PROVING MONEY LAUNDERING CRIME WITHOUT ACCUSATION OF PREDICATE CRIME

PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG TANPA DAKWAAN TINDAK PIDANA ASAL

Kajian Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR

PROVING MONEY LAUNDERING CRIME WITHOUT ACCUSATION OF PREDICATE CRIME

An Analysis of Court Decision Number 57/PID.SUS/2014/PN.SLR

Halif

Fakultas Hukum Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Kampus Bumi Tegalboto, Jember 68121 E-mail: halif.fh@unej.ac.id

Naskah diterima: 16 Februari 2017; revisi: 14 Agustus 2017; disetujui 14 Agustus 2017

ABSTRAK

ABSTRACT

Dalam surat dakwaan Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/ In the accusation of Court Decision Number 57/PID. PN.SLR, penuntut umum mendakwa dengan pasal SUS/2014/PN.SLR, the prosecutor filed the accusation tindak pidana pencucian uang tanpa bersamaan dengan with the article of money laundering crime without pasal tindak pidana asal, sebagaimana diatur secara referring to the article on the predicate crime, as limitatif dalam Pasal 2 Undang-Undang Pencegahan regulated in Article 2 of Law on Money Laundering dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Crime. Such matters affect the judges in proving Hal yang demikian berdampak kepada hakim dalam the elements of money laundering crime known or membuktikan unsur tindak pidana pencucian uang yang reasonably suspected to be the result of a predicate diketahui atau patut diduga hasil dari tindak pidana crime. Issues of interest to review in the analysis are: asal. Permasalahan yang menarik untuk dianalisis

1) why does determining the form of the accusation adalah 1) mengapa penentuan bentuk dakwaan menjadi play important role in the money laundering crime? penting dalam tindak pidana pencucian uang?; dan and 2) how does the judge prove the element of money

2) bagaimanakah hakim membuktikan unsur tindak laundering crime if the predicate crime is not accused? pidana pencucian uang jika tindak pidana asal tidak To analyse these problems, the juridical-normative didakwakan? Untuk menganalisis permasalahan tersebut method with legislative and conceptual approaches was digunakanlah metode penelitian yuridis normatif dengan used in this analysis. The accusation form determination pendekatan perundang-undangan dan pendekatan in money laundering crime becomes the basis for the konseptual. Penentuan bentuk dakwaan dalam tindak judge to determine the proof system in proving the pidana pencucian uang menjadi dasar bagi hakim untuk element. With the precise proof the judge can prove the menentukan sistem pembuktian dalam membuktikan element of money laundering crime. It is therefore vey unsur. Dengan pembuktian yang tepat hakim dapat important to precisely write the accusation letter in the membuktikan unsur tindak pidana pencucian uang. Oleh money laundering crime. However in proving the money karena itu, penyusunan surat dakwaan yang tepat dalam laundering crime the predicate crime should be proved tindak pidana pencucian uang menjadi hal yang sangat first. penting.

Keywords: money laundering, accusation, proof. Kata kunci: pencucian uang, dakwaan, pembuktian.

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

I. PENDAHULUAN

Pemberatasan Tindak Pidana Pencucian Uang, seperti tindak pidana korupsi, tindak pidana

A. Latar Belakang

perdagangan narkoba atau tindak pidana lain Tindak pidana pencucian uang merupakan yang diancam pidana penjara empat tahun atau proses penyembunyian atau penyamaran harta lebih. kekayaan yang dihasilkan dari tindak pidana

Kedua, tindak pidana pencucian uang, tindak asal, seperti tindak pidana korupsi, tindak pidana ini merupakan tindakan atau perbuatan pidana perdagangan narkoba atau tindak pidana menyamarkan atau menyembunyikan harta perdagangan orang, baik melalui sistem keuangan kekayaan hasil tindak pidana asal dengan tujuan maupun melalui sistem non- keuangan, sehingga agar asal usul harta kekayaan tidak diketahui, harta kekayaan tersebut seolah-olah menjadi sah. sehingga harta kekayaan yang sebenarnya hasil

Sebagaimana kesimpulan yang dirumuskan dari tindak pidana (ilegal) menjadi seolah-olah Sjahdeini (2007: 5) dari beberapa pendapat harta kekayaan yang sah. tentang pengertian pencucian uang, bahwa

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan pencucian uang adalah serangkaian kegiatan bahwa antara tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi dengan tindak pidana asal memiliki hubungan terhadap uang yang dihasilkan dari tindak pidana yang erat. Bagaimana mungkin akan terjadi tindak yang tujuannya untuk menyembunyikan atau pidana pencucian uang jika tidak didahului oleh menyamarkan asal usul dari penegak hukum tindak pidana asal terlebih dahulu, sementara dengan cara memasukkan uang tersebut ke dalam objek tindak pidana pencucian uang adalah harta sistem keuangan ( financial system) sehingga kekayaan yang dihasilkan dari tindak pidana asal. nantinya menjadi uang yang halal. Artinya, tindak pidana pencucian uang tidak akan

Dari pengertian tersebut nampak bahwa terjadi jikalau tidak didahului oleh tindak pidana pencucian uang mengandung dua tindak pidana, asal. sebagaimana rumusan pencucian uang di negara-

Hubungan tersebut ternyata menimbulkan negara ASEAN, yang merumuskan tindak pidana

permasalahan dalam penegakan hukum, baik pencucian uang dengan tindak pidana asal

pada tingkat penyidikan, penuntutan atau pada ( predicate offence), meskipun jenis tindak pidana

saat pembuktian di sidang pengadilan. Pada asal yang dirumuskan berbeda-beda (Arief, 2013:

tingkat penyidikan, penyidik berada pada dua 144-146).

pilihan, melakukan penyidikan secara bersamaan Pertama, tindak pidana asal (predicate antara tindak pidana pencucian uang dan

offence), tindak pidana ini merupakan tindak tindak pidana asal atau hanya menyidik tindak pidana yang menjadi sumber asal dari harta haram pidana pencucian uang. Demikian juga dalam ( dirty money) atau hasil tindak pidana (criminal penyusunan surat dakwaan, penuntut umum proceeds) yang kemudian dicuci (Arief, 2013: berada pada dua pilihan, mendakwa secara 144). Jenis tindak pidana asal secara limitatif bersamaan antara tindak pidana asal dan tindak diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang pidana pencucian uang atau hanya mendakwa Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan tindak pidana pencucian uang.

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

Hal demikian juga dihadapi oleh hakim dakwaan subsider Pasal 4 Undang-Undang pada saat membuktikan unsur tindak pidana, Nomor 8 Tahun 2010, hakim mempertimbangkan hakim berada pada dua pilihan, membuktikan bahwa unsur Pasal 4 telah terpenuhi dan terbukti tindak pidana asal terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan pertimbangan bahwa terdakwa yang dengan membuktikan tindak pidana pencucian meminjam rekening AR dan menyuruh temannya uang, jika keduanya didakwakan secara untuk mentransfer uang yang diduga harta hasil bersamaan, atau hanya membuktikan tindak tindak pidana penyelundupan pupuk ke rekening pidana pencucian uang saja, karena tindak pidana BRI milik AR. asal tidak didakwakan.

Hal menarik untuk dianalisis dari uraian Berkenaan dengan permasalahan di atas, di atas, mengenai penentuan bentuk surat terdapat satu putusan yang menarik untuk dikaji dakwaan dalam tindak pidana pencucian uang dan dianalisis, putusan tersebut adalah Putusan dan pembuktian unsur tindak pidana pencucian. Nomor 57/Pid.Sus/2014/PN.Slr. Terdakwa dalam Penuntut umum menyusun surat dakwaannya putusan ini adalah R (48 tahun), seorang pedagang dengan bentuk subsider, primer Pasal 3 Undang- pupuk dari Kabupaten Selayar. Perdagangan pupuk Undang Nomor 8 Tahun 2010, sedangkan yang dilakukan R merupakan hasil penyelundupan subsider Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun dari Malaysia yang dibawa melalui kapal menuju 2010. Antara tindak pidana pencucian uang dan Flores, Nusa Tenggara Timur untuk dijual. Hasil tindak pidana asal memiliki hubungan yang dari penjualan pupuk tersebut ditransfer melalui erat, meskipun keduanya berdiri sendiri-sendiri. rekening pinjaman kepada orang lain atas nama Sementara terhadap pembuktian unsur tindak AR dengan Nomor Rekening 0257-01-006306- pidana pencucian uang, hakim membuktikannya 603 Bank BRI Selayar. Transfer tersebut dilakukan tanpa terlebih dahulu membuktikan tindak pidana dua kali, yaitu: pertama, pada tanggal 2 Januari asalnya. Bahkan hakim menyatakan terdakwa 2014 sebesar Rp54.000.000,- Kedua, pada tanggal terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang

3 Januari 2014 sebesar Rp75.000.000,- Jadi “meskipun tindak pidana asalnya tidak dibuktikan jumlah keseluruhan uang yang ditransfer teman terlebih dahulu.” R ke rekening AR berjumlah Rp129.000.000,-

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang dilakukan R, penuntut umum mendakwanya dengan bentuk

Setelah meyimak latar belakang di atas surat dakwaan subsider, primer Pasal 3 Undang- dapat dirumuskan beberapa permasalahan

Undang Nomor 8 Tahun 2010, subsider Pasal 4 sebagai berikut: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.

1. Mengapa penentuan bentuk surat dakwaan Hakim mempertimbangkan bahwa dakwaan

terhadap tindak pidana pencucian uang primer Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

dalam Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/ 2010 tidak terbukti dengan pertimbangannya

PN.SLR menjadi penting? bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa tidak tergolong sebagai perbuatan aktif, sementara Pasal 2. Bagaimanakah hakim membuktikan unsur

3 diperuntukkan bagi pelaku aktif. Sedangkan tindak pidana pencucian uang dalam

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR menceritakan bahwa istilah money laundering jika tindak pidana asal tidak didakwakan? awalnya dari tempat usaha pencucian pakaian

secara otomatis di AS yang disebut dengan

laundromats. Usaha yang berkedok pencucian pakaian otomatis ini dipilih oleh para mafia untuk

C. Tujuan dan Kegunaan

Setiap penelitian pasti memiliki tujuan menyamarkan uang hasil tindak pidana yang sebagai suatu sasaran yang ingin dicapai, adapun dilakukannya menjadi seolah-olah uang yang sah tujuan dari penelitian ini adalah:

(Darwin, 2012: 12). Namun, menurut Robinson

1. Mengetahui dan menganalisa penentuan cerita yang demikian hanyalah cerita bohong, bentuk surat dakwaan terhadap tindak menurutnya pencucian uang bukanlah yang pidana pencucian uang dalam Putusan seperti disebutkan di atas akan tetapi penempatan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR uang hasil kejahatan melalui sirkulasi transaksi menjadi penting.

yang akhirnya uang hasil kejahatan tersebut seolah-olah menjadi uang yang sah (Sjahdeini,

2. Mengetahui dan menganalisa hakim 2007: 6). dalam membuktikan unsur tindak pidana pencucian uang dalam Putusan Nomor 57/

Menurut Willing pengertian pencucian PID.SUS/2014/PN.SLR jika tindak pidana uang adalah proses penyembunyian keberadaan, asal tidak didakwakan.

sumber tindak sah, atau aplikasi pendapatan tidak sah, sehingga pendapatan itu menjadi nampak sah.

Selain tujuan tentunya penelitian ini Demikian juga menurut Fraser, pencucian uang memiliki kegunaan atau manfaat, adapun adalah sebuah proses yang sungguh sederhana kegunaan dari penelitian ini adalah:

di mana uang kotor diproses atau dicuci melalui sumber yang sah atau bersih sehingga orang dapat

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberi menikmati keuntungan tidak halal itu dengan

sumbangsih pemikiran tentang karakteristik

aman (Harmadi, 2011: 26).

tindak pidana pencucian uang, serta hubungannya dengan tindak pidana asal.

Menurut Bucy mendefinisikan pencucian uang adalah perahasiaan dari keberadaan, sumber

2. Secara praktis, penelitian ini dapat yang tidak sah tentang dana gelap sedemikian

dijadikan acuan oleh penegak hukum, rupa sehingga dana tersebut akan tampak sah

baik pada tingkat penyidikan, penuntutan jika ditemukan. Tidak berbeda dengan pendapat

maupun pada saat pemeriksaan di sidang Chaikin yang mendefinisikan pencucian pengadilan dalam perkara tindak pidana uang sebagai suatu proses dengan mana satu

pencucian uang. penyembunyian atau penyamaran sumber,

disposisi, pergerakan, atau uang kepemilikan

D. Tinjauan Pustaka

untuk alasan apapun juga (Harmadi, 2011: 26). Istilah tindak pidana pencucian uang

Proses penyamaran atau penyembunyian berasal dari terjemahan money laundering, dalam

atas uang hasil tindak pidana tersebut dapat bahasa Indonesia diartikan pencucian uang. Steel

dilakukan melalui tiga tahapan (Uly & Tanya, 2009:

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

13-17), yaitu: 1) placemen, yakni kegiatan untuk pidana pencucian uang tidak wajib dibuktikan menempatkan uang hasil tindak pidana ke sistem terlebih dahulu tindak pidana asalnya.” keuangan atau non-sistem keuangan; 2) layering,

Berdasarkan pasal ini dapat disimpulkan yakni kegiatan pelapisan dengan mentransfer

bahwa perkara tindak pidana pencucian uang uang hasil tindak pidana yang telah diletakkan di

dapat dilakukan penyidikan juga penuntutan sistem keuangan (bank) lalu ditransfer ke sistem

bahkan dilakukan proses persidangan meskipun keuangan yang lain (bank), baik di lingkup dalam

tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian negeri maupun di luar negeri; dan 3) integration, uang tidak dibuktikan terlebih dahulu. Dengan

yakni kegiatan penyatuan uang hasil tindak pidana kata lain, tindak pidana pencucian uang

yang telah diproses dalam sistem keuangan ditarik dapat dilakukan penyidikan, penuntutan dan

dan dimasukkan ke perusahaan yang sah. pemeriksaan di sidang pengadilan secara mandiri

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tanpa bersamaan dengan tindak pidana asal. Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak

Pasal 75 Undang-Undang Nomor 8 Tahun Pidana Pencucian Uang mempertegas pengertian

2010 menyatakan: “Dalam hal penyidikan tindak pidana pencucian uang secara yuridis, pada

menemukan bukti permulaan yang cukup Pasal 1 angka (1) dinyatakan bahwa: “Pencucian

terjadinya tindak pidana pencucian uang dan uang adalah segala perbuatan yang memenuhi

tindak pidana asal, penyidik menggabungkan unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan

penyidikan tindak pidana asal dengan ketentuan dalam undang-undang ini,” yakni Pasal

penyidikan tindak pidana pencucian uang dan

3, Pasal 4, dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 memberitahukannya kepada PPATK.” Pasal ini

Tahun 2010. memberi peluang kepada tindak pidana pencucian

Menurut Husein pada saat sosialisasi uang dan tindak pidana asal dilakukan penyidikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 di secara bersamaan, dengan syarat apabila telah Fakultas Hukum Universitas Jember tahun 2011 ada bukti permulaan yang cukup terhadap tindak menyatakan bahwa Pasal 3 merupakan delik pidana asal. Pasal tersebut juga berimplikasi pada aktif, sedangkan Pasal 5 merupakan delik pasif. penyusunan bentuk surat dakwaan oleh penuntut Penentuan yang demikian dapat memudahkan umum, berpijak pada pasal tersebut, bentuk penegak hukum dalam membuktikan perbuatan surat dakwaan yang disusun penuntut umum tindak pidana pencucian uang. Sedangkan Pasal 4 berbentuk kumulatif, yakni mendakwa secara merupakan delik baru untuk menjerat pelaku yang bersama antara tindak pidana asal dan tindak menyembunyikan asal usul, sumber dan lainya, pidana pencucian uang. tetapi pelaku bukanlah pelaku tindak pidana asal

Dua pasal di atas seolah-olah bersifat (Husein, 2011). kontradiktif, Pasal 69 memperkenankan untuk

Dalam konteks pidana materiil, Undang- dilakukan penyidikan, bahkan penuntutan apalagi Undang Nomor 8 Tahun 2010 sepintas bersifat pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak kontradiktif, Pasal 69 menyatakan: “Untuk pidana pencucian uang meskipun tidak dibuktikan dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Sedangkan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak Pasal 75 juga memperkenankan dilakukan

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

69 tidak bisa berdiri sendiri, harus disandingkan menguasai metodologi disiplin ilmu pengetahuan dengan Pasal 77 dan Pasal 78 (pembalikan beban yang akan diteliti. pembuktian). Perumus Undang-Undang Nomor

Penelitian yang penulis lakukan adalah

8 Tahun 2010 beranggapan bahwa pada akhirnya penelitian terhadap Putusan Nomor 57/PID.

tindak pidana pencucian uang tetap didasari oleh SUS/2014/PN.SLR yang penulis peroleh

adanya tindak pidana asal, maka pada tahap dari Direktori Putusan Mahkamah Agung.

pemeriksaan di sidang pengadilan sebagaimana Putusan ini diidentifikasi masalah hukum yang diatur dalam Pasal 77: “untuk kepentingan terkandung di dalamnya lalu dilakukan penalaran

pemeriksaan di sidang pengadilan terdakwa hukum dan menganalisanya untuk dipecahkan

wajib membuktikan bahwa harta kekayaannya melalui kaidah-kaidah hukum yang berlaku

bukan merupakan hasil tindak pidana.” dan relevan dengan permasalahan hukum yang

Terdakwa tindak pidana pencucian uang ingin dipecahkan, sehingga luaran dari hasil wajib membuktikan harta kekayaannya bukan analisisnya berbentuk preskripsi. Tipe penelitian merupakan hasil tindak pidana alias tindak pidana yang demikian menurut Marzuki (2016: 60) asal. Selain itu, Pasal 69 Undang-Undang Nomor disebut dengan penelitian yuridis normatif.

8 Tahun 2010 berfungsi sebagai perampasan aset Untuk menganalisis permasalahan hukum

dengan cara keperdataan ( civil forfectur) (Utomo, yang ada dalam Putusan Nomor 57/PID.

2013: 62) yang dikhususkan terhadap tindak SUS/2014/PN.SLR, penulis menggunakan dua

pidana illicit enrichment, yakni pejabat negara pendekatan, pertama, pendekatan perundang- yang memiliki harta kekayaan melebihi dari profil undangan ( statute approach), pendekatan ini

pekerjaan dan penghasilannya, sehingga harta dilakukan dengan cara menelaah undang-

kekayaan yang lebih tersebut diduga hasil dari undang dan regulasi yang berhubungan dengan

tindak pidana. Namun sangat disayangkan tindak permasalahan hukum yang penulis angkat.

pidana tersebut belum diberlakukan di Indonesia, Kedua, pendekatan konseptual (conceptual sehingga Pasal 69 tidak berfungsi (Atmasasmita, approach), pendekatan yang menggunakan 2013: 24). pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

yang berkembang di dalam ilmu hukum yang

II. METODE

membentuk pengertian ilmu hukum, konsep- Metode dalam suatu penelitian menjadi konsep hukum dan asas-asas hukum. Untuk

hal yang mutlak harus ada, sebagaimana yang menganalisis rumusan masalah yang menjadi disampaikan oleh Soekanto (2010:6) “metodologi objek penelitian dibutuhkan bahan hukum, baik merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada yang bersifat bahan hukum primer maupun yang di dalam penelitian dan pengembangan ilmu bersifat bahan hukum sekunder. Bahan hukum

primer merupakan bahan hukum yang bersifat

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192 Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

penyidikan, apakah telah lengkap atau belum. Jika telah dinyatakan lengkap, penuntut umum

Bahan hukum primer dalam penelitian mempersiapkan surat dakwaan dan surat

ini adalah KUHAP, Undang-Undang Nomor pelimpahan perkara kepada pengadilan. Artinya,

8 Tahun 2010, dan Putusan Nomor 57/PID. sebelum suatu perkara pidana dilimpahkan dan

SUS/2014/PN.SLR. Sedangkan bahan hukum diperiksa di pengadilan, tugas pokok penuntut

sekunder adalah semua publikasi tentang hukum umum adalah mempersiapkan surat dakwaan.

yang bukan merupakan dokumen-dokumen Pada hakikatnya fungsi surat dakwaan adalah

resmi, seperti buku-buku teks, jurnal hukum, dan sebagai dasar bagi hakim dalam memeriksa dan

komentar-komentar atas putusan (Marzuki, 2016: memutus. Harahap (2010: 389) mengatakan

181). Bahan hukum sekunder dari penelitian ini bahwa surat dakwaan sebagai landasan dan

terdiri dari buku-buku hukum, jurnal yang ada titik tolak pemeriksaan terdakwa dalam sidang

hubungan dengan rumusan masalah.

pengadilan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hamzah (2010: 167) juga menyatakan: bahwa surat dakwaan merupakan dasar penting

A. Urgensi Penentuan Bentuk Surat hukum acara pidana karena berdasarkan hal Dakwaan terhadap Tindak Pidana yang dimuat dalam surat dakwaan, hakim akan Pencucian Uang dalam Putusan Nomor memeriksa. Hal yang sama diungkapkan oleh

57/PID.SUS/2014/PN.SLR

Muhammad (2007: 83), setiap penuntut umum Penuntut umum memiliki kewenangan melimpahkan perkara ke pengadilan selalu

mutlak dalam merumuskan surat dakwaan disertai dengan surat dakwaan sebagai dasar sebagai tindak lanjut dari proses penyidikan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh hakim di dilimpahkan ke pengadilan agar diperiksa dan pengadilan. diputus. Pasal 140 KUHAP menyatakan: “Dalam

Penyusunan surat dakwaan dalam perkara hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil tindak pidana pencucian uang tidaklah mudah.

penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam Karena tindak pidana pencucian uang memiliki waktu secepatnya membuat surat dakwaan.”

karakteristik yang berbeda dengan tindak pidana Menurut Harahap (2010: 386), pasal di lain, tindak pidana ini terdiri dari dua tindak

atas merupakan bagian dari kegiatan penuntutan, pidana, pertama, tindak pidana asal secara kegiatan tersebut terdiri dari tahapan proses limitatif disebutkan dalam Pasal 2 Undang- pemeriksaan atas suatu tindak pidana yang Undang Nomor 8 Tahun 2010, dari tindak dimulai dari tahapan pemeriksaan penyidikan ke pidana asal inilah harta kekayaan yang tidak sah tingkat proses pemeriksaan di sidang pengadilan dihasilkan. Kedua, tindak pidana pencucian uang, yang dilakukan oleh hakim guna mengambil yakni tindak pidana yang menyembunyikan atau

menyamarkan harta kekayaan yang dihasilkan

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

Rp10.000.000.000,-”

Dua tindak pidana tersebut memiliki Sedangkan subsider Pasal 4 Undang- hubungan yang erat, sehingga “seolah-olah” Undang Nomor 8 Tahun 2010, yaitu: tidak akan terjadi tindak pidana pencucian uang

“ Setiap orang yang menyembunyikan atau jikalau tidak didahului oleh tindak pidana asal

menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau

terlebih dahulu. Hal tersebut berdampak pada kepemilikan yang sebenarnya atas harta penyusunan surat dakwaan, apakah antara tindak

kekayaan yang diketahuinya atau patut pidana pencucian uang dengan tindak pidana asal

diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

didakwa secara bersamaan atau hanya tindak ayat (1) dipidana karena tindak pidana pidana pencucian uang yang didakwakan tanpa

pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling

tindak pidana asal. banyak Rp5.000.000.000,-”

Harus diingat bahwa penentuan atau Jikalau merujuk pada ketentuan hukum

penyusunan surat dakwaan dalam tindak pidana acara yang diatur dalam Undang-Undang

pencucian uang memiliki konsekuensi kepada Nomor 8 Tahun 2010, penuntut umum diberi

hakim untuk menentukan sistem pembuktian kewenangan yang bebas, mendakwa pelaku

yang telah diatur secara khusus dalam Undang- tindak pidana pencucian uang dengan hanya

Undang Nomor 8 Tahun 2010. Jika dakwaan mendakwa tindak pidana pencucian uang atau

yang disusun menggabungkan antara tindak mendakwa bersamaan dengan tindak pidana asal,

pidana pencucian uang dan tindak pidana asal, sebagaimana diatur dalam Pasal 69 dan Pasal 75

maka pembuktiannya menggunakan sistem Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.

pembuktian yang diatur dalam KUHAP, namun jika dakwaan yang disusun hanya

Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun mendakwa tindak pidana pencucian uang, maka 2010 menyatakan bahwa: “Untuk dilakukan

pembuktiannya menerapkan sistem pembalikan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang beban pembuktian. Pada Putusan Nomor 57/PID. pengadilan terhadap tindak pidana pencucian SUS/2014/PN.SLR penuntut umum menyusun uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu surat dakwaan berbentuk subsider, primer Pasal tindak pidana asalnya.” Pasal ini menyatakan

3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, yaitu: bahwa proses penyidikan, penuntutan bahkan “ Setiap orang yang menempatkan, pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap

mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, tindak pidana pencucian uang tidak wajib membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.

menukarkan dengan mata uang atau surat Artinya, penyidik diperkenankan melakukan berharga atau perbuatan lain atas harta penyidikan terhadap tindak pidana pencucian kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana uang meskipun tidak dibuktikan terlebih dahulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat tindak pidana asalnya, demikian juga penuntut (1) dengan tujuan menyembunyikan atau umum dan hakim dalam melakukan penuntutan menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana karena tindak pidana pencucian dan pememeriksa di sidang pengadilan. uang dengan pidana penjara paling

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

Jika merujuk pada Pasal 75 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, penulis), melainkan Nomor 8 Tahun 2010 yang menyatakan: “Dalam

pada pemahaman dan persepsi para ahli hukum pidana dan praktisi hukum terhadap

hal penyidik menemukan bukti permulaan yang filosofi, visi, misi, dan karakter tindak cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang

pidana pencucian uang.”

dan tindak pidana asal, penyidik menggabungkan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

penyidikan tindak pidana asal dengan 2010 sebenarnya mengatur tentang perampasan

penyidikan tindak pidana pencucian uang dan aset dengan cara keperdataan ( civil forfeiture/in memberitahukannya kepada PPATK.” Penyidik

rem). Menurut Atmasasmita (2013: 23), hakikat dapat melakukan penyidikan secara bersamaan

pasal tersebut adalah untuk merampas aset antara tindak pidana asal dengan tindak pidana

hasil tindak pidana asal (yang dicuci) melalui pencucian uang, demikian pula penuntut umum,

keperdataan ( civil forfeiture/in rem), selama ini juga dapat menyusun surat dakwaan secara

perampasan aset yang selalu digunakan adalah in bersamaan (kumulasi) antara tindak pidana asal personam/criminal forfeiture, perampasan aset

dan tindak pidana pencucian uang. setelah adanya putusan hakim dalam perkara

Tidak menjadi persoalan jikalau penuntut pidana. Karena ketentuan tersebut menegaskan umum dalam menyusun surat dakwaan dalam bahwa sasaran Undang-Undang Nomor 8 Tahun Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR 2010 adalah bukan pada perbuatan (kesalahan) hanya mendakwa pasal tindak pidana pencucian terdakwa, melainkan pada harta kekayaan yang uang tanpa menyertakan tindak pidana asal, diduga berasal dari atau terkait dengan tindak sebagaimana diatur dalam Pasal 69 Undang- pidana asal. Undang Nomor 8 Tahun 2010. Namun demikian,

Model perampasan seperti ini hakim harus menerapkan Pasal 77, artinya hakim

menitikberatkan pada “benda” (thing), di mana dapat menerapkan pembalikan beban pembuktian. benda dalam konteks ini merupakan fiksi hukum

Mengapa demikian karena eksistensi Pasal 69 yang menegaskan bahwa, benda tersebut (harta

memiliki korelasi dengan Pasal 77. hasil tindak pidana asal) dianggap sebagai

Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun “subjek hukum” yang memiliki kesadaran atau 2010 harus dipahami secara konprehensif oleh niat, layaknya seperti seorang manusia sehingga para penegak hukum, khususnya hakim, agar patut dipertanggungjawabkan status hukumnya penerapannya benar-benar sesuai dengan rasio (Atmasasmita, 2010: 59). legis pada saat pasal tersebut dirumuskan.

Model perampasan aset yang demikian, Sebagaimana kritik yang disampaikan

sebagaimana yang dianut dalam Pasal 69 Atmasasmita (2013: 7) terhadap penerapan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 didasari hukum tindak pidana pencucian uang:

oleh pandangan yang mengatakan “tidak

“Merujuk kelemahan-kelemahan dalam seseorangpun berhak memiliki kekayaan yang penanganan perkara tindak pidana pencucian uang sehingga harus terjadi tidak patut dimilikinya.” Pandangan ini tercermin perubahan kedua kali, menurut pendapat dari beberapa istilah, crime shouldn’t pay; unjust saya, bukanlah perubahan undang-undang enrichment atau illicit enrichment; no one benifit yang menjadi masalah dalam pembentukan undang-undang ini (Undang-Undang from his own wrongdoing. Teori yang melandasi

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

maka penuntut umum dalam mendakwa terdakwa pelaku tindak pidana pencucian uang dalam

Perbedaan objek kedua tindak pidana Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR

tersebut berdampak terhadap pembuktian secara dengan bentuk surat dakwaan kumulatif, dakwaan

normatif, yaitu pembuktian atas tindak pidana pertama terdakwa didakwa dengan tindak pidana

asal adalah perbuatan dan kesalahan pelaku penyelundupan, karena terdakwa telah diduga

tindak pidana asal, sedangkan pembuktian melakukan tindak pidana penyelundupan pupuk

atas tindak pidana pencucian uang adalah matahari dari negara Malaysia ke Indonesia.

pada perolehan kekayaan yang diduga berasal Sedangkan dakwaan kedua, terdakwa didakwa

dari tindak pidana. Dengan demikian, tindak dengan pasal tindak pidana pencucian uang baik

pidana pencucian uang yang didakwakan secara Pasal 3 atau Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8

mandiri tanpa bersamaan dengan tindak pidana

Tahun 2010.

asalnya lebih kepada perampasan aset (harta kekayaan yang dicuci) sarana keperdataan ( civil

Hakikatnya tindak pidana pencucian uang forfeiture) dengan didukung oleh pembalikan tidak berdiri sendiri sebagaimana tindak pidana

beban pembuktian. Di samping itu, tindak pidana lainnya, melainkan tindak pidana ini berhubungan pencucian uang yang didakwa secara mandiri dengan tindak pidana lainnya (tindak pidana tanpa bersamaan dengan tindak pidana asalnya asal/ predicative offence), sehingga tepat jika tidak membuktikan perbuatan dan kesalahan dinyatakan bahwa tindak pidana pencucian uang pelaku tindak pidana pencucian uang.

merupakan condition sine qua non (berhubungan) dengan tindak pidana asal sebagaimana telah

Sangat disayangkan, hakim dalam Putusan diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR tidak Nomor 8 Tahun 2010 (Atmasasmita, 2013: 7).

menerapkan pembalikan beban pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 77 Undang-

Demikian juga yang disampaikan oleh Undang Nomor 8 Tahun 2010, meskipun Garnasih, tindak pidana pencucian uang merupakan pembalikan beban pembuktian tersebut hanya kejahatan yang mempunyai karakteristik berbeda untuk merampas aset hasil tindak pidana melalui dengan jenis kejahatan pada umumnya, terutama keperdataan, dan pembalikan beban pembuktian bahwa tindak pidana ini bukan merupakan tindak tersebut tidak membuktikan kesalahan R sebagai pidana tunggal tetapi kejahatan ganda. Namun terdakwa.

demikian antara tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang merupakan kejahatan yang

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192 Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

harus disusun dakwaan dalam bentuk kumulatif, karena tujuan pelaku memproses tindak pidana

Hubungan antara tindak pidana pencucian pencucian uang adalah untuk menyembunyikan

uang dengan tindak pidana asalnya tidak memiliki atau menyamarkan hasil dari predicate offence satu kehendak jahat atau mens rea yang sama,

(tindak pidana asal) agar tidak diketahui asal karena kehendak melakukan tindak pidana asal

usulnya untuk selanjutnya dapat digunakan, yang diwujudkan dalam perbuatannya berbeda

jadi bukan untuk tujuan menyembunyikan dengan kehendak untuk melakukan tindak pidana

saja tapi merubah performance atau asal usul pencucian uang yang diatur dalam Pasal 3, Pasal

hasil kejahatan untuk tujuan selanjutnya dan

4, dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun menghilangkan hubungan langsung dengan

tindak pidana asalnya.

Menurut Atmasasmita (2013: 7), dengan Dengan demikian jelas bahwa berbagai

alasan tersebut tindak pidana pencucian uang kejahatan keuangan (interprise crimes) hampir

tidak termasuk tindak pidana berlanjut ( vogezette pasti akan dilakukan pencucian uang atau

handeling), karena tidak memiliki niat jahat paling tidak harus sesegera mungkin dilakukan

yang sama. Namun kedua tindak pidana tersebut pencucian uang untuk menyembunyikan harta

merupakan tindak pidana yang berbarengan hasil tindak pidana asal itu agar terhindar dari

( concursus realis), yakni dua tindak pidana penuntutan petugas (Garnasih, 2013: 4).

yang berdiri sendiri dan ada hubungannya satu sama yang lain. Dari sisi hukum pidana formil,

Dalam praktik, sebagaimana yang ditulis adanya tindak pidana dalam bentuk concursus oleh Sapardjaja (2013: 5-6), bahwa akhir-akhir (berbarengan) menuntut penuntut umum dalam ini perkara tindak pidana pencucian uang banyak menyusun surat dakwaannya berbentuk kumulasi, masuk ke pengadilan. Dakwaan tindak pidana sebagai konsekuensi dari berbarengan tindak pencucian uang menjadi dakwaan kumulasi pidana tersebut sebagai aspek pemidanaan.

kedua di samping dakwaan terhadap tindak pidana asalnya. Beberapa contoh perkara yang

Pelanggaran atas pengajuan dakwaan telah diputus oleh pengadilan negeri, pengadilan bentuk kumulatif dalam perkara yang tinggi, dan Mahkamah Agung antara lain: mengandung concursus (berbarengan) tindak

pidana, dengan sendirinya merupakan cara yang

1. Putusan Nomor 507 K/PID.SUS/2009 tidak tepat dalam menjatuhkan hukuman. Karena

yang berhubungan dengan Putusan Nomor setiap bentuk peristiwa pidana yang mengandung

498 K/PID.SUS/2009 dan Nomor 499 K/ concursus (berbarengan) tindak pidana, sudah

PID.SUS/2009, dakwaan tindak pidana ditentukan cara atau sistem pemidanaannya

pencucian uang sebagai dakwaan kumulatif (Harahap, 2010: 409).

kedua terbukti dengan mudah karena tindak

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

B. Pembuktian Unsur Tindak Pidana

dakwaan kesatu dapat dibuktikan;

Pencucian Uang dalam Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR jika Tindak

2. Putusan Nomor 248 K/PID.SUS/2011

Pidana Asal Tidak Didakwakan

yang berhubungan dengan Nomor 2486 K/ PID.SUS/2011 dan Nomor 2480 K/PID.

Perumusan tindak pidana dalam suatu SUS/2011 adalah perkara di mana para undang-undang, terkadang dirumuskan dengan terdakwa penerima hasil tindak pidana menguraikan unsur-unsur dan elemen dari tindak pembobolan Bank Permata Bandung pidana, terkadang pula hanya dirumuskan dengan yang dilakukan oleh orang lain tetapi para menyebutkan kualifikasi tindak pidananya terdakwa tersebut mengetahui bahwa harta saja. Moeljatno (2009: 71) mengatakan, bahwa kekayaan berupa keuntungan 10% berasal rumusan perbuatan beserta sanksinya yang dari transfer fiktif yang diketahuinya dijumpai dalam aturan pidana dimaksudkan

berasal dari tindak pidana penipuan; untuk menunjukkan perbuatan-perbuatan mana yang dilarang dan pantang dilakukan.

3. Putusan Nomor 1607 K/PID. SUS/2012 Pada umumnya maksud tersebut dapat dicapai

berasal dari tindak pidana pemalsuan/ dengan menentukan beberapa elemen, unsur

pencatatan palsu atas rekening para nasabah atau syarat yang menjadi ciri atau sifat khas dari

yang kemudian ditarik dan ditempatkan larangan tersebut. Sehingga dapat dibedakan dari

dalam rekening terdakwa sendiri, pacarnya, perbuatan-perbuatan lain yang tidak dilarang.

adiknya, padahal uang tersebut bukan kekayaannya sendiri yang dibelanjakan

Perbedaan dari istilah unsur, elemen dan

dalam bentuk mobil mewah dan properti kualifikasi yang menjadi rumusan dari tindak lainnya. Jaksa penuntut umum berhasil pidana. Menurut Hiariej perbedaan antara unsur melakukan pembuktian bahwa penarikan dan elemen terletak pada keluasan cangkupan uang yang ditempatkan dalam rekening antara elemen dengan unsur. Elemen dalam pribadi terdakwa dan pihak lainnya suatu tindak pidana adalah unsur-unsur yang sebanyak 117 kali, dan berhasil menelusuri terdapat dalam suatu tindak pidana, unsur aset yang berasal dari tindak pidana asal.

tersebut baik tertulis maupun tidak tertulis dalam rumusan tindak pidana. Sedangkan unsur adalah

Berdasarkan uraian di atas, penentuan bestandeel yakni unsur tindak pidana yang secara

bentuk surat dakwaan dan pasal yang didakwakan expressiv verbis tertuang dalam suatu rumusan

menjadi hal yang penting dalam perkara tindak tindak pidana (Hiariej, 2014: 97).

pidana pencucian uang. Bentuk surat dakwaan dan pasal yang didakwakan terhadap perkara

Para ahli hukum pidana membagi unsur tindak pidana pencucian uang berdampak tindak pidana tersebut menjadi dua, pertama, pada kecermatan hakim dalam memilih sistem unsur objektif, yakni unsur tindak pidana yang pembuktian. Ketepatan dalam menentukan berada di luar diri pelaku tindak pidana. Unsur bentuk surat dakwaan dan pasal yang didakwakan objektif terdiri dari: 1) perbuatan dan akibat; 2) hal menjadi hal yang penting dalam perkara tindak ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan; pidana pencucian uang.

3) keadaan tambahan yang memberatkan pidana;

184 |

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

dan 4) sifat melawan hukum (Moejatno, 2009: 69). Kedua, unsur subjektif, yakni unsur tindak pidana

yang berada dalam diri pelaku tindak pidana. unsur subjektif ini terdiri dari kesengajaan atau kealpaan ( dolus atau culpa) dan degradasinya.

Hiariej (2014:97) melanjutkan pendapatnya, perumusan tindak pidana dengan menguraikan unsur-unsur ataupun kualifikasi memiliki fungsi, yaitu: 1) rumusan delik sebagai pengejawantahan dari asas legalitas; dan 2) rumusan tindak pidana berfungsi sebagai unjuk bukti dalam konteks hukum acara pidana. Dengan adanya rumusan tindak pidana dalam bentuk unsur-unsur maupun kualifikasi tindak pidana menjadi hal yang harus dibuktikan dalam persidangan untuk menentukan apakah pelaku dari tindak pidana telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang telah dilakukan antau tidak. Hal ini nantinya menjadikan dasar bagi hakim dalam menentukan putusannya.

Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/PN.SLR dengan terdakwa R didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan primer Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dan dakwaan sekunder Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010. Karena dakwaan primer Pasal 3 dibuktikan oleh hakim dengan menguraikan unsur-unsur Pasal 3 dan membuktikan satu-persatu unsur- unsur tersebut. Unsur-unsur Pasal 3 dirumuskan oleh hakim sebagai berikut: 1) setiap orang; 2) yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 ayat (1); dan 3) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan.

Unsur setiap orang menurut pertimbangan hakim telah terbukti. Sedangkan unsur “yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) menurut hakim tidak terbukti.

Hakim mempertimbangkan bahwa proses transfer harta kekayaan yang diduga dari hasil tindak pidana penyelundupan dilakukan oleh rekan terdakwa di Maumere ke rekening BRI atas nama AR total sebesar Rp129.000.000,- Hal ini menandakan bahwa kegiatan pentransferan ini bukan merupakan sikap aktif dari terdakwa R, namun dari saksi AR yang diminta tolong oleh terdakwa. Jadi transfer tersebut tidak dilakukan oleh terdakwa tetapi dilakukan oleh rekan dan tanpa terdakwa. Sehingga hakim mempertimbangkan bahwa unsur ini tidak terbukti. Karena satu unsur dinyatakan tidak terbukti maka unsur berikutnya tidak dibuktikan oleh hakim, sehingga disimpulkan oleh hakim bahwa tindak pidana pencucian uang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 tidak terbukti.

Bentuk surat dakwaan yang disusun oleh penuntut umum berbentuk surat dakwaan subsider, maka hakim memiliki kewenangan untuk membuktikan dakwaan subsider sebagai dakwaan pengganti dari dakwaan primer yang tidak terbukti tersebut. Hakim mengulas dan membuktikan unsur-unsur Pasal 4 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2010 sebagai dakwaan subsider sebagai berikut:

1. Unsur setiap orang;

2. Unsur menyembunyikan atau menyamarkan 2. Unsur menyembunyikan atau menyamarkan

diserahkan kepada terdakwa oleh saksi, yang sebenarnya atas harta kekayaan yang

maka saksi meninggalkan terdakwa tanpa diketahuinya;

meminta dan memperoleh imbalan dari terdakwa.

3. Unsur patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud

Uang yang ditransfer dari teman terdakwa dalam Pasal 2 ayat (1).

di Flores/Maumere kepada melalui rekening saksi AR diduga merupakan uang hasil dari

Unsur “setiap orang” menurut hakim telah penjualan pupuk cap Matahari yang dilakukan

terbukti. Sedangkan unsur “menyembunyikan oleh terdakwa di Flores/Maumere Nusa

atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, Tenggara Timur. Dari fakta-fakta tersebut,

peruntukan, pengalihan hak-hak, atau hakim mempertimbangkan bahwa unsur

kepemilikan yang sebenarnya atas harta “menyembunyikan atau menyamarkan asal usul,

kekayaan yang diketahuinya” berdasarkan fakta sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak,

dan keadaan yang terungkap di persidangan yang atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta

satu dengan yang lain saling bersesuaian antara kekayaan yang diketahuinya” telah terbukti.

keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa (Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014//PN.SLR):

Unsur “patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

• Bahwa pada tanggal 3 Januari 2014 saksi

2 ayat (1) menurut pembuktian dan pertimbangan AR melakukan transaksi penarikan uang di hakim telah terbukti. Bahwa harta kekayaan yang Bank BRI, pertama sebesar Rp54.000.000,- ditransfer oleh rekan terdakwa di Flores/Maumere dan kedua, sebesar Rp75.000.000,-; merupakan hasil tindak pidana di bidang kelautan

• Bahwa sebelum penarikan uang itu terjadi, dan perikanan. Karena terdakwa telah mengakui saksi AR bertemu dengan terdakwa R di beberapa kali pernah ke Batam sebagaimana tiket pelabuhan Rauf Rahman Benteng Selayar, pesawat Lion Air pada tanggal 06 Februari 2012 lalu terdakwa menanyakan kepada saksi bersama P, M, S, dan A via Ujung Pandang transit AR memiliki nomor rekening bank karena Jakarta menuju Batam. Serta dalam Berita Acara akan ada orang yang mau mentransfer uang Penyidik yang telah diakui oleh terdakwa, bahwa kepada terdakwa dan saksi memberikan terdakwa melakukan transaksi memesan barang nomor rekening BRI-nya kepada terdakwa; yang patut diduga adalah pupuk cap Matahari

dari Malaysia. Sebelum menganalisa pembuktian •

Bahwa setelah terdakwa mendapat kabar yang dilakukan hakim terhadap “unsur

dari rekannya di Maumere uangnya telah diketahuinya atau patut diduganya merupakan

ditransfer, terdakwa menyuruh saksi AR hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

untuk mengecek kebenaran adanya transfer Pasal 2 ayat (1), di mana tindak pidana asalnya,

uang tersebut. Ternyata, transfer uang dari yakni tindak pidana penyelundupan pupuk atau

rekan terdakwa memang ada dan saksi tindak pidana di bidang kelautan dan perikanan

mengambil uang tersebut dan menyerahkan tidak didakwakan dan tidak dibuktikan, terdapat

kepada terdakwa dan penarikan itu beberapa hal yang sangat penting untuk dianalisa.

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

Pertama, mengenai penguraian unsur Pasal Kedua, tipologi yang dilakukan oleh

3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun terdakwa dan tipologi yang dilakukan oleh rekan 2010. Hakim dalam menguraikan unsur-unsur terdakwa di Flores/Maumere Nusa Tenggara Pasal 3 dan Pasal 4 tersebut kurang begitu sesuai Timur yang mentransfer uang milik terdakwa dengan prinsip unsur-unsur tindak pidana, hakim melalui rekening saksi AR merupakan tahapan dalam menguraikan unsur yang didakwakan yang berbeda dalam tahapan tindak pidana terlalu bersifat umum sehingga pembuktiannya pencucian uang. Tahapan-tahapan tindak pidana kurang begitu detail. Seharusnya uraian unsur pencucian uang sebagai berikut: Pasal 3 adalah sebagai berikut:

1. Tahapan placament (penempatan), yaitu

1. Unsur setiap orang; menempatkan harta hasil kejahatan ke dalam sistem keuangan, seperti menempatkan

2. Menempatkan, mentransfer, mengalihkan, harta hasil korupsi ke rekening bank atas

membelanjakan, membayarkan,

nama istri atau anaknya;

menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan

2. Tahapan layering (pelapisan), yakni dengan mata uang atau surat berharga atau

menyamarkan dan menyembunyikan perbuatan lain (bersifat alternatif);

asal usul harta hasil kejahatan melalui transaksi keuangan dari satu bank ke bank

3. Unsur harta kekayaan; yang lain, bahkan dari bank satu negara

4. Unsur diketahuinya atau patut diduganya ke bank negara lain sampai para penegak hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud

hukum tidak dapat mendeteksi harta hasil dalam Pasal 2 ayat (1); dan

kejahatan tersebut;

3. Tahapan integration (penyatuan), yakni menyamarkan asal usul harta kekayaan.

5. Unsur dengan tujuan menyembunyikan atau

menghimpun kembali harta hasil kejahatan yang disamarkan atau disembunyikan

Sedangkan ulasan unsur Pasal 4 Undang- melalui tahapan placement (penempatan) Undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah sebagai

dan layering (pelapisan) ke sistem berikut:

keuangan yang sah atau legal, seperti

1. Unsur setiap orang; dijadikan modal perusahaan-perusahaan yang legal dan hasilnya seolah-olah telah

2. Unsur menyembunyikan atau menyamarkan

menjadi harta yang sah.

asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang

Tiga tahapan tersebut telah diadopsi oleh sebenarnya;

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 dalam Pasal 3 untuk placement (penempatan), Pasal 4

3. Unsur harta kekayaan; untuk layering (pelapisan), dan Pasal 5 untuk

4. Unsur diketahuinya atau patut diduganya integration (penyatuan). Jika dianalisa dengan tipologi tahapan tersebut maka tindak pidana

merupakan hasil tindak pidana sebagaimana pencucian uang yang dilakukan oleh terdakwa

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). adalah tahapan placement (penempatan),

Pembuktian Tindak Pidana Pencucian Uang Tanpa Dakwaan Tindak Pidana Asal (Halif )

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)” dalam Putusan Nomor 57/PID.SUS/2014/

Harta kekayaan yang dihasilkan dari salah PN.SLR menyatakan telah terbukti meskipun

satu tindak pidana asal tersebut terdakwa tempatkan tindak pidana asalnya tidak dibuktikan terlebih

atau menitipkan atau perbuatan lain melalui teman dahulu, hakim meyakinkan bahwa unsur tersebut

terdakwa di Flores/Maumere. Perlu diperhatikan telah terbukti hanya berdasarkan pernyataan

perbuatan yang menjadi unsur pada Pasal 3 tidak terdakwa dalam BAP, bahwa terdakwa diduga

hanya mentransfer tapi juga menempatkan atau pernah melakukan perjalanan ke Batam dan

menitipkan bahkan perbuatan-perbuatan lain dilanjutkan ke Malaysia, dari kegiatan tersebut

yang tujuannya ingin menyembunyikan atau terdakwa diduga menyelundupkan pupuk cap

menyamarkan. Jadi menurut penulis terdakwa Matahari dari Malaysia ke Indonesia. Harta

lebih memenuhi unsur-unsur Pasal 3. kekayaan hasil dari tindak pidana tersebut yang

Sementara perbuatan yang dilakukan oleh dicuci oleh terdakwa. rekan terdakwa dan saksi AR merupakan tahapan

Menurut Garnasih rumusan pada delik layering (pelapisan) sebagaimana diatur dalam tindak pidana pencucian uang yakni Pasal 3, Pasal 4, perbuatan yang dilakukan rekan terdakwa

Pasal 4, dan Pasal 5 menimbulkan karakteristik ingin menyembunyikan atau menyamarkan asal

yang berbeda dengan tindak pidana yang lain, usul kepemilikan harta tersebut dari pemilik

bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan aslinya. Jika penegak hukum sungguh-sungguh follow up crime, sedangkan hasil kejahatan yang

mau menegakkan hukum, maka rekan terdakwa diproses pencucian uang disebut sebagai core

dan saksi AR dapat dimintai pertanggungjawaban crimes atau predicate offence atau disebut sebagai pidana terhadap dugaan tindak pidana pencucian unlawful activity. Jika dilihat dari kronologi

uang yang dilakukannya. Jadi rekan terdakwa dan perbuatan maka tidak mungkin terjadi tindak

saksi AR dapat diancam dengan Pasal 4. Namun pidana pencucian uang tanpa terjadi predicate demikian harus dibuktikan unsur “diketahui atau offence (no money laundering without core

patut menduganya” bahwa harta yang ditransfer crime) terlebih dahulu (Garnasih, 2013: 6).

oleh rekan terdakwa kepada saksi AR berasal dari tindak pidana penyelundupan atau tindak pidana

Tindak pidana asal ( predicate offence) di di bidang perikanan dan kelautan.

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 disebutkan secara limitatif dalam Pasal 2 yaitu

Selain dua permasalahan di atas, terdiri dari 26 jenis tindak pidana dan ditambah permasalahan utama yang harus dianalisis “semua tindak pidana yang ancaman pidananya penulis, yakni apakah pembuktian unsur empat tahun ke atas. Predicate offence (tindak “diketahuinya atau patut diduganya merupakan pidana asal) menurut Arief adalah “delik-delik hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam yang menjadi sumber dari uang haram ( dirty Pasal 2 ayat (1)” dapat dibuktikan jikalau tindak money) atau hasil kejahatan (criminal proceeds)

pidana asalnya tidak dibuktikan terlebih dahulu. yang kemudian dicuci.” Beberapa negara ASEAN

Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192 Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 2 Agustus 2017: 173 - 192

Hakim sangat kesulitan untuk membuktikan pidana pencucian uang selalu didahului oleh

unsur “harta kekayaan yang diketahui atau tindak pidana asalnya.