STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PESERTA DIDIK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN JENIS SEKOLAH : Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

No. Daftar: 230/S/PPB/2014

STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PESERTA DIDIK

BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN JENIS SEKOLAH

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

Ari Aryanto

1000862

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Status Identitas Vokasional Peserta Didik

Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Sekolah

Oleh Ari Aryanto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ari Aryanto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ARI ARYANTO

STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PESERTA DIDIK

BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN JENIS SEKOLAH

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Nurhudaya, M.Pd. NIP 196007251986011001

Pembimbing II

Drs. Sudaryat Nurdin A. NIP 196306301995121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP 196005011986031004


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “STATUS IDENTITAS VOKASIONAL PESERTA DIDIK BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN

JENIS SEKOLAH” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Ari Aryanto NIM 1000862


(5)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Penyusunan skripsi merupakan sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di Universitas Pendidikan Indonesia.

Skripsi berjudul Status Identitas Vokasional Peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) merupakan laporan studi yang dijadikan sebagai pijakan dalam upaya bahan kajian mengenai vokasional. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk karya ilmiah yang tersusun menjadi lima bab.

Bab I mengungkapkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Bab II merupakan kajian pustaka, kerangka pemikiran, asumsi dan hipotesis penelitian. Bab III berisikan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, uji coba alat ukur, analisis data, prosedur dan pengolahan data. Bab IV mengemukakan hasil penelitian dan pembahasan, dan Bab V mendeskripsikan mengenai simpulan dan rekomendasi.

Penulis menyadari kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Penulis berharap semoga karya sederhana dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dalam pengembangan ilmu bimbingan dan konseling.

Penulis menyadari selama penulisan skripsi banyak melibatkan pihak lain. Selayaknyalah penulis mengucapkan rasa terima kasih setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. Nurhudaya, M.Pd., selaku pembimbing I yang selalu meluangkan waktu

untuk membimbing dan mengarahkan penulis agar senantiasa istiqomah dalam pekerjaan.


(6)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Drs. Sudaryat Nurdin Akhmad, selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing dan memotivasi penulis yang juga mengizinkan mengadaptasi instrumen dalam penelitian ini.

3. Prof. H. Furqon, Ph.D., selaku Ketua Dewan Skripsi Jurusan PPB FIP UPI beserta Tim yang telah memberikan ijin kepada penulis.

4. Prof. Dr. H. Ahman, M.Pd., selaku Dekan FIP, Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku Ketua Jurusan dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan yang telah memberikan berbagai kemudahan selama perkuliahan.

5. Dr. Ilfiandra, M.Pd., sebagai Wali Angkatan 2010 dan Dr. Yusi Riksa Yustiana, M.Pd., selaku Dosen Kemahasiswaan yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PPB FIP UPI, yang dengan penuh kesabaran, membimbing dan mendidik penulis selama perkuliahan berlangsung, juga 7. Bapak Edwin, Ibu Fidji, Bapak Kardi, S.Pd., Bapak Uci, dan Ibu Cucu Rostati,

sebagai tata usaha jurusan, UPT LBK, dan laboratorium PPB.

8. Kepala SMA Negeri 3 Bandung, SMA Negeri 19 Bandung, SMK Negeri 1 Bandung, SMK Negeri 2 Bandung beserta para Guru BK yang telah memberikan izin penelitian, dan para peserta didiknya, yang telah menyediakan waktunya selama proses penelitian.

Semua hal yang telah diperjuangkan tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan dan bimbingan dari pihak-pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah Swt. membalas semua kemudahan dan kebaikan yang telah diberikan.

Bandung, Agustus 2014 Penulis,


(7)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….... i

KATA PENGANTAR……….…………... iii

DAFTAR ISI ……….... iv

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii


(8)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1Identitas Diri Remaja ... 7

2.1.1 Perkembangan Identitas Menurut Erikson ... 8

2.1.2 Perkembangan Identitas Menurut James E. Marcia ... 17

2.1.3 Identitas Vokasional ... 22

2.2Konteks Jenis Kelamin dalam Identitas ... 27

2.3Jenjang Pendidikan Menengah ... 28

2.4Penelitian Sebelumnya yang Relevan ... 32

2.5Posisi Teoritis Peneliti ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1Desain Penelitian ... 35

3.2Partisipan ... 35

3.3Populasi dan Sampel ... 35

3.4Instrumen Penelitian ... 36

3.5Prosedur Penelitian ... 41

3.6Analisis Data ... 45

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1Hasil Penelitian ... 48


(9)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 68

5.1Simpulan ... 68

5.2Implikasi dan Rekomendasi ... 68

DAFTAR RUJUKAN ... 71


(10)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian……..………... 36

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Data Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional ………... 37

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional ………..………. 39

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional………...…... 40

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Pengungkap Data Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional Setelah uji Coba……….……. 41

Tabel 3.6 Pola Skor Alternatif Respon……….………….. 45

Tabel 3.7 Penentuan Status Identitas Vokasional ... 46

Tabel 4.1 Uji Hipotesis Komparatif Berdasarkan Jenis Kelamin... 53


(11)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Distribusi Peserta didik SMA dan SMK berdasarkan Status Identitas Vokasional...

48 Gambar 4.2 Profil Pencapaian Setiap Aspek dari Dimensi Eksplorasi

Identitas Vokasional Peserta didik SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

49 Gambar 4.3 Profil Pencapaian Setiap Aspek dari Dimensi Komitmen

Identitas Vokasional Peserta didik SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

50 Gambar 4.4 Distribusi Peserta didik SMA dan SMK antara Laki-laki dan

perempuan berdasarkan Status Identitas Vokasional ... 51 Gambar 4.5 Profil Distribusi Peserta didik Laki-laki dan Perempuan SMA

di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Status Identitas Vokasional

52 Gambar 4.6 Profil Distribusi Peserta didik Laki-laki dan Perempuan SMK

di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 Berdasarkan Status Identitas Vokasional

52 Gambar 4.3 Distribusi Peserta didik antara SMA dan SMK berdasarkan


(12)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)


(13)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian……….……..………... 75

Lampiran 2 Administrasi Penelitian……..………... 91

Lampiran 3 Data Mentah…...………..………. 107


(14)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Ari Aryanto, 1000862. (2014). Status Identitas Vokasional Peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Sekolah. (Studi terhadap Peserta didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

Remaja yang telah mampu menilai kemampuan, minat, peluang, membuat komitmen akan pilihan pendidikan dan pekerjaan, dapat dikatakan sebagai remaja yang telah mencapai identitas dalam bidang vokasional. Ada empat Status Identitas vokasional dalam perkembangan remaja, yaitu status identitas achievement , status identitas

moratorium, foreclosure, dan diffusion. Peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA)

dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sedangkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perbedaan status identitas vokasional peserta didik berdasarkan jenis kelamin dan jenis sekolah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan metode komparatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik two stage cluster sampling. Sampel penelitian adalah peserta didik kelas X SMAN 3 Bandung, SMAN 19 Bandung, SMKN 1 Bandung, SMKN 2 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 256 peserta didik dari 1.258 peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan status identitas vokasional antara laki-laki dan perempuan dengan kecenderungan berada pada status achievement, begitu pula antara SMA dan SMK dengan kecenderungan pada status achievement. Konselor di sekolah dapat mengawasi perkembangan status identitas vokasional siswa karena mereka memiliki kecenderungan berubah-berubah sebagai proses pembentukan identitas. Konselor sekolah dapat melakukan bimbingan dalam mempersiapkan peserta didik untuk semakin memantapkan pilihan vokasionalnya hingga jenjang kelas yang lebih tinggi. Juga konselor dapat membantu peserta didik agar semakin memahami cara mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kebingungan pilihan vokasional jika ia memiliki alternatif baru dalam pencapaian identitas vokasionalnya


(15)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Ari Aryanto, 1000862. (2014). Students Vocational Identity Status by Sex Role and School Type. (Studies of Students of Class X SMA and SMK at Bandung City Academic Year 2013/2014).

Adolescents who have been able to assess the abilities, interests, opportunities, making a commitment to education and employment options, it can be said as a adolescent who has achieved in the domain of vocational identity. There are four vocational Identity status in adolescent development, namely achievement, moratorium, foreclosure, and diffusion. Students in Senior High School (SMA) is prepared to continue their education to higher education, while graduates of vocational high school (SMK) prepared to enter the workforce. The aim of this study was to describe differences in vocational identity status students by sex role and school type. The approach used in the study is quantitative comparative method. Sampling was done by two-stage cluster sampling technique. Samples were students of class X SMAN 3 Bandung, SMAN 19 Bandung, SMK 1 Bandung, SMK 2 Bandung academic year 2013/2014, amount to 256 students from 1,258 students. The results showed no difference vocational identity status between men and women with a tendency to be on the status of achievement, as well as between high school and vocational school with a tendency on the status of achievement. The school counselor can keep an eye on the development of vocational identity status of the students because they have a tendency to change as a process of identity formation. School counselors can perform guidance in preparing student to further strengthen its vocational options to a higher grade level. Counselor also can help students to better understand how to overcome the problems associated with the confusion of vocational choice if students has a new alternative in achieving their vocational identity.


(16)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang mana salah satu tugas perkembangannya seperti yang dungkapkan Havighurst (dalam Yusuf, 2006, hlm. 34) adalah bahwa remaja sudah mulai mempersiapkan diri untuk memperoleh suatu pekerjaan.

Masa remaja ini merupakan masa dimana adanya banyak keputusan penting yang menyangkut masa depan yang harus ditentukan, seperti berkaitan tentang pekerjaan ataupun sekolah. Havighurst (dalam Hurlock, 1980, hlm. 234) menyatakan bahwa kapasitas kognitif remaja yang meningkat membuat ia memiliki cara pandang baru dalam melihat perubahan diri, melihat orang lain dan melihat lingkungan sekitarnya. Remaja juga mulai dalam menilai berbagai masalah nilai, norma, dan pilihan yang diberikan kepadanya. Beberapa peran dan status yang baru dalam masyarakat akan ia alami dengan mulainya interaksi bersama lingkungan sosial yang lebih luas.

Menurut Santrock (2007, hlm. 187) remaja memiliki kapasitas kepribadian yang kuat akan berbagai pengaruh dari eksternal seperti teman sebaya, keluarga, sekolah, maupun komunitas. Adapun juga jenis kelamin sebagai pengaruh dari perkembangan remaja itu sendiri. Sekolah, yang interaksi sosialnya dengan guru maupun teman sebaya akan memberikan ruang kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia, yang berdampak pada pengembangan konsep diri. Menurut Erikson (1968, hlm. 12) fase yang akan dialami remaja ini merupakan masa pencarian identitas diri.

Istilah pencarian identitas diri yang dimaksud Erikson adalah sebagai upaya untuk meneguhkan suatu konsep diri yang bermakna bagi remaja. Identitas ini


(17)

2

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebutkan sebagai proses merangkum semua pengalaman yang berharga di masa lalu, sebagai suatu realitas kekinian yang terjadi termasuk juga aktivitas yang dilakukan sekarang serta harapan yang menjadi sebuah kesatuan gambaran tentang diri yang utuh, berkesinambungan dan unik. Dalam istilah Erikson (1968, hlm. 89), identitas diri ini merupakan sebuah kondisi psikologis secara menyeluruh yang membuat individu tersebut dapat menerima dirinya, memiliki orientasi dan tujuan dalam membawa bahtera hidupnya.

Bagi remaja yang telah mampu menilai kemampuan, minat, peluang, membuat komitmen akan pilihan pendidikan dan pekerjaan disebutkan Marcia & Archer (1993, hlm. 187) telah mencapai identitas vokasional. Pemahaman remaja akan dirinya dan implementasi mengenai penyesuaian khususnya dalam bidang vokasional, akan diperoleh remaja yang telah mencapai identitas diri. Dalam kaitan identitas vokasional, istilah vokasinal bukan berarti sama dengan suatu profesi, akan tetapi mencakup mengenai pilihan seperti tugas domestik, hobi, seniman, dan lain sebagainya.

Dalam mempersiapkan pemenuhan pencapaian identitas vokasional, merujuk pada pendapat Marcia (1993a, hlm. 10) tentang bagaimana remaja melakukan eksplorasi dan membuat komitmen. Eksplorasi adalah proses mencari informasi mengenai berbagai hal yang dibutuhkan yang berkaitan dengan alternatif vokasional yang hendak dipilihnya dengan mempertanyakan secara aktif untuk sampai pada keputusan mengenai tujuan, nilai dan keyakinan. Komitmen adalah membuat pilihan yang relatif mantap mengenai alternatif vokasional yang tersedia dan terlibat dalam implementasi pilihan tersebut. Remaja yang telah mencapai identitas vokasional akan mampu menemukan pilihan karier yang lebih realistik (Furman, 1990, hlm. 191). Remaja akan terlihat kemampuan kognitifnya yang baik dan mempunyai peluang untuk mengenal lebih banyak akan pilihan karier ketika mereka telah mencapai identitas vokasional.


(18)

3

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada masa remaja tengah, terutama bagi mereka yang bersekolah, mereka akan dihadapkan pada situasi yang mengharuskan untuk menyesuiakan diri dengan lingkungan. Tingkat pendidikan pada masa remaja tengah ini kebanyakan pada jenjang pendidikan menengah, antara SMA dan SMK.

Jenjang pendidikan menengah SMA dan SMK adalah tingkat pendidikan yang memiliki perbedaan dari sisi tujuan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 66 tahun 2010, bahwa SMA adalah jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan para peserta didik berdasarkan program studinya yang memfasilitasi kebutuhan pembelajaran serta kompetensi yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan SMK ditambah dengan membekali peserta didik pada kecakapan kejuruan dengan program studi bidang keahlian pada profesi yang sesuai dengan kebutuhan.

Perbedaan fungsi dan program studi antara peserta didik SMA dan SMK menjadi masalah penelitian berkaitan dengan status identitas pada domain vokasional. Pada tahun 2011, dimuat dalam republika.co.id (Irwan, 2011), terdapat 27% lulusan SMA menganggur. Kemudian muncul fenomena yang mengejutkan bahwa peserta didik SMK yang merupakan jenjang pendidikan menengah dengan orientasi untuk bekerja, namun melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2012, lulusan SMK berada pada tingkat pengangguran tertinggi yaitu 9,87%, dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya (Judika, 2012). Kemudian pada tahun berikutnya pun, seperti dimuat harian republika (Zuraya, 2013), tingkat pengangguran lulusan SMK malah semakin tinggi menjadi 11,19%,

Fenomena tersebut memang sebelumnya pernah dibuktikan melalui hasil penelitian Clark (1983) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterserapan lulusan SMA dan SMK di lapangan pekerjaaan dengan gaji yang relatif sama. Senada dengan penelitian Newhouse &


(19)

4

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryadarma (2011), bahwa perbandingan penghasilan lulusan SMK dan lulusan SMA sangatlah kecil dan bahkan tidak signifikan ada perbedaan.

Mengenai peran jenis kelamin dalam konteks perkembangan vokasional, terdapat pula adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, seperti melalui hasil penelitian Ratnawati & Kuswardani (2012) yang dilakukan pada peserta didik SMK, bahwa laki-laki lebih matang secara vokasional dibadingkan perempuan. Namun hal itu berbeda dengan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia jika dilihat dari lulusannya yang bekerja, ternyata pada tahun 2012 tingkat pengangguran antara laki-laki dan perempuan tidak terpaut jauh, yaitu 15,48% untuk perempuan, 15,08% untuk laki-laki.

Lulusan SMA dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sedangkan lulusan SMK dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi karena kesulitan ekonomi akan bekerja dengan keterampilan yang tidak terlatih atau justru menganggur yang juga dialami oleh peserta didik lulusan SMK yang tidak memenuhi standar keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja. Lulusan SMK diharapkan memiliki keterampilan yang tinggi. Fasilitas praktik di SMK yang kurang memadai, membuat lulusannya tidak terampil yang akhirnya sulit memperoleh pekerjaan.

Para peserta didik SMA dan SMK, yang dalam hal ini mereka adalah remaja yang sedang melakukan pencarian identitas diri, dirasa perlu kiranya dilakukan studi dikarenakan banyaknya temuan-temuan yang mengkerucutkan perbedaan mendasar antara SMA dan SMK. Berkaitan dengan vokasional, Marcia (1993a, hlm. 11) menyebutkan ada empat Status Identitas vokasional dalam perkembangan remaja, yaitu status identitas achievement (telah bereksplorasi dan telah berkomitmen berdasarkan eksplorasinya tersebut), status identitas


(20)

5

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(tidak bereksplorasi namun berkomitmen), dan diffusion (tidak bereksplorasi dan belum berkomitmen).

Vondracek, dkk. (1995, hlm. 18) menggolongkan tiap individu dalam satu status identitas berdasarkan gagasan Marcia, menunjukkan bahwa individu dengan status identitas achievement memiliki keraguan mengambil keputusan karir yang lebih rendah daripada individu dengan status identitas moratorium,

foreclosure (tidak bereksplorasi namun berkomitmen), maupun diffusion

(tidak bereksplorasi dan belum berkomitmen). Kemudian seperti pendapat Raskin (2006, hlm. 110) bahwa remaja yang lebih jauh dalam melakukan ekplorasi dalam proses pembentukan vokasional lebih bisa memilih alternatif karier mereka.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa isu mengenai identitas dan perubahannya selalu ada dalam rentang kehidupan manusia. Status identitas seseorang dapat berpengaruh terhadap pemenuhan tugas-tugas perkembangan yang dianggap penting oleh remaja terutama pada domain vokasional. Seperti yang diungkap Marcia (1993a, hlm. 11) bahwa remaja tersebut melakukan eksplorasi alternatif yang memadai dalam domain vokasional, mengolah informasi mengenai alternatif yang dimiliki dan dapat membuat keputusan yang jelas dalam bidang vokasional. Remaja juga melakukan komitmen dalam melaksanakan keputusan yang dibuatnya dalam bentuk tindakan yang nyata.

Berkaitan dengan vokasional, pada jenjang pendidikan menengah, terdapat perbedaan hasil lulusan antara peserta didik SMA dan SMK. Demikian pula adanya perbedaan antara peserta didik laki-laki dan perempuan mengenai orientasi vokasional yang hendak dipilih.


(21)

6

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari uraian di atas, maka penelitian akan difokuskan terhadap status identitas vokasional yang digagas oleh Marcia yang mana ditujukan pada peserta didik SMA dan SMK.

Masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut.

1) Apakah terdapat perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik SMA dan SMK?

2) Apakah terdapat perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik laki-laki dan perempuan?

1.3 TujuanPenelitian

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, sebagai berikut.

1) Perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik SMA dan SMK. 2) Perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik laki-laki dan

perempuan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perspektif khusus di bawah ini.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai gambaran status identitas vokasional peserta didik pada jenjang pendidikan menengah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Konselor di sekolah, menjadi pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya dalam bidang karier di


(22)

7

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekolah karena telah diperoleh informasi mengenai gambaran status identitas vokasional.

2) Bahan kajian dan informasi awal bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan identitas vokasional.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Pada bab I berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Pada bab II dibahas mengenai kajian pustaka mengenai identitas vokasional, jenis kelamin dan jenjang pendidikan menengah. Pada bab III berisi penjabaran rinci mengenai: desain penelitian; partisipan; populasi dan sampel; prosedur penelitian, dan analisis data,. Bab IV berisi akan temuan penelitian yang kemudian dibahas dengan berbagai pendapat para ahli maupun data-data penelitian lain. Bab V terdiri dari simpulan penelitian dan rekomendasi bagi para pelaku bimbingan dan konseling serta peneliti selanjutnya.


(23)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian digunakan dengan Pendekatan kuantitatif. Seperti halnya pendapat Creswell (2012, hlm. 1-2) bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian akan masalah sosial berdasarkan pada pengujiannya dari sebuah teori yang terdiri dari variabel, yang diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan kebenaran teori. Data hasil penelitian ini berupa skor dan akan diproses melalui pengolahan statistik, selanjutnya dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran status identitas vokasional.

Metode yang digunakan adalah komparatif. Seperti yang diungkapkan Arikunto (2013, hlm. 310) Metode penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan suatu kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang ataupun kelompok. Dengan metode ini diharapkan diperoleh gambaran perbandingan status identitas vokasional berdasarkan jenis kelamin dan jenis sekolah.

3.2 Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X yang bersekolah di SMA Negeri 19 Bandung, SMA Negeri 3 Bandung, SMK Negeri 1 Bandung, dan SMK Negeri 2 Bandung.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di SMA dan SMK di Kota Bandung yang telah dipilih. Penentuan sampel diambil dengan menggunakan two stage cluster


(24)

36

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penentuan sampel dilakukan secara acak berkelompok, dengan arti setiap anggota populasi yang ada memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel penelitian dan memiliki keterbatasan karena ketiadaan kerangka sampel (Prasetyo, 2005, hlm. 131). Jumlah sampel sebanyak 256 orang yang masing-masing sekolah dipilih dua kelas. Paparan mengenai populasi dan sampel dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

Sekolah Jumlah Kelas

Populasi

Jumlah Peserta didik

Populasi

Sampel Kelas

Jumlah Peserta didik

SMA Negeri 3 Bandung 10 320 X IPA 1 33

X IPA 3 34

SMA Negeri 19 Bandung 9 316 X MIA 4 32

X MIA 6 31

SMK Negeri 1 Bandung 9 312 X Par 1 32

X Par 2 31

SMK Negeri 2 Bandung 9 310 X TP 2 30

X TP 3 34

Total 37 1.258 Jumlah

Sampel 256

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Penyusunan Instrumen

Instrumen Penelitian yang digunakan diadaptasi dari Instrumen Eksplorasi dan Komitmen Vokasional yang dikembangkan oleh Sudaryat Nurdin Akhmad (2014).

Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan berdasarkan indikator yang memuat aspek – aspek status identitas vokasional sebagai berikut.


(25)

37

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap data Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional

Dimensi

Nomor Pernyataan Isu Pilihan Vokasional

1 2 3 4 5

Eksplorasi

1. Pengetahuan yang mendalam

001 002 021 022 041 042 061 062 081 082

2. Adanya aktifitas dalam pengumpulan

informasi 003 004 023 024 043 044 063 064 083 084

3. Mempertimbangkan setiap potensi

alternatif dalam dimensi identitas

005 006 025 026 045 046 065 066 085 086

4. Keinginan untuk membuat keputusan

dini 007 008 027 028 047 048 067 068 087 088 Komitmen

1. Pengetahuan yang mendalam

009 010 029 030 049 050 069 070 089 090

2. Aktifitas yang diarahkan pada

penerapan elemen identitas yang dipilih 011 012 031 032 051 052 071 072 091 092

3. Tinggi rendahnya perasaan individu

saat memilih alternatif yang tersedia

013 014 033 034 053 054 073 074 093 094

4. Mengidentifikasi orang-orang yang

dianggap penting sebagai figure

015 016 035 036 055 056 075 076 095 096

5. Kemampuan memproyeksikan ke

masa depan 017 018 037 038 057 058 077 078 097 098

6. Ketahanan dan kesetiaan pada

penetapan pilihan 019 020 039 040 059 060 079 080 099 100

3.4.2 Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dalam intrumen ini merupakan penyesuaian bahasa dalam setiap butir itemnya dikarenakan instrumen yang digunakan sebelumnya ditujukan pada subjek mahasiswa. Uji keterbacaan dilakukan pada tiga orang remaja kelas X setelah dilakukan penyesuaian bahasa pada setiap butir item.


(26)

38

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.3 Uji Validitas Butir Item

Uji validitas adalah untuk mengetahui alat ukur yang digunakan agar mendapatkan data valid. Valid berarti alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013, hlm. 348). Semakin tinggi nilai validitas item menunjukkan semakin valid instrumen yang akan digunakan. Tujuan dari uji validitas butir item untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang dibutuhkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir item dengan skor total pada masing-masing dimensi maupun secara keseluruhan.

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Pengujian validitas alat pengumpul data menggunakan rumus korelasi Spearman Rank dengan rumus sebagai berikut.

dimana

(Siegel, 1994; Mutmainah, 2009) Keterangan:

rs = Koefisien korelasi tata jenjang

d = Beda urutan skor pada variabel I dan II

Tx = Faktor koreksi x


(27)

39

Hasil uji validitas instrumen pengungkap data eksplorasi dan komitmen yang terdiri dari 100 item pernyataan, menunjukkan 97 item valid dan tiga item tidak valid.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen

Pengungkap Data Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional

Kesimpulan Item Jumlah

Jumlah Awal 1, 2 ,3 ,4 , 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,

36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97,

98, 99, 100

100

Item Valid 1, 2 ,3 ,4 , 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35, 36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,62, 63, 64, 65, 66, , 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100

97

Tidak Valid

(Dibuang) 47, 67, 87

3

3.4.4 Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya konsistensinya. Seperti yang disebutkan Arikunto (2013:221) bahwa reliabilitas instrumen menunjukkan pada satu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha dengan memanfaatkan program SPSS 16.0 for windows. Adapun rumus yang digunakan dengan metode Alpha sebagai berikut:

            

t i S S k k r 1 1 11


(28)

40

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Arikunto, 2013, hlm. 239) Keterangan :

r11 = Nilai Reliabilitas

Σsi = Jumlah Varians Skor tiap-tiap item

St = Varians total

k = Jumlah item

Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 16.0 for windows untuk mencari nilai reliabilitas instrumen pengungkap data eksplorasi dan komitmen identitas vokasional dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0,919 97

Pengujian reliabilitas instrumen pengungkap data eksplorasi dan komitmen identitas vokasional diperoleh hasil sebesar 0,919, artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalannya sangat tinggi. Instrumen yang digunakan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data eksplorasi dan komitmen status identitas vokasional.


(29)

41

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen

Pengungkap data Eksplorasi dan Komitmen Identitas Vokasional

Dimensi

Nomor Pernyataan Isu Pilihan Vokasional

1 2 3 4 5

Eksplorasi

1. Pengetahuan yang mendalam

001 002 021 022 041 042 061 062 081 082

2. Adanya aktifitas dalam pengumpulan

informasi 003 004 023 024 043 044 063 064 083 084

3. Mempertimbangkan setiap potensi

alternatif dalam dimensi identitas

005 006 025 026 045 046 065 066 085 086

4. Keinginan untuk membuat keputusan

dini

007 008

027

028 048 068 088

Komitmen

1. Pengetahuan yang mendalam

009 010 029 030 049 050 069 070 089 090

2. Aktifitas yang diarahkan pada

penerapan elemen identitas yang dipilih 011 012 031 032 051 052 071 072 091 092

3. Perasaan individu pada alternatif

yang dipilhnya 013 014 033 034 053 054 073 074 093 094

4. Mengidentifikasi orang-orang yang

dianggap penting sebagai figure

015 016 035 036 055 056 075 076 096

5. Kemampuan memproyeksikan ke

masa depan 017 018 037 038 057 058 077 078 097 098

6. Ketahanan pada penetapan pilihan

019 020 039 040 059 060 079 080 099 100

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Langkah-langkah penelitian

Langkah-langkah penelitian memuat beberapa tahapan, yakni persiapan, penyesuaian instrument yang digunakan, pengumpulan data, dan analisis data. Berikut penjelasan mengenai setiap tahapan dalam penelitian ini.


(30)

42

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Tahap Pertama : Persiapan

Kegiatan penelitian pada tahap ini meliputi :

a. Kajian konseptual dan analisis penelitian terdahulu.

b. Mengkaji hasil-hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan status identitas vokasional.

2) Tahap Kedua : Penyesuaian Instrumen yang digunaka a. Menimbang pada pembimbing penelitian.

b. Memperbaiki redaksi dan isi instrumen.

c. Menguji instrument pada tiga orang responden remaja.

d. Tersusun instrumen status identitas vokasional siswa yang sudah direvisi. 3) Tahap ketiga: Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji coba pada sampel populasi b. Dilakukan validitas konstruk. c. Uji reliabilitas instrumen

4) Tahap Kelima : Pengumpulan Data

a. Menyusun rencana dan teknis pengumpulan data. b. Melaksanakan penyebaran instrumen.

c. Menganalisis hasil penyebaran instrumen. 5) Tahap Kelima : Pengumpulan dan Analisis Data

a. Menyusun rencana dan teknis pengumpulan data. b. Melakukan penelitian dilapangan.

c. Input data dan analisis d. Uji Hipotesis

3.5.2 Identifikasi Jenis Variabel

Variabel yang terlibat dalam penelitia ini adalah sebagai berikut. 1) Variabel terikat : status identitas vokasional


(31)

43

Dalam penelitian ini, status identitas vokasional merujuk pada konsep Marcia (1993), yakni cara individu dalam mengahadapi akan resolusi isu identitas yang ditandai oleh ada tidaknya usaha eksplorasi yang menyangkut berbagai alternatif vokasional yang ada dan adanya komitmen terhadap suatu alternatif vokasional berlandaskan pertimbangan yang matang yang ia pilih.

Eksplorasi dalam bidang vokasional merujuk pada suatu aktivitas yang secara aktif dilakukan remaja untuk mencari informasi atau alternatif yang sebanyak-banyaknya dan menginterpretasi dengan seluruh kemampuan, akal, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang alternatif vokasional. Berlangsungnya eksplorasi dalam pembentukan identitas vokasional, ditandai dengan aspek berikut.

1) Knowledgeability, yaitu bagaimana tingkat pengetahuan yang dimiliki

individu dengan menunjukkan keleluasaan dan kedalaman mengenai informasi yang berhasil dikumpulkan tentang berbagai alternatif pilihan pada saat pembentukan identitas vokasional. Aspek ini meliputi kedalaman pengetahuan dan pemahaman individu akan alternatif yang ada dalam pencapaian identitas, juga adanya penilaian yang dilakukan individu mengenai kriteria pilihan yang diinginkan dan penilaian mengenai kemampuan diri untuk mengambil pilihan tersebut.

2) Activity directed toward gathering information, yaitu adanya aktifitas yang

terarah dalam mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan semua aktivitas yang dipandang perlu untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

3) Considering alternative potential identity element, yaitu bagaimana individu

mampu mempertimbangkan berbagai informasi yang telah dihimpun tentang berbagai kemungkinan dan peluang dari setiap pilihan yang ada.

4) Desire to make an early decision, yaitu adanya keinginan untuk membuat

keputusan secara dini yang ditunjukan oleh bagaimana individu memiliki keinginan untuk memecahkan keragu-raguan atau ketidakjelasan secepat mungkin dan secara realistis meyakini apa yang dipandang tepat bagi dirinya.


(32)

44

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mengenai dimensi Komitmen, yaitu merujuk pada ketaatan pada sebuah keputusan pilihan dan kesetiaan dari arah pilihan yang membingungkan dikarenakan banyak pilihan yang ada. Artinya, komitmen dalam bidang vokasional adalah keteguhan dan kesetiaan individu terhadap alternatif yang telah dipilihnya.

Seperti halnya pada eksplorasi, faktor-faktor komitmen individu terhadap vokasional yang dipilihnya ditunjukkan sebagai berkut.

1) Knowledgeability, yaitu individu yang telah memiliki komitmen mampu

memperlihatkan pengetahuan yang mendalam terperinci dan akurat tentang hal-hal yang telah diputuskan.

2) Activity directed toward gathering information, yaitu adanya aktifitas yang

terarah untuk mengumpulkan informasi yang menyangkut seluruh aktivitas yang dipandang perlu dan tempat untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.

3) Emotional tone, merujuk pada emosi yang dirasakan individu dalam menggali

informasi yang dibutuhkan pada saat memilih alternatif yang ada. Adanya rasa senang, bangga, dan bersemagat pada saat menggali informasi mengenai alternatif pilihan yang hendak ia pilih.

4) Identification with significant Other, yaitu melakukan identifikasi dengan

orang-orang yang dianggap penting dan sejauhmana individu mampu membedakan aspek positif dan negatif dari figure yang dianggap dirinya sesuai.

5) Projecting one’s personal future, yaitu adanya kemampuan memproyeksikan diri pada masa depan dengan ditandai oleh kemampuan merencanakannya dengan aspek lain dalam kehidupan masa depan yang individu cita-citakan.

6) Resistence to being swayed, yaitu bagaimana individu memiliki ketahanan

terhadap godaan yang bermaksud untuk mengalihkan keputusan yang telah ditetapkan.


(33)

45

Ada empat status identitas yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini yang selanjutnya menjadi hasil penelitian, yaitu (1) status identitas vokasional

achievement: bagi inidividu yang telah bereksplorasi dan telah berkomitmen

berdasarkan eksplorasinya tersebut; (2) status identitas vokasional moratorium: sedang bereksplorasi namun belum berkomitmen; (3) status identitas vokasional foreclosure: tidak bereksplorasi namun berkomitmen, dan (4) status identitas vokasional diffusion: tidak bereksplorasi dan belum berkomitmen.

Data status identitas vokasional ini ditentukan berdasarkan tinggi rendahnya eksplorasi dan komitmen yang diperoleh dari setiap responden.

3.5.3 Rumusan Hipotesis Penelitian

Rumusan hipotesis penelitian dipaparkan sebagai berikut.

1) Terdapat perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik laki-laki dan perempuan.

2) Terdapat perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik di SMA dan SMK.

Berdasarkan rumusan hipotesis penelitian di atas, secara statistik rumusan hipotesis ditulis sebagai berikut.

1) Ho: µ1 = µ2

Hi: µ1 ≠ µ2

2) Ho: µ1 = µ2

Hi: µ1 µ2

3.6 Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui pengumpulan data berdasarka instrumen pengungkap data eksplorasi dan komitmen identitas vokasional. Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala Likert yang menyediakan empat alternatif jawaban. Setiap opsi alternatif mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel 3.6

Tabel 3.6


(34)

46

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Model Summated Ratings (likert) pada SKPSS

Pernyataan

Skor Empat Opsi Alternatif Respons

SS CS KS TS

Favorabel (+) 4 3 2 1

Unfavorabel (-) 1 2 3 4

Pada alat ukur, setiap item memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot tertentu. Bobotnya ialah :

a. Untuk pilihan jawaban sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban cukup sesuai (CS) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (KS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.

Batas skor akan tinggi-rendahnya eksplorasi dan komitmen sebagai dasar penentuan status identitas, ditetapkan berdasarkan rata-rata skor maksinal ideal dan skor minimal ideal. Untuk eksplorasi, skor maksimal adalah 148 dan minimal adalah 37 sehingga rata-ratanya adalah 92,5 dibulatkan menjadi 93. Sedangkan komitmen, skor maksimal adalah 240 dan minimal adalah 60 sehingga rata-ratanya adalah 150. Dengan demikian, batas skor kategori rendah untuk eksplorasi adalah 37 sampai dengan 93 dan untuk komitmen adalah 60 sampai dengan 150. Sedangkan untuk kategori tinggi masing-masing adalah 94 sampai dengan 148 dan 151 sampai dengan 300.

Penentuan kelompok secara umum dengan status identitas vokasional

diffusion, foreclosure, moratorium, dan achievement dalam penelitian dilakukan

sesuai dengan jumlah skor eksplorasi dan komitmen. Penentuan Status dijelaskan pada table berikut.


(35)

47

Tabel 3.7

Penentuan Status Identitas

Eksplorasi Komitmen Status

Rendah Rendah Diffusion

Rendah Tinggi forelosure

Tinggi Rendah Moratorium

Tinggi Tinggi Achievment

Selanjutnya untuk menguji hipotesis penelitian dengan melihat perbandingan status identitas vokasional peserta didik berdasar jenis kelamin dan jenis sekolah di Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014, dilakukan dengan cara pengujian statistik yang diolah melalui uji statistik mann-whitney U test yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dengan bantuan program SPSS

16.0 for Windows dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

n1 = Jumlah sampel 1

n2 = Jumlah sampel 2

U1 = Jumlah peringkat 1

U2 = Jumlah peringkat 2

R1 = Jumlah ranking pada sampel n1

R2 = Jumlah ranking pada sampel n2


(36)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian status identitas vokasional berdasarka jenis kelamin dan jenis sekolah, dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut.

1) Status Identitas Vokasional peserta didik kelas X SMA dan SMK tahun ajaran 2013/2014 di Kota Bandung ada pada tahap achievement, artinya sebagian besar peserta didik SMA dan SMK di Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014 telah melakukan eksplorasi terhadap alternatif-alternatif vokasional yang mereka pilih, mereka memiliki pengetahuan yang cukup akan pilihan vokasional tersebut dan sudah menentukannya.

2) Tidak terdapat perbedaan status identitas vokasional peserta didik laki-laki dan perempuan kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014, artinya jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap proses pembentukan status identitas vokasional peserta didik kelas X.

3) Tidak terdapat perbedaan status identitas vokasional antara SMA dan SMK di Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014, artinya jenis sekolah tidak berpengaruh terhadap proses pembentukan status identitas vokasional peserta didik kelas X.

5.2 Implikasi dan Rekomendasi

Sesuai dengan temuan penelitian, dapat dirumuskan implikasi dan rekomendasi sebagai berikut.

5.2.1 Bagi Konselor di Sekolah

1) Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan status identitas vokasional peserta didik SMA dan SMK baik laki-laki maupun perempuan, hal ini menjadi rujukan bahwa belum tentu peserta didik SMA lebih rendah


(37)

69

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksplorasi dan komitmen mengenai identitas vokasional jika dibandingkan dengan peserta didik SMK.

2) Konselor di sekolah dapat mengawasi perkembangan status identitas vokasional peserta didik karena mereka memiliki kecenderungan berubah-berubah sebagai proses pembentukan identitas yang dilalui sepanjang masa perkembangan kehidupannya. Sehingga dapat menunjang dalam proses pelayanan konseling ketika peserta didik tertentu hendak berkonsultasi atau memberikan layanan responsif jika ditemukan peserta didik yang mengalami penurunan status identitas.

3) Walaupun hasil penelitian menunjukkan peserta didik telah mencapai identitas vokasional, konselor sekolah dapat melakukan bimbingan dalam mempersiapkan peserta didik untuk semakin memantapkan pilihan vokasionalnya hingga jenjang kelas yang lebih tinggi. Juga konselor dapat membantu peserta didik agar semakin memahami cara mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kebingungan pilihan vokasional jika ia memiliki alternatif baru dalam pencapaian identitas vokasionalnya.

4) Bagi peserta didik yang berada pada status identitas vokasional moratorium, secara khusus konselor dapat membimbing dalam membuat komitmen dikarenakan mereka telah melakukan eksplorasi namun masih ragu dalam memutuskan. Konselor sekolah juga dapat membimbing agar mereka dapat mengatasi permasalahan kepribadiannya, yakni karakteristik remaja dengan status moratorium adalah mudah merasa cemas, takut gagal, egois, kurang percaya diri, harga diri atau konsep dirinya rendah. Begitu pula dapat didiskusikan dengan orang tua peserta didik yang berstatus moratorium, karena otoritas orang tua yang membingungkan sangatlah berpengaruh. 5) Bagi peserta didik yang ada pada status identitas vokasional foreclosure,

secara khusus konselor dapat membimbing agar mereka dapat melakukan eksplorasi vokasional, dikarenaka mereka yang telah menetapkan komitmen namun belum pernah mengalami krisis yang memungkinkan mereka mengubah atau mempertimbangkan kembali komitmen yang telah dibuat.


(38)

70

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konselor juga dapat membantu agar mereka tidak lagi tergantung pada orang lain dalam hal tertentu, juga agar dapat meningkatkan percaya dirinya sesuai dengan karakteristik kepribadian remaja pada status foreclosure. 6) Konselor perlu memberikan perhatian yang lebih besar pada peserta didik

yang ada pada status identitas vokasional diffusion, yakni mereka yang belum melakukan eksplorasi maupun membuat komitmen. Mereka juga cenderung memiliki perkembangan konsep diri yang terlambat, kemampuan kognitif tidak berfungsi dengan baik, ragu-ragu, pasif, dan tidak inisatif. Jika dibiarkan, hal ini akan berdampak pada tahap perkembangan selanjutnya yang membuat ia kesulitan dalam mencapai identitas vokasional. 7) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi awal dalam memberikan

layanan bimbingan dan konseling khususnya dalam bidang karir di sekolah karena telah diperoleh informasi mengenai gambaran status identitas vokasional.

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal mengenai status identitas vokasional peserta didik.

2) Penelitian ini masih memiliki keterbatasan karena subjek penelitian hanya pada satu jenjang penidikan dan jenjang kelas saja. Maka, untuk menyempurnakan penelitian mengenai status identitas vokasional, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dengan membandingkan status identitas peserta didik pada setiap jenjang sekolah ataupun jenjang kelas yang berbeda, sehingga dapat ditemukan pola status identitas vokasional pada setiap tahap perkembangan.

3) Peneliti selanjutnya juga dapat memilih lokasi penelitian yang lebih beragam seperti membandingkan letak geografis sekolah dan tempat tinggal. Hal ini dikarenakan pengaruh lingkungan memiliki peran penting dalam pembentukan identitas.


(39)

71

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Status sosial-ekonomi juga dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya sehingga diperoleh gambaran status identitas yang menyeluruh dan dinamis.


(40)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Archer, S.L. (1993). Identity Status in Early and Midle Adolescent.. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A Handbook for

Psychosocial Research (hlm. 177-204). New York: Springer-Verlag.

Archer, S.L. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development: a

Reference Manual. London: Sage.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhmad, S.A. (2014). Instrumen Pengungkap Data Eksplorasi dan Komitmen

Identitas Vokasional. Program Studi Bimbingan dan Konseling Magister

UPI, Bandung.

Bahari, K. (2011) Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pembentukan Identitas Diri Remaja. Jurnal Poltekkes-Malang: Poltekkes Kemenkes

Malang. 1(2).

Boeree, G.C. (2010). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama

Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismashopie.

BPS (2012). Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Berumur 15 Tahun ke

Atas menurut Kelompok umur dan Jenis Kelamin, 2009-2012. Sakemas:

BPS RI

Buckingham, D. (2008). Introduction of Identity.Cambridge, MA: The MIT Press. Byram, H.M. & Wenrich, R.C. (1956). Vocational Education and Practical arts

in the Community School. New York: The Macmillan Company.

Chae, M. H. (2002). Gender and Ethnicity in Identity Formation. Journal of

Professional Counseling. Vol 56, New Jersey.

Clark, D. H. (1983). How Secondary School Graduates Perform in the Labir


(41)

72

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Crain, W.C. (1980). Theories of Development, Concept and Aplication. New Jersey: Prentice-Hall.

Cresswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th).Boston: Pearson

Education.

Crocetti, E. dkk. (2008). Capturing the Dynamic of Identity Formation in Various Ethnic Grous: Development and Validation of Three-Dimensional Model.

Journal of Adolescence 31. 207-222. Italy: Elsevier Ltd.

Erikson, E.H. (1950). Childhood and Society. New York: W.W. Norton & Company

Erikson, E.H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: W.W. Norton & Company

Erikson, E.H. (1980). Identity and the Life Cycle. New York: W.W. Norton & Company.

Friedman, S. & Shustack, W.M. (2008). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset

Modern. Jakarta: Erlangga.

Furman, B.S. (1990). Adolescence, adolescence. London: scott, Foresman Company

House, D. & Suryadarma (2011). The Value of Vocational Education: Hogh

School Type and Labor Market Outcome in Indonesia. Washington DC:

Policy Research Working Paper.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Irwan, M. (2011). Ada 27 Persen Lulusan SMA SMK Menganggur. Tersedia [online]http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/03/29/ mkdl2n-ada-27-persen-lulusan-smasmk-menganggur. [20 Desember 2013] Judika, I. (2012). Lulusan SMK Duduki Jumlah Pengangguran Tertinggi. [online].

Tersedia di: http://esq-news.com/2012/berita/11/06/lulusan-smk-duduki-jumlah-pengangguran-tertinggi.html. Diakses 20 Desember 2013.


(42)

73

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kroger, J. (1993). Ego Identity: an Overview. Disscussions on Ego Identity. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Lestari, H. (2010). Gambaran Status Idenititas Vokasional pada Remaja:

Penelitian pada Siswa Kelas 3 SMAN 2 Serpong. (Skripsi). Fakultas

Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta

Marcia, J.E. (1964). Determination and Construct Validity of Ego Identity

Status.(Dissertation). Ohio State University, Columbus

Macia, J.E. (1966). Developmental and Validation of Ego-Identity Status. Journal

of Personality and Social Psychology, 3 (5), hlm. 551-558.

Macia, J.E. (1993a). The Ego Identity Status Approach to Ego Identity. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A Handbook for

Psychosocial Research. New York: Springer-Verlag

Macia, J.E. (1993b). The Status of the Status: Research Review.. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A Handbook for Psychosocial

Research. New York: Springer-Verlag

Marcia, J.E. & Archer, S.L. (1993). Identity Status in Late Adolescents: Scoring Criteria. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A

Handbook for Psychosocial Research (hlm. 205-240). New York:

Springer-Verlag.

Miles, J. (2003). Does Adoption Affect the Adolescent Erikonian Task of Identity Formation? Journal of Psychology, 93, Psych 93KS.

Monks, F.J. (1996). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Unversity Press.

Mutmainah (2009). Kajian Korelasi Tata Jenjang. (Skripsi). Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. Muus, R.E. (2006). Theories of Adolescence (6th ed.).New York: McGraw-Hill


(43)

74

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Norman, A & Collins. (1995) Adolescent Psychology: A Developmental View. USA: McGraw-Hill.

Nuryoto (1998). Perbedaan Prestasi Akademik Antara Laki-laki dan Perempuan di Yogyakarta. Jurnal Psikologi (2), hlm. 16-24: Universitas Gajah Mada Papalia, D.E., dkk . (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Pemerintah RI (1990). Peraturan Pemeintah Republik Indonesia nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah. Jakarta: Lembar Kerja Negara Republik Indonesia.

Pemerintah RI (2010a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia

Pemerintah RI (2010b). Peraturan Pemerintah Republik Nomor 66 Tahun 2010

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:

Lembaran Negara Republik Indonesia.

Prasetyo, B. (2005). Metode Penelitian Kuantitaif. Bandung: Rajagrafindo Persada.

Raskin, P.M. (2006). Identity and Vocational Development. New Jersey: Lawrence Elbaum Associates, Publishers.

Ratnawati & Kuswardani (2012). Kematangan Vokasional dan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jurnal

Pskiologi 205: Universitas setiabudi Surakarta.

Salkind, N. J. (2004). An Introduction to Theories of Human Development. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications. International Education and Publisher

Samani, M. (1991). Keefektifan Pendidikan SMK Jurusan Mesin: Studi

Pelacakan terhadap Lulusan SMK di Surabaya. (Disertasi). Doktor IKIP,


(44)

75

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sandhu, D. dkk. (2012). Adolescent Identity Formation, Psychological Well-being, Parental Attitudes. Pakistan Journal of Psychological Research, 27 (1), hlm. 89-105.

Santrock, J. W. (2007). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup,

Edisi 5, Jilid II. University of Texas Brown & Bencmark: Dallas.

Sari. S.N. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang tua Dengan Pembentukan

Identitas Vokasional Remaja. (Skripsi). Jurusan Psikologi: FIP,

Universitas Pendidika Indonesia, Bandung.

Steinberg, L. (1993) Adolescence. New York: Mc Graw Hiil. Inc Sugiyono (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D., dkk. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia,

Membangun Manusia Produktif. Departemen Pendidikan Nasonal,

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Tansel, A. (1999). General versus Vocational High School and Labor Market in

Turkey. Cairo: The Economic Research Forum.

Trisyanti W. E.. (2008). Gambaran Status Identitas Vokasional Remaja:

Penelitian terhadap siswa Kelas 3 SMA Negeri 10 Bandung. (Skripsi).

Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranata, Bandung.

UU (1950). Undang-undang nomor 4 tahun 1950 jo. Nomor 12 tahun 1954

tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Lembaran

Negara Republik Indonesia.

UU (2003). Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.

Vondracek, F.W., dkk. (1995). The relationship of identity status to career indecision during adolescence. Journal of Adolescence, hlm. 17-29


(45)

76

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Waterman, A. S. (1985). New Directions for Child Development: Identity in

Adolescence: Processes and contents. (Vol. 30). San Francisco:

Jossey-Bass.

Waterman, A. S. (1993). Developmental Perspectives on Identity Formation: From Adolescence to Adulthood. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting),

Ego Identity: A Handbook for Psychosocial Research (42-68). New York:

Springer-Verlag

Wenrich, R.C. & Wenrich, J.W. (1974). Leadership in Administration of

Vocational and Technical Education. Columbus: Charles E. Merrill

Publishing Company. Abell & Howell Company.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Zuraya, N. (2013). Lulusan SMK Dominasi Pengangguran. Tersedia [online]


(1)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Archer, S.L. (1993). Identity Status in Early and Midle Adolescent.. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A Handbook for

Psychosocial Research (hlm. 177-204). New York: Springer-Verlag.

Archer, S.L. (1994). Interventions for Adolescent Identity Development: a

Reference Manual. London: Sage.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhmad, S.A. (2014). Instrumen Pengungkap Data Eksplorasi dan Komitmen

Identitas Vokasional. Program Studi Bimbingan dan Konseling Magister

UPI, Bandung.

Bahari, K. (2011) Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pembentukan Identitas Diri Remaja. Jurnal Poltekkes-Malang: Poltekkes Kemenkes

Malang. 1(2).

Boeree, G.C. (2010). Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda Bersama

Psikolog Dunia. Jogjakarta: Prismashopie.

BPS (2012). Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Berumur 15 Tahun ke

Atas menurut Kelompok umur dan Jenis Kelamin, 2009-2012. Sakemas:

BPS RI

Buckingham, D. (2008). Introduction of Identity.Cambridge, MA: The MIT Press. Byram, H.M. & Wenrich, R.C. (1956). Vocational Education and Practical arts

in the Community School. New York: The Macmillan Company.

Chae, M. H. (2002). Gender and Ethnicity in Identity Formation. Journal of

Professional Counseling. Vol 56, New Jersey.

Clark, D. H. (1983). How Secondary School Graduates Perform in the Labir


(2)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Crain, W.C. (1980). Theories of Development, Concept and Aplication. New Jersey: Prentice-Hall.

Cresswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research (4th).Boston: Pearson

Education.

Crocetti, E. dkk. (2008). Capturing the Dynamic of Identity Formation in Various Ethnic Grous: Development and Validation of Three-Dimensional Model.

Journal of Adolescence 31. 207-222. Italy: Elsevier Ltd.

Erikson, E.H. (1950). Childhood and Society. New York: W.W. Norton & Company

Erikson, E.H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: W.W. Norton & Company

Erikson, E.H. (1980). Identity and the Life Cycle. New York: W.W. Norton & Company.

Friedman, S. & Shustack, W.M. (2008). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset

Modern. Jakarta: Erlangga.

Furman, B.S. (1990). Adolescence, adolescence. London: scott, Foresman Company

House, D. & Suryadarma (2011). The Value of Vocational Education: Hogh

School Type and Labor Market Outcome in Indonesia. Washington DC:

Policy Research Working Paper.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Irwan, M. (2011). Ada 27 Persen Lulusan SMA SMK Menganggur. Tersedia [online]http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/03/29/ mkdl2n-ada-27-persen-lulusan-smasmk-menganggur. [20 Desember 2013] Judika, I. (2012). Lulusan SMK Duduki Jumlah Pengangguran Tertinggi. [online].

Tersedia di: http://esq-news.com/2012/berita/11/06/lulusan-smk-duduki-jumlah-pengangguran-tertinggi.html. Diakses 20 Desember 2013.


(3)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kroger, J. (1993). Ego Identity: an Overview. Disscussions on Ego Identity. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Lestari, H. (2010). Gambaran Status Idenititas Vokasional pada Remaja:

Penelitian pada Siswa Kelas 3 SMAN 2 Serpong. (Skripsi). Fakultas

Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta

Marcia, J.E. (1964). Determination and Construct Validity of Ego Identity

Status.(Dissertation). Ohio State University, Columbus

Macia, J.E. (1966). Developmental and Validation of Ego-Identity Status. Journal

of Personality and Social Psychology, 3 (5), hlm. 551-558.

Macia, J.E. (1993a). The Ego Identity Status Approach to Ego Identity. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A Handbook for

Psychosocial Research. New York: Springer-Verlag

Macia, J.E. (1993b). The Status of the Status: Research Review.. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A Handbook for Psychosocial

Research. New York: Springer-Verlag

Marcia, J.E. & Archer, S.L. (1993). Identity Status in Late Adolescents: Scoring Criteria. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A

Handbook for Psychosocial Research (hlm. 205-240). New York:

Springer-Verlag.

Miles, J. (2003). Does Adoption Affect the Adolescent Erikonian Task of Identity Formation? Journal of Psychology, 93, Psych 93KS.

Monks, F.J. (1996). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Unversity Press.

Mutmainah (2009). Kajian Korelasi Tata Jenjang. (Skripsi). Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. Muus, R.E. (2006). Theories of Adolescence (6th ed.).New York: McGraw-Hill


(4)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Norman, A & Collins. (1995) Adolescent Psychology: A Developmental View. USA: McGraw-Hill.

Nuryoto (1998). Perbedaan Prestasi Akademik Antara Laki-laki dan Perempuan di Yogyakarta. Jurnal Psikologi (2), hlm. 16-24: Universitas Gajah Mada Papalia, D.E., dkk . (2008). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Pemerintah RI (1990). Peraturan Pemeintah Republik Indonesia nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah. Jakarta: Lembar Kerja Negara Republik Indonesia.

Pemerintah RI (2010a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia

Pemerintah RI (2010b). Peraturan Pemerintah Republik Nomor 66 Tahun 2010

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:

Lembaran Negara Republik Indonesia.

Prasetyo, B. (2005). Metode Penelitian Kuantitaif. Bandung: Rajagrafindo Persada.

Raskin, P.M. (2006). Identity and Vocational Development. New Jersey: Lawrence Elbaum Associates, Publishers.

Ratnawati & Kuswardani (2012). Kematangan Vokasional dan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jurnal

Pskiologi 205: Universitas setiabudi Surakarta.

Salkind, N. J. (2004). An Introduction to Theories of Human Development. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications. International Education and Publisher

Samani, M. (1991). Keefektifan Pendidikan SMK Jurusan Mesin: Studi

Pelacakan terhadap Lulusan SMK di Surabaya. (Disertasi). Doktor IKIP,


(5)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sandhu, D. dkk. (2012). Adolescent Identity Formation, Psychological Well-being, Parental Attitudes. Pakistan Journal of Psychological Research, 27 (1), hlm. 89-105.

Santrock, J. W. (2007). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup,

Edisi 5, Jilid II. University of Texas Brown & Bencmark: Dallas.

Sari. S.N. (2010). Hubungan Pola Asuh Orang tua Dengan Pembentukan

Identitas Vokasional Remaja. (Skripsi). Jurusan Psikologi: FIP,

Universitas Pendidika Indonesia, Bandung.

Steinberg, L. (1993) Adolescence. New York: Mc Graw Hiil. Inc Sugiyono (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D., dkk. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia,

Membangun Manusia Produktif. Departemen Pendidikan Nasonal,

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Tansel, A. (1999). General versus Vocational High School and Labor Market in

Turkey. Cairo: The Economic Research Forum.

Trisyanti W. E.. (2008). Gambaran Status Identitas Vokasional Remaja:

Penelitian terhadap siswa Kelas 3 SMA Negeri 10 Bandung. (Skripsi).

Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranata, Bandung.

UU (1950). Undang-undang nomor 4 tahun 1950 jo. Nomor 12 tahun 1954

tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Lembaran

Negara Republik Indonesia.

UU (2003). Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia.

Vondracek, F.W., dkk. (1995). The relationship of identity status to career indecision during adolescence. Journal of Adolescence, hlm. 17-29


(6)

Ari Aryanto, 2014

Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Waterman, A. S. (1985). New Directions for Child Development: Identity in

Adolescence: Processes and contents. (Vol. 30). San Francisco:

Jossey-Bass.

Waterman, A. S. (1993). Developmental Perspectives on Identity Formation: From Adolescence to Adulthood. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting),

Ego Identity: A Handbook for Psychosocial Research (42-68). New York:

Springer-Verlag

Wenrich, R.C. & Wenrich, J.W. (1974). Leadership in Administration of

Vocational and Technical Education. Columbus: Charles E. Merrill

Publishing Company. Abell & Howell Company.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

Zuraya, N. (2013). Lulusan SMK Dominasi Pengangguran. Tersedia [online]


Dokumen yang terkait

Efektivitas Teknik Modeling Melalui Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Hormat Peserta Didik (Quasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X di SMK Muhammadiyah 2 Bandung Tahun Pelajaran 20142015)

0 0 22

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Profesional Guru terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Peserta Didik Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Ceper Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 14

PEDAGOGIK: PENGEMBANAGAN POTENSI PESERTA DIDIK TUNADAKSA PROFESIONAL : KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI PESERTA DIDIK TUNADAKSA Penulis

0 0 184

KLASIFIKASI JENIS KELAMIN BERDASARKAN CITRA WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA ADABOOST-SVM

0 2 6

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

0 1 8

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas V SDN Paturaman Desa Sukaratu Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 0 13

FEELING OF INFERIORITY SISWA OBESITAS BERDASARKAN JENIS KELAMIN DI SMPI KHAIRA UMMAH PADANG

0 0 24

Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bulu Tahun Ajaran 2017/2018

0 1 19

GAMBARAN KESIMETRISAN LENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA FKG USU BERDASARKAN JENIS KELAMIN

0 0 13

DATA RESPONDEN NAMA : UMUR : JENIS KELAMIN : PEKERJAAN : JENIS BPJS I (NON PBI): BENTUK KUESIONER WAWANCARA KEPADA PASIEN

0 0 14