata 62,86 75,75

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, diperoleh nilai uji gain ternormalisasi adalah 0,35 dan kriterianya sedang, hal ini menunjukan bahwa terjadi pengembangan nilai karakter siswa yang signifikan setelah dilakukan implementasi model pembelajaran Inkuiri terbimbing.


(2)

159

DOKUMENTASI PENELITIAN

PERCOBAAN GETARAN PERCOBAAN GELOMBANG

PENILAIAN AWAL DAN AKHIR Lampiran 56


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 43

IMPLEMENTASI PENDEKATAN METAKOGNITIF DALAM KEGIATAN LABORATORIUM FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA

0 15 216

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENERAPKAN NILAI NILAI KARAKTER KONSERVASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA SMA

2 14 199

ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

4 7 40

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGETAHUI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP.

3 14 45

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP GELOMBANG SISWA SMP.

0 0 55

Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Sulap Fisika (insufi) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Motivasi Dan Kreativitas Siswa

0 0 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA -

0 0 73

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11

240 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA Sri Wahyuni

0 0 7